Disusun oleh:
Kelompok VI
Preseptor:
KEPALA LEHER
2016
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
lateral kavum timpani yang memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani.
Membran ini memiliki panjang vertikal rata-rata 9-10 mm dan diameter antero-
Anatomis membran timpani dibagi dalam 2 bagian, yaitu: Pars tensa dan pars
flaksida (Gambar 1.1). Pars tensa merupakan bagian terbesar dari membran
timpani suatu permukaan yang tegang dan bergetar dengan sekelilingnya yang
menebal dan melekat di anulus timpanikus pada sulkus timpanikus pada tulang
dari tulang temporal. Pars flaksida atau membran Shrapnell, letaknya dibagian
atas muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars flaksida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu
plika maleolaris anterior (lipatan muka) dan plika maleolaris posterior (lipatan
belakang).1
timpanidapat hasil dari penyakit (terutama infeksi), trauma, atau perawatan medis.
menjadi perforasi traumatik dan perforasi karena infeksi. Perforasi traumatik ini
biasanya disebabkan oleh kecelakaan, benturan atau pukulan pada wajah dan
akibat tindakan ekstraksi benda asing di telinga sedangkan karena proses infeksi
1.3 Etiologi
kanalis auditory eksternal akibat benda runcing maupun secara tidak langsung
tangan; jatuh dari ski dengan kepala terhempas ke permukaan air dan telinga
dengan posisi dibawah). Paparan overpressure atmosfer yang kuat dari suatu
karena tekanan air dapat terjadi pada penyelam scuba, biasanya pada membran
membran timpani.
Infeksi akut pada telinga tengah juga dapat menyebabkan iskemia relatif
telinga tengah. Hal ini dapat menyebabkan robek atau pecahnya gendang telinga
yang biasanya didahului rasa nyeri. Jika perforasi tidak sembuh-sembuh, akan
1.4 Patogenesis
signifikan pada telinga tengah dan adanya trauma langsung seperti trauma tajam. 6
perforasi sembuh dengan selaput tipis yang hanya terdiri dari mukosa dan lapisan
yang mungkin begitu tipis sehingga bisa disalahartikan sebagai suatu perforasi
untuk membedakan dari perforasi yang sebenarnya. Retraksi yang dalam terutama
di kuadran superior posterior membran timpani, dapat merupakan pertanda
pembentukan kolesteatoma.3
air masuk liang telinga. Jika air yang terkontaminasi bakteri melewati perforasi,
1.5 Diagnosis
kehilangan pendengaran, rasa penuh pada telinga, tinitus, dan keluarnya darah dari
telinga setelah trauma. Vertigo yang berat mungkin terjadi, tetapi bersifat
dan ledakan. Setelah overpressure injury terjadi, darah, sekret purulen, dan debris
harus di-suction dengan hati-hati dari liang telinga. Trauma akibat tamparan biasa
terjadi dan menyebabkan perforasi dengan bentuk linier atau triangular pada
kuadran inferior membran timpani (Gambar 1.2). Perforasi ini dapat terlihat
melalui pemeriksaan otoskopi dan perlu diidentifikasi ukuran dan lokasi perforasi.
Jika membran timpani kering, sebaiknya dilakukan observasi (tetes telinga tidak
diindikasikan) dan jika basah, perlu dipikirkan adanya cairan serebrospinal akibat
juga dilakukan. Pada perforasi membran timpani, jenis tuli yang sering yaitu tuli
konduktif ringan dengan adanya lateralisasi pada telinga yang sakit dan Rinne
yang negatif atau positif pada beberapa kasus. Pada trauma yang melibatkan
osikel, tuli konduktif bisa terjadi lebih berat. Adanya tuli sensorineural,
nistagmus, vertigo, mual, muntah dan paralisis nervus fasialis merupakan tanda
dari trauma telinga tengah berat dengan keterlibatan telinga dalam. Pemeriksaan
neurotologi lengkap diperlukan untuk menilai status nervus fasialis dan nervus
vestibularis.6,8
1.6 Tatalaksana
timpani yang disebabkan oleh trauma atau infeksi, dimana dilakukan pemasangan
graft pada membran timpani tanpa melakukan pada liang telinga dan telinga
kertas rokok yang dikenal dengan nama paper patch miringoplasti. Paper patch
digunakan untuk memandu migrasi epitel dari pinggir perforasi yang efektif
dilakukan pada perforasi akibat trauma yang akut atau setelah pengangkatan pipa
timpani baik secara overlay maupun secara anterior underlay. Amnion sangat baik
- Paralisis fasial
- Subluksasi stapes
- Tuli sensorineural10
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Umur : 13 tahun
Pekerjaan : Pelajar
ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki berumur 13 tahun datang ke IGD RSUP DR.M Djamil
Keluhan Utama :
Telinga kiri terasa sakit sejak 9 jam sebelum masuk rumah sakit.
Telinga kiri terasa sakit sejak 9 jam sebelum masuk rumah sakit.
Sebelumnya pasien ditampar pipi kirinya oleh orang tidak dikenal. Setelah
itu pasien merasa telinga kirinya nyeri dan juga mengeluh pusing. Pasien
berdenging.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesadaran : CMC
Suhu : 36,7o C
BB : 42 kg
TB : 156 cm
Pemeriksaan Sistemik
Kepala : Normocephal
Telinga
Tanda radang - -
Fistel - -
Mastoid Sikatrik - -
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Rinne (+) (+)
Schwabach Lateralisasi ke kiri
Tes Garpu tala
Weber =pemeriksa = pemeriksa
Kesimpulan Gangguan konduktif
Audiometri Tidak dilakukan
Hidung
Sinus Paranasal
Rinoskopi Anterior
Vestibulum Vibrise + +
Radang - -
Kavum nasi Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Sempit - -
Lapang - -
Sekret Lokasi - -
Jenis - -
Jumlah - -
Bau - -
Konka inferior Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Konka media Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Septum Cukup Cukup lurus
lurus/deviasi
Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Spina - -
Krista - -
Abses - -
Perforasi - -
Massa Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Warna - -
Konsistensi - -
Mudah digoyang - -
Pengaruh - -
vasokonstriktor
Rinoskopi Posterior
Sukar dinilai
Laringoskopi Indirek
Sukar dinilai
Terapi :
- Ear toilet
- Ibuprofen 3x400 mg
DISKUSI
Djamil Padang pada tanggal 14 Mei 2016, dengan keluhan utama telinga kiri
ditampar pada bagian wajah sebelah kiri. Selain nyeri, pasien juga merasa pusing,
pemeriksaan fisik pada telinga kiri, tidak ditemukan refleks cahaya pada MT kiri,
nampak perforasi di sentral MT berjumlah satu dengan pinggir tidak rata, dan
clotting (+). Selanjutnya pada pemeriksaan garpu tala didapatkan Rinne +/+,
lateralisasi ke kiri, dan Schawabah sama dengan pemeriksa dengan kesan adanya
gangguan konduksi.
perubahan tekanan udara yang tiba-tiba yang dapat mengenai struktur telinga,
karena Otitis media supuratif kronik.Namun, pada pasien tidak ditemukan adanya
riwayat keluar cairan dari telinga yang terus menerus atau hilang timbul serta
perforasi yang tidak rata menyingkirkan diagnosis banding OMSK, karena proses
yang kronik, seringkali pinggir perforasi membran timpani menjadi rata. Berbeda
dengan pinggir yang tidak rata yang sering ditemukan pada trauma atau OMA
stadium perforasi. OMA disingkirkan dengan tidak adanya riwayat batuk pilek.
1. Dhingra PL. Disease of Ear Nose and Throat. 4thEd.New Delhi, India :
Elsevier. 2007.
2. Drake, R. L., Vogl, A. W. & Mitchell, A. W. M.,. Gray's Anatomy for
Students. 2nd ed . Philadelphia: Churcill Livingston. 2009.
3. Howard ML. Middle Ear, Tympanic Membrane, Perforations. California.
American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery. 2015
4. Amadasun JEO. An observasional study of the management of traumatic
tympanic membran perforation. The journal of laryngology & Otology
2002; 116 : 181-4
5. Jones RO. Myringoplasty in :Haberman II RS, editors. Middle Ear and
mastoid Surgery. New York : Thieme : 2004. p 5-11.
6. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. New York:
Thieme Publisher: 2006. p 250-1
7. O’Handley JG, Tobin EJ, Shah AR. Textbook of Family Medicine: