Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran pada materi bangun
segitiga dan segi empat dengan penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah pada Kompetensi Dasar “Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah” yang layak digunakan dalam proses pembelajaran.
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan menggunakan model Plomp. Pengembangan
yang dilakukan dengan 5 tahap yaitu: (1) analisis permasalahan, (2) rancangan, (3) realisasi, (4)
implementasi, (5) evaluasi. Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah kelas VII SMP Negeri 1 Patuk
Gunungkidul dengan 32 siswa. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar validasi
perangkat, lembar kepraktisan perangkat, dan tes. Data yang dikumpulkan berupa data tentang kualitas
produk yang dikembangkan yaitu kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Penelitian ini menghasilkan
perangkat pembelajaran pada Kompetensi Dasar “Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan
segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah” yang telah memenuhi kriteria valid,
praktis, dan efektif.
Kata Kunci: perangkat pembelajaran, penemuan terbimbing, pemecahan masalah
Abstract
This research is aimed to produce a learning kits material of triangle and square shape through
guided inquiry to improve a problem solving competence on the basic competence of “counting the
circle and the width of the triangle and square shape and use it to solve problem” which is
appropriate to use in a process of teaching and learning activity. This research is a developing
research which uses the Plomp model. The development is done through 5 phases, i.e. (1) Problem
analysis, (2) designing, (3) realization, (4) implementation, (5) evaluation. Subjects of trial-test in this
research are the seven grade students of SMP Negeri Patuk 1 Gunungkidul, 32 students. The
instruments of collecting data used are; validity observation sheet, practicality sheet, and test
instruments. Data collected are data about the product quality which is developed, i.e. validity,
practicality, and effectivity. This research produced the instrument of teaching and learning on the
basic competence of “counting the circle and the width of the triangle and square shape and use it to
solve problem” which fulfils the valid, practical and effective criterion.
Keywords: teaching and learning kits, guided discovery, problem solving
an merupakan metode yang sangat ditekankan keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat
dalam proses pembelajaran, seperti tertuang da- serta menggunakannya dalam pemecahan masa-
lam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuda- lah” dengan mendeskripsikan tingkat kevalidan,
yaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar kepraktisan, dan keefektifan produk. Spesifikasi
Proses, bahwa untuk memperkuat pendekatan produk akhir dari penelitian ini adalah perangkat
ilmiah perlu diterapkan pembelajaran berbasis pembelajaran KD 6.3 “Menghitung keliling dan
discovery learning. Sehubungan dengan materi luas bangun segitiga dan segi empat serta meng-
pada bangun segitiga dan segiempat terdapat gunakannya dalam pemecahan masalah” dengan
konsep-konsep yang tersusun secara hirarkis, penemuan terbimbing, yang meliputi rencana
maka pemahaman keterkaitan antar konsep dan pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegiat-
prinsip harus diperhatikan guna mengembang- an siswa (LKS) dan tes hasil belajar siswa.
kan kemampuan siswa untuk berpikir logis, sis-
Pembelajaran Penemuan Terbimbing
tematis, kreatif, dan objektif agar siswa benar-
benar dapat menyelesaikan masalah matematika. Pembelajaran matematika merupakan usa-
Berdasarkan uraian tersebut, maka diper- ha membantu siswa mengkonstruk pengetahuan
lukan suatu pembelajaran yang dapat mening- melalui proses, karena mengetahui adalah suatu
katkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan proses bukan suatu produk (Slavin, 1997,
masalah yang berkaitan dengan luas bangun da- p.273). Proses tersebut dimulai dari pengalaman
tar. Selain itu diperlukan pula suatu pembel- sehingga siswa harus diberi kesempatan seluas-
ajaran yang menerapkan metode penemuan luasnya untuk mengkonstruk sendiri pengetahu-
dengan menggunakan Lembar Kegiatan Siswa. an yang harus dimiliki. Agar siswa dapat mene-
Oleh karena itu, dilakukan penelitian pengem- mukan sendiri konsep-konsep atau prinsip-prin-
bangan perangkat pembelajaran yang dapat sip yang telah ditetapkan oleh guru sebelumnya
meningkatkan kemampuan siswa dalam menye- maka guru harus menciptakan lingkungan bel-
lesaikan masalah yang berkaitan dengan luas ajar yang benar-benar dapat melibatkan siswa
bangun datar dengan metode penemuan. secara aktif. Hal ini sesuai pendapat Slavin
Identifikasi permasalahan pada kegiatan (1994, p. 28) yang menyatakan bahwa siswa bel-
pembelajaran di SMP Negeri 1 Patuk Gunung- ajar melalui aktivitas yang melibatkan konsep-
kidul Yogyakarta, diantaranya: (1) materi bang- konsep dan prinsip-prinsip dan guru mereko-
un segitiga dan segiempat merupakan materi mendasikan siswa untuk memiliki pengalaman-
yang sulit bagi siswa, (2) guru-guru matematika pengalaman dan membuat eksperimen-eksperi-
SMPN1 Patuk melaksanakan kegiatan pembel- men yang memungkinkan ditemukannya prin-
ajaran secara konvensional, (3) guru-guru mate- sip-prinsip baru bagi pengetahuannya.
matika kesulitan melaksanakan pembelajaran Dalam matematika hubungan antar kon-
dengan penemuan terbimbing, (4) guru-guru sep atau antar prinsip tidak terpisah-pisah me-
matematika kesulitan dalam menyusun Lembar lainkan saling terkait. Oleh karena itu agar siswa
Kegiatan Siswa. Permasalahan dalam penelitian dapat menemukan konsep atau prinsip baru
ini difokuskan pada pengembangan perangkat maka petunjuk yang diberikan guru hendaknya
pembelajaran bangun segitiga dan segiempat mengarah pada pemahaman struktur matema-
dengan penemuan terbimbing pada kompetensi tika. Petunjuk tersebut dapat berupa keterangan
dasar 6.3 “Menghitung keliling dan luas bangun ataupun gambar untuk membantu jalan pemikir-
segitiga dan segi empat serta menggunakannya an siswa. Hal tersebut sesuai pendapat Wilcok,
dalam pemecahan masalah”. Berdasarkan identi- Slavin (1994, p.227) yang menyatakan bahwa
fikasi masalah, dirumuskan permasalahan yang pembelajaran penemuan menekankan pada pe-
akan diteliti, apakah perangkat pembelajaran ba- mahaman struktur atau ide-ide penting terhadap
ngun segitiga dan segiempat dengan penemuan suatu disiplin ilmu melalui keterlibatan siswa
terbimbing yang dikembangkan pada kompeten- secara aktif dalam pembelajaran, dan guru men-
si dasar “Menghitung keliling dan luas bangun dorong siswa untuk mendapatkan pengalaman
segitiga dan segiempat serta menggunakannya dengan melakukan kegiatan yang memungkin-
dalam pemecahan masalah” layak digunakan kan siswa menemukan konsep-konsep atau
dalam kegiatan pembelajaran? prinsip-prinsip secara mandiri.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasil- Model pembelajaran yang menitikberat-
kan perangkat pembelajaran matematika yang kan pada proses membangun pengetahuan dina-
layak untuk kompetensi dasar “Menghitung makan model penemuan atau discovery
learning. Kata penemuan sebagai metode pem- eksplisit. Hal ini sesuai dengan pendapat
belajaran merupakan penemuan yang dilakukan Carnow, Snow, dan Meyer (Woolfolk, 2007,
oleh siswa. Dalam belajar tersebut siswa mene- p.354) yang mengemukakan bahwa belajar de-
mukan sendiri sesuatu hal yang baru dalam ngan penemuan kurang efektif bagi siswa
dirinya melalui eksperimen. Menurut Bruner dengan kemampuan rendah. Meyer (Alfieri,
(Lefrancois, 1999, p.209) belajar penemuan me- 2011, p.1) menyatakan bahwa belajar penemuan
rupakan pencarian pengetahuan secara aktif oleh secara eksplisit memberikan hasil yang lebih
individu dan dengan sendirinya memberikan baik dibandingkan dengan belajar penemuan
hasil yang lebih baik. Bruner menyarankan agar tanpa bantuan. Hal ini berarti belajar penemuan
siswa-siswa hendaknya belajar melalui berparti- tanpa bantuan tidak membantu siswa mene-
sipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan mukan pemecahan masalah.
prinsip-prinsip agar mereka memperoleh penge- Belajar penemuan hanya diterapkan sam-
tahuan melalui pengalaman-pengalaman dengan pai batas-batas tertentu, yaitu dengan mengarah-
melakukan eksperimen-eksperimen untuk mene- kannya secara terstruktur. Karena suatu materi
mukan sendiri konsep-konsep baru. Sedangkan dibangun oleh konsep-konsep dasar dan prinsip-
Lefrancois menyatakan bahwa belajar penemuan prinsip dalam materi tersebut maka bila siswa
sebagai suatu pembelajaran yang mana siswa telah menguasai struktur dasar, tidaklah sulit
tidak disuguhi materi dalam bentuk akhir tetapi baginya untuk mempelajari materi-materi lain
lebih diutamakan agar siswa mengorganisir dalam bidang studi yang sama. Hal ini
dalam diri mereka. Karakteristik yang paling disebabkan karena telah mendapatkan kerangka
penting dalam pembelajaran penemuan adalah pengetahuan yang bermakna yang dapat diguna-
pengurangan keterlibatan dan pengaturan guru. kan untuk melihat hubungan-hubungan yang
Guru memberikan kesempatan seluas-luasnya esensial sehingga dapat memahami hal-hal yang
kepada siswa untuk membangun pengetahuan- lebih mendetail. Untuk membiasakan siswa
nya. Mendukung pendapat Lefrancois, Balim belajar menemukan sesuatu maka tidak semua
(2009, p.2) menyatakan bahwa belajar penemu- materi pelajaran dipresentasikan dalam bentuk
an merupakan suatu proses pembelajaran yang final agar siswa berusaha mencari dan menemu-
mengutamakan belajar aktif, berorientasi pada kan sendiri. Siswa harus mampu mengintegrasi-
proses, menemukan sendiri, dan bersifat reflek- kan informasi-informasi yang telah ada dalam
tif. Senada dengan Balim, Marsh (2010, p.215) struktur kognitifnya.
menyatakan bahwa pembelajaran penemuan me- Beberapa peneliti telah menggunakan
mungkinkan siswa belajar dengan melakukan. metode penemuan terbimbing di antaranya
Dalam hal ini siswa melakukan proses belajar Yulianto & Jailani (2014, pp. 127-138) yang
dengan aktif, melakukan kegiatan menemukan menghasilkan perangkat pembelajaran geometri
konsep-konsep atau prinsip-prinsip secara man- SMP yang berkualitas dan layak digunakan da-
diri sehingga siswa akan lebih memahami secara lam proses pembelajaran. Masing-masing kom-
konseptual. ponen perangkat pembelajaran tersebut meme-
Belajar dengan penemuan hasilnya berta- nuhi kriteria sangat valid, sangat praktis dan
han lama dalam memori siswa karena siswa ter- efektif. Dengan penelitian berbagai metode ini
libat secara langsung dalam proses pembentukan dipercaya dapat meningkatkan kemampuan
pengetahuan itu melalui pengalaman-pengalam- pemecahan masalah seperti yang telah diteliti
an yang dilakukannya. Disamping itu, siswa oleh Setiawan & Harta (2014, pp. 241-257)
menjadi terbiasa menghadapi masalah dan ber- Jadi pembelajaran penemuan merupakan
usaha untuk mencari solusinya. Hal ini sesuai suatu proses mental dalam mengasimilasi kon-
dengan pendapat Bruner yang menyatakan bah- sep-konsep dan prinsip-prinsip di dalam sruktur
wa pendekatan discovery memudahkan transfer kognitifnya untuk menyusun pengetahuan baru
dan penahanan, meningkatkan kemampuan bagi dirinya.
pemecahan masalah, dan meningkatkan motivasi
Pemecahan Masalah
(Lefrancois, 2000, p.209).
Namun demikian siswa tidak dilepaskan The National Council of Supervisors of
begitu saja untuk menemukan sendiri konsep- Mathematics (Posamentier et al., 2010, p.105)
konsep atau prinsip-prinsip matematika. Siswa menyatakan bahwa belajar memecahkan masa-
dengan kemampuan matematika yang rendah lah adalah alasan utama untuk belajar matema-
membutuhkan pembelajaran penemuan secara tika. Lebih jauh Posamentier, et al. menyatakan
bahwa pemecahan masalah bukan hanya sebagai dan dapat dengan mudah mengenali metode
tujuan pembelajaran matematika namun juga yang akan digunakan. Dalam kontek belajar
merupakan inti dari pembelajaran matematika. matematika di SMP, masalah matematika yang
Siswa yang dilatih dan dibiasakan menyelesai- diberikan kepada siswa adalah masalah yang
kan masalah matematika akan berkembang ke- dikaitkan dengan materi yang sedang dipelajari.
mampuan daya pikirnya, dan berkembang pula Terlepas dari jenis masalahnya Om dan
keterampilan dasar mereka dalam menyelesai- Jay (2002, p.16) menyatakan bahwa pemecahan
kan masalah terutama masalah dalam kehidupan masalah dirancang sebagai suatu proses dimana
sehari-hari (Pimta, et al., 2009, p.381). Senada seseorang menggunakan pengetahuan dan pema-
dengan Pimta, Posamentier et al. (2010, p.106), haman yang dimilikinya untuk menyelesaikan
menyatakan bahwa pengangkatan masalah da- permasalahan yang tidak sering dihadapinya
lam kehidupan sehari-hari menambahkan pen- sampai masalah tersebut menjadi bukan masalah
tingnya belajar matematika bagi siswa yang lagi. Pemecahan masalah terjadi ketika sese-
pada akhirnya akan meningkatkan belajar orang berpikir matematika dan melakukan pena-
mereka. laran untuk menutup kesenjangan antara kenya-
Suatu tugas matematika atau suatu per- taan yang terjadi dan apa yang diharapkan
tanyaan disebut sebagai masalah bagi seseorang (Haylock & Thangata, 2007, p.146). Jadi, dalam
jika pertanyaan itu tidak bisa dipecahkan dengan menyelsaikan masalah dibutuhkan kreativitas
suatu prosedur yang sudah diketahui oleh untuk berpikir secara ilmiah dan menggunakan
penjawab pertanyaan, tetapi ingin sekali meme- penalaran yang logis. Terkait dengan pemecahan
cahannya. Suatu tugas dapat menjadi masalah masalah, Polya (Conway, 2004, pp.5-22) me-
bagi si A, tetapi belum tentu menjadi masalah ngembangkan empat langkah yang harus dilak-
bagi si B jika si B sudah mengetahui prosedur sanakan untuk pemecahan masalah sebagai
untuk menyelesaikannya. Suatu tugas dapat berikut: (1) memahami masalah, (2) merencana-
menjadi masalah untuk hari ini, tetapi dapat pula kan cara penyelesaian. (3) melaksanakan renca-
bukan masalah untuk hari esok. Jika masalah na, (4) melakukan pengecekan kembali terhadap
dapat diselesaikan hari ini dengan memahami semua langkah yang telah dikerjakan.
prosedur penyelesaiannya, maka bukan masalah Kemampuan pemecahan masalah yang
lagi untuk hari esok. Memecahkan masalah dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampu-
adalah proses menerapkan pengetahuan yang an siswa dalam menerapkan rumus keliling dan
telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi luas segitiga dan segiempat yang penyelesaian-
baru yang belum dikenal (Avcu & Avcu, 2010, nya menggunakan lebih dari satu langkah. Jika
p.1283). siswa mengerjakan soal-soal pemecahan masa-
Terdapat dua kelompok masalah dalam lah yang diberikan dan mengerjakan dengan
pembelajaran matematika yaitu masalah rutin memahami, maka jika suatu saat menemui soal
dan masalah nonrutin. Masalah rutin dapat dipe- serupa yang semula dianggap soal nonrutin,
cahkan dengan metode yang sudah ada. Masalah maka tidak lagi menjadi soal nonrutin tetapi
rutin dapat membutuhkan satu, dua atau lebih telah menjadi soal rutin bagi dirinya. Dengan
langkah pemecahan. Masalah rutin memiliki demikian akan meningkatkan kemampuan siswa
aspek penting dalam kurikulum. Tujuan pembel- dalam pemecahan masalah.
ajaran matematika yang diprioritaskan terlebih
Perangkat Pembelajaran dengan Penemuan
dahulu adalah siswa dapat memecahkan masalah
Terbimbing yang Dapat Meningkatkan
rutin. Masalah nonrutin membutuhkan lebih dari
Kemampuan Pemecahan Masalah
sekadar menerjemahkan masalah menjadi kali-
mat matematika dan penggunaan prosedur yang Perangkat pembelajaran yang dikembang-
sudah diketahui. Masalah nonrutin mengharus- kan dalam penelitian ini berupa RPP, LKS, dan
kan pemecah masalah untuk membuat sendiri tes hasil belajar pada materi bangun datar KD
strategi pemecahan. Masalah nonrutin kadang 6.3 yaitu menghitung keliling dan luas bangun
memiliki lebih dari satu solusi pemecahan. Apa- segitiga dan segi empat serta menggunakannya
pun jenis masalahnya rutin atau nonrutin tetap dalam pemecahan masalah.
bergantung pada si pemecah masalah. Masalah Pertama, dalam aspek tujuan, tujuan pem-
nonrutin dapat menjadi masalah rutin jika si belajaran yang tercantum dalam RPP ini adalah
pemecah masalah telah memiliki pengalaman dengan penemuan terbimbing siswa dapat
memecahkan masalah dengan tipe yang sama menemukan rumus keliling dan luas bangun
segitiga dan segiempat serta menggunakannya an yang telah dicapai, seperti ditunjukkan pada
dalam pemecahan masalah. gambar berikut:
Kedua, dalam aspek pemilihan metode,
metode/model yang digunakan adalah belajar
penemuan terbimbing. Pada kegiatan inti, lang-
kah-langkah pembelajaran yang digunakan ada-
lah langkah-langkah pembelajaran pada model
penemuan (Eggen dan Kuachak, 2012: 189-197)
yaitu: (1) fase pendahuluan, (2) fase terbuka, (3)
fase konvergen, (4) fase kesimpulan dan pene-
rapan. Pada fase konvergen, siswa melakukan
proses penemuan dengan menggunakan lembar Sumber: Plomp, et al. (2013)
kegiatan siswa. Dengan menggunakan LKS, Gambar 1. Desain Penelitian Model Plomp
siswa belajar melalui aktifitas yang melibatkan
konsep-konsep/prinsip-prinsip, dan guru mere- Selanjutnya, Plomp (Plomp, et al, 2013,
komendasikan siswa untuk memiliki pengalam- P.19) mengemukakan tahapan-tahapan rancang-
an-pengalaman dan membuat eksperimen-ekspe- an penelitian, yaitu: Pertama, investigasi awal:
rimen yang memungkinkan ditemukannya Analisis kebutuhan dan konteks, literatur, me-
prinsip-prinsip baru bagi pengetahuannya. ngembangkan kerangka konseptual dan teoritis
Ketiga, pada aspek pengembangan ke- untuk penelitian. Kedua, pengembangan proto-
mampuan pemecahan masalah, disajikan soal- tipe: Proses perancangan secara siklikal dan ber-
soal pemecahan masalah yang berkaitan dengan urutan dalam bentuk proses penelitian yang
keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat. lebih mikro serta menggunakan evaluasi forma-
Dalam hal ini, soal pemecahan masalah diran- tif untuk meningkatkan dan memperbaikai inter-
cang sebagai suatu proses dimana siswa mene- vensi. Ketiga, evaluasi: semi evaluasi sumatif
rapkan pengetahuan, dan pemahaman yang di- untuk menyimpulkan apakah solusi atau inter-
milikinya untuk menyelesaikan permasalahan vensi sudah sesuai dengan yang diinginkan serta
yang tidak sering dihadapinya sampai masalah mengajukan rekomendasi pengembangan inter-
tersebut menjadi bukan masalah lagi bagi siswa. vensi.
Pada fase penerapan, dalam menyelesai- Pada Penelitian ini tidak Dilakukan
kan soal-soal penyelesaian masalah, siswa Pengembangan Tahap Evaluasi Sumatif
dibimbing dengan langkah-langkah penyelesaian
Untuk menghasilkan intervensi yang ber-
menurut Polya.
kualitas, Nieveen (Plomp, et al, 2013, p.160)
METODE merekomendasikan beberapa kriteria yaitu:
Jenis Penelitian validitas, kepraktisan, dan efektivitas. Validitas
mencakup validitas isi (relevansi) dan validitas
Jenis penelitian yang digunakan dalam konstruk (konsistensi). Relevansi maksudnya
penelitian ini adalah penelitian dan pengem- ada kebutuhan pengembangan, dan desain yang
bangan. Dalam penelitian dan pengembangan dikembangkan berdasar pengetahuan ilmiah.
diperlukan suatu rancangan penelitian. Plomp Konsistensi maksudnya intervensi dirancang
(Plomp, et al, 2013, p.16) mengemukakan ran- secara logis. Kepraktisan mencakup harapan dan
cangan penelitian adalah suatu kajian sistematis kenyataan. Harapan maksudnya, intervensi ini
tentang merancang, mengembangkan, dan diharapkan dapat digunakan sesuai rancangan.
mengevaluasi intervensi pendidikan (seperti Realisasi, maksudnya intervensi ini dapat digu-
program, strategi, dan bahan pembelajaran, pro- nakan sesuai rancangan. Efektivitas, mencakup
duk dan sistem) sebagai solusi untuk meme- harapan dan realisasi. Harapan maksudnya,
cahkan masalah yang kompleks dalam praktik dengan menggunakan intervensi ini diharapkan
pendidikan. Lebih lanjut Plomp (Plomp, et al, dapat menghasilkan hasil yang diinginkan.
2013, p.17) menyatakan bahwa dalam proses Realisasi maksudnya, menggunakan produk
penelitian dan pengembangan selalu mengguna- dalam hasil yang diinginkan.
kan proses rancangan yang sistematis dan ber- Dalam penelitian ini, valid yang dimaksud
sifat siklik dari analisis, rancangan, evaluasi, dan adalah kesesuaian antara materi pada perangkat
revisi terus dilakukan sampai diperoleh keseim- yang dikembangkan dengan kebutuhan siswa,
bangan antara yang diharapkan dengan kenyata- serta konsistensi hubungan antar komponen
yang dibuat yaitu kajian teori, rencana pelaksa- menyusun peta kebutuhan LKS dan menentukan
naan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan sis- jumlah LKS yang akan ditulis, (2) menentukan
wa (LKS), dan tes hasil belajar. Praktis yang tema/ topik LKS, (3) penulisan LKS.
dimaksud adalah perangkat yang dikembangkan Tes hasil belajar yang dirancang meliputi
mudah digunakan bagi guru dan siswa. Efektif tes awal dan tes akhir. Adapun langkah-langkah
yang dimaksud adalah adanya peningkatan penyusunan adalah sebagai berikut: (1) mem-
prestasi siswa setelah diberikan perangkat buat kisi-kisi, (2) menyusun soal, (3) membuat
pembelajaran tersebut. pedoman penskoran. Tes awal disusun untuk
mengukur kemampuan awal siswa sebelum
Prosedur Pengembangan
diberikan pembelajaran dengan perangkat yang
Prosedur pengembangan perangkat pem- dikembangkan. Tes akhir disusun untuk meng-
belajaran dalam penelitian ini mengacu pada ukur kemampuan siswa setelah diberikan pem-
model Plomp yang dimodifikasi dengan model belajaran dengan perangkat yang dikembangkan.
Nieveen. Prosedur pengembangannya terdiri Penyusunan instrumen bertujuan untuk
atas lima tahapan, yaitu (1) tahap analisis per- menilai kelayakan produk awal yang mencakup
masalahan, (2) tahap perancangan, (3) tahap kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan perang-
realisasi, (4) tahap implementasi, dan (5) tahap kat pembelajaran yang dikembangkan. Instru-
evaluasi. men yang disusun meliputi: (1) Lembar validasi
Analisis Permasalahan dan Kebutuhan RPP, lembar validasi LKS, dan lembar validasi
THB untuk mengukur kevalidan perangkat, (2)
Permasalahan diperoleh dari penguasaan Lembar kepraktisan RPP dan lembar kepraktisan
siswa terhadap materi tertentu dari hasil Ujian LKS oleh guru untuk mengukur kepraktisan
Nasional, dan kesulitan guru dalam pembelajar- perangkat, (3) Lembar kepraktisan LKS oleh
an di kelas. siswa untuk mengukur kepraktisan perangkat,
Perancangan RPP, LKS, THB dan Instrument (4) tes hasil belajar untuk mengukur keefektifan
perangkat yang dikembangkan.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dirancang sebagai acuan bagi guru dalam melak- Realisasi dan Validasi
sanakan proses pembelajaran dengan penemuan Untuk menghasilkan perangkat pembel-
terbimbing menggunakan lembar kegiatan siswa ajaran yang layak terhadap pelaksanaan pembel-
(LKS). RPP disusun dengan merujuk pada pedo- ajaran bangun segitiga dan segiempat dengan
man pengembangan RPP dari BSNP meliputi menggunakan penemuan terbimbing, maka pe-
tahap pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. rangkat pembelajaran yang telah dirancang perlu
Langkah-langkah pembelajaran penemuan ter- divalidasi oleh ahli (validator). Perangkat pem-
bimbing merujuk pada model dari Paul Eggen & belajaran yang akan divalidasi dalam pengem-
Don Kauchak dengan fase-fase sebagai berikut: bangan perangkat pembelajaran ini meliputi
(1) fase pendahuluan, (2) fase terbuka, (3) fase RPP, LKS, dan tes hasil belajar. Kisi-kisi lembar
konvergen, (4) fase kesimpulan dan penerapan. validasi RPP disajikan dalam tabel 1 berikut:
Lembar kegiatan siswa (LKS) disusun
dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1)
Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Validasi RPP
Komponen Penilaian No Item Jumlah Item
Identitas mata pelajaran 1,2,3,4 4
Rumusan tujuan/indikator 5,6,7,8,9 4
Pemilihan materi 10,11,12,13,14 5
Metode pembelajaran 15,16,17,18 4
Kegiatan pembelajaran 19,20,21,22,23 5
Pemilihan media/sumber belajar 24,25,26,27, 28,29,30 7
Penilaian hasil belajar 31,32,33,34,35 5
Kebahasaan 36,37,38 3
Pengembangan kemampuan pemecahan masalah 39,40 2
Jumlah 40
Kisi-kisi lembar validasi LKS disajikan dalam Tabel 2 berikut:
belajaran (RPP), lembar kegiatan siswa (LKS), Perancangan Tes Hasil Belajar
dan tes hasil belajar (THB).
Tes hasil belajar yang dirancang meliputi
Perancangan RPP tes awal dan tes akhir. Tes awal disusun untuk
mengukur kemampuan awal siswa sebelum
RPP dirancang sebagai acuan bagi guru
dilakukan pembelajaran dengan perangkat yang
dalam melaksanakan proses pembelajaran de-
dikembangkan. Tes awal berbentuk uraian, kare-
ngan penemuan terbimbing menggunakan Lem-
na bentuk uraian lebih cocok untuk mengukur
bar Kegiatan Siswa. RPP disusun dengan meru-
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
juk pada pedoman pengembangan RPP dari
Tes akhir disusun untuk mengukur daya serap
BSNP meliputi tahap pendahuluan, kegiatan inti,
siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
dan penutup yang mana pada kegiatan inti me-
nekankan pada eksplorasi, elaborasi, dan konfir- Perancangan Instrumen
masi. Langkah-langkah pembelajaran penemuan
Untuk menilai kelayakan perangkat pem-
terbimbing merujuk pada model dari Paul Eggen
belajaran yang dikembangkan, disusun instru-
& Don Kauchak dengan fase-fase sebagai
men-instrumen sebagai berikut: (1) instrumen
berikut: (1) fase pendahuluan, (2) fase terbuka,
untuk memvalidasi perangkat, (2) instrumen un-
(3) fase konvergen, (4) fase kesimpulan dan
tuk mengukur kepraktisan perangkat, (3) instru-
penerapan.
men untuk mengukur keefektifan perangkat.
RPP yang dirancang adalah RPP KD 6.3
untuk 9 pertemuan, yaitu: pertemuan – 1: keli- Hasil Realisasi dan Validasi Ahli
ling segitiga dan segi empat, pertemuan – 2: Hasil Realisasi
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
keliling segitiga dan segi empat, pertemuan – 3: Hasil rancangan RPP, LKS, dan THB
luas segitiga siku-siku, pertemuan – 4: luas segi- direalisasikan dan selanjutnya disebut sebagai
tiga lancip, pertemuan – 5: luas segitiga tumpul, produk awal. Pada tahap ini direalisasikan 3
pertemuan – 6: luas jajargenjang, pertemuan – 7: bendel RPP, 3 bendel LKS, dan 3 bendel THB
luas belahketupat, pertemuan – 8: luas layang- yang siap untuk divalidasi oleh 3 ahli.
layang, pertemuan – 9: luas trapesium. Hasil Validasi Ahli
Perancangan LKS Validasi ahli dimaksudkan untuk menen-
Penyusunan LKS mengacu pada pedoman tukan kelayakan perangkat pembelajaran yang
pengembangan bahan ajar dari BSNP yakni dikembangkan. Perangkat pembelajaran ditetap-
memuat: judul, kompetensi yang ingin dicapai, kan layak digunakan jika hasil validasi masing-
petunjuk kerja, informasi pendukung, dan masing komponen menunjukkan kategori mini-
penilaian. LKS yang dirancang meliputi: LKS – mal “valid” setelah dilakukan perbaikan-perba-
1: keliling segitiga dan segi empat, LKS – 2: ikan sesuai saran. Adapun nama-nama validator
luas segitiga siku-siku, LKS – 3 : luas segitiga terulis pada Tabel 10 berikut:
lancip, LKS – 4: luas segitiga tumpul, LKS – 5: Tabel 10. Nama Validator
luas jajargenjang, LKS – 6: luas belahketupat,
LKS – 7: luas layang-layang, LKS – 8: luas No Nama Jabatan
trapesium. 1 Dr. Dhoriva Urwatul W Dosen PPs UNY
2 Dr. Ali Mahmudi Dosen MIPA UNY
3 Dr. Sugiman Dosen MIPA UNY
LCD sehingga siswa menjadi lebih jelas. Selain 70% siswa telah tuntas belajar sehingga perang-
itu desain LKS yang sangat berbeda dengan kat yang dikembangkan dalam kategori “efektif”
model LKS yang dipakai sehari-hari membuat untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
siswa menjadi tertarik untuk belajar. masalah. Pada uji coba di SMPN 3 Playen, pada
Berikut adalah hasil pembelajaran ba- tes awal tidak ada siswa yang mencapai KKM
ngun segitiga dan segiempat dengan penemuan dari 20 siswa, sedangkan pada tes akhir terdapat
terbimbing untuk tiap pertemuan: 12 siswa yang mencapai KKM. Dengan demiki-
an 60% siswa telah tuntas belajar sehingga pe-
Pertemuan-1 pembelajaran keliling segitiga dan
rangkat yang dikembangkan dalam kategori
segiempat menggunakan LKS-1dengan
“efektif” untuk meningkatkan kemampuan
rerata skor 8,44
pemecahan masalah.
Pertemuan-2 siswa menyelesaikan masalah Berikut adalah diagram persentase
yang berkaitan dengan menghitung keliling ketuntasan belajar siswa pada sekolah tempat uji
segitiga dan segiempat. coba awal dan tempat implementasi lanjutan.
Pertemuan -3 pembelajaran luas segitiga siku- Sebelum
siku menggunakan LKS-2 dengan rerata Sesudah
perolehan skor 9,13 dan pembelajaran luas
segitiga lancip menggunakan LKS-3
dengan rerata skor 7,31.
Pertemuan-4 pembelajaran luas segitiga tumpul
menggunakan LKS-4 dengan rerata skor
9,13.
Pertemuan-5 pembelajaran luas jajargenjang
menggunakan LKS-5dengan rerata skor
7,81.
Pertemuan-6 pembelajaran luas belahketupat Gambar 2. Persentase Ketuntasan Siswa Pada
menggunakan LKS-6 dilanjutkan dengan Tes Awal dan Tes Akhir
pembelajaran luas layang-layang
menggunakan LKS-7. Rerata skor untuk Setelah selesai implementasi perangkat
LKS-6 adalah 8,63 dan rerata perolehan yang dikembangkan kemudian dilakukan peni-
skor untuk LKS-7 adalah 7,88. laian kepraktisan oleh praktisi atau guru pelak-
sana dan siswa. Penilaian kepraktisan dimaksud-
Pertemuan-7 pembelajaran luas trapesium kan untuk mengukur aspek kepraktisan perang-
menggunakan LKS – 8 dengan rerata skor kat. Perangkat ditetapkan layak diproduksi jika
untuk LKS – 8 8,31. hasil penilaian guru pelaksana dan siswa
Hasil Evaluasi menunjukkan kategori minimal “praktis”.
Analisis Kefektifan Analisis Kepraktisan
Hasil uji coba di SMP 1 Patuk Gunung- Dari hasil implementasi, penilaian perang-
kidul Yogyakarta, pada tes awal tidak ada siswa kat pembelajaran oleh guru pelaksana ditunjuk-
yang mencapai KKM dari 32 siswa, sedangkan kan pada Tabel 16 berikut:
pada tes akhir terdapat 20 siswa yang mencapai Tabel 16. Penilaian Perangkat (oleh guru)
KKM. Dengan demikian 62,5% siswa telah tun-
tas belajar sehingga perangkat yang dikem- Jml Skor Jml Skor Jml Skor Total
Produk
bangkan termasuk dalam kategori efektif” untuk Guru I Guru II Guru III Skor
RPP 19 20 18 57
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
LKS 22 21 19 62
Untuk mengetahui kekonsistenan keefektifan
produk, selanjutnya dilakukan implementasi Analisis Kepraktisan RPP
lanjutan di SMPN 4 Patuk dan SMPN 3 Playen. Untuk menentukan kategorisasi kepraktis-
Pada uji coba di SMPN 4 Patuk, pada tes awal an RPP oleh guru pelaksana digunakan konversi
tidak ada siswa yang mencapai KKM dari 20 data berdasarkan kriteria yang disajikan dalam
siswa, sedangkan pada tes akhir terdapat 14 sis- Tabel 17 berikut (Mardapi, 2012, p.163):
wa yang mencapai KKM. Dengan demikian
Copyright © 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika
Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 105
Siwi Khomsiatun, Heri Retnawati
Om, P. A., & Jay, J. M. (2003). An integrated Setiawan, R., & Harta, I. (2014). Pengaruh
approach to teaching and learning college pendekatan open-ended dan pendekatan
mathematics. Journal of the Korea kontekstual terhadap kemampuan
Society of Mathematical Education Series pemecahan masalah dan sikap siswa
D: Research in Mathematical Education terhadap matematika. Jurnal Riset
Vol. 7, No. 1, March 2003, 11–24. Pendidikan Matematika, 1(2), 241-257.
Retrieved
Pimta, S., et al. (2009). Factors influencing
fromhttp://journal.uny.ac.id/index.php/jrp
mathematic problem-solving ability of
m/article/view/2679
sixth grade students. Journal of Social
Sciences 5 (4): 2009. 381-385. Woolfolk, A., (2007). Educational Psychology
(10th ed). Boston: Pearson Education.
Plomp, T & Nieveen, N. (2013). Educational
Design Research: An Introduction (Eds). Yuliyanto, Y., & Jailani, J. (2014).
Netherlands: SLO Pengembangan perangkat pembelajaran
geometri SMP menggunakan metode
Posamentier, A. S., Smith, B. S., & Stepelman,
penemuan terbimbing pada kelas VIII
J. (2010). Teaching secondary
Semester II. Jurnal Riset Pendidikan
mathematics: Techniques and enrichment
Matematika, 1(1), 127-138. Retrieved
units (8th ed). Allyn & Bacon: Pearson.
fromhttp://journal.uny.ac.id/index.php/jrp
m/article/view/2670.