Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH TERMODINAMIKA

(HUKUM I TERMODINAMIKA)

DI SUSUN OLEH : PRAYOGI (1610311008)

TEKNIK MESIN S1

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKRTA

2016 – 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Hukum Pertama Termodinamika”.

Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua sumber yang telah
menjadi panduan saya dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga makalah ini selalu bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 30 April 2017

Penyusun

Prayogi
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesifik


membahas tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Energi dapat
berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa
teknologi.

Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan


perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan
total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang
dilakukan terhadap sistem. Hukum pertama termodinamika adalah konservasi
energi.Secara singkat, hukum tersebut menyatakan bahwa energi tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan tetapi hanya dapat berubah dari bentuk
yang satu ke bentuk yang lainnya.Untuk tujuan termodinamik, perlu lebih spesifik
dan menguraikan hukum tersebut secara lebih kuantitatif.Termodinamika
memperhitungkan hubungan antara system S, misalnya gas dalam silinder pada
gambar 11.1 dan lingkungan ε di sekelilingnya.Lingkungan adalah segala sesuatu
yang ada di luar system yang dapat mempengaruhi system, dimana pada banyak
kasus termasuk pada sekeliling system.Sistem dan lingkungan merupakan semesta
U.

1.2 Rumusan Masalah

Maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apa pengertian dan aplikasi hukum pertama termodinamika ?

2. Bagaimana Prinsip kerja dari beberapa mesin menurut hukum kedua


Termodinamika?
1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, antara lain:

1. Memberikan tambahan pengetahuan kepada pembaca tentang Hukum pertama


termodinamika.

2. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai cara kerja dari reservoir


energi panas, mesin kalor, mesin pendingin, pompa panas, dan mesin abadi.
BAB II

HUKUM I TERMODINAMIKA

2.1 Prinsip kekekalan energi

a. Pengertian prinsip kekekalan energy


Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak musnah yaitu
seperti hukum asas yang lain, contohnya hukum kekekalan masa dan momentum,
ini artinya kalor tidak hilang. Energi hanya berubah bentuk dari bentuk yang
pertama ke bentuk yang ke dua. Energi bisa berubah menjadi kerja. Perubahan
bentuk energi yang tidak bisa diangap sebagai kerja (work =W), yang tidak bisa
diamati dalam bentuk kerja makroskopik disebut perpindahan energi sebagai
panas (heat). Secara singkat, sebuah perpindahan panas didasarkan pada adanya
perbedaan temperatur pada kedua belah pihak.
Sama halnya seperti kerja, panas, adalah energi yang sedang berpindah.
Panas dan kerja tidak terkandung di dalam zat, namun mereka diterapkan terhadap
zat tersebut. Energilah yang sebenarnya dapat terkandung dalam zat, sedangkan
kerja dan panas merupakan 2 cara untuk memindahkan energi melintasi berbagai
batas suatu sistem. Sesudah energi melintasi batas dan sampai di dalam sistem
tidaklah dapat dibedakan lagi apakah energi itu tadinya berpindah dalam bentuk
kerja atau sebagai panas.
Simbol Q biasanya dipakai untuk menyatakan besarnya perpindahan
energi sebagai panas, jadi, dQ menyatakan perpindahan energi infinitesimal
sebagai panas. Sama halnya seperti kerja, arah perpindahan energi sebagai panas
yang posistif harus selalu digambarkan sebagai panah pada sketsa gambar sistem
yang ditampilkan.

b. Teori Hukum Kekekalan Energi


Energi dalam alam semesta bersifat tetap sehingga menjadikannya disebut
sebagai kekekalan energi. Semua energi yang ada tidak dapat dimusnahkan dan
hanya dapat diubah menjadi bentuk energi lainnya. Energi dibagi menjadi
beberapa bentuk, yaitu bentuk energi kinetik, energi potensial, dan bentuk energi
lainnya. Setiap energi yang ada tersebut dapat dimanfaatkan manusia untuk
membantunya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian manusia menjadi
lebih mudah dalam melakukan berbagai hal dalam kesehariannya berkat energi
yang dapat dimanfaatkannya.
Berbicara mengenai energi, tentu kita hidup juga berkat adanya energi.
Mungkin kita akan membahasnya sedikit untuk Anda mengenai energi. Energi
sendiri dibagi menjadi energi kinetic dan potensial. Untuk lebih jelasnya, berikut
adalah penjelasan mengenai energi kinetic dan energi potensia.
Energi kinetic yaitu energi yang dimiliki suatu benda tertentu saat
bergerak. Energi ini memiliki beberapa jenis yaitu energi kinetic vibrasi, dan
energi kinetic rotasi. Secara matematis, energi kinetik dihitung sebagai ½ dari
massa suatu benda dikalikan dengan kecepatan tubuh kuadart, sehingga KE = ½
mv^2. Lalu bagaimana energi ditranfer? Seperti yang kita ketahui salah satu
konsep yang mendasari energi kinetik adalah bagimana memahami transfer energi
bekerja dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
Contohnya yaitu ketika massa atau benda diam (tidak bergerak), maka
benda tersebut dianggap memiliki energi potensial. Akan tetapi ketika kekuatan
diterapkan pada benda tersebut, maka energi potensial berubah menjadi energi
kinetik. Setelah ditranfer, energi kinetik suatu benda dapat diubag menjadi bentuk
lain, seperti gravitasi ataupun energi elastis.
Contoh energi kinetik yang lainnya adalah, sebuah planet yang berputar
mengelilingi matahari, sebuah kendaraan yang bergerak, anak yang mengetik di
komputer, seorang bayi yang merangkak, seorang yang berjalan atau berlari dan
masih banyak lagi.
Sedangkan energi potensial itu merupakan energi yang disimpan
sementara dalam sebuah benda saat diam pada medan gaya. Untuk lebih jelasnya,
berikut adalah perumpamaan untuk energi kinetik. Bagaimana jika bola disimpan
di atas mobil yang sedang diangkut oleh mobil derek?Jika bola tetap diam apakah
ada energi kinetik di dalamnya? Jawabannya adalah iya. Hal ini dikarenakan
energi potensial merupakan energi yang disimpan sementara di dalam sebuah
benda dalam keadaan diam.
Intinya bentuk energi yang ada dapat Anda rubah menjadi bentuk energi
yang lainnya tapi tidak dapat dimusnahkan. Banyak sekali hal yang dapat Anda
lakukan untuk membuat dan mengubah energi yang ada menjadi energi yang
lainnya sehingga Anda dapat memanfaatkannya dengan maksimal.
Ingatlah dengan hukum kekekalan energi yang menyatakan jika energi
tidak dapat dimusnahkan tapi hanya dapat diubah menjadi energi lainnya.
Misalnya saja Anda dapat memanfaatkan energi panas matahari untuk
menyalakan sebuah lampu atau listrik. Itulah pemanfaatan energi yang dapat Anda
lakukan atau pengubahan energi yang dapat Anda lakukan. Apakah Anda dapat
menghilangkan energi panas matahari? Tentu jawabannya adalah tidak bukan?
Nah, itulah mengapa energi disebut kekal.

2.2 Laju perubahan energi


2.2.1 Definisi perubahan energi
Perubahan keadaan kesetimbangan suatu sistem bisa dicapai lewat berbagai
proses. Kita pilih sistem yang disosialisasi secara termal dari sekelilingnya, jadi
proses nya adalah adiabatik. Banyak lintasan adiabatik yang dialami antar keadaan
awal dan akhir yang sama. Dari percobaan tidang langsung yang dilakukan
ditemukan bahwa usaha adiabatik (Wad ) yang dilakukan oleh sitem yang
dilakukan semua lintasan adiabatik ini adalah sama. Dengan kata lain meskipun
usaha merupakan fungsi lintasan yang harganya bergantung pada proses, usaha
yang dilakukan pada proses adiabatik antara dua keadaan bergantung hanya
pada keadaan awa dan akhir dan tidak pada prosesnya.
Sebagai contoh, kita tinjau dua proses adiabatik dari gas yang berubah dari keadan
kesetimbangan 1 ke keadaan kesetimbangan 2, ditunjukkan gambar 2-14. Pada
proses pertama, kita tempuh melalui pemuaian adiabatik kuasistatik dari titik 1 ke
3, diikiuti muaian bebas adiabatik dari titik 3 ke titik 2. Sedangkan proses lainnya,
mula-mula kita bawa melalui proses muaian bebas adiabatik dari titik 1 ke titik 4,
diikuti pemuaian adiabatik dari titik 4 ke titik 2. Pemuaian bebas dinyatakan
dengan garis-garis silang.
Pada proses muaian bebas tidak ada usaha. Dalam pemuaian kuasistatik, gas
memuai secara perlahan melawan piston, dan usaha yang dilakukan dinyatakan
dengan luasan yang diarsir dibawah kurva. Dari percobaan ditemukan bahwa
kedua luasan dibawah kurva 1-2 dan kurva 4-2 adalah sama.
Karena untuk sistem tertentu, usaha yang dilakukn adalah sama, kita dapat
mendefinisikan suatu besaran yang berubah antara dua keadaan kesetimbangan.
Beasaran yang berubah ini sama dengan usaha adiabatik. Jika kita sebut E1 dan
E2 adalah besaran pada keadaan 1 dan keadaan 2, secara unik berkurangnya
besaran ini didefinisikan sebagai

Besaran yang dinyatakan dengan E disebut energi dari sistem. Dan persamaan (2-
15) mendefinisikan bahwa berkurangnya energi suatu sistem antara dua keadaan
kesetimbangan sebagai usaha yang dilakukan oleh sistem pada sebarang proses
adiabatik antar dua keadaan.
Hukum I termodinamika berisi pernyataan tentang kekekalan energi. Hukum ini
menggambarkan percobaan yang menghubungkan usaha yang dilakukan pada
sistem (W), panas yang ditambahkan atau dikurangi pada sistem (Q), dan energi
internal sistem (U).
Hasil percobaan Joule menyatakan bahwa jumlah panas yang ditambahkan
dan usaha yang dilakukan pada sistem yang sama dengan perubahan energi
internal sistem.Pernyataan tersebut dikenal dengan sebutan hukum I
termodinamika. 

Dengan demikian, meskipun energi kalor sistem telah berubah menjadi


energi mekanik (usaha) dan energi dalam, jumlah seluruh energi tersebut selalu
tetap. Secara matematis, Hukum Pertama Termodinamika dituliskan sebagai
berikut.
Q = ΔU + W                      
dengan: 
Q = kalor yang diterima atau dilepaskan oleh sistem,
ΔU = U2 — U1 = perubahan energi dalam sistem, dan
W = usaha yang dilakukan sistem. 
Perjanjian tanda yang berlaku untuk persamaan di atas tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Jika sistem melakukan kerja maka nilai W berharga positif.
2. Jika sistem menerima kerja maka nilai W berharga negatif
3. Jika sistem melepas kalor maka nilai Q berharga negatif
4. Jika sistem menerima kalor maka nilai Q berharga positif

2.2.2 Energi dalam


Energi dalam (E) adalah total energi yang dikandung dalam sebuah sistem
dengan mengecualikan energi kinetik (Ek) pergerakan sistem sebagai satu
kesatuan dan energi potensial (Ep) sistem akibat gaya-gaya dari luar. Oleh karena
itu energi dalam bisa dirumuskan dengan persamaan E = Ek + Ep. Namun karena
besar energi kinetik dan energi potensial pada sebuah sistem tidak dapat diukur,
maka besar energi dalam sebuah sistem juga tidak dapat ditentukan, yang dapat
ditentukan adalah besar perubahan energi dalam suatu sistem.
Perubahan energi dalam dapat diketahui dengan mengukur kalor (q) dan
kerja (w), yang akan timbul bila suatu sistem bereaksi. Oleh karena itu, perubahan
energi dalam dirumuskan dengan persamaan E = q - w.
Jika sistem menyerap kalor, maka q bernilai positif. Jika sistem
mengeluarkan kalor, maka q bernilai negatif. Jika sistem melakukan kerja, maka
w pada rumus tersebut bernilai positif. Jika sistem dikenai kerja oleh lingungan,
maka w bernilai negatif.
Jadi bila suatu sistem menyerap kalor dari lingkungan sebesar 10 kJ, dan
sistem tersebut juga melakukan kerja sebesar 6 kJ, maka perubahan energi dalam-
nya akan sebesar 4 kJ.
Perubahan energi dalam bernilai 0 jika jumlah kalor yang masuk sama
besar dengan jumlah kerja yang dilakukan, dan jika kalor yang dikeluarkan sama
besar dengan kerja yang dikenakan pada sistem. Artinya, tidak ada perubahan
energi dalam yang terjadi pada sistem.

2.3 Kalor dan perpindahan kalor

2.3.1 Konsep kalor

Kalor merupakan perpindahan energi internal dari suau sistem ke sistem


lain karena adanya perbedaan suhu, dari temperatur tinggi ke temperatur rendah.
Perpindahan energi tersebut tidak dapat diketahui prosesnya, namun diketahui laju
aliran Q̇ yang merupakan fungsi waktu

t2
Q=∫ Q̇ dt (1.3)
t1

dapat diketahui bila t1 – t2 telah berlalau dan setah aliran berhenti.


Q bukan merupakan fungsi koordinat termodinamik tetapi bergantug pda
lintasan yang dilalauui sistem dari keadaan awal ke keadaan akhir. Sistem A
dalam sentuhan termal sistem B yang kedua sistem tersebut dilindungi dinding
adiabat.

Untuk sistem A:

U f −U i =Q+W

Untuk sistem B:

U 'f −U i ' =Q’ +W ’

Dengan menjumlahkannya didapat

(U f – U i ) – (U 'f −U i ’)=Q+ Q’ +W +W ’

(U f +U 'i )−( U i+ U 'i) merupakan energi sistem gabungan dan W +W ’ merupakan

kerja yang dilakukan oleh sistem gabungan, maka Q+Q ' adalah kalor yang
dipindahkan oleh sistem gabuangan. Karena sistem dilindungi dinding adiabat,

Q+Q' =0

Q=−Q'

Dalam kondisi adiabat kalor yang dibuang sistem A sama dengan kalor
yang diterima sistem B.

2.3.2 Perpindahan kalor

Perpindahan panas merupakan ilmu untuk meramalkan perpindahan energi


dalam bentuk panas yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda
atau material. Dalam proses perpindahan energi tersebut tentu ada kecepatan
perpindahan panas yang terjadi, atau yang lebih dikenal dengan laju perpindahan
panas. Maka ilmu perpindahan panas juga merupakan ilmu untuk meramalkan laju
perpindahan panas yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu. Perpindahan kalor
dapat didefinisikan sebagai suatu proses berpindahnya suatu energi (kalor) dari
satu daerah ke daerah lain akibat adanya perbedaan temperatur pada daerah
tersebut. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu
konduksi, konveksi, dan radiasi.
1. Perpindahan Kalor secara Konduksi

Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan kalor


dimana kalor mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang
bertemperatur rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara
medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung sehingga
terjadi pertukaran energi dan momentum.

Gambar 2.1. Perpindahan panas konduksi pada dinding (J.P. Holman,hal: 33)

Laju perpindahan panas yang terjadi pada perpindahan panas konduksi


adalah berbanding dengan gradien suhu normal sesuai dengan persamaan berikut
Persamaan Dasar Konduksi :
dT/dx = gradient temperatur kearah perpindahan kalor.konstanta positif ”k”
disebut konduktifitas atau kehantaran termal benda itu, sedangkan tanda minus
disisipkan agar memenuhi hokum kedua termodinamika, yaitu bahwa kalor
mengalir ketempat yang lebih rendah dalam skala temperatur.

2. Perpindahan Kalor secara Konveksi

Konveksi adalah perpindahan panas karena adanya gerakan/aliran/


pencampuran dari bagian panas ke bagian yang dingin. Contohnya adalah
kehilangan panas dari radiator mobil, pendinginan dari secangkir kopi dll.
Menurut cara menggerakkan alirannya, perpindahan panas konveksi
diklasifikasikan menjadi dua, yakni konveksi bebas (free convection) dan
konveksi paksa (forced convection). Bila gerakan fluida disebabkan karena
adanya perbedaan kerapatan karena perbedaan suhu, maka perpindahan panasnya
disebut sebagai konveksi bebas (free / natural convection). Bila gerakan fluida
disebabkan oleh gaya pemaksa / eksitasi dari luar, misalkan dengan pompa atau
kipas yang menggerakkan fluida sehingga fluida mengalir di atas permukaan,
maka perpindahan panasnya disebut sebagai konveksi paksa (forced convection).

Proses pemanasan atau pendinginan fluida yang mengalir didalam saluran


tertutup seperti pada gambar 2.2 merupakan contoh proses perpindahan panas.
Laju perpindahan panas pada beda suhu tertentu dapat dihitung dengan persamaan
Tanda minus ( - ) digunakan untuk memenuhi hukum II thermodinamika,
sedangkan panas yang dipindahkan selalu mempunyai tanda positif ( + ).

3. Perpindahan Panas Radiasi

Perpindahan panas radiasi adalah proses di mana panas mengalir dari


benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu
terpisah di dalam ruang, bahkan jika terdapat ruang hampa di antara benda - benda
tersebut.

Energi radiasi dikeluarkan oleh benda karena temperatur, yang


dipindahkan melalui ruang antara, dalam bentuk gelombang elektromagnetik Bila
energi radiasi menimpa suatu bahan, maka sebagian radiasi dipantulkan , sebagian
diserap dan sebagian diteruskan . Sedangkan besarnya energi :
2.4 Kapasitas kalor

Suatu sistem yang menyerap kalor, tidak selalu akan mengalami


perubahan temperatur. Kapasitas kalor atau kapasitas panas (biasanya
dilambangkan dengan kapital C) adalah besaran terukur yang menggambarkan
banyaknya kalor Q yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat (benda) dari
θ f ke θi sebesar jumlah tertentu. Kapasitas kalor didefinisikan sebagai:

ðQ
C= (1.7)

Pada umumnya kapasitas panas C berubah dengan suhu θ, jadi C adalah


fungsi θ, sehingga:

Q
Kapasitas kalor rata-rata =
θf −θi

Kapasitas panas merupakan kuantitas ekstensif (berbanding lurus dengan


massa) agar mudah dalam pengoperasiannya, kita bagi dengan massa sehingga
menjadi ‘per satuan massa’ yang berarti kuantitas spesifik. Kapasitas kalor
spesifik diukur dalam J/kg.K atau kJ/kg.K.

Apabila C menyatakan kapasitas kalor dari n mol zat, maka kapasitor


kalor molar atau panas jenis c ialah:

C 1 ðQ
c= =
n n dθ

c diukur dalam J/mol.K atau kJ/mol.K. Dengan n adalah banyaknya mol, yaitu:

massatotal
n=
m
Dengan m adalah massa molar atau massa satu mol atom yang bergantung
pada bilangan Avogadro N A sebesar 6,023 X 1023 partikel/mol. Besarnya kita
dapatkan:

m ¿mN A

Dengan 1 kalori = 4,1858 J.

Panas yang masuk atau keluar dari sistem adalah:


θ2 θ2

Q=∫ C dθ=n∫ c dθ (1.8)


θ1 θ1

Karena C maupun c tidak konstan, melainkan fungsi waktu sehingga tidak


boleh dikeluarkan dari tanda integral. Jadi C maupun c dapat dikeluarkan apabila
telah memenuhi nilai konstan atau dianggap konstan.

Penyerapan panas dapat melalui berbagai proses yang menyebabkan


kapasitas kalor dapat bernilai positif, negatif, nol ataupun tak terhingga.
Banyaknya panas yang diserap berbeda untuk proses yang berbeda. Sehingga,
setiap sistem sederhana memiliki kapasitas kalornya tersendiri. Sebagai contoh,

ðQ
dalam hal sistem hidrostatik hasil bagi memiliki harga tetap apabila tekanan

atau volume dijaga tetap.

Kapasitas kalor pada tekanantetap c P = ( ðQdθ ) P


(1.9)

Kapasitas kalor pada volume tetap cV = ( ðQdθ )


V
(1.10)

Tabel 4.2 Kapasitas kalor sistem sederhana

Sistem Kapasitas Kalor Lambang


Hidrostatik Pada tekanan tetap CP

Pada volume tetap CV


Linear Pada gaya tegang tetap CI
Pada panjang tetap CL
Permukaan Pada tegangan permukaan tetap Cγ

Pada luas tetap CA


Listrik Pada elektromotansi tetap CZ

Pada muatan tetap Cε


Dielektrik Pada medan listrik tetap CE

Pada polarisasi tetap Cn


Magnetik Pada medan magnetik tetap CH

Pada magnetisasi tetap CM

2.5 Entalpi

2.5.1 Pengertian entalpi

Entalpi adalah kandungan kalor sistem dalam tekanan tetap. Entalpi di


lambangkan dengan H, sedangkan perubahan entalpi adalah selisih antara entalpi
akhir dan entalpi awal di simbolkan dengan dengan DH.

ΔH = Hakhir – Hmula-mula

Walaupun ini merupakan definisi yang biasa dari DH, keadaan entalpi H,
mula-mula dan akhir (yang sebenarnya berhubungan dengan jumlah energi yang
adapada keadaan ini) tidak dapat di ukur. Ini di sebabkan jumlah energi total dari
sistem adalah jumlah dari semua energi kinetik dan energi potensialnya. Jumlah
energi total ini tidak dapat di ketahui karena kita tidak dapat mengetahui secara
pasti berapa kecepatan pergerakan molekul-molekul dari sistem dan juga beberapa
gaya tarik menarik dan tolak menolak antara molekul dalam sistem tersebut.
Bagaimanapun, defenisi di atas sangat penting karena telah menegakan tanda
aljabar DHeksoterm dan endoterm. Perubahan eksoterm, Hakhir lebih kecildari
Hmula-mula. Jadi harga DH adalah negatif. Dengan analisis yang sama, kita
mendapatkan bahwa harga DH untuk perubahan endoterm adalah positif. (Brady,
Kimia Universitas Asas & Struktur. Hal. 274)
Jika reaksi kimia meningkatkan panas, sistem kehilangan panas dan panas
tersebut hilang pada tekanan konstan adalah berkurangnya dalam entalpi (DH<0).
Reaksi seperti itu dengan DH negatif adalah eksotermik. Pembakaran etama
adalah reaksi eksotermis yang sangat kuat ;

CH4 (g) + O2 (l) --> CO2(g) + 2H2O (l) DH < 0, eksotermis

Hasil reaksi ini memberikan entalpi lebih rendah daripada reaktan. Dalam
reaksi endotermis, panas di serap oleh reaksi dari lingkungan, membuat DH
bernilai positif. Sebagai contoh reaksi endotermis adalah pembentukan nitrogen
oksida dari unsurnya.

N2 (g) + 2 O2 (g) -->2NO2 (g) DH > 0, endotermi

(Widi Prasetiawan, Kimia Dasar 1. Hal.97)

Proses Eksoterm dan Endoterm

Hukum pertama termodinamika menunjukan bahwa perubahan energi


dalam (ΔU) tidak dapat diukur, tetapi dapat di hitung dari nilai kalor (q) dan kerja
(w). (syukri, Kimia Dasar 1. Hal79)

Jika kalor yang menyertai perubahan pada volume tetap adalah ΔU maka
kalor pada tekanan tetap adalah ΔH. Hubungan antara energi dalam dan entalpi
adalah : ΔH = ΔU + Δ(PV), dapat di tuliskan H = U + PV
2.6 Sifat-sifat termodinamika
2.6.1
2.7 Perubahan fase
2.7.1 Perubahan fase

Keadaan padat
Campuran dua fase padat-cair

Keadaan cair

Campuran dua fase cair-uap


Keadaan uap

Proses-proses tersebut di atas dapat digambarkan dalam diagram T - v. Diagram


ini menggambarkan perubahan-perubahan temperatur dan volume jenis.

Gambar 2.2 Diagram T-v proses perubahan fase air pada tekanan konstan Proses
1-2-3-4-5 adalah pemanasan pada tekanan konstan Proses 5-4-3-2-1 adalah
pendinginan pada tekanan konstan
PROPERTY DIAGRAM ( DIAGRAM SIFAT)

Diagram T - v

Gambar 2.3 Diagram T- v perubahan fase zat murni (air) pada berbagai variasi

Dari gambar 2.3 dapat dilihat bahwa semakin tinggi tekanan air maka semakin
tinggi pula titik didihnya. Tsat merupakan fungsi dari Psat ,(Tsat = f Psat)

Tsat = Saturation temperature , temperatur saat zat murni berubah phase

pada tekanan tertentu.


= Saturation pressure , tekanan saat zat murni berubah phase pada
temperatur tertentu

cair jenuh dan uap jenuh berada pada satu titik. Titik ini disebut titik kritis
o
(critical point). Untuk air (water) : Tcr = 374,14 C ; Pcr = 22,09 MPa. ; vcr =

Garis yang menghubungkan keadaan cair jenuh dan uap jenuh akan
semakin pendek jika tekanannya makin besar. Pada tekanan tertentu (22,09 MPa)
3
0,003155 m /kg. Jika titik-titik pada keadaan cair jenuh dihubungkan maka
diperoleh garis cair jenuh. Jika titik-titik pada keadaan uap jenuh dihubungkan
maka diperoleh garis uap jenuh. Kedua garis ini bertemu di titik kritis.
Gambar 2.4 Diagram T- v zat murni
Di atas titik tekanan kritis proses perubahan dari cair menjadi uap tidak
lagi terlihat jelas/nyata. Terjadi perubahan secara spontan dari cair menjadi uap.

Diagram P - v

Gambar 2.5 Diagram P- v zat murni


Bentuk dari diagram P-v mirip dengan diagram T- v. Pada diagram P-v
garis temperatur konstan mempunyai trend menurun sedangkan pada diagram T-v
garis tekanan konstan mempunyai trend menaik.

Diagram P - v dan P-T fase padat, cair dan gas


Mengecil sewaktu membeku
Kebanyakan zat murni akan menyusut saat membeku.

Gambar 2.6 Diagram P- v zat murni yang menyusut saat membeku


Mengembang sewaktu membeku

Gambar 2.7 Diagram P- v zat murni yang mengembang saat


membeku (contohnya adalah air)

Pada kondisi tertentu fase padat, cair dan gas berada dalam
kesetimbangan. Pada diagram P-v dan T-v keadaan ini akan membentuk suatu
garis yang disebut Triple line. Dalam diagram P-T keadaan ini nampak sebagai
suatu titik dan disebut Triple point. Triple point air adalah TTR = 0,01 oC dan PTR
= 0,06113 kPa.

Gambar 2.8 Diagram P- T zat murni (diagram fase)


Diagram P-T sering disebut sebagai diagram fase karena dalam diagram P-
T, antar tiga fase dipisahkan secara jelas, masing-masing dengan sebuah garis.
Ketiga garis bertemu di triple point. Garis penguapan (vaporisation) berakhir di
titik kritis karena tidak ada batas yang jelas antara fase cair dan fase uap. Tidak
ada zat yang berada pada fase cair jika tekanannya berada di bawah tekanan
Triple point. Ada dua cara zat padat berubah menjadi uap Pertama melalui proses
mencair kemudian menguap dan kedua fase padat berubah langsung menjadi fase
gas (disebut menyublim). Menyublim hanya dapat terjadi pada tekanan di bawah
tekanan Triple point.

Diagram P - v - T
a. Menyusut saat membeku b. Mengembang saat membeku
Gambar 2.8 Diagram P- T zat murni (diagram fase)

2.8 Proses aliran tetap

Untuk kebanyakan proses dalam industri, analisis terhadap  proses alir


steady-state sering dijumpai, terutama pada peristiwa mengalirnya fluida di dalam
suatu peralatan. Analisis dan perhitungan yang dilakukan terhadap peristiwa
demikian tetap akan didasari pada hukum thermodinamika pertama dalam bentuk
yang sesuai dengan kebutuhan yang ada. Istilah steady-state dalam hal ini
berkaitan dengan berlangsungnya suatu proses tidak tergantung kepada waktu atau
dengan kata lain, tidak terjadi akumulasi massa dan energi dari suatu sistem yang
ditinjau. Sebagai dasar dari perhitungan proses alir ini, disusunlah suatu
persamaan kontinuitas.

Persamaan kontinuitas menggambarkan suatu hubungan tekanan,


kecepatan aliran, dan luas penampang aliran dari titik inlet ke titik outlet tanpa
melalui suatu sistem peralatan proses. Berikut ini akan diturunkan persamaan
kontinuitas untuk suatu aliran satu dimensi. Sebagai Illustrasi perhatikan   
Gambar 7.

Gambar 7. Aliran melalui Potongan Tabung


Apabila proses mengalirnya fluida di dalam tabung tersebut berlangsung
secara steady-state, maka massa fluida yang mengalir melalui tiap penampang
harus sama, dengan kata lain :

                                                                 (20)

atau                                                                                      (21)

Persamaan (21) dikenal sebagai Persamaan Kontinuitas untuk aliran satu


dimensi. Dengan menggunakan differensial Logaritmik, diperoleh bentuk :

                                                                                          (22)

Persamaan kontinuitas adalah pernyataan matematik dari prinsip


kekekalan massa, dan bersama-sama dengan persamaan energi sebelumnya,
sangat membantu penyelesaian soal-soal keteknikan.

            Untuk memudahkan dalam mendapatkan bentuk umum dari persamaan


energi proses alir, Pertimbangkan suatu proses alir seperti pada Gambar 8 berikut.
Gambar 8. Proses Alir Steady-state

Suatu fluida mengalir  melalui peralatan-peralatan seperti tersebut pada


gambar, dari titik inlet (“1”) ke titik outlet (“2”). Pada titik inlet (“1”) kondisi
fluida ditandai dengan subskrip 1. Pada titik ini pula fluida berada pada ketinggian
z1 dari bidang datumnya, dengan kecepatan v1, memiliki volume spesifik  v1,
tekanan P1 dan energi dalam (U1). Dengan cara yang sama, untuk titik outlet
ditandai dengan subskrip 2. Sistem dianalisis dalam besaran per satuan massa
fluida. Perubahan energi per satuan massa untuk sistem tersebut melibatkan
perubahan energi kinetik, potensial dan energi dalamnya seperti pada persamaan
(10).

                                 

Keterangan :   

                                  

                                  

                          

sehingga secara umum, persamaan energi untuk proses alir steady-state dapat
ditulis sebagai :

            m(u2 – u1) +    1/2  m(u22 – u12)+ mg(z2 – z1) = Q – W                               


(23)

W pada persamaan (23) menyatakan semua kerja yang dilakukan oleh


fluida, dan nila kerja (W) tesebut merupakan jumlah dari Kerja Poros (Shaft
Work, Ws) dan Kerja hasil kali PV dari fluida yang mengalir. Yang dimaksud
dengan kerja poros (Ws) adalah kerja yang yang dilakukan atau diterima oleh
fluida yang mengalir melalui suatu peralatan sehingga dihasilkan suatu kerja
mekanik (misalnya dapat memutar suatu poros atau menggerakan baling-baling
pada turbin dan banyak lagi lainnya). Secara matematis dapat dituliskan :

            W = Ws + P2V2 – P1V1                                                                        (24)


selanjutnya substitusikan persamaan (24) ke dalam persamaan (23), sehingga
diperoleh :

   m(u2 – u1) +  1/2  m(u22 – u12)+ mg(z2 – z1) = Q – [Ws + P2V2 – P1V1]    (25)

diketahui bahwa, V2 = mv2 dan V1 = mv1, dengan menyusun kembali persamaan
(2-23) akan diperoleh :

                m[(u2  + P2V2) –(U1 + P1V1)] + mg(z2 – z1) = Q – Ws        (26)

oleh karena h = u + P V, maka persamaan (24) menjadi :

   m(h2 – h1) +   1/2  m(u22 – u12)+ mg(z2 – z1) = Q – Ws                  (27)

atau                                                            (28)

Persamaan (28) merupakan persamaan umum proses alir steady-state.

            Untuk kebanyakan pemakaian di dalam thermodinamika, perubahan energi


kinetik dan energi potensial aliran relatif lebih kecil (sering diabaikan) jika
dibandingkan dengan energi bentuk lainnya, sehingga persamaan (28) menjadi :

              ,

atau    

                                                                                                 (29)

dalam hal ini, diketahui bahwa enthapi (h) adalah fungsi keadaan, sehingga ia
punyai nilai tertentu pada kondisi P dan T tertentu pula, untuk itu sering juga nilai
enthalpi ini dapat dilihat pada Tabel-tabel data thermodinamika untuk zat-zat
murni tertentu.

Contoh 3 :

Udara pada tekanan 1 bar dan 25 oC memasuki sebuah kompressor dengan
kecepatan rendah, tekanan keluar kompressor adalah 3 bar, untuk selanjutnya
melewati sebuah nozel, dimana udara tersebut akan terekspansi sehingga
kecepatannya menjadi 600 m/det dimana udara kembali pada tekanan 1 bar dan
25 oC seperti semula. Jika pada saat kompressi terjadi adalah 240 kJ per kilogram
udara, berapa banyak panas yang dipindahkankan selama proses kompressi
tersebut berlangsung ?

  Penyelesaian :

                        Analisis : oleh karena kondisi udara keluar sama dengan kondisi
udara masuk, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perubahan enthalpi dari
udara. Selanjut perubahan energi kinetik mula-mula (pada titik inlet) dapat
dianggap kecil sekali. Abaikan juga perubahan energi potensial baik pada titik
inlet maupun titik outletnya, sehingga persamaan (28) menjadi :

                        Q =   1/2  m(u22 )+ Ws                                                                    (A)

                              Karena m tidak diketahui, maka persamaan (A) dinyatakan


dalam bentuk per satuan massa.

                        

                        Q = 180 kJ/kg – 240 kJ/kg = -60 kJ/kg.

2.9 Prinsip kekekalan massa

Anda mungkin juga menyukai