Anda di halaman 1dari 8

Al-Asalmiya Nursing

Jurnal Ilmu Keperawatan (Journal of Nursing Sciences)


http://jurnal.alinsyirah.ac.id/index.php/keperawatan
Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019
p-ISSN: 2338-2112
e-ISSN: 2580-0485

HUBUNGAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN PERILAKU


MEROKOK REMAJA

Fitra Mayenti

Program Studi Keperawatan, STIKes Al Insyirah Pekanbaru, Jl. Mawar Indah No. 02
Tangkerang Timur
Email : fitramayenti19@gmail.com

Abstrak
Remaja dengan perilaku merokok saat ini dianggap sebagai perilaku yang wajar dimasyarakat,
tingkat penyebaran perokok saat ini paling tinggi juga terjadi pada anak usia remaja. Perilaku
merokok diawali oleh rasa ingin tahu dan pengaruh teman sebaya. Mulai merokok terjadi akibat
pengaruh lingkungan sosial dan pergaulan dan meniru perilaku orang lain yang merupakan salah
satu determinan dalam memulai perilaku merokok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan lingkungan pergaulan dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri 35 Kota
Pekanbaru. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian dilakukan pada bulan oktober sampai dengan bulan agustus 2018. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa remaja laki-laki kelas VIII dengan jumlah sampel 92
responden, dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Data diolah secara univariat
dan bivariat dengan menggunakan sistem komputerisasi (SPSS 21). Hasil penelitian didapatkan
mayoritas 59,8% lingkungan pergaulan responden kategori negatif, dan mayoritas 53,3%
responden adalah perokok. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square didapatkan ada
hubungan lingkungan pergaulan dengan perilaku merokok (P value = 0,008). Diharapkan kepada
para guru untuk selalu mengawasi lingkungan pergaulan siswa yang lebih baik lagi, serta
menerapkan aturan dan sanksi tegas yang harus dipatuhi siswa.

Kata kunci : Lingkungan, Pergaulan, Perilaku Merokok

Abstract
Adolescents with smoking behavior are currently considered to be reasonable behavior in the
community, the highest level of smoker spread today also occurs in teenagers. Smoking behavior
begins with the curiosity and influence of peers. Starting smoking occurs due to the influence of
the social environment and relationships and mimic the behavior of others which is one of the
determinants in initiating smoking behavior. The purpose of this study was to determine the
relationship between the social environment and adolescent smoking behavior in Pekanbaru City
35 Middle School. This type of research is quantitative research with a cross sectional
approach.The study was conducted in October until August 2018. The population in this study
were all students of class VIII male adolescents with a sample of 92 respondents, with purposive
sampling sampling technique. Data is processed univariately and bivariately using a
computerized system (SPSS 21). The results showed that the majority of 59.8% of the respondents'
social environment was in the negative category, and the majority of 53.3% of respondents were
smokers. The results of statistical tests using chi square found that there was a relationship
between the social environment and smoking behavior (P value = 0.008). It is hoped that the
teachers will always supervise the student environment better, and apply strict rules and sanctions
that students must obey.

Keywords : Environment, Intercourse, Smoking Behavior

Page | 62
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 8, No. 2, Tahun 2019

PENDAHULUAN di Indonesia 20,3% murid SMP saat ini


Masa remaja merupakan masa merokok dan 6,5% menggunakan
peralihan dari masa kanak-kanak ke beberapa bentuk lain dari tembakau
masa dewasa yang mengalami (WHO 2009). Rerata perokok saat ini di
perkembangan dan perubahan yang Indonesia adalah 29,3%. Proporsi
sangat pesat. Perkembangan menuju perokok saat ini terbanyak di Kepulauan
dewasa, anak mengalami berbagai Riau dengan perokok setiap hari 27,2%
perubahan meliputi perubahan biologis, dan kadang-kadang merokok 3,5%,
perubahan psikologis, dan perubahan sedangkan rerata jumlah batang rokok
sosial. Perubahan tersebut yang dihisap per hari per orang di
mempengaruhi perilaku anak di Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu
lingkungan masyarakat. Perubahan bungkus). Jumlah rerata batang rokok
perilaku anak, ada yang mengarah terbanyak yang dihisap ditemukan di
kearah positif dan ada yang ke arah Bangka Belitung (18 batang) dan Riau
negatif, perilaku negatif salah satunya (16-17 batang) (Kemenkes RI
diantaranya adalah remaja dengan 2013).Indonesia sebagai salah satu
perilaku merokok (Suryoprajogo, negara berkembang mempunyai
Nadine, 2013). konsumsi rokok 6,6% dari konsumsi
Remaja dengan perilaku merokok dunia, yang memprihatinkan dari 3 juta
saat ini dianggap sebagai perilaku yang remaja merokok 20% adalah anak SMP
wajar dimasyarakat. Tingkat penyebaran dan tiga tahun terakhir30% dari jumlah
perokok saat ini paling tinggi juga terjadi anak SMP sebagai perokok aktif (Irdan
pada anak usia remaja. Perilaku merokok 2008).
adalah gaya hidup yang merugikan Menurut Global Adults Tobacco
kesehatan diri sendiri dan orang lain Survey (GATS) tahun 2011, Indonesia
(Durkin & Helmi, 2010). memiliki jumlah perokok aktif terbanyak
Survei Badan Kesehatan Dunia dengan prevalensi 67 % laki-laki dan
(WHO) dan Pusat Pencegahan dan 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk
Pengawasan Penyakit Amerika Serikat (sekitar 59,9 juta orang) dan 85,4 %
menetapkan Indonesia ke peringkat masyarakat terpapar asap rokok di
teratas dunia sebagai negara dengan tempat umum yaitu restoran 78,4 %
jumlah perokok laki-laki terbesar. terpapar asap rokok di rumah dan 51,3 %
Menurut lembaga survey WHO tahun terpapar asap rokok di tempat kerja.
2009, Indonesia menduduki peringkat ke Hampir 80% dari perokok Indonesia
3 sebagai jumlah perokok terbesar di merokok di rumah masing-masing. Dan
Dunia, dan kini Indonesia juga mencetak Indonesia merupakan negara dengan
rekor baru, yakni jumlah perokok remaja jumlah perokok laki-laki terbesar di
tertinggi di Dunia. Sebanyak 13,2 % dari dunia yaitu 14% sejak 17 tahun (Depkes,
total keseluruhan remaja di Indonesia RI, 2012).
adalah perokok aktif. Indonesia Menurut data Riskesdas tahun 2010,
merupakan negara dengan jumlah prevalensi perokok usia diatas 15 tahun
perokok ketiga terbesar di dunia setelah di Riau yaitu 36,3%. Pada tahun 2013 di
Cina dan India. WHO juga Provinsi Riau sebesar 24,2% diatas umur
mengungkapkan bahwa jumlah perokok 10 tahun sudah menjadi perokok setiap
di dunia sebanyak 30% adalah usia hari. Ada banyak alasan yang melatar
remaja (WHO, 2011). belakangi perilaku merokok pada
Data dari Global youth tobacco remaja. Perilaku merokok selain
survey tahun 2009 yang menulis bahwa disebabkan faktor-faktor dari dalam diri,

Page | 63
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 8, No. 2, Tahun 2019

juga disebabkan dari faktor lingkungan (67,5%) dan negatif sejumlah 27


(Komalasari & Helmi, 2010). Perilaku responden (32,5%). Responden sebesar
merokok diawali oleh rasa ingin tahu dan 96,1% dalam kategori perilaku merokok
pengaruh teman sebaya. Mulai merokok dan dalam kategori tidak merokok
terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial sebesar 43,1%. Hasil penelitian Astuti di
dan pergaulan dan meniru perilaku orang SMA 2 Medan (2007) melaporkan
lain yang merupakan salah satu bahwa 41,3 % perilaku merokok remaja
determinan dalam memulai perilaku dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan.
merokok.
Nashori dan Indirawati (2011), METODE
menyatakan faktor-faktor yang Penelitian ini menggunakan desain
mempengaruhi perilaku merokok remaja korelasi analitik dengan menggunakan
adalah faktor kepribadian, orang tua, pendekatan studi cross sectional yang
lingkungan. Faktor terbesar dari dilaksanakan di SMP Negeri 35 Kota
kebiasaan merokok adalah faktor sosial Pekanbaru. Jumlah sampel penelitian ini
atau faktor lingkungan. Faktor sebanyak 92 Siswa. Teknik pengambilan
lingkungan tersebut diantaranya faktor sampel dalam penelitian ini adalah
kepribadian, orang tua, dan teman. purposive sampling. Data dikumpulkan
Menurut Komalasari & Helmi secara primer dan sekunder, dengan alat
(2010), menyatakan faktor-faktor yang pengumpulan data kuesioner. Analisis
menyebabkan perilaku merokok selain data dilakukan secara univariat dan
faktor lingkungan pergaulan yaitu, faktor bivariat dengan uji Chi Square.
psikologis dimana, merokok dapat
menjadi sebuah cara bagi individu untuk HASIL PENELITIAN
santai dan kesenangan, tekanan-tekanan Tabel 1. Distribusi Frekuensi
teman sebaya, penampilan diri, sifat Lingkungan Pergaulan Remaja
ingin tahu, stress, kebosanan dan ingin
kelihatan gagah merupakan hal-hal yang No Kategori f %
dapat mengkontribusi mulainya 1 Positif 37 40,2
merokok. 2 Negatif 55 59,8
Menurut data Departemen Total 92 100
Kesehatan RI (2010) melaporkan adanya Berdasarkan tabel 1. Terlihat bahwa
hubungan kausal antara penggunaan dari 92 responden mayoritas lingkungan
rokok dengan terjadinya berbagai pergaulan negatif sebanyak 55
penyakit kanker, penyakit jantung, responden (59,8%).
penyakit sistem pernapasan, penyakit
gangguan reproduksi dan kehamilan. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perilaku
Risiko berbagai penyakit tersebut Merokok Remaja
disebabkan pada setiap batang rokok
yang mengandung lebih dari 4.000 bahan No Kategori f %
kimia toksik dan 43 bahan penyebab 1 Perokok 49 53,3
kanker (Depkes, RI, 2010). 2 Tidak Perokok 43 59,8
Beberapa penelitian terkait Total 92 100
lingkungan pergaulan dengan perilaku Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa
merokok, Peneliti Halifah di SMP dari 92 responden mayoritas perokok
Negeri 1 Banjarmasin (2016) sebanyak 49 responden (53,3%).
melaporkan bahwa lingkungan
pergaulan positif sejumlah 56 responden

Page | 64
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 8, No. 2, Tahun 2019

Tabel 3. Distribusi Frekuensi ditemukan tempat khusus nongkrong


Tingkatan Perokok Remaja remaja dengan masyarakat disekitarnya.
No Kategori f % Remaja yang tinggal bersama orang tua
1 Perokok Ringan 26 53,1 maupun tidak dengan orang tua tidak
2 Perokok Sedang 17 34,7 lepas dari interaksi dengan lingkungan
masyarakat. Lingkungan masyarakat
3 Tidak Perokok 6 13,2 yang mempengaruhi sikap remaja,
Total 92 100 seperti pola kehidupan masyarakat,
Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa teman bergaul, media massa.
dari 92 responden mayoritas perokok Hasil penelitian ini sejalan dengan
ringan sebanyak 26 responden (53,1%). penelitian Budiarti di SMP Permata
Bogor (2011), melaporkan bahwa 68,9%
Tabel 4. Hubungan Lingkungan lingkungan pergaulan responden bersifat
Pergaulan dengan Perilaku Merokok negatif. Lingkungan pergaulan yang
Remaja negatif dipengaruhi oleh teman yang
berperilaku negative dan lingkungan
Lingku- Perilaku Merokok Total p
ngan value
pergaulan yang negatif dipengaruhi oleh
Perokok Tidak
Pergau- Perokok masih belum labilnya cara berfikir para
lan f % f % f % 0,008 remaja sehingga mudah terpengaruh
Positif 7 18,9 30 81,1 37 100 dengan pergaulan yang negatif.
Negati 42 76,4 13 23,6 55 100 Penelitian Indri Kemala di SMK
Total 49 43 92 100 Banjarmasin (2009), melaporkan bahwa
Berdasarkan tabel 4, menunjukan 56,7% lingkungan pergaulan responden
bahwa dari 92 responden yang bersifat negative.
lingkungan pergaulan positif, responden Hasil penelitian ini juga diperkuat
tidak perokok, lebih tinggi dari yang oleh pendapat para ahli yakni menurut
perokok (81,1% : 18,9%), sedangkan Juniarti (2010), lingkungan pergaulan
lingkungan pergaulan negatif responden adalah tempat berkembanganya perilaku
perokok, lebih tinggi dari yang tidak terhadap kebiasaan yang ada di
perokok (76,4% : 23,6%) lingkungan. Lingkungan keluarga
Hasil uji statistik dengan diperoleh merupakan miniatur dari masyarakat dan
nilai p = 0,008 < p = 0,05 artinya ada kehidupannya, sehingga pola keluarga
hubungan antara lingkungan pergaulan akan memberi pandangan anak terhadap
dengan perilaku merokok pada remaja hidup di masyarakat. Hal-hal yang perlu
kelas VIII di SMP Negeri 35 Kota diperhatikan dalam lingkungan
Pekanbaru keluargaadalah status sosial ekonomi,
suasana keluarga, pola asuh orang tua
PEMBAHASAN dan dukungan keluarga. Selain
Lingkungan Pergaulan lingkungan keluarga mereka bergaul
Hasil penelitian didapatkan juga di lingkungan sekolah. Sekolah
lingkungan pergaulan responden negatif merupakan tempat dimana anak
59,8%. Hal ini disebabkan karena usia melakukan kegiatan belajar secara
remaja yang sangat rentang dan sangat terarah dan terprogram dengan baik.
mudah dipengaruhi oleh lingkungan Kemudian di lingkungan masyarakat
sekitarnya dan lingkungaan skitar remaja yang merupakan lingkungan yang berada
cukup bebas dan kurang mendapatkan di sekitar individu yang akan
pengawasan atau pengontrolan dari mempengaruhi pertumbuhan dan
orang tua dan masyarakat, seperti halnya perkembangan remaja.

Page | 65
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 8, No. 2, Tahun 2019

Perilaku Merokok Pada Remaja Hasil penelitian ini juga diperkuat


Hasil penelitian menunjukan oleh pendapat para ahli yakni menurut
bahwa responden di SMP Negeri 35 Hendri Prasetyo (2010) perilaku
Kota Pekanbaru sebanyak 49 responden merokok pada remaja disebabkan karena
53,3% adalah perokok. Hal ini pengaruh orang tua misalkan dengan
disebabkan karena lingkunga tempat orang tua remaja pengkonsumsi rokok
tinggal responden dekat dengan cenderung anak akan mengkonsumsi
penduduk dan keramaian. Ditemukan rokok juga. Selain itu faktor kepribadian
banyaknya tempat-tempat perkumpulan individu juga mempengaruhi perilaku
seperti warnet, sebagai tempat merokok pada remaja. Remaja mencoba
berkumpul bersama dan responden untuk merokok karena alasan ingin tahu
sering ditawari untuk merokok sama atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit
teman-temannya, dan menyindir serta fisik atau jiwa, dan membebaskan diri
mengejek mereka yang tidak mau dari kebosanan.
merokok dengan kata-kata tidak
gentlement, sehingga momotivasi remaja Hubungan Lingkungan Pergaulan
untuk mencoba merokok. Dari hasil Dengan Perilaku Merokok Remaja
coba-coba mereka terbiasa Hasil uji statistik didapatkan
Hasil penelitian ini sejalan dengan bahwa ada hubungan lingkungan
penelitian Budiman di SMA Sidoarjo pergaulan dengan perilaku merokok
(2013), melaporkan bahwa 67,3% pada remaja (Pvalue = 0,008).
perilaku merokok, dan tidak merokok Lingkungan pergaulan yang kurang baik
33,6%. Hal ini disebabkan dengan alasan memberikan dampak dalam kejadian
mereka merokok sebagian besar dengan perilaku merokok pada remaja.
ajakan temannya. dan Penelitian Lingkungan pergaulan remaja
Rahmadi di SMA Makasar (2011), mempunyai pengaruh besar dalam
bahwa 66,6% perilaku merokok, dan fenomena kenakalan remaja yang terjadi
tidak merokok 23,3%.Hal ini disebabkan selama ini termasuk perilaku kebiasaan
karena pergaulan responden dengan merokok pada remaja. Hal ini
teman yang suka merokok dan membuktikan bahwa lingkungan
mengatakan jika sedang mengalami stres sekolah, masyarakat, dan keluarga
akan merokok, hanya ingin coba-coba, mempunyai pengaruh besar dalam
dan ingin terlihat keren diantara teman- lingkungan pergaulan remaja yang
temannya. kurang baik.
Menurut George C. Homans Hasil penelitian ini sejalan
(2013) Perilaku merokok menjadi gaya dengan penelitian Sulistianingsih di
hidup dan citra diri seseorang yang tidak SMK Diponegoro (2010) melaporkan
sehat. Rokok dapat membuat orang yang bahwa terdapat hubungan antara
menghisapnya merasa tenang dan lingkungan pergaulan dengan perilaku
percaya diri. perilaku merokok juga merokok (P value = 0,003), disebabkan
dilakukan karena sikap permisif orang karena dampak lingkungan pergaulan
tua terutama ayah, walaupun orang tua yang semangkin meningkatkan
melarang anak-anaknya untuk merokok, keterlibatan individu (remaja) dalam
akan tetapi kegiatan perilaku merokok perilaku merokok. Pergaulan negatif
yang dilakukan oleh orang tua didepan memberikan pengaruh dalam perilaku
anaknya tentu saja secara tidak langsung kebiasaan merokok. Karena dengan
mendorong anaknya untuk mengikuti merokok mereka berharap bisa
perilaku merokok ayahnya. mendapatkan kesenangan.

Page | 66
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 8, No. 2, Tahun 2019

Penelitian Harlianti di SMP Medan semakin besar kemungkinan teman-


(2012) bahwa terdapat hubungan antara temannya adalah perokok dan demikian
lingkungan pergaulan dengan perilaku sebaliknya, sehingga akhirnya mereka
merokok (P value = 0,001). Hal ini semua menjadi perokok.
disebabkan karena lingkungan pergaulan
yang kurang baik dan kurang nya KESIMPULAN
peranan orang tua dalam memberikan Lingkungan pergaulan responden di
perhatian terhadap lingkungan pergaulan SMP Negeri 35 Kota Pekanbaru
reresponden tersebut. mayoritas adalah negatif sebanyak 55
Hasil penelitian ini juga diperkuat responden (59,8%). Perilaku merokok
oleh pendapat para ahli yakni menurut pada remaja di SMP Negeri 35 Kota
Tjandra Yoga (2010) bahwa lingkungan Pekanbaru mayoritas adalah perokok
pergaulan adalah segala sesuatu yang sebanyak 49 responden (53,3%). Ada
berada di sekeliling manusia yang hubungan lingkungan pergaulan dengan
mengakibatkan hubungan timbal balik perilaku merokok remaja di SMP Negeri
antara satu individu dengan individu 35 Kota Pekanbaru.
yang lain, di mana kelakuan individu
satu mempengaruhi, mengubah atau DAFTAR PUSTAKA
memperbaiki kelakuan individu lain dan Astuti, (2010) K. Model kognitif sosial
sebaliknya. Remaja perokok 87% perilaku merokok pada remaja.
mempunyai sekurang-kurangnya satu Surabaya: Jenggala Pustaka
atau lebih sahabat yang perokok begitu Utama.
pula dengan remaja non perokok. Aula, Lisa Ellizabet, (2010) Stop
Menurut Lewin (2009) Perilaku merokok. Jogjakarta : Garai Ilmu
merokok merupakan fungsi dari Arikunto, (2013) Prosedur penelitian
lingkungan pergaulan individu, artinya suatu pendekatan praktik. Jakarta :
perilaku merokok selain disebabkan Rineka Cipta
faktor-faktor dari dalam diri juga Budiarti, (2011) Pengantar kesehatan
disebabkan oleh faktor lingkungan lingkungan. Jakarta: EGC.
sekitar. Remaja mulai merokok Budiman, (2013) Pengaruh iklan rokok
berkaitan dengan adanya aspek melalui media massa terhadap
psikososial yang dialami pada masa perilaku merokok remaja di SMPN
perkembangan nya yaitu masa ketika 2 Kupang tahun 2011. Jurnal
mereka sedang mencari jati diri. MKM Vol. 06 No. 02 Juni 2012.
Lingkungan pergaulan disinilah yang Durkin, Helmi, (2010)Pengaruh
membawa pengaruh terhadap sikap, paparan iklan dan self-efficacy
kepercayaan, dan perhatian remaja pada terhadap perilaku merokok
perilaku merokok. remaja. Jakarta. Erlangga
Menurut Eni Rahmawati (2014) Departemen Kesehatan, (2010) Profil
faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan Indonesia. Jakarta:
merokok adalah pengaruh orang tua, bila Departemen kesehatan republik.
orang tua sendiri menjadi figur contoh, Eni Rahmawati, (2014) Faktor-faktor
yaitu sebagai perokok berat, maka anak- yang mempengaruhi perilaku
anaknya akan mungkin sekali untuk merokok pada mahasiswa laki-laki
mencontohnya. Selanjutnya adalah di Asrama Putra. Jurnal Stikes,
pengaruh teman, berbagai fakta Vol. 5, No. 1, Juli 2012.
mengungkapkan bahwa bila semakin Friska, et. al (2013) Hubungan antara
banyak remaja yang merokok, maka tingkat pengetahuan dan sikap

Page | 67
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 8, No. 2, Tahun 2019

tentang bahaya merokok Isnaini, (2010). Pengaruh lingkungan


dengan tindakan pencegahannya di terhadap individu. Jakarta:
sekolah menengah pertama (SMP) Salemba Medika.
Islam Yapim Manado. Jurnal, J.Supranto, P. (2013). Metodologi riset
FKM. Universitas Samratulangi. keperawatan. Jakarta : Sagung
Fikriyah, F. (2012) Faktor-faktor yang Seto.
mempengaruhi perilaku merokok Juniarti, (2010) Pengantar administrasi
pada mahasiswa laki-laki di kesehatan lingkungan. Jakarta:
Asrama Putra. Jurnal Stikes, Vol. Binarupa Aksara.
5, No. 1, Juli 2012. Kementrian Kesehatan RI, (2013). Riset
George C. Homans, 2013. Perilaku kesehatan dasar (Riskesdas).
merokok. Jakarta: PT. Balai Jakarta
Pustaka. Komalasari, D & Helmi, A.F. (2010).
Hendri Prasetyo, (2010) Dilemanya Faktor-faktor penyebab perilaku
sebuah rokok. Jakarta: Rasa merokok pada remaja. Jurnal
Aksara. Psikologi UGM . No. 2.
Halifah, (2009) Perilaku merokok pada Kuntari, (2009) Tumbuh kembang
remaja. Semarang: Digital USU. remaja dan permasalahannya.
Milles, Mattew. Jakarta: Rineka Cipta
Hadi, S. (2012) Pendidikan suatu Komasari. (2011) Perilaku merokok
pengantar. Surakarta: UNS Press. pada remaja. Jurnal Arkhe. Vol 2
Harlianti, T. (2012) Hubungan No. 2 Hal 91-100.
lingkungan pergaulan dengan Lewin, (2009) Psikologi kesehatan.
teman sebaya tehadap perilaku Jakarta: PT Grasindo
merokok. Jurnal Psikologi UGM Levy, (2010). Perilaku perokok pada
Yogyakarta. remaja. Skripsi (Tidak
Hastono, S. (2009) Modul pertama Diterbitkan). Medan: Universitas
pengolahan data uji instrumen. Sumatra Utara Medan.
Depok. Fakultas Kesehatan Lestari, (2012). Perilaku merokok
Masyarakat Universitas Indonesia. remaja SMA di kota dan luar kota.
Herdiansyah, R. (2010) Konsep dan Jurnal Proceeding Temu Ilmiah
praktek penulisan riset Nasional VII. Yogyakarta.
keperawatan edisi kedua. Leventhal & Clearly dalam Triastera,
Yogyakarta: Graha Ilmu (2011). Tahapan perilaku merokok
Irdan, (2008). Studi perilaku merokok remaja di SMPN 2 Kupang. Jurnal
remaja di SMP amanna gappa. MKM Vol. 06 No. 02 Juni 2012
FKM.Universitas Hassanudin Mu’tadin, (2008). Kemandirian sebagai
Makassar. kebutuhan psikologi pada remaja.
Irwan, (2008). Lingkungan pergaulan. Yogyakarta: Kencana
Jakarta: Grasindo. Masrun dalam Sugiyono, (2011). Metode
Triastera, (2009). Upaya menuju penelitian kuantitatif kualitatif,
generasi tanpa rokok. Surakarta: dan R&D Bandung: Alfabeta.
Seti Aji. Nashori, F dan Indirawati, E. (2011).
Indri Kemala, (2009) Hubungan antara Peranan perilaku merokok dalam
pengaruh keluarga, dan meningkatkan suasana hati negatif.
lingkungan. Makassar: Universitas Jurnal psikologi Proyeksi. Vol. 2
Hasanuddin. No. 2 Hal 13-24.

Page | 68
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 8, No. 2, Tahun 2019

Notoatmodjo, Soekidjo, (2012). Aplikasi


metodologi penelitian kesehatan;
dilengkapi contoh kuesioner dan
laporan penelitian. Yogyakarta:
Nuha Medika
Putera, (2008). Rokok dan kesehatan.
Jakarta: UI press
Riskesdas, (2010). Laporan nasional
badan penelitian dan
pengembangan kesehatan. Jakarta:
Kemenkes RI
Setiawan, (2013) Peduli lingkungan dan
pergaulan remaja. Jakarta: Darul
Haq.
Sunaryo, (2011). Psikologi untuk
keperawatan. Jakarta: EGC.
Smet, lastitik, (2010). Psikologi
kesehatan. Semarang: PT
Gramedia
Sweeting, (2009). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebiasaan merokok
dan hubungannya dengan status
penyakit penyakit periodontal
remaja di Kota Medan. USU
Medan.
Sitepoe, (2009). Kekhususan rokok
indonesia. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Sugiyono, (2008). Statistik untuk
penelitian. Bandung: Alafbeta.
Suryoprajogo, N. (2013). Kupas tuntas
kesehatan remaja. Yogyakarta:
Diglossia Printika
Sulistianingsih, (2010). Lingkungan
remaja modern. Rosdakarya:
Bandung.
Tjandra Yoga, 2010. Perilaku merokok
pada remaja. Semarang.
WHO, (2011). Evaluasi program
kesehatan, badan penelitian dan
pengembangan kesehatan. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

Page | 69

Anda mungkin juga menyukai