Abses Bartolini Refarat
Abses Bartolini Refarat
I. Definisi
Kelenjar Bartholin rentan terhadap obstruksi, dengan membentuk kista yang bisa
terinfeksi menjadi abses kelenjar.1
Abses Bartolini adalah penumpukan nanah yang membentuk benjolan
(pembengkakan) di salah satu kelenjar Bartholin yang terletak di setiap sisi lubang
vagina.2
II.Epidemiologi
1
III. Anatomi dan Fisiologi
Anatomi4
Kelenjar Bartolini yang terdapat pada wanita homolog dengan
kelenjar Cowper pada pria. Pada masa pubertas, kelenjar ini mulai
berfungsi, untuk memberikan kelembapan pada daerah vestibular vagina.
Kelenjar ini terletak bilateral di dasar labia. Kelenjar biasanya berukuran
kacang polong dan jarang melebihi 1cm. Kelenjar ini tidak teraba kecuali
pada penyakit atau infeksi.
Fisiologi3
2
dipasangkan adalah sekitar 0,5cm dengan diameter dan ditemukan di labia
minora di 4- dan 8- posisi jam. Biasanya, tidak dapat diraba. Setiap
kelenjar mengeluarkan lendir ke dalam saluran yang berukuran sekitar
2,5cm. Kedua saluran muncul ke bagian depan di kedua sisi lubang
vagina. Fungsinya adalah untuk mempertahankan kelembaban permukaan
vestibular mukosa vagina.
IV. Diagnosa
Anamnesis5
Massa atau lesi pada genitalia eksterna lazim ditemukan. Lesi ini
mungkin berkaitan dengan penyakit kelamin, tumor, atau infeksi. Pasien
dengan abses bertolini mungkin datang dengan massa yang sangat nyeri di
vulva. Tanyakan sejak kapan pasien menyadari ada lesi(massa), apakah
nyeri atau tidak, apakah ukuran massa berubah atau tidak, apakah pasien
pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya dan tanayakan pula
apakah pernah menderita penyakit kelamin sebelumnya.
Penemuan Klinis3
Berikut temuan pemeriksaan fisik terlihat di abses bartolini, seperti
yang ditunjukkan pada gambar di bawah:
3
Gambar 4.1 : Abses Bartolini3
Test/laboratorium6
Biasanya tidak ada test laboratorium yang dilakukan untuk
mendiagnosa abses bartolini.
V. Etiopatologi
Di antara 78 kasus yang dikaji, tampak hasil positif mikroba
sebanyak 73,9%. Abses bartolini umumnya disebabkan oleh
4
organisme oportunistik, baik sebagai agen tunggal atau infeksi
polymicrobial.1
Abses dapat berkembang dari kista bartolini yang terinfeksi. Dan
kadang kelenjar itu sendiri terinfeksi yang semakin memburuk dan
menjadi abses. Banyak jenis kuman (bakteri) dapat menginfeksi kista
Bartolini atau kelenjar yang menyebabkan abses. Kebanyakan kuman
yang menyebabkan infeksi kulit atau urin, seperti Staphylococcus spp
dan Escherichia coli. Beberapa kasus disebabkan kuman menular
seksual seperti gonorrhea atau klamidia.6
Namun, kista kelenjar Bartolini dan abses kelenjar tidak dianggap
sebagai akibat dari infeksi menular seksual.4
5
Kista Bartolini Vestibule Umumnya unilateral; tidak
memberikan gejala jika ukurannya
kecil
VII. Penatalaksanaan
6
Abses bartolini umumnya disertai rasa nyeri, dengan demikian insisi
atau drainase terhadap sekret diperlukan. Kenyamanan pasien sangat
penting untuk kelancaran proses drainase. Penggunanan estesi topikal
pada mukosa diikuti dengan injeksi submukosa lokal anestesi. Pada pasien
dengan abses besar atau kompleks atau untuk prosedur yang rumit,
anestesi umum di ruang operasi (RO) mungkin diperlukan.3
Drainase2
Sebuah sayatan kecil dapat mengeringkan abses. Hal ini
mengurangi gejala dan memberikan pemulihan tercepat. Prosedur ini
dapat dilakukan dengan anestesi lokal. Sebuah kateter (tabung) dapat
dimasukkan dan dibiarkan di tempat selama 4 - 6 minggu untuk terus
memungkinkan pengeringan sementara daerah menyembuhkan. Tidak
dapat berhubungan seksual sampai kateter dilepas.
Antibiotik mungkin diresepkan, tetapi biasanya tidak
diperlukan jika tindakan drainase dilakukan dengan benar.
7
Marsupialisasi2
yang telah berulang kali menderita abses dapat
mempertimbangkan prosedur bedah minor yang disebut
marsupialisasi. Prosedur ini dilakukan dengan pembukaan
permanen untuk membantu menguras kelenjar. Prosedur mungkin
perlu dilakukan di bawah anestesi umum di rumah sakit. Pasien
tidak dapat berhubungan seksual selama 4 minggu setelah operasi.
Dapat menggunakan obat nyeri oral setelah prosedur.
A B
8
Gambar 7.2: Teknik Marsupialisasi4
VIII. Prognosis
9
Daftar Pustaka
10