Anda di halaman 1dari 99

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI SUNGAI ULAR DI KABUPATEN


DELI SERDANG

TESIS

Oleh
IMAN SUROTO
037004017/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

i
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI SUNGAI ULAR DI KABUPATEN
DELI SERDANG

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains


dalam Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

IMAN SUROTO
037004017/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

ii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SUNGAI ULAR DI KABUPATEN DELI SERDANG
Nama : Iman Suroto
Nomor Pokok : 037004017
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


Ketua

(Dr. Ir. Zahari Zen, M.Sc) (Dr. Retno Widhiastuti, M.S)


Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Alvi Syahrin, S.H., M.S) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)

Tanggal Lulus : 14 Januari 2008

iii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Telah diuji pada
Tanggal : 14 Januari 2008

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE
Anggota : 1. Dr. Ir. Zahari Zen, M.Sc
2. Dr. Retno Widhiastuti, M.S
3. Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S
4. Ir. Mozart B Darus, MBA., M.Sc

iv
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
ABSTRAK

Dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang


cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, maka
sumberdaya air wajib dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan
hidup dan ekonomi secara selaras. Ketersediaan sumberdaya air yang cenderung
menurun tersebut juga dialami beberapa sungai sepanjang Daerah Aliran Sungai
di Sumatera Utara. Tuntutan kemampuannya dalam menunjang sistem kehidupan
masyarakat atas memanfaatkan sumberdaya air demikian besarnya baik bagian
hulu maupun hilir. Kecenderungan menurunnya potensi (debit) air sungai di atas
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor anrtara lain irigasi (pertanian), industri,
domestik dan penambangan bahan galian C pada Daerah Aliran Sungai tersebut,
khususnya Sungai Ular di Kabupaten Deli Serdang sebagai obyek penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ketersediaan air Sungai
Ular sebagai sumberdaya alam dapat mendukung kegiatan pertanian, industri,
domestik dan penambahan bahan galian C, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi Sungai Ular di Kabupaten Deli Serdang.
Lokasi penelitian yang dilakukan ini adalah Sungai Ular di Kabupaten Deli
Serdang dengan alasan di sekitar Sungai Ular terdapat sekitar 18.500 hektar
persawahan masyarakat serta dilengkapi pintu masuk air (free intake) yang
mendistribusikan air untuk kepentingan air pertanian, domestik, perkantoran dan
industri serta penambangan galian C. Sungai Ular berjarak ± 30 km dari kota
Medan.
Variabel penelitian adalah luas lahan, debit air Sungai Ular, penambangan
galian C, aktivitas masyarakat, pertanian, industri di sekitar Sungai Ular
Kabupaten Deli Serdang; Analisa data yang digunakan adalah analisis deskriptif
dengan bantuan tabulasi frekwensi, serta analisis statistik Rank Spearmen serta
pengujian uji t.
Hasil penelitian, potensi Sungai Ular masih mampu untuk mendukung kegiatan
pertanian seperti ketersediaan air untuk irigasi, pelaku ekonomi seperti hasil
pertanian, industri seperti pengambilan air bahan baku Perusahan Daerah Air Minum
untuk air minum, penambangan bahan galian C berupa pasir, kerikil, koral dan batu
mangga. Faktor-faktor yang mempengaruhi potensi Sungai Ular khususnya debit air
adalah penggunaan air untuk pertanian (irigasi) serta penambangan bahan galian C.
Hal ini dtunjukkan dari hasil analisis statistik serta dibuktikan oleh pengujian, uji t
hitung > dari tabel. Sedangkan penggunaan air untuk kepentingan industri,
penggunaan air untuk masyarakat dan untuk kegiatan perkotaan adalah tidak
berpengaruh/ domestik, hal ini ditunjukkan dari besarnya harga t hitung < tabel.

v
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Kata Kunci : Sungai Ular, Irigasi, Galian C

ABSTRACT

In face to inbalance between the continously reduced supply of water and the
increased demand of water, the water resources should be treated by considering
social, environmental, and economical functions harmonically. The reduced supply
of water also involved some rivers across the Riverflow throughout North Sumatra.
The demand of capability to support the life system of society in using the water
resources is so significant either downstream or upstream. The trend in reduced
debit of the river water can be influenced by some factors such as irrigation
(agriculture), industry, domestic and C-piled mine in the Riverflow, especially at the
Ular River of Deli Serdang Regency as the object of research.
The present research intends to know whether the supply of water of the Ular
River as a natural resources can support any agricultural, industrial, domestic and
C-piled mine and the factors influencing on the Ular River of Deli Serdang Regency.
The equilibrium between the requirement and the availability of water should be
maintained by making an integrated planning and treatment. The existence of the Ular
River is now heavily depending on the activity of the community in the periphery. In
general, the water debit of the Ular River in 1989 reached 66 m3/sec, and reduced to
be 44 m3/sec. It reduced again in 2001 and 2004 to be 40m3/sec. The reduction of the
water debit resulted in destruction to paddy production due to dryness of some
regions around the River.
The research location involved the Ular River of Deli Serdang Regency for the
reason that there was approximately 18.500 hectares of wetland of the community
along with the free intake distributing water for agriculture, domestic, office,
industry, and dig-C mine. The Ular River was located in distance of approx 30 Kms
away from Medan Municipality.
The variables of the present research included land area, water debit of the Ular
River, dig-C mine, activity of the local community, agriculture, industry in the
periphery of the Ular River of Deli Serdang Regency. The data was analyzed using a
descriptive approach by means of frequency tabulation, Rank Spearman statistic
analysis and t-test.
The findings showed that the potential Ular River still can support agriculture
activity such as supply of water for irrigation, economic practitioners such as
agricultural products, industry such as collection of water as raw materials for
District Drinking Water Company for drinking water, dig-C mine such as sand,
gravel, coral, and jade. The influencing factors on the potential Ular River especially
of the water debit included allocation of water for agriculture (irrigation) and dig-C
mine. It was indicated by the statistic analysis and found that t-test count > t-table.

vi
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Whereas the allocation of water for industry, community, and urban activity showed
that there was no domestic effect as indicated by the t count < t-table.

Keywords : Ular River, Irrigation, Dig-C Mine.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya

sehingga tesis ini selesai dengan baik.

Tesis yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di


Kabupaten Deli Serdang” ini, membahas potensi sungai Ular yang memerlukan
pengelolaan secara terpadu mengingat pemanfaatan/ konsumsinya yang semakin
meningkat, baik untuk pertanian, industri, dan perkotaan, maupun adanya
penambangan galian C disekitar sungai Ular tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh
potensi (debit) airnya yang dari tahun ketahun cenderung mengalami penurunan,
sehingga diperlukan peran aktif Pemerintah Daerah, masyarakat dan pelaku
ekonomi/ industri yang memanfaatkan air sungai Ular tersebut dengan
memperhatikan kelangsungan ekosistem dan kelestarian fungsi lingkungan
hidupnya secara berkelanjutan. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca, instansi pemerintah, serta masyarakat luas secara umum.
Secara tulus ikhlas penulis menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu penulis dalam studi di SPS USU dan dalam menyelesaikan tesis ini

serta bermohon kepada Allah SWT diberikan imbalan dan berkat yang berlipat ganda

atas bantuan yang telah diberikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:


1. Prof. dr. H Chairuddin P. Lubis, DTM & H. Sp.AK, Rektor Universitas
Sumatera Utara Medan.
2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa. B. MSc, Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Medan yang memberikan kemudahan dalam proses
pendidikan di SPS-USU ini.

vii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
3. Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS. Selaku Ketua Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana USU Medan.
4. Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana USU Medan.

5. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE ,selaku ketua pembimbing tesis yang

telah berjerih payah dan tanpa bosan memberikan bimbingan kepada saya.

6. Dr. Ir. Zahari Zein. MSc dan Dr. Retno Widhiastuti, MS, selaku anggota

pembimbing tesis yang telah berjerih payah dan tanpa bosan memberikan

bimbingan kepada saya sehingga banyak ilmu yang tidak saya peroleh dalam

kelas, tetapi diberikan saat proses penulisan tesis ini.

Akhirnya kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu, yang tidak
tercantumkan dalam tulisan ini, semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat
imbalan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, Januari 2008

Iman Suroto
Penulis

viii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP

Iman Suroto lahir di Prabumulih pada tanggal 10 Agustus 1957. Pendidikan


formal ditempuh penulis dimulai pada Pendidikan Dasar lulus tahun 1970, Sekolah
Menengah Pertama Tj Karang lulus tahun 1973, Sekolah Menengah Atas Negeri II Tj
Karang lulus tahun 1976, menyelesaikan pendidikan Sarjana Hukum di Kediri – Jawa
Timur dan telah lulus Magister (S2) Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Alamat rumah di Jl. Palem VI Blok L6 No.2F Perumahan Palem Kencana


Medan-Binjai Km.12. Saat ini penulis bekerja sebagai Karyawan PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk (PT. TELKOM) Divisi Fixed Wireless Network Area Operasi Medan
dengan alamat Gedung Bank SUMUT Lt-9, Jl. Imam Bonjol No.18 Medan.

Medan, Januari 2008


Penulis

IMAN SUROTO

ix
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK .............................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................ iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................ v
DAFTAR ISI .......................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... xi

I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 4
1.4 Hipotesis ......................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................... 5
1.6 Kerangka Berpikir ............................................................ 5

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 7


2.1 Pembangunan Lingkungan Hidup ........................................ 7
2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) Ular ...................................... 9
2.3 Manajemen Lingkungan ..................................................... 11
2.4 Bahan Galian C ................................................................. 17
2.5 Penelitian Terdahulu .......................................................... 21

III. METODE PENELITIAN ....................................................... 24


3.1 Lokasi dan Waktu .............................................................. 24
3.2 Jenis dan Sumber Data ....................................................... 24
3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................ 24
3.4 Populasi dan Sampel .......................................................... 25
3.5 Variabel Penelitian ............................................................ 25
3.6 Analisis Data .................................................................... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 27


4.1 Gambaran Umum Sungai Ular .......................................... 27
4.2 Lahan .............................................................................. 31
4.3 Debit Sungai Ular ............................................................ 36
4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sungai Ular ................ 42

x
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
4.4.1 Irigasi ............................................................................. 42
4.4.2 Domestik ....................................................................... 47
4.4.3 Industri ........................................................................... 50
4.4.4 Debit Perkotaan ............................................................. 53
4.5 Pengaruh Kegiatan Pembangunan terhadap Sungai Ular .. 55
4.5.1 Distribusi Air Sungai Ular .............................................. 55
4.5.2 Penambangan Galian C ................................................. 59
4.6 Pengujian Faktor-faktor ................................................. 65

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 71


5.1 Kesimpulan ...................................................................... 71
5.2 Saran ............................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 73

xi
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Jenis-jenis Material dan Volume Galian C .............................. 20

2. Data Anak Sungai Ular ........................................................... 28

3. Kecamatan yang Dilalui Sungai Ular ...................................... 29

4. Station Meteorologi, Suhu, Kecepatan Angin dan Curah Hujan 30

5. Luas Catchment Area Berdasarkan Jenis Peruntukan ............... 32

6. Station Pencatat Elevasi Muka Air Sungai .............................. 35

7. Rata-rata Debit Air Sungai Ular Tahun 2001 ........................... 36

8. Rata-rata Debit Air Sungai Ular Tahun 2002 ........................... 37

9. Rata-rata Debit Air Sungai Ular Tahun 2003 ........................... 38

10. Rata-rata Debit Air Sungai Ular Tahun 2004 ........................... 39

11. Rata-rata Debit Air Sungai Ular Tahun 2005 ........................... 40

12. Jumlah Kebutuhan Air Untuk Irigasi menurut Daerah Irigasi .. 43

13. Penggunaan Air Untuk Irigasi Tahun 2003 (M3/det) ............... 44

14. Jumlah Penduduk Berdasarkan Bulan Tahun 2005 ................... 48

15. Kebutuhan Air Untuk Domestik Tahun 2005 ........................... 49

16. Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Klasifikasi Kota .............. 49

17. Kebutuhan Air Untuk Industri Tahun 2003 ............................ 50

18. Penggunaan Air Untuk Industri .............................................. 52

xii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
19. Penggunaan Air Perkotaan Tahun 2004 ................................. 54

20. Ketersediaan Debit Sungai Ular ............................................ 57

21. Volume dan Jumlah Truk yang Membawa Galian C …………. 59

22. Volume Galian C Dikeruk Berdasarkan Jenisnya ................... 60

23. Volume Penambangan Galian C Sungai Ular .......................... 62

24. Besar Galian C Sungai Ular .................................................. 63

25. Rekapitulasi Debit Air Sungai Ular, Peruntukan Air dan


Penambangan Galian C .......................................................... 65

26. Hubungan Penggunaan Air Pertanian dengan Sungai Ular ...... 65

27. Hubungan Penambangan Bahan Galian C dengan Sungai Ular 66

28. Hubungan Penggunaan Air Industri dengan Sungai Ular ........ 68

29. Hubungan Penggunaan Air Untuk Masyarakat dengan


Sungai Ular ........................................................................... 69

30. Hubungan Penggunaan Air Untuk Perkotaan dengan


Sungai Ular ........................................................................... 70

xiii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Bagan Kerangka Berpikir ........................................................ 6

2. Model Sistem Manajemen Lingkungan Standar Internasional .. 12

3. Grafik Ketersediaan Debit Air Sungai Ular ............................. 57

xiv
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Ular .................................. 76

2. Foto-foto Penelitian ............................................................... 77

3. Perhitungan Statistik Uji ”t” .................................................. 80

xv
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan sumberdaya air pada saat ini semakin meningkat dan kompleks

peruntukannya. Keadaan tersebut disebabkan adanya peningkatan jumlah kebutuhan,

sementara sumberdaya air terbatas jumlahnya. Walaupun sumberdaya air bersifat

dapat diperbaharui namun kondisi empirik menunjukkan status wilayah sungai yang

semakin lama mengalami kerusakan. Peningkatan kebutuhan air yang disebabkan

oleh peningkatan penduduk, taraf hidup, perubahan gaya hidup, dan kemudahan

fasilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mengalami peningkatan secara

drastis. Hal ini menambah semakin kompleksnya permasalahan pengelolaan

sumberdaya air yang keseluruhannya dilaksanakan untuk mencapai pembangunan.

Kebutuhan akan air mengalami peningkatan sejalan dengan

perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat yang membutuhkan air baku

untuk rumah tangga (Domestik), perkotaan (Municiple) dan Industri disingkat

DMI, terlebih lagi kebutuhan akan air irigasi untuk dapat meningkatkan

pendapatan para petani pemakai air (Husein, 1992). Berkembangnya kegiatan

manusia serta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mengakibatkan banyak

terjadi perubahan lingkungan, yang memicu ketersediaan air semakin

berkurang, sementara kebutuhan air semakin meningkat, namun sumberdaya

air menurun (Djamal, 1992).

xvi
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Keseimbangan antara kebutuhan air dengan ketersediaan air harus dijaga

dengan menyelenggarakan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan yang

terpadu. Pengelolaan sumberdaya air harus diarahkan untuk mewujudkan

sinergi dan keterpaduan yang harmonis antar wilayah, antar waktu, antar

keperluan, antar sektor, antar pemerintahan dan antar generasi, dengan

memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi yang selaras

(Mardjono, 1991).

Provinsi Sumatera Utara memiliki luas daratan sebesar 71.680,68 km2, sebagian

besar berada di daratan Pulau Sumatera, dan sebagian kecil berada di Pulau Nias,

Pulau-pulau Batu serta beberapa pulau kecil, baik di bagian Barat maupun bagian

Timur pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera

Utara dibagi dalam 3 (tiga) kelompok wilayah yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi dan

Pantai Timur. Keadaan ini menyebabkan daerah ini memiliki potensi kekayaan

sumberdaya, berupa keadaan alam, flora, fauna yang berlainan dan suku dengan seni,

tradisi, dan budaya dengan corak ragam yang berbeda (Provinsi Sumatera Utara

dalam Angka, 2006).

Salah satu sumberdaya alam yang banyak dikelola pemerintah daerah

adalah sumberdaya air yang berasal dari badan air Sungai Ular yang mengairi

areal persawahan seluas 18.500 Ha persawahan, terdiri dari 5.310 Ha di

Kabupaten Deli Serdang dan 13.190 Ha di Kabupaten Serdang Bedagai

(Syahrianto, 2003).

xvii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Krisis air Sungai Ular khususnya di Kabupaten Deli Serdang berdasarkan

pengamatan dan analisis pemahaman petani yang tergabung dalam Paguyuban Petani

Deli Serdang (PPDS), adalah karena adanya penggundulan hutan, baik secara legal

maupun ilegal dalam waktu yang cukup lama (Kompas, 2003).

Daerah Aliran Sungai (DAS) Ular di Provinsi Sumatera Utara merupakan salah

satu DAS yang digolongkan kepada DAS Prioritas-I dengan besar debit yang

berfluktuatif setiap tahunnya. Tahun 1989 debit air Sungai Ular mencapai 66 m3/det,

debit ini semakin menurun sehingga tahun 1994 debitnya menjadi 40 m3/det dan

tahun 1998 bahkan hanya 39 m3/det. Demikian halnya besarnya potensi galian C yang

mencapai 230.667 m3/det namun volume yang ditambang hingga mencapai 348.607

m3/det. Keadaan ini menuntut rehabilitasi fungsi DAS Ular dan perlu segera

dilakukan perbaikan mengingat kerusakan ekosistem yang semakain kritis. Kerusakan

tersebut meliputi melebarnya badan Sungai Ular akibat penambangan galian C,

pengambilan air dari badan air oleh industri, pengalih fungsian lahan, serta penurunan

permukaan air sungai. Kondisi tersebut pada gilirannya akan berpengaruh terhadap

kondisi DAS itu sendiri, maupun terhadap kehidupan masyarakat yang bermukim di

lingkungan DAS tersebut (Dinas PU Provinsi Sumatera Utara, 2004).

Keberadaan Daerah Aliran Sungai Ular pada masa sekarang ini sangat

tergantung dari aktifitas masyarakat di sekelilingnya. Secara umum debit air Sungai

Ular menunjukkan kecenderungan menurun yang disebabkan besarnya alih fungsi

lahan disekitar Sungai Ular tersebut. Penurunan tersebut berakibat terganggunya

produksi pertanian padi yang disebabkan pada beberapa lokasi pinggiran Sungai Ular

xviii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
mengalami kekeringan. Penurunan debit tidak disertai penurunan penggunaan air,

bahkan kondisi empirik di lapangan penggunaan air justru semakin meningkat baik

untuk pertanian maupun industri, bahkan direncanakan pemenuhan air untuk bandar

udara Kuala Namu yang berasal dari badan air Sungai Ular dengan debit 1 m3/det.

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Ular selama ini dilaksanakan oleh

masing-masing kabupaten yang dilintasinya tanpa koordinasi yang efektip.

Pengelolaan Sungai Ular pada saat sekarang memerlukan adanya suatu

penanganan khusus antar bidang Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan

Kabupaten Serdang Bedagai terutama untuk kebutuhan irigasi seluas 18.500 Ha,

apakah dapat terairi semuanya, selain untuk industri, domestik dan perkotaan

yang semakin berkembang. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian

“Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular di Kabupaten Deli

Serdang”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan

diangkat dalam penelitian ini :

1. Apakah Sungai Ular sebagai potensi sumberdaya alam dapat mendukung

kegiatan pertanian, industri, perkotaan, masyarakat dan kegiatan pertambangan

bahan galian C di sekitar badan sungai .

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi Sungai Ular di Kabupaten Deli

Serdang.

xix
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui Sungai Ular sebagai potensi sumberdaya alam dapat

mendukung kegiatan pertanian, industri, perkotaan, masyarakat dan kegiatan

pertambangan bahan galian C di sekitar badan sungai.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Sungai Ular di

Kabupaten Deli Serdang.

1.4. Hipotesis

1. Sungai Ular sebagai sumberdaya alam dapat mendukung kegiatan pertanian,

industri, perkotaan, masyarakat dan pertambangan bahan galian C di sekitar

badan sungai.

2. Faktor alih fungsi lahan, pertanian, penambangan galian C, industri dan

masyarakat sangat berpengaruh terhadap Sungai Ular.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi kepada pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan pihak terkait

pada pengelolaan Sungai Ular sebagai sumberdaya alam untuk memenuhi

kepentingan pertanian, industri, masyarakat, perkotaan dan pertambangan bahan

galian C di sekitar badan sungai.

2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti yang akan datang tentang faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap Sungai Ular.

1.6. Kerangka Berpikir

xx
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup mengamanatkan bahwa pengelolaan sumberdaya alam menjadi tanggung

jawab bersama, antara pemerintah, masyarakat serta dunia usaha, sebagai salah satu

sumberdaya alam yang mempengaruhi lingkungan disekitarnya.

Keberadaan Sungai Ular sangat dipengaruhi pemerintah daerah yang mengelola,

masyarakat dan industri sebagai pengguna air dari Sungai Ular, pengusaha

penambang, serta jumlah bahan galian C (bahan sumber daya alam) yang ditambang.

Pengelolaannya diharapkan akan dapat meningkatkan konservasi sumberdaya alam,

pendapatan masyarakat dan industri serta peningkatan pemberdayaan masyarakat.

Kerangka berpikir dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

UU No. 23/1997
Tentang
Pengelolaan
Lingkungan Hidup

SUNGAI
Pemerintah ULAR Sumberdaya
Alam

Industri
POTENSI Penambang

Masyarakat

Konservasi
Sumberdaya Alam Pendapata
xxi Pemberdayaa
n n Masyarakat
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Lingkungan Hidup

Undang-undang Republik Indonesia No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup, memuat bahwa ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan

hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam

membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup. Kesatuan

utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi, dapat diartikan bahwa pengelolaan

hendaknya dilakukan secara holistik, baik untuk kepentingan masyarakat (nilai

manfaat) maupun kepentingan kelestarian lingkungan itu sendiri.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia No 23 Tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan pula bahwa

Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia

serta mahluk hidup lain.

xxii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Berbicara tentang lingkungan berarti kita berbicara juga tentang

lingkungan hidup. Lingkungan hidup merupakan keterpaduan secara

holistik, evolusioner dan interaksi antara ekosistem yang bermoral alam

dengan sosiosistem yang bermoral manusia. Dalam upaya melestarikan

lingkungan hidup dibutuhkan pengorbanan yang besar, dimana kebutuhan

pembangunan akan sumberdaya tidak dapat ditinjau secara sepotong-

sepotong, kedua hal tersebut lingkungan hidup dan pembangunan harus

dikelola bersamaan (Murtopo, 1997).

Pembangunan dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu

proses, perbuatan, cara membangun. Misalnya dalam pembangunan sosial adalah

keadaan hidup yang harus dipandang dari sudut kualitas yang dilihat dari pemikiran

menyeluruh dan dari sudut kuantitas yang dapat diukur dan diamati (Departemen

Pendidikan Dan Kebudayaan, 2005).

Menurut Budiman (1995), secara umum kata pembangunan diartikan sebagai

usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Seringkali, kemajuan

yang dimaksud terutama adalah kemajuan material, maka pembangunan seringkali

diartikan sebagai kemajuan yang dicapai oleh sebuah masyarakat dibidang ekonomi.

Secara ekologi, pembangunan adalah suatu gangguan, karena pembangunan

secara sadar ditujukan untuk mengubah keseimbangan lingkungan. Keseimbangan

lingkungan itu kita ganggu dan kita bawa ke suatu keseimbangan baru yang kita

anggap lebih baik dan kita ingini. Oleh karena itu pelaksanaan pembangunan akan

selalu berbenturan dengan keseimbangan lingkungan, sehingga dalam membangun,

xxiii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
kita tidak dapat melestarikan lingkungan atau melestarikan keseimbangan

lingkungan. Dengan demikian yang akan kita lestarikan bukan lingkungan itu atau

bukan keseimbangan lingkungan, melainkan kemampuan lingkungan untuk

mendukung pembangunan dan lingkungan hidup yang lebih tinggi (Soemarwoto,

1997).

Manusia merupakan bagian dari lingkungan hidupnya, karena kelangsungan

hidup manusia tergantung dari keutuhan lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup

tidak dipandang semata-mata sebagai sumberdaya yang harus dieksploitasi,

melainkan terutama sebagai tempat hidup yang mensyaratkan adanya keselarasan,

keserasian dan keseimbangan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Wawasan

tentang pembangunan juga telah mengalami perubahan dan pengembangan. Semula,

pembangunan seakan-akan diarahkan pada tujuan ekonomi semata, yaitu peningkatan

pendapatan. Sedangkan kini telah disadari bahwa pembangunan harus diarahkan ke

tujuan yang lebih luas lagi yaitu pada peningkatan kualitas hidup. Kualitas hidup

yang ingin di capai tidak tergantung pada tingkat pendapatan tetapi pada kualitas

lingkungan hidup, sehingga arah dari pembangunan adalah pembangunan yang

berkelanjutan (Murtopo, 1997).

2.2. Daerah Aliran Sungai (DAS) Ular

Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi penyangga sumber air untuk lestarinya

suatu sungai. Areal yang menjadi DAS akan menyimpan serta menyaring air untuk

didistribusikan ke daerah lain melalui badan sungai. Pada musim penghujan DAS

xxiv
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
berfungsi untuk menyimpan sebahagian besar air larian, sedangkan pada musim

kering DAS akan mengeluarkan air tersebut sesuai dengan fluktuasi debit air

sungainya.

Daerah Aliran Sungai berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air adalah suatu wilayah daratan yang

merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi

menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke laut

secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut

sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Menurut

Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara (2003), Wilayah Sungai (WS) adalah

kesatuan wilayah pengelolaan sumberdaya air dalam satu atau lebih daerah aliran

sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2000

km2.

Daerah Aliran Sungai dapat dipandang sebagai suatu milik bersama dalam arti

bahwa kesejahteraan (welfare) semua pihak saling tergantung atas jasa yang

diberikan oleh suatu DAS. Jasa DAS yang utama adalah fungsi hidro-orologis dan

fungsi ekologi (Mardjono, 1991).

Wilayah daratan biasa disebut Daerah Tangkapan Air (DTA) atau

Catchmen Area merupakan ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas

sumberdaya alam (tanah, air dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai

pemanfaatan sumberdaya alam (Pasandaran, 1991).

xxv
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara (2003) menyatakan bahwa

komponen ekosistem saling berinteraksi satu sama lain, maka terganggunya salah

satu komponen ekosistem tersebut akan mempengaruhi komponen ekosistem

yang lain. Contoh kondisi tersebut adalah terjadinya peristiwa banjir di daerah

DAS bagian hilir pada musim hujan karena kerusakan lingkungan pada daerah

hulu akibat penebangan hutan, cara bercocok tanam yang tidak mengikuti kaidah

konservasi tanah atau adanya aktivitas pembukaan lahan.

Fungsi hidrologi DAS dalam memberikan lapangan simpanan air (water

yield) yang tinggi dan cukup merata sepanjang tahun, menjamin produktivitas

DAS agar lentur terhadap goncangan perubahan yang terjadi (resilent) serta tetap

menjamin terlaksananya pemerataan pada petani (Arsyad, 1985).

2.3. Manajemen Lingkungan

Pengelolaan lingkungan merupakan suatu kegiatan mengelola, dimana

kemampuan mengelola tersebut akan menghasilkan lingkungan yang baik.

Manejemen lingkungan yang bersifat dinamis dan dapat dilaksanakan serta

memerlukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan kebijakan di dalam

perusahaan. Perubahan tersebut akan memberikan pengaruh baik untuk jangka

panjang ataupun jangka pendek serta mempunyai penerapan taktis maupun strategis.

Manajemen lingkungan dalam pelaksanaannya dapat dianggap sebagai suatu

xxvi
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
keuntungan. Manfaat yang paling penting dari manajemen lingkungan adalah

perlindungan terhadap lingkungan (Hadiwardjo,1997).

Beberapa prinsip dan unsur-unsur dalam sistem manajemen lingkungan

merupakan rangkaian dari kebijakan lingkungan, perencanaan, penerapan, evaluasi,

tinjauan manajemen (penyempurnaan) dan peningkatan berkelanjutan. Sistem

manajemen lingkungan Standar Internasional sebagai berikut :

Peningkatan
Berkelanjutan

Kebijakan
Lingkungan

Tinjauan
Manajemen

Perencanaan

xxvii Penerapan
Pemeriksaan dan
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten DeliOperasi
dan Serdang, 2008.
Tindakan Koreksi
USU e-Repository © 2008
Sumber : Pramudya, 2001
Gambar 2. Model Sistem Manajemen Lingkungan Standard Internasional

Pelaksanaan dari model sistem manajemen lingkungan dijabarkan oleh

Pramudya (2001) dalam beberapa prinsip sebagai berikut :

a. Prinsip 1-Komitmen dan kebijakan

Organisasi sebaiknya menentukan kebijakan lingkungan dan menjamin

komitmennya terhadap sistem manajemen lingkungan.

b. Prinsip 2-Perencanaan

Organisasi sebaiknya merumuskan perencanaan untuk memenuhi kebijakan

lingkungan.

c. Prinsip 3-Penerapan

Untuk efektifitas penerapan, organisasi seharusnya mengembangkan

kemampuannya dan untuk mendukung mekanisme yang diperlukan untuk mencapai

kebijakan, sasaran, dan target lingkungan.

d. Prinsip 4-Pemeriksaan dan evaluasi

Organisasi sebaiknya memeriksa, memantau, dan mengevaluasi kinerja

lingkungan.

e. Prinsip 5-Tinjauan manajemen (penyempurnaan)

xxviii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Penerapan sistem manajemen lingkungan akan membawa perubahan budaya

dan kecintaan terhadap pelestarian lingkungan di dalam perusahaan. Hal ini

merupakan harapan yang cukup realistis, karena standar ini mensyaratkan

peningkatan kepedulian, pendidikan, pelatihan dan kesadaran dari semua karyawan

sehingga mereka mengerti dan tanggap terhadap konsekuensi pekerjaannya

(Hadiwardjo,1997).

Pemberlakuan menyeluruh dari sistem manajemen lingkungan pada suatu

perusahaan menurut Hadiwardjo (1997) akan membawa manfaat antara lain :

a. Peranan sistem manajemen lingkungan.

Perlindungan lingkungan dan kepentingan perdagangan ada dua hal yang saling

memiliki keterkaitan: (1) Didasari komitmen murni untuk melestarikan lingkungan.

(2) Didasari oleh permintaan konsumen. Keterkaitan ini perlu kita cermati karena

pengaruhnya/dampaknya tidak dapat dianggap ringan mengingat hal itu dapat

mempengaruhi sistem perdagangan melalui mekanisme pasar.

b. Penerapan sistem manajemen lingkungan.

Memungkinkan manusia, tumbuhan dan binatang tetap ada dan hidup dengan

sebaik-baiknya. Demikian halnya perusahaan yang bersaing tanpa ISO 14001, akan

dapat kehilangan peluang untuk berusaha dan bersaing dalam pasar bebas di dalam

era globalisasi. Kesesuaian antara prinsip ISO 14.000 dengan peraturan perundang-

undangan akan dapat mendorong pengusaha menjalankan usahanya dengan lebih

baik, karena ada tekanan dari masyarakat yang peduli lingkungan, publisitas negatif,

pengaruh sampingan lainnya, di samping keharusan untuk mematuhi undang-undang.

xxix
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pelaksanaan sistem manajemen lingkungan hendaknya memperhitungkan biaya

dan waktu untuk melakukan analisis dan tersedianya data yang dapat dipercaya.

Perusahaan dapat juga memperhitungkan derajat dari pengendalian praktis yang

mungkin mereka miliki pada aspek lingkungan. Perusahaan hendaknya menentukan

apa aspek lingkungan mereka, dengan memperhitungkan masukan dan keluaran yang

berkaitan dngan kegiatan, produk dan/atau jasa yang sekarang dan yang lalu

(Pramudya, 2001).

Perusahaan yang belum menerapkan sistem manajemen lingkungan pada

awalnya menetapkan keadaan yang sekarang sehubungan dengan pelestarian

lingkungan. Tujuannya untuk mempertimbangkan semua aspek lingkungan pada

perusahaan sebagai dasar menetapkan sistem manajemen lingkungannya. Perusahaan

yang mengoperasikan sistem manajemen lingkungan tidak perlu melakukan tinjauan

seperti awalnya (Pramudya, 2001).

Tinjauan dalam pelestarian atau penerapan manajemen lingkungan umumnya

mencakup empat bidang kunci :

(1) Persyaratan undang-undang dan peraturan;

(2) Identifikasi aspek lingkungan yang penting;

(3) Pemeriksaan semua praktek dan prosedur manajemen lingkungan;

(4) Evaluasi umpan balik dari kejadian-kejadian yang lalu (Pramudya, 2001).
Jika digali lebih mendalam sistem manajemen lingkungan yang terdapat pada ISO 14001 dan 14004 ialah bagian

dari sistem manajemen keseluruhan meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, praktek, prosedur

dan sumber daya untuk mengembangkan, menerapkan, mengkaji dan mempertahankan kebijakan lingkungan

(Hadiwardjo,1997).

xxx
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Menurut Pramudya (2001), Manajemen pengelolaan lingkungan minimal

memiliki 5 (lima) langkah yang dilakukan secara berkelanjutan antara lain:

(1) pengembangan dan komitmen stakeholder.

(2) perencanaan, adanya rencana kerja serta program manajemen lingkungan yang

disesuaikan dengan perundangan yang berlaku.

(3) penerapan dan operasi. alokasi sumberdaya, struktur penanggung jawab,

kesadaran, pelatihan, komunikasi, dokumentasi sistem manajemen lingkungan.

(4) evaluasi berkala, pemantauan, audit sistem manajemen lingkungan.


(5) pengkajian sistem manajemen lingkungan.

Hakekat pokok pengelolaan lingkungan hidup oleh manusia adalah bagaimana

manusia melakukan upaya agar kualitas hidup manusia makin meningkat, sementara

kualitas lingkungan hidup membaik (Suryani, 1987).


Pengelolaan yang mengabaikan manajemen lingkungan secara terpadu, yaitu pengelolaan yang hanya

mementingkan kepentingan sesaat seperti penambangan bahan galian C yang tidak terkendali, penggunaan air yang tanpa

perencanaan, serta penebangan hutan yang terjadi dihulu, akan mengakibatkan kerugian-kerugian lingkungan serta

menurunnya daya dukung lingkungan yang pada akhirnya menimbulkan krisis sumberdaya alam.

Menurut Pramudya (2001) dalam penerapannya sistem manajemen lingkungan

mengenal lima prinsip antara lain:

1. Prinsip pertama: pengembangan dan komitmen terhadap kebijakan lingkungan.

2. Prinsip kedua: perencanaan, aspek lingkungan dan dampak lingkungan terkait,

persyaratan perundang-undangan dan perusahaan, tujuan dan sasaran. rencana

kerja serta program manajemen lingkungan.

xxxi
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
3. Prinsip ketiga: penerapan dan operasi. alokasi sumber daya, struktur

penanggung jawab, kesadaran, pelatihan, komunikasi, dokumentasi sistem

manajemen lingkungan, pengendalian operasional program manajemen yang

spesifik, kesiapan dan respons terhadap keadaan darurat.

4. Prinsip keempat: evaluasi berkala, pemantauan, tindakan koreksi dan

pencegahan, rekaman, audit sistem manajemen lingkungan.


5 Prinsip kelima: pengkajian sistem manajemen lingkungan.

Kelima prinsip tersebut harus dilaksanakan secara bersamaan dan

berkelanjutan, hal ini diharapkan untuk menjamin terlaksananya program

perencanaan dengan pelaksanaannya.

2.4. Bahan Galian C

Pengelolaan bahan galian C sangat berhubungan erat dengan penyelamatan

sumberdaya alam disekitarnya. Pengerukan bahan-bahan galian C seperti pasir,

kerikil maupun batu alam memberikan andil yang besar bagi kelestarian

lingkungan, demikian halnya perambahan hutan di hulu sungai juga memberikan

andil terhadap besar kecilnya debit air sungai (Kesumah, 2005).

Menurut Warsi (2003), sebagai contoh bahwa pengerukan bahan galian C

juga berakibat turunnya kualitas dan kuantitas Sungai Batanghari di Jambi

sehingga menyulitkan pembangunan Samudera Jambi. Galian C disini telah

xxxii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
menghantam pelabuhan Muara Sabak di hilir Sungai Batanghari yang

direncanakan menjadi pusat ekonomi, terutama bagi Propinsi Jambi ke kawasan

segitiga pertumbuhan ekonomi: Singapura-Batam-Johor, daerah kerja sama

Indonesia – Malaysia - Singapura Growth Triangle (IMS-GT), Indonesia-

Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT).

Menurut Sukandarrumidi (1999), bahan galian adalah bahan yang dijumpai di

dalam perut bumi baik berupa unsur kimia, mineral, biji ataupun segala macam

batuan, di dalam pengertian ini termasuk bahan galian yang berbentuk padat seperti

emas, perak, batu gamping, lempung, berbentuk cair seperti minyak bumi dan

yodium, maupun berbentuk gas seperti gas alam.

Lebih lanjut Sukandarrumidi (1999), menyatakan bahwa sistem dan cara

penambangan bahan galian, tidak seluruhnya harus dengan cara penggalian/

pengerukan, namun juga dapat dilakukan dengan cara disemprot dengan air, disedot

dengan pipa ataupun dipompa. Berdasarkan cara pengambilannya, seluruh bahan-

bahan tersebut diartikan sebagai bahan tambang.

Penggolongan bahan galian diatur dalam Undang-undang Pertambangan

Republik Indonesia N0 37 Tahun 1960 juncto Undang-undang Pokok Pertambangan

Republik Indonesia No 11 Tahun 1967 pasal 3, yang menyebutkan penggolongan

bahan galian sebagai berikut :

(1) Bahan galian golongan A (bahan galian strategis) adalah bahan galian yang

mempunyai peranan penting untuk kelangsungan kehidupan negara misalnya :

xxxiii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
minyak bumi, gas alam, batubara, timah putih, besi, nikel. Bahan galian jenis

ini dikuasai oleh negara.

(2) Bahan galian golongan B (bahan galian vital) adalah bahan galian yang

mempunyai peranan penting untuk kelangsungan kegiatan perekonomian negara

dan dikuasai oleh negara dengan menyertakan rakyat misalnya: emas, perak,

intan, timah hitam, belerang, air raksa. Bahan galian ini dapat diusahakan oleh

badan usaha milik negara ataupun bersama-sama dengan rakyat.

(3) Bahan galian golongan C (tidak termasuk strategis dan vital) adalah bahan

galian yang dapat diusahakan oleh rakyat ataupun badan usaha milik rakyat,

misalnya batu gamping, marmer, batu sabak, pasir, kerikil, pasir urug.

Bendungan yang sejak dasawarsa enam puluhan banyak dibangun di

beberapa sungai besar di Indonesia, di daerah tengah sungai ini sering

terbentuk galian C, sehingga terjadi pendangkalan waduk dan sungai, atau

sebaliknya jika galian C yang ada secara konstan diambil akan berakibat

semakin dalamnya sungai dan waduk yang akhirnya akan menurunkan

permukaan sungai dan waduk (Rahim, 1989).

Menurut beberapa penelitian di lapangan, pengaruh galian C selalu berakibat

rusak dan hancurnya suatu waduk dan sungai karena pendangkalan, seperti yang

terjadi pada bendungan Karangkates di Jawa Tengah yang semula diduga mempunyai

umur efektif 100 tahun bila laju galian C di bendungan ini adalah 51.000 m3/tahun.

Pada kondisi ini bahan galian C yang tertimbun dalam waduk tersebut harus di

tambang, sehingga keberadaan waduk dapat berfungsi seperti perencanaan semula.

xxxiv
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Hasil pengukuran tim hidrologi Inggris tahun 1980, menunjukkan bahwa galian C

tahun 1973 sampai tahun 1999 mencapai 6,2 juta m3/tahun. Dengan demikian umur

efektif bendungan tidak akan lebih dari tiga puluh tahun (Utomo, 1989).

Bahan galian C yang ada di sepanjang Sungai Ular yang ditambang masyarakat

secara illegal juga membawa dampak tersendiri. Berdasarkan pengukuran Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang tahun 2005 bahwa penambahan bahan

galian C tersebut terdiri dari beberapa jenis seperti tabel 1 berikut :

Tabel 1. Jenis-jenis Material dan Volume Galian C


No Galian C Volume (m3) Truk (Unit) Keterangan
1 Pasir 945 135 1 truk = 6-8 m3
2 Kerikil 672 96
3 Batu mangga 546 78
4 Koral 378 54
Sumber : Dinas PU Deli Serdang, 2005

Volume penambangan bahan galian C di sepanjang Sungai Ular jenis dan volumenya ternyata setiap saat adalah

berbeda-beda, keadaan ini disebabkan penambangan tersebut umumnya adalah penambangan tradisional, sehingga

besarnya penambangan sangat tergantung dengan besarnya permintaan pasar, serta tidak dibutuhkannya stok pemasaran

atau tumpukan bahan galian C di lokasi penambangan.

Rencana dilaksanakannya penambangan secara lebih jelas diuraikan dalam Surat Keputusan Direktorat Jenderal

Pertambangan Umum No 07/DU Tahun 1978 tentang Pencegahan dan penanggulangan terhadap Gangguan dan

Pencemaran sebagai akibat Penambangan Terbuka, disebutkan: sebelum melakukan penambangan pengusaha diwajibkan

mengajukan rencana reklamasi bersama-sama dengan rencana pembangunannya, yang antara lain berisi:

(a) penggunaan tanah sebelum adanya penambangan.

(b) penggunaan tanah yang diusulkan sesudah reklamasi.

(c) cara pemeliharaan dan pengamanan tanah pucuk.

(d) penggunaan air dan pengamanannya.

xxxv
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
(e) jadwal pengerjaan dan penyelesaian tiap tahap reklamasi.

(f) perkiraan biaya reklamasi.

(g) area daerah kehutanan, pertanian, perikanan dan permukiman yang akan terganggu.

(h) kemungkinan-kemungkinan gangguan terhadap daerah lain atau pihak lain.

Pengusaha harus mengusahakan pengisian kembali dan perataan bekas penambangan. Apabila keadaan alam tidak

mengizinkan atau tidak memungkinkan, harus diajukan alternatif lainnya. Untuk menjaga kelongsoran yang akan

mengganggu keseimbangan tata lingkungan hidup, maka kemiringan tebing harus diusahakan sedemikian rupa sesuai

dengan kondisi daerah yang bersangkutan. Pengusaha harus melaksanakan penanaman kembali pada semua daerah bekas

tambang terbuka, apabila keadaan tanah tidak memungkinkan, harus diajukan alternatif lain, dan apabila proses penanaman

masih memerlukan waktu, kecuali daerah untuk menampung air, maka pada tahap pertama tanah harus ditanami rumput-

rumputan atau tanaman kecil lainnya sebagai penutup (Kesumah, 2005).

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Johan (2004) tentang Kajian Sistem Manajemen Operasional dan Pemeliharaan

Sungai Ular, menyimpulkan bahwa kegiatan operasional dan pemeliharaan sungai

pada dasarnya mempunyai dua tujuan yaitu: pertama bagaimana potensi yang dimiliki

oleh sumberdaya sungai bisa dimanfaatkan secara optimal dan kedua, bagaimana

kelestarian sumberdaya tersebut bisa dijaga sehingga dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan.

Asmaruddin (2005) tentang Analisis Ketersediaan Debit Air Sungai Ular

Terhadap Pemakai air Irigasi, Industri, Domestik, dan Perkotaan di Kabupaten

Serdang Bedagai dan Kabupaten Deli Serdang, menyimpulkan bahwa pemakaian air

untuk irigasi pertanian memberikan pengaruh yang signifikan terhadap debit total air

xxxvi
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Sungai Ular, hal ini sesuai dengan besar debit yang dibutuhkan untuk areal

persawahan. Pemakaian air untuk industri memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap debit total air Sungai Ular, hal ini ditunjukkan besarnya debit yang

dibutuhkan kegiatan industri yang mencapai 0,9008 m3/det. Kebutuhan air untuk

domestik memberikan pengaruh terhadap debit total air Sungai Ular, hal ini

ditunjukkan besarnya debit yang dibutuhkan kegiatan domestik yang mencapai 0,293

m3/det serta terdapatnya kecenderungan kenaikan kebutuhan air tersebut sesuai

dengan perkembangan jumlah penduduk.


Kesumah (2005) tentang Pengaruh Kegiatan Penambangan Galian C Terhadap Bangunan pengambilan bebas,

yang berfungsi sebagai pintu masuk air ke dalam areal persawahan masyarakat, menyimpulkan bahwa penambangan galian

C pada tepi dan badan sungai di sepanjang Sungai Ular memberikan pengaruh antara lain: penurunan elevasi / permukaan

sungai dari 0,87 m UP tahun 1999 menjadi 0,61 UP pada tahun 2005, dengan penurunan rata-rata 0,0433 UP m/tahun, serta

bertambah lebar badan sungai dari rata-rata 42 meter tahun 1999 menjadi rata-rata 68 meter pada tahun 2005. Penurunan

tinggi permukaan air sehingga air tidak dapat mencapai permukaan bangunan pengambilan bebas dan akhirnya

pengambilan bebas tidak dapat difungsikan sebagai pintu masuk air kesaluran irigasi. Pasir adalah jenis bahan galian C

yang paling banyak ditambang dari alur Sungai Ular dibandingkan dengan bahan galian C lainnya yaitu dengan rata-rata

340.704 m3/tahun.

xxxvii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
xxxviii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian dilakukan pada DAS Ular di Kabupaten Deliserdang

dengan alasan bahwa di sekitar DAS Ular terdapat sekitar 18.500 hektar

persawahan masyarakat yang dilengkapi pintu masuk air (pengambilan bebas)

yang mendistribusikan air untuk pertanian, domestik, perkantoran industri serta

penambangan galian C. DAS Ular berjarak ± 30 km dari kota Medan, dengan

waktu penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Agustus – Oktober 2007.

3.2 Jenis Dan Sumber Data


Penelitian ini mengunakan data primer (seperti jumlah air sungai yang

dipergunakan, jumlah galian C yang ditambang) dari masyarakat sekitar dan

pengusaha di lokasi penelitian. Data sekunder (seperti perundang-undangan, debit air

sungai pertahun) tentang pemanfaatan air Sungai Ular untuk irigasi, domestik,

industri, perkotaan yang bersumber dari Dinas dan Instansi yang terkait.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data sekunder yang dihimpun dari instansi terkait seperti :

xxxix
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
(1) Dinas Pengairan Propinsi Sumatera Utara / Balai PSDA Belawan-Belumai-Ular,

(2) Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/ Kabupaten / Kota,

(3) Kantor Statistik Provinsi / Kabupaten / Kota,

(4) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,

(5) Badan Meteorologi dan Geofisika,

(6) Penelitian terdahulu dan instansi lainnya.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode survey dan

untuk memperoleh data dengan menggunakan cara :

1. Wawancara adalah tanya jawab lisan untuk memperoleh keterangan, pendapat,

aspirasi, persepsi, yang dilakukan kepada responden dengan panduan kuesioner.

2. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-

gejala yang diteliti.

3.4 Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini ada 3 (tiga) kelompok. Pertama, populasi

masyarakat atau pengguna air di sekitar lokasi. Kedua, pemerintah Kabupaten Deli

Serdang ketiga, pengelola penambangan galian C.

Pengambilan sampel ditentukan secara acak sederhana (simple random

sampling) yaitu masyarakat yang berada di lapangan, dengan pertimbangan

masyarakat, pengusaha dan pemerintah yang berada di lokasi bersifat heterogen.

3.5. Variabel Penelitian

Variabel yang diamati pada penelitian diantaranya :

xl
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
1. Luas Lahan.

2. Neraca/ Debit Penggunaan Air.

3. Penambangan Galian C.

4. Aktifitas Masyarakat (Pengguna air).

5. Pertanian.

6. Industri di sekitar Sungai Ular.

3.6. Analisis Data

Untuk menjawab hipotesis 1 : (Bagaimanakah potensi Sungai Ular sebagai

sumberdaya alam untuk kepentingan pertanian, pelaku ekonomi, industri,

pertambangan dan kepentingan masyarakat di sekitar badan sungai) dilakukan

dengan metode analisis deskriptif yang dilengkapi dengan analisis tabulasi

Untuk menjawab hipotesis 2 : (Faktor-faktor apakah yang berpengaruh

terhadap kondisi Sungai Ular) dilakukan dengan metode analisis statistik

menggunakan Rank Spearmen dengan persamaan sebagai berikut :

Persamaan Rank Spearmen :

6∑ di2
rs = 1 -
n (n2 – 1)

rs = koefisien rank Spearmen

xli
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
di = 2 pengamatan berpasangan

n = total sampel

Persamaan uji statistik dibantu program komputer statistik SPSS 12.00.

Pengujian hasil statistik dilakukan dengan menggunakan Uji “t “

Uji “t” dengan dk = n -2 (Siegel, 1994 ) dengan rumus:


n-2
t = rs
1 – r s2

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Sungai Ular

Sungai Ular pada bahagian hulu berada pada dua kabupaten, yaitu Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Karo,

sedangkan hilirnya berada di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai (Batas administrasi

kedua kabupaten). Sungai Ular secara teknis merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Belawan/Belumai/Ular

(SWS. 01.10). Bermuara di Selat Malaka di Pulau Sumatera. Secara geografis Sungai Ular berada sekitar 30 km dari pusat

Kota Medan arah ke Timur berada pada 03o23’ Lintang Utara dan 98o55’ Bujur Timur. Panjang keseluruhan Sungai Ular

adalah sekitar 31,65 km, dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) sekitar 1133,43 km2. Debit maksimum Sungai Ular

mencapai 57,53 m3/det dan debit minimum 22,42 m3/det (Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2004).

Keberadaan Sungai Ular secara umum menjadi sumber utama penyediaan air untuk pertanian, keperluan industri

(perusahaan), domestik (rumah tangga) dan perkotaan (perkantoran, sosial, sekolah) di sekitar Kabupaten Deli Serdang dan

Kabupaten Serdang Bedagai (Lampiran 1). Penduduk yang bermukim di sekitar Satuan Wilayah Sungai (SWS) Ular pada

Tahun 2004 tercatat sebanyak 349.930 jiwa yang tersebar di 150 desa/kelurahan dengan luas areal 35.310 Ha (Dinas

Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2004). Memiliki dua cabang sungai yaitu Sungai Karai dan Sungai Buaya dan

beberapa anak cabang sungai. Letak Sungai Ular yang mengalir antara Kota Lubuk Pakam dan Kota Perbaungan

menjadikan Sungai Ular sebagai sumber air utama untuk kedua kota tersebut, sesuai Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Data Anak Sungai Ular


Induk Anak Sungai Ranting Sungai Anak Ranting Sungai

xlii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Sungai
Sungai 1. Sungai Buaya Bah Benai Sungai Belading
Ular
Bah Bitulan
Bah Talun
Bah Bulukum
Lau Munthe
Lau Kran
Lau Kumuk
Sungai Binalu
Bah Gerger
Bah Betupu
Lau Cikam
Sungai Dadapan
Sungai Siangin-angin
Bah Buangan
Bah Belabak
Bah Sinaga
Bah Pulung
Sungai Sanggai -sanggai
Bah Belako
Sungai Sibolangit
2. Sungai Karai Bah Tiruan
Bah Berisi
Bah Hisam
Sumber: Dinas Pengairan Sumatera Utara, 2003

Masyarakat yang menjadi penghuni Kota Lubuk Pakam Kabupaten Deliserdang dan Kota Perbaungan Kabupaten

Serdang Bedagai sangat tergantung dengan besarnya debit Sungai Ular, yang disebabkan adanya kepentingan air sungai

untuk beberapa peruntukan antara lain irigasi pertanian masyarakat, air bersih, industri, tambak perikanan, domestik,

komersial (bahan baku air minum). Kebutuhan akan air Sungai Ular juga semakin meningkat seiring dengan lamanya

waktu serta besarnya perkembangan kegiatan perekonomian, sehingga kebutuhan akan air tersebut juga meningkat

pemanfaatannya, sedangkan kondisi daerah aliran sungai cenderung semakin menurun fungsinya sehingga mengakibatkan

kualitas dan kuantitas air semakin menurun. Untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian sumberdaya air dan

mencukupi kebutuhan air baik sekarang maupun masa mendatang, maka perlu ditata sistem pemanfaatannya. Keberadaan

Sungai Ular secara langsung sangat mempengaruhi tingkat sosial ekonomi masyarakat pada daerah yang dialirinya,

sehingga naik turunnya debit dan permukaan Sungai Ular akan sangat berarti bagi kawasan tersebut. Secara administratif,

Sungai Ular berada pada 8 (delapan) kecamatan yang berada pada kiri dan kanan sungai tersebut. Kecamatan yang berada

tepat pada aliran Sungai Ular seperti tertera pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Kecamatan yang Dilalui Sungai Ular


Kecamatan Jumlah Desa Keterangan
No
1 Beringin 12 Deli Serdang

xliii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
2 Pagar Merbau 33 Deli Serdang
3 Kotarih 30 Serdang Bedagai
4 Galang 38 Deli Serdang
5 Pantai Labuh 12 Deli Serdang
6 Lubuk Pakam 13 Deli Serdang
7 Sarang Padang 24 Simalungun
8 Saribu Dolok 31 Simalungun
Jumlah 205
Sumber : BPS Dalam Angka, 2004

Berdasarkan Tabel 3 diperoleh bahwa Sungai Ular mempengaruhi ketersediaan sumber air untuk 8 kecamatan

yang terdiri dari 205 desa. Desa terbanyak (38 desa) berada pada Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang dan terkecil

masing-masing 12 buah desa, berada pada Kecamatan Beringin dan Kecamatan Pantai Labuh Kabupaten Deli Serdang.

Pemantauan perkembangan dan pola alir Sungai Ular harus dilakukan secara konsisten serta dengan keberkalaan waktu

yang sependek mungkin, maka untuk keperluan tersebut dan akurasi data air Sungai Ular dibangun beberapa stasiun

meteorologi di beberapa tempat sebagai lokasi pengumpul data perkembangan sungai tersebut. Untuk mendapatkan data

lingkungan, terdapat dua puluh satu (21) stasiun meteorologi yang dikelola Jawatan Meteorologi sesuai Tabel 4 berikut :

Tabel 4. Station Meteorologi, Rata-rata Suhu, Kecepatan Angin dan Curah Hujan
No Stasiun Suhu Udara Kec Angin Curah Hujan
(oC) (m/sec) (mm)
1 Perbaungan 27 0,93 196

2 Kotarih 28 0,94 198

3 Gunung Meriah 27 0,94 199

4 Negeri Dolok 29 0,93 195

5 Tiga Runggu 28 0,92 196

6 Sarang Padang 28 0,92 197

7 Pematang Raya 27 0,93 199

8 Siporkas 26 0,94 196

9 Sangai-sangai 28 0,93 198

10 Saribu Dolok 29 0,93 197

11 Huta Raja 28 0,94 196

12 Marubun Lokung 28 0,94 196

13 Hutan Silau 28 0,93 196

14 Purba Sinombah 27 0,93 195

xliv
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
15 Durian Tinggung 28 0,95 198

16 Bandar Pinang 28 0,93 196

17 Bandar Kwala 28 0,94 196

18 Silinda 27 0,93 196

19 Rumah Deleng 28 0,93 197

20 Tiga jugar 26 0,93 196

21 Negeri Kasihan 27 0,92 196

Sumber : Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2003

Sesuai dengan data pada Tabel 4 diketahui bahwa suhu udara maksimum adalah sebesar 29oC, dengan kecepatan angin

maksimum sebesar 0,95 m/det dengan curah hujan maksimum rata-rata 199 mm. Suhu udara tertinggi (29oC) terdapat pada

stasiun Negeri Dolok dan Stasiun Saribu Dolok. Pengukuran suhu terendah (26oC) tercatat pada stasiun Siporkas dan stasiun

Tiga Jugar. Berdasarkan data yang diperoleh dari setiap stasiun Meterologi dapat disimpulkan bahwa suhu atau temperatur

pada lokasi penelitian berkisar antara 260C hingga 290C.

Besarnya curah hujan dilokasi penelitian berkisar 195 mm sampai dengan 199

mm dan kecepatan angin dilokasi penelitian 0.90 m/dt hingga 0.95 m/dt, bila dirata-

ratakan berkisar 0,93 m/dt.

4.2. Lahan
Secara umum kerakteristik Sungai Ular dari hulu ke hilir adalah terdiri dari 3 (tiga) jenis areal yaitu : areal yang

berfungsi sebagai golongan hutan, golongan semi hutan, dan golongan terbuka, keberadaan masing-masing areal tersebut

dengan luas yang berbeda-beda.

Pada hulu sungai secara umum masih memiliki daerah aliran sungai yang termasuk golongan hutan yaitu berada

pada kiri-kanan badan air sungai, areal tersebut merupakan lahan yang masih ditumbuhi pepohonan tahunan yang tinggi,

serta mampu menahan air dan mampu mempertahankan kontur tanah sehingga tidak longsor menutupi badan sungai. Jika

diteliti lebih lanjut areal-areal yang berfungsi sebagai hutan ini masih ada karena faktor kondisi topografi areal tersebut

yang sedemikian curam. Areal yang masih menjadi golongan hutan secara teknis sangat sulit dialih fungsikan menjadi

lahan persawahan dan pertanian karena memiliki kemiringan di atas 45o (Lampiran 2-4).

Kemiringan areal yang sedemikian besar sangat menyulitkan masyarakat petani untuk mengalih fungsikannya

menjadi areal persawahan, perladangan dan perkebunan. Walaupun areal dengan kemiringan > 45o tidak dapat dijadikan

xlv
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
sebagai lahan persawahan dan pertanian, areal yang demikian pada sebahagian lokasi telah berubah fungsi menjadi Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang berasal dari kota-kota kecamatan di sekitar areal tersebut. Pada areal tersebut

tertimbun sampah yang telah bertahun-tahun berada di areal tersebut.

Secara keseluruhan luas Catchment Area Sungai Ular adalah 1.133,43 km2 yang terdiri dari 3 jenis peruntukan

seperti tertera pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Luas Catchment Area Berdasarkan Jenis Peruntukan


No Peruntukan Luas Persen
2
1 Hutan 113,343 - 170,015 km 10 – 15 %
2 Semi Hutan 453,372 – 566,715 km2 40 – 50 %
2
3 Areal Terbuka 566,715 – 680,058 km 50 – 60 %
Sumber : Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2003

Luasan daerah aliran sungai yang termasuk golongan hutan ini diperkirakan hanya tinggal sekitar 10% -15% dari

keseluruhan DAS Ular, luasan areal jenis golongan hutan ini cenderung berkurang setiap waktu. Hal ini diakibatkan

besarnya kegiatan alih fungsi lahan menjadi areal perkebunan, perladangan dan pertanian masyarakat, serta banyaknya

areal yang menjadi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah sehingga sebahagian besar tanaman/pepohonan menjadi

rusak dan mati.

Pengalihan fungsi lahan yang semula adalah termasuk areal golongan hutan dirubah menjadi areal perkebunan

masyarakat, berkembangnya perkebunan secara langsung akan mengundang bertumbuh kembangnya permukiman-

permukiman dari masyarakat. Keadaan ini memberikan sumbangan yang besar terhadap kerusakan Daerah Aliran Sungai

(DAS) Ular.

Berkembangnya permukiman-permukiman masyarakat menjadi kendala besar bagi lancarnya aliran air Sungai

Ular. Hal ini disebabkan karena Sungai Ular juga harus menanggung beban limbah domestik yang dibuang masyarakat

secara langsung ke badan sungai. Demikian halnya masih seringnya campur tangan masyarakat untuk membendung

pinggiran sungai dengan harapan lahannya semakin besar, keadaan ini mengakibatkan lebarnya sungai juga semakin

mengecil.

Berbeda halnya di daerah tengah dan hilir yang dominan menjadi areal terbuka, areal ini dipenuhi dengan aktivitas

penambang bahan galian C yang banyak menggali pinggiran Sungai Ular, kegiatan pengerukan tersebut berakibat

melebarnya permukaan dan semakin dalamnya alur sungai tersebut. Besarnya luasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ular

yang berfungsi sebagai hutan untuk tempat simpanan air sudah sangat tidak layak lagi, sehingga pengaturan keberadaan

air tanah tidak berfungsi dengan baik. Pada musim penghujan air akan secara cepat mengalir kehilir sehingga dapat

menyebabkan banjir, demikian halnya pada musim kemarau simpanan air tanah sangat minimal. Keadaan ini akan

xlvi
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
menyebabkan daerah disekitarnya menjadi kekurangan air yang pada akhirnya akan menyebabkan permukaan air Sungai

Ular menurun.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Ular yang termasuk pada golongan semi hutan secara umum sangat tergantung dari

campur tangan manusia disekitarnya. Daerah ini memiliki kecenderungan membesar lagi karena adanya kegiatan pengalih

fungsian lahan. Golongan areal demikian secara umum terdiri dari areal perkebunan tanaman keras, daerah yang telah

terlantar di atas 5 tahun yang dikelola masyarakat menjadi lahan perkebunan.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Ular lainnya adalah areal yang digolongkan sebagai areal terbuka. Areal terbuka

banyak yang ditanami dengan tumbuhan jangka pendek atau tanaman-tanaman musiman, areal terbuka ini ditemukan di

sepanjang aliran sungai sekitar berjarak 1 sampai dengan 10 meter dari tepi badan sungai. Areal ini semakin hari semakin

melebar yang diakibatkan adanya upaya masyarakat mengalih fungsikan lahan golongan hutan dan semi hutan yang

terlantar menjadi lahan terbuka, untuk ditanami tanaman jangka pendek khususnya tanaman ubi kayu, ubi jalar, jagung,

kacang tanah, kacang hijau, cabai merah dan cabai rawit tepat di tepi sungai (Lampiran 2-1 dan Lampiran 2-2)

Disepanjang Sungai Ular terdapat persawahan masyarakat yang dilengkapi irigasi setengah teknis dan irigasi

teknis. Persawahan tersebut terdapat pada pertengahan hingga daerah hilir sungai serta tanaman sayur-sayuran. Pada

daerah hulu dan areal yang telah terlantar selama > 5 tahun dan areal gersang keseluruhan diperkirakan sekitar 50% - 60%,

yang secara umum ditumbuhi tanaman liar jenis perdu dan pada beberapa tempat menjadi tempat tumpukan sampah

(Lampiran 2-2).

Kegiatan lainnya yang semakin menurunkan debit/permukaan Sungai Ular adalah pengambilan galian C.

Peningkatan penggalian bahan galian C di tepi Sungai Ular akan menurunkan tinggi permukaan Sungai Ular, yang semakin

memperparah dan mempersulit masuknya air ke bangunan pengambilan bebas air (bangunan tempat masuknya air dari

badan sungai ke saluran irigasi pertanian), yang pada akhirnya persawahan masyarakat akan kekurangan air dan

kekeringan. Dalam mengkontrol tingginya permukaan Sungai Ular telah dibangun 7 (tujuh) Station Pencatat Elevasi muka

air sungai. Ketujuh stasiun pencatat tersebut sesuai Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Station Pencatat Elevasi Muka Air Sungai


No Stasiun Pencatat Keterangan

1 Denai Lama

2 Perbaungan
3 Ular Bridge
4 Serbajadi Pengambilan bebas (Free Intake) Pulau Tagor
5 Bandar Tiga
6 Jembatan Paku

xlvii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
7 Siujan-ujan

Sumber : Bagpro PSA Hidrologi Sumut Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara
2003, Publikasi Data Debit Sungai

Ketujuh stasiun pencatat tersebut ini akan memberikan informasi tentang naik-

turunnya permukaan Sungai Ular untuk mengetahui kecenderungan dari keberadaan

air Sungai Ular. Keadaan ini akan sangat membantu dalam pengelolaan banjir serta

kekeringan di daerah sekitarnya. Manfaat lainnya dari stasiun pencatat ini adalah

untuk mengukur besarnya debit Sungai Ular. Ketujuh stasiun pencatat dikelola bagian

Pengembangan Sumber Air, Hidrologi Dinas Pengairan Provinsi Sumetera Utara.

4.3. Debit Sungai Ular

Keberadaan Sungai Ular sebagai sumber utama air bagi masyarakat disekitarnya

sangat tegantung dari besar kecilnya debit air sungai tersebut, kekurangan debit akan

menyebabkan kekeringan, kurangnya air irigasi sehingga hasil panenan masyarakat

menurun, berkurangnya air untuk perikanan darat, bahkan pada beberapa tempat akan

menyulitkan transportasi air berupa getek. Peningkatan debit air Sungai Ular dapat

menyebabkan banjir (Lampiran 2-6 dan Lampiran 2-7).

Besarnya debit air Sungai Ular yang digunakan selama tahun 2001 menurut

pengukuran Pos Duga Air Otomatis (AWLR) Pulau Tagor pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7. Rata-rata Debit Air Sungai Ular Tahun 2001


No Bulan Debit (m3/det) Keterangan
1 Januari 51,45 Debit maximum sebesar 59,22
2 Pebruari 45,19 m3/det pada bulan Desember
3 Maret 39,08
4 April 43,90 Debit minimum sebesar 34,77
5 Mei 38,72 m3/det pada bulan Agustus

xlviii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
6 Juni 39,12
7 Juli 36,48 Debit rata-rata : 43,93 m3/det
8 Agustus 34,77
9 September 41,87
10 Oktober 43,04
11 Nopember 54,50

12 Desember 59,22

Sumber : Dinas PU Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2001

Debit air Sungai Ular dari setiap bulan kebulan selalu mengalami perubahan,

bervariasi menurut keadaan daerah aliran sungai, curah hujan dan evaporasi lahan.

Sesuai dengan debit air Sungai Ular yang diukur oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU),

debit air Sungai Ular selama tahun 2001 berfluktuasi antara 34,77m3/det pada bulan

Agustus sampai dengan sekitar 59,22 m3/det pada bulan Desember. Besarnya range

debit air sungai ini masih mampu mendukung kegiatan pertanian (padi persawahan

dan padi daratan), perkebunan (umumnya perkebunan cokelat dan kelapa sawit) dan

perikanan pada Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai.

Selama tahun 2002 debit air Sungai Ular mengalami perubahan dibandingkan

dengan debit tahun 2001. Hasil pengukuran pos duga air otomatis (AWLR) yang

berada di daerah Pulau Tagor diperoleh debit air seperti pada Tabel 8 berikut :

Tabel 8. Rata-rata Debit Air Sungai Ular Tahun 2002


No Bulan Debit (m3/det) Keterangan
1 Januari 49,44 Debit maximum 52,64 m3/det pada
2 Pebruari 48,56 bulan Oktober
3 Maret 47,55
4 April 47,59 Debit minimum 37,84 m3/det pada
5 Mei 44,83 bulan Juli
6 Juni 42,21
7 Juli 37,84 Debit rata-rata : 40,16 m3/det

xlix
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
8 Agustus 37,96
9 September 48,97
10 Oktober 52,64
11 Nopember 51,38
12 Desember 45,40
Sumber : Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2002

Sesuai dengan hasil pengukuran Dinas PU Sumut, debit air Sungai Ular selama

tahun 2002 bervariasi berkisar antara 37,84 m3/det pada bulan juli sampai dengan

sekitar 52,64 m3/det pada bulan Oktober, keadaan ini masih sangat mendukung

kegiatan pertanian pada Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai.

Jika dianalisis lebih lanjut terdapat perbedaan kerakteristik antara debit air tahun 2001

dengan debit air pada tahun 2002. Debit air maksimum pada tahun 2001 terjadi pada

bulan Desember dengan debit sebesar 59,22 m3/det sedangkan tahun 2002 terjadi

pada bulan Oktober dengan besar debit 52,64 m3/det, keadaan ini menunjukkan

adanya peningkatan besar debit air sungai. Debit minimum Sungai Ular pada tahun

2001 terjadi pada bulan Agustus dengan debit sebesar 34,77 m3/det, sedangkan pada

tahun 2002 debit minimum terjadi pada bulan Juli dengan besar debit 37,84 m3/det,

jika dianalisis maka debit minimum meningkat sebesar 3,07 m3/det. Demikian halnya

debit rata-rata pada tahun 2001 sebesar 43,93 m3/det, dan menurun besarnya pada

tahun 2002 sebesar 40,16 m3/det, keadaan ini menunjukkan bahwa debit rata-rata

menurun sebesar 3,77 m3/det, maka dapat disimpulkan bahwa debit air Sungai Ular

mengalami penurunan dari tahun 2001 ke tahun 2002.

Debit air Sungai Ular yang diukur selama tahun 2003 mengalami perubahan

jika dibandingkan tahun 2002, seperti pada Tabel 9 berikut :

l
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 9. Rata-rata Debit Air Sungai Ular Tahun 2003
No Bulan Debit (m3/det) Keterangan
1 Januari 39,31 Debit maximum sebesar 55,42
2 Pebruari 49,50 m3/det, bulan Desember
3 Maret 41,07
4 April 48,54 Debit minimum sebesar 37,27
3
5 Mei 44,33 m /de bulanJuni
6 Juni 37,27
7 Juli 38,70 Debit rata-rata : 43,83 m3/det
8 Agustus 39,11
9 September 42,2
10 Oktober 42,18
11 Nopember 48,34
12 Desember 55,42
Sumber : Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2003
Sesuai dengan hasil pengukuran Dinas PU Sumut, debit air Sungai Ular selama

tahun 2003 bervariasi berkisar antara 37,27 m3/det pada bulan Juni sampai dengan

sekitar 55,42 m3/det pada bulan Desember, keadaan ini masih sangat mendukung

kegiatan pertanian pada Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai.

Debit maximum air Sungai Ular terjadi pada bulan Desember dengan besar

debit 55,42 m3/det. Debit minimum air Sungai Ular terjadi pada bulan Juni dengan

besar debit 37,27 m3/det. Debit rata-rata : 43,83 m3/det

Debit air Sungai Ular sesuai pengukuran otomatis oleh Dinas Pekerjaan Umum

Provinsi Sumatera Utara di Pulo Tagor Tahun 2004 seperti Tabel 10 berikut :

Tabel 10. Rata-rata Debit Air Sungai Ular Tahun 2004


No Bulan Debit (m3/det) Keterangan
1 Januari 44,14 Debit max: September
2 Pebruari 47,02 Debit min: Agustus
3 Maret 35,17 Debit rata-rata : 39,58 m3/det
4 April 35,64
5 Mei 33,18

li
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
6 Juni 24,95
7 Juli 26,87
8 Agustus 22,42
9 September 57,53
10 Oktober 51,56
11 Nopember 54,87
12 Desember 41,6

Sumber : Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2004

Debit air Sungai Ular berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan Dinas

Pengairan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2004 mengalami perubahan. Hal

ini terbukti dari pengukuran debit maximum yang terjadi pada September

sebesar 57,53 m3/det meningkat jika dibandingkan debit maximum tahun 2003,

namun yang menghawatirkan adalah debit minimum yang terjadi pada bulan Agustus

hanya sebesar 22,42 m3/det menurun dibandingkan tahun 2003. Debit air Sungai Ular

berdasarkan pengukuran Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sumatera Utara yang

dilakukan secara otomatis di Pulo Tagor tahun 2005 seperti Tabel 11 berikut :

Tabel 11. Rata-rata Debit Air Sungai Ular Tahun 2005


No Bulan Debit (m3/det) Keterangan
1 Januari 43,26 Debit maximum: Nopember
2 Pebruari 46,18 Debit minimum: Agustus
3 Maret 34,28 Debit rata-rata; 39,31 m3/det
4 April 34,33
5 Mei 32,36
6 Juni 28,86
7 Juli 28,66
8 Agustus 28,58
9 September 48,12
10 Oktober 50,88
11 Nopember 53,69
12 Desember 42,47
Sumber : Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2005

lii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Debit air Sungai Ular berdasarkan hasil pengukuran pada tahun 2005

mengalami perubahan. Hal dapat dilihat dari hasil pengukuran debit, debit maximum

Sungai Ular yang terjadi pada Nopember sebesar 53,69 m3/det menurun jika

dibandingkan rata-rata debit maximum pada tahun 2004, namun untuk debit

minimum yang terjadi pada bulan Agustus tahun 2005 sebesar 28,58 m3/det

meningkat dibandingkan bulan Agustus tahun 2004. Keadaan debit air Sungai Ular

pada tahun 2005 masih dapat dianggap stabil jika dibandingkan dengan keadaan debit

air Sungai Ular pada tahun 2004.

Kecilnya debit air Sungai Ular tahun 2004 (minimum hanya sekitar 22,42

m3/det) sangat menghawatirkan, karena kecilnya debit ini mengakibatkan banyak

sawah yang mengalami kekeringan karena kekurangan air dan secara langsung akan

mengakibatkan berkurangnya produksi pertanian masyarakat. Akibat langsung dari

kekurangan debit air Sungai Ular ditunjukkan dari hasil produksi pertanian yang

menurun sebesar sekitar 20%. Pada tahun 2003 hasil pertanian masyarakat mencapai

5 ton/hektar, namun setelah terjadi penurunan debit air hasil produksi pada tahun

2004 menurun menjadi 4 ton/hektar.

Debit rata-rata tahunan Sungai Ular menunjukkan kecenderungan berkurang.

Hal tersebut ditunjukkan dari besar debit rata-rata tahun 2003 yang besarnya 43,83

m3/det, menurun menjadi sebesar 39,58 m3/det tahun 2004 dan kembali menurun

menjadi sebesar 39,31 m3/det tahun 2005.

Perubahan lainnya adalah perubahan terjadinya bulan debit maximum, tahun

2003 bulan debit maximum terjadi pada bulan Desember serta bulan debit minimum

liii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
terjadi pada bulan Juni, sedangkan tahun 2004 bulan debit maximum terjadi bulan

September dan bulan debit minimum terjadi bulan Agustus, tahun 2005 bulan

maximum terjadi pada bulan Nopember dan bulan debit minimum bulan Agustus.

Sesuai dengan data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa bulan terjadinya besar

debit maximum terjadi secara tidak beraturan setiap tahunnya, sedangkan bulan debit

minimum tahun 2004 dan tahun 2005 sama-sama terjadi pada bulan Agustus. Hal

tersebut akan dapat mempengaruhi kegiatan musim tanam

4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kondisi Sungai Ular

4.4.1 Irigasi

Sungai Ular merupakan sumber utama air untuk kebutuhan air pada daerah

irigasi Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai. Disamping itu Sungai Ular

juga digunakan untuk berbagai jenis kegiatan masyarakat, seperti untuk sumber air

baku yang diolah menjadi air minum (Air Bersih PDAM), kebutuhan air untuk

industri, dan kebutuhan lainnya.

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang bermukim di sekitar

sungai, semakin banyaknya industri, maka kebutuhan air tersebut juga meningkat,

serta alih fungsi lahan golongan hutan menjadi lahan perkebunan dan pertanian,

keadaan ini seluruhnya mengakibatkan kondisi catchment area cenderung semakin

menurun. Minimnya catchment area mengakibatkan kualitas dan kuantitas air

semakin menurun. Keberlanjutan Sungai Ular sangat tergantung dari tingkat

keberhasilan pengelolaan, semakin baik pengelolaan maka semakin terjamin

liv
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
keberlanjutan sungai tersebut, serta memburuknya pengelolaan akan berakibat

langsung pada merosotnya kemampuan sungai untuk menerima tekanan tersebut.

Demikian halnya pengelolaan air Sungai Ular sangat terkait dengan penggunaan air

yang dilakukan masyarakat disekitarnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Pasandaran (1991) bahwa untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian

sumberdaya air yang ada serta dapat mencukupi kebutuhan air baik sekarang maupun

masa depan, maka diperlukan pengelolaan yang lebih komprehensif dengan

melibatkan seluruh steakholders.

Berdasarkan standar Direktorat Permukiman dan Prasarana Wilayah

Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, pemakaian air pada kegiatan air

untuk pertanian adalah 1,2 liter/ha/det. Kebutuhan besar debit air seluruhnya untuk

irigasi guna mengairi areal persawahan seluas 18.500 hektar adalah sebesar 22,20

m3/det. Berdasarkan perhitungan tersebut maka daerah terbesar yang membutuhkan

air irigasi adalah daerah irigasi Perbaungan, dengan besar debit sebanyak 7,104

m3/det. Daerah yang paling kecil menyerap air adalah daerah irigasi Timbang Deli

dengan debit hanya sebesar 0,624 m3/det untuk mengairi areal persawahan seluas

520 hektar.

Besarnya kebutuhan air untuk mengairi seluruh areal persawahan di daerah

penelitian adalah seperti tertera pada Tabel 12 berikut :

Tabel 12. Jumlah Kebutuhan Air Untuk Irigasi menurut Daerah Irigasi
No Daerah Irigasi Luas Perhitungan Kebutuhan
(Ha) air (m3/det)
1 Pulau Gambar 990 990 x 1,2 lit/ha/det 1,188

lv
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
2 Swadaya / Buluh 4.020 4.020 x 1,2 lit/ha/det 4,824
3 Timbang Deli 520 520 x 1,2 lit/ha/det 0,624
4 Perbaungan 5.920 5.920 x 1,2 lit/ha/det 7,104
5 New Sumberejo 2.910 2.910 x 1,2 lit/ha/det 3,492
6 Bendang 1.380 1.380 x 1,2 lit/ha/det 1,656
7 Singosari 880 880 x 1,2 lit/ha/det 1,056
8 Ramonia 1.880 1.880 x 1,2 lit/ha/det 2,256
Jumlah 18.500 18.500 x 1,2 lit/ha/det 22,20
Sumber : Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2004

Kebutuhan air irigasi pada setiap daerah irigasi tersebut di atas, selalu menjadi

masalah ketika debit air Sungai Ular mengecil, sehingga pada beberapa daerah masih

dijumpai lahan-lahan yang tidak mendapatkan air, sehingga lahan persawahan

tersebut dialihkan menjadi lahan penanaman tanaman semusim seperti kacang hijau,

kacang tanah, jagung, serta jenis sayur-sayuran lainnya.

Kebutuhan air yang berasal dari Sungai Ular untuk mengairi areal persawahan

berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi

Sumatera Utara pada pintu masuk air irigasi (pengambilan bebas) pada tahun 2003

diperoleh data seperti tertera pada Tabel 13 sebagai berikut :

Tabel 13. Penggunaan Air Untuk Irigasi Tahun 2003 (m3/det)


No Bulan P.Gam Swadaya/ Timbang Perba New Sum Ben Singo Ramo Jumlah
bar Buluh deli ungan berejo dang sari nia
1 Jan 1,178 3,682 0,548 7,02 3,38 1,52 0,98 2,06 20,37
2 Peb 1,068 3,976 0,546 7,01 3,39 1,54 0,98 2,04 20,55
3 Maret 1,046 3,988 0,548 7,03 3,38 1,52 0,96 2,04 20,51
4 April 1,112 4,224 0,548 7,01 3,38 1,52 0,96 2,06 20,81
5 Mei 1,001 3,868 0,544 7,02 3,36 1,52 0,98 2,06 20,35
6 Juni 1,109 4,114 0,546 7,02 3,35 1,51 0,98 2,06 20,70
7 Juli 1,042 4,126 0,546 7,01 3,38 1,51 0,98 2,05 20,65
8 Agust 0,981 3,988 0,548 7,01 3,38 1,52 0,99 2,06 20,48
9 Sept 1,113 4,024 0,546 6,96 3,38 1,52 0,98 2,06 20,58
10 Okt 1,088 4,388 0,546 7,01 3,38 1,53 0,96 2,04 20,94
11 Nop 1,002 3,989 0,547 7,01 3,39 1,52 0,98 2,06 20,50
12 Des 0,942 3,824 0,546 7,01 3,36 1,52 0,98 2,06 20,42
Rata-rata 1,057 4,016 0,547 7,01 3,38 1,52 0,98 2,06 20,57

lvi
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Sumber : Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2004

Pengukuran ini pada umumnya hanya dapat dilakukan hingga tahun 2003,

karena setelahnya akibat penurunan permukaan Sungai Ular, hal ini berakibat

pengambilan bebas tidak dapat berfungsi lagi (bangunan free intake lebih tinggi

dibandingkan dengan permukaan sungai), keadaan ini secara otomatis menyebabkan

tidak terdeteksinya data debit air yang masuk ke saluran irigasi (Lampiran 2-5).

Berdasarkan data pada Tabel 13 di atas, penggunaan air untuk kebutuhan irigasi

pada setiap areal irigasi yang diairi tidaklah sama, debit air yang dibutuhkan lahan

persawahan di daerah irigasi Perbaungan, memerlukan debit rata-rata pertahun

sebesar 7,01 m3/det, berbeda dengan daerah persawahan di daerah irigasi Singosari

yang hanya memerlukan debit air sungai sebesar 0,98 m3/det.

Kebutuhan debit air rata-rata perbulan untuk setiap areal persawahan juga

berbeda-beda, keperluan air untuk seluruh areal persawahan pada bulan Oktober

besarnya debit adalah sebesar 20,94 m3/det, berbeda dengan keperluan air pada bulan

Desember besarnya debit adalah sebesar 20,42 m3/det.

Besar kecilnya debit air yang dibutuhkan daerah irigasi di Kabupaten Deli

Serdang Dan Kabupaten Serdang Bedagai sangat dipengaruhi dengan musim tanam

dan musim panen pada daerah irigasi pertanian tersebut. Bulan Oktober daerah-

daerah irigasi tersebut merupakan waktu musim tanam, keadaan musim tanam

mengakibatkan kebutuhan debit air irigasi akan lebih besar, karena air sungai tersebut

dialirkan melalui irigasi untuk melunakkan tanah pertanian, sehingga lahan pertanian

tersebut dapat di olah untuk disiapkan menjadi lahan penanaman padi.

lvii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada bulan Desember kebutuhan air sangat berbeda dengan bulan Oktober, hal

ini disebabkan pada bulan Desember adalah bulan untuk persiapan panen. Proses

panen tidak memerlukan air seperti masa menanam, bahkan pada masa panen lebih

menghendaki keringnya lahan-lahan persawahan agar proses panen padi tidak

terhambat dengan tingginya air persawahan. Keringnya lahan persawahan akan

mempermudah petani dan buruh tani untuk memanen dan mengolah hasil panen

menjadi butir-butir padi yang akan dibawa ke lumbung padi sebagai tempat

penampungan.

Besarnya debit rata-rata air yang berasal dari badan air Sungai Ular dalam

setahun adalah sebesar 20,57 m3/det. Debit rata-rata air yang dibutuhkan tersebut

lebih rendah jika dibandingkan dengan debit rencana keperluan air untuk irigasi yang

sebesar 22,20 m3/det. Keadaan ini disebabkan pada beberapa areal persawahan yang

tidak ditanami padi melainkan dikosongkan karena beberapa faktor seperti lokasi

persemaian bibit padi, istirahat lahan, alih fungsi menjadi tanaman sayur-sayuran.

Debit air Sungai Ular yang melalui saluran irigasi, semakin jauh dari saluran

induk debit airnya semakin kecil, hal ini diakibatkan dalam perjalanan air tesebut

banyak pengguna air yang mengambil air irigasi, sehingga keadaan ini banyak

menimbulkan pergesekan diantara petani pengguna air, keadaan ini semakin

diperparah oleh menurunnya debit air Sungai Ular. Demikian halnya penurunan yang

disebabkan oleh pengambilan bahan galian C, serta air yang di gunakan untuk

industri di sekitar Sungai Ular.

lviii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Untuk dapat mendistribusikan air kepada seluruh petani pengguna air, maka

masing-masing daerah irigasi tersebut memerlukan pengaturan pola tanam dan musim

tanam serta diharapkan adanya pengaturan debit sungai dengan sistem peningkatan

jaringan irigasi dengan konstruksi semen bertulang. Keadaan ini sesuai dengan

pendapat Mardjono (1991) bahwa DAS dapat dipandang sebagai suatu milik bersama

dalam arti bahwa kesejahteraan (welfare) semua pihak saling tergantung atas jasa

yang diberikan oleh suatu DAS. Jasa DAS yang utama adalah fungsi hidro-orologis

dan fungsi ekologi. Artinya semakin baik DAS dari suatu sungai maka dapat

diprediksi badan air juga akan semakin baik, supply air juga akan semakin terjamin

keberlanjutannya. Keadaan ini akan menjamin terpenuhinya kebutuhan air irigasi di

daerah tersebut.

4.4.2. Domestik

Air Sungai Ular juga digunakan untuk kegiatan masyarakat (domestik),

besarnya debit air tersebut sangat tergantung dengan jumlah masyarakat yang

bermukim di sekitar Sungai Ular. Penggunaan air untuk domestik selalu berubah

setiap bulannya sesuai dengan perubahan jumlah penduduk. Perubahan jumlah

penduduk tersebut sangat berkaitan dengan kebutuhan buruh tani, dimana buruh tani

yang paling banyak digunakan adalah pada masa panen.

Beberapa kecamatan yang menjadi daerah permukiman masyarakat, serta

berada di sekitar Sungai Ular adalah sebanyak enam kecamatan, keenam kecamatan

tersebut berada di dua kabupaten, yaitu Kecamatan Kotarih di Kabupaten Serdang

lix
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Bedagai, dan Kecamatan Lubuk Pakam, Kecamatan Galang, Kecamatan Pagar

Merbau, Kecamatan Beringin, Kecamatan Pantai Labu di Kabupaten Deli Serdang.

Banyaknya masyarakat yang bermukim langsung di sekitar Sungai Ular

berdasarkan kecamatan yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang dan Serdang

Bedagai dapat dilihat seperti tertera pada Tabel 14 berikut :

Tabel 14. Jumlah Penduduk Berdasarkan Bulan Tahun 2005


No Bulan Kotarih Galang Pagar Lubuk Beringin Pantai Jumlah
(Jiwa) (Jiwa) Merbau Pakam (Jiwa) Labu (Jiwa)
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
1 Januari 16.679 62.185 30.039 74.138 43.775 38.990 265.806
2 Pebruari 17.480 62.383 30.159 75.295 44.163 39.117 268.597
3 Maret 18.248 62.572 30.355 76.459 44.555 39.246 271.435
4 April 18.997 62.766 30.491 77.661 44.939 39.384 274.238
5 Mei 19.803 62.962 30.605 78.809 45.325 39.516 277.020
6 Juni 20.624 63.150 30.739 80.077 45.722 39.642 279.954
7 Juli 21.412 63.349 30.838 81.261 46.113 39.764 282.737
8 Agustus 22.276 63.552 30.964 82.417 46.497 39.906 285.612
9 Sept 23.370 63.770 31.088 83.566 46.892 40.034 288.720
10 Oktober 24.125 64.036 31.300 84.733 47.288 40.167 291.649
11 Nop 24.887 64.224 31.528 85.856 47.686 40.291 294.472
12 Des 25.599 64.369 31.655 86.872 48.044 40.396 296.935
Sumber : Diolah dari Kecamatan Beringin Dalam Angka, 2005, Pagar Merbau
Dalam Angka, 2005, Kotarih Dalam Angka, 2005, Galang Dalam Angka,
2005, Pantai Labu Dalam Angka, 2005, Lubuk Pakam Dalam Angka,
2005

Berdasarkan data penduduk pada kecamatan yang bersisian dengan Sungai Ular

seperti tertera pada tabel di atas menunjukkan bahwa daerah penelitian merupakan

lx
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
daerah yang sedang berkembang dan menjadi daerah tujuan buruh tani untuk bekerja.

Dengan semakin besarnya jumlah masyarakat maka secara horizontal akan mampu

mengembangkan produksi pertanian dari persawahan penduduk. Besarnya jumlah

penduduk terbesar berada di Kecamatan Lubuk Pakam. Kota Lubuk Pakam adalah

ibukota Kabupaten Deli Serdang memiliki jumlah penduduk pada bulan Desember

sebanyak 86.872 jiwa. Daerah yang memiliki jumlah penduduk terkecil adalah

Kecamatan Kotarih dengan jumlah penduduk pada bulan Desember hanya sebanyak

25.599 jiwa. Kebutuhan air untuk kegiatan masyarakat (domestik) pada keenam

kecamatan yang berada di sekitar Sungai Ular seperti tertera pada Tabel 15 berikut :

Tabel 15. Kebutuhan Air Untuk Domestik Tahun 2005


No Bulan Jumlah Penduduk Kebutuhan air (m3/det)

1 Januari 265.806 0,277


2 Pebruari 268.597 0,280
3 Maret 271.435 0,283
4 April 274.238 0,286
5 Mei 277.020 0,289
6 Juni 279.954 0,291
7 Juli 282.737 0,295
8 Agustus 285.612 0,297
9 September 288.720 0,301
10 Oktober 291.649 0,303
11 Nopember 294.472 0,307
12 Desember 296.935 0,309
Rata-rata 0,293
Sumber: Kecamatan Beringin Dalam Angka, 2005, Pagar Merbau Dalam
Angka, 2005, Kotarih Dalam Angka, 2005, Galang Dalam Angka,
2005, Pantai Labu Dalam Angka, 2005, Lubuk Pakam Dalam Angka,
2005 dan Hasil Perhitungan 2006.

Sesuai dengan data tabel 15 di atas diketahui bahwa penggunaan air terbesar terjadi

pada bulan Desember sebesar 0,309 m3/det, dengan debit rata-rata 0,293 m3/det.

lxi
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Menurut Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Permukiman dan

Prasarana Wilayah (2003) tentang Kebutuhan Dasar Air Bersih untuk setiap kota

tertera seperti pada Tabel 16 berikut :

Tabel 16. Kebutuhan Dasar Air Bersih Berdasarkan Klasifikasi Kota


No Klasifikasi Kota Penduduk Kebutuhan Air
(Jiwa) (Liter/Orang/Hari)
1 Kota besar utama > 1.000.000 100
2 Kota besar 500.000-1.000.000 120
3 Kota sedang 100.000-500.000 90
4 Kota kecil 20.000-100.000 60
5 Kota kecamatan I 3.000-20.000 45
6 Kota kecamatan II < 3.000 30
Sumber : Direktorat Cipta Karya Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah, 2003

Jika diperhitungkan seluruh penduduk yang bermukim di sekitar Sungai Ular

pada bulan Januari sebanyak 265.806 jiwa, serta dengan menggunakan kebutuhan air

menurut Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Permukiman dan

Prasarana Wilayah yaitu sebesar 90 liter/orang/hari, maka diperoleh debit air untuk

bulan Januari dibutuhkan air dengan debit : (265.806 x 90) : (1000 x 24 x 60 x 60) =

0,277 m3/det, bulan Pebruari dibutuhkan air dengan debit (268.597 x 90) : (1000 x 24

x 60 x 60) = 0,280 m3/det.

Namun jumlah penduduk meningkat pada bulan Desember, yaitu menjadi

296.935 jiwa, maka debit air yang dibutuhkan adalah sebesar (296.935 x 90) : (1000 x

24 x 60 x 60) = 0,309 m3/det. Berdasarkan data keduanya maka diperoleh debit rata-

rata air yang dibutuhkan penduduk adalah sebesar 0,293 m3/det.

lxii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
4.4.3. Industri

Penggunaan air untuk kegiatan industri adalah sangat bervariasi tergantung dari

jenis industrinya, semakin besar industri maka semakin besar kebutuhan air.

Beberapa Industri yang langsung mengambil air dari badan Sungai Ular adalah

industri-industri yang tertera pada Tabel 17 sebagai berikut :

Tabel 17. Kebutuhan Air Industri Tahun 2003


No Industri Penggunaan air Penggunaan air
(liter/det) (m3/det)
1 PDAM 820,00 0,820
2 Adolina 100,00 0,100
3 PTPN III P. Merbau 590,20 0,592
Jumlah 1510,20 1,512
Sumber : Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2003
Daftar Buku .................
Besarnya debit air yang dibutuhkan ketiga industri tersebut adalah berbeda-

beda. Industri Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang bergerak dengan bisnis

utama perdagangan air bersih, memerlukan air baku (air sungai) sebesar 820

liter/detik atau setara dengan 0,820 m3/det. Air bersih yang diproduksi PDAM

tersebut diperdagangkan untuk kebutuhan penduduk di Kota Lubuk Pakam.

Perusahaan Perseroan Terbatas Perkebunan Negara (PTPN) III P. Merbau yang

memiliki pabrik kelapa sawit, dan operasionalnya membutuhkan air sebanyak 592

liter/detik setara dengan 0,5920 m3/det, kebutuhan air ini pada umumnya digunakan

untuk memproses tandan buah segar menjadi Crude Palm Oil (CPO).

Perusahaan lainnya yang menggunakan air Sungai Ular adalah perusahaan

pabrik kelapa sawit Adolina dengan kebutuhan air sebesar 100,0 liter/detik, maka

lxiii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
kebutuhan air yang diambil dari Sungai Ular untuk ketiga industri tersebut sebesar

1,512 m3/det.

Penggunaan besar debit air yang digunakan ketiga industri tersebut juga

mengalami perubahan, keadaan ini disebabkan kegiatan ketiga industri tersebut tidak

konstan setiap bulannya, jika permintaan air bersih semakin besar, maka secara

otomatis penyedotan air dari Sungai Ular juga semakin tinggi dilaksanakan PDAM.

Data rata-rata debit air untuk keperluan industri pada setiap bulannya tertera pada

Tabel 18 berikut :

Tabel 18. Penggunaan Air Untuk Industri


No Bulan PDAM Adolina PTPN III Jumlah
3 3
(m /det) (m /det) (m3/det) (m3/det)
1 Januari 0,482 0,077 0,356 0,915
2 Pebruari 0,493 0,075 0,349 0,917
3 Maret 0,489 0,068 0,352 0,909
4 April 0,478 0,072 0,351 0,901
5 Mei 0,482 0,073 0,351 0,906
6 Juni 0,482 0,072 0,352 0,906
7 Juli 0,484 0,072 0,348 0,904
8 Agustus 0,484 0,072 0,351 0,907
9 Sept 0,482 0,074 0,351 0,907
10 Oktober 0,482 0,072 0,348 0,902
11 Nop 0,482 0,072 0,351 0,909
12 Des 0,488 0,073 0,352 0,913
Rata-rata 0,484 0,073 0,351 0,908
Sumber : Dinas Pengairan Suatera Utara, 2004

lxiv
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Sesuai dengan hasil pengukuran kebutuhan air bulanan pada ketiga industri,

selalu terjadi perbedaan jumlah air yang dibutuhkan. Kebutuhan air terbesar untuk

industri PDAM terjadi pada bulan Pebruari dengan debit sebesar 0,493 m3/det serta

terkecil pada bulan Januari, Mei, Juni, September, Oktober, Nopember yaitu sebesar

0,482 m3/det, serta debit rata-rata yang dibutuhkan adalah sebesar 0,484 m3/det.

Kebutuhan air maksimum untuk kegiatan industri PTPN III P. Merbau adalah

sebesar 0,356 terjadi pada bulan Januari, serta menggunakan air terkecil pada bulan

Juli dan Oktober sebesar 0,348 m3/det, kegiatan Industri PTPN III P. Merbau

menggunakan debit air rata-rata sepanjang tahun adalah sebesar 0,351 m3/det.

Demikian halnya kegiatan industri pabrik kelapa sawit Adolina menggunakan air

dengan debit maksimum sebesar 0,077 m3/det dan debit minimum sebesar 0,068

m3/det. Debit air rata-rata yang digunakan industri pabrik kelapa sawit Adolina

sebesar 0,073 m3/det.

Besarnya debit air dari badan air Sungai Ular yang digunakan oleh ketiga

kegiatan industri paling besar pada bulan Pebruari yaitu sebesar 0,917 m3/det, serta

dengan debit minimum yang digunakan pada bulan April sebesar 0,901 m3/det.

Besarnya debit rata-rata yang digunakan untuk ketiga kegiatan industri tersebut

adalah sebesar 0,908 m3/det.

Demikian halnya rencana pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang akan

membangun bandara Kuala Namu, kebutuhan air yang dibutuhkan kegiatan bandara

Kuala Namu diambil dari air Sungai Ular dengan debit sebesar 1 m3/det, sehingga

penggunaan air tersebut secara langsung akan mempengaruhi sisa debit air,

lxv
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
pengelolaan alur Sungai Ular lebih professional untuk menjamin ketersediaan air

untuk jangka panjang. Total debit industri adalah 0,908 m3/det . Sedangkan dalam

jangka panjang kebutuhan air yang diambil dari badan Sungai Ular adalah sebesar

0,908 m3/det + 1 m3/det = 1,908 m3/det.

4.4.4. Debit Perkotaan

Perkotaan (munciple) juga memerlukan air yang tidak sedikit. Kebutuhan air

perkotaan adalah untuk keperluan air untuk perkantoran, pusat perbelanjaan, sentra-

sentra perdagangan yang secara umum digunakan di dalam kota.

Jumlah penduduk yang mendiami ibukota kecamatan juga sangat

mempengaruhi jumlah air yang digunakan, penggunaan air Sungai Ular untuk

perkotaan adalah seperti tertera pada Tabel 19 berikut :

Tabel 19. Penggunaan Air Perkotaan Tahun 2004


No Bulan Kebutuhan Air (m3/det)
Domestik Perkotaan (32,5% Domestik)
1 Januari 0,277 0,0900
2 Pebruari 0,280 0,0910
3 Maret 0,283 0,0919
4 April 0,286 0,0929
5 Mei 0,289 0,0939
6 Juni 0,291 0,0946
7 Juli 0,295 0,0959
8 Agustus 0,297 0,0965
9 September 0,301 0,0978
10 Oktober 0,303 0,0970
11 Nopember 0,307 0,0985
12 Desember 0,309 0,1004
Rata-rata 0,293 0,0953
Sumber : Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2004

lxvi
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Besar debit air yang dibutuhkan untuk keperluaan perkotaan yang meliputi

kegiatan perkantoran pemerintah, sosial, swalayan, pusat perbelanjaan, pusat

permainan, perdagangan dihitung berdasar Master Plan MUDP pada tahun 1980

bahwa pemakaian air non domestik (perkotaan) adalah sebesar 32 % dari kebutuhan

air domestik. Besarnya persentasi tersebut sesuai dengan penetapan Departemen

Permukiman dan Prasarana Wilayah (2003) kebutuhan air perkotaan adalah sekitar 25

sampai 40 % dari kebutuhan air domestik, maka penentuan debitnya adalah harga

rata-ratanya yaitu 32,5 %.

Bulan Januari keperluan debit air untuk perkotaan adalah sebesar 0,277 x

32,5% = 0,0900 m3/det dan keperluan debit air untuk bulan Desember adalah 0,309 x

32,5 % = 0,1004 m3/det. Rata-rata kebutuhan debit air sebesar 0,0953 m3/det.

4.5. Pengaruh Kegiatan Pembangunan terhadap Sungai Ular

4.5.1 Distribusi Air Sungai Ular

Pendistribusian air Sungai Ular yang diambil untuk kegiatan masyarakat seperti

irigasi, industri, domestik, dan perkotaan secara keseluruhan adalah 23,595. m3/det.

Jika dibandingkan dengan debit air rata-rata Sungai Ular sebesar 39 m3/det, maka

dapat disimpulkan bahwa air Sungai Ular masih mampu mensuplai air untuk

kebutuhan masyarakat di sekitarnya.

Prinsip perhitungan penggunaan debit air total adalah berdasarkan persamaan

rumusan bahwa debit total adalah hasil penjumlahan penggunaan air irigasi ditambah

dengan debit industri ditambah debit domestik dan perkotaan, dengan persamaan

lxvii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
matematis Qt = Qi + Qin + Qd + Qm. (Ray K, 2000) Dimana : Qt = Debit yang

tersedia (m3/dt); Qi = Debit untuk irigasi (m3/dt); Qin= Debit industri (m3/dt); Qd =

Debit untuk domestik (m3/dt); Qm= Debit untuk perkotaan (m3/dt).

Persamaan tersebut di atas dapat diasosiasikan dalam persamaan :

Y = X1 + X2 + X3 + X4 + X5 dimana Y = debit Sungai Ular, X1 = debit irigasi; X2 =

debit industri, X3 = debit domestik, X4 = debit perkotaan, X5 = sisa debit.

Sesuai dengan hasil perhitungan besarnya debit yang diperlukan untuk irigasi

adalah sebesar 20,57 m3/det. Besarnya jumlah debit air ini untuk mengairi areal

persawahan seluas 18.500 hektare, besar debit air untuk keperluan industri adalah

sebesar 0,908 m3/det, kebutuhan debit air untuk domestik seluruhnya adalah sebesar

0,293 m3/det, dan kebutuhan debit air untuk perkotaan sebesar 0,0953 m3/det.

Besarnya keperluan debit air untuk seluruh kegiatan masyarakat tersebut adalah

20,57 m3/det + 0,908 m3/det + 0,293 m3/det + 0,0953 m3/det = 21,8663 m3/det.

Dengan kata lain bahw setiap detiknya air Sungai Ular akan dikeluarkan dari badan

sungai sebanyak 21,8648 m3, maka sisa debit air Sungai Ular yang masih dapat

dikelola adalah sebesar 39,31 m3/det - 21,8663 m3/det = 17,4437 m3/det, maka dapat

dituliskan persamaan akhir dari seluruh jumlah debit sungai Ular adalah : Y = X1 +

X2 + X3 + X4 + X5 maka Y = 39,31 m3/det +20,57 m3/det + 0,908 m3/det + 0,293

m3/det + 0,0953 m3/det + sisa debit, berdasarkan persamaan tersebut diperoleh harga

sisa debit sebesar 17,4437 m3/det.

Pada tahun 2005 debit rata-rata air Sungai Ular adalah sebesar 39,31 m3/det,

maka berdasarkan jumlah ketersediaan debit air dan kebutuhan debit air, maka dapat

lxviii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
diprediksi bahwa ketersediaan air untuk kegiatan irigasi, industri, domestik dan

perkotaan masih dapat dengan mengandalkan air Sungai Ular. Namun perlu diingat

bahwa besarnya debit air Sungai Ular menunjukkan kecenderungan menurun seperti

pada Tabel 20 berikut :

Tabel 20. Ketersediaan Debit Sungai Ular


N Bulan Tahun
o
1989 1992 1994 1996 1998 20 20 20
00 03 04
1 Januari 69 65 50 4 43 51 43 43
0
2 Pebruari 55 51 56 5 39 40 39 39
5
3 Maret 68 53 52 4 38 59 42 42
2
4 April 69 59 50 4 37 40 37 37
9
5 Mei 67 60 45 4 36 38 38 39
4
6 Juni 52 53 37 4 38 40 31 31
2
7 Juli 48 38 27 3 39 36 35 35
9
8 Agustus 41 32 32 4 - 38 30 31
0
9 September 60 34 35 4 - 57 49 48
1
1 Oktober 84 31 36 4 - 42 46 46
0 4
1 Nopember 86 32 53 4 - 45 46 46
1 2
1 Desember 86 31 52 5 - 40 40 40
2 1

lxix
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Rata-rata 66 45 40 4 39 43 39 39,6
4 ,8 ,7
Sumber : Bagian Proyek Pengembangan Sumber Air Hidrologi Sumatera Utara, 2005

Berdasarkan Tabel 20 dapat digambarkan grafik ketersediaan debit air Sungai Ular seperti gambar berikut:

60
Ketersediaan Ddebit Sungai Ular

45
40 39,6

30

89 92 94 96 98 00 02 04 2005

Gambar 3. Ketersediaan Debit Air Sungai Ular

Debit Sungai Ular sejak tahun 1992 mencapai 45 m3/det dan menurun hingga

menjadi 40 m3/det pada pada tahun 2004, terjadi penurunan debit dari 45 m3/det

menjadi 40 m3/det atau dengan laju penurunan debit sebesar 11,1 % dalam 12 tahun,

maka berdasarkan prinsip tersebut akan dapat dihitung bahwa pada tahun 2016 debit

Sungai Ular hanya 35,5 m3/det, artinya terdapat kekuatiran bahwa air Sungai Ular

pada suatu saat nantinya tidak akan mampu memenuhi kebutuhan air untuk

masyarakat di sekitarnya.

lxx
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Keadaan ini sesuai dengan pendapat Husein (1992) yang mengatakan bahwa

kebutuhan air mengalami peningkatan sesuai perkembangan tingkat kesejahteraan

masyarakat yang membutuhkan air baku untuk rumah tangga, perkotaan dan industri,

terlebih lagi kebutuhan akan air irigasi untuk dapat meningkatkan pendapatan para

petani pemakai air.

Ketidakmampuan Sungai Ular dalam menyuplai air untuk kebutuhan

masyarakat secara lambat laun akan menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat,

sehingga dibutuhkan upaya untuk melestarikannya. Hal ini selaras dengan pendapat

Soemarwoto (1997), yang mengatakan perlunya mengelola lingkungan dengan baik,

kita tidak dapat melestarikan lingkungan atau melestarikan keseimbangan

lingkungan, yang akan kita lestarikan bukan lingkungan itu atau bukan keseimbangan

lingkungan, melainkan kemampuan lingkungan untuk mendukung pembangunan dan

lingkungan hidup yang lebih tinggi.

4.5.2 Penambangan Galian C

Kegiatan lainnya di sekitar Sungai Ular adalah penambangan bahan galian C,

kegitan ini dilakukan secara illegal artinya tidak dilengkapi dengan izin-izin yang sah.

Berdasarkan pengamatan lapangan disekitar Sungai Ular diperoleh bahwa, jumlah

truk dengan muatan rata-rata 8 m3/dump truk yang membawa bahan galian C pada

setiap harinya adalah bervariasi.

lxxi
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Data produksi penambangan bahan galian C di sepanjang Sungai Ular yang

diperoleh berdasarkan pengamatan lapangan yang dilaksanakan selama seminggu

mencapai 838 dump truk . Hasil pengamatan lapangan tertera seperti pada Tabel

21 berikut :

Tabel 21. Volume dan Jumlah Truk yang Membawa Galian C


No Hari Tanggal Jumlah Volume Keterangan
Truk 3
(m )
(Unit)
1 Senin 20/08/2007 124 992
2 Selasa 21/08/2007 134 1.072 Pemesanan
galian C
maksimum
dalam
seminggu
3 Rabu 22/08/2007 116 928
4 Kamis 23/08/2007 122 976
5 Jumat 24/08/2007 108 864 Umumnya
istirhat
pada waktu
sholat
6 Sabtu 25/08/2007 132 1.056
7 Minggu 26/08/2007 104 832 Tenaga
kerja
pengeruk
ada yg
beribadah
dan libur
Jumlah 838 6.704

Bahan galian C paling banyak dikeruk adalah bahan pasir, hal ini

disebabkan besarnya permintaan pasar dari Kota Lubuk Pakam, Kota Perbaungan,

lxxii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Kota Tebing Tinggi, serta Kota Medan. Sehingga banyak areal penambangan

bahan galian C ini telah sampai ke tepi sungai, hal ini menyebabkan semakin

besarnya badan Sungai Ular (Lampiran 2-3).

Galian C yang termasuk bahan pasir terutama digunakan sebagai bahan

konstruksi bangunan, seperti untuk campuran beton bertulang, pasangan batu

bata, campuran lantai, coran jembatan, serta pada industri batu bata cetak, traso,

bahkan bahan campuran pencetakan batu bata.

Besarnya volume jenis galian C yang di keruk dari badan Sungai Ular

berdasarkan jenisnya berdasarkan pengamatan, pada Tabel 22 berikut :

Tabel 22. Volume Galian C Dikeruk Berdasarkan Jenisnya


Hari/ Tanggal Jenis Galian C Juml
ah
Koral Man Kerik Pasir (truk
gga il )
(truk) (truk)
(truk) (truk)
Senin 20/08/2007 10 11 16 87 124
Selasa 14 18 19 83 134
21/08/2007
Rabu 22/08/2007 7 12 18 79 116
Kamis 7 12 16 87 122
23/08/2007
Jumat 24/08/2007 6 10 14 78 108
Sabtu 12 14 16 90 132
25//08/2007
Minggu 5 10 16 73 104
26/08/2007
Jumlah 61 87 115 575 838

lxxiii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Sesuai dengan hasil pengamatan yang tertera pada Tabel 22. diketahui

bahwa pengerukan bahan galian C terbesar adalah pada hari Selasa yaitu

sebanyak 134 dump truk antara lain sebanyak 10 dump truk koral; 11 dump truk

batu mangga; 16 dump truk kerikil; serta sebanyak 87 dump truk pasir. Hal ini

berhubungan dengan banyaknya pesanan bahan galian C serta kerajinan pekerja

mengeruk bahan galian C di Sungai Ular.

Bahan galian C yang paling sedikit dikeruk adalah pada hari Jumat

sebanyak 108 dump truk serta hari Minggu sebanyak 104 dump truk, keadaan ini

diakibatkan bahwa pada hari Jumat, sebahagian pekerja menghentikan

pengerukan galian C pada jam-jam sholat Jum’at, demikian halnya pada hari

Minggu sebahagian pekerja memilih tidak bekerja karena alasan beribadah dan

sebahagian lainnya memang ingin beristirahat pada akhir pekan. Pengerukan

bahan galian C setiap harinya didominasi oleh bahan galian pasir, dengan jumlah

575 dump truk seminggu, kerikil sebanyak 115 dump truk demikian halnya koral

yang hanya 61dump truk seminggu.

Dalam seminggu bahan galian C jenis pasir adalah jenis yang paling banyak

ditambang, yaitu sekitar 575 dump truk, penambangan ini setara dengan 4.600

m3/minggu, atau sama dengan 239.200 m3/tahun.

Galian C jenis kerikil yang secara umum terdiri dari batuan-batuan gepeng

(ceper) dengan luas sekitar 1–8 cm2 umumnya digunakan untuk bahan campuran

lxxiv
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
beton bertulang pada bangunan bertulang, namun pada keadaan lainnya juga

diperoleh batuan kecil-kecil bulat yang bercampur dengan pasir juga disebut

krikil, bahan dengan jenis ini umumnya digunakan untuk campuran semen untuk

dipergunakan sebagai lantai dan sebahagian lainnya untuk bahan timbunan lantai

kerja. Penambangan bahan galian C jenis kerikil rata-rata sebanyak 115 dumptruk

seminggu yang setara dengan 920 m3/minggu, atau sama dengan 47.840

m3/tahun.

Batu mangga dengan ukuran batu sebesar gemgaman tangan orang dewasa

dengan volume sekitar 1/4 –1/2 liter dan batu koral dengan ukuran yang lebih

besar dari batu mangga umumnya digunakan sebagai bahan dasar sloop

bangunan, yaitu bahan yang menjadi lapisan paling dasar dari pondasi bangunan.

Volume penambangan bahan galian C jenis batu mangga rata-rata sebanyak 61

dumptruk seminggu yang setara dengan 488 m3/minggu, atau sama dengan

52.376 m3/tahun.

Berdasarkan hasil pemantauan lapangan seperti tertera pada tabel di atas,

diperoleh gambaran bahwa pengerukan bahan galian C sangatlah besar setiap

harinya yaitu rata-rata 119,7142 dump truk, atau setara dengan 957,7136 m3/hari,

sama dengan 6.703,9955 m3/minggu atau sama dengan 348.607,75 m3/tahun.

Besarnya volume kerukan galian C tertera pada Tabel 23 sebagai berikut :

Tabel 23. Volume Penambangan Galian C Sungai Ular


No Waktu Volume (m3)

lxxv
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
1 Per Hari 957,7136
2 Per Minggu 6.703,9955
3 Per Bulan 29.689,1216
4 Per Tahun 348.607,75

Penambangan bahan galian C Sungai Ular yang memiliki izin penambangan

hanya sampai pada tahun 1999 selanjutnya sejak tahun 2000 seluruh penggalian

galian C di sepanjang Sungai Ular adalah illegal, jika dihitung volume galian C

yang ditambang secara illegal selama 6 tahun adalah adalah sebanyak 348.607,75

x 6 tahun sebanyak = 2.091.646,5 m3. Besarnya kerugian negara akibat

penambangan tersebut, dengan harga bahan galian C per meter kubik adalah Rp

60.000,- = Rp 125.498.790.000,-.

Angka kerugian tersebut merupakan angka kerugian langsung berdasarkan

harga bahan galian C, kerugian lainnya adalah areal persawahan yang terpaksa

tidak ditanami lagi karena kekurangan air irigasi, serta kerugian akibat

menurunnya volume panenan pertanian masyarakat, dan kerugian pajak-pajak

ikutan seperti Pajak Bumi Bangunan, retribusi hasil bumi dan lain sebagainya.

Dampak dari galian C tersebut adalah areal persawahan yang tidak dapat ditanami

lagi karena kekeringan air irigasi, menurunnya permukaan air akibat penggalian

pasir serta kerugian akibat menurunnya volume panenan pertanian masyarakat.

Besarnya volume penambangan bahan galian C yang masih dapat ditolerir

menurut beberapa pendapat adalah berbeda-beda, perhitungan tersebut didasarkan

lxxvi
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
pada volume bahan galian C yang terbawa aliran sungai dari hulu, seperti tertera

pada Tabel 24 berikut :

Tabel 24. Besar Galian C Sungai Ular


No Perhitungan Volume (m3/Tahun)
1 Prosida 172.000
2 Ashida (Sato) 289.000
3 Brown 231.000
Rata-rata 230.667

Sumber : Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2003

Besarnya volume kandungan bahan galian C yang terbawa arus Sungai Ular

adalah sebesar 230.667 m3/tahun. Menurut pengamatan Dinas Pengairan Bagian

Proyek Irigasi Wilayah Deli Serdang pengerukan bahan galian C pertahunnya

adalah sebesar 453.600 m3/tahun, maka terdapat kelebihan produksi sebesar

453.600 m3/Tahun – 230.667 m3/tahun = 222.933 m3/tahun. Jika dibandingkan

hasil pengamatan di lapangan yang dilaksanakan, total bahan galian C yang

dikeluarkan adalah 348.607,75 m3/tahun, maka akan diperoleh kelebihan produksi

sebesar 348.607,75 m3/tahun –230.667 m3/tahun = 117.940,75 m3/tahun.

Besarnya volume bahan galian C yang ditambang akan membawa dampak

lingkungan dalam jangka panjang berupa rusaknya tebing-tebing sungai, bantaran

sungai, serta tanaman di pinggiran badan air, sehingga diperlukan pemulihan

kondisi DAS di sekitarnya. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Kusumah

(2005) yang menyimpulkan bahwa pengusaha bahan galian C harus

lxxvii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
mengusahakan pengisian kembali dan perataan lahan bekas penambangan.

Apabila keadaan alam tidak mengizinkan atau tidak memungkinkan, harus

diajukan alternatif lainnya, untuk menjaga kelongsoran yang akan mengganggu

keseimbangan tata lingkungan hidup, maka kemiringan tebing harus diusahakan

sedemikian rupa sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan.

Pengusaha harus melaksanakan penanaman kembali pada semua daerah

bekas tambang terbuka. Apabila keadaan tanah tidak memungkinkan, harus

diajukan alternatif lain, apabila proses penanaman masih memerlukan waktu,

kecuali daerah untuk menampung air, maka pada tahap pertama tanah harus

ditanami rumput-rumputan atau tanaman kecil lainnya sebagai penutup

(Kesumah, 2005).

4.6. Pengujian Faktor-faktor

Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi Sungai Ular di Kabupaten Deli

Serdang antara lain penggunaan air yang bersumber dari Sungai Ular untuk kegiatan

pertanian, industri, domestik, perkotaan dan penambangan bahan galian C.

Berdasarkan data-data di lapangan terdapat fluktuasi potensi (debit) air Sungai

Ular serta penggunaan air tersebut seperti tertera pada Tabel 25 berikut :

Tabel 25. Rekapitulasi Debit Air Sungai Ular, Peruntukan Air dan Penambangan
Bahan Galian C.
No Kerakteristik Tahun
2000 2003 2004 2005
1 Debit 43,8 39,7 39,6 39,5

lxxviii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
2 Pertanian 22,2 21,09 20,57 20,56
3 Industri 0,8070 0,8580 0,9090 0,9090
4 Masyarakat 0,2430 0,2760 0.2930 0,3122
5 Perkotaan 0,0790 0,0897 0,953 0,1010
6 Penambangan 254.100 288.932 314.506 348.607
Galian C

Data di atas menunjukkan debit Sungai Ular semakin kecil dari tahun ke tahun.

Faktor penggunaan air untuk pertanian yang mempengaruhi potensi (debit)

Sungai Ular menghasilkan pengujian yang signifikan tertera pada Tabel 26 berikut :

Tabel 26. Hubungan Penggunaan Air Pertanian dengan Sungai Ular

Correlations :
Debit Pertanian
Debit Pearson Correlation 1 .957(*)
Sig. (2-tailed) . .043
N 4 4
Pertanian Pearson Correlation .957(*) 1
Sig. (2-tailed) .043 .
N 4 4
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sesuai dengan hasil analisis statistik di atas diperoleh bahwa penggunaan air

untuk pertanian (irigasi) memiliki hubungan yang saling terkait dengan potensi

Sungai Ular, hal ini dibuktikan dengan harga rs sebesar 0,957. Hubungan ini masih

dibuktikan dengan uji t hitung besarnya 4,665, serta dengan tabel (n=4; α=0,05)

sebesar 2,132 (Lampiran.3).

Berdasarkan perbandingan antara t hitung dengan tabel maka diperoleh t

hitung > tabel yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan air

untuk pertanian dengan potensi Sungai Ular.

lxxix
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Asmaruddin (2005), yang

menyimpulkan bahwa pemakaian air untuk irigasi pertanian memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap debit total air Sungai Ular, hal ini sesuai dengan besar debit

yang dibutuhkan untuk areal persawahan, Jika diteliti lebih lanjut besarnya debit air

yang mencapai 20,56 m2/det sangat mempengaruhi badan air Sungai Ular.

Faktor penambangan bahan galian C yang mempengaruhi potensi (debit) Sungai

Ular menghasilkan pengujian yang signifikan seperti tertera pada Tabel 27 berikut :

Tabel 27. Hubungan Penambangan Bahan Galian C dengan Sungai Ular

Correlations :
Debit Galian C
Debit Pearson Correlation 1 .993(*)
Sig. (2-tailed) . .007
N 4 4
Galian C Pearson Correlation .993(*) 1
Sig. (2-tailed) .007 .
N 4 4
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil analisis statistik di atas diperoleh bahwa penambangan bahan

galian C memiliki hubungan yang saling terkait dengan potensi Sungai Ular, hal ini

dibuktikan dengan harga rs sebesar 0,993. Hubungan ini masih dibuktikan dengan uji

t hitung yang besarnya 11,889 serta dengan tabel (n=4; α=0,05) sebesar 2,132

(Lampiran 4).

Berdasarkan perbandingan antara t hitung dengan tabel maka diperoleh t hitung

> tabel yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara penambangan bahan

galian C dengan potensi Sungai Ular. Hal ini selaras dengan pendapat Kesumah

lxxx
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
(2005) bahwa pengelolaan bahan galian C sangat berhubungan erat dengan

penyelamatan sumberdaya alam di sekitarnya. Pengerukan bahan-bahan galian C

seperti pasir, kerikil maupun batu alam memberikan andil yang besar bagi kelestarian

lingkungan, demikian halnya perambahan hutan di hulu sungai juga memberikan

andil terhadap besar kecilnya debit air sungai.

Selanjutnya Kesumah (2005) juga menyatakan bahwa penambangan galian C

pada tepi dan badan sungai di sepanjang Sungai Ular memberikan pengaruh antara

lain: penurunan elevasi / permukaan sungai dari 0,87 m UP tahun 1999 menjadi 0,61

UP pada tahun 2005, dengan penurunan rata-rata 0,0433 UP m/tahun, serta

bertambah lebar badan sungai dari rata-rata 42 meter tahun 1999 menjadi rata-rata 68

meter pada tahun 2005. Jika diteliti lebih lanjut keadaan ini mengakibatkan rusaknya

tata lahan di sepanjang badan Sungai Ular.

Faktor penggunaan air untuk industri yang mempengaruhi potensi (debit)

Sungai Ular menghasilkan pengujian yang signifikan seperti tertera pada Tabel 28

berikut :

Tabel 28. Hubungan Penggunaan Air Industri dengan Sungai Ular


Debit Industri
Debit Pearson Correlation 1 -.886
Sig. (2-tailed) . .114
N 4 4
Industri Pearson Correlation -.886 1
Sig. (2-tailed) .114 .
N 4 4

Berdasarkan hasil analisis statistik di atas diperoleh bahwa penggunaan air

untuk industri tidak memiliki hubungan yang terkait dengan potensi Sungai Ular, hal

lxxxi
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
ini dibuktikan dengan harga rs sebesar -0,886. Hubungan ini masih dibuktikan dengan

uji t hitung yang besarnya -2,7022 serta dengan tabel (n=4; α=0,05) sebesar 2,132

(Lampiran 5). Berdasarkan perbandingan antara t hitung dengan tabel maka diperoleh

t hitung < tabel yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

penggunaan air untuk industri dengan potensi Sungai Ular.

Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Asmaruddin (2005) yang

mengatakan bahwa pemakaian air untuk industri tidak memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap debit total air Sungai Ular, hal ini ditunjukkan besarnya debit

yang dibutuhkan kegiatan industri yang mencapai 0,908 m3/det.

Faktor penggunaan air untuk masyarakat/ domestik yang tidak mempengaruhi

potensi (debit) Sungai Ular menghasilkan pengujian yang signifikan seperti tertera

pada Tabel 29 berikut :

Tabel 29. Hubungan Penggunaan Air Untuk Masyarakat dengan Sungai Ular

Correlations :
Debit Masyarakat
Debit Pearson Correlation 1 -.883
Sig. (2-tailed) . .111
N 4 4
Masyarakat Pearson Correlation -.883 1
Sig. (2-tailed) .111 .
N 4 4

Berdasarkan hasil analisis statistik di atas diperoleh bahwa penggunaan air

untuk masyarakat tidak memiliki hubungan yang terkait dengan potensi Sungai Ular,

hal ini dibuktikan dengan harga rs sebesar -0,883. Hubungan ini masih dibuktikan

dengan uji t hitung yang besarnya -2,6605 serta dengan tabel (n=4; α=0,05) sebesar

lxxxii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
2,132 (Lampiran 6). Berdasarkan perbandingan antara t hitung dengan tabel maka

diperoleh t hitung < tabel yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

penggunaan air untuk masyarakat dengan potensi Sungai Ular.

Keadan ini selaras dengan hasil penelitian Asmaruddin (2005) yang

menyimpulkan bahwa kebutuhan air untuk domestik tidak memberikan pengaruh

terhadap debit total air Sungai Ular, hal ini ditunjukkan besarnya debit yang

dibutuhkan kegiatan domestik yang mencapai 0,293 m3/det serta terdapatnya

kecenderungan kenaikan kebutuhan air tersebut sesuai dengan perkembangan jumlah

penduduk

Faktor penggunaan air untuk perkotaan yang mempengaruhi potensi (debit)

Sungai Ular menghasilkan pengujian yang signifikan seperti tertera pada Tabel 30

berikut :

Tabel 30. Hubungan Penggunaan Air untuk Perkotaan dengan Sungai Ular

Correlations :
Debit Perkotaan
Debit Pearson Correlation 1 -.889
Sig. (2-tailed) . .111
N 4 4
Perkotaan Pearson Correlation -.889 1
Sig. (2-tailed) .111 .
N 4 4

Berdasarkan hasil analisis statistik di atas diperoleh bahwa penggunaan air

untuk perkotaan tidak memiliki hubungan yang terkait dengan potensi Sungai Ular,

hal ini dibuktikan dengan harga rs sebesar -0,883. Hubungan ini masih dibuktikan

lxxxiii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
dengan uji t hitung yang besarnya -2,7456 serta dengan tabel (n=4; α=0,05) sebesar

2,132 (Lampiran 7).

Berdasarkan perbandingan antara t hitung dengan tabel maka diperoleh t hitung

< tabel yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan air

untuk perkotaan dengan potensi Sungai Ular.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Potensi Sungai Ular khususnya debit air mengalami penurunan sejak

tahun 1989 hingga tahun 2005. Namun debit Sungai Ular masih

mampu untuk memenuhi kebutuhan air untuk kegiatan pertanian

(irigasi), industri, masyarakat (domestik), serta untuk kebutuhan

perkotaan. Potensi Sungai Ular untuk bahan galian C adalah sangat

kurang, hal ini disebabkan penambangan bahan galian C lebih besar

dibandingkan dengan kemampuan Sungai Ular untuk memperbaiki

badan air.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi potensi Sungai Ular, khususnya

debit air adalah penggunaan air untuk pertanian (irigasi) serta

lxxxiv
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
penambangan bahan galian C, sedangkan penggunaan air untuk

kepentingan industri, penggunaan air untuk masyarakat dan untuk

kegiatan perkotaan adalah tidak berpengaruh.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka perlu disarankan :

1. Diperlukan penghematan penggunaan air untuk pertanian melalui

program buka tutup irigasi. Pada saat persawahan membutuhkan air,

maka saluran irigasi dapat dibuka sesuai dengan kebutuhan, demikian

sebaliknya pada saat persawahan tidak membutuhkan air, maka

saluran air kembali ditutup. Demikian halnya diperlukan perbaikan

lahan di sekitar Sungai Ular, sehingga lahan-lahan yang semula

diperuntukkan sebagai bantaran sungai, dikembalikan sesuai dengan

peruntukkannya, serta menanaminya dengan berbagai tumbuhan

pohon tahunan.

2. Dibutuhkannya penertiban terhadap kegiatan penambangan bahan

galian C, sehingga kerusakan badan air Sungai Ular tidak berlanjut.

Demikian halnya kegiatan lainnya yang menggunakan air dari Sungai

Ular harus dapat disesuaikan dengan kemampuan sungai untuk

lxxxv
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
menyesuaikan diri, sehingga Sungai Ular sebagai sumberdaya alam

dapat dilestarikan

3. Dibutuhkannya penelitian lanjutan tentang perubahan (alih fungsi)

lahan di sekitar Sungai Ular yang mempengaruhi keberadaan badan air

Sungai Ular.

lxxxvi
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S., Pryanto, A., dan Nasoetion, L. I. 1985. Pengembangan DAS. Penerbit
Institut Pertanian Bogor

Asmaruddin. 2005. Analisis Ketersediaan Debit Air Sungai Ular terhadap Pemakai
Air Irigasi, Industri, Domestik, dan Perkotaan di Kabupaten Serdang
Bedagai dan Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara. Tesis. Tidak
Dipublikasikan.

lxxxvii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
BPS Provinsi Sumatera Utara. 2004. Deli Serdang Dalam Angka.

BPS Provinsi Sumatera Utara. 2004. Statistik Wisatawan Mancanegara Sumatera


Utara.

BPS Deli Serdang, 2005. Kecamatan Beringin Dalam Angka.

BPS Deli Serdang, 2005. Kecamatan Pagar Merbau Dalam Angka.

BPS Deli Serdang, 2005. Kecamatan Kotarih Dalam Angka.

BPS Deli Serdang, 2005. Kecamatan Galang Dalam Angka.

BPS Deli Serdang, 2005. Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka.

BPS Deli Serdang, 2005. Kecamatan Lubuk Pakam Dalam Angka.

Budiman. 1995. Prinsip Pengelolaan Pembangunan Masyarakat Di Dunia


Pertambangan, dalam Akses Peran Serta Masyarakat Lebih Jauh
Memahami Community Development. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2005. Kamus Bahasa


Indonesia.

Dinas PU Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2001. Bagpro PSA Hidrologi Sumatera
Utara. Publikasi Hasil Pengolahan Data Debit Sungai Ular Tahun 2001

Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2002. Bagpro PSA Hidrologi Sumatera
Utara. Publikasi Hasil Pengolahan Data Debit Sungai Ular Tahun 2002

Dinas PU Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2003. Data Sungai di Sumatera Utara
Menurut SWS 2003

lxxxviii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sumatera Utara. 2004. Laporan Berkala Tahunan
Kondisi Wilayah Sungai Belawan-Ular-Belumai.

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Departemen Permukiman dan Prasarana


Wilayah, 2003. Kebutuhan Dasar Air Bersih

Direktorat Cipta Karya Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003.


Kebutuhan Air Berdasarkan Kota

Djamal Z. 1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi, Ekosistem, Komunitas dan


Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.

Hadiwardjo. 1997. ISO 14001. Panduan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan.


PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Husein H. 1992. Berbagai Aspek Hukum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.


Bumi Aksara. Jakarta.

Johan. 2004. Kajian Sistem Manajemen Operasional dan Pemeliharaan Sungai Ular.
Universitas Sumatera Utara. Tesis.

Kesumah E. 2005. Pengaruh Kegiatan Penambangan Galian C Terhadap Bangunan


Pengambilan Bebas. Universitas Sumatera Utara. Tesis. Tidak
Dipublikasikan.

Kompas. 2003. Tolak Penambangan Liar. Massa Bakar Alat Berat Pengusaha. Krisis
air Sungai Ular khususnya di Kabupaten Deli Serdang adalah
Diakibatkan Karena Adanya Penggundulan Hutan, Baik yang Dilakukan
Secara Resmi dan Tidak Resmi dalam Waktu yang Cukup Lama http :
//www.Kompas.co.id/kompas-cetak/0312/26/ daerah/767562.htm Diakses
24 September 2007

Mardjono. 1991. Irigasi dalam Kerangka Pengembangan Wilayah Sungai, dalam


Irigasi di Indonesia. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan
Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta.

lxxxix
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Murtopo. 1997. Keserasian Lingkungan Hidup. Makalah dalam Diskusi Panel

Islam dan Lingkungan Hidup. Tanggal 19 April 1997. Jakarta.

Nazir M. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Pasandaran E. 1991. Irigasi di Indonesia. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan


Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta.

Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14.000. PT


Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Rahim 1989. Kegiatan Sistem Manajemen Operasional dan Pemeliharaan Sungai


Ular

Soemarwoto O. 1997. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.. Gajah Mada


University Press. Yogyakarta.

Sukandarrumidi. 1999. Bahan Galian Industri. Gadjah Mada University Press.


Yogjakarta.

Suryani. 1987. Lingkungan : Sumberdaya Alam dan Kependudukan dalam


Pembangunan. UI – PRESS. Jakarta

Syahrianto. 2003. Menyikapi 88.000 Ha Areal Persawahan Petani Terancam


Kekeringan dan Rencana Waduk Pemerintah Deli Serdang. Paguyuban
Petani Deli Serdang. http://www.fppm.org/menyikapi%20waduk.htm
Diakses 27-9-2007

Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup.

Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

xc
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Undang-undang Repuplik Indonesia No. 37 Tahun 1960 juncto No. 11 Tahun 1967
tentang Pokok-pokok Pertambangan.

Utomo W, H. 1989. Konservasi Tanah. Suatu Analisis dan Rekaman. Radjawali


Press. Jakarta.

Warsi. 2003. Galian C Kendala Pembangunan Pelabuhan Samudera Jambi.


Republika Online. Senin 21 April 2003.

Lampiran 1. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Ular

Lampiran 2. Foto-Foto Penelitian

xci
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Lampiran 2-1 : Foto Persawahan Masyarakat

Persawahan Masyarakat di Tepi Sungai Ular

Lampiran 2-2 : Foto Salah Satu Tanaman di Tepi Sungai Ular

Salah Satu Tanaman di Tepi Sungai Ular

xcii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Lampiran 2-3 : Foto Salah Satu Bekas Penambangan di Sungai Ular

Salah Satu Bekas Penambangan di Sungai Ular


(Difoto pada sore hari)

Lampiran 2-4 : Foto Salah Satu Areal Terlantar di Tepi Sungai Ular

Salah Satu Areal Terlantar di Tepi Sungai Ular

xciii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Lampiran 2-5 : Foto Bangunan
Pintu Air Lampiran 2-6 : Foto Badan Air
Sungai Ular

Bangunan Pintu Air Badan Air Sungai Ular


(Difoto dari atas Sungai Ular) (Difoto dari Tepi Sungai Ular)

Lampiran 2-7 : Foto Badan Air


Sungai Ular

xciv
Badan Air Sungai Ular
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008 (Difoto dari Atas Perahu di Tengah Sungai Ular)
Lampiran 3. Perhitungan Statistik Uji “t”

a. Perhitungan Statistik Hubungan antara Penggunaan Air untuk Pertanian dengan


Potensi Sungai Ular

Uji t
n-2
t= 1 – r s2
Harga rs = 0,957
n=4
t tabel = 2,132
Maka akan diperoleh

4-2
t = 0, 957
1 – 0,957 2

t = 4,665

Kesimpulan t hitung > tabel

b. Perhitungan Statistik Hubungan antara Penambangan Bahan Galian C dengan


Potensi Sungai Ular

Uji t
n-2
t = rs
1 – r s2

xcv
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
Harga rs = 0,993
n=4
t tabel = 2,132
Maka akan diperoleh

4-2
t = 0, 993
1 – 0,993 2

t = 11,889

Kesimpulan t hitung > tabel

c. Perhitungan Statistik Hubungan antara Penggunaan Air untuk Industri dengan


Potensi Sungai Ular

Uji t
n-2
t = rs
1 – r s2
Harga rs = - 0,886
n=4
t tabel = 2,132
Maka akan diperoleh

4-2
t = -0, 886
1 – 0,886 2

t = -2,7022

Kesimpulan t hitung < tabel

xcvi
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
d. Perhitungan Statistik Hubungan antara Penggunaan Air untuk Masyarakat
dengan Potensi Sungai Ular

Uji t
n-2
t = rs
1 – r s2
Harga rs = - 0,883
n=4
t tabel = 2,132
Maka akan diperoleh

4-2
t = -0, 883
1 – 0,883 2

t = -2,6605

Kesimpulan t hitung < tabel

xcvii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
e. Perhitungan Statistik Hubungan antara Penggunaan Air untuk Perkotaan
dengan Potensi Sungai Ular

Uji t
n-2
t = rs
1 – r s2
Harga rs = - 0,889
n=4
t tabel = 2,132
Maka akan diperoleh

4-2
t = -0, 889
1 – 0,889 2

t = -2,7456

Kesimpulan t hitung < tabel

xcviii
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008
xcix
Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
USU e-Repository © 2008

Anda mungkin juga menyukai