Galuh Indraswari
Galuh Indraswari
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Oleh :
GALUH INDRASWARI
NIM: E0005021
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disusun oleh :
GALUH INDRASWARI
NIM: E0005021
Pembimbing
ii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum ( Skripsi )
Disusun oleh :
GALUH INDRASWARI
NIM: E0005021
Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum ( Skripsi )
Fakultas HukumUniversitas Sebelas Maret Surakarta
pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 16 Juli 2009
TIM PENGUJI
MENGETAHUI
Dekan,
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
MOTTO
Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap
dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang
terdakwa) kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu kebaikannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran.
- Q.S. An-Nisa : 135 -
Bukan besar atau kecil yang membuat engkau menang atau gagal, tetapi
jadilah yang terbaik siapapun engkau adanya.
- Douglas Mallock -
vi
PERSEMBAHAN
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan hukum ( skripsi ) dengan judul: “PERANAN
KURATOR DALAM PENANGANAN PERKARA KEPAILITAN
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG
KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN
UTANG”.
viii
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga
dapat dijadikan bekal dalam penulisan skripsi ini dan semoga dapat penulis
amalkan dalam kehidupan masa depan nantinya.
6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Cuk Subianto dan Ibunda Sutia, atas segala
doa dan dukungannya selama ini.
7. Kakakku, Ario Bhirowo, yang selalu memberikan kasih sayang, arahan,
dukungan dan motivasi kepada penulis.
8. Kakak iparku, Wuri Handayani Ardi, yang selalu mendukung penulis.
9. Keponakanku, Aruna Arkasetya Putra, yang selalu menjadi sumber
penghiburanku.
10. Seluruh teman-teman Angkatan 2005 FH UNS.
11. Segenap anggota Moot Court Community (MCC).
12. Segenap pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum (BEM FH)
periode 2005-2006 dan 2006-2007.
13. Seluruh teman-teman di kost Putri Shima II yang telah membantu dan
memberi dukungannya selama ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan
penulisan hukum ini.
GALUH INDRASWARI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Pembatasan Masalah .............................................................. 6
C. Perumusan Masalah................................................................ 6
D. Tujuan Penelitian.................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian.................................................................. 7
F. Metode Penelitian ................................................................... 8
G. Sistematika Penulisan Hukum................................................ 13
x
b. Tinjauan Umum Tentang Kurator ................................... 38
a. Pengangkatan, Penggantian dan Pemberhentian
Kurator ....................................................................... 38
b. Tanggung jawab Kurator ............................................ 44
c. Perlawanan Terhadap Kurator.......................... .......... 46
B. Kerangka Pemikiran................................................................ 47
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 117
B. Saran....................................................................................... 118
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
xii
berperan sebagai sebuah katup penyelamat (Robert J. Landry, 2006:4).
Kepailitan merupakan jalan yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan
hutang piutang, apabila debitor berada pada keadaan berhenti membayar,
karena selain memberi perlindungan terhadap kreditor, juga dilindungi
pula kepentingan pihak debitornya, yakni atas dasar kemanusiaan dan juga
untuk ketertiban dan kepentingan umum.
xiii
mendapatkan kepastian hukum yang maksimal. Salah satu kasus
kontroversial yang terjadi adalah kasus pailit PT. Asuransi Jiwa Manulife
Indonesia (PT. AJMI) pada tahun 2002. PT. AJMI dinyatakan pailit oleh
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
No.10/PAILIT/2000/PN.NIAGA.JKT.PST tanggal 13 Juni 2002.
Perusahaan asuransi jiwa yang tergolong terbesar di Indonesia itu pada
saat dipailitkan memiliki keadaan keuangan yang cukup baik, dengan aset
senilai Rp 1,3 triliun dan terdapat 400 ribu pemegang polis. Putusan
tersebut telah memicu reaksi yang keras tidak saja dari dalam negeri tetapi
juga dari dunia internasional. Atas putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
tersebut, PT. AJMI telah mengajukan Kasasi. Reaksi-reaksi keras tersebut
akhirnya berhenti setelah kemudian Mahkamah Agung RI dengan Putusan
Nomor: 021K/N/202 tanggal 5 Juli 2002 telah mengabulkan permohonan
Kasasi dari pemohon Kasasi dan membatalkan Putusan Pengadilan Niaga
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
No.10/PAILIT/2000/PN.NIAGA.JKT.PST (Sutan Remy Sjahdeini,
2002:80).
xiv
4 Tahun 1998 dengan mengesahkan Undang-undang Nomor 37 Tahun
2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(http://m.infoanda.com, Surakarta, 11 Mei 2009 pukul 18.51 WIB).
xv
tahun 2008 hak para Kreditor atas harta pailit belum mendapat kejelasan
(http://www.hukumonline.com, Surakarta,1 Mei 2009 pukul 15.00 WIB).
xvi
kebenaran dan keadilan serta keharusan untuk menaati standar profesi dan
etika. Keharusan ini bertujuan menghindari adanya benturan kepentingan
dengan debitor ataupun kreditor (Imran Nating, 2004:192).
B. Pembatasan Masalah
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
xvii
mengembangkan ilmu pengetahuan dan juga dalam rangka pemecahan
masalah-masalah yang dihadapi (Soerjono Soekanto, 1986:5). Tujuan
penelitian diperlukan guna memberikan arahan dalam melangkah pada
waktu penelitian.
1. Tujuan Obyektif
a. Mengetahui kewenangan yang diberikan kepada kurator untuk
menjalankan tugasnya secara efektif dan efisien oleh Undang-
undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
b. Mengetahui tugas kurator setelah adanya putusan pailit dari
Pengadilan Niaga.
c. Mengetahui kendala-kendala yuridis yang dihadapi oleh kurator
dalam mengurus harta pailit.
2. Tujuan Subyektif
a. Memperoleh data-data sebagai bahan penulisan hukum guna
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan
dalam jurusan Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
b. Menambah pengetahuan dan pemahaman penulis dalam bidang
hukum perdata.
c. Menambah pemahaman tentang peranan kurator dalam penanganan
perkara kepailitan berdasarkan Undang-undang No. 37 Tahun 2004
Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
E. Manfaat Penelitian
xviii
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan guna
pengembangan ilmu hukum, khususnya hukum perdata.
b. Memberikan jawaban atas rumusan masalah yang sedang diteliti
oleh penulis.
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi
penelitian lain yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir penulis sehingga
dapat mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu
hukum yang dipelajari.
b. Sebagai bahan masukan yang dapat digunakan dan memberikan
sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang terkait dan terlibat
dalam penanganan perkara kepailitan.
c. Dapat memperluas cakrawala berpikir dan pandangan bagi civitas
akademika Universitas Sebelas Maret Surakarta, khususnya
mahasiswa fakultas hukum yang menerapkan penulisan hukum ini.
F. Metode Penelitian
xix
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum
ini yaitu:
1. Jenis Penelitian
2. Sifat Penelitian
xx
3. Pendekatan Penelitian
4. Jenis Data
xxi
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, yang digunakan untuk mengetahui dasar
hukum kepailitan;
c. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor M.01-HT.05.10 Tahun 2005 Tentang
Pendaftaran Kurator dan Pengurus, yang digunakan untuk
mengetahui persyaratan pendaftaran kurator.
5. Sumber Data
xxii
c. Bahan hukum tersier dalam penelitian ini yakni Kamus Besar
Bahasa Indonesia.
7. Analisis Data
xxiii
menentukan kemudian mengolah hasil penelitian menjadi suatu
laporan.
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan mengenai Latar Belakang Masalah,
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan Hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan mengenai dua hal yaitu, yang pertama
adalah kerangka teori yang melandasi penelitian serta
mendukung di dalam memecahkan masalah yang diangkat pada
penulisan hukum ini, antara lain meliputi: pertama mengenai
Tinjauan Umum Tentang Kepailitan diantaranya yaitu:
pengertian kepailitan, dasar hukum kepailitan di Indonesia,
factor-faktor dan asas-asas kepailitan, syarat-syarat pengajuan
permohonan pailit, pihak-pihak yang dapat mengajukan pailit,
dan barakhirnya kepailitan. Kedua mengenai Tinjauan Umum
Tentang Kurator diantaranya yaitu: pengangkatan,
penggantian dan pemberhentian kurator; tanggung jawab
kurator; dan perlawanan terhadap kurator. Pembahasan yang
kedua mengenai kerangka pemikiran.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan mengenai tentang hasil penelitian dan
pembahasan tentang kewenangan yang diberikan kepada
xxiv
kurator untuk menjalankan tugasnya secara efektif dan efisien
oleh Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,
tugas kurator setelah adanya putusan pailit dari Pengadilan
Niaga, dan kendala-kendala yuridis yang dihadapi oleh kurator
dalam mengurus harta pailit.
BAB IV : PENUTUP
Pada bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dan saran terkait
dengan permasalahan yang diteliti.
xxv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
a. Pengertian Kepailitan
15
xxvi
“keadaan atau kondisi seseorang (individu, persekutuan, perseroan,
kotamadya) yang tidak sanggup untuk membayar hutang yang
menjadi kewajibannya”. Syaratnya termasuk seseorang yang
melawan permohonan tidak sengaja yang telah terpenuhi, atau
yang telah memenuhi permohonan tidak sengaja, atau orang yang
telah diputuskan bangkrut. Pengertian pailit menurut Black’s Law
Dictionary tersebut dapat dihubungkan dengan “ketidakmampuan
untuk membayar” dari seorang debitor atas utang-utangnya yang
telah jatuh tempo. Ketidakmampuan tersebut harus disertai dengan
suatu tindakan nyata untuk mengajukan, baik yang dilakukan
secara sukarela maupun atas permintaan pihak ketiga, yakni suatu
permohonan pernyataan pailit ke pengadilan (Black’s Law
Dictionary dalam Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, 1999:11).
xxvii
dasar khusus tentang kepailitan di Indonesia, diatur dalam Undang-
undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (Sutan Remi Syahdeni, 2002:25).
xxviii
2) Untuk menghindari adanya kreditor pemegang hak jaminan
kebendaan (kreditor separatis) yang menuntut haknya dengan
cara menjual barang milik debitor tanpa memperhatikan
kepentingan debitor pailit atau para kreditor lainnya yaitu
kreditor preferen dan kreditor konkuren.
3) Untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang
dilakukan oleh salah seorang kreditor atau debitor sendiri.
Misalnya, debitor berusaha untuk memberi keuntungan kepada
seorang atau beberapa orang kreditor tertentu sehingga kreditor
lainnya dirugikan, atau adanya perbuatan curang dari debitor
untuk melarikan semua harta kekayaannya dengan maksud
untuk melepaskan tanggung jawabnya terhadap para kreditor.
1) Asas Keseimbangan
Undang-undang No.37 Tahun 2004 mengatur beberapa
ketentuan yang merupakan perwujudan dari asas
keseimbangan, yaitu di satu pihak, terdapat ketentuan yang
dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan
lembaga kepailitan oleh debitor yang tidak jujur, di lain pihak,
terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya
penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh kreditor
yang tidak beritikad baik.
2) Asas Kelangsungan Usaha
Undang-undang No.37 Tahun 2004 terdapat ketentuan yang
memungkinkan perusahaan debitor yang prospektif tetap
dilangsungkan.
xxix
3) Asas Keadilan
Asas keadilan mengandung pengertian, bahwa ketentuan
mengenai kepailitan dapat memenuhi rasa keadilan bagi para
pihak yang berkepentingan. Asas keadilan ini untuk mencegah
terjadinya kesewenang-wenangan pihak penagih yang
mengusahakan pembayaran atas tagihan masing-masing
terhadap debitor, dengan tidak mempedulikan kreditor lainnya.
4) Asas Integrasi
Asas integrasi dalam Undang-undang No.37 Tahun 2004
mengandung pengertian bahwa sistem hukum formil dan
hukum materiilnya merupakan satu kesatuan yang utuh dari
sistem hukum perdata dan hukum acara perdata nasional.
xxx
Inti rumusan Pasal 1132 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata bahwa kebendaan yang merupakan sisi positif harta
kekayaan seseorang harus dibagi secara adil kepada setiap
orang yang berhak atas pemenuhan perikatan individu ini, yaitu
kreditor. Pengertian adil disini adalah harta kekayaan tersebut
harus dibagi secara:
a) pari passau, harta kekayaan harus dibagikan secara
bersama-sama di antara para kreditornya;
b) prorata, sesuai dengan besarnya imbangan piutang
masing-masing kreditor terhadap utang debitor secara
keseluruhan (Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja,
1999:107).
xxxi
Rasio kepailitan adalah jatuhnya sita umum atas semua
harta benda debitor untuk kemudian setelah dilakukan rapat
verifikasi tidak tercapai accord, dilakukan proses likuidasi atas
seluruh harta benda debitor itu untuk kemudian dibagi-bagikan
hasil perolehan kepada semua kreditornya sesuai tata urutan
kreditor tadi menurut ketentuan Undang-undang No.37 Tahun
2004. Dengan demikian jika seorang debitor hanya memiliki
satu orang kreditor saja, maka kepailitan akan kehilangan
rasionya sehingga disyaratkan adanya concursus creditorum
(Setiawan, 2001:53).
xxxii
Utang seyogyanya diberi arti luas; baik dalam arti
kewajiban membayar sejumlah utang tertentu yang timbul
karena adanya perjanjian utang piutang (debitor telah menerima
sejumlah uang tertentu dari kreditornya), maupun kewajiban
pembayaran sejumlah uang tertentu yang timbul dari perjanjian
atau kontrak lain yang menyebabkan debitor harus membayar
sejumlah uang tertentu. Utang bukan hanya kewajiban untuk
membayar sejumlah uang tertentu yang disebabkan debitor
telah menerima sejumlah uang tertentu karena perjanjian kredit,
tetapi juga kewajiban membayar debitor yang timbul dari
perjanjian-perjanjian lain (Setiawan, 2001:117).
xxxiii
dapat mempercepat jatuh tempo utang debitor dalam hal terjadi
event of default, artinya telah terjadi sesuatu atau tidak
dipenuhinya sesuatu yang diperjanjikan oleh debitor dalam
perjanjian kredit sehingga menyebabkan kreditor mempercepat
jatuh tempo. Untuk menggunakan acceleration clause harus
disertai adanya good faith, yang dimaksud good faith adalah
adanya reasonable evidence, dan bukti tersebut tidak harus
berupa putusan Pengadilan. Pada umumnya dalam common law
tidak menyebutkan pengertian good faith tapi di sini justru
ditekankan (Setiawan, 2004:124).
xxxiv
waktu” dapat dijadikan alasan untuk mengajukan permohonan
pernyataan pailit (Sutan Remy Sjahdeini, 2009:57).
xxxv
e. Pihak-pihak Yang Dapat Mengajukan Pailit
1) Debitor
xxxvi
dimohon agar dinyatakan pailit, sedangkan alasan yang
mendukung permohonan tersebut sengaja dibuat tidak
kuat, sehingga jelas permohonan akan ditolak oleh
Pengadilan Niaga. Permohonan semacam ini justru
diajukan untuk menghindarkan agar kreditor lain tidak
dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap
debitor itu, setidak-tidaknya permohonan kreditor lain
akan terhambat (Retnowulan Sutantio, 2001:334).
xxxvii
Sehubungan dengan hak kreditor untuk mengajukan
permohonan pernyataan pailit maka perlu diperhatikan
jurisprudensi tetap di Belanda sejak putusan HR 26 Juni 1942,
NJ 1942, 585 yang menegaskan bahwa “kewenangan/hak untuk
mengajukan permohonan pailit hanya dimiliki kreditor yang
mempunyai kepentingan wajar (redelijk belang) dalam
kepailitan debitornya. Berkaitan dengan hal ini menarik untuk
menyebut bahwa putusan Pengadilan Niaga
No.33/Pailit/2001/PN.Niaga/Jkt.Pst tanggal 20 Agustus 2001
tentang permohonan pailit PT. Asuransi Jiwa Manulife
Indonesia. Putusan tersebut menegaskan bahwa pemegang polis
baru berstatus sebagai kreditor apabila peristiwa yang
dipertanggungjawabkan telah terjadi sehingga karenanya
perusahaan asuransi mempunyai kewajiban atau utang kepada
pemegang polis. Adapun penentuan apakah kreditor pemohon
mempunyai “kepentingan wajar dalam pernyataan pailit”
debitor ditentukan oleh keadaaan yang berlaku pada saat
permohonan diajukan (Fred BG. Tumbuan, 2004:21).
xxxviii
yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih tersebut. Konsekuensi
dari pembuktian sederhana yakni utang-utang yang dijadikan
dasar untuk mengajukan pailit adalah utang-utang yang mudah
dibuktikan keberadaan dan kematangannya (Ricardo
Simanjuntak, 2004:52).
xxxix
f) dalam hal lainnya menurut kejaksaan merupakan
kepentingan umum.
4) Bank Indonesia
xl
ketentuan mengenai pencabutan izin usaha bank, pembubaran
badan hukum, dan likuidasi bank sesuai peraturan perundang-
undangan. Oleh karena usaha bank amat terkait dengan
kepentingan masyarakat, maka bubarnya suatu bank akan
menimbulkan dampak yang luas bagi masyarakat, baik
terhadap nasabah bank yang bersangkutan, maupun bagi bank-
bank dan pihak lain yang terkait (Bambang Setijoprodjo,
2001:439).
xli
pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi nasional ke
arah peningkatan kesejahteraan rakyat. Pasar modal diyakini
mempunyai peran strategis sebagai salah satu sumber
pembiayaan bagi dunia usaha termasuk usaha kecil dan
menengah. Di sisi lain pasar modal merupakan wahana
investasi bagi masyarakat termasuk pemodal kecil dan
menengah (I Nyoman Tjager, 2001:573).
xlii
dapat memenuhi kewajibannya kepada para kreditor di luar
kepailitan. Ternyata tidak hanya kreditor yang memperoleh
manfaat, tetapi juga debitor tetapi juga para stakeholder, yaitu
pemegang saham, supplier, karyawan, nasabah atau pelanggan
dari debitor tersebut turut memperoleh menfaat berupa
kesinambungan pendapatan atau usaha mereka yang terkait
dengan usaha dari debitor. Manfaat tersebut akan semakin
terasa jika debitor yang bergerak di bidang keuangan seperti
perusahaan efek. Mengingat hal tersebut maka kepercayaan
para pelaku bisnis jasa keuangan harus selalu dijaga agar sektor
jasa ini dapat berjalan wajar dan teratur (Robinson Simbolon,
2004:98).
xliii
c) Nilai tagihan yang menjadi dasar permohonan pernyataan
pailit karena dalam Undang-undang No.37 Tahun 2004
tidak diatur mengenai batasan nilai tagihan yang menjadi
dasar permohonan pernyataan pailit.
d) Penyelesaian hak dan kewajiban perusahaan efek kepada
nasabahnya setelah dinyatakan pailit.
e) Kepentingan dari kreditor lain.
f) Pengaruh kepailitan perusahaan efek terhjadap kondisi
pasar modal secara umum (Robinson Simbolon, 2004:100).
6) Menteri Keuangan
xliv
dana masyarakat yang memiliki kedudukan strategis dalam
pembangunan dan kehidupan perekonomian.
b) Dana pensiun adalah dana pensiun sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang yang mengatur mengenai dana
pensiun. Kewenangan untuk mengajukan pailit bagi Dana
pensiun, sepenuhnya ada pada Menteri Keuangan.
Ketentuan ini diperlukan untuk membangun tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap dana pensiun, mengingat
dana pensiun mengelola dana masyarakat dalam jumlah
besar dan dana tersebut merupakan hak dari peserta yang
banyak jumlahnya.
c) Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang
kepentingan publik adalah badan usaha milik negara yang
seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas
saham. Kewenangan Menteri Keuangan dalam pengajuan
permohonan pailit untuk instansi yang berada di bawah
pengawasannya seperti kewenangan Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan Badan Pengawas
Pasar Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
f. Berakhirnya Kepailitan
xlv
pailit. Putusan pencabutan tersebut wajib diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum.
2) Terjadinya perdamaian
xlvi
asetnya seakan-akan tidak pernah terjadi kepailitan
sebelumnya. Akan tetapi, debitor harus senantiasa memenuhi
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan di dalam
perjanjian perdamaian tersebut (Sutan Remy Sjahdeini,
2009:415).
xlvii
beberapa kreditor mengajukan permohonan untuk itu dan
secara singkat dapat membuktikan bahwa:
a) Utang orang yang meninggal, semasa hidupnya tidak
dibayar lunas; atau
b) Pada saat meninggalnya orang tersebut, harta
peninggalannya tidak cukup untuk membayar utangnya.
xlviii
undang No.37 Tahun 2004 dapat dijadikan dasar untuk
mengajukan permohonan rehabilitasi.
xlix
Struktur Organisasi Balai Harta Peninggalan (BHP) seperti
dipaparkan oleh Usman Rangkuti, yaitu:
1) Struktur Organisasi BHP terakhir berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehakiman tanggal 19 Juni 1980 No.: PR.07.01-80
dimana di situ disebutkan bahwa: Balai Harta Peninggalan
merupakan salah satu pelaksana tenis (penyelenggara) hukum
di bidang harta peninggalan dan perwalian dalam lingkungan
Departemen Kehakiman RI, yang berada dan bertanggung
jawab, langsung kepada Direktur Jenderal Hukum dan
Perundang-undangan melalui Direktur Perdata.
2) Balai dipimpin langsung oleh seorang ketua dengan dibantu
oleh sekretaris, dan beberapa orang anggota teknis hukum.
3) Ketua bertugas memimpin perencanaan pelaksanaan,
pemberian bimbingan, dan pengawasan atas segala
penyelenggaraan sesuatu yang berhubungan dengan
pelaksanaan tugas Balai Harta Peninggalan.
4) Sekretaris bertugas memberikan pelayanan teknis dan
administrasi kepada semua unsur Balai Harta Peninggalan dan
sekretaris merangkap sebagai anggota teknis hukum. Sekretaris
dibantu oleh sub. bagian tata urusan yang terdiri dari:
a) Urusan Kepegawaian
b) Urusan Keuangan
c) Urusan Umum
d) Bendahara/Pemegang Buku
e) Seksi terdiri dari sie, wil I, II dan III yang bertugas
menyiapkan penyelesaian masalah perlawanan,
pengampunan, ketidakhadiran kepailitan, dan harta
peninggalan yang tidak ada kuasanya (Onbeheerde
Nalaten Schappen).
f) Anggota teknis hukum bertugas secara cologial
melaksanakan sesuatu yang berhubungan dengan
l
pelaksanaan tugas balai harta peninggalan (Usman
Rangkuti, 2001:379).
li
dianggap sebagai pihak yang mewakili debitor di dalam kepailitan
(Zainal Asikin, 2001:77).
lii
6) Tidak pernah dipenjara karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan hukuman pidana 5 tahun atau lebih
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap;
7) Tidak pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga;
8) Membayar biaya pendaftaran; dan
9) Memiliki keahlian khusus.
liii
diselenggarakan secepatnya khusus untuk memutuskan
masalah benturan tersebut; atau
2) segera mengundurkan diri (Standar Profesi Kurator dan
Pengurus, Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia).
liv
2) Memberikan keterangan selengkapnya sehubungan dengan
penugasan tersebut khususnya mengenai hal-hal yang bersifat
material serta diperkirakan dapat memberikan landasan bagi
kurator pengganti untuk memahami penugasan selanjutnya.
3) Kurator terdahulu wajib membuat laporan pertanggungjawaban
atas penugasannya dan menyerahkan salinan laporan tersebut
kepada kurator pengganti (Standar Profesi Kurator dan
Pengurus, Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia).
lv
bahwa tuntutan debitor tersebut palsu (Jerry Hoff dalam
Imran Nating, 2004:116).
lvi
perusahaan, di luar pengurusan kekayaan perusahaan, tetap berada
di tangan direksi dan komisaris (Amir Abadi Jusuf, 2004:252).
lvii
B. Kerangka Pemikiran
Perkara kepailitan
Pengadilan Niaga
Rehabilitasi
lviii
permohonan pernyataan pailit diucapkan paling lambat 60 hari sejak
tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan (Pasal 8 ayat (5) UU
No.37 Tahun 2004).
lix
diberikan oleh UU No.37 Tahun 2004 kepada kurator untuk menjalankan
tugas secara efektif dan efisien kemudian bagaimanakah tugas kurator
setelah adanya putusan pailit dari pengadilan niaga sehingga dapat
diketahui kendala-kendala yuridis apakah yang dihadapi oleh kurator
dalam mengurus harta pailit.
lx
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
50
lxi
kurator dalam menjalankan tugasnya. Adapun beberapa kewenangan yang
diberikan oleh Undang-undang No.37 Tahun 2004 agar tugas kurator
dapat diselesaikan secara efektif dan efisien yaitu:
lxii
pernyataan pailit dibatalkan sebagai akibat adanya kasasi atau
peninjauan kembali, maka segala perbuatan yang telah dilakukan oleh
kurator sebelum atau pada tanggal kurator menerima pemberitahuan
tentang putusan pembatalan pailit tetap sah dan mengikat debitor.
Kewenangan yang diberikan Undang-undang No.37 Tahun 2004 pada
kurator untuk menjalankan tugasnya baik ketika sedang diajukan
upaya hukum lain oleh debitor pailit atau setelah putusan pailit
dibatalkan oleh upaya hukum lain tersebut merupakan suatu bentuk
dukungan terhadap kurator agar menjalankan tugasnya secara efektif
dan efisien tanpa perlu terhambat oleh adanya suatu upaya hukum
sehingga putusan pailit dapat segera dijalankan oleh kurator dan hak-
hak kreditor dapat secepat mungkin terpenuhi.
lxiii
memberikan kesempatan bagi kurator mengambil alih perkara yang
didasarkan pada Pasal 28 ayat (1) Undang-undang No.37 Tahun 2004.
Berdasarkan ketentuan Pasal 28 ayat (1) tersebut kurator mempunyai
hak untuk menolak mengambil alih perkara sedangkan menurut Pasal
28 ayat (4), apabila kurator ingin mengambil alih perkara maka tidak
perlu mendapat panggilan dan dapat setiap waktu mengambil alih
perkara sebagaimana tercantum dalam ayat (1) serta dapat memohon
agar debitor dikeluarkan dari perkara.
lxiv
yang diberikan kepada kurator untuk membatalkan tindakan-tindakan
hukum yang dilakukan oleh debitor pailit sebelum penetapan
pernyataan pailit dijatuhkan apabila kurator menganggap bahwa
tindakan-tindakan hukum yang dilaksanakan oleh debitor pailit
tersebut merugikan kepentingan kreditor-kreditor yang lainnya (Timur
Sukirno, 2001:374).
lxv
dari pihak ketiga agar nilai harta pailit dapat ditingkatkan tanpa
mengurangi hak kreditor yang memegang gadai, jaminan fidusia, hak
tanggungan, hipotek, atau agunan atas kebendaan lainnya untuk
mengeksekusi haknya tersebut dengan cara pinjaman dari pihak ketiga
dibebankan dengan hak pada harta pailit yang belum dijadikan jaminan
utang. Dengan demikian tidak terjadi benturan hak antara kurator dan
kreditor separatis yang mempunyai hak untuk mendahului
mengeksekusi haknya atas harta pailit setelah penangguhan 90 hari
serta setelah penagihannya dicocokkan.
4. Tindakan kurator tetap sah walaupun tanpa adanya izin dari hakim
pengawas
lxvi
c. apakah terhadap tindakan tersebut diperlukan terlebih dahulu
keikutsertaan dari pihak-pihak tertentu, seperti hakim pengawas,
pengadilan niaga, panitia kreditor, debitor dan sebagainya;
d. harus dilihat cara yang layak dari segi hukum, kebiasaan dan sosial
dalam menjalankan tindakan-tindakan tertentu (Munir Fuady,
1999:44).
lxvii
menyimpan uang tunai yang tidak diperlukan untuk pengurusan harta
pailit di bank guna kepentingan harta pailit. Menurut penjelasan Pasal
108, yang dimaksud dengan disimpan oleh kurator sendiri dalam
pengertian tidak mengurangi kemungkinan efek atau surat berharga
tersebut disimpan oleh kustodian, tetapi tanggung jawab tetap atas
nama debitor pailit. misalnya deposito atas nama kurator qq debitor
pailit. Menurut Marjan E. Pane tindakan ini merupakan tindakan
pengamanan terhadap sebagian dari harta pailit. Bersamaan dengan
pembekuan rekening, kurator wajib pula membuka rekening baru.
Sangat penting disini bahwa pembukaan rekening harus atas nama
kurator qq debitor pailit karena adalah suatu kekeliruan jika kurator
membuka rekening tersebut atas namanya sendiri mengingat resikonya
cukup besar, misalnya kematian kurator (Marjan E. Pane, 2004:285).
lxviii
a. Rekening Bank
Sesegera mungkin Kurator memberitahukan kepailitan debitor dan
akibat hukumnya kepada bank atau lembaga keuangan lainnya
dimana debitor memiliki rekening dan memastikan bahwa debitor
pailit tidak lagi berwenang untuk mengelola rekening tersebut.
Kemudian kurator meminta bank yang bersangkutan memindahkan
rekening debitor pailit ke dalam rekening kurator yang dibuka
khusus untuk keperluan penugasannya tersebut.
b. Surat Berharga Atas Bawa dan Logam Mulia
Kurator mengambil dan menyimpan seluruh surat berharga, efek
dan logam mulia dengan memberikan tanda terima kepada Debitor.
Kemudian Kurator dapat menyimpan surat berharga, efek dan
logam mulia di suatu tempat yang aman dalam pengawasannya.
c. Surat Berharga Atas Nama
Kurator mengambil dan menyimpan seluruh surat berharga dengan
memberikan tanda terima pada debitor. Kurator dapat menyimpan
surat berharga tersebut di suatu tempat yang aman dalam
pengawasannya. Bila perlu, kurator dapat memberitahukan
kepailitan debitor dan akibat hukumnya pada pihak yang terkait
dengan surat berharga tersebut dan memastikan debitor pailit tidak
berwenang lagi untuk mengelola surat berharga tersebut tanpa
persetujuan kurator.
d. Benda Tidak Bergerak
Kurator dapat meminta dan menyimpan seluruh sertifikat, surat-
surat dan tanda bukti hak lainnya sehubungan dengan benda tidak
bergerak milik debitor. Kurator dapat menyimpan surat berharga
tersebut di suatu tempat yang aman dalam pengawasannya. Bila
perlu, kurator dapat mengirimkan pemberitahuan tentang
pernyataan pailit pada lembaga pendaftaran atau pihak lain yang
berwenang atas harta tidak bergerak debitor pailit.
lxix
e. Benda Bergerak Lainnya
Kurator melakukan tindakan yang dianggap perlu untuk
mengamankan benda bergerak yang termasuk harta pailit.
lxx
mencegah hal itu maka Pasal 105 ayat (1) memberikan kewenangan
kepada kurator untuk membuka surat dan telegram yang dialamatkan
kepada debitor pailit. Pasal 105 ayat (2) mewajibkan kepada kurator
untuk segera menyerahkan kepada debitor pailit surat dan telegram
yang tidak berkaitan dengan harta pailit.
lxxi
tidak terjadi kepailitan. Akan tetapi eksekusi tersebut tidak dapat
langsung dilaksanakan karena berdasarkan Pasal 56 ayat (1) hak
eksekusi tersebut harus ditangguhkan sampai dengan 90 hari sejak
dijatuhkannya putusan pailit. Penangguhan tersebut bertujuan untuk
memperbesar kemungkinan tercapainya perdamaian, mengoptimalkan
harta pailit, memungkinkan kurator melaksanakan tugasnya secara
optimal.
lxxii
Ketentuan Pasal 107 Undang-undang No.37 Tahun 2004 juga
memberikan wewenang kepada kurator untuk mengalihkan harta pailit
sejauh diperlukan untuk menutup biaya kepailitan atau apabila
penahanan harta pailit tersebut mengakibatkan kerugian pada harta
pailit walaupun terhadap putusan pailit tersebut diajukan kasasi atau
peninjauan kembali. Harta pailit yang dinilai tidak mencukupi untuk
membayar seluruh biaya kepailitan maka kurator dan kreditor
mengusulkan pada hakim pengawas untuk menyetujui agar perusahaan
debitor dilanjutkan kembali guna memperoleh peningkatan nilai harta
pailit. Nilai harta pailit yang telah dinilai cukup, kemudian hakim
pengawas menghentikan kelanjutan pengurusan perusahaan debitor.
Tata cara pemberesan harta pailit diatur pada Pasal 185 yakni
penjualan dilakukan di muka umum namun apabila tidak tercapai maka
dapat dilakukan penjualan di bawah tangan dengan izin hakim
pengawas. Kurator memiliki wewenang untuk memutuskan tindakan
yang akan diambil terhadap benda pailit yang tidak segera atau tidak
dapat dibereskan.
lxxiii
sehingga tidak akan terjadi perselisihan panjang antara para kreditor
sehingga proses penjualan sampai pembagian harta pailit dapat
berjalan dengan cepat dan para kreditor dapat terpenuhi hak-haknya.
lxxiv
e. Setelah itu pada hari Kamis, tanggal 31 Juli 2008, Jam 10.30 WIB
telah dilangsungkan pelelangan aset PT. Sarana Perdana
Indoglobal yang terletak di jalan Batu Ceper IV, Kel.
KebonKelapa, Kec. Gambir, Jakarta Pusat di ruang Rose III, Hotel
THE ACACIA, Jakarta Pusat (http://id.denylawfirm.com,
Surakarta,7 Mei 2009 pukul 20.20 WIB).
lxxv
2. Tugas Kurator Untuk Menyelesaikan Perikatan-perikatan Yang Dibuat
Oleh Debitor Pailit
lxxvi
penghentian sebelum berakhirnya perjanjian dan sesuai dengan
adat kebiasaan setempat berdasarkan Pasal 38. Akan tetapi jika
uang muka sewa telah dibayar maka perjanjian tidak dapat
dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir. Uang sewa tersebut
dianggap merupakan utang harta pailit.
e. Actio pauliana
lxxvii
1) Actio pauliana sebelum putusan pernyataan pailit
lxxviii
Undang-undang No.37 Tahun 2004 mengatur dengan rinci
jenis perbuatan hukum yang apabila dilakukan dalam jangka
waktu satu tahun sebelum putusan pernyataan pailit ditetapkan
dapat dibatalkan oleh pengadilan, dengan syarat:
a) Perbuatan tersebut tidak wajib dilakukan oleh debitor.
b) Debitor dan pihak dengan siapa perbuatan hukum tersebut
dilakukan dianggap mengetahui atau sepatutnya
mengetahui bahwa perbuatan tersebut akan merugikan
kreditor.
c) Perbuatan tersebut memenuhi syarat-syarat sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 42 huruf a sampai dengan g, yaitu:
(1) merupakan perjanjian dimana kewajiban Debitor jauh
melebihi kewajiban pihak dengan siapa perjanjian
tersebut dibuat;
(2) merupakan pembayaran atas, atau pemberian jaminan
untuk utang yang belum jatuh tempo dan/atau belum
atau tidak dapat ditagih;
(3) dilakukan oleh debitor perorangan, dengan atau untuk
kepentingan:
(a) suami atau istrinya, anak angkat, atau keluarganya
sampai derajat ketiga;
(b) suatu badan hukum dimana debitor atau pihak lain
adalah anggota direksi atau pengurus atau apabila
pihak tersebut, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama, ikut serta secara langsung atau tidak
langsung dalam kepemilikan badan hukum tersebut
lebih dari 50% (lima puluh persen) dari modal
disetor atau dalam pengendalian badan hukum
tersebut.
(4) dilakukan oleh debitor yang merupakan badan hukum,
dengan atau untuk kepentingan:
lxxix
(a) anggota direksi atau pengurus dari debitor, suami
atau istri, anak angkat, atau keluarga sampai derajat
ketiga dari anggota direksi atau pengurus tersebut;
(b) perorangan, baik sendiri atau bersama-sama dengan
suami atau istri, anak angkat, atau keluarga sampai
derajat ketiga, yang ikut serta secara langsung atau
tidak langsung dalam kepemilikan pada Debitor
lebih dari 50% (lima puluh persen) dari modal
disetor atau dalam pengendalian badan hukum
tersebut;
(c) perorangan yang suami atau istri, anak angkat, atau
keluarganya sampai derajat ketiga, ikut serta secara
langsung atau tidak langsung dalam kepemilikan
pada debitor lebih dari 50% (lima puluh persen) dari
modal disetor atau dalam pengendalian badan
hukum tersebut.
(5) dilakukan oleh debitor yang merupakan badan hukum
dengan atau untuk kepentingan badan hukum lainnya,
apabila:
(a) perorangan anggota direksi atau pengurus pada
kedua badan usaha tersebut adalah orang yang
sama;
(b) suami atau istri, anak angkat, atau keluarga sampai
derajat ketiga dari perorangan anggota direksi atau
pengurus debitor yang juga merupakan anggota
direksi atau pengurus pada badan hukum lainnya,
atau sebaliknya;
(c) perorangan anggota direksi atau pengurus, atau
anggota badan pengawas pada debitor, atau suami
atau istri, anak angkat, atau keluarga sampai derajat
ketiga, baik sendiri atau bersama-sama, ikut serta
lxxx
secara langsung atau tidak langsung dalam
kepemilikan badan hukum lainnya lebih dari 50%
(lima puluh persen) dari modal disetor atau dalam
pengendalian badan hukum tersebut, atau
sebaliknya;
(d) debitor adalah anggota direksi atau pengurus pada
badan hukum lainnya, atau sebaliknya;
(e) badan hukum yang sama, atau perorangan yang
sama baik bersama, atau tidak dengan suami atau
istrinya, dan atau para anak angkatnya dan
keluarganya sampai derajat ketiga ikut serta secara
langsung atau tidak langsung dalam kedua badan
hukum tersebut paling kurang sebesar 50% (lima
puluh persen) dari modal yang disetor.
(6) dilakukan oleh debitor yang merupakan badan hukum
dengan atau terhadap badan hukum lain dalam satu grup
dimana debitor adalah anggotanya;
(7) ketentuan dalam huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f
berlaku mutatis mutandis dalam hal dilakukan oleh
debitor dengan atau untuk kepentingan:
(a) anggota pengurus dari suatu badan hukum, suami
atau istri, anak angkat atau keluarga sampai derajat
ketiga dari anggota pengurus tersebut;
(b) perorangan, baik sendiri maupun bersama-sama
dengan suami atau istri, anak angkat, atau keluarga
sampai derajat ketiga yang ikut serta secara
langsung atau tidak langsung dalam pengendalian
badan hukum tersebut (Sutan Remy Sjahdeini,
2009:253).
lxxxi
Pasal 43 Undang-undang No.37 Tahun 2004 mengatur
bahwa hibah yang dilakukan oleh debitor dapat dimintakan
pembatalan oleh oleh kurator kepada pengadilan apabila dapat
dibuktikan bahwa pada saat hibah tersebut dilakukan debitor
mengetahui bahwa tindakan tersebut akan mengakibatkan
kerugian bagi kreditor. Kemudian pada Pasal 44 dinyatakan
bahwa apabila tidak dapat dibuktikan sebaliknya, debitor
dianggap mengetahui atau patut mengetahui bahwa hibah
tersebut merugikan kreditor , apabila hibah tersebut dilakukan
dalam jangka waktu 1 tahun sebelum putusan pailit diucapkan.
lxxxii
a) Penerima pembayaran mengetahui bahwa permohonan
pernyataan pailit debitor sudah didaftarkan; atau
b) Dalam hal pembayaran tersebut merupakan akibat dari
persekongkolan antara debitor dan kreditor (tertentu)
dengan maksud menguntungkan kreditor tersebut melebihi
kreditor lain.
lxxxiii
tetapi jika isi perdamaian tersebut adalah pelepasan hak maka
tuntutan dalam Pasal 47 dapat dilanjutkan oleh para pemberes
harta pailit.
lxxxiv
3. Tugas Kurator Untuk Melakukan Pencatatan Harta Pailit dan
Mengadakan Rapat Pencocokan Piutang
lxxxv
5) Melapor dan minta bantuan kepada pihak yang berwajib dalam
hal terjadi penggelapan atas harta pailit debitor.
b. Debitor pailit adalah badan hukum:
1) Minta laporan keuangan lengkap dari debitor pailit.
2) Dalam hal kurator tidak mampu membaca laporan keuangan,
maka dengan persetujuan hakim pengawas dapat diangkat ahli
dalam bidang keuangan sehingga dapat mendampingi kurator
dalam membaca laporan keuangan tersebut.
3) Membekukan semua rekening debitor pailit di bank.
4) Melakukan pemeriksaan fisik dari harta pailit dan
menyesuaikannya dengan laporan keuangan.
5) Mempelajari dengan seksama kegiatan usaha dari debitor pailit
untuk menentukan kelanjutan usaha debitor pailit.
6) Memberi penjelasan kepada para direktur perusahaan mengenai
batasan-batasan wewenangnya sehubungan dengan kepailitan
perusahaannya.
7) Melakukan penyegelan terhadap surat-surat berharga yang
dimiliki debitor pailit.
8) Menerapkan paksa badan kepada anggota direksi yang tidak
kooperatif.
9) Minta bantuan polisi dalam hal diperlukan pengamanan
terhadap harta pailit.
10) Membentuk panitia kreditor dalam hal keadaan maupun
kegiatan usaha debitor cukup kompleks (Marjan E. Pane,
2004:282).
lxxxvi
a. batas akhir pengajuan tagihan;
b. batas akhir verifikasi pajak untuk menentukan besarnya kewajiban
pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan;
c. hari, tanggal, waktu, dan tempat rapat kreditor untuk mengadakan
pencocokan piutang.
Paling lambat 5 hari setelah penetapan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 113 ayat (1), kurator wajib memberitahukan penetapan tersebut
kepada semua kreditor yang alamatnya diketahui dengan surat dan
mengumumkannya paling sedikit dalam 2 surat kabar harian.
Berdasarkan Pasal 133, piutang yang dimasukkan pada kurator setelah
lewat jangka waktu dalam Pasal 113 ayat (1) yaitu 14 hari mempunyai
syarat dimasukkan paling lambat 2 (dua) hari sebelum hari
diadakannya rapat pencocokan piutang, piutang tersebut wajib
dicocokkan apabila ada permintaan yang diajukan dalam rapat dan
tidak ada keberatan, baik permintaan tersebut diajukan oleh kurator
maupun oleh salah seorang kreditor yang hadir dalam rapat.
lxxxvii
Selain itu kurator harus menyampaikan laporan pendahuluan untuk
kepentingan rapat kreditor pertama. Laporan pendahuluan merekam
hasil kerja kurator selama proses tindakan pendahuluan yang akan
dijadikan acuan bagi kurator atau untuk menyusun rencana kerja.
Laporan pendahuluan setidaknya memuat:
a. informasi umum sehubungan dengan tempat, jenis dan skala
kegiatan usaha debitor pailit;
b. tindakan yang telah diambil kurator dalam rangka pengamanan atas
harta pailit;
c. informasi umum yang telah dikumpulkan atau didapat kurator
tentang keadaan keuangan debitor pailit;
d. uraian atau catatan sementara atas harta pailit, yang setidaknya
memuat identifikasi seluruh rekening bank dan harta kekayaan
penting lain yang dimiliki debitor pailit;
e. uraian atas kewajiban atau utang harta pailit, yang setidaknya
memuat identifikasi kreditor yang diketahui dari catatan debitor
pailit dan tagihan yang telah diajukan terhadap harta pailit; dan
f. sifat kooperatif atau nonkooperatif dari debitor pailit (Standar
Profesi Kurator dan Pengurus, Asosiasi Kurator dan Pengurus
Indonesia).
lxxxviii
bukti asli. Berdasarkan Pasal 117 Kurator juga wajib memasukkan
piutang yang disetujuinya ke dalam suatu daftar piutang yang
sementara diakui sedangkan piutang yang dibantah beserta alasannya
dimasukkan ke dalam daftar tersendiri. Pada daftar piutang tersebut
dibubuhkan pula catatan terhadap setiap piutang apakah termasuk
piutang yang diistimewakan atau dijamin dengan gadai, jaminan
fidusia, hak tanggungan, hipotek, hak agunan atas kebendaan lainnya,
atau hak untuk menahan benda bagi tagihan yang bersangkutan dapat
dilaksanakan (Pasal 118 ayat (1)). Kemudian daftar piutang tersebut
dengan surat kepada kreditor yang dikenal dan disertai panggilan untuk
menghadiri rapat pencocokan piutang dengan menyebutkan rencana
perdamaian jika telah diserahkan oleh debitor pailit.
lxxxix
b. rencana pengurusan dan pemberesan harta pailit dan tindakan yang
akan diambil oleh kurator dalam masa 3 bulan ke depan berikut
alasan singkat mengapa tindakan itu perlu diambil;
c. keadaan harta pailit, yang mencakup tindakan pengamanan harta
pailit, uraian atau catatan harta pailit, daftar utang harta pailit,
analisis kelangsungan usaha debitor pailit, rencana pemenuhan
biaya kepailitan, dan kerjasama atau penyediaan informasi dari
debitor pailit (Standar Profesi Kurator dan Pengurus, Asosiasi
Kurator dan Pengurus Indonesia).
xc
dokumen yang termasuk harta pailit dengan menerima tanda terima
yang sah.
xci
dapat melanjutkan usaha debitor yang dinyatakan pailit walaupun
terhadap putusan pernyataan pailit tersebut diajukan kasasi atau
peninjauan kembali. Akan tetapi apabila tidak diangkat panitia
kreditor, maka kurator memerlukan izin dari hakim pengawas untuk
melanjutkan usaha debitor tersebut. Berdasarkan Pasal 107 bahwa atas
persetujuan hakim pengawas, kurator dapat mengalihkan harta pailit
sejauh diperlukan untuk menutup biaya kepailitan atau apabila
penahanannya tersebut dapat mengakibatkan kerugian pada harta pailit
meskipun pada saat itu diajukan upaya hukum kasasi atau peninjauan
kembali.
xcii
langsung berhenti pula. Kegiatan usaha dapat terus berjalan jika dapat
meningkatkan/mempertahankan nilai harta pailit dengan maksud untuk
kepentingan pemberesan (Standar Profesi Kurator dan Pengurus,
Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia).
xciii
hakim pengawas. Benda debitor pailit ada yang berada di tangan
kreditor yang memiliki hak untuk menahan suatu benda maka kurator
wajib untuk membayar piutang kreditor tersebut agar benda itu dapat
masuk kembali dan menguntungkan harta pailit.
xciv
Kemudian kurator menyusun suatu daftar pembagian untuk dimintakan
persetujuan kepada hakim pengawas. Adapun daftar pembagian
tersebut berisi rincian tentang penerimaaan dan pengeluaran termasuk
di dalamnya upah kurator, nama kreditor, jumlah yang dicocokkan dari
tiap piutang, dan bagian yang wajib diterimakan kepada kreditor.
Kreditor konkuren harus diberikan bagian yang ditentukan oleh hakim
pengawas sedangkan kreditor separatis dan kreditor preferen
mendapatkan pembayaran dari hasil penjualan benda diagunkan
kepada mereka jika hasil penjualan benda agunan tidak mencukupi
untuk membayar seluruh piutang kreditor yang didahulukan (kreditor
separatis dan kreditor preferen) maka untuk kekurangannya mereka
berkedudukan sebagai kreditor konkuren.
xcv
Kurator membayarkan atau membagikan hasil penjualan harta
pailit kepada kreditor konkuren setiap kali terdapat sejumlah uang
tunai yang oleh kurator diperkirakan cukup untuk melunasi bagian
tertentu dari utang secara proporsional, sesuai dengan daftar
pembagian yang telah disetujui oleh hakim pengawas. Pada saat
pembagian kepada kreditor konkuren, kurator harus memastikan
bahwa tidak ada tagihan dari kreditor yang diistimewakan. Kurator
dilarang mendahulukan pembayaran pada kreditor tertentu, kecuali
pada kreditor yang memang didahulukan berdasarkan sifat piutangnya
(Standar Profesi Kurator dan Pengurus, Asosiasi Kurator dan Pengurus
Indonesia).
xcvi
1. Perkara Kepailitan PT. Adam Air
Kasus Posisi
PT. Adam Air digugat pailit oleh CV. CICI, PT. Merpati
Indonesia, toko Global, PT. Jaya Makmur, PT. Bintang dan ribuan
karyawannya yang tergabung dalam Forum Serikat Pekerja Adam Air
(Forsikad) pada 14 Mei 2008. Kemudian niat PT. Adam Air untuk
membayar utang secara tunai di persidangan dianggap cukup
membuktikan adanya kewajiban yang sudah jatuh tempo dan dapat
ditagih. Bukti pengakuan utang itu berakibat fatal. Majelis hakim
pengadilan niaga Jakarta Pusat mengeluarkan putusan 9 Juni 2008
yang menyatakan PT. Adam Air pailit. Majelis hakim menggunakan
pengakuan utang tersebut sebagai salah satu alasan untuk mengabulkan
permohonan pailit yang diajukan CV CICI qq Dra. Luvida terhadap
PT. Adam Air. Hakim, pada amar putusannya yang lain, mengangkat
Gunawan Widiatmadja dan Antoni Prawira sebagai tim kurator yang
akan memimpin pembagian harta Adam Air kepada para kreditornya.
hakim PN Jakarta Pusat, Reno Listowo juga ditunjuk sebagai hakim
pengawas. PT. Adam Air juga masih dibebani untuk membayar biaya
perkara sebesar Rp. 5 juta. Hakim menilai keinginan kuasa hukum
Adam Air membayar secara lunas utangnya kepada CV CICI di muka
persidangan adalah suatu perbuatan yang tidak dikenal dalam UU No
37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (UU Kepailitan dan PKPU). Menurut Makassau,
jika Adam Air berkeinginan menyelesaikan kewajibannya, maka
Adam Air bisa menempuh prosedur PKPU. Unsur pailit yang lain
mengenai adanya dua atau lebih kreditor juga dinyatakan terpenuhi.
Hakim merujuk pada bukti adanya surat kuasa yang diberikan kreditor
lain kepada kuasa hukum pemohon. Kreditor itu antara lain PT Merpati
Indonesia, Toko Global, PT Jaya Makmur, PT Bintang dan ribuan
karyawan yang belum memperoleh gaji dua bulan terakhirnya.
xcvii
Kurator mengaku kesulitan melacak aset PT. Adam Air.
Padahal aset yang ada tidak cukup untuk menutup kewajiban
perusahaan yang dipailitkan pada 9 Juni 2008 itu. Hingga 30 Juni 2008
kurator belum mendapatkan laporan keuangan perusahaan 2006-2007,
nama kreditor dan biaya perusahaan yang belum dibayarkan, beberapa
sertifikat tanah dan bangunan. Kurator juga belum melihat AD/ART
perusahaan, berita acara kerja sama PT. Adam Air Sky Connection
dengan PT. Global Transport Service, dan dokumen perjanjian lainnya
sehingga kurator kesulitan dengan status quo yang mengambang ini.
Gunawan selaku kurator menuturkan saat ini aset PT. Adam Air tidak
cukup untuk membayar kewajiban-kewajiban kepada kreditor, hak-hak
para kreditor, karyawan, dan agen tiket PT. Adam Air sehingga
pembagian harta pailit akan dibayar rata berdasarkan persentase.
Menurut Gunawan, PT. Adam Air masih memiliki kewajiban pada
kurator jutaan dolar Amerika. Kewajiban tersebut mulai dari biaya
sewa pesawat dari lessor yang belum dibayar hampir jutaan dolar
hingga dana untuk hak para gaji karyawan dan kreditor lainnya.
xcviii
Mandiri, BNI, BRI, BCA, Lippobank, dan beberapa renening giro.
Rapat verifikasi yang pertama tersebut dihadiri oleh hakim pengawas
Reno Listowo, SH dan 2 orang kurator Gunawan Widyaatmadja dan
Anthony Prawira, direktur keuangan PT. Adam Air Gustiono Kustanto.
Akan tetapi direktur utama PT. Adam Air, Adam Suherman tidak hadir
karena sakit.
xcix
Permintaan penggantian kurator ditengarai lambannya kurator
dalam memverifikasi jumlah aset dan tagihan kreditur. Enam bulan
pasca-putusan pailit PT. Adam Air, hasil dari verifikasi kurator masih
nihil. Kurator tidak memberikan laporan berkala boedel pailit dan
mengklasifikasian kreditur sejak 9 Juni 2008. Bahkan Gunawan diduga
mendepositokan harta pailit atas nama pribadi Gunawan ke Bank
Mandiri sebesar Rp5 miliar selain itu, Gunawan juga diduga
mentransfer harta pailit sebesar Rp75 juta ke rekening istrinya. Dugaan
penyalahgunaan aset oleh Gunawan tengah di proses di Polda Metro
Jaya. Pada 20 Januari 2008, Anthony dan Gunawan akan diperiksa
sebagai tersangka. Selain jalur pidana, Timotius selaku kuasa hukum
kreditorakan mengajukan gugatan sita aset kurator. Hal itu sesuai
dengan Pasal 72 UU Kepailitan yang menyatakan kurator bertanggung
jawab terhadap kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan tugas
pengurusan dan/atau pemberesan yang menyebabkan kerugian
terhadap harta pailit. Menurut Timotius boedel pailit dikuasai secara
pribadi oleh Gunawan. Kreditor juga mengadukan ulah Gunawan dan
Anthony ke komite etik kurator.
c
kewajiban debitur dan piutang kreditur, serta pengamanan aset pailit.
Kurator melakukan rencana penjualan aset untuk membayarkan
kewajiban ke kreditur, termasuk mantan karyawan.
ci
penggantian kurator tidak memenuhi syarat formil sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 71 ayat (2) UU No. 37 Tahun 2004.
cii
Analisis penulis
PT. Adam Air yang diputus pailit pada 9 Juni 2008, majelis
hakim dalam amar putusannya mengangkat Gunawan Widiatmadja dan
Antoni Prawira sebagai tim kurator yang akan memimpin pembagian
harta Adam Air kepada para kreditornya. hakim PN Jakarta Pusat,
Reno Listowo juga ditunjuk sebagai hakim pengawas. Pengangkatan
kurator dan hakim pengawas secara bersamaan dalam suatu amar
putusan pailit telah sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat (1) Undang-
undang No.37 Tahun 2004 kemudian tugas kurator selanjutnya
berdasarkan Pasal 15 ayat (4) adalah dengan jangka waktu paling
lambat 5 hari setelah putusan pailit dibacakan, kurator mengumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia dan paling sedikit dalam 2
surat kabar harian mengenai ikhtisar putusan pailit.
ciii
rekening debitor ini telah sesuai dengan ketentuan Pasal 108 ayat (1)
demi keamanan harta pailit.
civ
jumlah piutang harus lebih dari setengah jumlah piutang kreditur
konkuren. Sementara itu, selama tujuh bulan sejak putusan pailit,
kurator belum selesai memverifikasi piutang. Akibatnya belum dapat
ditentukan jumlah piutang yang diakui sebagai penentu jumlah suara.
Jumlah suara merupakan syarat pengambilan suara (voting) atas usulan
yang diajukan. Oleh karena itu, permohonan penggantian kurator tidak
memenuhi syarat formil sebagaimana ditentukan dalam Pasal 71 ayat
(2) UU No. 37 Tahun 2004.
cv
tindakan yang berada pada koridor untuk mengamankan harta pailit
dan lebih mengarah pada tujuan untuk menguntungkan diri sendiri.
cvi
PT. SPI. Mulai tanggal 1 Juli 2006- 26 Maret 2007, para terdakwa
berhasil menggaet 148 nasabah dengan jumlah dana yang terhimpun
sebesar Rp77.355.000.000, yang disetor nasabah melalui rekening PT.
SPI. Agar semakin meyakinkan, para nasabah diberi jaminan berupa
Bilyet Giro Bank BCA KCP pembangunan Jakarta yang
ditandatangani oleh Elvira Krisnawati (masih buron). Akan tetapi,
setelah dana terkumpul keuntungan sebesar 3% sampai 6% pada setiap
bulannya dari jumlah investasi yang dijanjikan, oleh para terdakwa
tidak pernah dipenuhi. Bahkan bilyet giro yang diberikan setelah
dikliringkan ke bank dananya ternyata kosong.
cvii
Asset PT. SPI Ini tersebar di berbagai wilayah seperti Jakarta,
Medan, Solo, Jember, Probolinggo, Surakarta, Bandung dan
Semarang.
b. Aset Tidak Bergerak
1) Aset Mobil
2) Aset yang dijadikan barang bukti
c. Uang tunai sejumlah Rp. 8.000.000.000,- (delapan miliar rupiah)
d. Rekening
cviii
hukum terhadap status aset, perusahaan-perusahaan, untuk
mempercepat pekerjaan tim kurator.
cix
beralamat di Jalan Gatot Subroto Kepatihan, Kaliwates, Jember
Jawa Timur.
c. Kemudian aset PT SPI yang berupa tiga unit rumah toko (ruko)
sesuai SHM Nomor 02982, 02983, 02984 tertulis atas nama Lisbet
Sinaga yang terletak di Jl. H Agus salim, Kota Madya Surakarta,
Kec. Laweyan, Kelurahan Sondakan, Surakarta, Jawa Tengah,
telah terjual pada proses pelelangan yang berlangsung pada Selasa,
19 Februari 2008 yang lalu, dan bertempat di aula KPKNL
Surakarta, Jl. Ki Mangunsarkoro No:141 Surakarta.
d. Selain itu aset lain yang juga telah terjual adalah aset PT SPI yang
berupa sebidang tanah seluas 236 m2 sesuai SHM No. 18/Pusat an.
Baritauli Boru Hutapea, berikut bangunan diatasnya terletak di
Jalan Sindoro No. 30 dan 30-A Kel. Pusat Pasar, Kec. Medan, Kota
Medan, proses lelang di Medan berlangsung pada tanggal 6 Maret
2008 kemarin di Hotel Garuda Plaza, Jl. Sisingamangaraja, Medan.
Disamping aset-aset tersebut, masih terdapat aset-aset PT SPI yang
masih menunggu jadwal lelang yaitu. Hotel Podomoro, Ruko di Batu
Ceper dan Apartemen Red top.
cx
pengoperasian) aset PT. Sarana Perdana Indoglobal (Dalam Pailit)
berupa Hotel Podomoro dan New Golden Time Restaurant.
Pertimbangan hakim pengawas antara lain bahwa dalam proses
pemberesan harta pailit PT. SPI telah dilakukan lelang secara berturut-
turut pada tanggal 16 Agustus 2007, 12 Desember 2007, 19 Maret
2008 dengan hasil tidak ada satupun penawar, dan terakhir pada 8 Mei
2008 dengan hasil hanya ada satu penawar yang mengajukan
penawaran harga dibawah limit yang ditawarkan.
cxi
pembayaran segera dilakukan. Hingga tanggal 23 Februari 2009 sudah
hampir 500 nasabah yang mengirimkan data data dan telah diverifikasi
oleh tim kurator. Tim kurator mengharapkan tanggal 24 Februari 2009
telah menerima penetapan untuk mengeluarkan uang dan
membayarkan kepada kreditor/nasabah.
Analisis penulis
cxii
Pada saat pengangkatannya, kurator harus mulai melakukan
semua upaya untuk mengamankan harta pailit seperti dinyatakan pada
Pasal 98 Undang-undang No.37 Tahun 2004. Salah satu upaya untuk
mengamankan harta pailit adalah melakukan penyegelan seperti yang
tercantum dalam Pasal 99 Undang-undang No.37 Tahun 2004. Akan
tetapi pada perkara PT. SPI sebagian aset-asetnya telah diamankan
oleh pengadilan sebagai barang bukti di persedangan karena para
pemilik PT.SPI sebelum dinyatakan pailit telah diproses secara pidana
terlebih dahulu.
cxiii
cukup beralasan guna melanjutkan pengelolaan/operasional PT. SPI
karena sesuai dengan ketentuan Pasal 104 Undang-undang No.37
Tahun 2004. Hal ini disebabkan karena sejak putusan pailit dibacakan,
debitur pailit demi hukum kehilangan haknya untuk bertindak atas
harta kekayaannya yaitu harta kekayaannya yang termasuk dalam
budel pailit, termasuk juga hak untuk mengurus semua kekayaannya
yang termasuk ke dalam budel pailit seperti tercantum pada Pasal 24
Undang-undang No.37 Tahun 2004.
cxiv
untuk menjalankan tugas namun juga harus dipahami bahwa banyak
pasal-pasal di dalam Undang-undang No.37 Tahun 2004 yang dapat
menimbulkan hambatan bagi kurator dalam melaksanakan tugasnya.
Hambatan tersebut dapat menyebabkan proses pengurusan dan
pemberesan yang dilakukan kurator terhadap harta pailit menjadi semakin
memakan waktu dan kerja kurator menjadi tidak efektif dan efisien.
Adapun pasal-pasal dalam Undang-undang No.37 Tahun 2004 yang dalam
pelaksanaannya dapat menimbulkan hambatan bagi kurator dalam
menjalankan tugasnya yaitu:
cxv
terjadi kekosongan hukum karena sejak pukul 00.00 waktu setempat
debitor pailit sudah tidak berhak lagi terhadap harta pailit. Pelaksanaan
putusan pailit secara serta merta ini juga bertujuan untuk mencegah
adanya itikad buruk dari debitor pailit untuk mengalihkan harta pailit
kepada pihak lain agar ketika kurator melakukan pemberesan sudah
tidak ada lagi harta yang tersisa sehingga hak-hak kreditor tidak dapat
terpenuhi.
cxvi
memberitahukan putusan pailit kepada kurator segera pada saat
putusan pailit diucapkan bukanlah suatu hal yang mustahil, karena di
Belanda, negara asal referensi pelaksanaan prinsip ‘zero hour
principle’ tersebut selalu memastikan seorang kurator yang diangkat
mengetahui perihal pengangkatannya sebagai kurator pada hari yang
sama saat putusan pailit tersebut diucapkan (Ricardo Simanjuntak,
2009:39).
Perkara PT. Adam Air yang diputus pailit pada 9 Juni 2008
hingga tanggal 30 Juni 2008 kurator belum mampu untuk
menyelesaikan pencatatan harta pailit. Kurator perkara pailit PT Adam
Air Sky Connection mengaku kesulitan melacak aset Adam Air.
Padahal aset yang ada tidak cukup untuk menutup kewajiban
perusahaan 2008 itu. Hingga tanggal 30 Juni 2008 kurator belum
mendapatkan laporan keuangan perusahaan 2006-2007, nama kreditor
dan biaya perusahaan yang belum dibayarkan, dan beberapa sertifikat
tanah dan bangunan. Kurator juga belum melihat AD/ART perusahaan,
berita acara kerja sama PT Adam Air Sky Connection dengan PT
cxvii
Global Transport Service, serta dokumen perjanjian lainnya
(http://www.detikfinance.com, Surakarta,12 Mei 2009 pukul 19.35
WIB).
cxviii
Indoglobal (PT. SPI)) sebagai orang yang masih dalam pengejaran
polisi tidak kunjung tertangkap. Padahal kunci sebagian besar
penelusuran aset pailit PT. SPI sangat tergantung dari keterangan Leo
Patar Sinaga. Sementara 3 (tiga) orang direktur dan satu (1) orang
managernya telah divonis dan dijatuhi hukuman, dan telah berada di
Lembaga Pemasyarakatan (http://id.denylawfirm.com, Surakarta,7 Mei
2009 pukul 20.20 WIB).
cxix
dalam Pasal 100 Undang-undang No.37 Tahun 2004. Hal tersebut
disebabkan karena tingkat kerumitan setiap perkara pailit berbeda-
beda. Kerumitan tersebut dapat meliputi kedudukan cabang perusahaan
debitor pailit yang berada di berbagai wilayah dan aset-aset perusahaan
yang juga tersebar di berbagai wilayah baik di wilayah Indonesia
ataupun di luar negeri sehingga kehadiran Pasal 100 ini tidak dapat
efektif untuk dijalankan dan dapat menimbulkan kerentaan terhadap
kedudukan kurator. Setiap kreditor dapat menuntut kepada kurator agar
diselesaikannya pencatatan harta pailit sesuai jangka waktu dalam
Undang-undang No.37 Tahun 2004 padahal dalam kenyataannya
pencatatan tersebut membutuhkan waktu yang panjang. Tuntutan dari
kreditor tersebut dapat berpengaruh pada kredibilitas dan reputasi
kurator karena dianggap tidak sanggup melaksanakan tugasnya sesuai
undang-undang.
cxx
dianut Undang-undang No.37 Tahun 2004 dalam sita umum harta
pailit dihadang oleh prinsip regionalitas yang dianut oleh negara-
negara berdaulat, yang membuat putusan pengadilan niaga Indonesia
tidak dapat dieksekusi di luar negeri dimana aset debitor pailit berada.
Dapat dikatakan pailitnya suatu PT di Indonesia belum tentu pailit di
mata hukum asing. Prinsip tersebut sebenarnya juga berlaku di
Indonesia, dimana Indonesia tidak mengenal keberlakuan putusan
pailit dari pengadilan asing (foreign judgment) (Ricardo Simanjuntak,
2009:43).
cxxi
Penerbitan model law tentang Cross Border Insolvency
diharapkan diharapkan oleh PBB dapat mewarnai pemahaman dan
proses berpikir para pembacanya sehingga dapat mempengaruhi
keseragaman pembangunan prisip-prinsip hukum kepailitan di masing-
masing negara. UNCITRAL Model Law belum secara resmi dibuat
menjadi proyek penelitian di masing-masing negara termasuk
Indonesia (Ricardo Simanjuntak, 2008:61).
cxxii
permohonan atau atas usul kreditor konkuren berdasarkan putusan
rapat kreditor yang diselenggarakan dengan persyaratan putusan
tersebut diambil berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (satu perdua)
jumlah kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat dan
yang mewakili lebih dari ½ (satu perdua) jumlah piutang kreditor
konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut.
cxxiii
c. Kurator terdahulu wajib membuat laporan pertanggungjawaban
atas penugasannya dan menyerahkan salinan laporan tersebut
kepada kurator pengganti.
cxxiv
Undang-undang Nomor 4 tahun 1998 juga tidak diatur mengenai
penyelesaian perselisihan status hukum kurator ini. Maka setelah
lahirnya Undang-undang Nomor 37 tahun 2004, Peraturan Menteri
Kehakiman Nomor M.08.10.05.10 Tahun 1998 kemudian juga
disempurnakan dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor M.01-HT.05.10 Tahun 2005
Tentang Pendaftaran Kurator dan Pengurus. Akan tetapi Peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
M.01-HT.05.10 Tahun 2005 juga tidak memberikan aturan yang tegas
mengenai perubahan status kurator yang sudah tidak terdaftar dalam
keanggotaan oganisasi profesi yang resmi. Pasal 17 ayat (2) Peraturan
Menteri Nomor M.01-HT.05.10 Tahun 2005 tertulis bahwa kurator dan
pengurus yang telah dikeluarkan dari suatu organisasi profesi, tidak
menghilangkan haknya sebagai kurator dan pengurus untuk menangani
perkara kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang.
Berdasarkan Pasal 17 ayat (2) tersebut dapat diartikan bahwa seorang
kurator tidak kehilangan haknya untuk menangani suatu perkara
kepailitan walaupun dirinya tidak terdaftar lagi dalam keanggotaan
organisasi profesi yang resmi sedangkan dalam Pasal 18 Peraturan
Menteri Nomor M.01-HT.05.10 Tahun 2005 dinyatakan bahwa kurator
yang berhenti atau diberhentikan yang salah satu alasannya adalah
tidak terdaftar lagi sebagai anggota dari organisasi profesi yang resmi
maka dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal pemberhentian,
mencoret kurator dalam buku register pendaftaran kurator dan
pengurus. Benturan antara Pasal 17 ayat (2) dengan Pasal 18 ini dapat
menimbulkan ketidakpastian hukum karena pada Pasal 17 ayat (2)
dinyatakan bahwa kurator tidak kehilangan haknya, sementara menurut
Pasal 18 hak-hak kurator akan berakhir dalam jangka waktu 30 hari
dengan dicoretnya nama kurator dalam buku register pendaftaran
kurator dan pengurus. Ditambah lagi Peraturan Menteri ini tidak
menjelaskan alasan pemberian jangka waktu 30 hari sebelum
cxxv
pencoretan nama kurator, karena adanya jangka waktu tersebut
memberikan ketidakpastian hukum terhadap status hukum kurator.
cxxvi
gugatan sita aset kurator (http://www.hukumonline.com, Surakarta,2
Mei 2009 pukul 14.50 WIB).
cxxvii
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
117
cxxviii
2. Tugas kurator setelah adanya putusan pailit dari pengadilan niaga,
meliputi:
B. Saran
cxxix
pengaturan yang ketat dalam pemberian sertifikat kurator sehingga
kurator tidak hanya ahli untuk menangani perkara-perkara hukum dalam
kepailitan tetapi juga ahli dalam mengurus perusahaan dan aset-asetnya
yang merupakan harta pailit.
2. Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang seharusnya memberikan
beban tanggung jawab kepada hakim pengawas agar dapat membantu
kurator dalam menyelesaikan perkara kepailitan yang sedang ditangani.
3. Untuk mengatasi kendala-kendala yuridis yang dihadapi oleh kurator
dalam menjalankan tugasnya seharusnya Undang-undang Nomor 37
Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang memberikan pengaturan yang tegas, dalam hal sebagai berikut:
cxxx
kepailitan yang sedang ditangani. Dengan adanya permohonan
jangka waktu tersebut hakim pengawas dapat memberikan penetapan
jangka waktu pencatatan harta pailit yang bisa dijadikan legalitas
bagi kurator untuk menjalankan tugasnya tersebut.
c. Undang-undang No.37 Tahun 2004 tidak memberikan pengaturan
terhadap eksekusi harta pailit yang berada di luar negeri. Padahal
untuk melakukan eksekusi putusan pailit terhadap harta pailit di luar
negeri harus melalui birokrasi yang rumit apalagi jika Indonesia
belum mempunyai suatu perjanjian bilateral atau multilateral dengan
negara yang dituju. Kadangkala putusan pailit di Indonesia terhalang
oleh prinsip regionalitas negara lain sehingga tidak dapat
dilaksanakan di negara tersebut. Seharusnya Undang-undang No.37
Tahun 2004 memberikan pengaturan agar debitor pailit memberikan
surat kuasa (power of attorney) pada kurator untuk mengambil alih
aset perusahannya yang berada di luar negeri sehingga kurator dapat
menjalankan tugasnya secara efektif dan efisien tanpa terhalang
prinsip regionalitas negara lain.
d. Undang-undang No.37 Tahun 2004 tidak mengatur tentang
kewajiban kurator lama berkaitan dengan tugasnya terhadap kurator
baru dalam hal terjadi penggantian kurator dalam suatu perkara
pailit. Seharusnya Undang-undang No.37 Tahun 2004 mengatur
mengenai kewajiban yang harus dilaksanakan kurator lama kepada
kurator baru agar kurator baru tidak menjalankan tugasnya dari nol
lagi atau dengan kata lain kurator baru hanya meneruskan tugas dari
kurator lama sehingga perkara pailit dapat cepat diselesaikan.
e. Undang-undang No.37 Tahun 2004 tidak mengatur apabila terjadi
kekosongan hukum dimana kurator sudah tidak terdaftar dalam
organisasi profesi yang resmi padahal tengah menangani suatu
perkara pailit. Seharusnya Undang-undang No.37 Tahun 2004
mengatur mengenai masa transisi keanggotaan kurator ini sehingga
kurator yang sudah tidak terdaftar dalam organisasi profesi yang
cxxxi
resmi dapat segera digantikan oleh kurator lain yang masih
memenuhi syarat sebagai kurator.
f. Tidak adanya pembatasan yang jelas mengenai tanggung jawab
kurator dapat menghambat kreatifitas kurator dalam menjalankan
tugasnya. Oleh karena jika kurator salah mengambil keputusan dan
menimbulkan kerugian bagi harta pailit maka kuratorlah yang harus
bertanggung jawab untuk mengganti harta pailit tersebut. Seharusnya
Undang-undang No.37 Tahun 2004 memberikan pembatasan yang
jelas mengenai tanggung jawab kurator sehingga kurator tidak
diliputi perasaan takut apabila melakukan kesalahan dan dapat
bertanggung jawab sesuai kapasitasnya terhadap harta pailit.
cxxxii
Daftar Pustaka
Buku
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja. 1999. Seri Hukum Bisnis Kepailitan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Amir Abadi Jusuf. 2004. Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Perusahaan
Pailit. Dalam Emmy Yuhassarie (Ed.), Prosiding Rangkaian
Lokakarya Terbatas Masalah-masalah Kepailitan dan Wawasan
Hukum Bisnis Lainnya (hlm. 251-256). Jakarta: Pusat Pengkajian
Hukum
Bahdin Nur Tanjung dan Ardial. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Proposal, Skripsi, dan Tesis) dan Mempersiapkan Diri Menjadi
Penulis Artikel Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
122
cxxxiii
Rangkaian Lokakarya Terbatas Masalah-masalah Kepailitan dan
Wawasan Hukum Bisnis Lainnya (hlm. 17-22). Jakarta: Pusat
Pengkajian Hukum
Munir Fuady. 1999. Hukum Pailit 1998 (Dalam Teori dan Praktek). Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti
cxxxiv
Parwoto Wignjosumarto. 2001. Tugas dan Wewenang Hakim
Pemeriksa/Pemutus Perkara, Hakim Pengawas dan
Kurator/Pengurus. Jakarta: PT. Tatanusa
cxxxv
Wawasan Hukum Bisnis Lainnya (hlm. 122-125). Jakarta: Pusat
Pengkajian Hukum
Suhandjono. 2001. Fungsi Kejaksaan Dalam Hukum Perdata dan Tata Usaha
Negara serta Pengertian Kepentingan Umum dalam Kepailitan. Dalam
Rudhy A. Lontoh dkk (Ed.), Penyelesaian Utang-piutang Melalui
Pailit atau Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang. (hlm. 595-
607). Bandung: Alumni
Thomas Suyatno. 2001. Bank Indonesia, Bank Tidak Sehat, BPPN dan
Masalah Kepailitan. Dalam Rudhy A. Lontoh dkk (Ed.), Penyelesaian
Utang-piutang Melalui Pailit atau Penundaaan Kewajiban
Pembayaran Utang. (hlm. 454-468). Bandung: Alumni
Timur Sukirno. 2001. Tanggung Jawab Kurator terhadap Harta Pailit dan
Penerapan Actio Pauliana. Dalam Rudhy A. Lontoh dkk (Ed.),
Penyelesaian Utang-piutang Melalui Pailit atau Penundaaan
Kewajiban Pembayaran Utang. (hlm. 369-378). Bandung: Alumni
cxxxvi
Undang-undang
Kitab Undang-undang Hukum Dagang
Jurnal
Leonard J. Theberge. 1980. Law and Economic Development. Journal of
International Law and Policy, Vol. 9, 232
cxxxvii
Robert J. Landry. 2006. An Empirical Analysis Of The Causes Of Consumer
Bankruptcy: Will Bankruptcy Reform Really Change Anything?.
Rutgers Business Law Journal, Vol. 3, 4
Internet
Adam Air Dinyatakan Pailit. 2008. http://www.hukumonline.com. diakses di
Surakarta,1 Mei 2009 pukul 15.00 WIB
Elin Yunita Kristanti dan Eko Huda S. 2002. Kurator Adam Air Tak Mau
Diganti. http://us.nasional.vivanews.com. diakses di Surakarta, 10 Mei
2009 pukul 19.15 WIB
Lain-lain
Kode Etik Profesi Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia
cxxxviii