Anda di halaman 1dari 21

Akhlak Terhadap Lingkungan

A.           Pengertian Akhlak Terhadap Lingkungan


Kata Akhlaq berasal dari bahasa Arab yang berarti watak, budi pekerti, karakter, keperwiraan,
kebiasaan. Kata akhlâq ini berakar kata khalaqa yang berarti menciptakan, seakar dengan kata
Khâliq (pencipta), makhlûq (yang diciptakan), dan khalq (penciptaan). Kesamaan akar kata ini
mengandung makna bahwa tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya harus
merefleksikan dan berdasarkan nilai-nilai kehendak Khâliq (Tuhan). Akhlaq bukan hanya
merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia,
tetapi juga norma yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan
alam semesta.Yang dimaksud dengan akhlak terhadap lingkungan adalah segala sesuatu yang
berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak benyawa.

B.            Tinjauan Akhlak Terhadap Lingkungan


1.    Akhlak Terhadap Lingkungan Ditinjau Dari Segi Agama
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi
manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam lingkungan. Kekhalifahan mengandung arti pengayom,
pemeliharaan, dan pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya.

Dalam pandangan akhlak islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang
atau memetik bunga sebelum mekar. Karena hal ini berati tidak memberi kesempatan kepada
makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu
menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang
terjadi, sehingga ia tidak melakukan pengrusakan atau bahkan dengan kata lain, setiap perusakan
terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.

Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan kepada penciptaan suasana yang baik,
serta pemeliharaan lingkungan agar tetap membawa kesegaran, kenyamanan hidup, tanpa
membuat kerusakan dan polusi sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap manusia itu
sendiri yang menciptanya.
Agama islam adalah agama sempurna yang mengatur seluruh dimensi hubungan manusia dengan
alam lingkungan. Islam mengajarkan dan menetapkan prinsip-prinsip atau konsep dasar akhlak
bagi manusia tentang bagaimana bersikap terhadap alam lingkungannya. Ini merupakan wujud
kesempunaan Islam dan salah satu bentuk nikmat dan kasih sayang Allah yang tidak terbatas.
Allah berfirman: “pada hari ini Aku sempurnakan untukmu agamamu,aku limpahkan atas kamu
nikmat-Ku,dan Aku ridlai Islam sebagai agamamu” (Q.S Al-Maidah:3).

Prinsip Islam selalu menyeimbangkan semua hal dalam kehidupan manusia.Islam tidak
mengizinkan manusia untuk lebih atau hanya memperhatikan satu sisi dengan menghabiskan sisi
yang lain.Ini bisa terwujud dalam prinsip atau nilai-nilai Islam karena ia terbebas dari kekangan
hawa nafsu dan diciptakan oleh sang pencipta manusia, Dzat yang membuat hidup mereka mulia,
mendapatkan rahmat, dan hidayah demi kebaikan mereka di dunia dan akhirat.

Sikap Islam dalam memperhatikan alam lingkungan bertujuan demi kebaikan manusia baik di
dunia maupun di akhirat, sesuai prinsip-prinsip umum berikut ini:
o  Prinsip pertama,
Bahwa disisi Allah manusia adalah makhluk yang mulia.Allah telah menundukkan semua yang
ada dilangit dan dibumi untuk memudahkan manusia. Allah berfirman: “Dan sesungguhnya
telah kami muliakan anak-anak Adam,kami angkut mereka didaratan dan dilautan,kami beri
mereka rizqi dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan” (Q.S Al-Israa:70).

Kemuliaan yang diberikan Allah kepada manusia adalah bentuk yang indah, kemampuan untuk
berbicara, free will, dan kemampuan berjalan dimuka bumi, di udara, dan di lautan dengan
berbagai bentuk kendaraan. Disamping itu, mereka juga mendapatkan anugerah rizqi yang 
berlimpah berupa makanan yang lezat dan baik. Di tambah lagi keutamaan akal, pikiran, wahyu,
Rasul, dan lainnya, serta kemuliaan dan karomah jika taat kepada Allah.

o  Prinsip kedua
Manusia dituntut untuk memakmurkan dan melestarikan bumi. Hal ini dapat terimplementasi
dalam beberapa hal sebagai berikut:
  Belajar, mencari ilmu dan mengajar.
  Menunaikan amar ma’ruf nahi munkar.
  Berjihad dijalan Allah dengan tujuan agar ajaran Allah tetap jaya.
  Mematuhi konsep dan aturan Islam dalam kehidupan yang merupakan bentuk ibadah kepada
Allah, serta mengikuti prinsip musyawarah, keadilan, menolak kerugian, serta mewujudkan
kemaslahatan.

o  Prinsip ketiga
Manusia dituntut untuk berfikir dan merenungkan apa yang ada dilangit dan apa yang ada bumi.
Hal ini bertujuan agar kehidupan mereka menjadi lebih baik dengan memanfaatkan yang ada di
sekelilingnya, serta lebih dapat mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh ridho-Nya.
Akan tetapi, dalam menggunakan akal, pikiran, dan dalam perenungannya, manusia tidak boleh
melampaui apa yang telah digariskan oleh Allah.

o  Prinsip keempat
Manusia dituntut untuk menghiasi diri mereka dengan keutamaan-keutamaan, meninggalkan hal-
hal yang tercela dan berinteraksi dengan baik antar sesama manusia dan lingkungannya.

o  Prinsip kelima
Interaksi manusia dengan alam lingkungan bukanlah sebuah konflik ataupun peperangan. Akan
tetapi, interaksi manusia dengan alam lingkungan adalah ketundukan alam untuk membantu
manusia dengan tetap menjaga keseimbangan yang menempatkan manusia dan alam lingkungn
pada posisinya masing-masing.

o  Prinsip keenam
Ajaran Islam telah memberikan kebebasan kepada umat manusia dalam berakidah, beribadah,
mengungkapkan pendapat, bekerja dan mencari bekal hidup, serta kebebasan-kebebasan lain
yang sangat mereka butuhkan dalam kehidupan.
Prinsip-prinsip dasar diatas jika dilaksanakan dapat mewujudkan kebaikan dan kebahagiaan bagi
manusia. Karena prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar akhlak dalam Islam berasal dari Allah
SWT, sehingga tidak mengherankan jika prinsip-prinsip dan nilai-nilai tersebut sesuai bagi
kehidupan manusia, baik didunia maupun diakhirat.

Berkenaan pada tujuan hidup manusia di alam dunia yang  fana’ ini, adalah beribadah kepada
Allah SWT dan melaksanakan amanah-Nya sebagai khalifah dimuka bumi yang bertugas
membangun, mengelola, memanfaatkan, serta menjaga kelestarian alam lingkungan sesuai
dengan petunjuk-Nya.

Manusia selalu dituntut untuk selalu berbuat baik dan berusaha mendekati kesempurnaan, karena
bagaimanapun manusia tidak akan mampu mencapai derajat kesempurnaan. Akan tetapi, jika
tetap hidup dan selalu melakukan perbuatan baik maka harus menambah kebaikannya.
Sedangkan, jika perilakunya buruk maka kemungkinan dengan hidupnya yang lebih panjang ia
bisa meninggalkan keburukannya itu. Manusia terkadang lalai atau bahkan berbuat salah, namun
dosa atas kesalahannya dapat dihapus dengan cara bertaubat.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majjah Alhakim dengan sanad mereka dari
Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Setiap anak adam pasti berbuat kesalahan,dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan
adalah mereka yang bertaubat”.
Jadi, Islam mengakui dan memperhatikan realitas umat manusia, lalu memberikan petunjuk
bagaimana seharusnya mereka berperilaku dalam kehidupan ini, demi mewujudkan kebaikan dan
kemaslahatan didunia dan diakhirat.

2.    Akhlak Terhadap Lingkungan Ditinjau Dari Segi Etika


Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani “ethos” dalam bentuk tunggal
mempunyai banyak arti:  tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat,
watak, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (taetha) artinya adalah adat
kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang terbentuknya istilah etika yang oleh
filsuf Yunani besar Aristoteles (384-322 S.M) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral.
Jadi jika kita membatasi pada asal usul kata ini maka”etika” adalah ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam referensi lain dikatakan bahwa etika adalah
ilmu yang mempelajari atau menjelaskan arti baik dan buruk.
Berkaitan dengan akhlak pada lingkungan menurut etika, dapat dijelaskan bahwa etika menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama (Poerwardarminto,sejak 1953) arti etika adalah:
1.    Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak kewajiban moral.
2.    Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3.    Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Secara singkat etika sangat erat kaitannya dengan prinsip-prinsip moral, yaitu perbuatan yang
mengandung unsur kebaikan dan manfaat. Seperti telah dijabarkan di atas tentang pengertian
etika, sebuah masyarakat bahkan seluruh masyarakat di dunia ini akan beranggapan sama yaitu
lingkungan harus diperlakukan dengan baik dengan selalu menjaga,  merawat dan
melestarikannya karena secara etika hal ini merupakan hak dan kewajiban suatu masyarakat serta
merupakan nilai yang mutlak adanya. Dengan kata lain bahwa berakhlak yang baik terhadap
lingkungan merupakan salah satu manifestasi dari etika itu sendiri.

Melihat masa sekarang dimana terdapat berbagai macam musibah yang menimpa saudara-
saudara kita, itu semua tentunya tak lepas dari parangai manusia itu sendiri. Banyak orang
menganggap bahwa lingkungan hanya sebagai objek untuk mendapatkan sesuatu tanpa
memikirkan sebab akibat dan pelestariannya.

Berbagai macam kasus tentang perusakan lingkungan telah banyak terjadi di Indonesia
diantaranya:
1.    Pembakaran hutan yang dilakukan oleh masyarakat pedalaman Kalimantan.Walaupun hal ini
dilakukan dalam rangka untuk menjadikan sebagai lahan pertanian, tetapi hal ini terbukti tidak
efektif karena penjalaran api yang begitu cepat menyebabkan melebarnya lahan yang terbakar.
Hal ini tentunya sangat berakibat buruk tidak hanya bagi masyarakat setempat tetapi juga
masyarakat dunia karena pulau Kalimantan merupakan paru-paru dunia yang memproduksi
banyak oksigen untuk kelangsungan hidup manusia.
2.    Membuang sampah sembarangan terutama di ibukota Jakarta yang menyebabkan terhalangnya
aliran air sungai yang menyebabkan sungai menjadi kotor dan bau terlebih lagi mengakibatkan
banjir yang menjadi langganan Jakarta setiap tahunnya.
3.    Belum lama ini kasus mengenai pabrik yang ada di Provinsi Riau yang membuang limbahnya
di sungai sehingga menyebabkan hilangnya mata pencaharian penduduk dikarenakan ikan-ikan
mati.
4.    Kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo Jawa Timur yang merupakan sebab dari kelalaian 
P.T.Lapindo Brantas dalam menambang minyak bumi sehingga menyebabkan keluarnya lumpur
panas dari dalam bumi dan belum jelas kapan akan berhenti. Hal ini tentunya mengakibatkan
penderitaan pada masyarakat karena mereka kehilangan lahan, rumah serta mata pencahariannya.

Dari penjabaran di atas, tentunya kita dapat mengambil pelajaran bahwa sebab dari kelakuan kita
yang buruk terhadap lingkungan akan berakibat sangat fatal. Lingkungan yang seharusnya
menjadi tempat hidup, justru menjadi penyebab sengsara dan kematian. Dampaknya pun meluas
tidak hanya pada masyarakat setempat yang terkena musibah tetapi pada masyarakat luas pula.

Ketika kata “etika”  hanya dijadikan simbol oleh masyarakat tanpa peduli pada aspek untuk
mengamalkannya, maka jelaslah bahwa masyarakat itu telah mengalami kerusakan. Oleh karena
itu aspek “etika” dalam masyarakat harus dikedepankan dan dilaksanakan karena etika di dalam
sebuah masyarakat merupakan dasar bagi perbuatan manusia karena etika mencakup baik, buruk,
benar, salah dan juga mencakup aspek moral atau akhlak. Oleh karena itu marilah kita berakhlak
baik kepada lingkungan yaitu dengan menjaga, merawat dan melestarikannya sehingga akan
terwujud kehidupan yang aman damai sejahtera dan hal itu tentunya menjadi tujuan adanya etika
di dalam masyarakat baik berbangsa maupun bernegara.

3.    Akhlak Terhadap Lingkungan Ditinjau Dari Segi Budaya


Sebagai seorang mmanusia yang kodratnya adalah makhluk sosial,kita patut mempunyai dasar
pengetahuan dalam bersosialisasi dengan lingkungan disekitar kita, dasar pengetahuan itu adalah
budaya yg bertujuan agar kita bisa hidup berdampingan dengan baik. Faktor inilah yang menurut
kita menjadi awal mula adanya budaya didalam suatu kelompok masyarakat. Mereka
menciptakan sesuatu yang bisa membuat mereka menjalin kesatuan didalam kehidupannya.
Budaya itu sendiri pastilah suatu kesepakatan bersama dari penciptanya, berdasarkan nilai,
norma, dan moral yang positif yang beredar di masyarakat tersebut.

Budaya yang baik tentulah melahirkan sikap dan perilaku yang baik pula kepada generasi
penerusnya dimasa yang akan datang. Sedangkan budaya yang buruk tercipta dari ulah seseorang
atau sebagian kelompok yang menentang nilai-nilai positif yang terkandung dalam masyarakat.
Contoh budaya baik adalah seorang ibu mengajari anaknya menanam pohon di pekarangan
rumah,agar rumah senantiasa indah. Contoh lain, membiasakan diri bangun pagi,
mengembangkan malu sebagai kontrol diri, dan lain sebagainya.

Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan sosial. Budaya mempunyai peranan
penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga
membentuk kepribadian dan pola pikir masyarakat tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau
aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat dihadapkan pada
kenyataan semakin merajalelanya orientasi hidup yang materialistis sementara dimensi spiritual
dan ukhrawi semakin tersingkir. Pola hidup masyarakat telah bergeser kearah materialisme,
hedonisme, konsumerisme, individualisme dan sikap masa bodoh (permisif). Pola hidup yang
seperti itu pada akhirnya mengakibatkan semakin maraknya praktik maksiat, kejahatan dan
perilaku yang menyimpang.

Berbagai krisis yang menimpa bangsa indonesia, khususnya masalah akhlak, disebabkan oleh
tidak adanya budaya malu dikalangan para pemimpin dan masyarakat luas, disamping oleh
lemahnya mekanisme kontrol yang dalam bahasa agama islam dikenal dengan istilah Amar
Ma’ruf Nahi Munkar. Bangsa indonesia cenderung bersikap permisif dan membiarkan terjadinya
kemaksiatan dan kemungkaran. Akibatnya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
berkembang luas dikalangan pejabat pemerintah mulai dari kepala desa hingga presiden tanpa
ada orang  yang berani melarang apalagi menghentikannya. Pada saat yang sama, berbagai
bentuk maksiat dan munkarat, mulai dari penebangan hutan, perjudian, perzinaan, pemerkosaan,
penyalah gunaan obat-obat terlarang, minuman keras, dan berbagai bentuk  kedzoliman semakin
merajalela

Manakala orang telah kehilangan rasa malu dan kejujuran, ia menjadi manusia buas berjingkrak-
jingkrak mengikuti hawa nafsunya dengan hati yang sepuas-puasnya. Hatinya tidak akan
terketuk sama sekali. Egoisme yang meluap-luap membuat matanya menjadi gelap,sehingga
tidak dapat mengenal apapun juga selain yang lebih menambah kepuasan hatinya. Dikala orang
telah mencapai kemerosotan sepeti itu putuslah ia sebagai manusia yang sewajarnya.

Menghadapi keadaan yang sangat menyedihkan diatas, tidak ada alterntif lain kecuali
menghayati nilai-nilai luhur budaya dan mengaktualisaikannya dalam bentuk kepribadian yang
baik, dalam mewujudkan Indonesia baru sebagai negara yang gemah ripah loh jinawe tata
tenterem karto raharjo dibawah naungan ridla Allah SWT yang dalam istilah Al-Qur’an disebut
baldatun thayyibatun wa robbun ghofur.(Q.S.Ar-ruum: ). Selain itu para pemimpin harus
menunjukkan jalan kebahagiaaan kepada umatnya. Lebih terpuji lagi jika mereka dapat
mengantarkan umatnya ke pintu gerbang kebahagiaan. Dengan kata lain, seorang khalifah
(pemimpin) tidak sekedar menunjukkan tetapi mampu pula memberi contoh sosialisasinya.

C.           Macam Akhlak Terhadap Lingkungan

1.    Memelihara dan Melindungi Hewan


Salah satu hadis yang menganjurkan berbuat baik dengan memelihara dan melindungi binatang
dengan cara :
a.    memberikan makanannya, sebagaimana sabda Rasulullah saw ;

ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬ e… ُ‫َو َعلَى الَّ ِذي يَرْ َكبُ َويَ ْش َربُ النَّفَقَة‬
َ َ‫ضي اللَّهم َع ْنهم ق‬
َ َ‫ال ق‬

Artinya : Dari Abu Hurairah, berkata: Rasulullah saw bersabda : ….“Orang yang menunggangi
dan meminum (susunya) wajib memberinya makanan”. (HR. Bukhari)
b.    menolongnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw :

‫ي‬ َّ ِ‫ضي هَّللا َع ْنهم أَ َّن النَّب‬ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬ e ‫إ ِ َذا‬zَ‫ َر َج ف‬zَ‫ب ثُ َّم خ‬
َ ‫ ِر‬z‫ا فَ َش‬zَ‫ َز َل فِيه‬zَ‫رًا فَن‬z‫ق ا ْشتَ َّد َعلَ ْي ِه ْال َعطَشُ فَ َو َج َد بِ ْئ‬
ٍ ‫قَا َل بَ ْينَا َر ُج ٌل بِطَ ِري‬
َ z‫زَل ْالبِ ْئ‬z
َ zَ‫ َغ ِمنِّي فَن‬zَ‫انَ بَل‬zz‫ش ِم ْث ُل الَّ ِذي َك‬ ْ ُ َ‫َك ْلبٌ يَ ْله‬
‫ا ًء‬zz‫ر فَ َماَل ُخفَّهُ َم‬z ِ َ‫ب ِمنَ ْال َعط‬ َ ‫ش فَقَا َل ال َّر ُج ُل لَقَ ْد بَلَ َغ هَ َذا ْال َك ْل‬
ِ َ‫ث يَأ ُك ُل الثَّ َرى ِمنَ ْال َعط‬
ْ ‫د َر‬zٍ ِ‫ت َكب‬
‫طبَ ٍة أَجْ ٌر‬ َ َ‫ب فَ َش َك َر هَّللا ُ لَهُ فَ َغفَ َر لَهُ قَالُوا يَا َرسُو َل هَّللا َوإِ َّن لَنَافِي ْالبَهَائِ ِم أَل َجْ رًا فَق‬
ِ ‫ال فِي ُك ِّل َذا‬ َ ‫فَ َسقَى ْال َك ْل‬

Artinya : Dari Abu Hurairah, berkata; Rasulullah saw bersabda : “suatu ketika seorang laki-
laki tengah berjalan di suatu jalanan, tiba-tiba terasa olehnya kehausan yang amat sangat,
maka turunlah ia ke dalam suatu sumur lalu minum. Sesudah itu ia keluar dari sumur tiba-tiba
ia melihat seekor anjing yang dalam keadaan haus pula sedang menjilat tanah, ketika itu orang
tersebut berkata kepada dirinya, demi Allah, anjing ini telah menderita seperti apa yang ia
alami. Kemudian ia pun turun ke dalam sumur kemudian mengisikan air ke dalam sepatunya,
sepatu itu digigitnya. Setelah ia naik ke atas, ia pun segera memberi minum kepada anjing yang
tengah dalam kehausan itu. Lantaran demikian, Tuhan mensyukuri dan mengampuni dosanya.
Setelah Nabi saw, menjelaskan hal ini, para sahabat bertanya: “ya Rasulullah, apakah kami
memperoleh pahala dalam memberikan makanan dan minuman kepada hewan-hewan kami ?”.
Nabi menjawab : “tiap-tiap manfaat yang diberikan kepada hewan hidup, Tuhan memberi
pahala”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas memberikan ketegasan betapa Islam sangat peduli akan keselamatan dan
perlindungan hewan. Bahkan disebutkan, bahwa bagi yang menolong hewan sekaligus
memperoleh tiga imbalan, yaitu : (1) Allah berterima kasih kepadanya; (2) Allah mengampuni
dosa-dosanya; dan (3) Allah memberikan imbalan pahala kepadanya Di samping sebagai
Pencipta, Allah adalah penguasa terhadap seluruh makhluk-Nya, termasuk binatang. Dia lah
yang memberi rezeki, dan Dia mengetahui tempat berdiam dan tempat penyimpanan
makanannya.

Allah swt, berfirman dalam QS. Hud (11): 6

)6(‫ين‬
ٍ ِ‫ب ُمب‬ ِ ْ‫َو َما ِم ْن دَابَّ ٍة فِي اأْل َر‬
ٍ ‫ض إِاَّل َعلَى هَّللا ِ ِر ْزقُهَا َويَ ْعلَ ُم ُم ْستَقَ َّرهَا َو ُم ْستَوْ َد َعهَا ُك ٌّل فِي ِكتَا‬
Terjemahnya : Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Secara implisit, ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt, senantiasa memelihara dan melindungi
makhluk-Nya, termasuk binatang dengan cara memberikan makanan dan memotoring tempat
tinggalnya. Manusia sebagai makhluk Allah SWT, yang termulia diperintahkan untuk selalu
berbuat baik dan dilarang untuk berbuat kerusakan di atas bumi.

sebagaimana firman-Nya da;a, QS. al-Qashasah (28): 77

ِ ْ‫ا َد فِي اأْل َر‬z‫غ ْالفَ َس‬z


‫ض إِ َّن هَّللا َ اَل‬ َ z‫نَ هَّللا ُ إِلَ ْي‬z‫ا أَحْ َس‬zz‫ ْن َك َم‬z‫ ُّد ْنيَا َوأَحْ ِس‬z‫ك ِمنَ ال‬
ِ z‫ك َواَل تَ ْب‬ َ َ‫يب‬z‫َص‬ َ ‫ك هَّللا ُ ال َّد‬
َ ‫ار اآْل ِخ َرةَ َواَل تَ ْن‬
ِ ‫سن‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما َءاتَا‬
)77( َ‫يُ ِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِدين‬

Terjemahnya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Di lain ayat, yakni QS. al-A’rāf (7) Allah berfirman :

ِ ْ‫َواَل تُ ْف ِسدُوا فِي اأْل َر‬


… َ‫ض بَ ْع َد إِصْ اَل ِحهَا َذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَ ُك ْم ِإ ْن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤ ِمنِين‬

Terjemahnya : … dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang
beriman”.

Ayat di atas, melarang untuk merusak lingkungan, dan malah sebaliknya yakni ayat tersebut
menganjurkan manusia untuk berbuat baik dan atau memelihara lingkungannya.

2.    Penanaman Pohon dan Penghijauan


Salah satu konsep pelestarian lingkungan dalam Islam adalah perhatian akan penghijauan dengan
cara menanam dan bertani. Nabi Muhammad saw menggolongkan orang-orang yang menanam
pohon sebagai shadaqah. Hal ini diungkapkan secara tegas dalam dalam hadits Rasulullah saw,
yang berbunyi :

… ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬


َ َ‫ق‬ e ٌ‫ص َدقَة‬ ٌ ‫ع زَرْ عًا فَيَأْ ُك ُل ِم ْنهُ طَ ْي ٌر أَوْ إِ ْن َس‬
َ ‫ان أَوْ بَ ِهي َمةٌ إِاَّل َكانَ لَهُ بِ ِه‬ ُ ‫ َما ِم ْن ُم ْسلِ ٍم يَ ْغ ِرسُ غَرْ سًا أَوْ يَ ْز َر‬ 

Artinya : “…. Rasulullah saw bersabda : tidaklah seorang muslim menanam tanaman,
kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali baginya dengan
tanaman itu adalah sadaqah”. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas).

Pada QS. al-An’am (6): 99, Allah berfirman ;

‫ا‬zzَ‫ط ْل ِعه‬
َ ‫ ِل ِم ْن‬z‫ا َو ِمنَ النَّ ْخ‬zzً‫ًّا ُمتَ َرا ِكب‬z-‫هُ َحًب‬z‫ ِر ُج ِم ْن‬z‫رًا نُ ْخ‬z‫ض‬ ِ َ‫َوهُ َو الَّ ِذي أَ ْن َز َل ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء فَأ َ ْخ َرجْ نَا بِ ِه نَبَاتَ ُك ِّل َش ْي ٍء فَأ َ ْخ َرجْ نَا ِم ْنهُ خ‬
ٍ ‫ا‬zzَ‫ ِه إِ َّن فِي َذلِ ُك ْم آَل ي‬z‫ب َوال َّز ْيتُونَ َوالرُّ َّمانَ ُم ْشتَبِهًا َو َغي َْر ُمتَ َشابِ ٍه ا ْنظُرُوا إِلَى ثَ َم ِر ِه إِ َذا أَ ْث َم َر َويَ ْن ِع‬
‫وْ ٍم‬zzَ‫ت لِق‬ ٍ ‫ت ِم ْن أَ ْعنَا‬ ٍ ‫ان دَانِيَةٌ َو َجنَّا‬ٌ ‫قِ ْن َو‬
)99( َ‫ي ُْؤ ِمنُون‬

Terjemahnya : Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan
itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang
banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun
anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang beriman.

Ada dua pertimbangan mendasar dari upaya penghijauan ini, yaitu :


a.    pertimbangan manfaat, sebagaimana disebutkan dalam QS. Abasa (80): 24-32, sebagai berikut :

ْ َ‫ا َوق‬zzً‫)و ِعنَب‬


(‫بًا‬z ‫ض‬ َ 27(‫ًّا‬z-‫ا َحًب‬zzَ‫ا فِيه‬zzَ‫) فَأ َ ْنبَ ْتن‬26( ‫ًّا‬z-‫ًق‬z ‫ض َش‬
َ ْ‫قَ ْقنَا اأْل َر‬z ‫)ثُ َّم َش‬25(‫ًّا‬z-‫ًب‬z ‫ص‬
َ ‫ا َء‬zz‫بَ ْبنَا ْال َم‬z ‫ص‬
َ ‫)أَنَّا‬24(‫ ِه‬z‫ط َعا ِم‬ ِ zُ‫فَ ْليَ ْنظ‬
َ ‫انُ إِلَى‬z ‫ر اإْل ِ ْن َس‬z
)32(‫) َمتَاعًا لَ ُك ْم وَأِل َ ْن َعا ِم ُك ْم‬31(‫ًّا‬z-‫) َوفَا ِكهَةً َوأًَب‬30( ‫ق ُغ ْلبًا‬َ ِ‫) َو َحدَائ‬29( ‫) َو َز ْيتُونًا َون َْخاًل‬28
Terjemahnya : maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguh-nya
Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan
sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, Zaitun
dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk
kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu. 

b.    pertimbangan keindahan, sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Naml (27): 60, sebagai
berikut :

ْ‫ل‬zzَ‫ َع هَّللا ِ ب‬z‫هٌ َم‬zَ‫ َج َرهَا أَئِل‬z‫ق َذاتَ بَه َْج ٍة َما َكانَ لَ ُك ْم أَ ْن تُ ْنبِتُوا َش‬
َ ِ‫ض َوأَ ْن َز َل لَ ُك ْم ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء فَأ َ ْنبَ ْتنَا بِ ِه َحدَائ‬
َ ْ‫ت َواأْل َر‬ َ َ‫أَ َّم ْن خَ ل‬
ِ ‫ق ال َّس َم َوا‬
)60( َ‫هُ ْم قَوْ ٌم يَ ْع ِدلُون‬

Terjemahnya : Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan
air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang
berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya?
Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-
orang yang menyimpang (dari kebenaran).
Maka lihatlah pada ungkapan ini “kebun-kebun yang sangat indah” yang berarti menyejukkan
jiwa, mata dan hati ketika memandangnya. Setelah Allah swt, memaparkan nikmat-nikmat-Nya,
baik berupa tanaman, kurma, zaitun, buah delima dan semacamnya, Dia melanjutkan firman-
Nya ‫“ أنظروا إلى ثمره إذ أثمر وينعه‬lihatlah/perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan
(perhatikan pula) kematangannya” (QS. 6 : 99).

Imam al-Qurtubi, mengatakan di dalam tafsirnya ; “Bertani bagian dari fardhu kifayah, maka
pemerintah harus menganjurkan manusia untuk melakukannya, salah satu bentuk usaha itu
adalah dengan menanam pohon.”

3.    Menghidupkan Lahan Mati


Lahan mati berarti tanah yang tidak bertuan, tidak berair, tidak di isi bangunan dan tidak
dimanfaatkan. Allah swt, telah menjelaskan dalam QS. Yasin (36):
َ‫ًّا فَ ِم ْنهُ يَأْ ُكلُون‬z-‫َو َءايَةٌ لَهُ ُم اأْل َرْ ضُ ْال َم ْيتَةُ أَحْ يَ ْينَاهَا َوأَ ْخ َرجْ نَا ِم ْنهَا َحًب‬

Terjemahnya : Dan suatu tanah (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang
mati, Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka dari padanya
mereka makan”.

Di ayat lain, tepatnya QS. al-Haj (22): 5-6 Allah swt, berfirman :

… ‫ق َوأَنَّهُ يُحْ يِي‬ ُّ z‫ َو ْال َح‬zُ‫أ َ َّن هَّللا َ ه‬zِ‫) َذلِكَ ب‬5(ٍ ‫ج بَ ِهيج‬ ْ ‫ت َوأَ ْنبَت‬
ٍ ْ‫َت ِم ْن ُك ِّل زَ و‬ ْ ‫ض هَا ِم َدةً فَإ ِ َذا أَ ْنز َْلنَا َعلَ ْيهَا ْال َما َء ا ْهتَ َّز‬
ْ َ‫ت َو َرب‬ َ ْ‫َوت ََرى اأْل َر‬
)6(ٌ‫ْال َموْ تَى َوأَنَّهُ َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِدير‬

Terjemahnya : … Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami telah menurunkan
air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-
tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dia lah yang hak dan
sesungguhnya Dia lah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.

Kematian sebuah tanah akan terjadi kalau tanah itu ditinggalkan dan tidak ditanami, tidak ada
bangunan serta peradaban, kecuali kalau kemudian tumbuh didalamnya pepohonan. Tanah
dikategorikan hidup apabila di dalamnya terdapat air dan pemukiman sebagai tempat tinggal.

Menghidupkan lahan mati adalah ungkapan dalam khazanah keilmuan yang diambil dari
pernyataan Nabi saw, dalam bagian matanhadis, yakni ُ‫ َم ْن أَحْ يَا أَرْ ضًا َميِّتَةً فَ ِه َي لَه‬  (Barang siapa yang
menghidupkan tanah (lahan) mati maka ia menjadi miliknya).

Dalam hadis ini Nabi saw, menegaskan bahwa status kepemilikan bagi tanah yang kosong adalah
bagi mereka yang menghidupkannya, sebagai motivasi dan anjuran bagi mereka yang
menghidupkannya. Menghidupkan lahan mati, usaha ini dikategorikan sebagai suatu keutamaan
yang dianjurkan Islam, serta dijanjikan bagi yang mengupayakannya pahala yang amat besar,
karena usaha ini adalah dikategorikan sebagai usaha pengembangan pertanian dan menambah
sumber-sumber produksi. Sedangkan bagi siapa saja yang berusaha untuk merusak usaha seperti
ini dengan cara menebang pohon akan dicelupkan kepalanya ke dalam neraka. Hal ini sesuai
dengan sabda Rasulullah saw sebagaimana dalam bagian matan hadis, yakni ; ُ ‫َّب هَّللا‬
َ ‫صو‬َ ً‫َم ْن قَطَ َع ِس ْد َرة‬
َْ
ِ َّ‫رأ َسهُ فِي الن‬  (Barang
‫ار‬ siapa yang menebang pepohonan, maka Allah akan mencelupkannya ke
dalam neraka).

Maksud hadis di atas, dijelaskan kemudian oleh Abu Daud setelah meriwayatkan hadis tersebut,
yaitu kepada orang yang memotong pepohonan secara sia-sia sepanjang jalan, tempat para
musafir dan hewan berteduh. Ancaman keras tersebut secara eksplisit merupakan ikhtiar untuk
menjaga kelestarian pohon, karena keberadaan pepohonan tersebut banyak memberi manfaat
bagi lingkungan sekitar. Kecuali, jika penebangan itu dilakukan dengan pertimbangan cermat
atau menanam pepohonan baru dan menyiram-nya agar bisa menggantikan fungsi pohon yang
ditebang itu.

4.    Udara
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah udara, dalam hal ini udara yang mengandung
oksigen yang diperlukan manusia untuk pernafasan. Tanpa oksigen, manusia tidak dapat hidup.

Tuhan beberapa kali menyebut angin (udara) dan fungsinya dalam proses daur air dan hujan.
Firman Allah swt dalam QS. al-Baqarah (2): 164

َّ َ‫ َز َل هَّللا ُ ِمن‬z ‫اس َو َما أَ ْن‬


‫ َما ِء ِم ْن‬z ‫الس‬ َ َّ‫ك الَّتِي تَجْ ِري فِي ْالبَحْ ِر بِ َما يَ ْنفَ ُع الن‬ِ ‫ار َو ْالفُ ْل‬
ِ َ‫ف اللَّ ْي ِل َوالنَّه‬ ْ ‫ض َو‬
ِ ‫اختِاَل‬ ِ ْ‫ت َواأْل َر‬ ِ ‫إِ َّن فِي خَ ْل‬
ِ ‫ق ال َّس َم َوا‬
‫وْ ٍم‬zَ‫ت لِق‬ ِ ْ‫ َما ِء َواأْل َر‬z‫الس‬
ٍ ‫ا‬zzَ‫ض آَل ي‬ َّ َ‫ َّخ ِر بَ ْين‬z‫ب ْال ُم َس‬
ِ ‫ َحا‬z‫الس‬ َّ ‫اح َو‬z
ِ zَ‫يف الرِّ ي‬
ِ ‫ ِر‬z‫َص‬ ْ ‫ ِّل دَابَّ ٍة َوت‬z‫ث فِيهَا ِم ْن ُك‬ َّ َ‫ض بَ ْع َد َموْ تِهَا َوب‬َ ْ‫َما ٍء فَأَحْ يَا بِ ِه اأْل َر‬
)164( َ‫يَ ْعقِلُون‬

Terjemahnya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang
Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan
yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan
kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Pada ayat lain, yakni QS. al-Rum (30): 48 Allah juga berfirman :

‫ ِه َم ْن‬zِ‫اب ب‬ َ َ‫إ ِ َذا أ‬zَ‫ق يَ ْخ ُر ُج ِم ْن ِخاَل لِ ِه ف‬


َ z‫ص‬ َ ‫هَّللا ُ الَّ ِذي يُرْ ِس ُل ال ِّريَا َح فَتُثِي ُر َس َحابًا فَيَ ْب ُسطُهُ فِي ال َّس َما ِء َك ْيفَ يَ َشا ُء َويَجْ َعلُهُ ِك َسفًا فَتَ َرى ْال َو ْد‬
)48( َ‫يَ َشا ُء ِم ْن ِعبَا ِد ِه إِ َذا هُ ْم يَ ْستَب ِْشرُون‬

Terjemahnya : Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan
Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu
turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.

Udara merupakan pembauran gas yang mengisi ruang bumi, dan uap air yang meliputinya dari
segala penjuru. Udara adalah salah satu dari empat unsur yang seluruh alam bergantung
kepadanya. Empat unsur tersebut ialah tanah, air, udara dan api. Dalam perkembangan ilmu
pengetahuan modern telah membuktikan bahwa keempat unsur ini bukanlah zat yang sederhana,
akan tetapi merupakan persenyawaan dari berbagai macam unsur.

Air misalnya, terdiri dari unsur oksigen dan hidrogen. Demikian juga tanah yang terbentuk dari
belasan unsur berbeda. Adapun udara, ia terbentuk dari sekian ratus unsur, dengan dua unsur
yang paling dominan, yaitu nitrogen yang mencapai sekitar 78,084 persen dan oksigen sebanyak
20,946 persen. Satu persen sisanya adalah unsur-unsur lain.

Termasuk hikmah kekuasaan Tuhan dalam penciptaan alam ini, bahwa Dia menciptakan udara
dengan nitrogen dan sifatnya yang pasif sebagai kandungan mayoritasnya, yaitu 78 persen dari
udara. Kalau saja kandungan udara akan gas nitrogen kurang dari itu, niscaya akan berjatuhan
bunga-bunga api dari angkasa luar karena mudahnya menembus lapisan bumi (hal itu yang kerap
kali terjadi) dan terbakarlah segala sesuatu yang ada pada permukaan bumi.

Fungsi lain dari udara/angin adalah dalam proses penyerbukan/ mengawinkan tumbuh-
tumbuhan. Allah swt, berfirman dalam QS. al-Hijr (15): 22 sebagai berikut :
ِ َ‫َوأَرْ َس ْلنَا ال ِّريَا َح لَ َواقِ َح فَأ َ ْن َز ْلنَا ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء فَأ َ ْسقَ ْينَا ُك ُموهُ َو َما أَ ْنتُ ْم لَهُ بِخ‬
)22( َ‫ازنِين‬

Terjemahnya : Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan
Kami turunkan hujan dari langit, lalu kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali
bukanlah kamu yang menyimpan-nya.

Dengan Di antara sekian banyak manfaat angin adalah kemampuannya dalam menggerakkan
kapal-kapal untuk terus berlayar dengan izin Allah. Angin berfungsi juga untuk mengalirkan air
dari satu tempat ke tempat lain, dan yang menyebabkan terbaginya hewan-hewan air ke berbagai
permukaan air. Dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan, anginlah yang membawa benih-benih yang
menyebabkan kesuburan dan penyerbukan serta penyebaran tumbuh-tumbuhan ke berbagai
belahan bumi.

Namun angin juga bisa menjadi bencana bagi makhluk hidup ketika ia menjadi badai misalnya,
Allah telah menghancurkan kaum ‘Ad dengan angin badai karena kekafiran dan kesombongan
mereka di atas muka bumi ini, lalu mereka berkata, “Siapakah diantara kita yang lebih kuat ?”.
Allah swt, berfirman dalam QS. al-Dzariyat (51):

ْ ‫) َوفِي عَا ٍد إِ ْذ أَرْ َس ْلنَا َعلَ ْي ِه ُم الرِّي َح ْال َعقِي َم َما تَ َذ ُر ِم ْن َش ْي ٍء أَت‬
‫َت َعلَ ْي ِه ِإاَّل َج َعلَ ْتهُ َكال َّر ِميم‬

Terjemahnya : Dan juga pada (kisah) ‘Ad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang
membinasakan. Angin itu tidak membiarkan satu pun yang dilandanya melainkan dijadikannya
seperti serbuk.

Sebagai manusia terkadang muncul ketika datang angin topan yang sangat kencang dengan
membawa debu dan hawa panas, yang akan membuat sebagian manusia sakit, mereka lupa
bahwa itu semua terjadi atas kehendak Allah dan berjalan sesuai dengan hukum alam Nya yang
tidak dapat dirubah. Sebab itulah Nabi saw, melarang pencelaan terhadap angin, beliau
bersabda :

ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ ِ ‫بِالرَّحْ َم ِة َو ْال َع َذا‬ ‫اَل تَ ُسبُّوا الرِّي َح فَإِنَّهَا تَ ِجي ُء‬
َ َ‫ق‬ e ‫ ِم ْن َخي ِْرهَا َوتَ َع َّو ُذوا ِم ْن َش ِّرهَا‬ >  َ ‫ب َولَ ِك ْن َسلُوا هَّللا‬
Artinya : Rasulullah saw bersabda : Janganlah kalian mencela angin, karena sesungguhnya ia
berasal dari ruh Allah Ta’ala yang datang membawa rahmat dan azab, akan tetapi mohonlah
kepada Allah dari kebaikan angin tersebut dan berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya.
(HR. Ahmad dari Abu Hurairah)

Sungguh, nikmat udara merupakan suatu nikmat yang sangat besar. Dengan demikian, manusia
dituntut untuk memanfaatkannya sesuai dengan karunia yang telah dianugerahkan Allah kepada
mereka, dengan melestarikannya bukan dengan mencemarinya dan merusaknya, yang akan
membawa mudharat bagi dirinya dan makhluk ciptaan Allah Swt, lainnya.

5.    Air
Sumber kekayaan lain yang sangat penting untuk dijaga adalah air, sumber kehidupan bagi
manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Allah Swt, berfirman dalam QS. al-Anbiya’ (21) , yakni
“‫” َو َج َع ْلنَا ِمنَ ْال َما ِء ُك َّل َش ْي ٍء َح ٍّي‬ (Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu hidup).

Pada hakekatnya, air adalah kekayaan yang mahal dan berharga. Akan tetapi karena Allah
menyediakannya di laut, sungai bahkan hujan secara gratis, manusia seringkali tidak menghargai
air sebagaimana mestinya.

Namun satu hal penting yang layak direnungkan, bahwa air bukanlah komoditas yang bisa
tumbuh dan berkembang. Ia tidak sama, misalnya dengan kekayaan nabati atau hewani, sebab
itulah Allah swt, mengisyaratkan dalam QS. al-Mu’minun (23):

ِ ْ‫َر فَأ َ ْس َكنَّاهُ فِي اأْل َر‬


ٍ ‫ض َوإِنَّا َعلَى َذهَا‬
َ‫ب بِ ِه لَقَا ِدرُون‬ ٍ ‫َوأَ ْن َز ْلنَا ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء بِقَد‬

Terjemahnya : Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air
itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.

Jika makhluk hidup terutama manusia tidak bisa hidup tanpa air, sementara kuantitas air terbatas,
maka manusia wajib menjaga dan melestarikan kekayaan yang amat berharga ini. Jangan sekali-
kali melakukan tindakan-tindakan kontra produktif, yaitu dengan cara mencemarinya, merusak
sumbernya dan lain-lain. Termasuk pula dengan tidak menggunakan air secara berlebih-lebihan
(israf), menurut ukuran-ukuran yang wajar.

a.    Larangan mencemari air


Bentuk-bentuk pencemaran air yang dimaksud oleh ajaran Islam di sini seperti kencing, buang
air besar dan sebab-sebab lainnya yang dapat mengotori sumber air. Rasululullah saw bersabda :

ِ ‫ار َع ِة الطَّ ِر‬


… ]51[ ‫يق َوالظِّ ِّل‬ ِ ‫اتَّقُوا ْال َماَل ِعنَ الثَّاَل ثَةَ ْالبَ َرازَ فِي ْال َم َو‬
ِ َ‫ار ِد َوق‬

Artinya : Jauhilah tiga macam perbuatan yang dilaknat ; buang air besar di sumber air,
ditengah jalan, dan di bawah pohon yang teduh. (HR. Abu Daud).
Rasulullah saw, juga bersabda : ‫اَل يَبُولَ َّن أَ َح ُد ُك ْم فِي ْال َما ِء ال َّدائِ ِم الَّ ِذي اَل يَجْ ِري ثُ َّم يَ ْغت َِس ُل فِي ِه‬  (Janganlah salah
seorang dari kalian kencing di air yang diam yang tidak mengalir, kemudian mandi disana.  HR.
Al-Bukhari)

Pencemaran air di zaman modern ini tidak hanya terbatas pada kencing, buang air besar, atau
pun hajat manusia yang lain. Bahkan banyak ancaman pencemaran lain yang jauh lebih
berbahaya dan berpengaruh dari semua itu, yakni pencemaran limbah industri, zat kimia, zat
beracun yang mematikan, serta minyak yang mengenangi samudra.

b.    Penggunaan air secara berlebihan.


Ada bahaya lain yang berkaitan dengan sumber kekayaan air, yaitu penggunaan air secara
berlebihan. Air dianggap sebagai sesuatu yang murah dan tidak berharga. Karena hanya
manusia-manusia yang berfikir yang mengetahui betapa berharga kegunaan dan nilai air. Hal ini
ِ ‫ْرفُوا إِنَّهُ اَل يُ ِحبُّ ْال ُمس‬
sejalan dengan QS. al-An’am (6), yakni  َ‫ْرفِين‬ ِ ‫واَل تُس‬ (Dan
َ janganlah kalian israf
(berlebih-lebihan). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlaku israf).

Ayat di atas, didukung juga oleh salah satu hadis, yakni


… َ‫ا َل نَ َع ْم َوإِ ْن ُك ْنت‬zzَ‫ف ق‬ َ َ‫صلَّى اللَّهم َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم َّر بِ َس ْع ٍد َوهُ َو يَتَ َوضَّأ ُ فَقَا َل َما هَ َذا ال َّس َرفُ يَا َس ْع ُد ق‬
ٌ ‫ال أَفِي ْال ُوضُو ِء َس َر‬ َّ ِ‫أَ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬
ٍ ‫َعلَى نَه ٍْر َج‬
‫ار‬

Artinya : … Nabi saw, pernah bepergian bersama Sa’ad bin Abi Waqqas. Ketika Sa’ad
berwudhu, Nabi berkata : “Jangan menggunakan air berlebihan”. Sa’ad bertanya : “Apakah
menggunakan air juga bisa berlebihan ?”. Nabi menjawab: “Ya, sekalipun kamu melakukannya
di sungai yang mengalir”.

6.    Menghindari Kerusakan dan Menjaga Keseimbangan Alam.


Salah satu tuntunan terpenting Islam dalam hubungannya dengan lingkungan, ialah bagaimana
menjaga keseimbangan alam/ lingkungan dan habitat yang ada tanpa merusaknya. Karena tidak
diragukan lagi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu di alam ini dengan perhitungan
tertentu. Seperti dalam firman Nya dalam QS. al-Mulk (67):
َ َ‫ت فَارْ ِج ِع ْالب‬
ٍ ُ‫ص َر هَلْ ت ََرى ِم ْن فُط‬
‫ور‬ ِ ‫ت ِطبَاقًا َما تَ َرى فِي خَ ْل‬
ٍ ‫ق الرَّحْ َم ِن ِم ْن تَفَا ُو‬ َ َ‫الَّ ِذي َخل‬
ٍ ‫ق َس ْب َع َس َم َوا‬

Terjemahnya : Allah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang. Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang.

Inilah prinsip yang senantiasa diharapkan dari manusia, yakni sikap adil dan moderat dalam
konteks keseimbangan lingkungan, tidak hiperbolis atau pun meremehkan, sebab ketika manusia
sudah bersikap hiperbolis atau meremehkan, ia cenderung menyimpang, lalai serta merusak.
Hiperbolis di sini maksudnya adalah berlebih-lebihan dan melewati batas kewajaran. Sementara
meremehkan maksudnya ialah lalai serta mengecilkan makna yang ada. Keduanya merupakan
sikap yang tercela, sedangkan sikap adil dan moderat adalah sikap terpuji.

Sikap adil, moderat, ditengah-tengah dan seimbang seperti inilah yang diharapkan dari manusia
dalam menyikapi setiap persoalan. Baik itu berbentuk materi maupun inmateri, persoalan-
persoalan lingkungan dan persoalan umat manusia, serta persoalan hidup seluruhnya.
Keseimbangan yang diciptakan Allah swt, dalam suatu lingkungan hidup akan terus berlangsung
dan baru akan terganggu jika terjadi suatu keadaan luar biasa, seperti gempa tektonik, gempa
yang disebabkan terjadinya pergeseran kerak bumi.

Tetapi menurut Al-Qur’an, kebanyakan bencana di planet bumi disebabkan oleh ulah perbuatan
manusia yang tidak bertanggung jawab. Firman Allah swt yang menandaskan hal tersebut adalah
QS. al-Rum (30):, sebagai berikut :

َ‫ْض الَّ ِذي َع ِملُوا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجعُون‬ ِ َّ‫ت أَ ْي ِدي الن‬
َ ‫اس لِيُ ِذيقَهُ ْم بَع‬ ْ َ‫ظَهَ َر ْالفَ َسا ُد فِي ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك َسب‬

Terjemahnya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)”.

Selanjutnya Allah awt, berfirman di dalam QS. Ali Imran (3):

‫ْس بِظَاَّل ٍم لِ ْل َعبِي ِد‬


َ ‫ت أَ ْي ِدي ُك ْم َوأَ َّن هَّللا َ لَي‬
ْ ‫ك بِ َما قَ َّد َم‬
َ ِ‫َذل‬

Terjemahnya : (Adzab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan
bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba Nya.

Di abad ini, campur tangan umat manusia terhadap lingkungan cenderung meningkat dan terlihat
semakin meningkat lagi terutama pada beberapa dasawarsa terakhir. Tindakan-tindakan mereka
tersebut merusak keseimbangan lingkungan serta keseimbangan interaksi antar elemen-
elemennya. Terkadang karena terlalu berlebihan, dan terkadang pula karena terlalu meremehkan.
Semua itu menyebabkan penggundulan hutan di berbagai tempat, pendangkalan laut, gangguan
terhadap habitat secara global, meningkatnya suhu udara, serta menipisnya lapisan ozon yang
sangat mencemaskan umat manusia dalam waktu dekat.
Demikianlah, kecemasan yang melanda orang-orang yang beriman adalah kenyataan bahwa
kezhaliman umat manusia dan tindakan mereka yang merusak pada suatu saat kelak akan
berakibat pada hancurnya bumi beserta isinya.

Anda mungkin juga menyukai