Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

“BAYI BERAT LAHIR RENDAH”


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan HIV dan Anak

Disusun oleh :
Abdul Waris ( 1876610001 )
Indra Mahardika (1876610022)
Mahendra Alfandzo Haqi (1876610023)
Rufaidah Qonita ()
Ardho Yuwono Wisnugati (1876610009)
Achmad Fauzi (1876610002)

S1 KEPERAWATAN STIKES BHAKTI AL QODIRI


JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Keperawatan Anak II yang berjudul “ BBLR “. Dalam penyusunan makalah ini penulis
banyak mengalami kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu, memberi pengarahan, bimbingan, semangat
serta doa untuk keberhasilan penulis, antara lain :
1. Ishana Balaputra, S.Kep, Ns. M.Kep, selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Anak II, yang telah membimbing dan memberi masukan kepada
penulis.
2. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca.

Jember, Juni 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan
yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan
kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan
dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga
sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian
BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana
kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status perekonomian yang
cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin
dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam
peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masadepan.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya
masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan
(aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan
(lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan
sistem persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah
dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR
berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak
serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan
dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan
yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah
disebutkan diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang
ikut berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR). Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS ini sangat
tergantung pada ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.Oleh
karena itu penulis tertarik membahas tentang kasus BBLR pada bayi NY. “U”
yang akan penulis bahas pada BAB berikutnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi
berat lahir rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi
dengan berat badan lahir rendah
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas
masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah
c. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi
dengan berat badan lahir rendah sesuai dengan hasil pengkajian
prioritas masalah keperawatan dan mampu melaksanakan asuhan
keperawatan sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi pada
bayi dengan berat badan lahir rendah
d. Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan pemberian
asuhan keperawatan pada bayi dengan bayi berat badan lahir rendah
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada bayi dengan
berat badan lahir rendah.
C. Sistematika Pembuatan Makalah
Untuk lebih sistematis dan terarah maka sistematika penulisan makalah ini
terdiri dari enam bab yaitu
1. BAB I : PENDAHULUAN, yang meliputi latar belakang masalah, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisan makalah.
2. BAB II : KONSEP DASAR, meliputi konsep dasar teoritis yang terdiri
dari pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, tanda / gejala-gejala,
komplikasi, penatalaksanaan dan pemeriksaan diagnostik serta konsep
dasar asuhan keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
3. BAB III : TINJAUAN KASUS, yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan.
4. BAB IV : PEMBAHASAN, menguraikan tentang permasalahan dan
kesenjangan antara tinjauan teoritis pada bab II dan tinjauan kasus pada
bab III.
5. BAB V: PENUTUP, meliputi kesimpulan dan saran-saran yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan pada bayi dengan masalah Bayi
Berat Lahir Rendah .
6. DAFTAR PUSTAKA, meliputi literatur buku yang menjadi landasan teori
dan terdiri dari beberapa literature yang mutakhir dalam 10 tahun terakhir
BAB II
KONSEP TEORI

A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB <
2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2
golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu,
berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

B. Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien
misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,
toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20
tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap
timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan
social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang
kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula
kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir
perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu
obat narkotik.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan
kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan
zat-zat tertentu.

C. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang

belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.

Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB)

lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500

gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu

dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan

plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai

makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin

tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat

normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak

menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat

hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan

kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada

masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian

yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.


Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada

bayi prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada

dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat

napas sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada

bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila

prematuritas bayilebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir

selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature

harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki

kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat

mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ

lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi

system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang

karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum

sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap

peradangan masih belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami

infeksi, system integumen dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya

lecet, system termoregulasi dimana bayi premature belum mampu

mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang bertambah

karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang

belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi

atau kehilangan panas dalam tubuh


D. Pathways

Faktor Pencetus

Faktor Ibu Faktor Janin Faktor


1. Hydroamnion Lingkungan
1. Faktor penyakit
2. Kehamilan 1. Tempat tinggal
(toksemia
multiple/ganda di dataran tinggi
gravidarum,
trauma fisik, dll) 3. Kelainan 2. Radiasi
2. Faktor usia kromosom 3. Zat-zat beracun

BBLR

Kulit tipis dan lemak Imaturitas system Reflek menelan dan


subcutan kurang pernafasan menghisap blm sempurna

Tidak dapat Pernafasan belum Intake nutrisi tidak


menyimpan panas sempurna adekuat

O2 dalam darah Asupan gizi kurang


Mudah kehilangan
panas CO2

Sel-sel kekurangan
kedinginan O2 dalam sel darah rendah
nutrisi
Co2 tinggi

Kerusakan sel
hipotermi
Asidosis
respiratoris Penurunan
Gangguan BB/kematian
pertukaran gas
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia


2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )

G. Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir
rendah antara lain yaitu :
1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
3. Gangguan cairan dan elektrolit.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
6. Paten suktus arteriosus.
7. Infeksi.
8. Perdarahan intraventrikuler.
9. Apnea of prematuruty.
10. Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :
1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.

H. Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir
rendah adalah sebagai berikut :
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh

Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam


mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan
dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic
yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur
terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu
perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan
sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“.
Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi
O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box,
konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi
yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki
ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus
menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan
tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan
pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada
bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah
secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan

Umur/hari Jmlh ml/kg BB


1 50- 65
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150

I. Pengkajian Fokus
1. Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal
(120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan
duktusarteriosus paten (PDA).
2. Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
3. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala
besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah
digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak
mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi).
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada
gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan
bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen
pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan
membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen
keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada
gestasi minggu ke 32.Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi
antara minggu 24 dan 37.
4. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur;
pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok,
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau
berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada
auskultasi, menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).
5. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah
mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan
atau tembus pandang, warna mungkin merah. muda/kebiruan,
akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas
diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki
mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin
pendek.
6. Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora,
dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae
mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.
(IDAI, 2004)

J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan di
rongga paru

2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis

3. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi


imunologik.
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.

K. Intervensi Keperawatan
NO TUJUAN INTERVENSI
1. Setelah mendapat tindakan 1.1. Monitor pernafasan (kedalaman,
keparawatan 3x24 jam tidak terjadi irama, frekuensi )
gangguan jalan nafas(nafas efektif) 1.2. Atur posisi kepala lebih tinggi
Kriteria Hasil : 1.3. Monitor keefektifan jalan nafas,
 Akral hangat kalau kerlu lakukan suction.
 Tidak ada sianosis 1.4. Lakukan auskultasi bunyi nafas tiap
 Tangisan aktif dan kuat 4 jam
 RR : 30-40x/mt 1.5. Perthankan pemberian O2
 Tidak ada retraksi otot pernafasan 1.6. Pertahankan bayi pada inkubator
dengan penghangat
1.7. Kolaborasii untuk X foto thorax

2. Setelah mendapatkan tindakan 2.1. Pertahankan bayi pada inkubator


keperawatan 3x24 jam tidak terjadi dengan kehangatan 37oC
gangguan hipotermi 2.2. Beri popok dan selimut sesuai
Kriteria Hasil : kondisi
 Badan hangat 2.3. Ganti segera popok yang basah oleh
 Suhu : 36,5-37oC urine atau faeces
2.4. Hindarkan untuk sering membuka
penutup karena akan menyebabkan
fluktuasi suhu dan peningkatan laju
metabolisme
2.5. Atur suhu ruangan dengan panas
yang stabil
3. Setelah mendapat tindakan 3.1. Monitor tanda-tanda
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fung
infeksi siolaesa)
Kriteria Hasil : 3.2. Lakukan cuci tangan sebelum dan
 Tidak ada tanda-tanda sesudah kontak dengan bayi
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fu 3.3. Anjurkan kepada ibu bayi untuk
ngsiolaesa) memakai jas saat masuk ruang bayi
 Suhu tubuh normal (36,5-37oC) dan sebelum dan/sesudah kontak
cuci tangan
3.4. Barikan gizi (ASI/PASI) secara
adekuat
3.5. Pastikan alat yang kontak dengan
bayi bersih/steril
3.6. Berikan antibiotika sesuai program
3.7. Lakukan perawatan tali pusat setiap
hari

4. Setelah tindakan keperawatan 3x24 4.1. Kaji refleks menghisap dan menelan
jam tidak terjadi gangguan nutrisi 4.2. Monitor input dan output
Kriteria Hasil : 4.3. Berikan minum sesuai program
 Diet yang diberikan habis tidak lewat sonde/spin
ada residu 4.4. Sendawakan bayi sehabis minum
 Reflek menghisap dan menelan 4.5. Timbang BB tiap hari.
kuat
 BB meningkat 100 gr/3hr.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 Juni 2020 jam 08.00 WIB
1. Identitas Data
a. Nama : By. Ny. U
b. Alamat : Jembangan Kec. Sukolilo Kab. Jember
c. Tanggal Lahir/ Umur : 16 Oktober 1999/ 1 Hari
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. No. Register : 302468
g. Tanggal Masuk/ Jam : 16 Juni 2020 jam 15.00
h. Diagnosa Medis : Neonatus Preterm, BBLSR, Asfiksia Berat,
Neonatus Infeksius
Nama Penanggung Jawab
a. Nama Ayah : Tn. W
b. Pendidikan : SMA
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Nama Ibu : Ny. U
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2. Keluhan Utama
Bayi menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir
sangat rendah yaitu 1060 gram.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Bayi lahir pada tanggal 16 oktober 2014 di RSUD Kota Semarang
secara spontan diusia kehamilan 30 minggu dengan berat bayi lahir yaitu
1060 gram. Selain itu setelah lahir bayi tidak langsung menangis dengan
nilai apgar score yaitu 4-5-6 (asfiksia sedang), oleh karena itu bayi
sekarang dipindah keruang Perinatologi untuk mendapat tindakan lebih
lanjut.

4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


a. Pre Natal
Ibu klien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya
di bidan tiap 2 bulan sekali. Selama kehamilan ditemukan riwayat
penyakit kehamilan TORCH. G : 3 P : 1 A : 2.
b. Intra Natal
Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan 30 minggu, ditandai
dengan ketuban pecah sebelum persalinan, lama persalinan 1 jam dan
bayi lahir pada jam 14.45 WIB. Panjang lahir 34 cm dan berat lahir
1060 gram.
c. Post Natal
Setelah kelahiran bayi sempat tidak menangis dan langsung
dipasang kanul O2 dengan resusitasi selama 3 menit dengan nilai
apgar score 4-5-6, keadaan lemah, nafas tidak teratur.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Genogram

Keterangan
= Laki-laki = Pasien
= Perempuan = Tinggal serumah
6. Riwayat Sosial
a. Yang Merawat
Saat ini klien diwarat diruang perinatologi dan dirawat oleh perawat
dan sesekali ibu klien menjenguk saat jam kunjung rumah sakit.
b. Hubungan dengan Keluarga
Ibu klien bisa mengunjungi, melihat, dan menyentuh bayinya saat
berkunjung mskipun bayi dalam incubator, sedangkan ayahnya tidak
boleh melihat bayinya karena sudah aturan dari pihak rumah sakit.

7. Pola Sehari-hari
a. Nutrisi dan Metabolisme
Saat ini pasien mendapat diit susu formula khusus BBLR 3 jam sekali
sekitar 30 cc melalui selang OGT
b. Eliminasi Urine dan Feses
Klien BAB ± 3-5x sehari dengan konsistensi warna hitam, lembek
cair, bau khas feses bayi. BAK menggunakan pempers dan diganti
setian 6 jam sekali dan terisi ± 100 cc
c. Istirahat dan Tidur
Klien terlihat sering tidur dan bangun jika lapar dan merasa kotor
setelah BAB dan BAK, rata-rata tidur per hari yaitu 20-22 jam
d. Peran dan Hubungan
Keluarga mengatakan anak akan diasuh oleh orang tuanya sendiri, dan
selama ini ibu bayi menengok keruang perinatologi
e. Toleransi Stress dan Koping
Klien menangis saat merasa lapar, tidak nyaman, dan saat kotor

8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas, kurang aktif, menangis lemah,
perawatan dalam inkubator
b. Tanda-tanda Vital
- Nadi : 132 x per menit
- Pernafasan : 40 x per menit
- Suhu : 36,2°C
c. Antropometri
- Panjang Badan : 34 cm
- Berat Lahir : 1060 gram
- Lingkar Dada : 26 cm
- Lingkar Kepala : 23 cm
d. Kepala : Fontanel anterior lunak, wajah simetris,
rambut hitam
e. Mata : Simetris antara kanan dan kiri, sclera tidak
ikterik
f. Hidung : Terpasang C-PAP Ventilator 2 lt/menit
g. Mulut : Reflek hisap belum ada, terpasang selang
OGT, mukosa kering
h. Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada luka
i. Dada : Tidak ada luka, warna kecoklatan
j. Jantung
- Inspeksi : Tampak ictus cordis
- Palpasi : Ictus cordis teraba dengan getaran
- Perkusi : Tak terkaji
- Auskultasi : BJ I & II regular, tidak terdengar gallop
k. Paru
- Inspeksi : Gerakan pernafasan kanan-kiri simetris,
RR : 40 x per menit
- Palpasi : Rabaan gerak pernafasan simetris
- Perkusi : Redup/ Dullness
- Auskultasi : Ronchi
l. Abdomen
- Inspeksi : Pusar insersi ditengah, buncit, terpasang
infus umbilical
- Auskultasi : Peristaltik usus 18 x per memit
- Palpasi : Lunak, tidak ada pembesaran
hati/limfa
- Perkusi : Tympani
m. Punggung : Bentuk tulang belakang semi fleksi
n. Genetalia : Jenis kelamin perempuan, labia mayora
belum menutupi labia minora, anus paten
o. Ekstremitas
- Atas : Lengkap, tidak ada kelainan
- Bawah : Lengkap, tidak ada kelainan, kaki
kanan
terpasang SPO2, akral sedikit dingin
p. Kulit : Warna kulit coklat gelap, tidak ikterik,
turgor kulit cukup
9. Therapi
- PO Ferlin drop 1x0.3cc
- O2 nasal kanul 0.5 liter/menit
- Susu formula BBLR 8x30cc/hari melalaui selang OGT
- Termoregulasi incubator suhu 34°C
- Infuse umbilical 5%

10. Data Penunjang


Laboratorium tanggal 16-10-2014
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 15.9 g/Dl 12.0-16.0
Hematokrit 49.50 % 37-47
Jumlah Eritrosit 4.14 /Ul 4.2-5.4
Jumlah Lekosit 24.7 /Ul 4.8-10.8
Jumlah Trombosit 249 10^3/ul 150-400
Kimia Klinik
Natrium 137.0 mmol/L 134.0-147.0
Kalium 5.30 mmol/L 3.50-5.20
Calsium 1.20 mmol/L 1.12-1.32
B. ANALISA DATA
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1 DS : - Resiko hipotermi Jaringan lemak
DO : subkotis tipis
- Akral sedikit dingin
- Lahir premature 30 minggu
- BBLRS 1060 gram
- Suhu tubuh 36,2°C
- Perawatan dalam inkubator
2 DS : - Resiko Infeksi Prematuritas dan
DO : system imun yang
- Keadaan umum lemah tidak adekuat
- Lahir premature 30 minggu
- BB 1060 gram
- Suhu tubuh 36,2°C
- Lekosit 24.7/uL
3 DS : - Ketidakseimbangan Prematuritas,
DO : nutrisi : kurang dari ketidakmampuan
- Terpasang selang OGT kebutuhan tubuh mengabsorbsi nutrisi
- Reflek hisap lemah
- BB 1060 gram
- Terpasang infus umbilical
D5%
4 DS : - Ketidakefektifan Penumpukan cairan
DO : jalan nafas di rongga paru
- Terpasang ventilator
2lt/menit
- RR 40x/menit
- Perkusi paru dullness
- Auskultsi paru ronkhi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
1 17/10/2014 Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan cairan dirongga paru
2 17/10/2014 Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan
subkotis tipis
3 17/10/2014 Ketidakefektifan nutrisi : kurang darin kebutuhan
tubuh berhubungan dengan prematuritas,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
4 17/10/2014 Resiko infeksi berhubungan dengan Prematuritas
dan system imun yang tidak adekuat
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
NO TT
KEPERAWATAN TUJUAN TINDAKAN RASIONAL
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Observasi - Sebagai
pola nafas tindakan TTV, acuan
berhubungan keperawatan cuping penatalaksa
dengan selama 3x24 jam hidung, naan
penumpukan cairan jalan nafas retraksi dada tindakan
dirongga paru, adekuat, dengan - Berikan - Mensuplai
penurunan ekspansi kriteria hasil : terapi O2 O2 dalam
paru - Pernafasan 2lt/menit tubuh
adekuat 16-30 - Posisikan - Memberikan
x/menit klien semi rasa nyaman
- Perkusi paru fowler klien
sonor - Jaga - Jalan nafas
- Auskultasi kepatenan tidak ada
vesikuler jalan nafas : sumbatan
- Tidak ada suction
penumpukan
cairan di paru
2 Resiko hipotermi Setelah dilakukan -Pantau suhu - Sebagai
berhubungan tindakan setiap 3 jam acuan
dengan jaringan keperawatan sekali penatalaksa
subkotis tipis selama 3x24 jam
naan
hipotermi tubuh
stabil , dengan tindakan
kriteria hasil : -Atur suhu - Mengikuti
- Suhu tubuh incubator program
normal 36- sesuai indikasi yang
37,5°C -Hindarkan dianjurkan
- Akral hangat bayi kontak
- Bayi tidak langsung
menggigil dengan
sumber
dingin/panas
-Ganti popok - Menjaga
bila basah kenyamanan
klien

3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Monitor BB - mengetahui


nutrisi : kurang dari tindakan klien perkembang
kebutuhan tubuh keperawatan an nutrisi
berhubungan selama 3x24 bayi
dengan kebutuhan nutrisi
prematuritas, terpenuhi , - Pasang - membantu
ketidakmampuan dengan kriteria selang OGT suplai
mengabsorbsi hasil : nutrisi untuk
nutrisi - BB seimbang tubuh
2500-3500 - Kaji - indikasi bayi
gram kemampuan mampu
- Reflek hisap reflek hisap menyerap
kuat nutrisi
- Intake ASI - Monitor - mengatur
adekuat asupan keseimbang
intake dan an cairan
output pada klien
cairan
- Kolaborasi - asupan
dengan ahli nutrisi bayi
gizi untuk bisa
pemberian tercukupi
nutrisi
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan - Pantau tanda - Sebagai
berhubungan tindakan gejala acuan
dengan keperawatan infeksi : penatalaksa
Prematuritas dan selama 3x24 tidak suhu, naan
system imun yang terjadi infeksi, lekosit, tindakan
tidak adekuat dengan kriteria penurunan
hasil : BB
- Tidak ada - Batasi - Memberi
tanda tanda jumlah kenyamanan
infeksi pengunjung pada klien
- Jumlah
lekosit dalam
batas normal - Gunakan - Agar tidak
5000-10000 teknik terjadinya
aseptic infeksi pada
selama klien
berinteraksi
dengan klien
- Bersihkan - Menjaga
incubator incubator
secara tetap terjaga
berkala kebersihann
ya
- Berikan anti - Mencegah
biotik sesuai penyebaran
advis dokter infeksi
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO TANGGAL
TINDAKAN RESPON KLIEN TT
DX JAM
1,2, 17 -05- 2020
3,4 08.00 - Mengobservasi ttv,cuping S:-
hidung retraksi dada O : Nadi : 132x/mnt ,
RR : 40x/mnt , S : 36,2

1 09.00 -Memberikan terapi O2 2ltr/menit S:-


O : klien tampak
terpasang ventilator O2
2ltr/mnt dengan SPO2
98%
1 10.00 -Memposisikan semi fowler
S:-
O: klien tampak
nyaman dengan posisi
semi fowler
2 10.30 -Memantau suhu klien
S:-
-Memonitor BB klien O : Suhu klien 36,2
3 11.00
S:-
O : BB : 1060 gram ,
LD : 26 cm , PB :
-Membersihkan incubator secara 34cm , LK : 23cm
4 12.00 berkala
S:-
O : Incubator tampak
bersih
3 14.00 -mengkaji reflek hisap S:-
O : Reflek hisap klien
tampak lemah
3 15.00 -memasang selang OGT S:-
O : Terpasang selang
OGT pada klien
3 18.00 -mengkolaborasi dengan ahli gizi S:-
untuk pemberian nutrisi O : klien mendapat diit
susu 30cc/OGT
1 18-06- 2014 - memberikan terapi O2 2lt/menit S:-
03.00 O : klien tampak
terpasang ventilator O2
2ltr/mnt dengan SPO2
88%
1 05.00 - menjaga kepatenan jalan nafas : S:-
suction O : Cairan dalam
tabung suction tampak
jernih
1,2, 10.00 - mengobservasi ttv,cuping hidung S:-
3,4 retraksi dada O : Suhu : 36°C Nadi :
100x/menit, RR :
48/menit
4 10.15 - memberikan anti biotik sesuai S:-
advis dokter O : klien mendapat
terapi PO Ferlin drop
1x0,3cc
3 12.00 - mengkaji kemampuan reflek S:-
hisap O : reflek hisapklien
masih tampak lemah
2 13.00 - mengatur suhu incubator sesuai S:-
indikasi O : Terlihat suhu
incubator klien 34oC
4 17.00 - membatasi jumlah pengunjung S :-
O : tampak hanya ada
satu pengunjung di
ruangan
3 17.30 - Memonitor asupan intake dan S:-
output cairan O : terlihat diit yang
diberikan habis, tidak
ada residu
3 20.00 - mengkolaborasi dengan ahli gizi S:-
untuk pemberian nutrisi O : klien mendapat diit
susu BBLR 30cc/OGT
1,2, 19 -06-2020 - mengobservasi ttv,cuping hidung S:-
3,4 10.00 retraksi dada O : suhu : 36,4oC ,
nadi : 100x/menit RR :
45x/menit
1 10.20 - Memberikan terapi O2 2ltr/menit S:-
O : klien masih tampak
terpasang ventilator O2
2ltr/mnt dengan SPO2
90%
2 12.00 - Mengganti popok bila basah S : ( klien menangis)
O : klien tampak
menangis saat
popoknya diganti
4 12.15 - menggunakan teknik aseptic
selama berinteraksi dengan
klien
4 12.40 - memberikan anti biotik sesuai S:-
advis dokter O : klien terpasang
infus umbilical 5%
dengan teraphi PO
Ferlin drop 1x0,3cc
3 14.00 - mengkolaborasi dengan ahli gizi S:-
untuk pemberian nutrisi O : klien masih
terpasang OGT dengan
diit 30cc

F. EVALUASI
NO TANGGAL
EVALUASI TT
DX JAM
1 17-05-2020 S:-
14.00 O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 98% , auskultasi paru : ronchi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler
2 14.00
S:-
O : Suhu : 36,2
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan
3 14.00 sumber dingin/panas

S:-
O : BB : 1060gram
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
4 14.00 pemberian nutrisi

S:-
O : Hasil leukosit klien 24.7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- batasi jumlah pengunjung
- gunakan tekhnik aseptic selama
1 18-05-2020 berinteraksi dengan klien
14.00
S:-
O : Cairan dalam tabung suction tampak jernih
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
2 14.00 - Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler

S:-
O : Suhu : 36oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
3 14.00 - Hindarkan bayi kontak langsung dengan
sumber dingin/panas

S:-
O : Klien tampak masih terpasang OGT dengan diit 30cc
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
4 14.00 - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi

S:-
O : Leukosit 24.7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- gunakan teknik aseptic selama berinteraksi
dengan klien
1 19-05-2020 - bersihkan incubator secara berkala
14.00

S:-
O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 90% , auskultasi : ronchi
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
2 14.00 - Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler

S :-
O : Suhu 36,4oC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
3 14.00 - Hindarkan bayi kontak langsung dengan
sumber dingin/panas
- Ganti popok bila basah

S :-
O : Klien tampak masih terpasang infus umbilikel 5%
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
4 14.00 - Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi

S:
O : Hasil leukosit 24,7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- batasi jumlah pengunjung
- gunakan teknik aseptic selama berinteraksi
dengan klien
- bersihkan incubator secara berkala

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini kelompok akan melakukan pembahasan tentang kesenjangan


antara tinjauan teori dan praktik pada kasus Asuhan Keperawatan pada By. Ny. U
dengan BBLR, Asfiksia di Ruang Nakula IV RSUD Kota Semarang. Pembahasan
ini terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
kelompok akan membahas secara lengkap dari pengkajian sampai evaluasi yang
dilakukan pada tanggal 17 Oktober - 19 Oktober 2014.

Diagnosa yang muncul

Penulis melakukan pengkajian pada hari selasa tanggal 17 Oktober 2014


pada pukul 08.00 WIB diruang Nakula IV RSUD Kota Semarang. Pada bab
pembahasan ini kelompok akan melakukan penjelasan tentang Asuhan
Keperawatan Pada By. Ny. U dengan Diagnosa BBLR, Asfiksia. kelompok akan
menjelaskan tentang perbandingan hasil penatalaksanaan dengan teori serta
dilakukan penekanan mekanisme apa yang sama dan apa yang berbeda.
Dari teori diatas,terdapat kesesuaian antara teori dan praktek. Ini didukung
oleh data pasien yang menunjukkan pada Riwayat Penyakit Sekarang Bayi
menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir sangat rendah yaitu 1060
gram.
Dari masalah yang dialami klien, kelompok menetapkan 4 diagnosa untuk
mengatasi masalah yang klien rasakan yaitu yang pertama Ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan penumpukan cairan dirongga paru, penurunan
ekspansi paru, yang kedua Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan
subkotis tipis, yang ketiga Ketidakefektifan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi, dan
yang ke empat Resiko infeksi berhubungan dengan Prematuritas dan system imun
yang tidak adekuat
Diagnosa Prioritas utama yang kelompok ambil adalah Ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan penumpukan cairan dirongga paru, penurunan
ekspansi paru

1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan cairan dirongga


paru.

Menurut buku diagnosa Nanda tahun 2012, Ketidakefektifan jalan nafas


berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga paru adalah ketidakmampuan
untuk membersihkan secret atau obstruksi saluran nafas guna mempertahankan
jalan nafas yang bersih. Pada bayi prematur dan bblr biasanya sistem pernafasan
belum matang sehingga pernafasan belum sempurna ditambah ketuban pecah
sebelum kelahiran beresiko masuk kedalam paru bayi yang berakibat pada saat
pemeriksaan fisik paru akan didapatkan suara ronchi.

Batasan karakteristik : dispnea, suara nafas tambahan (ronchi atau weezing),


perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan sianosis, penurunan suara nafas,
sputum berlebih, gelisah serta mata terbelalak.
Intervensi yang kelompok ambil yaitu: Observasi TTV : cuping hidung, retraksi
dada, Berikan terapi O2 2lt/menit, Posisikan klien semi fowler, Jaga kepatenan jalan
nafas : suction Kemudian implementasi yang kelompok lakukan sesuai dengan
intervensi selama 3 hari 3x24 jam adalah: mengobservasi TTV : cuping hidung,
retraksi dada, memberikan terapi O2 2lt/menit, memposisikan klien semi fowler, menjaga
kepatenan jalan nafas : suction Dari intervensi dan implementasi yang telah
dilakukan, kelompok mendapatkan evaluasi pada hari ke 3 tanggal 19 oktober
2014 pukul 14.00 yaitu: dari data objektif klien masih menangis lemah, RR 44x/
menit, SPO2 98%.
2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis

Menurut buku diagnosa Nanda tahun 2012, hipotermi berhubungan


dengan jaringan lemak subkotis tipis adalah suhu tubuh dibawah rentang normal
akibat jaringan lemak dibawah subkutis sangat tipis. Karena cadangan lemak di
subkutis pada bayi prematur dan bblr kurang, maka tubuh tidak dapat menyimpan
panas yang berakibat mudah kehilangan panas sehingga menyebabkan hipotermi.
Batasan karakteristik : kulit dingin, bantalan kuku sianosis, hipertensi, pucat,
merinding, penurunan suhu dibawah rentang normal, menggigil, pengisian ulang
kapiler lambat, takikardia.
Intervensi yang kelompok ambil yaitu : Pantau suhu setiap 3 jam sekali, Atur
suhu incubator sesuai indikasi, Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber
dingin/panas, Ganti popok bila basah. Kemudian implementasi yang kelompok lakukan,
sudah sesuai dengan intervensi dan dilaksanakan selama 3x24 jam.
Dari intervensi dan implementasi yang telah dilakukan, kelompok
mendapatkan evaluasi pada hari ke 3 tanggal 19 oktober 2014 pukul 14.00 yaitu :
dari data subjektif ditemukan data Suhu 36,4Oc

3. Ketidakefektifan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi

Menurut buku diagnosa Nanda tahun 2012, Ketidakefektifan nutrisi : kurang


dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan prematuritas, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrisi adalah Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan metabolic. Pada bayi prematur dan bblr biasanya ditemukan reflek
menelan dan hisap yang belum sempurna sehingga intake nutrisi yang dibutuhkan
tubuh menjadi terganggu, maka terjadilah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Batasan karakteristik menolak makan, kurangnya makanan, diare, bising
usus hiperaktif, kurangnya minat terhadap makanan,membrane mukosa pucat.
Intake tidak adekuat menyebabkan nutrisi kurang karena apabila masukan
makanan klien tidak adekuat maka nutrisi yang masuk tidak mencukupi untuk
kebutuhan metabolismenya sehingga terjadi kekurangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Data yang terdapat dalam teori dan data yang diperoleh dari
klien terdapat kesesuain atau tidak ditemukan kesenjangan, hal ini dibuktikan
dengan data refles hisap pada klien belum ada, dank lien hanya bisa
mengabsorbsi nutrisi melalui selang OGT. Diagnosa tersebut menjadi prioritas
ketiga karena Apabila kebutuhan nutrisi kurang terus menerus dan tidak segera
ditangani pasien akan menimbulkan penurunan penyaluran oksigen ke jaringan
karena Hb terus menurun.
Intervensi yang kelompok ambil yaitu : Monitor BB klien, Pasang selang OGT,
Kaji kemampuan reflek hisap, Monitor asupan intake dan output cairan, Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi dan kelompok sudah melakukan implementasi
sesuai dengan intervensi selama 3x24 jam.
Dari intervensi dan implementasi yang telah dilakukan, kelompok
mendapatkan evaluasi pada hari ke 3 tanggal 19 oktober 2014 pukul 14.00 yaitu:
reflek hisap bayi masih lemah, selang OGT masih terpasang

G. Resiko infeksi berhubungan dengan Prematuritas dan system imun yang


tidak adekuat
Menurut buku diagnose NANDA 2012, Resiko infeksi berhubungan
dengan Prematuritas dan system imun yang tidak adekuat adalah beresiko
terhadap invasi organisme pathogen. Karena pada bayi prematur dan bblr sistem
imun sebagai pertahanan atau kekebalan tubuh yang belum adekuat akan
menyebabkan mudahnya virus/bakteri akan masuk kedalam tubuh dan terjadilah
infeksi. Pada data pengkajian ditemukan tanda-tanda resiko infeksi pada klien
meliputi : kadar leukosit diatas normal yaitu 24,7/uL.
Batasan Kharakteristik : penekanan system imun, pertahanan sekunder
yang tidak memadai (HB turun Leukositopenia, dan supresi respon inflamasi),
malnutrisi, ketuban pecah, kerusakan jaringan,trauma.
Intervensi yang kelompok ambil yaitu : Pantau tanda gejala infeksi : suhu,
lekosit, penurunan BB, Batasi jumlah pengunjung, Gunakan teknik aseptic selama
berinteraksi dengan klien, Bersihkan incubator secara berkala , Berikan anti biotik sesuai
advis dokter dan kelompok sudah melakukan implementasi sesuai intervensi selama 3x24
jam.
Dari intervensi dan implementasi yang telah dilakukan, kelompok
mendapatkan evaluasi pada hari ke 3 tanggal 19 oktober 2014 pukul 14.00 yaitu:
dari data subyektif kadar lekosit 24.7
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada pada bayi dengan berat


lahir yaitu : bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram, tanpa memandang masa gestasi, berat lahir rendah adalah yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah bayi lahir
Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada besara
kecilnya bayi. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin
besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator. Bayi
dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu
tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan
antara 35,50 C s/d 370 C.. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu
lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic
yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka,
juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus
0
diatas 25 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 30 0 C untuk
bayi dengan berat kurang dari 2000 gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah,
dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“
atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator
terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7
kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O 2yang diberikan
sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam
masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang
dapat menimbulkan kebutaan. Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai
system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak
memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus
menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi,
memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh
masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.

Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah


terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama,
dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap
dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih
banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.

B. Saran

- Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar


dapat mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang BBLR baik dari
pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun pencegahan
serta penerapan asuhan keperawatannya.
- Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang BBLR.
Ilmu yang didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
- Diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa keperawatan untuk
lebih meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai
pencegahan bayi BBLR.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.


Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP.
Indrasanto Eriyati. Dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergency Komprehensif (PONEK) : Asuhan Neonatal Esensial. Jakarta :
JNPK, KR, IDAI, POGI.
Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC.
Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada
Anak. Ed.2. Jakarta : CV. Agung Seto.
Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai