Anda di halaman 1dari 11

Laporan Kasus ACC DPJP

Divisi Ilmu THT-KL

RSU Muhammad Ali Kasim dr.Muhammad Reza Sp.THT-KL

Otitis Media Akut Stadium Perforasi


dr Eva Rahma Hayani
Bagian Ilmu THT-KL , RSU Muhammad Ali Kasim, Gayo lues, Aceh

ABSTRAK
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media sering diawali dengan infeksi
pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat
saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi
di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan
datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh
bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam
telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir
yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga. Perempuan usia
20 tahun, seorang mahasiswi datang dengan keluhan keluar cairan dari telinga kanan yang
dialami sejak 2 minggu ini. Cairan tersebut berwarna putih kekuningan, berbau dan tidak
bercampur darah. Keluhan ini baru pertama kali dirasakan. Os juga mengeluh adanya nyeri
telinga bagian dalam dan adanya penurunan fungsi pendengaran. Riwayat panas badan disertai
batuk pilek dirasakan sejak 1 minggu sebelum keluar cairan dari telinga. Nyeri telinga dan panas
badan dirasakan berkurang setelah keluar cairan dari telinga. Pemeriksaan fisik telinga kanan
pada liang telinga didapatkan sekret purulen dan berbau, setelah dibersihkan didapatkan
membran timpani didapatkan perforasi sentral tepi rata, hiperemis, refleks cahaya negatif.
Pasien didiagnosis otitis media akut stadium perforasi auricula dextra , dengan penatalaksanaan
berupa terapi konservatif yaitu toilet telinga, pemberian antibiotik serta kortikosteroid.

Kata kunci : Otitis Media Akut, Tuba Eustachius, Keluar cairan, Nyeri telinga
PENDAHULUAN
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tubaeustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. otitis media terbagi atas otitis
mediasupuratif dan non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronis.Otitis
media akut termasuk kedalam jenis otitis media supuratif. Selain itu, terdapat juga jenis otitis
media spesifik, yaitu otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitik, dan otitismedia adhesiva.1
Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian atau seluruh bagian mukosa
telinga tengah, tuba Eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid yang berlangsung mendadak
yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun virus ke dalam telinga tengah baik secara langsung
maupun secara tidak langsung sebagai akibat dari infeksi saluran napas atas yang berulang.1
Tuba Eusthacius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring yang berfungsi sebagai ventilasi, drainase sekret dan menghalangi masuknya sekret
dari nasofaring ke telinga tengah.1
Prevalensi kejadian OMA banyak diderita oleh anak-anak maupun bayi
dibandingkan pada orang dewasa tua maupun dewasa muda. Pada bayi terjadinya OMA
dipermudah oleh karena tuba Eustachius lebih pendek, lebar dan letaknya agak horizontal. Pada
anak-anak makin sering menderita infeksi saluran napas atas, maka makin besar pula
kemungkinan terjadinya OMA disamping oleh karena system imunitas anak yang belum
berkembang secara sempurna.1
Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada saluran pernapasan
atas. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media berusia 1 thn sekitar 62%, sedangkan
anak-anak berusia 3 thn sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami
minimal satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka
mengalaminya tiga kali atau lebih. .1
KASUS
Ny.K usia 20 tahun, seorang mahasiswi datang dengan keluhan keluar cairan dari telinga
kanan yang dialami sejak 2 minggu ini. Cairan tersebut berwarna putih kekuningan, berbau dan
tidak bercampur darah. Keluhan ini baru pertama kali dirasakan. Os juga mengeluh adanya nyeri
telinga bagian dalam dan adanya penurunan fungsi pendengaran. Keluhan berupa telinga
berdenging, berdengung ataupun rasa penuh di telinga disangkal. Riwayat panas badan disertai
batuk pilek dirasakan sejak 1 minggu sebelum keluar cairan dari telinga. Nyeri telinga dan panas
badan dirasakan berkurang setelah keluar cairan dari telinga. Tidak ada keluhan pada telinga kiri.
Keluhan sakit tenggorokan, nyeri menelan, suara sengau, benjolan di leher disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah

110/80 mmHg, nadi 86x/menit, frekuensi pernafasan 22 x/menit, suhu 36,7oC. Pada
pemeriksaan fisik telinga kanan pada liang telinga didapatkan sekret purulen dan berbau,
setelah dibersihkan didapatkan membran timpani didapatkan perforasi sentral tepi rata,
hiperemis, refleks cahaya negatif.
Pemeriksaan penunjang darah lengkap, audiometri serta rontgen tidak dilakukan. Pasien
didiagnosis otitis media akut stadium perforasi auricula dextra. Tatalaksana pada pasien ini yaitu
pembersihan liang telinga dengan suction, pemberian obat cuci telinga H2O2 3%, dan pemberian
antibiotik ofloxacin tetes telinga dua tetes diberikan dua kali sehari, ciprofloxacin tablet 500 mg
diberikan tiga kali sehari dan metilprednisolon 4 mg diberikan tiga kali sehari.
Pasien diedukasi untuk menghindari air masuk ke telinga ketika mandi dan hindari
aktivitas yang berhubungan dengan air yang memungkinkan air masuk ke telinga seperti
berenang.
DISKUSI
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Telinga tengah biasanya steril, meskipun
terdapat mikroba ke dalam di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme
pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius,
enzim dan antibody. Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu.
Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi
tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu,
sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.1,3
Pada pasien menunjukkan manifestasi klinis berupa telinga mengeluarkan cairan sejak 2
minggu. Cairan tersebut berwarna putih kekuningan, berbau dan tidak bercampur darah. Os juga
mengeluh adanya nyeri telinga bagian dalam dan adanya penurunan fungsi pendengaran.
Riwayat panas badan disertai batuk pilek dirasakan sejak 1 minggu sebelum keluar cairan dari
telinga. Nyeri telinga dan panas badan dirasakan berkurang setelah keluar cairan dari telinga.
Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran nafas atas. Pada
anak, makin sering anak terserang infeksi saluran nafas, makin besar kemungkinan terjadinya
OMA. Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media. Pertahanan
tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam
telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu faktor penyebab yang
paling sering. Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus
hemoliticus, Staphylococcus aureus, Pneumococcus, Haemophilus influenza, Escherichia coli,
Streptococcus anhemolyticus, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa.¹ Sejauh ini
Streptococcus pneumonia merupakan organisme penyebab tersering pada semua kelompok
umur. Sedangkan Haemophilus influenza adalah patogen tersering yang ditemukan pada anak di
bawah usia lima tahun. Meskipun juga patogen pada orang dewasa.1,4,5
Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis
media akut (OMA), karena dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya
agak horisontal. Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena
beberapa hal, yaitu: 6,7

(1) Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan,


(2) Saluran eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga
ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.
(3) Adenoid (salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam kekebalan
tubuh) pada anak relative lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi adenoid
berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat
mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu, adenoid sendiri dapat
terinfeksi dimana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluran
Eustachius.
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan
atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui
saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi
pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk
melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka
sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan
jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah
terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang
telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di
telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya
sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan
gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga
akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat
merobek gendang telinga karena tekanannya.1,9

Stadium OMA

Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium.
Keadaan ini berdasarkan pada gambaran membran timpani yang diamati melalui liang telinga
luar.

1. Stadium oklusi tuba Eustachius


Tanda oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya
tekanan negatif di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara. Kadang-kadang membran timpani
tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat
dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus
atau alergi.1,4
2. Stadium hiperemis (stadium pre-supurasi)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh
membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih
bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.1,4

3. Stadium supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta
terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol
(bulging) ke arah liang telinga luar.1,4

Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi, dan suhu meningkat, serta rasa nyeri
di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan pus di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi
iskemia,akibat tekanan pada kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan
nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah
yang lebih lembek dan berwarna kekuningan, di tempat ini akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka
kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar. Dengan
melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur
(perforasi) tidak mudah menutup kembali.1,4

4. Stadium perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang
tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan pus keluar mengalir dari telinga tengah
ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan
anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut otitis media akut stadium perforasi.1,4,2

Pada pasien ini pemeriksaan telinga kanan pada liang telinga didapatkan sekret
purulen dan berbau, setelah dibersihkan didapatkan membran timpani didapatkan perforasi
sentral tepi rata, hiperemis, refleks cahaya negatif.

5. Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan normal
kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya
tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa
pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar
terus-menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis
media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.1,4,9
Gejala klinik otitis media akut tergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada
anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah nyeri telinga, suhu tubuh tinggi dan
biasanya ada riwayat batuk pilek sebelumnya.1
Pada anak yang lebih besar atau orang dewasa disamping rasa nyeri terdapat pula
gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak
kecil gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi sampai 39,5 °C (stadium supurasi), anak gelisah
dan sulit tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang. Bila terjadi ruptur
membran timpani maka sekret mengalir ke liang telinga luar, suhu tubuh turun dan anak tertidur
tenang.1,2

Diagnosis
Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut.1,4,7
1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)
2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di telinga
tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut: (1)
menggembungnya gendang telinga, (2) terbatas / tidak adanya gerakan gendang telinga,
(3) adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga, (4) cairan yang keluar dari
telinga.
3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah
satu di antara tanda berikut: (1) kemerahan pada gendang telinga, (2) nyeri telinga yang
mengganggu tidur dan aktivitas normal. 

Penatalaksanaan
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Tujuan dari pengobatan yaitu
menghilangkan tanda dan gejala penyakit, eradikasi infeksi, dan pencegahan komplikasi.1,4,6
Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba
eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak
<12 thn dan HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk anak yang berumur >12 thn atau
dewasa. Selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan antibiotik.1,4,
Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Bila
membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang
diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi
dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar
konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak
diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40
mg/kgBB/hari.1,4
Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan
miringotomi bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala- gejala klinis lebih
cepat hilang dan rupture dapat dihindari. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar nyeri
dapat berkurang.1,4
Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar terjadi
drainese sekret telinga tengah. Miringotomi dilakukan bila ada cairan yang menetap di telinga
setelah 3 bulan penanganan medis dan terdapat gangguan pendengaran. Miringotomi harus
dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang dan dapat dikuasai agar membran
timpani dapat terlihat dengan baik. Biasanya pada anak kecil dignakan anastesi umum. Lokasi
miringotomi adalah di kuadran posteroinferior.1,4
Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta
antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam
waktu 7-10 hari.1,4
Stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada
lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak
sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membrane timpani. Pada keadaan ini
antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.1,4

Komplikasi
Sebelum ada antibiotika komplikasi dapat terjadi dari yang ringan hingga berat tetapi
setelah ada antibiotika komplikasi biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari otitis media
supuratif kronis. OMA dengan perforasi membran timpani dapat berkembang menjadi otitis
media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan
beberapa faktor antara lain higienes, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan
daya tahan tubuh yang kurang baik.1,10
Komplikasi yang dapat terjadi adalah mastoidis, paralisis nervus fascialis, komplikasi ke
intrakranial seperti abses ekstradural, abses subdural, meningitis, abses otak, trombosis sinus
lateralis, otittis hidrocephalus, labirintis dan petrosis.1,10
KESIMPULAN
Perempuan usia 20 tahun, seorang mahasiswi datang dengan keluhan keluar cairan dari
telinga kanan yang dialami sejak 2 minggu ini. Cairan tersebut berwarna putih kekuningan,
berbau dan tidak bercampur darah. Keluhan ini baru pertama kali dirasakan. Os juga mengeluh
adanya nyeri telinga bagian dalam dan adanya penurunan fungsi pendengaran. Keluhan berupa
telinga berdenging, berdengung ataupun rasa penuh di telinga disangkal. Riwayat panas badan
disertai batuk pilek dirasakan sejak 1 minggu sebelum keluar cairan dari telinga. Nyeri telinga
dan panas badan dirasakan berkurang setelah keluar cairan dari telinga.
Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik pasien didiagnosis otitis media akut
stadium perforasi auricula dextra , dengan penatalaksanaan pada pasien berupa terapi
konservatif yaitu toilet telinga, pemberian antibiotik serta kortikosteroid. Pasien ini
dilakukan irigasi telinga dengan H2O2 3 %. Toilet atau pembersihan telinga dilakukan
untuk menjaga agar telinga tetap bersih dan kering. Toilet telinga dapat menggunakan
kapas lidi steril atau suctioning untuk menghilangkan pus dan debris. Toilet telinga
dapat dilakukan 2-3x perhari.
DAFTAR PUSTAKA

1. Efiaty AS, Nurbaiti, Jenny B, Ratna DR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga, Hidung,
Tenggorokan Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta FKUI, 2007: 10-14, 65-74.
2. Diagnosis and management of acute otitis media. Pediatrics. 2004. Available at :
http://pediatrics.aappublications.org/content/113/5/1451.full.html
3. Picture of ear anatomy. Available at :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002077.htm
4. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar
ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001.
h. 49-62
5. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid. Dalam:
Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997:
88-118
6. Berman S. Otitis media ini developing countries. Pediatrics. July 2006. Available from
URL: http://www.pediatrics.org
7. Epidemiology of acute otitis media. Available at :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2732519
8. Niemela M, Uhari M, Jounio-Ervasti K, Luotonen J, Alho OP, Vierimaa E. Lack of
specific symptomatology in children with acute otitis media. Pediatr Infect Dis
J.1994;13 :765– 768
9. Pelton SI. Otoscopy for the diagnosis of otitis media. Pediatr Infect Dis J.1998;17 :540–
543
10. Klein JO, McCracken GH Jr. Introduction: current assessments of diagnosis and
management of otitis media. Pediatr Infect Dis J.1998;17 :539

Anda mungkin juga menyukai