SKRIPSI
Oleh:
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2014
SKRIPSI
Oleh:
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2014
i
SKRIPSI PERILAKU PEMBERIAN ASI.... RESTU ANANDYA PALUPI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ii
SKRIPSI PERILAKU PEMBERIAN ASI.... RESTU ANANDYA PALUPI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iii
SKRIPSI PERILAKU PEMBERIAN ASI.... RESTU ANANDYA PALUPI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iv
SKRIPSI PERILAKU PEMBERIAN ASI.... RESTU ANANDYA PALUPI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Skripsi dengan judul “PERILAKU
PEMBERIAN ASI OLEH IBU DENGAN USIA DI BAWAH 20 TAHUN DI
KELURAHAN SIDOTOPO, SURABAYA”, sebagai salah satu persyaratan
akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam skripsi ini dijabarkan tentang identifikasi faktor-faktor yang berperan
dalam perilaku pemberian ASI oleh ibu dengan usia di bawah 20 tahun di
Kelurahan Sidotopo, Surabaya berdasarkan teori Snehendu B. Kar Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh bahwa niat subyek penelitian cenderung rendah dengan
rendahnya pula dukungan sosial walau cenderung positif. Akses informasi subyek
tergolong terlambat karena baru diperoleh pasca persalinan. Otonomi subyek juga
tergolong rendah karena cenderung menerima anjuran untuk memberikan susu
formula mapun MP-ASI dini. Sedangkan situasi yang dihadapi subyek penelitian
beragam, namun sebenarnya dapat diatasi jika subyek memiliki pengetahuan yang
adekuat mengenai ASI.
Pada kesempatan ini disampaikan terimakasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra., M.Kes., selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta saran hingga
terwujudnya skripsi ini. Subyek penelitian serta informan, bapak serta ibu di
Kelurahan Sidotopo yang telah bersedia untuk menjadi subyek penelitian dalam
penelitian ini.
Terimakasih dan penghargaan juga disampaikan pula kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Airlangga
2. Oedojo Soedirham, dr., M.PH., M.A., Ph.D., selaku Ketua Departemen
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
3. Seluruh staf pengajar Program Strata 1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yang telah memberikan ilmu
sebagai bekal dalam penyusunan proposal ini
4. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik materiil
maupun non-materiil
5. Rekan-rekan seperjuangan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2010,
atas motivasi yang diberikan
6. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga skripsi ini berguna baik bagi diri kami sendiri maupun
pihak lain yang memanfaatkan.
v
SKRIPSI PERILAKU PEMBERIAN ASI.... RESTU ANANDYA PALUPI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRACT
Susenas 2010 stated that the mean age of marriage in Indonesia was 19.7
years old, with the ASFR in adolescent reached 48 by 2012. It was very concerned
considering mother with age under 20 had 3.9 times higher risk of having
premature delivery and 7 times higher risk delivering LBW infant. While LBW
which was contributed 31% in causing neonatal deaths were able to be aided by
exclusive breastfeeding and continue breastfeeding until 2 years of baby’s life.
This research was aimed to identify factors influence breastfeeding behavior by
mothers with age under 20 in Sidotopo, Surabaya.
This study was observational descriptive with cross sectional study design
and qualitative approach. In-depth interview was done to 7 research subjects who
were selected by purposive sampling method. The variables studied were behavior
intention, social support, accessibility of information, personal autonomy, and
action situation tackled by mother in giving breastfed.
It was obtained that the behavior intention of the research subject was low;
with low social support, even though tent to be positive. The accessibility of
information regarding breastfeeding was low and late, consequently was obtained
after giving birth. The personal autonomy of research subject was low because the
subject tent to follow the advice of others to give infant formula or
complementary feeding. While the action situation tackled by the subjects could
be cope by a high intention to breastfeed the infant.
Improvement of health promotion related to breastfeeding should be
encouraged not only for mothers but also others close to the mothers as the
supporter to perform the behavior. It is expected that the knowledge of the mother
with the age under 20 and those closest could be increased thus the mother
realized the importance of breastfeeding and able to cope with the action situation
that hinder the mothers to breastfeed.
vi
SKRIPSI PERILAKU PEMBERIAN ASI.... RESTU ANANDYA PALUPI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRAK
Data Susenas 2010 menyebutkan usia rerata kawin di Indonesia adalah 19,7
tahun, dengan ASFR pada usia remaja mencapai angka 48 di tahun 2012. Hal ini
sangat mengkhawatirkan mengingat ibu dengan usia di bawah 20 tahun memiliki
risiko 3,9 kali lebih tinggi untuk memiliki bayi prematur dan 7 kali lebih tinggi
untuk mengalami BBLR. Sedangkan BBLR yang menyumbang angka sebesar
31% dari penyebab kematian bayi atau neonatus dapat ditolong dengan pemberian
ASI eksklusif dan dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian
ASI oleh ibu dengan usia di bawah 20 tahun di Kelurahan Sidotopo, Surabaya.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan rancang
studi cross sectional dan pendekatan kualitatif. Wawancara mendalam dilakukan
pada 7 subyek penelitian yang ditentukan dengan metode purposive sampling.
Variabel yang diteliti adalah niat, dukungan sosial, akses informasi, otonomi
pribadi, dan situasi yang dihadapi ibu dalam pemberian ASI.
Diperoleh bahwa niat subyek penelitian tergolong rendah, dengan dukungan
sosial yang juga tergolong rendah walau cenderung positif. Akses informasi
subyek penelitian berkaitan dengan ASI tergolong rendah dan terlambat sehingga
baru didapatkan pasca persalinan. Otonomi pribadi subyek penelitian diperoleh
rendah karena kecenderungan subyek menuruti anjuran orang lain untuk
memberikan susu formula dan MP-ASI dini. Sedangkan situasi yang dialami
subyek sebenarnya dapat diatasi dengan niatan yang tinggi untuk memberikan
ASI bagi bayi.
Peningkatan promosi kesehatan berkaitan dengan ASI harus digalakkan tidak
hanya bagi ibu namun juga orang terdekat ibu sebagai pendukung dalam
menampilkan perilaku. Diharapkan pengetahuan ibu dengan usia di bawah 20
tahun dan orang terdekatnya dapat meningkat sehingga ibu dapat menyadari
pentingnya pemberian ASI dan dapat mengatasi situasi yang menghalangi ibu
untuk memberikan ASI.
Kata kunci: ASI, perilaku, ibu remaja, ibu dengan usia di bawah 20 tahun
vii
SKRIPSI PERILAKU PEMBERIAN ASI.... RESTU ANANDYA PALUPI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS PENELITIAN iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRACT vi
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 7
1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah 9
1.3.1 Pembatasan Penelitian 9
1.3.2 Rumusan Masalah 9
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 10
1.4.1 Tujuan Umum 10
1.4.2 Tujuan Khusus 10
1.4.3 Manfaat Penelitian 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13
2.1 Tinjauan Mengenai Teori Snehendu B. Kar 13
2.2 Tinjauan Mengenai ASI Eksklusif 14
2.2.1 Definisi ASI Eksklusif 14
2.2.2 Manfaat ASI Eksklusif 15
2.2.3 Jenis dan Kandungan ASI 16
2.2.4 Teknik Pemberian ASI 19
2.2.4.1 Kontrol Hormonal pada Produksi ASI 20
2.2.4.2 Refleks pada Bayi 22
2.2.4.3 Pelekatan Bayi dan Pengisapan pada Payudara 22
2.2.4.4 Posisi Ibu dan Bayi untuk Pelekatan yang Baik 27
2.3 Tinjauan Mengenai Ibu dengan Usia di Bawah 20 Tahun 29
2.3.1 Definisi Ibu dengan Usia di Bawah 20 Tahun 29
2.3.2 Berperan Sebagai Ibu dengan Usia di Bawah 20 Tahun 30
2.3.3 Hambatan yang Dialami dalam Pemberian ASI oleh
Ibu dengan Usia di Bawah 20 Tahun 32
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 33
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 36
4.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian 36
4.2 Subyek Penelitian 36
4.3 Teknik Penentuan Subyek dan Informan Penelitian 37
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian 37
viii
SKRIPSI PERILAKU PEMBERIAN ASI.... RESTU ANANDYA PALUPI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ix
SKRIPSI PERILAKU PEMBERIAN ASI.... RESTU ANANDYA PALUPI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL
x
SKRIPSI PERILAKU PEMBERIAN ASI.... RESTU ANANDYA PALUPI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR
xi
SKRIPSI PERILAKU PEMBERIAN ASI.... RESTU ANANDYA PALUPI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN
xii
SKRIPSI PERILAKU PEMBERIAN ASI.... RESTU ANANDYA PALUPI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Daftar Singkatan
AAP = American Academy of Pediatrics
AKB = Angka Kematian Bayi
AKBa = Angka Kematian Balita
ASFR = Age Specific Fertility Rate
ASI = Air Susu Ibu
Bappenas = Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BBLR = Bayi Berat Lahir Rendah
BKKBN = Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
BPS = Badan Pusat Statistik
FIL = Feedback Inhibitor of Lactation
IBM = Integrated Behavior Model
KEK = Kekurangan Energi Kronis
LBW = Low Birth Weight
MDGs = Millennium Development Goals
MP-ASI = Makanan Pengganti ASI
PAPM = The Precaution Adoption Process Model
PT = Perguruan Tinggi
PUS = Pasangan Usia Subur
RW = Rukun Warga
SDKI = Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
SD/MI = Sekolah Dasar/Madrasah Ibtida’iyah
SMA/SMK/MA = Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah
SMP/MTs = Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
Susenas = Survei Sosial Ekonomi Nasional
TPB = Theory of Planned Behavior
TRA = Theory of Reasoned Action
UMK = Upah Minimum Kota
UNICEF = The United Nation Children’s Fund
WHO = World Health Organization
WNA = Warga Negara Asing
WNI = Warga Negara Indonesia
Daftar Istilah
p = p-value/signifikansi
OR = Odds Ratio
xiii
SKRIPSI PERILAKU PEMBERIAN ASI.... RESTU ANANDYA PALUPI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB I
PENDAHULUAN
ASI atau Air Susu Ibu telah banyak diketahui dapat memberikan gizi
yang sesuai bagi kebutuhan bayi. WHO menyarankan ibu di seluruh dunia
asupan zat lain termasuk air kecuali vitamin; mineral; atau obat dalam
bentuk tetes atau sirup, selama enam bulan pertama masa hidup bayi dan
WHO, 2013).
ASI erat dikaitkan dengan kesehatan dan gizi pada anak. ASI
merupakan bentuk investasi dari orang tua bagi masa depan buah hatinya
karena ASI diketahui mengandung banyak zat gizi dengan porsi tepat bagi
pada hari, susuan, dan antara variasi komposisi susu, serta pola menyusui
individu. ASI memiliki efek manfaat dalam waktu panjang bagi masa depan
dan juga beberapa penyakit degeneratif seperti obesitas. ASI juga dikenal
sebagai faktor proteksi baik bagi kesehatan bayi maupun ibu berkaitan
dengan potensi mengidap kanker payudara dan kanker rahim (Butte, dkk.,
2002; Clemens, 1999; Roesli, 2007). Oleh karena itu berbagai badan dunia
1
SKRIPSI PERILAKU PEMBERIAN ASI.... RESTU ANANDYA PALUPI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
bagian dari program yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak
perawatan yang sesuai, termasuk soal asupan makanan bayi yaitu ASI, dapat
menurunkan banyak risiko kematian pada bayi BBLR. ASI adalah makanan
terbaik bagi bayi BBLR pada semua usia gestasi karena ASI menyesuaikan
dengan kebutuhan nutrisi bayi BBLR. Konsumsi ASI pada bayi BBLR
pencapaian ASI eksklusif di Indonesia yang masih jauh dari target 80%
Pada level internasional secara luas, MDGs yang dikenal sebagai cita-
cita global yang telah disepakati bersama oleh para pemimpin dunia
dengan kesehatan ibu dan anak. Tujuan keempat yaitu menurunkan angka
kematian bayi dan yang kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu. Pada
laporan pelaksanaan MDGs di Indonesia tahun 2011, yang dirilis Mei 2013
oleh Bappenas, menunjukkan bahwa target pencapaian, baik pada AKB dan
AKBa, masih sangat memerlukan upaya ekstra atau masih dalam status akan
tercapai dari target yang ditentukan. Meskipun nyatanya angka ini telah
mengalami penurunan.
pada tahun 2004 seperti terlihat pada gambar 1.2, sebesar 37%-nya berasal
neonatus, yaitu sebesar 31%, disebabkan oleh kelahiran prematur dan berat
cukup tinggi dengan prevalensi sebesar 8,8% pada tahun 2010. Berdasarkan
Risiko KEK pada ibu hamil lebih besar terjadi pada ibu hamil usia
remaja khususnya pada usia 15-19 tahun dibandingkan ibu hamil usia
reproduksi sehat yaitu usia 20-30 tahun. Hal ini juga dikuatkan oleh hasil
Gambar 1.1 Penyebab utama kematian bayi dan anak di bawah lima tahun
dunia, 2004
pada usia remaja cukup tinggi dengan perkiraan sebesar 48 per 1.000
sebesar 14 per 1.000 (2009), China 6,2 per 1.000 (2009), dan Vietnam 35
dan anak, serta pelemahan neonatal dan perkembangan neuro (Smith, dkk.,
kurang dari 4 kali daripada ibu dari kelompok usia dewasa, yang dapat
maupun pola pergaulan remaja saat ini. Hasil Susenas 2010 menyebutkan
bahwa usia rerata kawin pertama nasional di Indonesia adalah 19,7 tahun.
jumlah PUS dengan usia istri kurang dari 20 tahun adalah sejumlah
halangan terbesar bagi ibu usia remaja (15-21 tahun) keturunan Afrika-
Amerika di Florida untuk menyusui adalah rasa sakit, malu, ketakutan akan
dukungan sosial adalah faktor yang berperan penting dan dibutuhkan oleh
ibu dengan usia di bawah 20 tahun untuk dapat memberikan ASI eksklusif
(Brown, dkk., 2009; Dykes, dkk., 2003; Moran, dkk., 2006; Pobocik, dkk.,
strategi yang tepat dalam upaya mengubah perilaku sasaran. Teori oleh
kesehatan yang tepat sasaran dan efektif dalam mengubah perilaku ibu
dengan usia istri kurang dari 20 tahun di Jawa Timur adalah sebanyak
sebanyak 13.350 atau 2,8% PUS yang istrinya berusia di bawah 20 tahun
berdasarkan hasil pendataan keluarga Jawa Timur oleh BKKBN tahun 2012.
Pada sisi lain data pernikahan dini yang didapatkan mengalami peningkatan
sejak 2007 hingga 2009 adalah pada Kecamatan Semampir, yang dapat
SDKI 2007 adalah sebesar 66 per 1000 kelahiran. Data ini menunjukkan
kenaikan bila dibandingkan dengan data ASFR Jawa Timur berdasar data
SDKI 2002-2003 yang mencapai 45 per 1000 kelahiran pada kelompok usia
15-19 tahun (Hartanto & Hull, 2009). Usia kelahiran yang muda ini tentu
kerentanan yang dimiliki oleh ibu dengan usia di bawah 20 tahun saat
sebesar 57,8% dari harapan target capaian 80%. Sedangkan cakupan ASI
eksklusif di Surabaya juga masih jauh dari target tersebut yaitu hanya
60,52% berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2012. Pada
Pada provinsi Jawa Timur kecenderungan menikah pada usia dini atau
di bawah usia reproduksi sehat yaitu di bawah 20-30 tahun, erat dikaitkan
dengan etnis Madura dalam hubungannya dengan aspek budaya pada etnis
banyak memiliki warga dari etnis Madura karena dekatnya jarak dengan
Surabaya.
yang meliputi:
intervensi yang sesuai bagi masyarakat sasaran, dalam hal ini ibu dengan
Sidotopo, Surabaya?”
belakang perilaku pemberian ASI oleh ibu dengan usia di bawah 20 tahun di
a. Bagi masyarakat:
hadapi.
di bawah 20 tahun
c. Bagi peneliti:
lapangan.
penelitian.
pemberian ASI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berikut:
a. BI (Behavior Intention)/Niat
tertentu.
13
14
e. AS (Action Situation)/Situasi
tertentu.
jam terakhir bayi hanya disusui/diberi ASI saja dan sejak lahir
jam terakhir bayi hanya disusui/ diberi ASI saja; sejak lahir
selain ASI; dan sebelum ASI keluar bayi tidak diberi makanan
15
dari lama pemberian ASI atau durasi optimal dari pemberian ASI eksklusif
ASI telah diketahui memiliki banyak manfaat baik bagi bayi maupun
bahwa bayi yang disusui ASI eksklusif selama 6 bulan memiliki risiko
terserang infeksi gastrointestinal lebih rendah dari pada bayi yang hanya
mendapat ASI eksklusif selama 3-4 bulan maupun bayi yang mendapatkan
campuran asupan baik dari ASI dan sumber lain. Selain itu kegagalan
16
pada bayi dan juga didapatkan bersifat protektif bagi kemungkinan risiko
dan lymphoma.
badan ibu pada masa setelah melahirkan atau post partum. Selain itu
pula kemungkinan dari ASI eksklusif sebagai faktor proteksi dari kejadian
a. Kolostrum
Kolostrum adalah ASI dalam jumlah kecil yaitu hanya sekitar 40-
17
mengandung zat yang amat dibutuhkan bayi seperti IgA, sel darah
sel darah putih berperan penting bagi imunitas bayi ketika pertama
c. Mature milk
18
a. Kolostrum
b. Foremilk
Air susu yang keluar pertama kali disebut foremilk atau susu awal
haus bayi.
c. Hindmilk
kental, mengandung lemak dan bervitamin. Air susu ini pula yang
Kandungan ASI dilihat dari umur per bulan bayi hingga usia 1 tahun
19
bergantung pada hari, susuan, dan antara variasi komposisi susu, serta pola
Payudara memiliki anatomi yang terdiri dari puting susu dan aerola,
pemberian ASI berawal dari teknik yang salah dalam pemberian ASI.
membuat ibu merasakan sakit ataupun rasa tidak nyaman bahkan luka pada
tepat dan pelekatan bayi pada payudara ibu yang baik akan menjadikan
20
Terdapat dua bagian utama dari payudara yaitu jaringan mammae dan
alveoli yang terdiri dari sel sekresi susu dan dikelilingi oleh sel
susu, serat otot, dan syaraf, dan dikelilingi oleh aerola yang berpigmen
payudaranya.
21
c. Air susu yang mengalir dari payudara yang lain ketika bayi
mangisap;
yang terdapat pada ASI turut mengontrol produksi ASI. Ketika bayi
hanya menyusu pada satu sisi payudara, maka payudara yang lain akan
berhenti mensekresi ASI. Hal ini disebabkan oleh adanya FIL tersebut.
Bila ASI yang telah diprosuksi dikeluarkan baik lewat isapan bayi
bersama ASI. Maka dari itu sangat dianjurkan untuk menyusui secara
22
bergantian antara payudara kanan dan kiri dan bila bayi tidak dapat
Selain refleks pada ibu yang sangat penting adalah refleks pada
Rooting reflex adalah refleks ketika sesuatu menyentuh bibir atau pipi
ketika mulut bayi terisi oleh air susu dan bayi mulai menelannya.
Pelekatan yang baik antara mulut bayi dengan payudara ibu akan
mengakibatkan rasa tidak nyaman pada ibu akibat isapan yang tidak
efektif dari bayi. Konsekuensi dari isapan tidak efektif antara lain
adalah:
23
untuk menyusu;
Isapan yang efektif atau tidak dapat dilihat melalui tanda yang
khas. Tanda isapan efektif dan tidak efektif dapat dilihat pada tabel
berikut:
24
Tabel 2.2 Tanda isapan efektif dan tidak efektif (Lanjutan)
Isapan Efektif Isapan Tidak Efektif
4) Ketika bayi mulai mengisap ujungnya. Hal ini
kembali, dia akan mengisap memperlihatkan bahwa puting
dengan cepat selama beberapa rusak karena isapan yang tidak
waktu untuk menstimulasi benar.
aliran ASI, dan kemudian
akan mengisap dengan lambat
kembali;
5) Pipi bayi terlihat membulat
ketika menyusu;
6) Pada akhir susuan, isapan
akan melambat dengan isapan
dalam yang lebih sedikit dan
tundaan yang lebih lama,
namun harus diteruskan
karena ini merupakan
hindmilk yang kaya akan
lemak;
7) Ketika bayi sudah merasa
kenyang, dia biasanya akan
melepas payudara secara
spontan;
8) Puting payudara akan terlihat
meregang untuk satu atau dua
detik, namun akan segera
kembali pada bentuk
istirahatnya.
Sumber: Infant and Young Child Feeding (WHO, 2009)
Pelekatan yang baik untuk itulah menjadi hal yang penting dalam
proses menyusui. Pelekatan yang baik dengan tidak dapat dilihat dari
beberapa tanda yang dapat diamati oleh ibu, seperti terlihat pada
gambar berikut:
25
Gambar 2.2 Pelekatan yang baik dan buruk dalam mulut bayi
Ketika bayi terlekat dengan baik maka mulut dan lidahnya tidak
26
saluran ASI;
tidak nyaman atau sakit pada ibu dan dapat merusak kulit puting dan
areola, menyebabkan luka pada puting dan fissure. Poin yang dapat
yaitu:
27
dapat terjadinya pelekatan yang baik antara bayi dan payudara ibu. Ibu
terpenting adalah ibu harus dalam keadaan rileks dan nyaman, tanpa
punggung ibu harus disanggah dan ibu harus dapat memegang bayinya
Posisi bayi dapat mengikuti posisi ibu baik pada posisi melintang
dengan ibunya. Terdapat empat poin mengenai posisi badan bayi yang
28
ibunya;
lebar;
Posisi ibu dan bayi yang benar dapat dilihat pada gambar berikut:
29
wanita yang telah melahirkan seseorang; (2) sebutan untuk wanita yang
sudah bersuami; (3) panggilan yang takzim kepada wanita baik yang sudah
bersuami maupun yang belum; (4) bagian yang pokok (besar, asal, dan
30
ibu dan anaknya menetapkan bahwa usia reproduksi sehat adalah pada
rentang usia 20-30 tahun. Maka definisi ibu dengan usia di bawah 20 tahun
yang lebar antara kematangan secara fisik (yang dapat diamati dari
orang tua, bekerja, dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri) pada
remaja. Hal ini tentunya berdampak pada kesiapan ibu dengan usia di
bawah 20 tahun, yang masih tergolong remaja dilihat dari usianya, untuk
(Winter & Shaikh, 2007). Kesenjangan ini dipandang turut terlibat dalam
adalah:
31
tahun, yang umumnya berusia dalam rentang usia remaja, umumnya masih
itulah banyak dari penelitian yang menyatakan bahwa ibu dengan usia di
ASI eksklusif terhadap bayinya (Brown, dkk., 2009; Dykes, dkk., 2003;
antara ibu dengan usia di bawah 20 tahun dengan ibu usia reproduksi sehat
menyatakan bahwa ibu usia remaja berpotensi 5 kali lebih tinggi untuk
32
melakukan kunjungan antenatal kurang dari 4 kali. Hal ini tentu dapat
2.3.3 Hambatan yang Dialami dalam Pemberian ASI oleh Ibu dengan Usia
di Bawah 20 Tahun
seorang ibu tidak terkecuali ibu dengan usia di bawah 20 tahun. Halangan
i. Ibu sakit
k. Malu
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Niat
Perilaku
pemberian
Dukungan Sosial
ASI oleh ibu
dengan usia di
bawah 20
Akses Informasi tahun
Otonomi Pribadi
Situasi
perilaku sebagai fungsi dari niat, dukungan sosial, akses informasi, otonomi
pribadi, dan situasi. Niat untuk berperilaku tertentu tidak hanya disampaikan
dalam teori Snehendu B. Kar saja, namun teori lain seperti TRA/TPB/IBM juga
33
34
mengidentifikasi perilaku pemberian ASI pada ibu dengan usia di bawah 20 tahun
masyarakat. Dukungan sosial adalah faktor yang dapat digunakan untuk meneliti
pengaruh atau dukungan lingkungan sosial ibu dengan usia di bawah 20 tahun
dalam pemberian ASI. Karena menurut hasil penelitian Astuti (2012) di Denpasar,
salah satu yang mempengaruhi ibu usia remaja (dengan usia di bawah 20 tahun)
memberikan ASI eksklusif. Hambatan yang dihadapi ibu dengan usia di bawah 20
tahun dalam memberikan ASI dalam aspek budaya yang antara lain adalah adanya
tradisi memberikan makanan tambahan pada bayi baru lahir, budaya berpantang
makanan, dan budaya minum jamu, yang didapatkan ibu dengan usia di bawah 20
pengetahuan ibu dengan usia di bawah 20 tahun mengenai ASI dan dari mana asal
pribadi dapat mengarahkan identifikasi pada sejauh apa otonomi ibu dengan usia
35
bayinya dengan keadaan atau dukungan sosial baik yang bersifat positif maupun
negatif. Faktor terakhir adalah situasi yang dapat mengarahkan pada identifikasi
situasi yang memungkinkan atau tidak memungkinkan bagi pemberian ASI oleh
ibu dengan usia di bawah 20 tahun seperti kemungkinan ibu bekerja, keluar rumah
atau bepergian, ataupun keadaan tertentu seperti tidak keluarnya ASI karena
payudara yang keras dan bernanah, asumsi ASI yang berwarna bening sehingga
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
objek yang diteliti sehingga hanya dilakukan pengamatan dan dengan tujuan
yang diteliti.
Subyek penelitian pada penelitian ini adalah ibu dengan usia di bawah
orang dengan rincian 2 ibu dari RW 3, 2 ibu dari RW 10, dan 3 ibu dari RW
bayi yang digunakan untuk mendata ibu dan bayi ketika posyandu maka
36
37
door bersama kader karena tidak adanya data usia ibu pada buku registrasi
Semampir, Surabaya),
cakupan ASI eksklusif di wilayah tersebut yang masih cukup jauh dari
target 80% Dinkes, yaitu hanya sebesar 49,57%. Selain itu pertimbangan
lain adalah adanya peningkatan persentase pernikahan usia dini pada tahun
38
39
Tabel 4.1 Variabel, Cara Pengumpulan Data, dan Definisi Operasional (Lanjutan)
No Variabel Definisi Operasional Cara/ Teknik Instrumen
Pengumpulan Penelitian dan
Data Kategorisasi Data
20 tahun sendiri yang
digunakan untuk *) Nilai Rp
menghidupi keluarga per 2.200.000,- adalah
bulannya berdasarkan nilai
Upah Minimum
Kota (UMK)
Surabaya Tahun
2014 sesuai
Peraturan Gubernur
No. 78 Tahun 2013
tentang Upah
Minimum
Kabupaten/Kota di
Jawa Timur Tahun
2014.
7. Pekerjaan Mata pencaharian ibu Wawancara Kuesioner
dengan usia di bawah 20 mendalam
tahun yang dilakukan
untuk menghidupi
keluarga
8. Ras/suku Kelompok etnis asal dari Wawancara Kuesioner
ibu dengan usia di bawah mendalam
20 tahun
9. Tempat Tempat ibu dengan usia Wawancara Kuesioner dengan
tinggal di bawah 20 tahun mendalam kategorisasi tempat
berdomisili dan tinggal tinggal, yaitu:
bersama keluarganya a. Rumah sendiri
b. Sewa/kos
10. Tipe keluarga Susunan keluarga subyek Wawancara Kuesioner dengan
yang dapat terdiri dari mendalam kategorisasi tipe
keluarga inti atau keluarga, yaitu:
keluarga batih a. Nuclear family
(keluarga inti)
b. Extended family
(keluarga besar)
11. Niat Keinginan yang dimiliki Wawancara Panduan wawancara
ibu dengan usia di bawah mendalam
20 tahun untuk
memberikan ASI
eksklusif bagi bayinya
12. Dukungan Dukungan dari Wawancara Panduan wawancara
Sosial lingkungan sosial ibu mendalam
dengan usia di bawah 20
40
Tabel 4.1 Variabel, Cara Pengumpulan Data, dan Definisi Operasional (Lanjutan)
No Variabel Definisi Operasional Cara/ Teknik Instrumen
Pengumpulan Penelitian dan
Data Kategorisasi Data
tahun (orang tua, suami,
dan bidan), yang dapat
berupa dukungan positif
maupun negatif untuk
berperilaku memberikan
ASI eksklusif bagi
bayinya
13. Akses Akses terhadap informasi Wawancara Panduan wawancara
Informasi atau ada/tidak adanya mendalam
informasi mengenai ASI
eksklusif atau fasilitas
kesehatan yang dapat
mendorong ibu dengan
usia di bawah 20 tahun
untuk berperilaku
memberikan ASI
eksklusif pada bayinya
14. Otonomi Kebebasan/independensi Wawancara Panduan wawancara
Pribadi ibu dengan usia di bawah mendalam
20 tahun untuk bertindak
atau berperilaku atau
mengambil keputusan
tertentu berkaitan dengan
perilaku pemberian ASI
eksklusif bagi bayinya
15. Situasi Kondisi atau keadaan Wawancara Panduan wawancara
tertentu yang mendalam & & Lembar observasi
memungkinkan ibu observasi berdasarkan
dengan usia di bawah 20 panduan Breastfeed
tahun untuk berperilaku Observation Job
atau tidak berperilaku Aid. (sumber: Infant
memberikan ASI and Young Child
eksklusif bagi bayinya. Feeding (WHO,
- Bagi ibu yang masih 2009))
memberikan ASI maka
dilihat proses
menyusuinya: kegiatan
menyusui oleh ibu
dengan melihat dari
benar tidaknya
pelekatan bayi pada
payudara ibu
41
Tabel 4.1 Variabel, Cara Pengumpulan Data, dan Definisi Operasional (Lanjutan)
No Variabel Definisi Operasional Cara/ Teknik Instrumen
Pengumpulan Penelitian dan
Data Kategorisasi Data
16. ASI Eksklusif Bayi menerima hanya Wawancara Panduan wawancara
ASI dari ibu atau mendalam
inangnya, atau ASI
perah, dan tanpa cairan
atau bahan padat lain,
tidak pula air, dengan
pengecualian solusi
rehidrasi oral, gula atau
sirup terdiri dari vitamin,
suplemen mineral atau
obat-obatan
(field note) dengan responden yang memenuhi kriteria inklusi yang telah
42
Subyek Penelitian:
Purposive sampling
Analisis data:
Content analysis
kualitatif adalah:
43
Teknik analisis data pada penelitian ini dengan content analysis, yaitu:
di bawah 20 tahun;
dimengerti;
dibuat kategorisasinya;
BAB V
HASIL PENELITIAN
kota Surabaya adalah salah satu kelurahan yang terletak dalam wilayah
jiwa. Wilayah yang berkantor kelurahan di Jalan Sidotopo Kulon No. 331
Surabaya ini memiliki sejumlah total 29.816 penduduk berstatus WNI dan 9
berjarak relatif dekat dengan Pulau Madura yang dapat diakses melalui jalur
sebagai berikut:
44
SKRIPSI PERILAKU PEMBERIAN ASI.... RESTU ANANDYA PALUPI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
d. Hindu : 15 orang
e. Budha : 20 orang
Hal ini didukung oleh sejumlah sarana ibadah seperti 6 masjid dan 14
musholla bagi pemeluk agama Islam serta 2 gereja, 1 gereja Katolik, dan 1
Selain itu jenjang SMP sejumlah 1.684 orang, SMA sejumlah 3.100 orang,
jenjang akademi sejumlah 103 orang, dan sarjana sejumlah 122 orang.
negeri dan 2 unit SMP swasta, 1 unit SMA swasta, serta 1 unit Perguruan
Tinggi swasta.
sejumlah 11.017 orang berstatus sebagai ibu rumah tangga dan sejumlah
penelitian ini dilihat dari usia pernikahan, jumlah anak, usia melahirkan
pekerjaan, suku, kepemilikan tempat tinggal, dan tipe keluarga. Tabel 5.1
47
SKRIPSI PERILAKU PEMBERIAN ASI.... RESTU ANANDYA PALUPI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
subyek 02RD yang memang menikah karena hamil di luar nikah sehingga
lama adalah subyek 04NH yaitu telah menikah selama 4 tahun 11 bulan.
Dapat dipahami bila dari setiap subyek penelitian didapatkan jumlah anak
berusia 11 bulan.
hingga SMA/SMK/MA. Seperti pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa 3 orang
menjadi ibu di usia yang dapat dikatakan masih remaja ini. Berdasarkan
minat subyek untuk melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi karena pola
pendidikan yang tinggi hanya akan menjadi hal yang tidak berguna karena
pada akhirnya wanita akan berakhir dengan menjadi ibu rumah tangga.
Selain hal itu terdapat pula pola pikir yang menyatakan bahwa tanpa
menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi pun seseorang akan tetap
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan lebih memilih untuk menikah.
subyek yaitu 01MR dan 09MD yang memiliki pendapatan di atas nilai
suaminya. Yaitu subyek dengan orang tuanya, begitu pula dengan suaminya
yang juga tinggal dengan orang tuanya sendiri. Sehingga dapat disimpulkan
“Maka dari itu kan saya sudah bilang ekonominya agak lemah.
Ndak lemah, cuma agak lemah gitu.. Terus terang aja..” (Ayah
subyek 06KR)
mereka seperti subyek 01MR, 02RD, dan 06KR. Subyek 03NR dan 04NH
06SL dan 09MD tinggal di rumah sewa dengan keluarga intinya. Tipe
ibu untuk memberikan ASI bagi bayinya. Berikut cuplikan kuotasi subyek
yang lebih baik dalam niatan untuk memberikan ASI bagi bayinya
“Ya kan istri saya ndak apa putingnya itu Mbak.. Saya nanya
teman saya. Katanya disuruh belikan puting buatan gitu, merk
Pigeon. Saya tanya ke apotek ternyata ada gitu.
Teman saya itu istrinya juga gitu..” (Suami 07SL)
lewat jawaban subyek yang umumnya mencari persetujuan ibu atau orang
subyek 01MR, 03NR, dan 04NH. Berikut cuplikan kuotasi ketika subyek
orang di sekitarnya:
yaitu sekitar 2 tahun dengan jumlah anak 1 dan usia melahirkan anak
pertama berkisar antara 16-19 tahun, sehingga rata-rata usia anak terakhir
rumah sendiri dan menyewa. Berbeda halnya dengan tipe keluarga subyek
yaitu subyek penelitian 03NR dan 04NH, sisanya berhenti memberikan ASI
data diperoleh bahwa asupan bagi bayi umumnya digantikan dengan sumber
niat atau keinginan yang dimiliki ibu dengan usia di bawah 20 tahun untuk
memberikan ASI bagi bayinya dapat dilihat dari beberapa aspek berikut:
tabel 5.2:
ASI adalah air susu yang diberikan pada anak agar anak tumbuh kuat.
“Kayak susu buat bayi.. kayak kalau besar biar.. kuat gitu.”
(02RD, 17 tahun)
“Katanya ASI itu baik buat anak ya.. Ketimbang apa itu
namanya.. Susu botol..” (09MD, 20 tahun)
Air Susu Ibu tanpa dapat memberikan definisi lebih lanjut. Sedangkan
mendeskripsikan ASI.
sebagai berikut:
Jawaban ini pun keluar dari subyek pada kunjungan kedua ketika
tabel 5.4:
Alasan tidak lancarnya ASI diungkapkan oleh subyek 01MR dan 06KR
pemberian ASI bagi bayinya selain karena tidak lancarnya ASI juga
setelah subyek salah makan dan bayi menunjukkan tanda alergi. ASI
cuplikan kuotasinya:
“Tapi itu mbak anak saya kan itu.. Apa.. Pernah salah makan
saya. Jadi anak saya nggak bisa nyusu. Kalau nyusu itu
mbak, muntah.. Nyusu lagi, muntah.. Yaudah akhirnya saya
kan memutuskan untuk itu.. Apa itu namanya.. Ngambil susu
itu aja.. Botol.
He’eh.. Kalau diminum (ASI) itu ya mbak ya disemprot lagi
keluar.. Ndak mau.. Panas itu mbak air susunya itu..”
(09MD, 20 tahun)
ASI dini berupa pisang yang dihaluskan sebelum bayi berusia 6 bulan.
bagi bayinya.
penting bagi bayi dengan beragam alasan. Berikut uraian rinci pada
tabel 5.5:
tumbuh kembang bayi serta supaya sehat dan tidak gampang sakit.
adalah karena apabila anak sakit, pengobatan dapat dilakukan oleh ibu.
Sehingga anak tidak perlu minum obat karena dapat digantikan oleh
“Ya, penting..
Ya, biar cerdas katanya..” (06KR, 20 tahun)
pertimbangan hasil per aspek terlihat bahwa secara umum niat dari subyek
maupun ASI eksklusif bagi bayinya. Rendahnya ketiga aspek tersebut juga
bagi bayinya.
suami maupun orang tua subyek dapat diidentifikasi berdasar aspek berikut:
pemberian ASI oleh ibu dengan usia di bawah 20 tahun. Sikap yang
ditunjukkan oleh orang terdekat baik suami maupun ibu atau mertua
bayinya yaitu ibu dan suami subyek. Dominannya peran suami terjadi
dengan tipe keluarga besar (extended family). Berikut uraian rinci pada
tabel 5.7:
yang besar dari ibu mereka. Kelima subyek tersebut setidaknya pernah
diajarkan cara menyusui oleh ibunya. Berikut uraian rinci pada tabel
5.8:
selain dari ibunya. Tante dari subyek 02RD memberikan dorongan agar
bayinya. Tante dan ibu subyek juga sering mengingatkan subyek untuk
Umumnya informasi dari orang tua masih kuat berkaitan dengan aspek
adat dan budaya kecuali orang tua aktif pula mencari informasi seperti
latar belakang orang tua subyek 01MR dan 02RD yang merupakan
dimiliki orang tua subyek 01MR dan 02RD bergeser ke informasi yang
luas.
"Ya kan istri saya ndak apa putingnya itu mbak.. Saya nanya
teman saya. Katanya disuruh belikan puting buatan gitu,
merk Pigeon. Saya tanya ke apotek ternyata ada gitu.
Teman saya itu istrinya juga gitu.. ” (Suami 07SL)
cuplikan kuotasinya:
Selain hal tersebut pemberian obat pelancar ASI, susu untuk ibu
satu hal mereka akan mudah beralih mendukung untuk memberikan susu
formula. Hal ini juga disebabkan oleh rendahnya pengetahuan mereka untuk
benar.
didapatkan oleh ibu agar ibu sadar bahwa suatu perilaku penting untuk
kuotasinya:
“Iyah tetep.. Cuma saya itu hati itu ya jenenge wong tuwo iku
yo mangkel ya (namanya orang tua itu ya sebal ya). Cuma
tetep saya perhatikan. Cuma ndak.. ndak.. itu..
Iyah ini.. gak pernah saya periksakan.. Begitu saya
periksakan langsung masuk. Langsung melahirkan.” (Wali
subyek 02RD)
ini:
“Waktu melahirkan..
Orang tua mbak..” (09MD, 20 tahun)
dengan niat atau kemauan subyek untuk memberikan ASI bagi bayinya.
Reaksi dari subyek penelitian antara lain dapat dilihat pada tabel 5.13
berikut:
02RD yang memang masih berusia 17 tahun dan memiliki anak karena
hamil di luar nikah. Subyek tersebut dinilai belum siap untuk memiliki
Selain itu adalah subyek 01MR di mana pada pernyataan dari ibu
tinggi karena jika ibu bekerja sebenaranya tetap dapat disiasati dengan
mendapatkan informasi yang adekuat mengenai ASI. Hal ini menjadi tanda
bahwa ASI belum menjadi prioritas yang tinggi bahkan bagi petugas
Tabel 5.14 Anjuran pemberian susu formula dan MP-ASI dini pada
subyek penelitian
ataupun MP-ASI dini. Pemberian MP-ASI dini terjadi pada bayi yang
ASI dini:
stok susu formula oleh tenaga medis yang menangani. Berikut adalah
cuplikan kuotasinya:
5.3.4.2 Sikap Ibu Terhadap Ide Pemberian Susu Formula dan MP-ASI
Dini
Sikap ibu terhadap ide pemberian susu formula dan MP-ASI dini
umumnya menerima. Sebab itu maka tidak ada satu pun dari subyek
pada beberapa bayi dari subyek yang mengalami kesulitan karena ASI
tidak keluar adalah dengan dalih supaya tetap adanya asupan yang
dini bagi bayinya ketika disarankan oleh orang tua dan mertuanya.
ASI dini karena menganggap bagian dari budaya dan supaya anak
tergolong rendah. Hal ini masih berkaitan erat dengan rendahnya informasi
yang adekuat mengenai ASI yang tidak didapatkan oleh subyek penelitian
sehingga tidak timbul niatan yang tinggi dalam diri subyek penelitian yang
tabel 5.15:
kondisi ASI yang tidak lancar sejak awal melahirkan sehingga tidak
dapat memberikan ASI bagi bayinya. Subyek 01MR juga harus kembali
“Iyah masalah puting rata sama ASI ndak lancar itu mbak.
Ndak bisa lancar mbak..” (07SL, 20 tahun)
ASI selama beberapa saat dan digantikan dengan susu formula. Ketika
kuotasinya:
kuotasinya:
adalah hal-hal yang dapat diatasi jika subyek memiliki pengetahuan yang
rendah pula lah kesadaran, niat, dan upaya dari dalam diri subyek untuk
BAB VI
PEMBAHASAN
tahun dengan jumlah anak 1. Usia melahirkan anak pertama berkisar antara
sudah berusia 20 tahun karena usia bayi rata-rata juga sudah hampir atau
terendah SD. Hal ini juga terjadi pada suami subyek sehingga tidak
tingkat ekonomi yang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya tingkat
83
SKRIPSI PERILAKU PEMBERIAN ASI.... RESTU ANANDYA PALUPI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84
subyek berasal dari etnis Madura sedangkan 2 sisanya berasal dari etnis
Jawa.
rumah pribadi sedang sebagian lain adalah rumah sewa. Sedangkan tipe
keluarga subyek penelitian rata-rata adalah tipe keluarga besar atau extended
family dan hanya 2 subyek yang memiliki tipe keluarga inti atau nuclear
Niat sangat erat dikaitkan dengan perilaku dan perubahan perilaku pada
menentukan sikap terhadap suatu perilaku dimulai dengan tidak tahu tentang
suatu isu yang akan berkembang menjadi tidak terikat dengan isu. Setelah
mengetahui isu mengenai ASI maupun ASI eksklusif, maka hal yang wajar
apabila ditemukan tidak ada satupun dari subyek yang memilih untuk
pemberian ASI bagi bayi dari usia 0 hingga 6 bulan. Namun informasi ini
produksi susu ibu, subyek tidak mengetahui hal yang harus dilakukan.
Subyek ini memilih untuk berhenti memberikan ASI karena ASI yang
harus mencari dan mengetahui cara mengatasi kesulitan ini dengan berusaha
menempatkan diri agar dapat tenang sehingga ASI dapat lancar diproduksi.
ASI hingga saat dilakukannya penelitian. Namun dari kedua subyek ini pun
pemberi dukungan kunci bagi ibu dengan usia remaja adalah ibu dari si ibu,
pasangan, dan bidan atau petugas kesehatan (Dykes et al., 2003). Hal ini
pula yang memiliki korelasi dengan tipe keluarga subyek seperti telah
umumnya orang tua akan mengambil alih peran besar termasuk mengurus
anak.
terutama orang tua. Sehingga ditemukan pula bahwa pilihan subyek untuk
untuk memberikan ASI bagi bayi, memberikan makanan bergizi bagi ibu
Hingga membelikan alat khusus seperti puting buatan dan pompa payudara
pengetahuan yang cukup tentang ASI dan ASI eksklusif. Sehingga ketika
rendahnya pengetahuan ketujuh subyek penelitian ini soal ASI maupun ASI
terdekatnya baik itu ibunya, suaminya, maupun bidan atau tenaga kesehatan.
perilaku PAPM dan tidak berpindah ke stase unengaged by issue yang akan
atau tidak.
persalinan, yang membuat subyek tidak dapat mempersiapkan diri baik fisik
dan persiapan sebelum masa menyusui atau selama masa kehamilan, dan
bahwa menurut teori menyusui bukanlah pada puting namun pada payudara
(WHO, 2009).
sehingga hal ini turut pula menghambat subyek memperkaya dirinya dengan
informasi.
dianjurkan pada ibu dengan usia di atas 20 tahun yang dinilai telah matang
secara fisik dan psikologis. Hal ini berkaitan dengan komitmen ibu terhadap
Brownell, dkk. (2002) bahwa halangan terbesar bagi ibu usia remaja (15-21
dimiliki subyek juga tergolong rendah di mana hal ini sangat berpengaruh
dini. Usia subyek yang masih muda menjadi satu penyebab rendahnya
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Astuti (2012) bahwa ibu remaja
coba-coba karena banyak dari tetangganya yang juga melakukan hal yang
sama. Selain itu aspek budaya untuk memberikan makanan tambahan sejak
eksklusif yang dialami ibu remaja dalam penelitiannya. Hal ini jelas
pada kelompok usia remaja berpotensi 5 kali lebih tinggi untuk melakukan
kunjungan antenatal kurang dari 4 kali daripada ibu dari kelompok usia
kelahiran.
subyek yang berusia muda ini bahkan terhadap dirinya sendiri. Sehingga
ketika dianjurkan oleh orang lain untuk memberikan asupan lain bagi
bayinya selain ASI saat masa ASI eksklusif, subyek penelitian cenderung
tersebut antara lain adalah karena tidak keluarnya ASI. beberapa subyek
mengaku ASI mereka tidak keluar sejak masa-masa awal pasca persalinan
sejak hari pertama kehidupan bayi. Namun sejatinya menurut dr. Farapti,
seorang narasumber ahli, ASI memang tidak keluar lancar pasca persalinan
dan terkesan sangat sedikit namun itu normal. Hal ini senada dengan yang
diungkapkan oleh Roesli (2007) bahwa memang ASI pada awal masa pasca
persalinan hanya diproduksi sedikit dan bayi dapat bertahan selama 2x24
jam tanpa asupan karena telah memiliki bekal sejak dari dalam kandungan.
bayi karena bayi dapat bertahan dengan asupan yang berasal dari dalam
produksi ASI sangat dipengaruhi oleh aspek emosional ibu yang akan
kelancaran produksi ASI si ibu. Hal ini sayangnya tidak diketahui oleh
protaktil atau rata (tidak menonjol), menurut dr. Farapti juga dapat diatasi
dengan berbagai cara yang tersedia dengan kemajuan teknologi yang telah
ada saat ini dan sejatinya tidak menghalangi ibu untuk tetap memberikan
ASI bagi bayinya karena menyusui tidak hanya melibatkan puting saja
namun keseluruhan aerola payudara ibu. Hal ini ditunjang oleh pernyataan
Roesli (2007) bahwa puting yang tidak protaktil bukan menjadi halangan
karena menyusu tidak pada puting melainkan pada payudara. Hal ini
hal tersebut tidak menjadi kendala bagi ibu. Dan ibu dapat tetap
memberikan ASI asal pelekatan mulut bayi dengan payudara ibu terjadi
dengan benar.
BAB VII
7.1 Kesimpulan
1) Termuda: 2 bulan
b. Jumlah anak: 1
perguruan tinggi.
g. Suku:
1) Madura: 5
2) Jawa: 2
93
SKRIPSI PERILAKU PEMBERIAN ASI.... RESTU ANANDYA PALUPI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
94
1) Rumah sendiri: 4
2) Sewa: 3
i. Tipe Keluarga:
orang-orang terdekat subyek yaitu orang tua atau keluarga dan suami
yang tidak protaktil, dan anak yang menolak ASI. Situasi tersebut
7.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil dari penelitian ini yaitu:
dan ASI eksklusif bagi calon ibu sejak masa kehamilan. Hal ini
petugas kesehatan.
tahun 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, I. W., 2012. Pengalaman Ibu Usia Remaja dalam Menjalani IMD (Inisiasi
Menyusu Dini) dan Memberikan ASI Eksklusif di Kota Denpasar. Tesis.
Depok: Universitas Indonesia.
Bappenas, 2012. Kerangka Kebijakan: Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka seribu
Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Jakarta; Bappenas: 8-13.
http://kgm.bappenas.go.id/document/datadokumen/40_DataDokumen.pdf
diakses pada 17 November 2013.
BKKBN, 2013. Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2012. Jakarta; BKKBN.
BPS, et al., 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012: Laporan
Pendahuluan. Jakarta; BPS, BKKBN, Kemkes RI: 5-27.
Brown, A., Raynor, P., & Lee, M., 2009. Young mothers who choose to breast
feed: the importance of being part of a supportive breast-feeding community.
Midwifery 27 (2011): 53-59.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0266613806000726
diakses pada 15 November 2013.
Butte, N. F., Lopez-Alarcon, M. G., & Garza, C., 2002. Nutrient Adequacy of
Exclusive Breastfeeding for The Term Infant During The First Six Month of
Life. Geneva; WHO: 8-37.
97
98
Clemens, et al., 1999. Early Initiation of Breastfeeding and the Risk of Infant
Diarrhea in Rural Egypt. Pediatrics Vol.104 No.1.
http://pediatrics.aappublications.org/content/104/1/e3.full.html diakses pada
12 November 2013.
Fikawati, S. & Syafiq, A., 2010. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu
Eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini di Indonesia. Makara Vol.14 No.1: 17-
24.
Glanz, K., Rimer, B. K., & Viswanath, K., 2008. Health Behavior and Health
Education: Theory, Research, and Practice 4th Edition. Jossey-Bass A Wiley
Imprint. California: 67-92. http://ihepsa.com/files/h1.pdf diakses pada 2
November 2013.
Gulo, R., 2002. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Oleh Ibu
Usia Remaja pada Anak Umur 0-24 Bulan. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23182/A02rgu_abstrac
t.pdf?sequence=1 diakses pada 21 November 2013
Gunawan, S., 2010. Mau Anak Laki-laki Atau Perempuan. Jakarta: Agromedia
Pustaka
Hartanto, W. & Hull, T. H., 2009. Fertility Estimates of Indonesia for Provinces
Adjusting Under-Recording of Women 2002-3 and 2007 IDHS. Jakarta; BPS:
22-32.
http://indonesia.unfpa.org/application/assets/publications/Provincial_fertility_
Adjusted.pdf diakses pada 17 November 2013.
Hartono, A., 2012. Perbandingan Risiko Komplikasi Ibu dan Bayi Pada
Kehamilan Remaja dengan Usia Reproduksi Sehat di Rumah Sakit Immanuel
Bandung Periode Mei 2009-Mei 2012. Skripsi. Bandung: Universitas Kristen
Maranatha.
99
http://repository.maranatha.edu/2697/1/0910166_Abstract_TOC.PDF diakses
pada 2 April 2014.
Kemenkes RI, 2012. Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2011: Menuju
Perbaikan Gizi Perseorangan dan Masyarakat yang Bermutu. Jakarta; Dirjen
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Gizi: 17-52.
Latifah, L. & Anggraeni, M. D., 2009. Hubungan Kehamilan Pada Usia Dini
dengan Kejadian Prematuritas, Berat Bayi Lahir Rendah, dan Asfiksia.
Skripsi. Purwokerto; Universitas Jendral Soedirman.
Moran, et al., 2006. A systematic review of the nature of support for breastfeeding
adolescent mothers. Midwifery (2007) 23: 157-171.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0266613806000726
diakses pada 15 November 2013.
Roesli, U., 2007. Panduan Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta:
Pustaka Bunda.
Shenoi, et al., 2008. Management of Feeding in Low Birth Weight Infants. NNF.
www.nnfpublication.org diakses pada 13 November 2013.
100
Smith, et al., 2003. Initiation of Breastfeeding Among Mothers of Very Low Birth
Weight Infants. Pediatrics Vol.111 No.6: 1337-1342.
http://pediatrics.aappublications.org/content/111/6/1337.full.html diakses
pada 12 November 2013.
WHO, 2009. Infant and young child feeding: Model Chapter for textbooks for
medical students and allied health professionals. WHO; France: 4-63.
http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241597494_eng.pdf diakses
pada 17 November 2013.
101
LAMPIRAN
LEMBAR INFORMASI
INFORMED CONSENT
(SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)
Nama : ……………………………………………………………
Umur : ……. Thn L / P *)
Pekerjaan : ……………………………………………………………
Alamat : ……………………………………..………………..……
No. tlp/hp : ……………………………………………………………
7. Kerahasiaan data dan informasi yang diberikan oleh subyek penelitian dijamin
oleh peneliti.
Dan peneliti memberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan mengenai
segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya
bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian
penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari
pihak manapun.
Surabaya, ……………………. 2014
Subyek Penelitian Peneliti
(…………………………..) (…………………………..)
SMA PT /
Pendidikan Terakhir SD / SMP Tidak
13 / SMK / Sekolah
Suami MI / MTs Sekolah
MA Tinggi
14 Pekerjaan Suami
Latar
15 Belakang/Etnis
Suami
FIELD NOTE
Kronologis:
Ibu relaks dan nyaman Ibu terlihat tegang dan tidak nyaman
Tanda ikatan antara ibu dan bayi Tidak ada kontak mata ibu/bayi
Bayi: Bayi:
Bayi terlihat sehat Bayi terlihat ngantuk dan sakit
Bayi tenang dan relaks Bayi lelah atau menangis
Bayi melakukan rooting dan meraih Bayi tidak meraih payudara ataupun
payudara ketika haus rooting
PAYUDARA
Payudara terlihat sehat Payudara terlihat merah, bengkak,
atau sakit/luka
Tidak ada rasa sakit atau Payudara atau puting sakit
ketidaknyamanan
Payudara terdukung/tertopang baik Payudara dipegang dengan jari pada
dengan jari jauh dari putting aerola
Puting menonjol, protractile Puting rata, tidak protractile
POSISI BAYI
Kepala dan badan bayi sejajar Leher dan kepala bayi membelit
ketika menyusu
Bayi dipegang dekat dengan badan ibu Bayi tidak dipegang dekat
Seluruh badan bayi tersokong Bayi tersokong oleh kepala dan leher
Bayi mendekati payudara, hidung Bayi mendekati payudara, bibir yang
berlawanan dengan puting lebih rendah pada putting
PELEKATAN BAYI
Lebih banyak aerola terlihat di atas Lebih banyak aerola terlihat di
bibir bagian atas bayi bawah bibir bagian bawah
Mulut bayi terbuka lebar Mulut bayi tidak terbuka lebar
Bibir yang lebih rendah terlipat keluar Bibir menunjuk ke depan atau
berbalik
Dagu bayi menyentuh payudara Dagu bayi tidak menyentuh
payudara
HISAPAN
Hisapan pelan dan dalam dengan jeda Hisapan cepat dan dangkal
Pipi membulat ketika menghisap Pipi tertarik ke dalam ketika
menghisap
Bayi melepas payudara ketika selesai Ibu menjauhkan bayi dari payudara
Ibu merasakan tanda refleks oxytocin Tidak ada tanda refleks oxytocin
yang terlihat
Sumber: Infant and Young Child Feeding (WHO, 2009)
PANDUAN WAWANCARA
BAGI IBU
1. Niat:
a. Bagaimana pendapat Ibu mengenai ASI? Bagaimana dengan ASI
Eksklusif?
b. Tolong ceritakan bagaimana Ibu memberikan ASI pada bayi dari usia 0-6
bulan?
c. Apa yang membuat Ibu berniat untuk memberikan/tidak memberikan
ASI/ASI Eksklusif?
d. Seberapa penting ASI/ASI Eksklusif bagi bayi/anak Ibu?
2. Dukungan Sosial:
e. Bagaimana sikap orang terdekat terhadap ide pemberian ASI Eksklusif
bagi bayi?
f. Selama memberikan ASI bagaimana peran orang terdekat (suami, ibu,
mertua, dsb.)?
g. Tindakan apa saja yang diberikan orang terdekat agar Ibu memberikan
ASI Eksklusif?
3. Akses Informasi:
h. Pernahkah Ibu mendapat informasi mengenai ASI Eksklusif pada masa
kehamilan?
i. Kapan dan siapa yang memberikan informasi mengenai ASI Eksklusif?
j. Ceritakan informasi yang Ibu dapat mengenai ASI Eksklusif selama ini?
k. Bagaimana reaksi Ibu setelah mendapat informasi tentang ASI Eksklusif
tersebut?
4. Otonomi Pribadi:
l. Pernahkah ada yang menganjurkan Ibu memberikan ASIP atau MP-ASI
saat bayi berusia 0-6 bulan? Bagaimana sikap Ibu?
m. Bagaimana upaya Ibu selama ini dalam memberikan ASI Eksklusif?
5. Situasi:
n. Bagaimana kendala yang dihadapi Ibu ketika memberikan ASI Eksklusif?
o. Bagaimana cara Ibu mengatasi kendala yang dihadapi?
PANDUAN WAWANCARA
BAGI INFORMAN (SUAMI/IBU MERTUA/ORANG TUA IBU)
1. Niat:
a. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai ASI? Bagaimana dengan ASI
Eksklusif?
b. Tolong ceritakan bagaimana subyek penelitian (ibu) memberikan ASI
pada bayi dari usia 0-6 bulan?
c. Apa yang membuat subyek penelitian (ibu) berniat untuk
memberikan/tidak memberikan ASI Eksklusif?
d. Seberapa penting ASI Eksklusif bagi bayi/anak informan?
2. Dukungan Sosial:
e. Bagaimana sikap informan terhadap ide pemberian ASI Eksklusif bagi
bayi?
f. Selama memberikan ASI bagaimana peran informan?
g. Tindakan apa saja yang diberikan informan agar Ibu memberikan ASI
Eksklusif?
3. Akses Informasi:
h. Pernahkah subyek penelitian mendapat informasi mengenai ASI
Eksklusif?
i. Kapan dan siapa yang memberikan informasi mengenai ASI Eksklusif?
j. Ceritakan informasi yang subyek penelitian dapat mengenai ASI Eksklusif
selama ini?
k. Bagaimana reaksi subyek penelitian setelah mendapat informasi tentang
ASI Eksklusif tersebut?
4. Otonomi Pribadi:
l. Pernahkah ada yang menganjurkan subyek penelitian memberikan ASIP
atau MP-ASI saat bayi berusia 0-6 bulan? Bagaimana sikap subyek
penelitian?
m. Bagaimana upaya subyek penelitian selama ini dalam memberikan ASI
Eksklusif?
5. Situasi:
n. Bagaimana kendala yang dihadapi subyek penelitian ketika memberikan
ASI Eksklusif?
o. Bagaimana cara subyek penelitian mengatasi kendala yang dihadapi?
Hasil
Faktor Aspek
040514-01MR 060514-02RD 200514-03NR 210514-04NH 170614-06KR 170614-07SL 220614-09MD
Non ASI Non ASI Non ASI Non ASI Non ASI Non ASI Non ASI
Eksklusif Eksklusif Eksklusif Eksklusif Eksklusif Eksklusif Eksklusif
(susu formula (susu formula (susu formula (MP-ASI (susu formula (susu formula (susu formula
mulai saat usia 3 bulan) usia 1 bulan) dini—pisang mulai saat saat usia 2 mulai saat
dilahirkan) dihaluskan) dilahirkan) bulan) dilahirkan)
Hasil
Faktor Aspek
040514-01MR 060514-02RD 200514-03NR 210514-04NH 170614-06KR 170614-07SL 220614-09MD
lebih lanjut. menjadi kuat. ketika ASI. ASI
ditanyakan
pengertian
ASI, subyek
tidak dapat
menjawab
(terkesan asal
menjawab).
Pengertian Subyek dapat Subyek tidak Subyek juga Subyek juga Subyek juga Subyek tidak Subyek tidak
ASI menjelaskan paham tidak paham tidak paham tidak paham paham paham
Eksklusif secara singkat mengenai ASI mengenai ASI mengenai ASI mengenai ASI mengenai ASI mengenai ASI
definisi ASI eksklusif dan Eksklusif. Eksklusif Eksklusif Eksklusif Eksklusif
eksklusif menjelaskan Walau
sebagai ASI bahwa ASI mengaku
yang diberikan eksklusif pernah
pada bayi adalah ASI mendengar
mulai usia 0-6 yang berasal dari orang-
bulan. dari ibu si bayi orang di
sendiri. sekitarnya
namun ketika
ditanya tidak
dapat
menjelaskan
apa yang
dimaksud
dengan ASI
Eksklusif (juga
terkesan asal
menjawab).
Hasil
Faktor Aspek
040514-01MR 060514-02RD 200514-03NR 210514-04NH 170614-06KR 170614-07SL 220614-09MD
Alasan Subyek sempat Subyek Subyek Subyek Subyek tidak Subyek sempat Subyek sempat
memberik berusaha memberikan mengaku mengaku tetap memberikan memberikan memberikan
an/tidak memberikan ASI hingga bahwa alasan memberikan ASI karena ASI namun ASI hanya
memberik ASI hingga usia bayi memberikan ASI karena sejak bayi lahir berhenti selama 2
an ASI anak berusia 2 mencapai 3 ASI adalah kurangnya ASI tidak karena anak minggu namun
minggu dan bulan karena alasan biaya untuk keluar. menolak. berhenti ketika
berhenti subyek kesehatan. membelikan Subyek juga subyek salah
karena ASI percaya makan Namun ketika susu formula. menyatakan makan dan
tidak lancar sembarangan ditanyakan Sehingga bahwa dirinya anak
dan harus akan berakibat kepada wali terlihat bahwa memiliki menunjukkan
kembali pada ASI ternyata alasan subyek masih kesulitan tanda alergi.
bekerja setelah sehingga anak memberikan berpikiran karena Setelah itu
cuti hamil sempat diare ASI karena bahwa susu putingnya anak tidak mau
selama 2 ketika subyek tidak mampu formula lebih yang tidak lagi meminum
minggu. tidak mampu membeli susu baik bagi bayi menonjol ASI.
mengontrol formula. dibandingkan (rata/tidak
keinginan Subyek juga ASI. kontraktil).
untuk makan memperlihatka
makanan n
pedas. Subyek kecenderungan
juga memberikan
menyatakan susu formula
bahwa sejak seandainya
jarang mampu.
membersihkan Ditunjukkan
payudara dan dengan
ASI jarang keterangan
keluar, subyek subyek bahwa
berhenti akan
Hasil
Faktor Aspek
040514-01MR 060514-02RD 200514-03NR 210514-04NH 170614-06KR 170614-07SL 220614-09MD
memberikan memberikan
ASI kepada susu formula
bayinya. seminggu
sekali atau
ketika sedang
berjalan-jalan.
Pentingny Subyek Subyek Subyek Subyek Subyek Subyek Subyek
a ASI mengaku menyatakan mengaku mengaku ASI mengaku ASI mengaku ASI mengaku ASI
menganggap bahwa ASI menganggap itu penting itu penting sangat penting sangat penting
ASI penting penting agar ASI penting bagi bayinya bagi bayi bagi bayi bagi bayi
karena bayi tumbuh dengan alasan dengan alasan karena percaya karena karena baik
beranggapan kuat dan tidak supaya bayi supaya bayi ASI dapat beranggapan bagi
bahwa dengan gampang sakit. sehat. sehat. mencerdaskan ketika anak pertumbuhan
memberikan bayinya. sakit ibu dapat bayi
ASI ketika memakan dibandingkan
anak sakit makanan susu formula
maka anak bergizi dan dan
dapat diobati meminum obat beranggapan
melalui ibunya agar anak anak yang
yg sembuh diberi ASI
mengkonsumsi (pengobatan terlihat lebih
obat. melalui ibu). sehat tidak
seperti
anaknya yang
terlihat kurus
karena
meminum susu
formula bukan
ASI.
Hasil
Faktor Aspek
040514-01MR 060514-02RD 200514-03NR 210514-04NH 170614-06KR 170614-07SL 220614-09MD
Social Sikap Subyek Subyek Subyek Subyek Subyek Subyek Subyek
Support orang mengaku mengaku mengaku mengaku mengaku mengaku mengaku
(Dukung terdekat orang terdekat orang terdekat orang terdekat orang terdekat orang terdekat orang terdekat orang terdekat
an Sosial) mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung mendukung
pemberian ASI pemberian ASI pemberian ASI pemberian ASI pemberian pemberian ASI pemberian ASI
ASI.
Namun subyek
Namun kemudian juga
menurut mengaku
keterangan bahwa suami
subyek justru tidak terlalu
suami yang menuntut
menyuruh untuk
memberi susu memberikan
formula ASI.
supaya tidak
mengganggu
ibunya.
Peran Ibu Subyek Subyek Ibu Subyek Ibu subyek Ibu subyek Suami subyek Suami
orang mengajarkan mengaku mengajarkan mengajarkan mengajarkan mencari memberikan
terdekat subyek cara bahwa tante subyek cara subyek cara subyek cara informasi dukungan dan
memberikan subyek yang memberikan memberikan memberikan mengenai dorongan serta
ASI yang tinggal ASI kepada ASI kepada ASI kepada solusi mengingatkan
benar kepada berseberangan anaknya bayinya bayinya permasalahan subyek untuk
bayinya. Ibu dengan subyek dari istrinya memberikan
subyek juga lah yang sering yang ASI bagi
mengajarkan mengingatkan putingnya bayinya.
perawatan subyek untuk tidak
payudara sejak memberikan menonjol.
Hasil
Faktor Aspek
040514-01MR 060514-02RD 200514-03NR 210514-04NH 170614-06KR 170614-07SL 220614-09MD
menjelang ASI untuk
kelahiran bayinya. Suami subyek
dengan juga
menyuruh Ibu subyek memberikan
subyek juga dukungan agar
membersihkan mengajarkan subyek tetap
payudaranya subyek memberikan
ketika mandi. mengenai cara ASI.
Pasca pemberian ASI
kelahiran, ibu yang benar.
subyek juga Ibu dan tante
menyuruh subyek
subyek untuk melarang
mandi subyek makan
wuwung yang sembarangan
dipercaya karena
dapat beranggapan
melancarkan akan
ASI. mempengaruhi
keluaran
produksi ASI
dan berakibat
buruk terhadap
bayi.
Nenek subyek
yang
merupakan
kader
Hasil
Faktor Aspek
040514-01MR 060514-02RD 200514-03NR 210514-04NH 170614-06KR 170614-07SL 220614-09MD
posyandu juga
melarang
subyek
memberikan
MP-ASI dini
bagi bayi.
Tindakan Ibu subyek Ibu subyek Suami subyek Suami subyek Ibu subyek Suami subyek Orang terdekat
yang memberikan berusaha membantu membantu membelikan membelikan tidak
diberikan jamu untuk mengontrol menggendong subyek jamu setelah puting buatan memberikan
memperlancar asupan subyek anak ketika di merawat anak subyek agar istrinya tindakan/perla
ASI dan dan rumah. ketika di melahirkan terus kuan khusus
memberikan memberikan rumah. hingga usia 40 memberikan berkaitan
sayuran serta sayur-sayuran Ibu subyek hari. ASI. Suami dengan upaya
kacang yang dan makanan membelikan Keluarga juga supaya subyek
dipercaya bergizi selama jamu untuk memberikan Keluarga juga membelikan tetap
dapat kehamilan membantu jamu selama memberikan pompa memberikan
melancarkan maupun pasca melancarkan 40 hari setelah asupan sayuran payudara agar ASI
ASI. obat persalinan. ASI. melahirkan. dan buah agar istrinya dapat
pelancar ASI ASI keluar tetap
juga sempat namun memberikan
diberikan hasilnya nihil. ASI bagi
kepada subyek bayinya.
oleh ibu Suami
subyek dengan membelikan
rekomendasi makanan
dokter. bergizi seperti
sayur-sayuran
agar ASI
istrinya lancar.
Hasil
Faktor Aspek
040514-01MR 060514-02RD 200514-03NR 210514-04NH 170614-06KR 170614-07SL 220614-09MD
Juga sempat
membelikan
susu untuk ibu
menyusui
supaya ASI
lancar.
Accessibil Pernah Subyek Subyek Subyek Subyek Subyek Subyek Subyek
ity mendapatk mengaku tidak mengaku mengaku tidak mengaku tidak mengaku tidak mengaku tidak mengaku tidak
Informati an pernah selama pernah pernah pernah pernah pernah
on (Akses informasi mendapatkan kehamilan mendapatkan mendapatkan mendapatkan mendapatkan mendapatkan
Informasi mengenai informasi tidak pernah informasi informasi informasi informasi informasi
) ASI mengenai ASI memeriksakan mengenai ASI mengenai ASI mengenai ASI mengenai ASI mengenai ASI
selama kehamilannya selama selama selama selama
kehamilan. Ibu kecuali ketika kehamilan. kehamilan. kehamilan. kehamilan.
subyek juga melahirkan, Subyek Ketika setelah Ketika setelah
menyatakan hal yang mengaku Subyek juga melahirkan melahirkan
dokter tempat senada juga ketika kontrol mengaku tidak baru subyek baru subyek
memeriksakan diutarakan hanya pernah periksa mendapatkan mendapatkan
kandungan oleh ibu diperiksa dan ke tenaga informasi informasi
anaknya tidak subyek diberi vitamin kesehatan mengenai ASI. mengenai ASI.
memberikan sehingga tidak saja. selama
informasi mendapat kehamilan,
terkait ASI informasi hanya saat
ketika kontrol terkait ASI melahirkan.
selain hanya ketika masa
menyampaikan kehamilan dari
hasil tenaga
pemeriksaan. kesehatan.
Hasil
Faktor Aspek
040514-01MR 060514-02RD 200514-03NR 210514-04NH 170614-06KR 170614-07SL 220614-09MD
Subyek Subyek
menyampaikan mengaku baru
mendapat mendapatkan
informasi informasi
mengenai ASI ketika pasca
setelah kelahiran.
kelahiran.
Yang Yang Yang Tidak ada yang Tidak ada yang Tidak ada yang Subyek Subyek
memberik memberikan memberikan memberikan memberikan memberikan mengaku mengaku
an informasi informasi informasi informasi informasi mendapatkan mendapatkan
informasi mengenai ASI mengenai ASI mengenai ASI mengenai ASI mengenai ASI informasi dari informasi dari
adalah ibu adalah tante bagi subyek. bagi subyek. bagi subyek. tetangga orang tua
subyek pasca subyek pasca subyek pasca subyek pasca
persalinan. persalinan. persalinan. persalinan
Bentuk ASI eksklusif Subyek Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Subyek Ibu subyek
informasin merupakan menyatakan sama sekali sama sekali sama sekali disarankan menyuruh
ya ASI yang berdasarkan informasi yang informasi yang informasi yang oleh subyek untuk
diberikan keterangan diterima diterima diterima tetangganya memberikan
kepada bayi dari tantenya subyek subyek subyek untuk ASI karena
mulai usia 0-6 informasi yang berkaitan berkaitan berkaitan memberikan menurut beliau
bulan. didapatkan dengan ASI. dengan ASI. dengan ASI. ASI agar ASI lebih baik
adalah bahwa anaknya sehat. untuk bayi.
ASI harus
diberikan
hingga bayi
usia 6 bulan
agar bayi
Hasil
Faktor Aspek
040514-01MR 060514-02RD 200514-03NR 210514-04NH 170614-06KR 170614-07SL 220614-09MD
tumbuh sehat
dan kuat.
Reaksi ibu Subyek Subyek Subyek tidak Subyek tidak Subyek tidak Subyek ingin Subyek ingin
ketika menyampaikan mengaku ingin menunjukkan menunjukkan menunjukkan memberikan memberikan
mendapatk ingin memberikan reaksi tertentu reaksi tertentu reaksi tertentu ASI untuk ASI bagi
an memberikan ASI namun karena tidak karena tidak karena tidak bayinya. bayinya.
informasi ASI eksklusif terlihat dari mengetahui mengetahui mengetahui
jika memiliki ketidakmampu mengenai ASI. mengenai ASI. mengenai ASI.
anak lagi. annya
mengontrol
makan yang
dianggap
pantangan
sehingga
subyek dinilai
kurang
memiliki
komitmen
terhadap ide
pemberian
ASI.
Personal Yang Ibu subyek Subyek Subyek Kakak subyek Subyek Subyek Subyek
Autonom menganjur mengaku mengaku mengaku mengaku mengaku mengaku mengaku
y kan memberikan bahwa pemberian bahwa yang bahwa yang berinisiatif pemberian
(Otonomi memberik susu formula tetangga- MP-ASI dini menyuruh pertama kali sendiri untuk sufor di awal
Pribadi) an susu ketika bayi tetangganya (pisang) memberikan menganjurkan memberikan masa
formula/M baru lahir menganjurkan merupakan MP-ASI dini untuk sufor karena menyusui
P-ASI dini karena ASI untuk budaya merupakan memberikan anaknya tidak dikarenakan
belum lancar memberikan Madura yang orang tua susu formula mau meminum ASInya yang
Hasil
Faktor Aspek
040514-01MR 060514-02RD 200514-03NR 210514-04NH 170614-06KR 170614-07SL 220614-09MD
keluar. MP-ASI dini diturunkan subyek ketika adalah bidan ASI. belum keluar.
namun tidak oleh orang tua subyek masih yang juga Setelah itu ASI
diberikan subyek, di Madura membantu Subyek pernah diberikan
karena sehingga sebelum menyuplai stok memberikan kembali dan
dilarang oleh walaupun ASI pindah ke susu formula pisang ketika ketika salah
nenek subyek lancar tetap Surabaya. pada awal- usia 2 bulan makan anak
yang diberikan awal masa saat bayi menunjukkan
merupakan pisang Subyek tidak setelah menolak ASI tanda alergi
kader sebelum usia 6 pernah melahirkan. namun dan menolak
posyandu. bulan. memberikan Kemudian berhenti. seterusnya
Sedangkan susu formula suami juga untuk
pemberian Susu formula karena tidak menganjurkan meminum ASI.
susu formula diberi oleh mampu hal yang sama.
dilakukan bidan tempat membeli sufor. Subyek pernah
karena subyek diminta untuk
larangan kakek memriksakan memberikan
subyek setelah kehamilannya. pisang bagi
kejadian bayi bayinya namun
mengalami menolak.
diare karena Hingga sempat
subyek makan bertengkar
sembarangan. dengan
mertuanya.
Sikap ibu Subyek Subyek Subyek Subyek Subyek Subyek Subyek
terhadap menurut pada menurut pada menyetujui ide menyetujui ide menyetujui mengaku menolak
ide ide pemberian ide pemberian pemberian pemberian pemberian berinisiatif pemberian
pemberian susu formula susu formula MP-ASI dini MP-ASI dini susu formula sendiri untuk MP-ASI dini
susu karena karena dengan dengan karena memberikan dengan
formula/M merupakan merupakan memberikan memberikan khawatir tidak sufor karena membuang
Hasil
Faktor Aspek
040514-01MR 060514-02RD 200514-03NR 210514-04NH 170614-06KR 170614-07SL 220614-09MD
P-ASI dini anjuran orang anjuran orang pisang sejak pisang ada asupan anaknya tidak pisang ketika
tua. tua (kakek bayi lahir. sebelum bayi yang masuk mau meminum disuruh ibunya
subyek). berusia 40 hari pada bayi. ASI. memberikan
Sedangkan (sebelum pisang untuk
susu formula selapan). bayinya. Dan
pada saat bayi subyek sempat
usia 1 bulan. bertengkar
dengan
mertuanya
karena berbeda
pendapat soal
pemberian
MP-ASI dini.
Action Kendala ASI tidak ASI dari Pemberian ASI Pemberian ASI Subyek Puting Alergi yang
Situation yang lancar dari subyek tidak tidak mengaku ASI payudara ibu diderita anak
(Situasi) dihadapi awal pasca sebenarnya mengalami mengalami tidak keluar tidak menonjol setelah makan
ibu ketika kelahiran lancar namun kendala kendala sejak sehingga ikan Talang.
memberik sehingga bayi subyek berarti. Subyek berarti. Subyek melahirkan. kesulitan Sehingga
an ASI diberi susu menunjukkan tidak bekerja tidak bekerja memberikan setelahnya
formula. tingkat niatan dan ASI dan ASI ASI. anak menolak
Subyek juga yang lancar. lancar. meminum ASI
harus bekerja rendah/komitm ASI sempat dan menjadi
setelah cuti en yang rendah tidak keluar di muntah-
hamil selama 2 dalam awal kelahiran. muntah.
minggu pemberian ASI
sehingga sehingga
memutuskan mempengaruhi
memberikan keluarga
susu formula. subyek untuk
Hasil
Faktor Aspek
040514-01MR 060514-02RD 200514-03NR 210514-04NH 170614-06KR 170614-07SL 220614-09MD
menganjurkan
berhenti
memberikan
ASI.
Cara Subyek sempat Subyek tidak Pemberian ASI Pemberian ASI Minum jamu Membeli Subyek tetap
mengatasi meminum berusaha tetap tidak tidak namun tidak puting buatan berusaha
kendala jamu, obat, dan memberikan mengalami mengalami berpengaruh. dan pompa memberikan
tersebut makan ASI dengan kendala kendala ASI tetap tidak payudara ASI namun
makanan menunjukkan berarti. berarti. keluar. untuk karena anak
bergizi yang tidak adanya membantu tetap menolak
dipercaya keinginan memberikan sehingga
dapat untuk ASI. memutuskan
membantu berupaya berhenti.
melancarkan mengontrol Meminum
ASI namun asupan susu untuk
hasil nihil. makanan. menyusui
(Prenagen) di
awal masa
menyusui.
Kesimpulan Secara umum dilihat dari hasil wawancara mendalam dengan subyek, rata-rata subyek memiliki niat
Faktor untuk memberikan ASI bagi bayinya walau belum begitu kuat. Hal ini dapat disebabkan karena
Behavior kurangnya pemahaman akan pentingnya ASI bagi tumbuh kembang bayi. 2 subyek yang masih
Intention memberikan ASI bahkan menunjukkan kecenderungan mereka memilih susu formula dibandingkan
(Niat) dengan ASI, sementara pemahaman mereka mengenai ASI benar-benar tidak ada.
Subyek Sikap orang terdekat Peran orang terdekat Tindakan yang diberikan
Aspek
01MR Subyek mengaku orang Ibu Subyek mengajarkan Ibu subyek memberikan
terdekat mendukung subyek cara memberikan ASI jamu untuk memperlancar
pemberian ASI yang benar kepada bayinya. ASI dan memberikan
Ibu subyek juga mengajarkan sayuran serta kacang yang
perawatan payudara sejak dipercaya dapat
menjelang kelahiran dengan melancarkan ASI. obat
menyuruh subyek pelancar ASI juga sempat
membersihkan payudaranya diberikan kepada subyek
ketika mandi. Pasca oleh ibu subyek dengan
kelahiran, ibu subyek juga rekomendasi dokter.
menyuruh subyek untuk
mandi wuwung yang
dipercaya dapat melancarkan
ASI.
Subyek Sikap orang terdekat Peran orang terdekat Tindakan yang diberikan
Aspek
02RD Subyek mengaku orang Subyek mengaku bahwa tante Ibu subyek berusaha
terdekat mendukung subyek yang tinggal mengontrol asupan subyek
pemberian ASI berseberangan dengan subyek dan memberikan sayur-
lah yang sering mengingatkan sayuran dan makanan
subyek untuk memberikan bergizi selama kehamilan
ASI untuk bayinya. maupun pasca persalinan.
Subyek Sikap orang terdekat Peran orang terdekat Tindakan yang diberikan
Aspek
jamu untuk membantu
melancarkan ASI.
04NH Subyek mengaku orang Ibu subyek mengajarkan Suami subyek membantu
terdekat mendukung subyek cara memberikan ASI subyek merawat anak
pemberian ASI kepada bayinya ketika di rumah.
Keluarga memberikan
jamu selama 40 hari
setelah melahirkan.
06KR Subyek mengaku orang Ibu subyek mengajarkan Ibu subyek membelikan
terdekat mendukung subyek cara memberikan ASI jamu setelah subyek
pemberian ASI. kepada bayinya melahirkan hingga usia 40
Namun menurut keterangan hari.
subyek justru suami yang Keluarga juga memberikan
menyuruh memberi susu asupan sayuran dan buah
formula supaya tidak agar ASI keluar namun
mengganggu ibunya. hasilnya nihil.
07SL Subyek mengaku orang Suami subyek mencari Suami subyek membelikan
terdekat mendukung informasi mengenai solusi puting buatan agar istrinya
pemberian ASI permasalahan dari istrinya terus memberikan ASI.
yang putingnya tidak Suami juga membelikan
menonjol. pompa payudara agar
istrinya dapat tetap
Suami subyek juga memberikan ASI bagi
memberikan dukungan agar bayinya. Suami
subyek tetap memberikan membelikan makanan
ASI. bergizi seperti sayur-
sayuran agar ASI istrinya
lancar. Juga sempat
Subyek Sikap orang terdekat Peran orang terdekat Tindakan yang diberikan
Aspek
membelikan susu untuk
ibu menyusui supaya ASI
lancar.
09MD Subyek mengaku orang Suami memberikan dukungan Keluarga subyek ketika di
terdekat mendukung dan dorongan serta Madura memberikan
pemberian ASI mengingatkan subyek untuk subyek telur kepiting yang
memberikan ASI bagi dipercaya dapat
Namun subyek kemudian bayinya. memperlancar ASI
juga mengaku bahwa suami
tidak terlalu menuntut untuk
memberikan ASI.
Kesimpulan per Seluruh subyek penelitian Dukungan dari ibu subyek Tindakan yang diterima
Aspek mengaku orang terdekatnya seperti mengajarkan cara subyek sebagai bentuk
mendukung pemberian ASI memberikan ASI diterima wujud dukungan agar
bagi bayi. oleh 5 subyek dengan tipe subyek memberikan ASI
keluarga besar (extended beragam. Pemberian
family). Sedangkan subyek makanan bergizi
dengan tipe keluarga inti didapatkan oleh 3 dari 7
(nuclear family) mendapatkan subyek. Pemberian jamu
dukungan dari suaminya. didapatkan oleh 4 dari 7
subyek. Sisanya berupa
pemberian obat, makanan
kepercayaan, bantuan
dalam merawat anak
ketika di rumah dan
pembelian alat khusus
untuk mensupport
pemberian ASI oleh ibu.
Subyek Sikap orang terdekat Peran orang terdekat Tindakan yang diberikan
Aspek
Kesimpulan faktor Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan peneliti, didapatkan bahwa secara
Social Support umum lingkungan sosial subyek penelitian memberikan dukungan dalam upaya pemberian
(Dukungan Sosial) ASI dengan berbagai peran dan tindakan yang berbeda sesuai kondisi dan kesulitan yang
dialami oleh subyek penelitian. Namun dukungan ini terkesan setengah-setengah karena
ketika dihadapkan dengan suatu hambatan, cenderung berpindah pada susu formula.
Subyek Pernah mendapatkan Yang memberikan Bentuk informasi Reaksi subyek terhadap
informasi mengenai informasi informasi yang diterima
Aspek ASI
01MR Subyek mengaku tidak Yang memberikan ASI eksklusif merupakan Subyek menyampaikan
pernah mendapatkan informasi mengenai ASI ASI yang diberikan ingin memberikan ASI
informasi mengenai adalah ibu subyek pasca kepada bayi mulai usia 0-6 namun terkendala ASI
ASI selama kehamilan. persalinan. bulan. tidak lancar.
Ibu subyek juga
menyatakan dokter
tempat memeriksakan
kandungan anaknya
tidak memberikan
informasi terkait ASI
ketika kontrol selain
hanya menyampaikan
hasil pemeriksaan.
Subyek menyampaikan
mendapat informasi
mengenai ASI setelah
kelahiran.
Subyek Pernah mendapatkan Yang memberikan Bentuk informasi Reaksi subyek terhadap
informasi mengenai informasi informasi yang diterima
Aspek ASI
02RD Subyek mengaku Yang memberikan Subyek menyatakan Subyek mengaku ingin
selama kehamilan tidak informasi mengenai ASI berdasarkan keterangan memberikan ASI namun
pernah memeriksakan adalah tante subyek pasca dari tantenya informasi terlihat dari
kehamilannya kecuali persalinan. yang didapatkan adalah ketidakmampuannya
ketika melahirkan, hal bahwa ASI harus mengontrol makan yang
yang senada juga diberikan hingga bayi usia dianggap pantangan
diutarakan oleh ibu 6 bulan agar bayi tumbuh sehingga subyek dinilai
subyek sehingga tidak sehat dan kuat. kurang memiliki
mendapat informasi komitmen terhadap ide
terkait ASI ketika masa pemberian ASI.
kehamilan dari tenaga
kesehatan.
Subyek Pernah mendapatkan Yang memberikan Bentuk informasi Reaksi subyek terhadap
informasi mengenai informasi informasi yang diterima
Aspek ASI
07SL Subyek mengaku tidak Subyek mengaku Subyek disarankan oleh Subyek ingin memberikan
pernah mendapatkan mendapatkan informasi tetangganya untuk ASI untuk bayinya hingga
informasi mengenai dari tetangga subyek pasca memberikan ASI agar usia 2 tahun.
ASI selama kehamilan. persalinan. anaknya sehat.
Ketika setelah
melahirkan baru subyek
mendapatkan informasi
mengenai ASI.
09MD Subyek mengaku tidak Subyek mengaku Ibu subyek menyuruh Subyek ingin memberikan
pernah mendapatkan mendapatkan informasi subyek untuk memberikan ASI bagi bayinya.
informasi mengenai dari orang tua subyek ASI supaya anak sehat dan
ASI selama kehamilan. pasca persalinan tidak lemas.
Ketika setelah
melahirkan baru subyek
mendapatkan informasi
mengenai ASI.
Subyek Pernah mendapatkan Yang memberikan Bentuk informasi Reaksi subyek terhadap
informasi mengenai informasi informasi yang diterima
Aspek ASI
Kesimpulan 3 subyek mengaku 3 subyek mengaku 1 subyek menyatakan 2 subyek penelitian
per Aspek belum pernah sama mendapat informasi bahwa ASI eksklusif menyatakan ingin
sekali mendapatkan mengenai ASI dari orang merupakan ASI yang memberikan ASI namun
informasi berkaitan tua/keluarganya. 1 subyek diberikan mulai usia 0-6 terlihat kurang
dengan ASI baik saat mengaku mendapat bulan. 3 subyek berkomitmen. 2 subyek
masa kehamilan informasi mengenai ASI menyatakan ASI harus menyatakan ingin
maupun pasca dari diberikan agar bayi memberikan ASI. Dan 3
persalinan. 4 subyek tetangga/lingkungannya. tumbuh sehat dan kuat. subyek tidak menunjukkan
mengaku mendapatkan Sedangkan 3 subyek Dan 3 subyek menyatakan reaksi tertentu karena tidak
informasi mengenai lainnya mengaku tidak ada tidak mengetahui tentang pernah mendapat
ASI pasca persalinan. informasi mengenai ASI ASI. informasi.
yang mereka terima baik
pada masa kehamilan
maupun pasca persalinan.
Kesimpulan Secara umum berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat dilihat bahwa akses informasi subyek penelitian
faktor dan orang terdekatnya sangatlah terbatas. Bahkan kunjungan ke pelayanan kesehatan tidak menjamin mereka
Accessibility mendapatkan informasi yang adekuat mengenai ASI. Hal ini menjadi tanda bahwa ASI belum menjadi prioritas
Information yang tinggi bahkan bagi petugas kesehatan sendiri untuk diinformasikan pada pasien.
(Akses
Informasi)
Subyek Adanya anjuran pemberian susu formula/MP- Sikap ibu terhadap ide pemberian susu
ASI dini formula/MP-ASI dini
Aspek
01MR Ibu subyek mengaku memberikan susu formula Subyek menurut pada ide pemberian susu
ketika bayi baru lahir karena ASI belum lancar formula karena merupakan anjuran orang tua.
keluar.
02RD Subyek mengaku bahwa tetangga-tetangganya Subyek menurut pada ide pemberian susu
menganjurkan untuk memberikan MP-ASI dini formula karena merupakan anjuran orang tua
namun tidak diberikan karena dilarang oleh nenek (kakek subyek).
subyek yang merupakan kader posyandu.
Sedangkan pemberian susu formula dilakukan
karena larangan kakek subyek setelah kejadian
bayi mengalami diare karena subyek makan
sembarangan.
03NR Subyek mengaku pemberian MP-ASI dini (pisang) Subyek menyetujui ide pemberian MP-ASI dini
merupakan budaya Madura yang diturunkan oleh dengan memberikan pisang sejak bayi lahir.
orang tua subyek, sehingga walaupun ASI lancar
tetap diberikan pisang sebelum usia 6 bulan. Sedangkan susu formula pada saat bayi usia 1
bulan.
Susu formula diberi oleh bidan tempat subyek
memriksakan kehamilannya.
04NH Kakak subyek mengaku bahwa yang menyuruh Subyek menyetujui ide pemberian MP-ASI dini
memberikan MP-ASI dini merupakan orang tua dengan memberikan pisang sebelum bayi berusia
subyek ketika subyek masih di Madura sebelum 40 hari (sebelum selapan).
pindah ke Surabaya.
Subyek Adanya anjuran pemberian susu formula/MP- Sikap ibu terhadap ide pemberian susu
ASI dini formula/MP-ASI dini
Aspek
06KR Subyek mengaku bahwa yang pertama kali Subyek menyetujui pemberian susu formula
menganjurkan untuk memberikan susu formula karena khawatir tidak ada asupan yang masuk
adalah bidan yang juga membantu menyuplai stok pada bayi.
susu formula pada awal-awal masa setelah
melahirkan. Kemudian suami juga menganjurkan
hal yang sama.
07SL Subyek mengaku berinisiatif sendiri untuk Subyek mengaku berinisiatif sendiri untuk
memberikan sufor karena anaknya tidak mau memberikan sufor karena anaknya tidak mau
meminum ASI. meminum ASI.
Subyek Adanya anjuran pemberian susu formula/MP- Sikap ibu terhadap ide pemberian susu
ASI dini formula/MP-ASI dini
Aspek
Kesimpulan Otonomi pribadi subyek penelitian berdasarkan hasil penelitian dengan mempertimbangkan berbagai
faktor Personal aspek di atas dapat disimpulkan masih tergolong rendah. Hal ini masih berkaitan erat dengan
Autonomy rendahnya informasi yang adekuat mengenai ASI yang tidak didapatkan oleh subyek penelitian
(Otonomi sehingga tidak timbul niatan yang tinggi dalam diri subyek penelitian yang mempengaruhi otoritasnya
Pribadi) dalam mengambil keputusan untuk memberikan ASI.
Subyek Kendala yang dihadapi ibu ketika memberikan Cara mengatasi kendala
Aspek ASI
01MR ASI tidak lancar dari awal pasca kelahiran sehingga Subyek sempat meminum jamu, obat, dan makan
bayi diberi susu formula. Subyek juga harus bekerja makanan bergizi yang dipercaya dapat
setelah cuti hamil selama 2 minggu sehingga membantu melancarkan ASI namun hasil nihil.
memutuskan memberikan susu formula.
02RD ASI dari subyek sebenarnya lancar namun subyek Subyek tidak berusaha tetap memberikan ASI
menunjukkan tingkat niatan yang rendah/komitmen dengan menunjukkan tidak adanya keinginan
yang rendah dalam pemberian ASI sehingga untuk berupaya mengontrol asupan makanan.
mempengaruhi keluarga subyek untuk
menganjurkan berhenti memberikan ASI.
03NR Pemberian ASI tidak mengalami kendala berarti. Pemberian ASI tidak mengalami kendala berarti.
Subyek tidak bekerja dan ASI lancar.
04NH Pemberian ASI tidak mengalami kendala berarti. Pemberian ASI tidak mengalami kendala berarti.
Subyek tidak bekerja dan ASI lancar.
06KR Subyek mengaku ASI tidak keluar sejak Minum jamu namun tidak berpengaruh. ASI
melahirkan. tetap tidak keluar.
07SL Puting payudara ibu tidak menonjol sehingga Membeli puting buatan dan pompa payudara
kesulitan memberikan ASI. untuk membantu memberikan ASI.
ASI sempat tidak keluar di awal kelahiran. Meminum susu untuk menyusui (Prenagen) di
Subyek Kendala yang dihadapi ibu ketika memberikan Cara mengatasi kendala
Aspek ASI
awal masa menyusui.
09MD Alergi yang diderita anak setelah makan ikan Subyek tetap berusaha memberikan ASI namun
Talang. Sehingga setelahnya anak menolak karena anak tetap menolak sehingga
meminum ASI dan menjadi muntah-muntah. memutuskan berhenti.
Kesimpulan 2 subyek menyatakan kendala yang dihadapi adalah Subyek berusaha mengatasi kendala dengan
per Variabel ASI yang tidak lancar. 1 subyek menyatakan karena berbagai cara seperti makan makanan bergizi
putingnya tidak protaktil. 1 subyek menyatakan seperti buah dan sayuran, makan makanan
karena anak menunjukkan gejala alergi setelah ibu kepercayaan untuk melancarkan ASI seperti
makan makanan tertentu. 1 subyek kurang kacang, air asem, dan telur kepiting, mandi
berkomitmen dalam pemberian ASI. Dan 2 subyek wuwung untuk melancarkan ASI, minum susu
tidak mengalami kendala yang menghalangi untuk ibu menyusui, menggunakan puting
pemberian ASI. buatan, menggunakan pompa payudara, dll.
Kesimpulan Keterbatasan subyek karena situasi maupun kondisi subyek sejatinya adalah hal-hal yang dapat diatasi
faktor Action jika subyek memiliki pengetahuan yang mencukupi. Karena rendahnya pengetahuan subyek mengenai
Situation ASI maka rendah pula lah kesadaran, niat, dan upaya dari dalam diri subyek untuk berjuang
(Situasi) memberikan ASI bagi bayinya.