Anda di halaman 1dari 10

HIGEIA 2 (3) (2018)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Perilaku Merokok pada Remaja Umur 13-14 Tahun

Mirnawati1 , Nurfitriani1, Febriana Maya Zulfiarini1, Widya Hary Cahyati2


1
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo, Indonesia
2
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Merokok masih menjadi masalah kesehatan di kalangan remaja. Diperkirakan dari 70 juta anak
Diterima 27 Mei 2018 Indonesia, 37% diantaranya adalah perokok. Remaja adalah tahap dimana masih mencari jati diri,
Disetujui 7 Juli 2018 ingin mencoba hal baru, dan mudah terpengaruh terhadap lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan
Dipublikasikan 30 Juli di Desa Candirejo pada Bulan Desember 2017. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran
2018 perilaku merokok pada remaja. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif dengan desain studi
________________ crossectional. Sampel yang ditetapkan sebesar 30 sampel dengan teknik simple random sampling.
Keywords: Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 14 (46%)
Behavior, Smoking, adalah perokok. Alasan merokok dikarenakan pengaruh teman, serta keinginan ingin mencoba.
Teenagers Umur pertama kali merokok yaitu sebanyak 2 (7%) remaja mulai merokok sejak SD umur 10
____________________ tahun, sebanyak 8 (27%) remaja laki-laki mulai merokok sejak SMP umur 13-14 tahun, dan 1 (3%)
DOI: orang remaja mulai merokok sejak SMA umur 16 tahun. Simpulan penelitian ini yaitu faktor yang
https://doi.org/10.15294 mempengaruhi remaja merokok diantaranya jenis kelamin, teman sebaya, lingkungan sekitar dan
/higeia/v2i3/26761 hasrat ingin mencoba.
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
Smoking is still a health problem among teenagers. It was estimated that from 70 million Indonesian children,
37% of them are smokers. Teenagers were in the stage still looking for identity, want something new, and easy
to tell the environment. This research was conducted in Candirejo Village in December 2017. The purpose of
this research was to know the behavior of smoking in adolescent. The type of this research was quantitative
descriptive with crossectional study design. The sample was 30 samples with simple random sampling
technique. The instrument used a questionnaire. The results showed that as many as 14 (46%) are smokers
with priority seizures due to friend integration, as well as usability. The first time smokers were as many as 2
(7%) teenagers started smoking since elementary school age 10 years, as many as 8 (27%) of teenagers started
smoking since junior age 13-14 years, and 1 (3%) teens start smoking since high school is 16 years old. The
conclusions of this study are the factors that affect teenagers, peers, the environment and other desires.

© 2018 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Jl. Diponegoro No.186, Gedanganak,
Ungaran Timur, Semarang 50512 e ISSN 1475-222656
E-mail: mirnawati123@gmail.com

396
Mirnawati, Nurfitriani, Febriana M. Z. dan Widya H. C. / Perilaku Merokok / HIGEIA 2 (3) (2018)

PENDAHULUAN penyakit paru kronik dan emfisema pada tahun


2001. Rokok merupakan penyebab stroke
Kecenderungan remaja yang ingin sebesar 5% dari jumlah kasus stroke yang ada.
mencoba merokok menyebabkan masalah Lebih dari 40,3 juta anak Indonesia berusia 0-14
kesehatan. Remaja adalah tahap dimana masih tahun terpapar asap rokok di lingkungannya.
mencari jati diri mereka, mereka masih ingin Akibatnya mereka mengalami pertumbuhan
mencoba hal–hal baru dan mudah terpengaruh paru yang lambat dan lebih mudah terkena
terhadap lingkungan yang mereka tinggali. Di infeksi saluran pernapasan, infeksi telinga dan
kalangan remaja saat ini, merokok bisa asma. Diperkirakan hingga menjelang 2030
dikatakan sebagai kebiasaan yang wajar. kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta
Bahkan di mata perokok, merokok sering pertahunnya dan di negara berkembang
dianggap sebagai perilaku gentle/jantan dan diperkirakan tidak kurang 70% kematian yang
menganggap bahwa lelaki yang tidak merokok disebabkan oleh rokok. Meningkatnya kematian
seperti seorang pecundang. Karena pernyataan akibat rokok berbanding lurus dengan jumlah
yang salah inilah maka banyak remaja yang remaja perokok yang setiap tahunnya cenderung
terpengaruh dan memilih untuk merokok mengalami peningkatan (Rositaa, 2012).
(Sartika, 2009). Menurut hasil riset kesehatan dasar rerata
Menurut WHO (2015), persentase batang rokok yang dihisap perhari penduduk
penduduk dunia yang menkonsumsi tembakau umur ≥10 tahun di Indonesia adalah 12,3
didapatkan sebanyak 57% pada penduduk Asia batang (setara satu bungkus). Jumlah rata-rata
dan Australia, 14% pada penduduk Eropa batang rokok terbanyak yang dihisap ditemukan
Timur dan Pecahan Uni Soviet, 12% penduduk di Bangka Belitung (18 batang). Proporsi
Amerika, 9% penduduk Eropa Barat dan 8% terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur
pada penduduk Timur Tengah serta Afrika. 30-34 tahun sebesar 33,4 persen, pada laki-laki
Sementara itu ASEAN merupakan sebuah lebih banyak di bandingkan perokok perempuan
kawasan dengan 10% dari seluruh perokok (47,5% banding 1,1%). Berdasarkan jenis
dunia dan 20% penyebab kematian global akibat pekerjaan, petani/nelayan/buruh adalah
tembakau (Alamsyah, 2017). perokok aktif setiap hari yang mempunyai
Penelitian Global Youth Tobacco proporsi terbesar (44,5%) dibandingkan
menunjukkan tingkat prevalensi perokok remaja kelompok pekerjaan lainnya. Proporsi perokok
di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. setiap hari tampak cenderung menurun pada
Diperkirakan dari 70 juta anak Indonesia, 37% kuintil indeks kepemilikan yang lebih tinggi.
atau sama dengan 25,9 juta anak Indonesia Proporsi penduduk umur ≥15 tahun yang
adalah perokok dan jumlah itu menjadikan merokok dan mengunyah tembakau cenderung
Indonesia sebagai negara dengan jumlah meningkat dalam Riskesdas (34,2%), Riskesdas
perokok terbanyak di Asia. Seiring dengan hal 2010 (34,7%) dan Riskesdas 2013 (36,3%).
tersebut hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Proporsi tertinggi pada tahun 2013 adalah Nusa
tahun 2013 memperlihatkan proporsi perokok di Tenggara Timur (55,6%). Dibandingkan dengan
Indonesia sebesar 24,3% dari jumlah penduduk, penelitian Global Adults Tobacco Survey (GATS)
umur 10-14 mulai merokok pertama kali pada pada penduduk kelompok umur ≥15 tahun,
saat berumur 5-9 tahun sebesar 2,8% dan 10-14 proporsi perokok laki-laki 67,0 persen dan pada
tahun sebesar 97,2%. Sedangkan umur 15-19 Riskesdas 2013 sebesar 64,9 persen, sedangkan
mulai merokok pertama kali pada saat berumur pada perempuan menurut GATS adalah 2,7
5-9 tahun sebesar 1,1%, 1014 tahun sebesar persen dan 2,1 persen menurut Riskesdas 2013.
24,0% dan 15-19 tahun sebesar 74,9% (Noviana, Proporsi mengunyah tembakau menurut GATS
2016). 2011 pada laki-laki 1,5 persen dan perempuan
Berdasarkan data, akibat rokok di 2,7 persen, sementara Riskesdas 2013
Indonesia menyebabkan 9,8% kematian karena menunjukkan proporsi laki-laki 3,9 persen dan

397
Mirnawati, Nurfitriani, Febriana M. Z. dan Widya H. C. / Perilaku Merokok / HIGEIA 2 (3) (2018)

4,8 persen pada perempuan. Pada tahun 2013 meliputi ketersediaan dan keterjangkauan
adalah Nusa Tenggara Timur (55,6%). sumber daya kesehatan, prioritas dan komitmen
Dibandingkan dengan penelitian Global Adults masyarakat/pemerintah terhadap kesehatan,
Tobacco Survey (GATS) pada penduduk keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan,
kelompok umur ≥15 tahun, proporsi perokok tempat tinggal, status ekonomi, dan akses
laki-laki 67,0 persen dan pada Riskesdas 2013 terhadap media informasi. Faktor ketiga adalah
sebesar 64,9 persen, sedangkan pada perempuan faktor reinforcing atau faktor penguat yaitu faktor
menurut GATS adalah 2,7 persen dan 2,1 yang dapat memperkuat perilaku. Faktor ini
persen menurut Riskesdas 2013. Proporsi ditentukan oleh pihak ketiga atau orang lain
mengunyah tembakau menurut GATS 2011 yang meliputi keluarga, teman sebaya, guru,
pada laki-laki 1,5 persen dan perempuan 2,7 petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan
persen, sementara Riskesdas 2013 menunjukkan pengambil keputusan (Lestary, 2007).
proporsi laki-laki 3,9 persen dan 4,8 persen pada Fakta menunjukkan bahwa dengan
perempuan (Kemenkes RI, 2013). mengkonsumsi tembakau berdampak pada
Kota Semarang merupakan ibu kota dari status kesehatan. Diketahui pula bahwa
Provinsi Jawa Tengah, walaupun bukan konsumsi tembakau berkontribusi terhadap
termasuk dalam 10 kabupaten/kota yang timbulnya katarak, pneumonia, acute myeloid
memiliki prevalensi merokok setiap hari di atas leukaemia, abdominal aortic aneurysm, kanker
rata-rata, tetapi mempunyai dampak yang lambung, kanker pancreas, kanker cervix, kanker
cukup besar terhadap peningkatan jumlah ginjal dan penyakit lainnya. Penyakit-penyakit
perokok di Jawa Tengah. Di Kota Semarang ini menambah panjangnya daftar penyakit yang
tercatat sebanyak 18,2% perokok dengan 9,1 ditimbulkan oleh komsumsi tembakau seperti:
batang rokok perhari. Sedangkan Dinas Kanker paru-paru, vesicle, oesophagus, larynx,
Kesehatan Kota Semarang tahun 2011 mencatat mulut dan tenggorokan, chronic pulmonary
jumlah perokok remaja putra sebesar 34,4% dan disease, emphysema dan bronchitis, stroke,
remaja putri sebesar 4%. Akibatnya terjadi serangan jantung dan penyakit kardiovaskuler
peningkatan jumlah kasus penyakit tidak lainnya. Hampir 90% kanker paru-paru
menular di Kota Semarang. Penyakit tidak disebabkan oleh konsumsi tembakau.
menular yang dapat terjadi akibat kebiasaan Tembakau juga dapat merusak sistem
merokok setiap hari adalah hipertensi, serangan reproduksi, berkontribusi kepada keguguran,
jantung, stroke, penyakit paru obstruktif kronik premature delivery, low birth weight, sudden
(PPOK), emfisema dan kanker (terutama kanker infantdeath dan penyakit-penyakit pada anak-
paru-paru, kanker laring dan mulut, kanker anak, seperti attentionhyperactivity deficit disorders
pankreas). (Hasan, 2015).
Menurut Green dan Kreuter (2005) dalam Perilaku merokok di kalangan remaja
Lestary (2007), ada tiga faktor yang masih menjadi permasalahan sendiri di Desa
menyebabkan atau mempengaruhi perilaku Candirejo, karena masih ditemukannya remaja-
berisiko pada remaja. Pertama adalah faktor remaja usia sekolah yang terlihat merokok di
predisposing atau faktor yang melekat atau lingkungan masyarakat. Maka dari itu, peneliti
memotivasi. Faktor ini berasal dari dalam diri tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai
seorang remaja yang menjadi alasan atau perilaku merokok remaja dalam kaitannya
motivasi untuk melakukan suatu perilaku dengan tekanan yang diterima dari teman
termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sebaya yang menuntut remaja untuk melakukan
keyakinan, nilai, sikap, kepercayaan, kapasitas, konformitas.
umur, jenis kelamin, dan pendidikan. Kedua Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
adalah faktor enabling atau faktor pemungkin. maka peneliti bermaksud untuk melakukan
Faktor ini memungkinkan atau mendorong penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
suatu perilaku dapat terlaksana. Faktor ini gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi

398
Mirnawati, Nurfitriani, Febriana M. Z. dan Widya H. C. / Perilaku Merokok / HIGEIA 2 (3) (2018)

perilaku merokok pada remaja di Desa umur responden saat merokok, jenis kelamin,
Candirejo Semarang. tingkat pendidikan, status merokok, waktu
mulai merokok, dan faktor yang mempengaruhi
METODE remaja merokok seperti diajak teman, pengaruh
teman, meniru orangtua, penasaran ingin
Jenis penelitian ini merupakan penelitian mencoba, dan pengaruh iklan rokok.
deskriptif kuantitatif untuk menjelaskan Prosedur dalam penelitian ini meliputi
gambaran perilaku merokok pada remaja, tahap pra penelitian, tahap penelitian, dan tahap
sedangkan desain studi yang digunakan adalah pasca penelitian. Pada tahap pra penelitian
cross sectional yaitu pengambilan data dan semua adalah kegiatan yang dilakukan sebelum
variabel dilakukan dalam satu waktu atau secara melakukan penelitian, tahap pra penelitian yang
bersamaan. Lokasi penelitian dilakukan di di dilakukan yaitu melakukan studi pendahuluan
Desa Candirejo Kabupaten Semarang dan dengan dan wawancara kepada kepala desa dan
waktu penelitian dilakukan pada Bulan remaja mengenai gambaran perilaku merokok
Desember 2017. Hal-hal yang dibahas dalam yang terjadi pada remaja di Desa Candirejo,
penelitian ini diantaranya umur, jenis kelamin, menyiapkan instrumen penelitian, membuat
tingkat pendidikan, status merokok, waktu daftar nama responden yang akan dijadikan
mulai merokok, dan faktor yang mempengaruhi sampel penelitian, dan melakukan perizinan
remaja merokok seperti diajak teman, pengaruh kepada kepala desa setempat untuk melakukan
teman, meniru orangtua, penasaran ingin penelitian. Kemudian tahap penelitian adalah
mencoba, dan pengaruh iklan rokok. kegiatan yang dilakukan saat melaksanakan
Populasi dalam penelitian ini adalah penelitian, pada tahap penelitian langkah yang
remaja Desa Candirejo Semarang dan sampel dilakukan yaitu mendatangi rumah-rumah
pada penelitian ini berjumlah 30 remaja yang responden sampel dan meminta kesediaan
terdiri dari 20 remaja laki-laki dan 10 remaja subjek penelitian untuk mengikuti penelitian,
perempuan yang berusia 10-24 tahun yang setelah responden bersedia menjadi sampel
berstatus nikah maupun belum nikah di Desa penelitian kemudian dilakukan pengisian
Candirejo. Sampel ditentukan dengan teknik kuesioner kepada responden. Sementara tahap
simple random sampling yaitu dengan pasca penelitian adalah kegiatan yang dilakukan
pengambilan sampel secara acak. Pengambilan pada saat setelah selesai penelitian, adapun
sampel dilakukan terlebih dahulu menetapkan kegiatan yang dilakukan diantaranya pencatatan
batas wilayah Desa Candirejo. Desa Candirejo hasil penelitian, melakukan analisis data
memiliki 6 dusun. Dari 6 dusun dipilih secara penelitian dan menarik kesimpulan.
acak sebagai sampel. Kemudian untuk Teknik pengolahan data yaitu proses
memudahkan dalam memperoleh daftar remaja penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih
yang sesuai kriteria, maka pemilihan sampel mudah dipahami. Analisis data yang digunakan
diambil dari daftar nama remaja yang terdapat yaitu analisis univariat, analisis univariat
di wilayah Desa Candirejo. bertujuan untuk menjelaskan dan
Sumber data dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan karakteristik dari pertanyaan
data primer. Sumber data primer yaitu data penelitian. Analisis data yang digunakan dalam
yang diambil secara langsung di masyarakat. penelitian ini yaitu dengan mendeskripsikan
Data primer diambil secara langsung dari frekuensi dan presentase dari variabel penelitian.
responden. Teknik pengambilan data yang Pengolahan data dalam penelitian ini
digunakan yaitu dengan menggunakan yaitu dengan memasukkan data ke dalam sistem
wawancara. wawancara dilakukan secara komputer kemudian melakukan pengolahan
langsung kepada responden dengan data dengan mencari frekuensi dari setiap
menggunakann instrumen berupa kuesioner. pertanyaan yang diberikan kepada responden.
Kuesioner penelitian berisi pertanyaan tentang Data diolah dengan mencari frekuensi dan

399
Mirnawati, Nurfitriani, Febriana M. Z. dan Widya H. C. / Perilaku Merokok / HIGEIA 2 (3) (2018)

presentase kemudian disajikan dalam bentuk Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok
tabel berisi hasil frekuensi dari setiap item Gambaran Perilaku Frekuensi Persentase
penelitian. Merokok
Jumlah Remaja yang 14 46,0
Merokok
HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu Mulai Merokok 0 0,0
Sebelum Sekolah 4 13,0
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui SD 8 27,0
bahwa sampel penelitian terdiri dari remaja laki- SMP 1 3,0
SMA
laki sebanyak 20 (67%) dan remaja perempuan
Anggota Keluarga yang 22 73,0
sebanyak 10 (33%). Diketahui pula bahwa Merokok 0 0,0
sampel yang merokok berjumlah 14 orang Ayah 1 3,0
(46%) dan berjenis kelamin laki-laki. Hal ini Ibu 3 10,0
sesuai dengan penelitian Pangestu (2017) yang Kakak/Adik
Ayah dan Kakak
menyatakan bahwa perilaku merokok paling
Tempat Anggota Keluarga
banyak pada remaja laki-laki. Seperti yang Merokok 8 27,0
dijelaskan Martini (2014) bahwa jika dipandang Di dalam Rumah 8 27,0
dari segi budaya, perilaku merokok pada Di Luar Rumah 9 30,0
perempuan masih dianggap tabu untuk Di dalam dan luar
Konsumsi Rokok/Hari
dilakukan di Indonesia. Sebagian besar
1-5 batang 8 27,0
masyarakat mengganggap bahwa merokok itu 6-14 batang 5 17,0
wajar jika dilakukan oleh laki-laki, sementara ≥ 15 batang 1 3,0
bagi perempuan itu adalah sesuatu yang Faktor Penyebab Remaja
memalukan. Merokok
Diajak teman 6 20,0
Karakteristik pendidikan responden
Pengaruh Teman 5 17,0
perokok paling banyak duduk di bangku Meniru Orang Tua atau 0 0,0
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan paling Keluarga
banyak memulai kebiasaan merokok yaitu Penasaran Mencoba 3 10,0
SMP, hal ini sesuai dengan penelitian Sarino Pengaruh Iklan Rokok 0 0,0
Keinginan Berhenti Mero-
(2012) yang menyatakan bahwa siswa SMP
kok
adalah masa dimana mereka mulai memasuki Ya 12 40,0
usia remaja. Menurut Erickson (dalam medicine Tidak 2 7,0
and health) bahwa remaja mulai merokok karena
berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial sedang mencari jati dirinya. Hasil penelitian
yang dialami pada masa perkembangannya karakteristik status merokok menyatakan bahwa
yaitu masa ketika mereka sebanyak 14 (46%) responden pernah merokok,
remaja merokok karena pengaruh teman, dan
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden keinginan ingin mencoba. Sama dengan
Karakteristik Frekuensi Persentase penelitian yang dilakukan Rachmat (2013)
Responden
bahwa terdapat banyak alasan yang
Jenis Kelamin
Laki-laki 20 67,0 melatarbelakangi perilaku merokok remaja.
Perempuan 10 33,0 Secara umum, perilaku merokok merupakan
Pendidikan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya,
Tidak Sekolah 5 16,5 perilaku merokok selain disebabkan faktor-
Tamat SD 5 16,5
faktor dari dalam diri juga disebabkan faktor
Tamat SMP 20 67,0
Status Merokok lingkungan. Faktor dalam remaja dapat dilihat
Merokok 5 17,0 dari kajian perkembangan remaja yang mulai
Pernah Merokok 9 30,0 merokok berhubungan dengan krisis aspek
Tidak Pernah 16 53,0 psikososial yang dialami pada masa

400
Mirnawati, Nurfitriani, Febriana M. Z. dan Widya H. C. / Perilaku Merokok / HIGEIA 2 (3) (2018)

perkembangan, ketika mereka sedang mencari responden mengkonsumsi rokok sebanyak 1-5
jati diri. Adapun dalam penelitiannya juga batang setiap hari, sedangkan 1 (3%) responden
mendapatkan hasil bahwa faktor yang mengkonsumsi ≥ 15 batang setiap hari. Hal
berhubungan dengan perilaku merokok pada tersebut menunjukkan bahwa responden
siswa SMP diantaranya interaksi kelompok merupakan perokok ringan. Hasil penelitian ini
sebaya, interaksi keluarga, iklan rokok, dan didukung oleh penelitian lain yang
sikap remaja. menunjukkan bahwa sebagian responden
Bila melihat umur pertama kali merokok menghisap rokok 1-5 batang setiap hari. Hal ini
dari 14 (47%) responden yang pernah merokok, didukung oleh penelitian Iqbal (2008)
sebanyak 2 (7%) remaja laki-laki yang sudah menunjukkan bahwa diantara responden yang
mulai merokok sejak SD umur 10 tahun, masih merokok, sebanyak 24 (80%) responden
sebanyak 8 (27%) remaja laki-laki mulai menghisap rokok sebanyak 1-5 batang setiap
merokok sejak SMP umur 13-14 tahun, dan hari, sebanyak 5 (17%) menghisap 6-14 batang
sebanyak 1 (3%) orang remaja mulai merokok setiap hari, dan 1(3%) responden menghisap 11-
sejak SMA umur 16 tahun. Selain itu perilaku 15 batang setiap harinya. Adapun hal-hal yang
merokok banyak terjadi dimulai pada masa mempengaruhi jumlah konsumsi rokok per hari
remaja, semakin muda umur mulai merokok yaitu intensitas bertemu dengan teman sebaya
semakin kuat kebiasaan merokok dan semakin yang perokok, semakin lama seseorang bertemu
sulit untuk berhenti merokok. Hal ini sesuai dengan teman-teman perokok maka aka
dengan penelitian Binita (2014) yang semakin banyak rokok yang dihisap. Hal ini
menyatakan bahwa responden yang berusia di sesuai dengan penelitian Gusti (2013) yang
atas 16 tahun lebih berani untuk merokok menjelaskan bahwa lingkungan teman
karena mereka merasa dirinya sudah dewasa sepermainan berpengaruh dalam jumlah
dan berhak melakukan apapun yang hendak konsumsi rokok per hari hal ini dikarenakan
mereka lakukan termasuk merokok sedangkan pengaruh ajakan dari teman yang merokok.
pada responden yang berusia di bawah 16 tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masih dalam tahap mencoba-coba dan belum proporsi responden berumur 16 tahun (23%),
masuk ke dalam kategori biasa merokok. sedangkan responden berumur 13-15 tahun
Hasil penelitian menyatakan bahwa (13%). Dari hasil penelitian tersebut
sebanyak 9 (30%) remaja laki-laki sudah mulai menunjukkan bahwa umur bukanlah satu-
berhenti merokok dan sebanyak 5 (17%) remaja satunya faktor yang mempengaruhi perilaku
laki-laki masih merokok. Ada berbagai faktor merokok pada remaja, Perilaku merokok
yang menyebabkan remaja melakukan merupakan fungsi dari lingkungan dan individu.
kebiasaan merokok diantaranya pengaruh Artinya perilaku merokok selain disebabkan
teman sebaya hal ini sesuai dengan berbagai faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan
fakta yang mengungkapkan semakin banyak oleh faktor lingkungan. Menurut Lewin dalam
individu merokok maka semakin banyak teman- (Iqbal, 2008), faktor yang mempengaruhi
teman individu itu yang merokok, begitu pula seseorang merokok terbagi dua, yaitu faktor dari
sebaliknya (Nasution, 2007). Alasan responden dalam (internal) meliputi kepribadian,
masih merokok adalah karena rokok psikologis, biologis, konformitas teman sebaya,
mengandung nikotin. Menurut Antoni nikotin usia, dan jenis kelamin, dan faktor dari luar
adalah suatu zat psikoaktif yang mempunyai (eksternal) meliputi pengaruh orang tua, teman,
efek farmakologis terhadap otak yaitu iklan, lingkungan sosial.
mempengaruhi perasaan dan atau kebiasaan Dari 30 responden terdapat 20 (67%)
sehingga dapat menimbulkan ketergantungan responden laki-laki dan 10 (33%) responden
(ketagihan) (Iqbal, 2008). perempuan¸ diantara 20 responden laki-laki 13
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa diantaranya pernah merokok dan 26% masih
diantara 30 responden sebanyak 8 (27%) merokok. Remaja laki-laki lebih banyak yang

401
Mirnawati, Nurfitriani, Febriana M. Z. dan Widya H. C. / Perilaku Merokok / HIGEIA 2 (3) (2018)

merokok dibandigkan dengan remaja Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa


perempuan. Menurut Amos dalam Wijayanti sebanyak 22 (73%) responden menyatakan ayah
(2017) mengungkap bahwa bagi remaja merupakan anggota keluarga yang merokok di
terutama remaja laki-laki, merokok merupakan rumah, sedangkan 1 (3%) responden
simbol atas kekuasaan, kejantanan, dan menyatakan kakak laki-laki merupakan anggota
kedewasaan. Remaja tidak ingin dirinya disebut keluarga yang merokok di rumah, dan sebanyak
„pengecut‟. Selain itu, remaja laki-laki lebih 3 (11%) responden menyatakan bahwa ayah dan
berani mengambil risiko daripada perempuan, kakak laki-laki merupakan anggota keluarga
sebagai salah satu contoh adalah perilaku yang merokok di rumah. sebanyak 27%
berisiko merokok. responden menyatakan bahwa anggota keluarga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari merokok di luar rumah, dengan jumlah yang
30 responden remaja umur 12-17 tahun dengan sama responden menyatakan bahwa anggota
jumlah perokok sebanyak 8 (27%) orang, keluarga merokok di dalam rumah, dan 7 (23%)
sebanyak 4 (13%) orang mengaku bahwa diajak responden menyatakan bahwa anggota keluarga
teman menjadi faktor penyebab perilaku merokok di dalam dan luar rumah. Hal ini
merokok, sebanyak 2 (7%) responden mengaku sejalan dengan peneliian Rachmat (2013) yang
bahwa ikut-ikutan teman merupakan faktor mendapatkan hasil bahwa Sekitar 60,7%
penyebab perilaku merokok, dan 2 (7%) responden penelitiannya mengaku pernah
responden mengaku penasaran ingin mencoba. disuruh membeli rokok dan 56,7% responden
Menurut teori Aditama dalam (Iqbal, pernah diajak merokok oleh keluarga. Keluarga
2008) mengungkapkan bahwa hal yang berperan strategis membentuk sikap remaja
mempengaruhi remaja merokok yang paling merupakan sekolah dan tempat pembelajaran
besar adalah teman satu kelompok yang pertama seorang remaja. Orangtua merupakan
merokok. Sejalan dengan penelitian Hasanah teladan bagi anak-anak, interaksi yang
(2013) bahwa salah satu faktor yang mendalam antara orang tua dan anak,
mempengaruhi perilaku merokok adalah teman melahirkan karakter yang mirip. Orangtua
sebaya, hal ini terjadi karena remaja pada adalah model bagi seorang anak (remaja).
umumnya bergaul dengan sesama mereka, Transmisi vertikal perilaku dilakukan oleh
karakteristik persahabatan remaja dipengaruhi orangtua berupa sikap permisif orangtua
oleh kesamaan diantaranya usia, jenis kelamin terhadap perilaku merokok. Orangtua atau
dan ras. saudara yang merokok merupakan agen imitasi
Kesamaan dalam menggunakan obat- yang baik. Jika keluarga tidak ada yang
obatan, merokok sangat berpengaruh kuat merokok, maka sikap permisif orangtua
dalam pemilihan teman. Remaja lebih banyak merupakan pengukuh positif atas perilaku
berada di luar rumah dengan dengan teman merokok. Begitu juga sebaliknya, jika anggota
sebayanya. Jika dapat dimengerti bahwa sikap, keluarga adalah seorang perokok maka perilaku
pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku orangtua tersebut merupakan pengukuh negatif
teman sebaya lebih besar pengaruhnya daripada atas perilaku merokok anaknya.
keluarga misalnya, jika remaja mengenakan Akan tetapi berbeda dengan yang
model pakaian yang sama dengan pakaian diungkapkan Hansel & Mechanic (1990)
anggota kelompok yang populer, maka sebagaimana dikutip oleh Iqbal (2008)
kesempatan baginya untuk dapat diterima oleh mengemukakan bahwa pada masa remaja,
kelompok menjadi lebih besar. keluarga tidak menjadi begitu penting
Demikian pula bila anggota kelompok dibandingkan dengan llingkungan sosial
mencoba merokok, maka remaja cenderung termasuk teman-temannya, secara umum
mengikuti tanpa memperdulikan akibatnya. Di dikatakan bahwa ketergantungan dan kedekatan
dalam kelompok sebaya, seorang remaja akan seseorang seseorang dengan orang tua dan
berusaha menemukan jati dirinya di lingkungan. keluarganya pada masa kanak-kanak akan

402
Mirnawati, Nurfitriani, Febriana M. Z. dan Widya H. C. / Perilaku Merokok / HIGEIA 2 (3) (2018)

berubah menjadi kesadaran dan keinginan (Anggraeni, 2018). Hal ini sejalan dengan
untuk berinteraksi dan berperilaku sesuai penelitian Rahmah (2015) terkait faktor
dengan teman sebayanya. Penyataan tersebut pendukung intensi remaja berhenti merokok
menunjukkan bahwa pengaruh teman sebaya daintaranya juga terdapat faktor ekonomi
terhadap remaja lebih dominan daripada bahwa perokok remaja/usia sekolah biasanya
anggota keluarganya. membelanjakan sebagian besar pendapatannya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk membeli rokok, dan jika terjadi kenaikan
iklan rokok tidak berpengaruh pada perilaku harga rokok melalui peningkatan cukai rokok,
merokok pada remaja di Desa Candirejo. hal ini membuat proporsi belanja mereka untuk
Menurut Cahyo (2012), paparan iklan rokok rokok semakin berkurang dikarenakan remaja
baik yang berasal dari televisi, iklan di pinggir tidak dapat menyisihkan uangnya untuk
jalan dalam bentuk spanduk promosi penjualan membeli rokok, sedangkan faktor kesehatan
produk rokok secara langsung dari Sales dijelaskan sesuai teori yang disampaikan oleh
Promotion Girl (SPG), hingga pembagian sampel Iqbal (2008) bahwa merokok tembakau sangat
produk rokok gratis pada acara-acara musik merugikan kesehatan perokok maupun orang
(konser) berfungsi sebagai salah satu sarana yang berada di dekatnya. Merokok dapat
untuk mengenaikan produk rokok kepada mencetuskan penyakit jantung dan pembuluh
masyarakat yang pada akhimya berimbas pada darah, yaitu penyakit jantung koroner, berupa
peningkatan penjualan produk rokok. Akan infark otot jantung sampai serangan angina
tetapi, dalam penelitian ini sebagian besar pektoris, arteriosklerosis dan penyakit pembuluh
remaja tidak menyebutkan iklan tersebut yang darah tepi.
menyebabkan mereka merokok. Berdasarkan Meskipun perokok mengetahui dampak
analisis data, perilaku merokok pada remaja di akibat merokok namun secara psikis mereka
Desa Candirejo ini disebabkan karena diajak tetap meyakini hal positif yang mereka peroleh
oleh teman untuk merokok, pengaruh dari jika mereka menghisap rokok, sehingga mereka
teman sebaya terkait rokok, serta remaja sendiri masih kesulitan untuk menentukan berhenti
yang memiliki karaker yang penasaran dan merokok secara total. Terlebih pada saat mereka
ingin mencoba hal baru. berkumpul dengan teman-teman yang sesama
Dalam penelitian ini juga menunjukkan perokok, atau pada saat kondisi stres, cemas,
bahwa remaja yang memiliki keinginan untuk gelisah, marah, sulit tidur, dan lain sebagainya.
berhenti merokok sejumlah 12 responden (40%), mencoba rokok kemudian menjadi tergantung
sedangkan 2 responden (7%) lainnya tidak atau kecanduan di karenakan zat‐zat kimia yang
memiliki sikap positif untuk berhenti merokok, terkandung dalam rokok. Selain menimbulkan
remaja yang memiliki persepsi yang positif ter- ketergantungan, zat‐zat tersebut juga
hadap alasan berhenti merokok yang ditunjuk- berdampak negatif pada organ tubuh. Zat‐zat
kan dengan sikap perokok terhadap pentingnya kimia yang terkandung di dalam rokok dan
berhenti merokok dengan memperhatikan ber- asapnya ketika dibakar antara lain karbon
bagai dampak akibat merokok, baik pada aspek monoksida, tar, dan nikotin (Liem, 2010). Ke-
keagamaan, kesehatan, sosial, ekonomi dan tenangan yang diperoleh dari menghisap rokok
psikologi. Alasan remaja ingin berhenti berasal dari nikotin yang merangsang otak
merokok diantaranya alasan faktor ekonomi untuk memproduksi dopamin, yaitu sebuah
dan kesehatan. Dikarenakan responden masih senyawa yang membuat seorang perokok
pada usia remaja dan usia sekolah maka mereka mendapatkan efek relaksasi dan rasa senang.
merasa bahwa uang saku mereka akan cepat Dopamin inilah yang mengakibatkan proses
habis jika hanya dibelikan rokok, selain itu kecanduan pada perokok. Tidak semua perokok
mereka juga mengetahui bahwa rokok yang memiliki persepsi positif terhadap alasan
berbahaya bagi kesehatannya salah satunya berhenti merokok tersebut dapat berhasil
merupakan faktor penyakit tuberkulosis berhenti merokok dengan mudah. Demikian

403
Mirnawati, Nurfitriani, Febriana M. Z. dan Widya H. C. / Perilaku Merokok / HIGEIA 2 (3) (2018)

juga dengan perokok yang persepsinya negatif, tidak senang terhadap rokok maka individu
sebab berdasarkan informasi dan pengalaman ia akan merasa mampu merealisasikan niatnya
belum mengetahui pentingnya berhenti untuk berhenti merokok semakin kuat.
merokok. Meskipun para perokok megetahui Sebaliknya, jika lingkungannya sesama perokok
pentingnya berhenti merokok namun bila tanpa maka bagi perokok yang berencana berhenti
diikuti dengan niat dan tekad yang kuat, maka merokok supaya memberitahukan kepada ling-
persepsi tersebut tidak dapat untuk memprediksi kungan sosialnya, terutama orang terdekat yaitu
keberhasilan berhenti merokok. orang tua dan teman-teman, sehingga mereka
Niat yang kokoh untuk berhenti merokok nantinya akan mendukung dan menghargai
secara total akan menguatkan perokok untuk usaha perokok tersebut. Namun jika lingkungan
mengontrol perilakunya dalam kondisi apapun sosial di sekitarnya tidak tahu maka mereka
pada saat akan merokok. Lain halnya dengan akan merokok di hadapannya. Hal ini akan
yang hanya berniat untuk mengurangi jumlah membuat perokok terpengaruh untuk terus
batang rokok yang dikonsumsi. Misalnya, yang merokok dan niatnya untuk berhenti merokok
biasanya menghisap 10 batang rokok per hari menjadi tertunda atau tidak sama sekali. Oleh
maka kini menjadi 8 batang rokok per hari, dan karena itu, langkah terbaik bagi perokok yang
semakin hari semakin berkurang jumlah ingin menghentikan kebiasaan merokoknya
rokoknya. Dengan kata lain ia hanya ialah memiliki niat berhenti merokok secara
mengurangi asupan nikotin secara bertahap dari total. Dengan demikian, penetuan niat berhenti
waktu ke waktu. Sedangkan sebelumnya sudah merokok dapat untuk mempredisksi peluang
dijelaskan bahwa yang membuat seseorang sulit keberhasilan berhenti merokok (Rosita, 2012).
berhenti merokok adalah faktor nikotin. Jika
nikotin masih terkandung dalam tubuh dan PENUTUP
belum lepas secara total, maka kemungkinan
perilaku merokok tidak dapat dihilangkan. Simpulan dari penelitian ini yaitu
Terutama pada saat kondisi-kondisi yang sebanyak 14 (46%) responden pernah merokok,
mendukung untuk merokok, seperti pada alasan remaja merokok dikarenakan pengaruh
kondisi sedang stres, marah, cemas, gelisah atau teman, dan keinginan ingin mencoba. Jika
lain sebagainya, maka sisa nikotin dalam tubuh melihat umur pertama kali merokok dari 14
akan bereaksi hingga dapat memicu ketagihan (47%) responden yang pernah merokok,
merokok. Sehingga orang akan mencoba sebanyak 2 (7%) remaja laki-laki mulai merokok
kembali menghisap rokok dan kebisaan sejak SD umur 10 tahun, sebanyak 8 (27%)
merokok akan terulang terus-menerus. remaja laki-laki mulai merokok sejak SMP umur
Dengan demikian, upayanya untuk 13-14 tahun, dan sebanyak 1 (3%) orang remaja
berhenti merokok telah gagal. Oleh karena itu, mulai merokok sejak SMA umur 16 tahun.
keberhasilan berhenti merokok dapat diprediksi Faktor yang mempengaruhi remaja merokok
melalui niat seseorang sebelum memulai yaitu jenis kelamin, teman sebaya, lingkungan
berhenti merokok. Sesuai dengan teori yang sekitar dan hasrat ingin mencoba. Semakin
menyatakan bahwa hal yang membuat remaja muda umur remaja dalam mulai merokok maka
enggan atau kesulitan berhenti merokok karena semakin tinggi juga kebiasaan merokok dan
faktor ketergantungan dengan zat kimia dan semakin sulit untuk berhenti merokok. Saran
faktor kebiasaan sosial. yang diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu
Usaha untuk berhenti merokok akan sia- diharapkan dapat mengembangkan penelitian
sia apabila tidak didasari dengan niat yang kuat. terkait perilaku merokok pada remaja dengan
Sedangkan niat untuk berhenti merokok itu menggunakan desain studi yang lebih kuat
sendiri masih dipengaruhi oleh faktor dukungan misalnya dengan menggunakan desain studi
sosial untuk menghentikan perilaku merokok. kasus kontrol dan menambahkan variabel yang
Apabila lingkungan sosialnya menolak dan lebih luas seperti pengetahuan, sikap remaja

404
Mirnawati, Nurfitriani, Febriana M. Z. dan Widya H. C. / Perilaku Merokok / HIGEIA 2 (3) (2018)

terkait rokok, keterjangkauan rokok, maupun 2013. Jakarta: Kemenkes RI


peran orang tua. Lestary, H., dan Sugiharti. 2007. Perilaku Berisiko
Remaja di Indonesia Menurut Survey
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
(SKRRI) Tahun 2007. Jurnal Kesehatan
Reproduksi, 1: 144
Alamsyah, A, dan Nopianto. 2017. Determinan
Liem, A. 2010. Pengaruh Nikotin terhadap Aktivitas
Perilaku Merokok pada Remaja. Journal
dan Fungsi Otak serta Hubungannya dengan
Endurance, 2: 30
Gangguan Psikologis pada Pecandu Rokok.
Anggraeni, D.E. Rahayu, S.R. 2018. Gejala Kliis
Bulletin psikologi, 18(2): 37-50
Tuberkulosis pada Keluarga Penderita
Noviana, A., Riyanti, E., dan Widagdo L. 2016.
Tuberkulosis BTA Positif. HIGEIA (Journal of
Determinan Faktor Remaja Merokok Studi
Public Health Research and Development), 2(1):
Kasus di SMPN 27 Semarang. Jurnal
91-101
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(3): 2356-
Binita, A.M., Istiarti, V.T., dan Widagdo, L. 2016.
3346
Hubungan Persepsi Merokok dengan Tipe
Pangestu, A.W., Cahyo, K., dan Kusumawati, A.
Perilaku Merokok pada Siswa SMK “X” di
2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
dengan Perilaku Merokok Shisha pada Siswa
(e-Journal), 4(5): 268 – 276
SMA X di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Cahyo, K., Wigati, P. A., Shaluhiyah, Z. 2012.
Masyarakat (e-Journal), 5(1): 489-499
Rokok, Pola Pemasaran dan Perilaku
Rachmat, M., Thaha, R. M., Syafar, M. 2013.
Merokok Siswa SMA/Sederajat di Kota
Perilaku Merokok Remaja Sekolah Menengah
Semarang. Media Kesehatan Masyarakat
Pertama. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,
Indonesia, 11(1): 75-84
7(11): 502-508
Gusti, Sarakre, M., dan Ikhsan, M. 2013. Faktor yang
Rahmah, L., Sabrian, F., Karim, D. 2015. Faktor
Mempengaruhi Jumlah Rokok yang Dihisap
Pendukung Dan Penghambat Intensi Remaja
Perhari pada Remaja Pria di SMA Negeri 1
Berhenti Merokok. Jom, 2(2): 1195-1204
Bungku Selatan Kecamatan Bungku Selatan
Rosita, R., Suswardanya, D.L., dan Abidin, B. Z.
Kabupaten Morowali Di Sulawesi Tengah
2012. Perilaku Keberhasilan Berhenti
Tahun 2013. Naskah Publikasi. Universitas
Merokok pada Mahasiswa. Jurnal Kesehatan
Hassanudin: Makasar
Masyarakat, 8 (9)
Hasan, N. M.S., Lydiatendean, dan Wantouw, B.
Sarino dan Ahyanti, M. 2012. Perilaku Merokok pada
2015. Pengaruh Merokok terhadap Fungsi
Siswa SMP. Jurnal Keperawatan, 8(2): 148-155
Ereksi Pria. Jurnal e-Biomedik, 3: 180
Sartika, A. A., Indrawati, E. S., dan Sawitri, D. R.
Hasanah, A. U., dan Sulastri. 2011. Hubungan antara
2009. Hubungan antara Konformitas terhadap
Dukungan Orang Tua, Teman Sebaya dan
Teman Sebaya dengan Intensi Merokok pada
Iklan Rokok dengan Perilaku Merokok pada
Remaja Perempuan di SMA Kesatrian 1
Siswa Laki-Laki Madrasah Aliyah Negeri 2
Semarang. Psychoidea, 7: 25
Boyolali. GASTER, 8(1): 695-705
Wijayanti, E., Dewi, C., Rifqatussa. 2017. Faktor-
Iqbal, M. F. 2008. Perilaku Merokok pada Remaja di
faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Lingkungan RW. 22 Kelurahan Sukatani,
Merokok pada Remaja Kampung Bojong
Kecamatan Cimanggis Depok. Skripsi. Jakarta:
Rawalele, Jatimakmur, Bekasi. Global Medical
Universitas Indonesia
and Health Communication, 5(3): 194-198
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Riskesdas

405

Anda mungkin juga menyukai