26761-Article Text-58331-1-10-20181026 PDF
26761-Article Text-58331-1-10-20181026 PDF
Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Jl. Diponegoro No.186, Gedanganak,
Ungaran Timur, Semarang 50512 e ISSN 1475-222656
E-mail: mirnawati123@gmail.com
396
Mirnawati, Nurfitriani, Febriana M. Z. dan Widya H. C. / Perilaku Merokok / HIGEIA 2 (3) (2018)
397
Mirnawati, Nurfitriani, Febriana M. Z. dan Widya H. C. / Perilaku Merokok / HIGEIA 2 (3) (2018)
4,8 persen pada perempuan. Pada tahun 2013 meliputi ketersediaan dan keterjangkauan
adalah Nusa Tenggara Timur (55,6%). sumber daya kesehatan, prioritas dan komitmen
Dibandingkan dengan penelitian Global Adults masyarakat/pemerintah terhadap kesehatan,
Tobacco Survey (GATS) pada penduduk keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan,
kelompok umur ≥15 tahun, proporsi perokok tempat tinggal, status ekonomi, dan akses
laki-laki 67,0 persen dan pada Riskesdas 2013 terhadap media informasi. Faktor ketiga adalah
sebesar 64,9 persen, sedangkan pada perempuan faktor reinforcing atau faktor penguat yaitu faktor
menurut GATS adalah 2,7 persen dan 2,1 yang dapat memperkuat perilaku. Faktor ini
persen menurut Riskesdas 2013. Proporsi ditentukan oleh pihak ketiga atau orang lain
mengunyah tembakau menurut GATS 2011 yang meliputi keluarga, teman sebaya, guru,
pada laki-laki 1,5 persen dan perempuan 2,7 petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan
persen, sementara Riskesdas 2013 menunjukkan pengambil keputusan (Lestary, 2007).
proporsi laki-laki 3,9 persen dan 4,8 persen pada Fakta menunjukkan bahwa dengan
perempuan (Kemenkes RI, 2013). mengkonsumsi tembakau berdampak pada
Kota Semarang merupakan ibu kota dari status kesehatan. Diketahui pula bahwa
Provinsi Jawa Tengah, walaupun bukan konsumsi tembakau berkontribusi terhadap
termasuk dalam 10 kabupaten/kota yang timbulnya katarak, pneumonia, acute myeloid
memiliki prevalensi merokok setiap hari di atas leukaemia, abdominal aortic aneurysm, kanker
rata-rata, tetapi mempunyai dampak yang lambung, kanker pancreas, kanker cervix, kanker
cukup besar terhadap peningkatan jumlah ginjal dan penyakit lainnya. Penyakit-penyakit
perokok di Jawa Tengah. Di Kota Semarang ini menambah panjangnya daftar penyakit yang
tercatat sebanyak 18,2% perokok dengan 9,1 ditimbulkan oleh komsumsi tembakau seperti:
batang rokok perhari. Sedangkan Dinas Kanker paru-paru, vesicle, oesophagus, larynx,
Kesehatan Kota Semarang tahun 2011 mencatat mulut dan tenggorokan, chronic pulmonary
jumlah perokok remaja putra sebesar 34,4% dan disease, emphysema dan bronchitis, stroke,
remaja putri sebesar 4%. Akibatnya terjadi serangan jantung dan penyakit kardiovaskuler
peningkatan jumlah kasus penyakit tidak lainnya. Hampir 90% kanker paru-paru
menular di Kota Semarang. Penyakit tidak disebabkan oleh konsumsi tembakau.
menular yang dapat terjadi akibat kebiasaan Tembakau juga dapat merusak sistem
merokok setiap hari adalah hipertensi, serangan reproduksi, berkontribusi kepada keguguran,
jantung, stroke, penyakit paru obstruktif kronik premature delivery, low birth weight, sudden
(PPOK), emfisema dan kanker (terutama kanker infantdeath dan penyakit-penyakit pada anak-
paru-paru, kanker laring dan mulut, kanker anak, seperti attentionhyperactivity deficit disorders
pankreas). (Hasan, 2015).
Menurut Green dan Kreuter (2005) dalam Perilaku merokok di kalangan remaja
Lestary (2007), ada tiga faktor yang masih menjadi permasalahan sendiri di Desa
menyebabkan atau mempengaruhi perilaku Candirejo, karena masih ditemukannya remaja-
berisiko pada remaja. Pertama adalah faktor remaja usia sekolah yang terlihat merokok di
predisposing atau faktor yang melekat atau lingkungan masyarakat. Maka dari itu, peneliti
memotivasi. Faktor ini berasal dari dalam diri tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai
seorang remaja yang menjadi alasan atau perilaku merokok remaja dalam kaitannya
motivasi untuk melakukan suatu perilaku dengan tekanan yang diterima dari teman
termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sebaya yang menuntut remaja untuk melakukan
keyakinan, nilai, sikap, kepercayaan, kapasitas, konformitas.
umur, jenis kelamin, dan pendidikan. Kedua Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
adalah faktor enabling atau faktor pemungkin. maka peneliti bermaksud untuk melakukan
Faktor ini memungkinkan atau mendorong penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
suatu perilaku dapat terlaksana. Faktor ini gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi
398
Mirnawati, Nurfitriani, Febriana M. Z. dan Widya H. C. / Perilaku Merokok / HIGEIA 2 (3) (2018)
perilaku merokok pada remaja di Desa umur responden saat merokok, jenis kelamin,
Candirejo Semarang. tingkat pendidikan, status merokok, waktu
mulai merokok, dan faktor yang mempengaruhi
METODE remaja merokok seperti diajak teman, pengaruh
teman, meniru orangtua, penasaran ingin
Jenis penelitian ini merupakan penelitian mencoba, dan pengaruh iklan rokok.
deskriptif kuantitatif untuk menjelaskan Prosedur dalam penelitian ini meliputi
gambaran perilaku merokok pada remaja, tahap pra penelitian, tahap penelitian, dan tahap
sedangkan desain studi yang digunakan adalah pasca penelitian. Pada tahap pra penelitian
cross sectional yaitu pengambilan data dan semua adalah kegiatan yang dilakukan sebelum
variabel dilakukan dalam satu waktu atau secara melakukan penelitian, tahap pra penelitian yang
bersamaan. Lokasi penelitian dilakukan di di dilakukan yaitu melakukan studi pendahuluan
Desa Candirejo Kabupaten Semarang dan dengan dan wawancara kepada kepala desa dan
waktu penelitian dilakukan pada Bulan remaja mengenai gambaran perilaku merokok
Desember 2017. Hal-hal yang dibahas dalam yang terjadi pada remaja di Desa Candirejo,
penelitian ini diantaranya umur, jenis kelamin, menyiapkan instrumen penelitian, membuat
tingkat pendidikan, status merokok, waktu daftar nama responden yang akan dijadikan
mulai merokok, dan faktor yang mempengaruhi sampel penelitian, dan melakukan perizinan
remaja merokok seperti diajak teman, pengaruh kepada kepala desa setempat untuk melakukan
teman, meniru orangtua, penasaran ingin penelitian. Kemudian tahap penelitian adalah
mencoba, dan pengaruh iklan rokok. kegiatan yang dilakukan saat melaksanakan
Populasi dalam penelitian ini adalah penelitian, pada tahap penelitian langkah yang
remaja Desa Candirejo Semarang dan sampel dilakukan yaitu mendatangi rumah-rumah
pada penelitian ini berjumlah 30 remaja yang responden sampel dan meminta kesediaan
terdiri dari 20 remaja laki-laki dan 10 remaja subjek penelitian untuk mengikuti penelitian,
perempuan yang berusia 10-24 tahun yang setelah responden bersedia menjadi sampel
berstatus nikah maupun belum nikah di Desa penelitian kemudian dilakukan pengisian
Candirejo. Sampel ditentukan dengan teknik kuesioner kepada responden. Sementara tahap
simple random sampling yaitu dengan pasca penelitian adalah kegiatan yang dilakukan
pengambilan sampel secara acak. Pengambilan pada saat setelah selesai penelitian, adapun
sampel dilakukan terlebih dahulu menetapkan kegiatan yang dilakukan diantaranya pencatatan
batas wilayah Desa Candirejo. Desa Candirejo hasil penelitian, melakukan analisis data
memiliki 6 dusun. Dari 6 dusun dipilih secara penelitian dan menarik kesimpulan.
acak sebagai sampel. Kemudian untuk Teknik pengolahan data yaitu proses
memudahkan dalam memperoleh daftar remaja penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih
yang sesuai kriteria, maka pemilihan sampel mudah dipahami. Analisis data yang digunakan
diambil dari daftar nama remaja yang terdapat yaitu analisis univariat, analisis univariat
di wilayah Desa Candirejo. bertujuan untuk menjelaskan dan
Sumber data dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan karakteristik dari pertanyaan
data primer. Sumber data primer yaitu data penelitian. Analisis data yang digunakan dalam
yang diambil secara langsung di masyarakat. penelitian ini yaitu dengan mendeskripsikan
Data primer diambil secara langsung dari frekuensi dan presentase dari variabel penelitian.
responden. Teknik pengambilan data yang Pengolahan data dalam penelitian ini
digunakan yaitu dengan menggunakan yaitu dengan memasukkan data ke dalam sistem
wawancara. wawancara dilakukan secara komputer kemudian melakukan pengolahan
langsung kepada responden dengan data dengan mencari frekuensi dari setiap
menggunakann instrumen berupa kuesioner. pertanyaan yang diberikan kepada responden.
Kuesioner penelitian berisi pertanyaan tentang Data diolah dengan mencari frekuensi dan
399
Mirnawati, Nurfitriani, Febriana M. Z. dan Widya H. C. / Perilaku Merokok / HIGEIA 2 (3) (2018)
presentase kemudian disajikan dalam bentuk Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok
tabel berisi hasil frekuensi dari setiap item Gambaran Perilaku Frekuensi Persentase
penelitian. Merokok
Jumlah Remaja yang 14 46,0
Merokok
HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu Mulai Merokok 0 0,0
Sebelum Sekolah 4 13,0
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui SD 8 27,0
bahwa sampel penelitian terdiri dari remaja laki- SMP 1 3,0
SMA
laki sebanyak 20 (67%) dan remaja perempuan
Anggota Keluarga yang 22 73,0
sebanyak 10 (33%). Diketahui pula bahwa Merokok 0 0,0
sampel yang merokok berjumlah 14 orang Ayah 1 3,0
(46%) dan berjenis kelamin laki-laki. Hal ini Ibu 3 10,0
sesuai dengan penelitian Pangestu (2017) yang Kakak/Adik
Ayah dan Kakak
menyatakan bahwa perilaku merokok paling
Tempat Anggota Keluarga
banyak pada remaja laki-laki. Seperti yang Merokok 8 27,0
dijelaskan Martini (2014) bahwa jika dipandang Di dalam Rumah 8 27,0
dari segi budaya, perilaku merokok pada Di Luar Rumah 9 30,0
perempuan masih dianggap tabu untuk Di dalam dan luar
Konsumsi Rokok/Hari
dilakukan di Indonesia. Sebagian besar
1-5 batang 8 27,0
masyarakat mengganggap bahwa merokok itu 6-14 batang 5 17,0
wajar jika dilakukan oleh laki-laki, sementara ≥ 15 batang 1 3,0
bagi perempuan itu adalah sesuatu yang Faktor Penyebab Remaja
memalukan. Merokok
Diajak teman 6 20,0
Karakteristik pendidikan responden
Pengaruh Teman 5 17,0
perokok paling banyak duduk di bangku Meniru Orang Tua atau 0 0,0
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan paling Keluarga
banyak memulai kebiasaan merokok yaitu Penasaran Mencoba 3 10,0
SMP, hal ini sesuai dengan penelitian Sarino Pengaruh Iklan Rokok 0 0,0
Keinginan Berhenti Mero-
(2012) yang menyatakan bahwa siswa SMP
kok
adalah masa dimana mereka mulai memasuki Ya 12 40,0
usia remaja. Menurut Erickson (dalam medicine Tidak 2 7,0
and health) bahwa remaja mulai merokok karena
berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial sedang mencari jati dirinya. Hasil penelitian
yang dialami pada masa perkembangannya karakteristik status merokok menyatakan bahwa
yaitu masa ketika mereka sebanyak 14 (46%) responden pernah merokok,
remaja merokok karena pengaruh teman, dan
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden keinginan ingin mencoba. Sama dengan
Karakteristik Frekuensi Persentase penelitian yang dilakukan Rachmat (2013)
Responden
bahwa terdapat banyak alasan yang
Jenis Kelamin
Laki-laki 20 67,0 melatarbelakangi perilaku merokok remaja.
Perempuan 10 33,0 Secara umum, perilaku merokok merupakan
Pendidikan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya,
Tidak Sekolah 5 16,5 perilaku merokok selain disebabkan faktor-
Tamat SD 5 16,5
faktor dari dalam diri juga disebabkan faktor
Tamat SMP 20 67,0
Status Merokok lingkungan. Faktor dalam remaja dapat dilihat
Merokok 5 17,0 dari kajian perkembangan remaja yang mulai
Pernah Merokok 9 30,0 merokok berhubungan dengan krisis aspek
Tidak Pernah 16 53,0 psikososial yang dialami pada masa
400
Mirnawati, Nurfitriani, Febriana M. Z. dan Widya H. C. / Perilaku Merokok / HIGEIA 2 (3) (2018)
perkembangan, ketika mereka sedang mencari responden mengkonsumsi rokok sebanyak 1-5
jati diri. Adapun dalam penelitiannya juga batang setiap hari, sedangkan 1 (3%) responden
mendapatkan hasil bahwa faktor yang mengkonsumsi ≥ 15 batang setiap hari. Hal
berhubungan dengan perilaku merokok pada tersebut menunjukkan bahwa responden
siswa SMP diantaranya interaksi kelompok merupakan perokok ringan. Hasil penelitian ini
sebaya, interaksi keluarga, iklan rokok, dan didukung oleh penelitian lain yang
sikap remaja. menunjukkan bahwa sebagian responden
Bila melihat umur pertama kali merokok menghisap rokok 1-5 batang setiap hari. Hal ini
dari 14 (47%) responden yang pernah merokok, didukung oleh penelitian Iqbal (2008)
sebanyak 2 (7%) remaja laki-laki yang sudah menunjukkan bahwa diantara responden yang
mulai merokok sejak SD umur 10 tahun, masih merokok, sebanyak 24 (80%) responden
sebanyak 8 (27%) remaja laki-laki mulai menghisap rokok sebanyak 1-5 batang setiap
merokok sejak SMP umur 13-14 tahun, dan hari, sebanyak 5 (17%) menghisap 6-14 batang
sebanyak 1 (3%) orang remaja mulai merokok setiap hari, dan 1(3%) responden menghisap 11-
sejak SMA umur 16 tahun. Selain itu perilaku 15 batang setiap harinya. Adapun hal-hal yang
merokok banyak terjadi dimulai pada masa mempengaruhi jumlah konsumsi rokok per hari
remaja, semakin muda umur mulai merokok yaitu intensitas bertemu dengan teman sebaya
semakin kuat kebiasaan merokok dan semakin yang perokok, semakin lama seseorang bertemu
sulit untuk berhenti merokok. Hal ini sesuai dengan teman-teman perokok maka aka
dengan penelitian Binita (2014) yang semakin banyak rokok yang dihisap. Hal ini
menyatakan bahwa responden yang berusia di sesuai dengan penelitian Gusti (2013) yang
atas 16 tahun lebih berani untuk merokok menjelaskan bahwa lingkungan teman
karena mereka merasa dirinya sudah dewasa sepermainan berpengaruh dalam jumlah
dan berhak melakukan apapun yang hendak konsumsi rokok per hari hal ini dikarenakan
mereka lakukan termasuk merokok sedangkan pengaruh ajakan dari teman yang merokok.
pada responden yang berusia di bawah 16 tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masih dalam tahap mencoba-coba dan belum proporsi responden berumur 16 tahun (23%),
masuk ke dalam kategori biasa merokok. sedangkan responden berumur 13-15 tahun
Hasil penelitian menyatakan bahwa (13%). Dari hasil penelitian tersebut
sebanyak 9 (30%) remaja laki-laki sudah mulai menunjukkan bahwa umur bukanlah satu-
berhenti merokok dan sebanyak 5 (17%) remaja satunya faktor yang mempengaruhi perilaku
laki-laki masih merokok. Ada berbagai faktor merokok pada remaja, Perilaku merokok
yang menyebabkan remaja melakukan merupakan fungsi dari lingkungan dan individu.
kebiasaan merokok diantaranya pengaruh Artinya perilaku merokok selain disebabkan
teman sebaya hal ini sesuai dengan berbagai faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan
fakta yang mengungkapkan semakin banyak oleh faktor lingkungan. Menurut Lewin dalam
individu merokok maka semakin banyak teman- (Iqbal, 2008), faktor yang mempengaruhi
teman individu itu yang merokok, begitu pula seseorang merokok terbagi dua, yaitu faktor dari
sebaliknya (Nasution, 2007). Alasan responden dalam (internal) meliputi kepribadian,
masih merokok adalah karena rokok psikologis, biologis, konformitas teman sebaya,
mengandung nikotin. Menurut Antoni nikotin usia, dan jenis kelamin, dan faktor dari luar
adalah suatu zat psikoaktif yang mempunyai (eksternal) meliputi pengaruh orang tua, teman,
efek farmakologis terhadap otak yaitu iklan, lingkungan sosial.
mempengaruhi perasaan dan atau kebiasaan Dari 30 responden terdapat 20 (67%)
sehingga dapat menimbulkan ketergantungan responden laki-laki dan 10 (33%) responden
(ketagihan) (Iqbal, 2008). perempuan¸ diantara 20 responden laki-laki 13
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa diantaranya pernah merokok dan 26% masih
diantara 30 responden sebanyak 8 (27%) merokok. Remaja laki-laki lebih banyak yang
401
Mirnawati, Nurfitriani, Febriana M. Z. dan Widya H. C. / Perilaku Merokok / HIGEIA 2 (3) (2018)
402
Mirnawati, Nurfitriani, Febriana M. Z. dan Widya H. C. / Perilaku Merokok / HIGEIA 2 (3) (2018)
berubah menjadi kesadaran dan keinginan (Anggraeni, 2018). Hal ini sejalan dengan
untuk berinteraksi dan berperilaku sesuai penelitian Rahmah (2015) terkait faktor
dengan teman sebayanya. Penyataan tersebut pendukung intensi remaja berhenti merokok
menunjukkan bahwa pengaruh teman sebaya daintaranya juga terdapat faktor ekonomi
terhadap remaja lebih dominan daripada bahwa perokok remaja/usia sekolah biasanya
anggota keluarganya. membelanjakan sebagian besar pendapatannya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk membeli rokok, dan jika terjadi kenaikan
iklan rokok tidak berpengaruh pada perilaku harga rokok melalui peningkatan cukai rokok,
merokok pada remaja di Desa Candirejo. hal ini membuat proporsi belanja mereka untuk
Menurut Cahyo (2012), paparan iklan rokok rokok semakin berkurang dikarenakan remaja
baik yang berasal dari televisi, iklan di pinggir tidak dapat menyisihkan uangnya untuk
jalan dalam bentuk spanduk promosi penjualan membeli rokok, sedangkan faktor kesehatan
produk rokok secara langsung dari Sales dijelaskan sesuai teori yang disampaikan oleh
Promotion Girl (SPG), hingga pembagian sampel Iqbal (2008) bahwa merokok tembakau sangat
produk rokok gratis pada acara-acara musik merugikan kesehatan perokok maupun orang
(konser) berfungsi sebagai salah satu sarana yang berada di dekatnya. Merokok dapat
untuk mengenaikan produk rokok kepada mencetuskan penyakit jantung dan pembuluh
masyarakat yang pada akhimya berimbas pada darah, yaitu penyakit jantung koroner, berupa
peningkatan penjualan produk rokok. Akan infark otot jantung sampai serangan angina
tetapi, dalam penelitian ini sebagian besar pektoris, arteriosklerosis dan penyakit pembuluh
remaja tidak menyebutkan iklan tersebut yang darah tepi.
menyebabkan mereka merokok. Berdasarkan Meskipun perokok mengetahui dampak
analisis data, perilaku merokok pada remaja di akibat merokok namun secara psikis mereka
Desa Candirejo ini disebabkan karena diajak tetap meyakini hal positif yang mereka peroleh
oleh teman untuk merokok, pengaruh dari jika mereka menghisap rokok, sehingga mereka
teman sebaya terkait rokok, serta remaja sendiri masih kesulitan untuk menentukan berhenti
yang memiliki karaker yang penasaran dan merokok secara total. Terlebih pada saat mereka
ingin mencoba hal baru. berkumpul dengan teman-teman yang sesama
Dalam penelitian ini juga menunjukkan perokok, atau pada saat kondisi stres, cemas,
bahwa remaja yang memiliki keinginan untuk gelisah, marah, sulit tidur, dan lain sebagainya.
berhenti merokok sejumlah 12 responden (40%), mencoba rokok kemudian menjadi tergantung
sedangkan 2 responden (7%) lainnya tidak atau kecanduan di karenakan zat‐zat kimia yang
memiliki sikap positif untuk berhenti merokok, terkandung dalam rokok. Selain menimbulkan
remaja yang memiliki persepsi yang positif ter- ketergantungan, zat‐zat tersebut juga
hadap alasan berhenti merokok yang ditunjuk- berdampak negatif pada organ tubuh. Zat‐zat
kan dengan sikap perokok terhadap pentingnya kimia yang terkandung di dalam rokok dan
berhenti merokok dengan memperhatikan ber- asapnya ketika dibakar antara lain karbon
bagai dampak akibat merokok, baik pada aspek monoksida, tar, dan nikotin (Liem, 2010). Ke-
keagamaan, kesehatan, sosial, ekonomi dan tenangan yang diperoleh dari menghisap rokok
psikologi. Alasan remaja ingin berhenti berasal dari nikotin yang merangsang otak
merokok diantaranya alasan faktor ekonomi untuk memproduksi dopamin, yaitu sebuah
dan kesehatan. Dikarenakan responden masih senyawa yang membuat seorang perokok
pada usia remaja dan usia sekolah maka mereka mendapatkan efek relaksasi dan rasa senang.
merasa bahwa uang saku mereka akan cepat Dopamin inilah yang mengakibatkan proses
habis jika hanya dibelikan rokok, selain itu kecanduan pada perokok. Tidak semua perokok
mereka juga mengetahui bahwa rokok yang memiliki persepsi positif terhadap alasan
berbahaya bagi kesehatannya salah satunya berhenti merokok tersebut dapat berhasil
merupakan faktor penyakit tuberkulosis berhenti merokok dengan mudah. Demikian
403
Mirnawati, Nurfitriani, Febriana M. Z. dan Widya H. C. / Perilaku Merokok / HIGEIA 2 (3) (2018)
juga dengan perokok yang persepsinya negatif, tidak senang terhadap rokok maka individu
sebab berdasarkan informasi dan pengalaman ia akan merasa mampu merealisasikan niatnya
belum mengetahui pentingnya berhenti untuk berhenti merokok semakin kuat.
merokok. Meskipun para perokok megetahui Sebaliknya, jika lingkungannya sesama perokok
pentingnya berhenti merokok namun bila tanpa maka bagi perokok yang berencana berhenti
diikuti dengan niat dan tekad yang kuat, maka merokok supaya memberitahukan kepada ling-
persepsi tersebut tidak dapat untuk memprediksi kungan sosialnya, terutama orang terdekat yaitu
keberhasilan berhenti merokok. orang tua dan teman-teman, sehingga mereka
Niat yang kokoh untuk berhenti merokok nantinya akan mendukung dan menghargai
secara total akan menguatkan perokok untuk usaha perokok tersebut. Namun jika lingkungan
mengontrol perilakunya dalam kondisi apapun sosial di sekitarnya tidak tahu maka mereka
pada saat akan merokok. Lain halnya dengan akan merokok di hadapannya. Hal ini akan
yang hanya berniat untuk mengurangi jumlah membuat perokok terpengaruh untuk terus
batang rokok yang dikonsumsi. Misalnya, yang merokok dan niatnya untuk berhenti merokok
biasanya menghisap 10 batang rokok per hari menjadi tertunda atau tidak sama sekali. Oleh
maka kini menjadi 8 batang rokok per hari, dan karena itu, langkah terbaik bagi perokok yang
semakin hari semakin berkurang jumlah ingin menghentikan kebiasaan merokoknya
rokoknya. Dengan kata lain ia hanya ialah memiliki niat berhenti merokok secara
mengurangi asupan nikotin secara bertahap dari total. Dengan demikian, penetuan niat berhenti
waktu ke waktu. Sedangkan sebelumnya sudah merokok dapat untuk mempredisksi peluang
dijelaskan bahwa yang membuat seseorang sulit keberhasilan berhenti merokok (Rosita, 2012).
berhenti merokok adalah faktor nikotin. Jika
nikotin masih terkandung dalam tubuh dan PENUTUP
belum lepas secara total, maka kemungkinan
perilaku merokok tidak dapat dihilangkan. Simpulan dari penelitian ini yaitu
Terutama pada saat kondisi-kondisi yang sebanyak 14 (46%) responden pernah merokok,
mendukung untuk merokok, seperti pada alasan remaja merokok dikarenakan pengaruh
kondisi sedang stres, marah, cemas, gelisah atau teman, dan keinginan ingin mencoba. Jika
lain sebagainya, maka sisa nikotin dalam tubuh melihat umur pertama kali merokok dari 14
akan bereaksi hingga dapat memicu ketagihan (47%) responden yang pernah merokok,
merokok. Sehingga orang akan mencoba sebanyak 2 (7%) remaja laki-laki mulai merokok
kembali menghisap rokok dan kebisaan sejak SD umur 10 tahun, sebanyak 8 (27%)
merokok akan terulang terus-menerus. remaja laki-laki mulai merokok sejak SMP umur
Dengan demikian, upayanya untuk 13-14 tahun, dan sebanyak 1 (3%) orang remaja
berhenti merokok telah gagal. Oleh karena itu, mulai merokok sejak SMA umur 16 tahun.
keberhasilan berhenti merokok dapat diprediksi Faktor yang mempengaruhi remaja merokok
melalui niat seseorang sebelum memulai yaitu jenis kelamin, teman sebaya, lingkungan
berhenti merokok. Sesuai dengan teori yang sekitar dan hasrat ingin mencoba. Semakin
menyatakan bahwa hal yang membuat remaja muda umur remaja dalam mulai merokok maka
enggan atau kesulitan berhenti merokok karena semakin tinggi juga kebiasaan merokok dan
faktor ketergantungan dengan zat kimia dan semakin sulit untuk berhenti merokok. Saran
faktor kebiasaan sosial. yang diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu
Usaha untuk berhenti merokok akan sia- diharapkan dapat mengembangkan penelitian
sia apabila tidak didasari dengan niat yang kuat. terkait perilaku merokok pada remaja dengan
Sedangkan niat untuk berhenti merokok itu menggunakan desain studi yang lebih kuat
sendiri masih dipengaruhi oleh faktor dukungan misalnya dengan menggunakan desain studi
sosial untuk menghentikan perilaku merokok. kasus kontrol dan menambahkan variabel yang
Apabila lingkungan sosialnya menolak dan lebih luas seperti pengetahuan, sikap remaja
404
Mirnawati, Nurfitriani, Febriana M. Z. dan Widya H. C. / Perilaku Merokok / HIGEIA 2 (3) (2018)
405