Anda di halaman 1dari 8

Volume 2, Nomor 1, April 2013 http://doi.org/10.

21009/JPPP

INTERNALISASI STIGMA & HARGA DIRI


PADA ORANG DENGAN SKIZOFRENIA

Indri Jayanti* Fellianti Muzdalifah**

*Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta


**Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta

DOI: https://doi.org/10.21009/JPPP.021.06

Alamat Korespondensi:
indri_jayanti86@yahoo.com

ABSTRACT
The aim of this study is to analyze the influence internalized stigma on self-esteem in people with schizophrenia
(outpatients) in Jakarta. The research was held in Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia, Puskesmas Tebet, and Klender
Islamic Mental Hospital on November 2012. This research used quantitative ex-post facto research method. This research
used incidental sampling. Collecting data used scale of internalization stigma which is adapted from ISMI (Internalization
Stigma of Mental Illness) scale and self-esteem scale’s Rosenberg, were assessed among 42 outpatients who have
schizophrenia. Statistical analysis obtainded using the Regression test. Based on the result of data analysis found that
adjusted R square internalized stigma on self-esteem was 0,176 (17,6%), which means that influence internalized stigma to
self-esteem was 17,6% and 82,4% influenced by others factors beyond self-esteem. This result showed that fluctuation of
self-esteem in people with schizophrenia (outpatients) contrary to fluctuation of internalized stigma variable.

Keywords
self-esteem, internalizad stigma, schizophrenia, outpatient

1. Pendahuluan Salah satu jenis gangguan jiwa adalah


skizofrenia. Menurut Ho, Black, & Andreasen
Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah
(2003) rata-rata prevalensi skizofrenia
kesehatan global pada sebagian besar negara
diperkirakan sekitar 0.2 persen sampai 1.5 persen
termasuk di Indonesia. Hal ini dapat dikarenakan
pada populasi secara umum (dalam Barlow &
oleh kehidupan yang semakin sulit dan kompleks
Durand, 2005). Menurut Lavretsky (2008) onset
serta semakin bertambahnya stressor psikososial
awal gangguan ini paling sering terjadi antara usia
akibat budaya masyarakat yang semakin modern.
15 sampai 30 tahun (dalam Mueser & Jeste,
Hal ini dapat berakibat pada meningkatnya jumlah
2008). Skizofrenia dapat mempengaruhi pria dan
penderita gangguan kejiwaan. Gejala gangguan
wanita secara sama (Kring, Davison, Neale, &
kejiwaan yang terdiri dari gangguan kecemasan,
Johnson, 2007).
depresi, panik, hingga gangguan yang psikotik
Skizofrenia disebutkan sebagai salah satu
seperti skizofrenia semakin banyak di masyarakat.
gangguan jiwa yang paling melumpuhkan di
Riset Kesehatan Dasar 2007 menyebutkan bahwa
dunia (Lopez, Mathers, Ezzati, Jamison, &
prevalensi gangguan mental emosional berupa
Murray, 2006). Skizofrenia merupakan sindrom
depresi dan cemas pada masyarakat berumur di
kompleks yang mempunyai dampak besar untuk
atas 15 tahun mencapai 11,6 persen. Jika jumlah
merusak kehidupan penderita dan anggota
penduduk pada kelompok umur tersebut tahun
keluarga. Skizofrenia dapat menyebabkan
2010 ada 169 juta jiwa, maka jumlah penderita
gangguan pada persepsi, pikiran, cara berbicara,
gangguan jiwa 19,6 juta orang
dan gerakan: hampir seluruh aspek keberfungsian

37
Indri Jayanti Internalisasi Stigma & Harga Diri pada Orang
Fellianti Muzdalifah dengan Skizofrenia

harian (Barlow & Durand, 2005). Orang dengan tetap menjalani terapi farmakologi untuk
skizofrenia dapat menarik diri dari orang-orang mengontrol simtom-simtom positif dan negatif.
dan dari realita kehidupan dan masuk ke dalam Ada beberapa dampak negatif pada orang
kehidupan dengan kepercayaan yang aneh (delusi) dengan skizofrenia. Salah satu efek yang
dan halusinasi (Kring, Davison, Neale, & menakutkan dari skizofrenia adalah penurunan
Johnson, 2007). Penelitian terbaru semakin kemampuan individu tersebut dalam berhubungan
menunjukkan bahwa proses penyakit skizofrenia dengan orang lain (Barlow & Durand, 2005).
secara bertahap dan secara signifikan merusak Simtom-simtom skizofrenia juga dapat
otak orang tersebut, dan bahwa pengobatan yang menghambat orang dengan skizofrenia dalam
semakin dini (obat dan terapi lainnya) dapat mendapatkan dan mempertahankan pekerjaan.
berdampak pada sedikitnya kerusakan dari waktu Hal ini dapat mengarahkan kepada kemiskinan
ke waktu. Jika orang dengan skizofrenia semakin dan tidak mempunyai tempat tinggal (Kring,
cepat didiagnosa dan stabil dalam treatment maka Davison, Neale, & Johnson, 2007). Padahal
orang dengan skizofrenia akan memiliki tingkat sebelum mereka didiagnosa skizofrenia, orang
pemulihan yang lebih baik dengan skizofrenia dapat beraktivitas seperti
(http://www.schizophrenia.com/szfacts.htm). orang lain, seperti bekerja dan berinteraksi dengan
Oleh karena itu, orang dengan skizofrenia lingkungan sosial. Kebijakan deinstitusionalisasi
memerlukan treatment yang sesuai berdasarkan juga membuat orang dengan skizofernia tidak
tingkat dari gangguan skizofrenia tersebut yang mempunyai tempat tinggal (Barlow & Durand,
dimilikinya. Orang dengan skizofrenia dapat 2005).
dirawat di rumah sakit jiwa jika simtom- Adanya penurunan fungsi diri yang berdampak
simtomnya bisa menyebabkan kesulitan untuk pada menurunnya fungsi sosial dalam kehidupan
mereka dan orang lain. Di dalam rumah sakit, sehari-hari pada orang dengan skizofrenia juga
orang dengan skizofrenia dapat diberikan terapi berdampak pada rendahnya harga diri orang
farmakologi dan terapi psikososial sesuai dengan dengan skizofrenia. Bebbington & Kuipers (2008,
tingkat gangguan yang dimiliki. Terapi dalam Mueser & Jeste, 2008) menjelaskan bahwa
farmakologi, seperti pengobatan antipsikotik aspek dari kognisi yang berhubungan dengan
diberikan dengan tujuan untuk mengurangi atau pengalaman stress sosial adalah harga diri yang
menghilangkan halusinasi dan delusi serta sering direndahkan pada orang dengan
menurunkan simtom negatif dan disorganisasi, skizofrenia. Lebih lanjut, penelitian yang
seperti penurunan sosial (Barlow & Durand, dilakukan oleh Sorgaard, dkk (2002)
2005). Menurut American Psychiatric Association membuktikan bahwa harga diri pada orang
(2000), terapi psikososial bertujuan untuk dengan skizofrenia berhubungan dengan
mengurangi relapse, mengkompensasi dari kesehatan mental dan jaringan sosial. Hubungan
penurunan kemampuan, dan meningkatkan kerja harga diri dengan jaringan sosial lebih kecil
sama untuk meminum obat. Nagel (1991, dalam dibandingkan hubungan harga diri dengan
Barlow & Durand, 2005) berpendapat bahwa kesehatan mental.
terapi psikososial diberikan agar orang dengan Salah satu dampak yang disebutkan dari
skizofrenia dapat beradaptasi dengan kehidupan skizofrenia adalah pada harga diri yang
sosial. mempunyai peran penting dalam kehidupan
Orang dengan skizofrenia yang sudah terlihat seseorang. Coopersmith (1967) berpendapat
dalam penurunan simtom-simtom positif dan bahwa harga diri adalah evaluasi individu secara
negatif serta dianggap memiliki kemampuan umum tentang dirinya sendiri. Selain itu, Dusek
sosial yang lebih baik dengan tidak (1996) menjelaskan bahwa harga diri adalah
membahayakan diri sendiri, seperti bunuh diri dan evaluasi secara keseluruhan dari diri terhadap diri
orang lain, misalnya membunuh atau melukai sendiri, bagaimana diri merasakan diri sendiri.
orang lain secara fisik, maka dapat melakukan Harga diri mempunyai peran penting dalam
rawat jalan. Orang dengan skizofrenia ini dapat kehidupan seseorang karena harga diri sangat
disebut outpatient (pasien rawat jalan). Orang berhubungan kuat dengan variabel-variabel yang
dengan skizofrenia sebagai pasien rawat jalan dapat mempengaruhi kualitas hidup keseharian

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 38


Indri Jayanti Internalisasi Stigma & Harga Diri pada Orang
Fellianti Muzdalifah dengan Skizofrenia

seseorang, seperti kepuasan hidup dan Stigma yang diberikan masyarakat pada
pengharapan (Heatherton, Kleck, Hebl, & Hull, akhirnya akan menginternalisasi pada orang
2000). dengan skizofrenia dan internalisasi stigma dapat
Perkembangan harga diri seseorang dapat dikaitkan dengan harga diri. Pernyataan ini
mengarah pada harga diri yang tinggi atau rendah. dibuktikan dengan beberapa hasil penelitian.
Perkembangan harga diri secara positif dapat Salah satunya adalah penelitian yang
membuat individu memiliki harga diri yang membuktikan bahwa stigma berhubungan dengan
tinggi. Sebaliknya, jika perkembangan harga diri harga diri yang rendah (Link dkk., 1997 & 2001).
ke arah negatif, maka individu akan memiliki Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ritsher
harga diri yang rendah. Harga diri yang tinggi dan Phelan (2004) turut membuktikan bahwa
mampu memberikan perasaan mandiri, lebih internalisasi stigma dapat meningkatkan simtom
yakin bahwa mereka akan sukses. Di lain sisi, depresi dan menurunkan harga diri pada pasien
harga diri rendah dapat mengarahkan ke depresi rawat jalan psikiatrik. Penelitian lain yang
dan pesimis (Coopersmith, 1967). Selain itu harga dilakukan oleh Norman, Windell, Lynch dan
diri yang rendah dapat memberikan perasaan Manchanda (2011) terhadap orang dengan
rendah diri, kecil hati, dan tak berdaya dalam gangguan psikotik mendukung bahwa
menghadapi kehidupan (Schultz, 1991). internalisasi stigma berhubungan dengan tingkat
Perkembangan harga diri pada pasien kesejahteraan psikologis yang lebih rendah,
skizofrenia menuju ke arah yang negatif. Hal ini termasuk harga diri. Selain itu, persepsi dari
ditunjukkan dengan hasil penelitian bahwa stigma publik turut berkontribusi terhadap
sebagian besar orang dengan skizofrenia kesejahteraan yang lebih rendah pada individu
mengindikasikan harga diri yang rendah (Link, yang memiliki kesadaran lebih tinggi terhadap
Struening, Nesse-Todd, Asmussen, & Phelan, penyakitnya.
2001). Selain itu, Morrison (2008, dalam Mueser Stigma biasa diberikan kepada seseorang
& Jeste, 2008) berpendapat bahwa orang dengan dengan atribut yang ia miliki ditolak atau tidak
skizofrenia dapat mempunyai kepercayaan yang dianggap oleh lingkungan sekitarnya. Stigma
negatif terhadap diri sendiri, dunia, dan orang merujuk pada segala karakteristik seseorang yang
lain, seperti mengatakan bahwa dirinya rentan dan dapat menjadi alasan orang tidak suka. Stigma
tidak berguna serta orang lain tidak dapat dapat meliputi ras, usia, logat, cacat fisik atau
dipercaya. Hal ini dapat mengindikasikan orang penyakit, ketidakmenarikan, kegemukan, atau
dengan skizofrenia memiliki harga diri yang orientasi seksual (Frable, 1993; Neuberg dkk.,
rendah. 1994; Rodin & Price, 1995 dalam Baron dan
Berkembangnya harga diri pada orang dengan Byrne, 2004).
skizofrenia ke arah yang negatif terkait dengan Menurut Corrigan dan Larson, stigma yang
beberapa hal, salah satu yang mempengaruhinya diberikan oleh masyarakat kepada orang dengan
adalah lingkungan sosial (Schultz, 1991). gangguan kejiwaan terdiri dari stereotip yang
Lingkungan sosial adalah keluarga dan negatif, prasangka, dan diskriminasi (dalam
masyarakat. Orang-orang signifikan dan Mueser & Jeste, 2008). Masyarakat umum
lingkungan sosial, seperti keluarga dan menganggap orang dengan gangguan kejiwaan
masyarakat, dapat memberikan stereotip kepada adalah orang yang berbahaya, tidak berkompeten
orang dengan gangguan mental dan secara umum dan masyarakat umum merasakan emosi yang
stereotip tersebut dapat memberikan penilaian negatif terhadap mereka seperti takut serta
yang negatif dan didiskriminasikan pada orang melakukan diskriminasi, seperti tidak ingin
dengan gangguan mental (Corrigan, 1998). mempekerjakan orang dengan gangguan
Penilaian negatif dan diskriminasi tersebut kejiwaan.
merupakan bagian dari stigma yang diberikan Stigma yang diberikan oleh masyarakat umum
kepada orang dengan gangguan mental. Oleh mempersulit orang dengan gangguan jiwa. Stigma
karena itu, lingkungan sosial dapat memberikan dapat menjauhkan orang dengan gangguan jiwa
stigma kepada orang dengan skizofrenia. dari kesempatan hidup yang penting dalam
mencapai tujuan hidup mereka. Penelitian

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 39


Indri Jayanti Internalisasi Stigma & Harga Diri pada Orang
Fellianti Muzdalifah dengan Skizofrenia

menunjukkan bahwa stereotip dan prasangka berbahaya, dan perlu disingkirkan dari kehidupan
mengenai gangguan jiwa dapat berdampak pada sosial(http://health.kompas.com/read/2011/09/09/
kehilangan kesempatan dalam mendapatkan dan 12453097/Pasien.Gangguan.Jiwa.Identik.dengan.
mempertahankan pekerjaan (Baldwin dan Gila.).
Johnson, 2004). Selain itu, penelitian lain juga Lebih lanjut, berdasarkan pasal 153 ayat (1)
menunjukkan bahwa orang dengan gangguan UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
mental kesulitan dalam mendapatkan sewa rumah (UU No. 13/2003), pengusaha dilarang
(Corrigan dkk., 2003). Hal ini membuat melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)
perusahaan yang sedang mencari pekerja, karena pekerja berhalangan masuk kerja
menghindari orang dengan gangguan jiwa dengan disebabkan–mengalami–sakit sesuai keterangan
tidak memperkerjakannya. Para penyewa rumah dokter dalam kurun waktu maksimal 12 (dua
juga tidak berkenaan untuk menyewakan rumah belas) bulan secara terus-menerus. Dalam butir
mereka kepada orang dengan gangguan jiwa. ke-5 Surat Edaran Menakertrans No. SE-
Internalisasi stigma juga dapat berdampak 01/Men/1981 dijelaskan bahwa termasuk dalam
buruk kepada orang dengan gangguan jiwa. Ben- pengertian sakit terus-menerus, adalah penyakit
zeev, Young, dan Corrigan (2010) berpendapat menahun atau berkepanjangan (kronis), demikian
bahwa onset dari gangguan jiwa sadar adanya juga apabila pekerja/buruh yang setelah sakit lama
stigma yang berhubungan dengan gangguan jiwa mampu bekerja kembali tetapi dalam waktu 4
di budaya. Corrigan (1998) menambahkan bahwa (empat) minggu sakit kembali. Dengan demikian,
hidup di dalam budaya yang memberikan stigma, apabila memenuhi kriteria sebagaimana
orang dengan gangguan jiwa dapat menerima tersebut, penyakit jiwa yang dialami, khususnya
pendapat ini dan merasakan hal yang tidak skizofrenia, dapat dikategorikan sebagai sakit
menyenangkan dari harga diri yang menjadi lebih menahun dan berkepanjangan. Dilain sisi,
rendah. Selain itu, orang dengan gangguan jiwa walaupun pada dasarnya dilarang mem-PHK
juga menjadi kurang percaya terhadap masa terhadap pekerja yang menderita sakit, namun
depannya. secara a contrario, berdasarkan pasal 153 ayat (1)
Beragam penelitian yang mencari keterkaitan huruf a UU No. 13/2003, pekerja/buruh yang
antara internalisasi stigma dan harga diri pada mengalami sakit menahun/berkepanjangan
orang dengan skizofrenia sudah banyak dilakukan (termasuk sakit jiwa) sebagai mana tersebut, dapat
oleh penelitian di luar negeri. Di Indonesia, di-PHK setelah–sakitnya–melampaui waktu 12
penelitian mengenai pasien dengan skizofrenia (dua belas) bulan secara terus-menerus, kecuali
sudah ada tetapi belum ada yang meneliti antara disepakati lain oleh para pihak
internalisasi stigma dan harga diri pada orang (http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl557
dengan skizofrenia yang menjalani rawat jalan. 0/phk-pekerja-sakit-jiwa). Hal ini menunjukkan
Berdasarkan hasil penelusuran studi pustaka, bahwa adanya stigma yang diberikan kepada
peneliti juga tidak menemukan penelitian orang dengan skizofrenia.
mengenai hubungan antara internalisasi stigma Data juga menunjukkan bahwa dewasa ini,
dan harga diri pada orang dengan skizofrenia jumlah warga Jakarta yang mengalami gangguan
yang sedang rawat jalan di Jakarta. Jakarta jiwa cenderung meningkat. Berdasarkan hasil
merupakan salah satu kota besar yang survei kesehatan daerah tentang gangguan jiwa
mengindikasikan adanya pemberian stigma mental dan emosional oleh Kementerian
kepada orang dengan skizofrenia. Hal ini dapat Kesehatan, jumlah penderita gangguan jiwa di
diketahui dari masih banyak orang yang menyebut Jakarta mencapai angka 14,1 persen dari jumlah
orang dengan skizofrenia dengan sebutan “orang penduduk. Persentase tersebut lebih tinggi
gila”. Menurut dr. Kuntjoro Adi Purjanto, media dibandingkan dengan persentase nasional yang
sering menggambarkan orang dengan masalah mencapai 11,6 persen (http://health.kompas.com/
kejiwaan atau yang menderita skizofrenia secara read/2011/10/11/03332452/Gangguan.Jiwa.Menin
salah, seperti menyebut mereka sebagai orang gkat).
gila. Dalam media penyiaran televisi mereka Berdasarkan latar belakang tersebut dan belum
sering digambarkan sebagai pribadi yang kacau, adanya penelitian mengenai variabel internalisasi

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 40


Indri Jayanti Internalisasi Stigma & Harga Diri pada Orang
Fellianti Muzdalifah dengan Skizofrenia

stigma dan harga diri pada orang dengan validitas dengan kriteria alpha cronbach if item
skizofrenia rawat jalan di Jakarta, maka penulis deleted yaitu skala harga diri Rosenberg
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh menunjukkan bahwa seluruh aitem valid,
Internalisasi Stigma terhadap Harga Diri pada sedangkan pada skala internalisasi stigma terdapat
Orang dengan Skizofrenia Rawat Jalan di 26 item yang valid dari 29 item yang ada.
Jakarta”. Koefisien reliabilitas pada skala harga diri,
Hipotesis dari penelitian ini yaitu terdapat Rosenberg yaitu r = 0,915, yang berarti sangat
pengaruh internalisasi stigma yang signifikan reliabel dan pada skala internalisasi stigma yaitu r
terhadap harga diri pada orang dengan skizofrenia = 0,846 yang berarti cukup reliabel.
rawat jalan di Jakarta. Sampel untuk uji hipotesis terdiri dari 42 orang
dengan skizofrenia rawat jalan di Jakarta, yaitu di
2. Metode Penelitian Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia,
Puskesmas Tebet, dan Rumah Sakit Islam Jiwa
Desain penelitian ini adalahh expost facto,
Klender. Pengujian hipotesis dengan metode
Kerlinger (2002) mengatakan bahwa penelitian
analisis regresi sederhana.
expost facto adalah penyelidikan secara empiris
yang sistematik dimana peneliti tidak mempunyai
3. Hasil Penelitian dan Diskusi
kontrol langsung terhadap variabel-variabel bebas
(independent variables) karena manifestasi Responden penelitian ini terdiri dari 42 orang
fenomena telah terjadi atau karena fenomena dengan 31 responden berjenis kelamin laki-laki
sukar dimanipulasikan. Penelitian ini dan 11 responden berjenis kelamin perempuan.
menggunakan pendekatan kausal-komparatif Dalam pengujian hipotesis tersebut, yaitu untuk
karena penelitian ini bertujuan untuk meneliti melihat pengaruh internalisasi stigma terhadap
faktor yang dapat menjadi penyebab suatu data harga diri dilakukan perhitungan dengan
tertentu. menggunakan analisis regresi SPSS versi 16.00
Harga diri dilihat dari total skor respon subyek dan didapatkan hasil sebagai berikut:
terhadap butir-butir pernyataan pada skala harga a. Koefisien korelasi product moment antara
diri Rosenberg (1965). Internalisasi stigma diukur internalisasi stigma dengan harga diri
dengan skala Internalized Stigma of Mental menunjukkan angka -0,443 dan signifikan
Illness (ISMI) yang ditinjau dengan mean total pada taraf 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa
skor skala ISMI yang terdiri dari dimensi alienasi, internalisasi stigma mempunyai hubungan
stereotype endorsement, pengalaman yang negatif dan signifikan dengan harga diri.
diskriminasi, penarikan diri sosial, dan resistensi
stigma. Konstanta variabel harga diri sebesar 35.270,
Jenis teknik sampling yang digunakan adalah sedangkan koefisien regresi variabel internalisasi
incidental sampling. Sampel untuk uji validitas sebesar -0,158. Berikut ini adalah data yang
dan reliabilitas terdiri dari 30 responden. Hasil uji diperoleh dari hasil perhitungan hasil regresi.

Tabel 1. Koefisien dalam Anareg dengan SPSS


Variabel Konstanta Koefisien Regresi Signifikansi
Internalisasi Stigma
35.270 -0,158 0,000
terhadap Harga Diri

Berdasarkan data tersebut maka dapat disusun satu satuan, maka harga diri (Y) mengalami
persamaan regresi sebagai berikut: penurunan sebesar 0,158. Selain itu, terdapat
Y = a + bX pengaruh antara internalisasi stigma terhadap
Y = 35.270 – 0.158X harga diri yang bersifat berlawanan atau terbalik
Harga Diri = 35.270 – 0.158 Internalisasi Stigma artinya jika internalisasi stigma pada orang
dengan skizofrenia tinggi maka harga diri rendah
Interpretasi persamaan tersebut adalah sebagai dan sebaliknya jika internalisasi stigma rendah
berikut jika internalisasi (X) mengalami kenaikan maka harga diri tinggi. Ringkasnya terdapat

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 41


Indri Jayanti Internalisasi Stigma & Harga Diri pada Orang
Fellianti Muzdalifah dengan Skizofrenia

pengaruh yang negatif antara internalisasi stigma internalisasi stigma mempengaruhi harga diri
terhadap harga diri pada orang dengan skizofrenia sebanyak 17,6% dan sisanya 82,4%
rawat jalan di Jakarta. dipengaruhi oleh faktor lain diluar
1) Besar pengaruh (Adjusted R Square) variabel internalisasi stigma. Hal ini dapat terlihat pada
internalisasi stigma terhadap harga diri adalah tabel model summary berikut ini:
0,176 (17,6%), yang artinya bahwa

Tabel 2. Model Summary dalam Analisis Regresi


Model Summary Model R R Square Adjusted R Square
a
1 0,443 0,196 0,176

2) Nilai F pada hasil perhitungan uji linear harga diri sebanyak 17,6% dan sisanya 82,4%
sederhana sebesar 9,755 dengan nilai dipengaruhi oleh faktor lain diluar internalisasi
signifikan pada variabel motivasi berprestasi stigma.
sebesar 0.003. Hal ini menunjukan bahwa Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang
nilai signifikan kurang dari 0,05 (p = 0,003 < sejalan dengan penelitian-penelitian yang terkait.
0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Link, dkk (2001), yaitu
Setelah diketahui nilai regresinya, selanjutnya pengukuran persepsi stigma secara kuat
dilakukan pengujian hipotesis berdasarkan kriteria memprediksi harga diri. Selain itu, hasil
nilai signifikansi pada nilai F hitung yang penelitian ini juga mengindikasikan hal yang
diperoleh. sama dengan hasil penelitian Lysaker, dkk (2008)
Hasil yang diperoleh dari pengajuan hipotesis yang menyatakan bahwa secara umum harga diri
dengan menggunakan uji kausal-komparatif pada orang dengan skizofrenia mungkin
dengan analisis regresi yang menunjukkan bahwa terpengaruh secara negatif oleh stigma atau
adanya pengaruh yang signifikan antara keyakinan stereotip orang dengan gangguan
internalisasi stigma terhadap harga diri pada orang mental yang parah. Hasil penelitian ini juga
dengan skizofrenia rawat jalan di Jakarta. didukung oleh penelitian Norman, dkk. (2011)
Pengaruh yang ditunjukkan bersifat negatif atau yang menyatakan bahwa internalisasi stigma
berlawanan arah, artinya ada pengaruh negatif berhubungan dengan tingkat harga diri yang lebih
antara internalisasi stigma dengan harga diri pada rendah. Penelitian Ritscher dan Phelan (2004)
orang dengan skizofrenia rawat jalan di Jakarta. juga sejalan dengan hasil penelitian ini yaitu yang
Hal ini dapat diartikan bahwa perubahan naik menyatakan bahwa internalisasi stigma dapat
turunnya variabel harga diri pada orang dengan memprediksi penurunan harga diri pada orang
skizofrenia rawat jalan berlawanan arah dengan dengan skizofrenia rawat jalan.
naik turunnya variabel internalisasi stigma. Jika Internalisasi stigma adalah penerimaan
internalisasi stigma pada orang skizofrenia rawat individu bahwa ia memiliki suatu “tanda” yang
jalan tinggi maka dapat berdampak pada harga menyebabkan menjadi kurang bernilai dalam
diri yang rendah, sebaliknya jika internalisasi konteks sosial. Harga diri adalah evaluasi
stigma rendah maka dapat berdampak pada harga seseorang terhadap dirinya mengenai kemampuan
diri yang tinggi pada orang dengan skizofrenia dan kebermanfaatan dirinya. Ada beberapa faktor
rawat jalan. yang memengaruhi individu dalam hal harga diri,
Besar sumbangan internalisasi stigma terhadap salah satunya adalah sikap individu dalam
harga diri dapat dilihat pada nilai Adjusted R merespon devaluasi. Semakin individu sensitif
Square. Nilai Adjusted R Square yang diperoleh atau sadar terhadap penilaian orang lain maka
untuk variabel internalisasi stigma terhadap harga berkaitan dengan harga dirinya rendah dan
diri adalah sebesar 0,176 (17,6%). Secara statistik sebaliknya, jika individu dapat menolak hak orang
nilai ini menjelaskan bahwa internalisasi stigma lain untuk menilai diri mereka maka dapat
memberikan pengaruh secara signifikan terhadap berkaitan dengan harga diri individu yang tinggi.

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 42


Indri Jayanti Internalisasi Stigma & Harga Diri pada Orang
Fellianti Muzdalifah dengan Skizofrenia

Hal ini pun berlaku dalam variabel internalisasi dari orang-orang signifikan di dalam hidupnya
stigma. Jika seseorang menginternalisasi stigma (Rosenberg, 1965, dalam Coopersmith, 1967).
lebih tinggi maka dapat berkaitan dengan harga Efek dari ini adalah individu menghargai dirinya
dirinya yang rendah dan jika seseorang kurang seperti mereka dihargai. Hal ini berkaitan dengan
menginternalisasi stigma maka dapat berkaitan hubungan sosial yang orang dengan skizofrenia
dengan harga dirinya yang tinggi. miliki. Selain itu, orang dengan skizofrenia lebih
Berdasarkan dari hasil perhitungan banyak memiliki harga diri tinggi dapat
internalisasi stigma menunjukkan bahwa orang dikarenakan kesuksesan, status dan posisi yang
dengan skizofrenia yang memiliki rata-rata skor mereka miliki.
total internalisasi stigma tinggi atau dengan skor Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa
2,51 sampai 4,00 dikategorikan tinggi yaitu stigma yang disadari dan diterima oleh orang
sebanyak 1 orang dengan skizofrenia. Sedangkan dengan skizofrenia memberikan pengaruh negatif
responden yang memiliki rata-rata skor total terhadap perkembangan harga diri pada orang
internalisasi stigma berada diantara 1,00 sampai dengan skizofrenia. Oleh karena itu, harga diri
2,50 yang dikategorisasikan rendah yaitu pada orang dengan skizofrenia dapat ditingkatkan
sebanyak 41 orang dengan skizofrenia. Hal ini dengan cara menurunkan internalisasi stigma.
mengindikasikan bahwa lebih banyak jumlah
orang dengan skizofrenia rawat jalan yang 4. Kesimpulan
termasuk ke dalam kategori internalisasi stigma
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara
yang rendah, yang artinya penerimaan orang
statistik, dapat disimpulkan bahwa terdapat
dengan skizofrenia memiliki suatu ”tanda” yang
pengaruh yang signifikan internalisasi stigma
tidak menyebabkan ia menjadi kurang bernilai
terhadap harga diri pada orang dengan skizofrenia
dalam konteks sosial. Internalisasi stigma yang
rawat jalan di Jakarta. Pengaruh internalisasi
rendah pada orang dengan skizofrenia rawat jalan
stigma ke arah yang negatif. Hal ini berarti bahwa
dapat berkaitan dengan insight (kesadaran
jika internalisasi stigma tinggi maka dapat
terhadap penyakit) yang dimiliki oleh orang
berdampak pada harga diri yang rendah, dan
dengan skizofrenia. Francis dan Penn (dalam
sebaliknya jika internalisasi stigma rendah maka
Lysaker, Yanos, dan Roe, 2009) menyatakan
dapat berdampak terhadap harga diri yang tinggi
bahwa insight berkaitan dengan kemampuan
pada orang dengan skizofrenia rawat jalan di
sosial yang lebih baik. Oleh karena itu,
Jakarta.
internalisasi stigma yang rendah berkaitan dengan
insight yang tinggi pada orang dengan
5. Daftar Pustaka
skizofrenia.
Selanjutnya, dari data harga diri yang diperoleh Baldwin, M.L., & William G. Johnson. (2000).
dapat dilihat bahwa skor harga diri pada orang Labor Market Discrimination Against Men
dengan skizofrenia rawat jalan terdapat 5 with Disabilities in the Year of the ADA.
responden masuk dalam kategori rendah dan 37 Social Economic Journal 66 (33) 548-566
responden masuk dalam kategori tinggi. Hal ini http://chir.asu.edu/sites/default/files/pdfs_1/
menunjukkan bahwa lebih banyak orang dengan publication_81.pdf diakses pada 04 April
skizofrenia rawat jalan yang memiliki harga diri 2012 20.34.
tinggi dibandingkan harga diri rendah. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa lebih banyak Barlow, D.H. & V. Mark Durand. (2005).
orang dengan skizofrenia rawat jalan yang merasa Abnormal Psychology An Integrative
baik mengenai dirinya secara umum, yang Approach. USA: Thomson Wadsworth.
berhubungan dengan keterbukaan terhadap
pengalaman, merasa diterima dan dapat dengan Baron, R.A., & Donn Byrne. (2004). Psikologi
mudah diterima, merasa disenangi oleh Sosial (edisi kesepuluh) (Ratna Djuwita,
sekelilingnya, dan berkembang dengan baik. Hal Melani M. Parman, Dyah Yasmina, dan Lita
ini dapat dikarenakan oleh penghormatan, P. Lunanta, Penerjemah.). Jakarta: Erlangga.
penerimaan dan perhatian yang individu terima

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 43


Indri Jayanti Internalisasi Stigma & Harga Diri pada Orang
Fellianti Muzdalifah dengan Skizofrenia

Ben-Zeev Dror, M.A., Young, & Patrick W.


Corrigan. (2010). DSM V and the Stigma of Mueser, K.T. & Dilip V. Jeste. (2008). Clinical
Mental Illness. Journal of Mental Health 19, Handbook of Schizophrenia. USA: The
4, 318-327. Guilford Press.

Corrigan, P.W., & Alicia K. Mathews. (2003). Ritscher, J.B. & Jo C. Phelan. (2004). Internalized
Stigma and Disclosure: Implications for Stigma Predicts Erosion of Morale Among
Coming Out of the Closet. Journal of Mental Psychiatric Outpatients. Psychiatric
Health 12, 3, 235-248. Research 129 257-265.

Heatherton, T.F., Robert E. Kleck, Michelle R. Ritscher, J.B., Poorni G. Otilingam, & Monica
Hebl, & Jay G. Hull. (2000). The Social Grajales. (2003). Internalized Stigma of
Psychology of Stigma. USA: The Guilford Mental Illness: Psychometric Properties of
Press. A New Measure. Psychiatric Research 121,
31-49.
Kring, M.A., Gerald C. Davison, John M. Neale,
& Sheri L. Johnson. (2007). Abnormal Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan.
Psychology (Tenth Edition). USA: Wiley & Yogyakarta: Kanisius.
Sons.
Sorgaard, K.W., dkk. (2002). Self-Esteem in
Link, B.G., Elmer L. Struening, Michael Rahav, Persons with Schizophrenia: A Nordic
Jo C. Phelan, & Larry Nuttbrock. (1997). Multicentre Study. Journal of Mental Health
On Stigma and Its Consequences: Evidence 11(4), 405-415.
From a Longitudinal Study of Men with
Dual Diagnoses of Mental Illness and Gangguan Jiwa Masih Diabaikan. (2012,
Substance Abuse. Journal of Health and Februari). Kompas.com. http://health.
Social Behavior; Jun 1997; 38(2), Research kompas.com/read/2012/02/11/07363466/Ga
Library pg. 177. ngguan.Jiwa.Masih.Diabaikan diakses pada
tanggal 25 April 2012 jam 23.11.
Link, B.G., Elmer L. Struening, Sheree Neese-
Todd, Sara Asmussen, & Jo C. Phelan. Gangguan Jiwa Meningkat. (2011, Oktober 11).
(2001). The Consequences of Stigma for the http://health.kompas.com/read/2011/10/11/0
Self-Esteem of People With Mental Illness. 3332452/Gangguan.Jiwa.Meningkat.
Psychiatric Services, 52(12). diakses pada tanggal 23 Mei 2012 jam
19.34.
Lopez, A.D., Colin D. Mathers, Majid Ezzati,
Dean T. Jamison, Christopher J. & L. Pasien Gangguan Jiwa Identik dengan Gila.
Murray. (2006). Global Burden of Disease (September, 2009). Kompas.com. http://
and Risk Factors. New York: The World health.kompas.com/read/2011/09/09/124530
Bank and Oxford University Press. 97/Pasien.Gangguan.Jiwa.Identik.dengan.Gi
la. diakses pada tanggal 30 April 2012 jam
Lysaker, P.H., Jack Tsai, Philip Yanos, & David 22.12.
Roe. (2008). Associations of Multiple
Domains of Self-Esteem with Four Schizophrenia Facts and Statistic. (2010).
Dimensions of Stigma in Schizophrenia. http://www.schizophrenia.com/szfacts.ht
Schizophrenia Research 194-200 m diakses pada tanggal 25 April 2012 jam
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P 21.05.
MC3208262/pdf/nihms331715.pdf diakses
pada tanggal 18 Juni 2012 pukul 22.55.

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 2, No. 1, April 2013 44

Anda mungkin juga menyukai