Anda di halaman 1dari 7

Triad Charcot terdiri dari nyeri abdomen kanan atas, demam dan ikterik pertamakali diuraikan pada

tahun 1877 dan masih digunakan sampai saat ini untuk mendiagnosa kolangitis akut secara klinis

Murphy’s sign : suatu pemeriksaan yg menggunakan ibu jari/telunjuk diletakkan ditepi kanan m.
Rectus abdominis atau regio hypocndriaca dextra dan pasien disuruh tahan nafas kalau nyeri
berarti hasil positif. (kolelitiasis/kolesistitis)

DEMAM
Sebagai respons terhadap masuknya mikroba, sel-sel fagositik tertentu (makrofag)
mengeluarkan suatu bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen yang bekerja pada pusat
termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan thermostat. Secara spesifik, hipotalamus
memicu menggigil agar produksi panas segera meningkat, dan mendorong vasokonstriksi kulit untuk
segera mengurangi pengeluaran panas, kedua tindakan ini mendorong suhu naik. Demam memiliki
manfaat yaitu dapat mengintenskan efek dari interferon dan aktivitas fagosit dari makrofag dan patogen
berkurang replikasinya, karena demam meningkatkan heart rate, sel darah putih datang ke tempat infeksi.
Antibody sel T meningkat proliferasinya dan panas juga meningkatkan reaksi kimia yang membantu
tubuh sembuh.

(Tortora. Principles of Anatomy and Physiology 12 th edititon)

SKLERA IKTERIK

Karena peningkatan bilirubin plasma, peningkatan bilirubin isa karena overproduksi atau kegagalan
ekskresi. Icterus terjadi karena hyperbilirubinemia dengan kadar bilirubin serum > 2-2,5 mg/dl. Ke sklera
karena jaringan sklera kaya akan elastin yang memiliki afinitas tinggi terhadap bilirubin

NYERI KWADRAN KANAN ATAS

KOLESTEROL

GATAL KULIT

BAB DEMPUL

ETIOLOGI

(1) obstruksi bilier dan (2) pertumbuhan bakteri dalam empedu (infeksi empedu)
(2) Penyebab paling sering obstruksi bilier adalah koledokolitiasis, stenosis bilier jinak, striktur
anastomosis empedu, dan stenosis dengan penyakit ganas.

Kolelitiasis  Benign biliary stricture  Faktor kongenital Faktor post-operatif (kerusakan ductus bilier,
strictured choledojejunostomy, etc.)  Faktor inlamasi  Oklusi keganasan  Tumor duktus bilier  Tumor
kandung empedu  Tumor ampula  Tumor pankreas  Tumor duodenum  Pankreatitis  Tekanan
eksternal  Fibrosis papila  Divertikulum duodenal  Bekuan darah  Faktor iatrogenic  Parasit yang
masuk ke duktus bilier (Biliary ascariasis)  Sump syndrome setelah anastomosis enterik bilier
FAKTOR RESIKO

riwayat infeksi sebelumnya, usia >70 tahun dan diabetes.

PATOFISIOLOGI

Kolangitis terjadi akibat adanya stasis atau obstruksi di sistem bilier yang disertai oleh bakteria yang
mengalami multiplikasi. Obstruksi terutama disebabkan oleh batu common bile duct (CBD), striktur,
stenosis, atau tumor, serta manipulasi endoskopik CBD. Dengan demikian aliran empedu menjadi
lambat sehingga bakteri dapat berkembang biak setelah mengalami migrasi ke sistem bilier melalui vena
porta, sistem limfatik porta ataupun langsung dari duodenum.

Oleh karena itu akan terjadi infeksi secara ascenden menuju duktus hepatikus, yang pada akhirnya akan
menyebabkan tekanan intrabilier yang tinggi dan melampaui batas 250 mmH20. Oleh karena itu akan
terdapat aliran balik empedu yang berakibat terjadinya infeksi pada kanalikuli biliaris, vena hepatika dan
limfatik perihepatik, sehingga akan terjadi bakteriemia yang bisa berlanjut menjadi sepsis (25-40%). Apa
bila pada keadaan tersebut disertai dengan pembentukan pus maka terjadilah kolangitis supuratif

1. Kolangitis dengan kolesistitis

Pada keadaan ini tidak ditemukan obstruksi pada sistem bilier, maupun pelebaran dari
duktus intra maupun ekstra hepatal. Keadaan ini sering disebabkan oleh batu CBD yang
kecil, kompresi oleh vesica felea /kelenjar getah bening/inflamasi pankreas,
edema/spasme sfinkter Oddi, edema mukosa CBD, atau hepatitis.

2. Kolangitis non-supuratif akut

Terdapat bakterobilia tanpa pus pada sistem bilier yang biasanya disebabkan oleh
obstruksi parsial.

3. Kolangitis supuratif akut

Pada CBD berisi pus dan terdapat bakteria, namuntidak terdapat obstruksi total
sehingga pasien tidak dalam keadaan sepsis.

4. Kolangitis supuratif akut dengan obstruksi

Di sini terjadi obstruksi total sistem bilier sehingga melampaui tekanan normal pada
sistem bilier yaitu melebihi 250mm H20 sehingga terjadi bakterimia akibat reflluk cairan
empedu yang disertaidengan influks bakteri ke dalam sistem limfatik dan vena hepatika.

5. Syok sepsis

Apabila bakteriemia berlanjut maka akan timbul berbagai komplikasi yaitu sepsis
berlarut, syok septik, gagal organ ganda yang biasanya didahului oleh gagal ginjal yang
disebabkan oleh sindroma hepatorenal, abses hati piogenik (sering multipel) dan bahkan
peritonitis. Jika sudah terdapat komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk
DD

Kebocoran bilier

Diverticulitis akut

Kolesistitis

Radang usus buntu

Pankreatitis

Abses hati

Sindrom Mirizzi

Tingkat keparahan kolangitis akut dibagi kedalam tiga kelompok :

1. Derajat ringan, yaitu kolangitis fase awal yang tidak memenuhi kriteria derajat sedang maupun berat.
2. Derajat sedang, yaitu kolangitis yang diikuti dua dari empat gejala yaitu:

a. Jumlah leukosit yang abnormal (>18.000/mm3 )

b. Teraba masa pada kuadran kanan atas.

c. Durasi keluhan >72 jam

d. Terdapat tanda inflamasi lokal (abses hepar, peritonitis bilier, empisematus kolesisitis)

3. Derajat berat, yaitu kolangitis akut yang diikuti minimal satu disfungsi organ lainya yaitu

a. Disfungsi kardiovaskular

b. Disfungsi neurologi

c. Disfungsi respiratori

d. Disfungsi renal

e. Disfungsi hepatik

f. Disfungsi hematologi
PP

- pemeriksaan laboratorium

terjadinya respons inflamasi (leukosit yang abnormal, meningkatnya CRP atau perubahan-perubahan
lain yang mengindikasikan adanya inflamasi), test fungsi hati abnormal (Alkaline Phosphatase/ALP,
Gamma Glutamil Transpeptidase/GGT, Aspartate Transaminase.AST/SGOT, Alanine
Transaminase/ALT/SGPT) dan temuantemuan pencitraan dilatasi bilier atau bukti etiologi (misalnya
adanya batu, striktur atau stenosis)

- pemeriksaan lainnya

EUS (endoscopic ultrasonography), MRCP (magnetic resonance cholangiopancreotography) dan ERCP


(endoscopic retrograde cholangiopancreotography)
INTERPRETASI PP

- TD 120/80 = normal

- Denyut nadi = 112x/menit = meningkat

- RR = normal

- Suhu = meningkat

- BMI = tinggi = 31,221 (normalnya 18,5-24,9)

- HB = normal

- Leukosit = meningkat

- AST = meningkat (normalnya wanita = 10-35)

- ALT = meningkat (normalnya 10-35)

- Bilirubin total = meningkat (normalnya 0,1-1,2)

- Bilirubin direk = meningkat (normalnya 0,1- 0,3)


- alkali phosphatase = meningkat (normalnya = 81-258)

- Gamma GT = meningkat (normalnya wanita 7-32)

PENATALAKSANAAN

1. Terapi antibiotic
Beberapa panduan (guidelines) menyarankan pada kolangitis akut ringan sebaiknya pemberian
jangka pendek 2-3 hari dengan sefalosporin generasi pertama atau kedua, penisilin dan inhibitor
β laktamase. sedangkan kolangitis sedang sampai berat sebaiknya pemberian antibiotic minimal
5-7 hari dengan sefalosporin generasi ketiga atau keempat, nonbaktam dengan atau tanpa
metronidazol untuk kuman anaerob, atau karbapenem.
2. Drainase bilier biasanya diperlukan pada pasien kolangitis akut untuk menghilangkan sumber
infeksi dan juga karena obstruksi dapat menurunkan ekskresi bilier antibiotic. beratnya penyakit
menetukan dan menegaskan saatnya untuk dilakukan drainase. Drainase dapat dilakukan secara
elektif pada pasien kolangitis akut ringan, dalam 24-28 jam pada apsien kolangitis sedang, dan
segera (dalam beberapa jam) pada pasien kolangitis berat karena tidak akan respon dengan
pemberian antibiotic saja.

Anda mungkin juga menyukai