1. Latar Belakang
Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) telah menjadi
salah satu program andalan nasional (Pemerintah dan Pemerintah Daerah) untuk
meningkatkan akses penduduk perdesaan terhadap fasilitasi air minum dan sanitasi yang layak
dengan pendekatan berbasis masyarakat. Program Pamsimas I yang dimulai pada Tahun 2008
sampai dengan Tahun 2012 dan Pamsimas II dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2015
telah berhasil meningkatkan jumlah warga miskin perdesaan dan pinggiran kota yang dapat
mengakses pelayanan air minum dan sanitasi, serta meningkatkan nilai dan perilaku hidup
bersih dan sehat di sekitar 12.000 desa yang tersebar di 233 kabupaten/kota di Indonesia.
Pamsimas merupakan program yang membantu pemerintah Kabupaten dan Desa serta
masyarakat untuk meningkatkan jumlah warga yang mempunyai akses air minum layak dan
sanitasi aman serta perubahan perilaku hidup bersih dan sehat serta membantu sinkronisasi
antar program air minum dan sanitasi di tingkat Kabupaten dan Desa guna percepatan
pencapaian akses universal air minum dan sanitasi. Selain itu, Pamsimas membantu
pemerintah kabupaten dan pemerintah desa untuk dapat mempunyai strategi dan kebijakan
yang lebih baik, serta penyempurnaan perencanaan dan peningkatan belanja di bidang air
minum dan sanitasi.
Untuk mempercepat pencapaian target akses universal air minum dan sanitasi dilakukan
dengan melakukan kolaborasi dengan semua komponen, baik dengan pemerintah maupun
swasta. Bentuk dari kolaborasi dapat berupa kerjasama dalam hal dana, pelatihan maupun
kegiatan lainnya yang mendukung pemenuhan air minum dan sanitasi. Pemerintah berupaya
memenuhi target akses universal dengan melakukan sinergitas program dan penganggaran
dari tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten termasuk Pemerintahan Desa.
Peran Pemerintah Desa dalam pencapaian universal akses air minum dan sanitasi
diimplementasikan sesuai dengan kewenangan Desa. Adapun tugas Pemerintah Desa dalam
hal ini Kepala Desa sesuai dengan UU No 6 tahun 2014 tentang Desa meliputi
menyelenggarakan Pemerintah Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, Pembinaan
kemasyarakatan Desa dan Pemberdayaaan Desa.
Berkaitandenganhaltersebutmakakegiatanpencapaianpemenuhan air minum dan sanitasi
merupakan bagian dalam tugas dan kewenangannya.
Bentuk yang konkret melalui perencanaan dan penganggaran. Di tingkat Desa dilakukan
sinkronisasi perencanaan pada PJM ProAKSi/ RKM dengan RPJM Desa/RKP Desa melalui proses
integrasi perencanaan dan penganggaran. Untuk melakukan integrasikan PJM Pro aksi /RKM
kedalam dokumen perencanaan dan penganggaran desa, maka perlu adanya penyamaan
persepsi oleh para pelaku Pamsimas baik khususnya kepada aparat pemerintahan Desa.
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu melakukan peningkatan kapasitas bagi aparat
pemerintah Desa termasuk aparat Kecamatan melalui kegitan pelatihan. Kegiatan pelatihan
bagi aparat Desa dan Kecamatan memuat tentang Integrasi PJM Pro Aksi/ RKM kedalam
dokumen Perencanaan dan Penganggaran Desa. Pelatihan bagi aparat Desa dan aparat
Kecamatan dalam diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pemenuhan air minum dan sanitasi
dalam RPJMDesa, RKP dan APBDesa.
1
2. Tujuan
a. Peserta mempunyai kesamaan pemahaman tentang integrasi PJMPro Aksi/RKM kedalam
Dokumen RPJM Desa/ RKP Desa;
b. Peserta mampu melakukan integrasi PJMPro Aksi/ RKM kedalam Dokumen RPJM Desa/
RKP Desa;
c. Peserta mempunyai komitmen untuk pengintegrasian PJMPro Aksi/ RKM kedalam
Dokumen RPJM Desa/ RKP Desa dan menganggarkan kedalam APBDes dalam upaya
pencapaian akses universal.
b. Pemandu
Kegiataniniakan difasilitasiolehPemandu
No Unsur Jumlah
1 Pemandu Kabupaten 2 orang / Kabupaten
2 DPMU 2 orang / Kabupaten
2
c. Peserta
Peserta kegiatan Pelatihan meliputi desa lama dan desa baru yang terdiri dari :
1. Kepala Desa
2. Camat
Nama
No Provinsi Kabupaten Nama Desa Total
Kecamatan
1 Papua Merauke Merauke Wasur 2
Naukenjerai Onggaya 2
Tomer 1
Tomerau 1
3
6. Materi Dan Metode
a. Materi dalam kegiatan Pelatihan integrasi PJM Pro-AKSI/ RKM dalam rangka pencapaian
Universal Access kedalam dokumen perencanaan dan penganggaran Desa meliputi :
No Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Metode
1 Orientasi dan 1.1. Alur Pelatihan dan Kontrak CTJ, Curah Pendapat
Pengorganisasian Belajar
1.2. Pemetaan awal Penugasan
2 Kebijakan 2.1. Arah dan Kebijakan Ceramah
Pemerintah dan Pembangunan bidang Tanya Jawab
Peran Stake holder AMS,Peran Pemerintah
Daerah dalam
Pengarusutamaan /
Prioritasisasi
pembangunan AMS
2.2. Kebijakan dan Ceramah
Perkembangan Pamsimas Tanya Jawab
III
2.3. Penguatan Kader AMPL Ceramah
dan Penguatan Tanya Jawab
Kelembagaan BPSPAMS,
Perencanaan dan
Penganggaran Desa
2.4. Peningkatan Perilaku dan Ceramah
Layanan Hidup Bersih dan Tanya Jawab
Sehat melalui STBM
3 Integrasi 3.1. Pengantar tentang Ceramah
Perencanaan dan perencanaan dan Tanya Jawab
Penganggaran Desa penganggaran Desa
3.2. Pengantar penyusunan PJM Ceramah
Proaksi dan RKM Tanya Jawab
3.3. Integrasi PJM ProAKSI ke Curah Pendapat;
dalam RPJM Desa Ceramah dan Tanya Jawab
Diskusi kelompok
3.4 Integrasi RKM ke dalam CurahPendapat;
RKPDesa Ceramah dan Tanya Jawab
Diskus ikelompok
3.5. Penyusunan APBDes CurahPendapat;
Ceramah dan Tanya Jawab
Diskusi kelompok
3.6. Praktek integrasi PJM CurahPendapat;
ProAksi/ RKM ke dalam Ceramah dan Tanya Jawab
RPJM Desa/ RKP Desa dan Diskusi kelompok
penyusunan APBDesa Praktek
4 Pembulatan 4.1. RKTL dan Penugasan
Penandatanganan Diskusi Kelompok
Komitmen
4.2. Pemetaanakhir Penugasan
4.3. Penutupan Ceramah, serimonial
penutupan
4
7. Metodologi
Metode yang digunakan dalam penyelenggaraan Pelatihan bagi aparat Desa dan aparat
Kecamatan tentang Integrasi PJM Pro AKSI/RKM kedalam dokumen perencanaan dan
penganggaran desa mengutamakan pendekatan pembelajaran orang dewasa (andragogi),
yaitu mendorong partisipasi aktif peserta, berbagi pengalaman diantara peserta, apresiasi
terhadap pengalaman-pengalaman yang direalisasikan dalam pelbagai metode yaitu:
Ceramah, Curah Pendapat, Diskusi Kelompok, Diskusi Plenodan praktek. Media yang
digunakan dalam proses pembelajaran pelatihanini skenario simulasi. Belajar dari
pengalaman didasari dengan pendekatan pembelajaran orang dewasa (POD) menjadi
landasan pendekatan seluruh proses pelatihan, dimana peserta menjadi pelaku utama
dalam rangka mencapai tujuan kegiatan.
5
Jadwal Pelatihan
9. Pelaporan
Laporan kegiatan pelatihan aparat desa dan Kecamatan disusun oleh Kordinator Kabupaten
(DC) diserahkan kepada PPK Pembinaan Pelaksanaan Wilayah masing-masing melalui ROMS
dan dilaporkan melalui aplikasi SIM Pamsimas (MIS dan QS) atau aplikasi CB Online.
6
11. Pembiayaan
Biaya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan kegiatan dibebankan pada kontrak manajemen
ROMS.