Anda di halaman 1dari 15

JURNAL RISET PENDIDIKAN MATEMATIKA

Volume 2 – Nomor 1, Mei 2015, (92 - 106)


Available online at JRPM Website: http://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/index

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENEMUAN


TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Siwi Khomsiatun 1), Heri Retnawati 2)


SMP Negeri 1 Patuk Gunungkidul 1), Universitas Negeri Yogyakarta 2)
khomsiasiwi@gmail.com 1), heri_retnawati@uny.ac.id 2)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran pada materi bangun
segitiga dan segi empat dengan penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah pada Kompetensi Dasar “Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah” yang layak digunakan dalam proses pembelajaran.
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan menggunakan model Plomp. Pengembangan
yang dilakukan dengan 5 tahap yaitu: (1) analisis permasalahan, (2) rancangan, (3) realisasi, (4)
implementasi, (5) evaluasi. Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah kelas VII SMP Negeri 1 Patuk
Gunungkidul dengan 32 siswa. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar validasi
perangkat, lembar kepraktisan perangkat, dan tes. Data yang dikumpulkan berupa data tentang kualitas
produk yang dikembangkan yaitu kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Penelitian ini menghasilkan
perangkat pembelajaran pada Kompetensi Dasar “Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan
segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah” yang telah memenuhi kriteria valid,
praktis, dan efektif.
Kata Kunci: perangkat pembelajaran, penemuan terbimbing, pemecahan masalah

DEVELOPING TEACHING AND LEARNING KITS THROUGH GUIDED DISCOVERY TO


IMPROVE THE COMPETENCE OF PROBLEM SOLVING

Abstract
This research is aimed to produce a learning kits material of triangle and square shape through
guided inquiry to improve a problem solving competence on the basic competence of “counting the
circle and the width of the triangle and square shape and use it to solve problem” which is
appropriate to use in a process of teaching and learning activity. This research is a developing
research which uses the Plomp model. The development is done through 5 phases, i.e. (1) Problem
analysis, (2) designing, (3) realization, (4) implementation, (5) evaluation. Subjects of trial-test in this
research are the seven grade students of SMP Negeri Patuk 1 Gunungkidul, 32 students. The
instruments of collecting data used are; validity observation sheet, practicality sheet, and test
instruments. Data collected are data about the product quality which is developed, i.e. validity,
practicality, and effectivity. This research produced the instrument of teaching and learning on the
basic competence of “counting the circle and the width of the triangle and square shape and use it to
solve problem” which fulfils the valid, practical and effective criterion.
Keywords: teaching and learning kits, guided discovery, problem solving

Copyright © 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 93
Siwi Khomsiatun, Heri Retnawati

tase penguasaan materi untuk kemampuan me-


PENDAHULUAN
nyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas
Proses pembelajaran pada satuan pendi- bangun datar menunjukkan 52,03% tingkat
dikan diselenggarakan secara interaktif, inspira- sekolah, 41,35% tingkat kabupaten, 52,05%
tif, menyenangkan, menantang, memotivasi tingkat propinsi, dan 66,39% tingkat nasional.
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta Hasil Ujian Nasional tahun pelajaran 2011/2012
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, persentase penguasaan materi untuk kompetensi
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan ba- menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
kat, minat, dan perkembangan fisik serta psiko- luas bangun datar menunjukkan 24,52% tingkat
logis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pen- sekolah, 30,51% tingkat kabupaten, 46,45%
didikan melakukan perencanaan pembelajaran, tingkat propinsi, dan 31,04% tingkat nasional.
pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian Berdasarkan hasil ujian tahun pelajaran 2011/
proses pembelajaran untuk meningkatkan efisi- 2012, materi menyelesaikan masalah yang ber-
ensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi kaitan dengan luas bangun datar merupakan ma-
lulusan. Dalam kegiatan pembelajaran struktur teri yang paling sulit bagi siswa. Oleh karena itu
penyampaian informasi perlu dipersiapkan se- sangat diperlukan suatu alternatif pembelajaran
cara matang. Agar proses belajar di kelas ber- yang dapat meningkatkan prestasi siswa pada
langsung optimal maka kegiatan belajar siswa materi luas bangun datar.
perlu dirancang oleh guru, karena hasil ran- Sebagai tindak lanjut, dilakukan observasi
cangan berpengaruh terhadap hasil belajar sis- proses pembelajaran pada guru-guru matematika
wa. Dengan demikian pembelajaran merupakan SMP Negeri 1 Patuk Gunungkidul Yogyakarta,
pengaturan pengalaman siswa yang disengaja dan survey tentang perangkat pembelajaran yang
untuk memperoleh kemampuan tertentu. Ke- telah dibuat. Setelah itu dilakukan survey terha-
mampuan tersebut bervariasi secara kualitatif dap guru-guru matematika SMP di Kabupaten
mulai dari mengingat sampai menemukan Gunungkidul dengan menggunakan angket. Sur-
pengetahuan baru, tergantung kepada guru vey dilakukan pada 20 sekolah dengan 30 guru
dalam mengembangkan strategi belajar (Smith matematika. Hasil survey menunjukkan bahwa:
& Ragan, 2005, p.2). (1) penyampaian materi pada pembelajaran
Dalam belajar matematika, faktor internal matematika pada umumnya dominan berpusat
siswa sangat penting dalam menentukan keber- pada guru, (2) beberapa guru kesulitan mene-
hasilan belajarnya. Hal ini ditinjau dari proses rapkan pembelajaran dengan penemuan, (3)
terjadinya perubahan, karena salah satu hakekat beberapa guru kesulitan melaksanakan pembel-
belajar adalah terjadinya perubahan seseorang ajaran dengan diskusi, (4) guru jarang melaksa-
berkat adanya pengalaman-pengalaman. Per- nakan pembelajaran dengan menggunakan Lem-
ubahan itu akan memberikan hasil yang optimal bar Kegiatan Siswa karena kesulitan membuat
jika perubahan itu benar-benar dikehendaki oleh LKS. Dari hasil survey terhadap guru-guru
siswa. Oleh karena itu diperlukan suatu proses matematika, sangat diperlukan perangkat pem-
pembelajaran yang bermakna bagi siswa, artinya belajaran dengan model penemuan, sebagai
setiap memperkenalkan konsep baru harus salah satu alternatif pembelajaran di kelas.
memperhatikan konsep yang telah dikuasai sis- Sehubungan dengan hakekat belajar
wa. Proses aktif mengembangkan pikiran siswa matematika yaitu belajar konsep-konsep yang
akan memberikan hasil yang lebih berkualitas. saling terkait, maka pemahaman konsep-konsep
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika perlu dibangun secara konstruktif
matematika, pemerintah telah berusaha membe- dan menjadi dasar dalam memahami matematika
kali guru-guru melalui pendidikan dan latihan untuk menuju pada kemahiran matematika.
tentang model-model pembelajaran, menyedia- Siswa dilatih cara bernalar, mengembangkan
kan media pembelajaran, seminar pembelajaran, kreativitas, mengembangkan kemampuan peme-
lesson study, dan lain sebagainya agar guru cahan masalah, mengembangkan kemampuan
terampil dalam melaksanakan kegiatan pembel- menyampaikan informasi matematis secara lisan
ajaran matematika sehingga dapat memberikan maupun tulisan. Pembelajaran yang memung-
hasil belajar yang optimal. kinkan siswa dapat mengkonstruk pengetahuan-
Namun demikian, hasil Ujian Nasional nya dan dapat mengembangkan berpikir kreatif
Matematika SMP Negeri 1 Patuk Gunungkidul siswa, salah satunya adalah pembelajaran pene-
Yogyakarta tahun pelajaran 2010/2011, persen- muan. Dalam kurikulum 2013 metode penemu-

Copyright © 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 94
Siwi Khomsiatun, Heri Retnawati

an merupakan metode yang sangat ditekankan keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat
dalam proses pembelajaran, seperti tertuang da- serta menggunakannya dalam pemecahan masa-
lam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuda- lah” dengan mendeskripsikan tingkat kevalidan,
yaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar kepraktisan, dan keefektifan produk. Spesifikasi
Proses, bahwa untuk memperkuat pendekatan produk akhir dari penelitian ini adalah perangkat
ilmiah perlu diterapkan pembelajaran berbasis pembelajaran KD 6.3 “Menghitung keliling dan
discovery learning. Sehubungan dengan materi luas bangun segitiga dan segi empat serta meng-
pada bangun segitiga dan segiempat terdapat gunakannya dalam pemecahan masalah” dengan
konsep-konsep yang tersusun secara hirarkis, penemuan terbimbing, yang meliputi rencana
maka pemahaman keterkaitan antar konsep dan pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegiat-
prinsip harus diperhatikan guna mengembang- an siswa (LKS) dan tes hasil belajar siswa.
kan kemampuan siswa untuk berpikir logis, sis-
Pembelajaran Penemuan Terbimbing
tematis, kreatif, dan objektif agar siswa benar-
benar dapat menyelesaikan masalah matematika. Pembelajaran matematika merupakan usa-
Berdasarkan uraian tersebut, maka diper- ha membantu siswa mengkonstruk pengetahuan
lukan suatu pembelajaran yang dapat mening- melalui proses, karena mengetahui adalah suatu
katkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan proses bukan suatu produk (Slavin, 1997,
masalah yang berkaitan dengan luas bangun da- p.273). Proses tersebut dimulai dari pengalaman
tar. Selain itu diperlukan pula suatu pembel- sehingga siswa harus diberi kesempatan seluas-
ajaran yang menerapkan metode penemuan luasnya untuk mengkonstruk sendiri pengetahu-
dengan menggunakan Lembar Kegiatan Siswa. an yang harus dimiliki. Agar siswa dapat mene-
Oleh karena itu, dilakukan penelitian pengem- mukan sendiri konsep-konsep atau prinsip-prin-
bangan perangkat pembelajaran yang dapat sip yang telah ditetapkan oleh guru sebelumnya
meningkatkan kemampuan siswa dalam menye- maka guru harus menciptakan lingkungan bel-
lesaikan masalah yang berkaitan dengan luas ajar yang benar-benar dapat melibatkan siswa
bangun datar dengan metode penemuan. secara aktif. Hal ini sesuai pendapat Slavin
Identifikasi permasalahan pada kegiatan (1994, p. 28) yang menyatakan bahwa siswa bel-
pembelajaran di SMP Negeri 1 Patuk Gunung- ajar melalui aktivitas yang melibatkan konsep-
kidul Yogyakarta, diantaranya: (1) materi bang- konsep dan prinsip-prinsip dan guru mereko-
un segitiga dan segiempat merupakan materi mendasikan siswa untuk memiliki pengalaman-
yang sulit bagi siswa, (2) guru-guru matematika pengalaman dan membuat eksperimen-eksperi-
SMPN1 Patuk melaksanakan kegiatan pembel- men yang memungkinkan ditemukannya prin-
ajaran secara konvensional, (3) guru-guru mate- sip-prinsip baru bagi pengetahuannya.
matika kesulitan melaksanakan pembelajaran Dalam matematika hubungan antar kon-
dengan penemuan terbimbing, (4) guru-guru sep atau antar prinsip tidak terpisah-pisah me-
matematika kesulitan dalam menyusun Lembar lainkan saling terkait. Oleh karena itu agar siswa
Kegiatan Siswa. Permasalahan dalam penelitian dapat menemukan konsep atau prinsip baru
ini difokuskan pada pengembangan perangkat maka petunjuk yang diberikan guru hendaknya
pembelajaran bangun segitiga dan segiempat mengarah pada pemahaman struktur matema-
dengan penemuan terbimbing pada kompetensi tika. Petunjuk tersebut dapat berupa keterangan
dasar 6.3 “Menghitung keliling dan luas bangun ataupun gambar untuk membantu jalan pemikir-
segitiga dan segi empat serta menggunakannya an siswa. Hal tersebut sesuai pendapat Wilcok,
dalam pemecahan masalah”. Berdasarkan identi- Slavin (1994, p.227) yang menyatakan bahwa
fikasi masalah, dirumuskan permasalahan yang pembelajaran penemuan menekankan pada pe-
akan diteliti, apakah perangkat pembelajaran ba- mahaman struktur atau ide-ide penting terhadap
ngun segitiga dan segiempat dengan penemuan suatu disiplin ilmu melalui keterlibatan siswa
terbimbing yang dikembangkan pada kompeten- secara aktif dalam pembelajaran, dan guru men-
si dasar “Menghitung keliling dan luas bangun dorong siswa untuk mendapatkan pengalaman
segitiga dan segiempat serta menggunakannya dengan melakukan kegiatan yang memungkin-
dalam pemecahan masalah” layak digunakan kan siswa menemukan konsep-konsep atau
dalam kegiatan pembelajaran? prinsip-prinsip secara mandiri.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasil- Model pembelajaran yang menitikberat-
kan perangkat pembelajaran matematika yang kan pada proses membangun pengetahuan dina-
layak untuk kompetensi dasar “Menghitung makan model penemuan atau discovery

Copyright © 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 95
Siwi Khomsiatun, Heri Retnawati

learning. Kata penemuan sebagai metode pem- eksplisit. Hal ini sesuai dengan pendapat
belajaran merupakan penemuan yang dilakukan Carnow, Snow, dan Meyer (Woolfolk, 2007,
oleh siswa. Dalam belajar tersebut siswa mene- p.354) yang mengemukakan bahwa belajar de-
mukan sendiri sesuatu hal yang baru dalam ngan penemuan kurang efektif bagi siswa
dirinya melalui eksperimen. Menurut Bruner dengan kemampuan rendah. Meyer (Alfieri,
(Lefrancois, 1999, p.209) belajar penemuan me- 2011, p.1) menyatakan bahwa belajar penemuan
rupakan pencarian pengetahuan secara aktif oleh secara eksplisit memberikan hasil yang lebih
individu dan dengan sendirinya memberikan baik dibandingkan dengan belajar penemuan
hasil yang lebih baik. Bruner menyarankan agar tanpa bantuan. Hal ini berarti belajar penemuan
siswa-siswa hendaknya belajar melalui berparti- tanpa bantuan tidak membantu siswa mene-
sipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan mukan pemecahan masalah.
prinsip-prinsip agar mereka memperoleh penge- Belajar penemuan hanya diterapkan sam-
tahuan melalui pengalaman-pengalaman dengan pai batas-batas tertentu, yaitu dengan mengarah-
melakukan eksperimen-eksperimen untuk mene- kannya secara terstruktur. Karena suatu materi
mukan sendiri konsep-konsep baru. Sedangkan dibangun oleh konsep-konsep dasar dan prinsip-
Lefrancois menyatakan bahwa belajar penemuan prinsip dalam materi tersebut maka bila siswa
sebagai suatu pembelajaran yang mana siswa telah menguasai struktur dasar, tidaklah sulit
tidak disuguhi materi dalam bentuk akhir tetapi baginya untuk mempelajari materi-materi lain
lebih diutamakan agar siswa mengorganisir dalam bidang studi yang sama. Hal ini
dalam diri mereka. Karakteristik yang paling disebabkan karena telah mendapatkan kerangka
penting dalam pembelajaran penemuan adalah pengetahuan yang bermakna yang dapat diguna-
pengurangan keterlibatan dan pengaturan guru. kan untuk melihat hubungan-hubungan yang
Guru memberikan kesempatan seluas-luasnya esensial sehingga dapat memahami hal-hal yang
kepada siswa untuk membangun pengetahuan- lebih mendetail. Untuk membiasakan siswa
nya. Mendukung pendapat Lefrancois, Balim belajar menemukan sesuatu maka tidak semua
(2009, p.2) menyatakan bahwa belajar penemu- materi pelajaran dipresentasikan dalam bentuk
an merupakan suatu proses pembelajaran yang final agar siswa berusaha mencari dan menemu-
mengutamakan belajar aktif, berorientasi pada kan sendiri. Siswa harus mampu mengintegrasi-
proses, menemukan sendiri, dan bersifat reflek- kan informasi-informasi yang telah ada dalam
tif. Senada dengan Balim, Marsh (2010, p.215) struktur kognitifnya.
menyatakan bahwa pembelajaran penemuan me- Beberapa peneliti telah menggunakan
mungkinkan siswa belajar dengan melakukan. metode penemuan terbimbing di antaranya
Dalam hal ini siswa melakukan proses belajar Yulianto & Jailani (2014, pp. 127-138) yang
dengan aktif, melakukan kegiatan menemukan menghasilkan perangkat pembelajaran geometri
konsep-konsep atau prinsip-prinsip secara man- SMP yang berkualitas dan layak digunakan da-
diri sehingga siswa akan lebih memahami secara lam proses pembelajaran. Masing-masing kom-
konseptual. ponen perangkat pembelajaran tersebut meme-
Belajar dengan penemuan hasilnya berta- nuhi kriteria sangat valid, sangat praktis dan
han lama dalam memori siswa karena siswa ter- efektif. Dengan penelitian berbagai metode ini
libat secara langsung dalam proses pembentukan dipercaya dapat meningkatkan kemampuan
pengetahuan itu melalui pengalaman-pengalam- pemecahan masalah seperti yang telah diteliti
an yang dilakukannya. Disamping itu, siswa oleh Setiawan & Harta (2014, pp. 241-257)
menjadi terbiasa menghadapi masalah dan ber- Jadi pembelajaran penemuan merupakan
usaha untuk mencari solusinya. Hal ini sesuai suatu proses mental dalam mengasimilasi kon-
dengan pendapat Bruner yang menyatakan bah- sep-konsep dan prinsip-prinsip di dalam sruktur
wa pendekatan discovery memudahkan transfer kognitifnya untuk menyusun pengetahuan baru
dan penahanan, meningkatkan kemampuan bagi dirinya.
pemecahan masalah, dan meningkatkan motivasi
Pemecahan Masalah
(Lefrancois, 2000, p.209).
Namun demikian siswa tidak dilepaskan The National Council of Supervisors of
begitu saja untuk menemukan sendiri konsep- Mathematics (Posamentier et al., 2010, p.105)
konsep atau prinsip-prinsip matematika. Siswa menyatakan bahwa belajar memecahkan masa-
dengan kemampuan matematika yang rendah lah adalah alasan utama untuk belajar matema-
membutuhkan pembelajaran penemuan secara tika. Lebih jauh Posamentier, et al. menyatakan

Copyright © 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 96
Siwi Khomsiatun, Heri Retnawati

bahwa pemecahan masalah bukan hanya sebagai dan dapat dengan mudah mengenali metode
tujuan pembelajaran matematika namun juga yang akan digunakan. Dalam kontek belajar
merupakan inti dari pembelajaran matematika. matematika di SMP, masalah matematika yang
Siswa yang dilatih dan dibiasakan menyelesai- diberikan kepada siswa adalah masalah yang
kan masalah matematika akan berkembang ke- dikaitkan dengan materi yang sedang dipelajari.
mampuan daya pikirnya, dan berkembang pula Terlepas dari jenis masalahnya Om dan
keterampilan dasar mereka dalam menyelesai- Jay (2002, p.16) menyatakan bahwa pemecahan
kan masalah terutama masalah dalam kehidupan masalah dirancang sebagai suatu proses dimana
sehari-hari (Pimta, et al., 2009, p.381). Senada seseorang menggunakan pengetahuan dan pema-
dengan Pimta, Posamentier et al. (2010, p.106), haman yang dimilikinya untuk menyelesaikan
menyatakan bahwa pengangkatan masalah da- permasalahan yang tidak sering dihadapinya
lam kehidupan sehari-hari menambahkan pen- sampai masalah tersebut menjadi bukan masalah
tingnya belajar matematika bagi siswa yang lagi. Pemecahan masalah terjadi ketika sese-
pada akhirnya akan meningkatkan belajar orang berpikir matematika dan melakukan pena-
mereka. laran untuk menutup kesenjangan antara kenya-
Suatu tugas matematika atau suatu per- taan yang terjadi dan apa yang diharapkan
tanyaan disebut sebagai masalah bagi seseorang (Haylock & Thangata, 2007, p.146). Jadi, dalam
jika pertanyaan itu tidak bisa dipecahkan dengan menyelsaikan masalah dibutuhkan kreativitas
suatu prosedur yang sudah diketahui oleh untuk berpikir secara ilmiah dan menggunakan
penjawab pertanyaan, tetapi ingin sekali meme- penalaran yang logis. Terkait dengan pemecahan
cahannya. Suatu tugas dapat menjadi masalah masalah, Polya (Conway, 2004, pp.5-22) me-
bagi si A, tetapi belum tentu menjadi masalah ngembangkan empat langkah yang harus dilak-
bagi si B jika si B sudah mengetahui prosedur sanakan untuk pemecahan masalah sebagai
untuk menyelesaikannya. Suatu tugas dapat berikut: (1) memahami masalah, (2) merencana-
menjadi masalah untuk hari ini, tetapi dapat pula kan cara penyelesaian. (3) melaksanakan renca-
bukan masalah untuk hari esok. Jika masalah na, (4) melakukan pengecekan kembali terhadap
dapat diselesaikan hari ini dengan memahami semua langkah yang telah dikerjakan.
prosedur penyelesaiannya, maka bukan masalah Kemampuan pemecahan masalah yang
lagi untuk hari esok. Memecahkan masalah dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampu-
adalah proses menerapkan pengetahuan yang an siswa dalam menerapkan rumus keliling dan
telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi luas segitiga dan segiempat yang penyelesaian-
baru yang belum dikenal (Avcu & Avcu, 2010, nya menggunakan lebih dari satu langkah. Jika
p.1283). siswa mengerjakan soal-soal pemecahan masa-
Terdapat dua kelompok masalah dalam lah yang diberikan dan mengerjakan dengan
pembelajaran matematika yaitu masalah rutin memahami, maka jika suatu saat menemui soal
dan masalah nonrutin. Masalah rutin dapat dipe- serupa yang semula dianggap soal nonrutin,
cahkan dengan metode yang sudah ada. Masalah maka tidak lagi menjadi soal nonrutin tetapi
rutin dapat membutuhkan satu, dua atau lebih telah menjadi soal rutin bagi dirinya. Dengan
langkah pemecahan. Masalah rutin memiliki demikian akan meningkatkan kemampuan siswa
aspek penting dalam kurikulum. Tujuan pembel- dalam pemecahan masalah.
ajaran matematika yang diprioritaskan terlebih
Perangkat Pembelajaran dengan Penemuan
dahulu adalah siswa dapat memecahkan masalah
Terbimbing yang Dapat Meningkatkan
rutin. Masalah nonrutin membutuhkan lebih dari
Kemampuan Pemecahan Masalah
sekadar menerjemahkan masalah menjadi kali-
mat matematika dan penggunaan prosedur yang Perangkat pembelajaran yang dikembang-
sudah diketahui. Masalah nonrutin mengharus- kan dalam penelitian ini berupa RPP, LKS, dan
kan pemecah masalah untuk membuat sendiri tes hasil belajar pada materi bangun datar KD
strategi pemecahan. Masalah nonrutin kadang 6.3 yaitu menghitung keliling dan luas bangun
memiliki lebih dari satu solusi pemecahan. Apa- segitiga dan segi empat serta menggunakannya
pun jenis masalahnya rutin atau nonrutin tetap dalam pemecahan masalah.
bergantung pada si pemecah masalah. Masalah Pertama, dalam aspek tujuan, tujuan pem-
nonrutin dapat menjadi masalah rutin jika si belajaran yang tercantum dalam RPP ini adalah
pemecah masalah telah memiliki pengalaman dengan penemuan terbimbing siswa dapat
memecahkan masalah dengan tipe yang sama menemukan rumus keliling dan luas bangun

Copyright © 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 97
Siwi Khomsiatun, Heri Retnawati

segitiga dan segiempat serta menggunakannya an yang telah dicapai, seperti ditunjukkan pada
dalam pemecahan masalah. gambar berikut:
Kedua, dalam aspek pemilihan metode,
metode/model yang digunakan adalah belajar
penemuan terbimbing. Pada kegiatan inti, lang-
kah-langkah pembelajaran yang digunakan ada-
lah langkah-langkah pembelajaran pada model
penemuan (Eggen dan Kuachak, 2012: 189-197)
yaitu: (1) fase pendahuluan, (2) fase terbuka, (3)
fase konvergen, (4) fase kesimpulan dan pene-
rapan. Pada fase konvergen, siswa melakukan
proses penemuan dengan menggunakan lembar Sumber: Plomp, et al. (2013)
kegiatan siswa. Dengan menggunakan LKS, Gambar 1. Desain Penelitian Model Plomp
siswa belajar melalui aktifitas yang melibatkan
konsep-konsep/prinsip-prinsip, dan guru mere- Selanjutnya, Plomp (Plomp, et al, 2013,
komendasikan siswa untuk memiliki pengalam- P.19) mengemukakan tahapan-tahapan rancang-
an-pengalaman dan membuat eksperimen-ekspe- an penelitian, yaitu: Pertama, investigasi awal:
rimen yang memungkinkan ditemukannya Analisis kebutuhan dan konteks, literatur, me-
prinsip-prinsip baru bagi pengetahuannya. ngembangkan kerangka konseptual dan teoritis
Ketiga, pada aspek pengembangan ke- untuk penelitian. Kedua, pengembangan proto-
mampuan pemecahan masalah, disajikan soal- tipe: Proses perancangan secara siklikal dan ber-
soal pemecahan masalah yang berkaitan dengan urutan dalam bentuk proses penelitian yang
keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat. lebih mikro serta menggunakan evaluasi forma-
Dalam hal ini, soal pemecahan masalah diran- tif untuk meningkatkan dan memperbaikai inter-
cang sebagai suatu proses dimana siswa mene- vensi. Ketiga, evaluasi: semi evaluasi sumatif
rapkan pengetahuan, dan pemahaman yang di- untuk menyimpulkan apakah solusi atau inter-
milikinya untuk menyelesaikan permasalahan vensi sudah sesuai dengan yang diinginkan serta
yang tidak sering dihadapinya sampai masalah mengajukan rekomendasi pengembangan inter-
tersebut menjadi bukan masalah lagi bagi siswa. vensi.
Pada fase penerapan, dalam menyelesai- Pada Penelitian ini tidak Dilakukan
kan soal-soal penyelesaian masalah, siswa Pengembangan Tahap Evaluasi Sumatif
dibimbing dengan langkah-langkah penyelesaian
Untuk menghasilkan intervensi yang ber-
menurut Polya.
kualitas, Nieveen (Plomp, et al, 2013, p.160)
METODE merekomendasikan beberapa kriteria yaitu:
Jenis Penelitian validitas, kepraktisan, dan efektivitas. Validitas
mencakup validitas isi (relevansi) dan validitas
Jenis penelitian yang digunakan dalam konstruk (konsistensi). Relevansi maksudnya
penelitian ini adalah penelitian dan pengem- ada kebutuhan pengembangan, dan desain yang
bangan. Dalam penelitian dan pengembangan dikembangkan berdasar pengetahuan ilmiah.
diperlukan suatu rancangan penelitian. Plomp Konsistensi maksudnya intervensi dirancang
(Plomp, et al, 2013, p.16) mengemukakan ran- secara logis. Kepraktisan mencakup harapan dan
cangan penelitian adalah suatu kajian sistematis kenyataan. Harapan maksudnya, intervensi ini
tentang merancang, mengembangkan, dan diharapkan dapat digunakan sesuai rancangan.
mengevaluasi intervensi pendidikan (seperti Realisasi, maksudnya intervensi ini dapat digu-
program, strategi, dan bahan pembelajaran, pro- nakan sesuai rancangan. Efektivitas, mencakup
duk dan sistem) sebagai solusi untuk meme- harapan dan realisasi. Harapan maksudnya,
cahkan masalah yang kompleks dalam praktik dengan menggunakan intervensi ini diharapkan
pendidikan. Lebih lanjut Plomp (Plomp, et al, dapat menghasilkan hasil yang diinginkan.
2013, p.17) menyatakan bahwa dalam proses Realisasi maksudnya, menggunakan produk
penelitian dan pengembangan selalu mengguna- dalam hasil yang diinginkan.
kan proses rancangan yang sistematis dan ber- Dalam penelitian ini, valid yang dimaksud
sifat siklik dari analisis, rancangan, evaluasi, dan adalah kesesuaian antara materi pada perangkat
revisi terus dilakukan sampai diperoleh keseim- yang dikembangkan dengan kebutuhan siswa,
bangan antara yang diharapkan dengan kenyata- serta konsistensi hubungan antar komponen

Copyright © 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 98
Siwi Khomsiatun, Heri Retnawati

yang dibuat yaitu kajian teori, rencana pelaksa- menyusun peta kebutuhan LKS dan menentukan
naan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan sis- jumlah LKS yang akan ditulis, (2) menentukan
wa (LKS), dan tes hasil belajar. Praktis yang tema/ topik LKS, (3) penulisan LKS.
dimaksud adalah perangkat yang dikembangkan Tes hasil belajar yang dirancang meliputi
mudah digunakan bagi guru dan siswa. Efektif tes awal dan tes akhir. Adapun langkah-langkah
yang dimaksud adalah adanya peningkatan penyusunan adalah sebagai berikut: (1) mem-
prestasi siswa setelah diberikan perangkat buat kisi-kisi, (2) menyusun soal, (3) membuat
pembelajaran tersebut. pedoman penskoran. Tes awal disusun untuk
mengukur kemampuan awal siswa sebelum
Prosedur Pengembangan
diberikan pembelajaran dengan perangkat yang
Prosedur pengembangan perangkat pem- dikembangkan. Tes akhir disusun untuk meng-
belajaran dalam penelitian ini mengacu pada ukur kemampuan siswa setelah diberikan pem-
model Plomp yang dimodifikasi dengan model belajaran dengan perangkat yang dikembangkan.
Nieveen. Prosedur pengembangannya terdiri Penyusunan instrumen bertujuan untuk
atas lima tahapan, yaitu (1) tahap analisis per- menilai kelayakan produk awal yang mencakup
masalahan, (2) tahap perancangan, (3) tahap kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan perang-
realisasi, (4) tahap implementasi, dan (5) tahap kat pembelajaran yang dikembangkan. Instru-
evaluasi. men yang disusun meliputi: (1) Lembar validasi
Analisis Permasalahan dan Kebutuhan RPP, lembar validasi LKS, dan lembar validasi
THB untuk mengukur kevalidan perangkat, (2)
Permasalahan diperoleh dari penguasaan Lembar kepraktisan RPP dan lembar kepraktisan
siswa terhadap materi tertentu dari hasil Ujian LKS oleh guru untuk mengukur kepraktisan
Nasional, dan kesulitan guru dalam pembelajar- perangkat, (3) Lembar kepraktisan LKS oleh
an di kelas. siswa untuk mengukur kepraktisan perangkat,
Perancangan RPP, LKS, THB dan Instrument (4) tes hasil belajar untuk mengukur keefektifan
perangkat yang dikembangkan.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dirancang sebagai acuan bagi guru dalam melak- Realisasi dan Validasi
sanakan proses pembelajaran dengan penemuan Untuk menghasilkan perangkat pembel-
terbimbing menggunakan lembar kegiatan siswa ajaran yang layak terhadap pelaksanaan pembel-
(LKS). RPP disusun dengan merujuk pada pedo- ajaran bangun segitiga dan segiempat dengan
man pengembangan RPP dari BSNP meliputi menggunakan penemuan terbimbing, maka pe-
tahap pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. rangkat pembelajaran yang telah dirancang perlu
Langkah-langkah pembelajaran penemuan ter- divalidasi oleh ahli (validator). Perangkat pem-
bimbing merujuk pada model dari Paul Eggen & belajaran yang akan divalidasi dalam pengem-
Don Kauchak dengan fase-fase sebagai berikut: bangan perangkat pembelajaran ini meliputi
(1) fase pendahuluan, (2) fase terbuka, (3) fase RPP, LKS, dan tes hasil belajar. Kisi-kisi lembar
konvergen, (4) fase kesimpulan dan penerapan. validasi RPP disajikan dalam tabel 1 berikut:
Lembar kegiatan siswa (LKS) disusun
dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1)
Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Validasi RPP
Komponen Penilaian No Item Jumlah Item
Identitas mata pelajaran 1,2,3,4 4
Rumusan tujuan/indikator 5,6,7,8,9 4
Pemilihan materi 10,11,12,13,14 5
Metode pembelajaran 15,16,17,18 4
Kegiatan pembelajaran 19,20,21,22,23 5
Pemilihan media/sumber belajar 24,25,26,27, 28,29,30 7
Penilaian hasil belajar 31,32,33,34,35 5
Kebahasaan 36,37,38 3
Pengembangan kemampuan pemecahan masalah 39,40 2
Jumlah 40
Kisi-kisi lembar validasi LKS disajikan dalam Tabel 2 berikut:

Copyright © 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 99
Siwi Khomsiatun, Heri Retnawati

Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Validasi LKS


Komponen Penilaian No Item Jumlah Item
Kesesuaian isi/materi 1,2,3,4,5,6,7 7
Kesesuaian dengan standar proses 8,9,10,11,12,13 6
Kesesuaian dengan syarat konstruksi 14,15,16,17, 18,19,20 7
Kesesuaian dengan syarat teknis 21,22,23,24 4
Jumlah 24

belajaran. Kemudian dilakukan tes awal untuk


Kisi-kisi lembar validasi tes hasil belajar
mendapatkan data kemampuan awal siswa dan
disajikan dalam Tabel 3 berikut:
digunakan sebagai dasar pembentukan kelom-
Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Validasi THB pok siswa.
Komponen Penilaian No Item Jumlah Item Evaluasi
Isi 1, 2, 3 3
Konstruksi 4, 5 2 Evaluasi dilakukan dengan memberikan
Bahasa 6, 7 2 tes akhir setelah selesai pembelajaran KD 6.3.
Jumlah 7 Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat
penguasaan siswa terhadap materi yang diajar-
Kisi-kisi lembar penilaian perangkat oleh kan menggunakan perangkat yang dikembang-
guru pelaksana disajikan pada Tabel 4: kan. Perangkat dikatakan efektif apabila ada pe-
Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Kepraktisan ningkatan skor rerata nilai tes awal dan tes akhir.
Perangkat (untuk Guru) Implementasi (Uji Coba Produk)
Komponen Penilaian No Item Jumlah Item
Desain Uji Coba
RPP 1, 2, 3, 4 4
LKS 1, 2, 3, 4, 5 5 Uji coba yang dilakukan bertujuan untuk
Jumlah 9 menyempurnakan perangkat pembelajaran de-
ngan mempraktekkannya secara langsung di
Kisi-kisi lembar penilaian perangkat oleh sekolah. Tujuan dari uji coba adalah untuk
siswa disajikan dalam Tabel 5 berikut: mengetahui kelayakan dari produk perangkat
Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Kepraktisan pembelajaran yang dikembangkan, yaitu menca-
Perangkat (untuk Siswa) kup kepraktisan, dan keefektifan. Uji coba yang
dilakukan adalah uji coba terbatas dan uji coba
Komponen Penilaian No Item Jumlah Item lapangan.
LKS 1, 2, 3, 4, 5 5 Uji coba terbatas dilakukan pada satu ke-
Jumlah 5
las. Tujuan dari uji coba terbatas untuk mengeta-
Setelah selesai penyusunan RPP, LKS, hui keefektifan perangkat yang dikembangkan.
THB, dan instrumen kepraktisan menjadi draf Selain itu untuk mengetahui kepraktisan
produk awal, selanjutnya draf RPP, LKS, dan perangkat berdasar penilaian guru pelaksana dan
THB tersebut divalidasi kemudian dilakukan siswa secara terbatas.
analisis terhadap hasil validasi. Jika hasil vali- Uji coba lapangan dilakukan pada dua
dasi masing-masing komponen menunjukkan sekolah yang berbeda masing-masing satu kelas.
kategori minimal “valid”, selanjutnya dilakukan Tujuan dari uji coba lapangan untuk mengetahui
uji coba. Jika hasil validasi masing-masing kom- kepraktisan perangkat dari guru pelaksana lebih
ponen belum mencapai kategori minimal “valid” luas dan kekonsistenan keefektifan perangkat.
maka dilakukan revisi terhadap komponen terse- Subjek Uji Coba
but hingga mencapai kategori minimal “valid”.
Subjek uji coba adalah siswa kelas VII A
Implementasi (Uji Coba) SMP N 1 Patuk dengan 32 siswa sebagai tempat
Pada tahap implementasi, dilakukan koor- uji coba terbatas. SMP N 4 Patuk dengan 20
dinasi dengan calon guru model untuk mem- siswa dan SMP N 3 Playen dengan 20 siswa
persiapkan siswa yang dijadikan subjek peneliti- sebagai tempat uji coba lapangan.
an. Dikoordinasikan pula bagaimana pengelola-
an kelas yang diharapkan peneliti, yang meliputi
aktivitas guru dan siswa selama kegiatan pem-

Copyright © 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 100
Siwi Khomsiatun, Heri Retnawati

Jenis Data kepraktisan perangkat oleh siswa ini hanya pada


LKS saja.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini
merupakan data kuantitatif dan data kualitatif. Instrumen untuk mengukur keefektifan
Data kuantitatif diperoleh dari penilaian pakar perangkat
tentang kevalidan perangkat, penilaian guru pe-
Instrumen untuk mengukur keefektifan
laksana dan siswa tentang kepraktisan perang-
perangkat terdiri atas tes awal dan tes akhir yang
kat, dan tes hasil belajar siswa tentang keefektif-
terdiri atas soal pemecahan masalah yang ber-
an perangkat yang dikembangkan. Data kualita-
bentuk uraian. Kriteria untuk menyatakan bahwa
tif berupa saran dari validator.
perangkat yang dikembangkan adalah efektif
Instrumen Pengumpulan Data menggunakan ketercapan KKM.
Instrumen untuk Memvalidasi Perangkat Teknik Analisis Data
Instrumen untuk memvalidasi perangkat Analisis Kevalidan Produk
meliputi: (1) Lembar validasi RPP, (2) Lembar
Data yang diperoleh dianalisis untuk
validasi LKS, (3) Lembar validasi THB. Kriteria
menjawab tujuan penelitian yaitu menghasilkan
untuk menyatakan bahwa RPP, LKS, dan tes
RPP, LKS, dan tes hasil belajar yang layak pada
hasil belajar yang dikembangkan adalah valid
Kompetensi Dasar 6.3 yaitu menghitung keliling
menggunakan 5 (lima) skala penilaian yaitu:
dan luas bangun segitiga dan segiempat serta
sangat kurang (nilai 1), kurang (nilai 2), cukup
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
(nilai 3), baik (nilai 4), dan sangat baik (nilai 5).
Kriteria layak dalam penelitian ini adalah me-
Instrumen untuk Mengukur Kepraktisan menuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan ke-
Perangkat efektifan dalam meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah.
Instrumen untuk mengukur kepraktisan
Kriteria untuk menyatakan bahwa RPP,
perangkat terdiri atas lembar kepraktisan pe-
LKS, dan THB adalah valid menggunakan skala
rangkat oleh guru dan lembar kepraktisan pe-
Likert dengan ketentuan penilaian sebagai beri-
rangkat oleh siswa. Lembar kepraktisan perang-
kut: tidak baik = 1, kurang baik = 2, cukup baik
kat oleh guru digunakan untuk mengetahui
= 3, baik = 4, dan 5 = sangat baik. Data yang
kepraktisan perangkat yang disusun. Lembar
berupa komentar dan saran digunakan sebagai
kepraktisan perangkat terdiri atas lembar ke-
masukan untuk merevisi produk yang dikem-
praktisan RPP dan lembar kepraktisan LKS.
bangkan. Data yang berupa data kuantitatif skala
Kriteria untuk menyatakan bahwa perangkat
5 dikonversikan menjadi data kualitatif skala 5.
yang dikembangkan adalah praktis mengguna-
Untuk menentukan kategorisasi kevalidan RPP,
kan 5 (lima) skala penilaian yaitu 1 sampai 5
LKS, dan THB digunakan konversi data
dengan ketentuan skor nilai naik dari point 1
berdasarkan kriteria yang disajikan dalam Tabel
sampai point 5. Lembar kepraktisan perangkat
6 berikut (Mardapi, 2012, p.163):
oleh siswa digunakan untuk mengetahui
kepraktisan perangkat menurut siswa. Lembar
Tabel 6. Kategorisasi Kevalidan RPP, LKS, dan THB
Interval Total Skor Kategori
5.5.m.n
6
< X  1.5.m.n Sangat valid
4.5.m.n .5.m.n

5
< X Valid
6 6
3.5.m.n 4.5.m.n
6
< X  6
Cukup valid
2.5.m.n 3.5.m.n
6
< X  6
Kurang valid
1.5.m.n 2.5.m.n
6
< X  6
Tidak valid
Keterangan: X : total skor
m : banyak pertanyaan
n : banyak validator

Copyright © 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 101
Siwi Khomsiatun, Heri Retnawati

Analisis Kepraktisan Perangkat kan konversi data berdasarkan kriteria yang


disajikan dalam Tabel 7 berikut:
Untuk menentukan kategorisasi kepraktis-
an RPP, dan LKS oleh guru pelaksana diguna-
Tabel 7. Kategorisasi Kepraktisan Perangkat (untuk Guru)
Interval Total Skor Kategori
5.5.m.n
6
< X  1.5.m.n Sangat praktis
4.5.m.n 5. 5.m.n
6
< X  6
Praktis
3.5.m.n 4.5.m.n
6
< X  6
Cukup praktis
2.5.m.n 3.5.m.n
6
< X  6
Kurang praktis
1.5.m.n 2.5.m.n
6
< X  6
Tidak praktis
Keterangan: m : banyak pertanyaan
n : banyak guru pelaksana
X: total skor
Untuk menentukan kategorisasi kepraktis- data berdasarkan kriteria yang disajikan dalam
an perangkat oleh siswa digunakan konversi Tabel 8 berikut:
Tabel 8. Kategorisasi Kepraktisan Perangkat (Siswa)
Interval Total Skor Kategori
5.5.m.n
6
< X  1.5.m.n Sangat praktis
4.5.m.n 5. 5.m.n
6
< X  6
Praktis
3.5.m.n 4.5.m.n
6
< X  6
Cukup praktis
2.5.m.n 3.5.m.n
6
< X  6
Kurang praktis
1.5.m.n 2.5.m.n
6
< X  6
Tidak praktis
Keterangan: m: banyak pertanyaan
n : banyak siswa
X: total skor
Analisis Keefektifan Perangkat pada materi menyelesaikan masalah yang ber-
kaitan dengan luas bangun datar termasuk ma-
Untuk mengetahui keefektifan perangkat
teri yang sulit. Berdasarkan hasil angket terha-
digunakan kriteria ketuntasan minimal (KKM).
dap guru-guru matematika maka perlu dikem-
Untuk menentukan kategorisasi keefektivan
bangkan perangkat pembelajaran pada materi
perangkat berdasarkan kriteria, disajikan dalam
bangun datar dengan penemuan terbimbing
tabel 9 berikut:
untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Tabel 9. Kategorisasi Keefektifan Perangkat
Hasil Penyusunan Rancangan
Ketuntasan Kategori
Sebagai tindak lanjut dilakukan kajian
Ketuntasan  80% Sangat efektif
teori yang berkaitan dengan pengembangan pe-
Ketuntasan < 80% Efektif rangkat pembelajaran pada materi bangun datar
HASIL DAN PEMBAHASAN (bangun segitiga dan segiempat) dengan pene-
muan terbimbing, diantaranya adalah pengertian
Hasil Analisis Permasalahan pembelajaran penemuan terbimbing, dan peme-
Berdasarkan hasil Ujian Nasional tahun cahan masalah. Setelah itu disusun perangkat
2010/2011 dan 2011/2012, penguasaan siswa pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pem-

Copyright © 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 102
Siwi Khomsiatun, Heri Retnawati

belajaran (RPP), lembar kegiatan siswa (LKS), Perancangan Tes Hasil Belajar
dan tes hasil belajar (THB).
Tes hasil belajar yang dirancang meliputi
Perancangan RPP tes awal dan tes akhir. Tes awal disusun untuk
mengukur kemampuan awal siswa sebelum
RPP dirancang sebagai acuan bagi guru
dilakukan pembelajaran dengan perangkat yang
dalam melaksanakan proses pembelajaran de-
dikembangkan. Tes awal berbentuk uraian, kare-
ngan penemuan terbimbing menggunakan Lem-
na bentuk uraian lebih cocok untuk mengukur
bar Kegiatan Siswa. RPP disusun dengan meru-
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
juk pada pedoman pengembangan RPP dari
Tes akhir disusun untuk mengukur daya serap
BSNP meliputi tahap pendahuluan, kegiatan inti,
siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
dan penutup yang mana pada kegiatan inti me-
nekankan pada eksplorasi, elaborasi, dan konfir- Perancangan Instrumen
masi. Langkah-langkah pembelajaran penemuan
Untuk menilai kelayakan perangkat pem-
terbimbing merujuk pada model dari Paul Eggen
belajaran yang dikembangkan, disusun instru-
& Don Kauchak dengan fase-fase sebagai
men-instrumen sebagai berikut: (1) instrumen
berikut: (1) fase pendahuluan, (2) fase terbuka,
untuk memvalidasi perangkat, (2) instrumen un-
(3) fase konvergen, (4) fase kesimpulan dan
tuk mengukur kepraktisan perangkat, (3) instru-
penerapan.
men untuk mengukur keefektifan perangkat.
RPP yang dirancang adalah RPP KD 6.3
untuk 9 pertemuan, yaitu: pertemuan – 1: keli- Hasil Realisasi dan Validasi Ahli
ling segitiga dan segi empat, pertemuan – 2: Hasil Realisasi
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
keliling segitiga dan segi empat, pertemuan – 3: Hasil rancangan RPP, LKS, dan THB
luas segitiga siku-siku, pertemuan – 4: luas segi- direalisasikan dan selanjutnya disebut sebagai
tiga lancip, pertemuan – 5: luas segitiga tumpul, produk awal. Pada tahap ini direalisasikan 3
pertemuan – 6: luas jajargenjang, pertemuan – 7: bendel RPP, 3 bendel LKS, dan 3 bendel THB
luas belahketupat, pertemuan – 8: luas layang- yang siap untuk divalidasi oleh 3 ahli.
layang, pertemuan – 9: luas trapesium. Hasil Validasi Ahli
Perancangan LKS Validasi ahli dimaksudkan untuk menen-
Penyusunan LKS mengacu pada pedoman tukan kelayakan perangkat pembelajaran yang
pengembangan bahan ajar dari BSNP yakni dikembangkan. Perangkat pembelajaran ditetap-
memuat: judul, kompetensi yang ingin dicapai, kan layak digunakan jika hasil validasi masing-
petunjuk kerja, informasi pendukung, dan masing komponen menunjukkan kategori mini-
penilaian. LKS yang dirancang meliputi: LKS – mal “valid” setelah dilakukan perbaikan-perba-
1: keliling segitiga dan segi empat, LKS – 2: ikan sesuai saran. Adapun nama-nama validator
luas segitiga siku-siku, LKS – 3 : luas segitiga terulis pada Tabel 10 berikut:
lancip, LKS – 4: luas segitiga tumpul, LKS – 5: Tabel 10. Nama Validator
luas jajargenjang, LKS – 6: luas belahketupat,
LKS – 7: luas layang-layang, LKS – 8: luas No Nama Jabatan
trapesium. 1 Dr. Dhoriva Urwatul W Dosen PPs UNY
2 Dr. Ali Mahmudi Dosen MIPA UNY
3 Dr. Sugiman Dosen MIPA UNY

Data hasil validasi ahli ditunjukkan pada


tabel 11 berikut:
Tabel 11. Hasil Validasi Ahli Perangkat Pembelajaran
Jumlah skor
No Jenis Produk Total skor
Validator I Validator II Validator III
1 RPP 171 165 159 495
2 LKS 100 98 95 293
3 Tes Awal 30 27 30 87
4 Tes Akhir 30 27 28 85

Copyright © 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 103
Siwi Khomsiatun, Heri Retnawati

Analisis Data Hasil Validasi Analisis Data Hasil Validasi THB


Analisis kevalidan dimaksudkan untuk Instrumen validasi tes hasil belajar ter-
mengetahui sejauh mana perangkat pembel- diri atas 7 pertanyaan dan divalidasi oleh 3 ahli.
ajaran yang dikembangkan memenuhi kriteria Berikut disajikan kategorisasi kevalidan THB
kevalidan berdasarkan penilaian validator yang yang ditunjukkan pada Tabel 15:
ditunjuk dengan menggunakan lembar validasi
Tabel 15. Kategorisasi Kevalidan THB
ahli. Data yang berupa komentar, dan saran
digunakan sebagai masukan untuk merevisi Interval Jumlah Skor Kategori
produk. 87,5 < Jml skor  105 Sangat valid
Analisis Data Hasil Validasi RPP 70 < Jml skor  87,5 Valid
52,5 < Jml skor  70 Cukup valid
Instrumen validasi RPP pada penelitian
ini terdiri atas 40 pertanyaan yang divalidasi 35 < Jml skor  52,5 Kurang valid
oleh 3 ahli. Berikut ini adalah kategorisasi Jml skor  35 Tidak valid
kevalidan RPP yang ditunjukkan pada Tabel 12: Analisis Data Hasil Validasi Tes Awal
Tabel 12. Kategorisasi Kevalidan RPP Hasil validasi tes awal menunjukkan total
Interval Total Skor Kategori skor adalah 87 sehingga kevalidan tes awal ter-
500 < Total Skor  600 Sangat valid masuk dalam kategori “valid” sehingga instru-
400 < Total Skor  500 Valid men tes awal layak digunakan setelah dilakukan
300 < Total Skor  400 Cukup valid perbaikan-perbaikan sesuai saran.
200 < Total Skor  300 Kurang valid
Analisis Hasil Validasi Tes Akhir
Total Skor  200 Tidak valid
Hasil validasi tes akhir menunjukkan total
Hasil validasi RPP menunjukkan total skor adalah 85 sehingga kevalidan tes akhir
skor adalah 495 sehingga RPP termasuk dalam termasuk dalam kategori “valid” sehingga ins-
kategori “valid” sehingga RPP yang dihasilkan trumen tes akhir layak digunakan setelah dilaku-
layak digunakan setelah dilakukan perbaikan- kan perbaikan-perbaikan sesuai saran.
perbaikan sesuai saran. Berdasarkan saran vali-
dator, RPP KD 6.3 yang semula untuk 9 Hasil Uji Coba Produk
pertemuan dipersingkat menjadi 7 pertemuan. Sebelum dilakukan uji coba terlebih da-
LKS-2 dan LKS-3 dikerjakan dalam satu perte- hulu dilakukan pertemuan dengan guru pelaksa-
muan, begitu pula untuk LKS-6 dan LKS-7 juga na untuk membahas tentang RPP dan LKS agar
dibahas dalam satu pertemuan. dalam pelaksanaan pembelajaran tidak meng-
Analisis Data Hasil Validasi LKS alami kendala. Selanjutnya dilakukan tes awal
dan nilai tes awal digunakan sebagai dasar
Instrumen validasi LKS terdiri atas 24 pembentukan kelompok siswa.
pertanyaan yang divalidasi oleh 3 ahli. Berikut Setelah uji coba yaitu pelaksanaan pem-
ini disajikan kategorisasi kevalidan LKS yang belajaran dengan perangkat yang dikembangkan,
ditunjukkan pada Tabel 14: selanjutnya dilakukan pembahasan dengan guru
Tabel 14. Kategorisasi Kevalidan LKS pelaksana. Pada pembelajaran keliling dan luas
bangun segitiga dan segiempat secara umum
300 < Total Skor  360 Sangat valid berjalan lancar. Siswa antusias selama pembel-
240 < Total Skor  300 Valid ajaran, meskipun ada dua siswa yang pasif ka-
180 < Total Skor  240 Cukup valid rena kemampuan kognitifnya lemah dan sifatnya
120 < Total Skor  180 Kurang valid pendiam. Penggunaan LCD pada fase terbuka
Total Skor  120 Tidak valid sangat bermanfaat untuk memfokuskan perhati-
Hasil validasi menunjukkan total skor an siswa di awal pembelajaran. Siswa termoti-
adalah 293 sehingga LKS termasuk dalam vasi dalam belajar dan sangat antusias dalam
kategori “valid” sehingga LKS yang dihasilkan menanggapi permasalahan yang diajukan guru.
layak digunakan setelah dilakukan perbaikan- Penggunaan LCD juga sangat membantu guru
perbaikan sesuai saran. dalam mencocokkan PR siswa. Pada fase kesim-
pulan guru dapat menunjukan berbagai penyele-
saian LKS dengan menggunakan tayangan pada

Copyright © 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 104
Siwi Khomsiatun, Heri Retnawati

LCD sehingga siswa menjadi lebih jelas. Selain 70% siswa telah tuntas belajar sehingga perang-
itu desain LKS yang sangat berbeda dengan kat yang dikembangkan dalam kategori “efektif”
model LKS yang dipakai sehari-hari membuat untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
siswa menjadi tertarik untuk belajar. masalah. Pada uji coba di SMPN 3 Playen, pada
Berikut adalah hasil pembelajaran ba- tes awal tidak ada siswa yang mencapai KKM
ngun segitiga dan segiempat dengan penemuan dari 20 siswa, sedangkan pada tes akhir terdapat
terbimbing untuk tiap pertemuan: 12 siswa yang mencapai KKM. Dengan demiki-
an 60% siswa telah tuntas belajar sehingga pe-
Pertemuan-1 pembelajaran keliling segitiga dan
rangkat yang dikembangkan dalam kategori
segiempat menggunakan LKS-1dengan
“efektif” untuk meningkatkan kemampuan
rerata skor 8,44
pemecahan masalah.
Pertemuan-2 siswa menyelesaikan masalah Berikut adalah diagram persentase
yang berkaitan dengan menghitung keliling ketuntasan belajar siswa pada sekolah tempat uji
segitiga dan segiempat. coba awal dan tempat implementasi lanjutan.
Pertemuan -3 pembelajaran luas segitiga siku- Sebelum
siku menggunakan LKS-2 dengan rerata Sesudah
perolehan skor 9,13 dan pembelajaran luas
segitiga lancip menggunakan LKS-3
dengan rerata skor 7,31.
Pertemuan-4 pembelajaran luas segitiga tumpul
menggunakan LKS-4 dengan rerata skor
9,13.
Pertemuan-5 pembelajaran luas jajargenjang
menggunakan LKS-5dengan rerata skor
7,81.
Pertemuan-6 pembelajaran luas belahketupat Gambar 2. Persentase Ketuntasan Siswa Pada
menggunakan LKS-6 dilanjutkan dengan Tes Awal dan Tes Akhir
pembelajaran luas layang-layang
menggunakan LKS-7. Rerata skor untuk Setelah selesai implementasi perangkat
LKS-6 adalah 8,63 dan rerata perolehan yang dikembangkan kemudian dilakukan peni-
skor untuk LKS-7 adalah 7,88. laian kepraktisan oleh praktisi atau guru pelak-
sana dan siswa. Penilaian kepraktisan dimaksud-
Pertemuan-7 pembelajaran luas trapesium kan untuk mengukur aspek kepraktisan perang-
menggunakan LKS – 8 dengan rerata skor kat. Perangkat ditetapkan layak diproduksi jika
untuk LKS – 8 8,31. hasil penilaian guru pelaksana dan siswa
Hasil Evaluasi menunjukkan kategori minimal “praktis”.
Analisis Kefektifan Analisis Kepraktisan
Hasil uji coba di SMP 1 Patuk Gunung- Dari hasil implementasi, penilaian perang-
kidul Yogyakarta, pada tes awal tidak ada siswa kat pembelajaran oleh guru pelaksana ditunjuk-
yang mencapai KKM dari 32 siswa, sedangkan kan pada Tabel 16 berikut:
pada tes akhir terdapat 20 siswa yang mencapai Tabel 16. Penilaian Perangkat (oleh guru)
KKM. Dengan demikian 62,5% siswa telah tun-
tas belajar sehingga perangkat yang dikem- Jml Skor Jml Skor Jml Skor Total
Produk
bangkan termasuk dalam kategori efektif” untuk Guru I Guru II Guru III Skor
RPP 19 20 18 57
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
LKS 22 21 19 62
Untuk mengetahui kekonsistenan keefektifan
produk, selanjutnya dilakukan implementasi Analisis Kepraktisan RPP
lanjutan di SMPN 4 Patuk dan SMPN 3 Playen. Untuk menentukan kategorisasi kepraktis-
Pada uji coba di SMPN 4 Patuk, pada tes awal an RPP oleh guru pelaksana digunakan konversi
tidak ada siswa yang mencapai KKM dari 20 data berdasarkan kriteria yang disajikan dalam
siswa, sedangkan pada tes akhir terdapat 14 sis- Tabel 17 berikut (Mardapi, 2012, p.163):
wa yang mencapai KKM. Dengan demikian
Copyright © 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika
Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 105
Siwi Khomsiatun, Heri Retnawati

Tabel 17. Kategorisasi Kepraktisan RPP SIMPULAN


Interval skor Kategori Produk akhir penelitian berupa RPP,
50 < Total Skor  60 Sangat praktis LKS, dan THB telah memenuhi kriteria kevalid-
40 < Total Skor  50 Praktis an, kepraktisan, dan keefektifan. Dengan demi-
30 < Total Skor  40 Cukup praktis kian maka perangkat yang dikembangkan
20 < Total Skor  30 Kurang praktis “layak” untuk digunakan dalam kegiatan
10 < Total Skor  20 Tidak praktis pembelajaran di sekolah.
Hasil penilaian oleh guru pelaksana me- DAFTAR PUSTAKA
nunjukkan bahwa total skor adalah 57 sehingga
RPP termasuk dalam kategori “sangat praktis” Alfieri, L., et al. (2011). Does discovery-based
sehingga RPP layak digunakan. instruction enhance learning?. Journal of
Educational Psychology 2011, Vol. 103,
Analisis kepraktisan LKS No. 1, 1–18.
Untuk menentukan kategorisasi kepraktis- Avcu, S., & Avcu, R. (2010). Pre-service
an LKS oleh guru pelaksana digunakan kriteria elementary mathematics teachers’ use of
konversi data berdasarkan kriteria yang disaji- strategies in mathematical problem
kan dalam Tabel 18 berikut (Mardapi, 2012, solving. Procedia Social and Behavioral
p.163): Sciences 9, Turkey, 2010, 1282–1286.
Tabel 18. Kategorisasi Kepraktisan LKS (guru) Balim, A. G. (2009). The effects of discovery
Interval Total Skor Kategori learning on students’ success and inquiry
62,5 < Total Skor  75 Sangat praktis learning skills. Journal of Educational
50 < Total Skor  62,5 Praktis Research, Issue 35, Spring 2009, 1-20.
37,5 < Total Skor  50 Cukup praktis
Depdiknas. (2008). Panduan pengembangan
25 < Total Skor  37,5 Kurang praktis
bahan ajar.
Total Skor  25 Tidak praktis
Eggen, P. & Kauchak, D. (2012). Strategi dan
Hasil penilaian LKS oleh guru pelaksana
model pembelajaran: Mengajarkan
menunjukkan total skor adalah 62 sehingga LKS
konten dan ketrampilan berpikir.
termasuk dalam kategori “praktis” dan layak
(Terjemahan Satrio Wahono). Boston:
digunakan.
Pearson. (Buku asli diterbitkan tahun
Analisis Kepraktisan Perangkat oleh Siswa 2012).
Untuk menentukan kepraktisan LKS oleh Haylock, D. & Thangata, F. (2007). Key
siswa digunakan kriteria konversi data berdasar- concepts in teaching primary
kan kriteria yang disajikan dalam Tabel 19 mathematics. London: Sage.
berikut (Mardapi, 2012, p.163):
Joolingen, W. V. (1999). Cognitive tools for
Tabel 19. Kategorisasi Kepraktisan LKS (Siswa) discovery learning1. International Journal
of Artificial Intelligence in Education
Interval Total Skor Kategori
Total Sangat
(1999), 10, 385-397.
666,67 <
Skor
 800
praktis Lefrancois, G.R. (1999). Psychology for
Total teaching (10th ed). Belmont: Wadsworth.
533,33 <
Skor
 666,67 Praktis
Total Cukup Mardapi, D. (2012). Pengukuran penilaian &
400 <
Skor
 533,33 praktis evaluasi pendidikan. Yogyakarta: Nuha
Total Kurang Medika.
266,67 <
Skor
 400
praktis
Total Marsh, C. (2010). Becoming a teacher:
Skor
 266,67 Tidak praktis Knowledge, skill and issues (5th ed).
Frechs Forest: Pearson.
Hasil penilaian LKS oleh siswa menun-
jukkan total skor adalah 733 sehingga LKS National Council of Teachers of Mathematics.
termasuk dalam kategori “sangat praktis” dan (2000). Principles and standards for
layak digunakan. school mathematics. Reston: NCTM, Inc.

Copyright © 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 106
Siwi Khomsiatun, Heri Retnawati

Om, P. A., & Jay, J. M. (2003). An integrated Setiawan, R., & Harta, I. (2014). Pengaruh
approach to teaching and learning college pendekatan open-ended dan pendekatan
mathematics. Journal of the Korea kontekstual terhadap kemampuan
Society of Mathematical Education Series pemecahan masalah dan sikap siswa
D: Research in Mathematical Education terhadap matematika. Jurnal Riset
Vol. 7, No. 1, March 2003, 11–24. Pendidikan Matematika, 1(2), 241-257.
Retrieved
Pimta, S., et al. (2009). Factors influencing
fromhttp://journal.uny.ac.id/index.php/jrp
mathematic problem-solving ability of
m/article/view/2679
sixth grade students. Journal of Social
Sciences 5 (4): 2009. 381-385. Woolfolk, A., (2007). Educational Psychology
(10th ed). Boston: Pearson Education.
Plomp, T & Nieveen, N. (2013). Educational
Design Research: An Introduction (Eds). Yuliyanto, Y., & Jailani, J. (2014).
Netherlands: SLO Pengembangan perangkat pembelajaran
geometri SMP menggunakan metode
Posamentier, A. S., Smith, B. S., & Stepelman,
penemuan terbimbing pada kelas VIII
J. (2010). Teaching secondary
Semester II. Jurnal Riset Pendidikan
mathematics: Techniques and enrichment
Matematika, 1(1), 127-138. Retrieved
units (8th ed). Allyn & Bacon: Pearson.
fromhttp://journal.uny.ac.id/index.php/jrp
m/article/view/2670.

Copyright © 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503

Anda mungkin juga menyukai