Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ETIKA BISNIS DAN PROFESI

KELOMPOK
BAB 7 “Kode Etik Profesi Akuntan Indonesia”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata


Kuliah “Etika Bisnis dan Profesi”

Dosen : Agus Santoso, S.E., M.Si.

DISUSUN OLEH

Junia Fatmawati ( 3190090 )


Nur Retno ( 3190080 )
Silviana Putri ( 3190086 )

INSITUT BISNIS DAN MULTIMEDIA ASMI


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2020
Bab
7 Kode Etik Profesi
Akuntan Indonesia
PROFESI AKUNTAN
Akuntan yang bekerja pada departemen atau bagian akuntansi sering disebut juga sebagai
akuntan manajemen. Tugas pokok akuntan manajemen di dalam organisasi, antara lain:
melakukan proses pencatatan transaksi keuangan, memelihara catatan atas semua transaksi
perusahaan, serta membuat laporan akuntansi secara periodik untuk disampaikan kepada
manajemen organisasi. Dalam setiap organisasi (perusahaan), dapat dibedakan dua jenis
laporan akuntansi, yaitu: (1) laporan akuntansi keuangan, atau lebih sering disingkat laporan
keuangan (financial statements) saja, dan (2) laporan akuntansi manajemen. Akuntan publik
fungsi pokoknya adalah melakukan pemeriksaan umum atas laporan keuangan perusahaan
sebelum diterbitkan sebagai alat pertanggungjawaban manajemen. Fungsi pokok akuntan
publik adalah melakukan pemeriksaan umum atas laporan keuangan perusahaan dan
memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan setelah melakukan prosedur audit.
Selain bekerja sebagai akuntan manajemen dan akuntan publik, para akuntan juga dapat
bekerja sebagai auditor internal. Namun harus disadari bahwa profesi auditor internal bisa
juga diisi oleh orang dengan latar belakang pendidikan non-akuntansi. Lingkup tugas
departemen audit internal bisa sangat luas, yaitu meliputi berbagai jenis audit, antara lain:
audit keuangan (financial audit), audit manajemen/operasional (management/operational
audit), audit ketaatan (compliance audit), investigasi khusus (special investigation), audit
sistem informasi, dan sebagainya. Tujuan penugasan audit keuangan adalah untuk menilai
kewajaran dari laporan keuangan perusahaan, apakah telah disusun sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum. Tujuan dari management audit adalah untuk melakukan
penilaian atas kinerja organisasi, apakah kinerja organisasi tersebut telah mencapai tingkat
efisiensi, efektivitas, dan keekonomian yang diharapkan. Suatu kinerja disebut efektif bila
tujuan (goal) yang ditetapkan oleh suatu unit organisasi telah tercapai, tanpa memperhatikan
aspek biaya. Suatu kinerja disebut efisien bila untuk memperoleh output tertentu, dikorbankan
(dikonsumsi) input yang minimal. Suatu kinerja disebut ekonomis bila dengan input tertentu,
dihasilkan output yang maksimal. Tujuan dari audit ketaatan adalah untuk menilai apakah
kegiatan operasi perusahaan telah mengikuti berbagai peraturan, kebijakan, dan prosedur yang
telah ditetapkan.
Gambar 7.1
Skema Karier Seorang Akuntan

Akuntan

Sektor Swasta Sektor Publik

Akuntan Akuntan Akuntan Akuntan


Manajemen Internal Pemerintah Inspektorat

Akuntan Akuntan
BUMN/BUMD BPKP
Akuntan
Publik
Akuntan
BPK

Pekerjaan para akuntan baik yang bekerja di sektor swasta maupun sektor pemerintah,
entah selaku akuntan manajemen, akuntan publik, atau auditor internal dapat disebut suatu
profesi karena: (1) memerlukan pengetahuan akuntansi dan/atau disiplin ilmu lain yang
relevan melalui pendidikan formal (knowledge); (2) memerlukan keterampilan dalam
mengolah data dan menyajikan laporan khususnya dengan memanfaatkan teknologi komputer
dan sistem informasi (skill); serta (3) harus mempunyai sikap dan perilaku etis (attitude).

ORGANISASI INSTITUT AKUNTAN INDONESIA (IAI)


Organisasi Institut Akuntan Indonesia (dulu bernama Ikatan Akuntan Indonesia)—
disingkat IAI—lahir 12 tahun setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tanggal 23 Desember
1957 (T.M. Tuanakotta, 2007). Pada awal berdirinya, susunan pengurusnya terdiri atas:
Ketua : Prof. Soemardjo

Panitera : Drs. Go Tie Siem


Bendahara : Drs. Basuki T. Siddharta
Komisaris : Drs. Tan Tong Joe dan Drs. Hendra Darmawan
Pada saat itu, hanya ada sebelas akuntan di Indonesia. Anggaran dasar IAI baru disahkan
oleh Menteri Kehakiman RI pada tanggal 11 Februari 1959 dan baru dimuat dalam Berita
Negara RI Nomor 24 Tanggal 24 Maret 1959. Walaupun demikian, para anggota sepakat
bahwa tanggal pendirian IAI tetap tanggal 23 Desember 1957. Ikatan Akuntansi Indonesia
juga berbenah diri, antara lain sepakat untuk berganti nama baru menjadi Institut Akuntan
Indonesia, namun dengan tetap mempertahankan singkatan yang dipakai, yaitu IAI. Bila saat
didirikan jumlah akuntan hanya sebelas akuntan, maka pada akhir bulan Desember 2008
nomor register akuntan di Departemen Keuangan telah sampai D-46.094, walaupun tidak
semuanya terdaftar sebagai anggota IAI.

PROFESI AKUNTAN DALAM SOROTAN


Profesi akuntan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari praktik bisnis dan
penyelenggaran administrasi pemerintahan, mau tidak mau, berada dalam tekanan berat
konflik kepentingan sehingga banyak profesi akuntan juga terseret ke dalam praktik-praktik
yang tidak etis. Praktik tidak etis profesi akuntan ini bahkan juga dilakukan oleh sepuluh KAP
papan atas. Sorotan terhadap profesi akuntan tidak saja terjadi di Indonesia, tetapi juga di AS
baik terhadap akuntan manajemen maupun akuntan publik. Sorotan terhadap citra profesi
bahkan juga menimpa KAP peringkat dunia, yang dikenal dengan sebutan “the big five”.
Namun sorotan paling tajam diberikan kepada KAP Arthur Anderson karena pelanggaran
etika dan pelanggaran tindak pidana berupa pemusnahan dokumen kertas kerja dalam
kaitannya dengan audit yang dilakukannya pada Enron.

STRUKTUR ETIKA INSTITUT AKUNTAN INDONESIA


Tujuan profesi akuntansi adalah untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi dan mencapai tingkat kinerja tertinggi dengan orientasi kepada
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada empat kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi, yaitu:
a. Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
b. Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelsa dapat diidentifikasikan oleh
pemakai jasa akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
c. Kualitas Jasa. Keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan
dengan standar kinerja tertinggi.
d. Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika
profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

Faktor kunci citra profesi akuntan—yaitu keberadaan dan perkembangan profesi akuntan
itu sendiri—ditentukan oleh tingkat kepercayaan masyarakat pemakai jasa akuntan,
sedangkan tingkat kepercayaan masyarakat ditentukan oleh tingkat kualitas jasa dan tingkat
ketaatan serta kesadaran para akuntan dalam mematuhi kode etik profesi akuntansi. Struktur
Kode Etik IAI terdiri atas empat bagian yang disusun berdasarkan struktur/jenjang
(hierarchy), yaitu: (1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, (3) Interprestasi Aturan Etika, dan (4)
Tanya jawab Etika.

Prinsip Etika IAI


Saat ini, kode etik IAI yang disahkan pada kongres IAI VIII tahun 1998 terdiri atas delapan
prinsip-prinsip yaitu:
1. Tanggung jawab profesi
2. Kepentingan publik
3. Integritas
4. Objektivitas
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku profesional
8. Standar teknis
Gambar 7.3
Rerangka Kode Etik IAI dan IAPI

Tanggung jawab profesi IAI-PUSAT


Kepentingan publik PRINSIP ETIKA
Integritas
Objektivitas
Kompetensi dan Kehati-
hatian Profesional
Kerahasiaan ATURAN ETIKA IAI KAP
Perilaku profesional
Standar teknis
RAPAT
ANGGOTA
IAI-KAP

100 200 300 400 500


Independens, Standar Tanggung Tanggung Tanggung
Integritas, Umum dan jawab jawab jawab dan
dan Prinsip kepada kepada praktik lain
Objektivitas Akuntansi klien rekan

PENGURUS
INTERPRESTASI IAI-KAP
ATURAN ETIKA

DEWAN
TANYA JAWAB SPAP

Gambar 7.4
Proses Penalaran Prinsip Etika

Hasil kerja profesi akuntan untuk kepentingan Oleh karena itu setiap
publik anggota dituntut untuk
(Prinsip 2) mengembangkan rasa
tanggung jawab
(Prinsip 1)

Kompetensi mencakup tiga ranah: Tanggung jawab diwujudkan


 Pengetahuan (knowledge)- Prinsip 5 dalam bentuk upaya
 Keterampilan teknis (skill)- Prinsip 8 peningkatan kompetensi
 Sikap-perilaku etis (attitude): secara berkelanjutan
 Prinsip 3 – Integritas (Prinsip 5)
 Prinsip 4 – objektivitas
 Prinsip 6 – kerahasiaan
 Prinsip 7 – Perilaku Profesional
Kepentingan Publik (Prinsip ke-2)
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Prinsip ke-2: Kepentingan Publik menyiratkan hal-hal sebagai berikut:
a. Masyarakat/publik membutuhkan dan mengandalkan informasi (laporan keuangan,
laporan audit) yang dihasilkan oleh profesi akuntan untuk mengambil berbagai jenis
keputusan bisnis, ekonomis, dan politis.
b. Efektivitas keputusan publik ini bergantung pada kualitas informasi yang disampaikan
oleh profesi akuntan.
c. Profesi akuntan akan tetap berada pada posisi penting bila setiap akuntan selalu dapat
memelihara kepercayaan publik.
d. Penghormatan kepada kepercayaan publik ini hanya dapat dilakukan bila setiap akuntan
dapat menunjukkan komitmen dan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme
yang tinggi.

Tanggung Jawab Profesi (Prinsip ke-1)


Dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
Prinsip ke-1: Tanggung Jawab Profesi dipelukan sebagai konsekuensi logis dari keharusan
profesi akuntan untuk menjaga kepercayaan publik. Prinsip ini menyiratkan arti bahwa:
a. Publik menuntut tanggung jawab profesi akuntan untuk selalu menjaga kualitas
informasi yang disampaikan.
b. Dalam menjalankan profesinya, setiap akuntan akan sering dihadapkan pada berbagai
bentuk benturan kepentingan (conflict of interest), misalnya:
 Kepentingan pribadi versus kepetingan publik
 Kepentingan atasan (untuk akuntan manajemen/akuntan pemerintah) versus
kepentingan publik
 Kepentingan klien pemberi tugas (untuk akuntan pemeriksa/auditor independen)
dengan kepentingan publik. Untuk itu, akuntan harus selalu lebih mengedepankan
kepentingan yang lebih besar (kepentingan publik).
c. Mengedepankan kepentingan publik hanya dapat dilakukan bila akuntan selalu
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukan.

Kompetensi (Prinsip ke-3 sampai dengan prinsip ke-8)


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir.
Pengertian kompetensi mencakup tiga ranah, yaitu: kognitif (pengetahuan/knowledge),
afeksi (sikap dan perilaku—attitude—meliputi: etika, kecerdasan emosional, dan spiritual),
dan psikomotorik (keterampilan teknis/fisik). IAI telah menetapkan enam prinsip etika yang
berhubungan dengan keharusan memiliki kompetensi tinggi ini, yaitu:
1. Kompetensi pada ranah kognitif: Prinsip Kelima—Kompetensi dan Kehati-hatian
Profesional
2. Kompetensi pada ranah afeksi:
a. Prinsip Ketiga—Integritas
b. Prinsip Keempat—Objektivitas
c. Prinsip Keenam—Kerahasiaan
d. Prinsip Ketujuh—Perilaku Profesional
3. Kompetensi pada ranah psikomotorik: Prinsip Kedelapan—Standar Teknis

Aturan Etika IAPI


Aturan Etika IAPI disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut (IAI, 20000.1-
20000.6)
100 Independensi, Integritas, dan Objektivitas
101 Independensi
102 Integritas dan Objektivitas
200 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
201 Standar umum
202 Kepatuhan terhadap standar
203 Prinsip-prinsip akuntansi
300 Tanggung jawab kepada klien
301 Informasi klien yang rahasia
302 Fee Profesional
400 Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
401 Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
402 Komunikasi antar rekan seprofesi
403 Perikatan Atestasi
500 Tanggung jawab dan praktik lainnya
501 Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan
502 Iklan, promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya
503 Komisi dan fee referal
504 Bentuk organisasi dan KAP

PENGAWASAN DAN PERIZINAN KAP


Fungsi utama organisasi profesi IAI adalah semacam “self regulatory body”, yaitu
sebagai wadah untuk mengatur, membina, dan mengawasi kualitas kinerja dan perilaku
anggotanya agar selalu dapat menjaga citra profesinya di mata publik. IAI-KAP atau IAPI
sebagai sub-organisasi di bawah IAI memegang peranan penting bagi kehidupan bisnis dan
perekonomian. Sementara itu, badan atau lembaga yang berkepentingan langsung untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan atas kinerja profesi akuntan, antara lain:
a. Menteri Keuangan Republik Indonesia
b. Quality Review oleh Direktur Jenderal Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan
Republik Indonesia
c. Institut Akuntan Indonesia (IAI) dan Kompartemen-kompartemen IAI yang terkait
d. Dewan kehormatan IAPI
e. Dewan review mutu IAPI
f. Bapepam LK

Anda mungkin juga menyukai