Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN HASIL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI


DI RUANG CENDRAWASIH, RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI
LAMPUNG

PERIODE TAN1111111111GGAL
(15 Juni 2020 – 27 Juni 2020)

KELOMPOK KUTILANG:

MAHASISWA PROFESI NERS ANGKATAN XV


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
TAHUN 2020

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN HASIL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Telah disetujui pada tanggal :


Juni 2020

Oleh:
KELOMPOK CENDRAWASIH:
I Putu Rai Mahrtha
Edwin Antanius
Annisa Kurnia Sari
Riris Ayu Putri Sirait
Niluh Gede Pita Setevani

Pembimbing Akademik

Ns.Niken Yuniar, M.Kep., Sp.J

NIP.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang sudah
memberikan karuniaNya pada kelompok kami dalam melaksanakan tugas laporan stase
keperawatan gerontik ini.
Sehingga akhirnya tersusunlah laporan ini. Hal ini kami lakukan untuk memenuhi
tugas laporan stase keperawatan jiwa. Walaupun waktunya cukup singkat, tapi kegiatan ini
menghasilkan sesuatu yang berharga dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan gerontik
dari perkuliahan yang sedang kami jalani melalui praktik dalam dunia kerja yang nyata.
Dengan selesainya laporan secara resmi ini, maka tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada semua orang yang sudah membantu kelompok kami. dan terima kasih juga
untuk para pihak yang sudah terlibat langsung. Khususnya kami ucapkan kepada :
1. Ns. Niken Yuniar, M.Kep.,Sp. J selaku pembimbing akademik yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan kami dalam menyusun laporan ini.
Kami mohonkan saran dan kritiknya apabila terdapat banyak kekurangan pada hasil
laporan praktik keperawatan komunitas yang sudah kami buat. Semoga laporan ini
memberi banyak kegunaan pada semua pihak termasuk kelompok kami. Terima kasih.
Bandar Lampung, Juni 2020

Penulis
(Kelompok Cendrawasih)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi aktivitas kelompok merupakan suatu cara untuk melatih kemampuan klien
agar bisa mandiri dan memiliki kreatifitas setelah klien keluar dan memulai
bergabung dengan masyarakat yang ada dilingkungannya. Terapi ini sangat
bermanfaat bagi klien agar klien merasa mempunyai kemampuan yang bisa
diterapkan dalam masyarakat dan kehidupan sehari-hari, kreatifitas ini akan
dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan  pengarahan mahasiswa dan
berdiskusi satu sama lain.

Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa atau klinik jiwa umumnya dengan keluhan
tidak dapat diatur di rumah. Misalnya mengamuk, diam di rumah, tidak mandi,
keluyuran, mengganggu orang lain. Setelah berada dirumah sakit, hal yang sama
sering terjadi banyak klien yang berdiam diri, menyendiri tanpa kegiatan. Hari –
hari perawatan dilalui dengan makan, minum obat, dan tidur.

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindaakan keperawatan untuk


gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi kreatifitas yang mengandung makna
sosialisasi, penyaluran energi, stimulasi sensori dan orientasi realitas. Keterampilan
ini penting dalam keberhasilan pengobatan kolektif penyakit mental.

Seni penyembuhan ( kesadaran dibesarkan bersama ), kesadaran dibangkitkan, tidak


hanya untuk penyakit mental tetapi sifat – sifat penyembuhan dari seni dan
manifestasi kreatif seniman tak terduga menunjukan keindahan dan keunikan
semangat seperti pekerjaan mereka yang tergantung di dinding, bercerita secara
individual mereka sendiri, pemahaman kreatifitas memiliki banyak manfaat.

Menciptakan karya seni adalah salah satu cara untuk memerangi penyakit mental
dan saat ini sudah banyak orang yang merasakan manfaatnya. Beberapa tahun
terakhir praktik terapi seni sudah banyak berkembang luas dan sudah diterapkan
pada pasien sakit jiwa.
B. Rumusan masalah
Terapi apa saja yang dapat diterapkan pada klien gangguan jiwa halusinasi?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
TAK dengan kreativitas APD face shield yaitu peserta dapat meningkatkan
kemampuan dalam melakukan aktivitas dan merangsang kembali kemampuan
motorik
2. Tujuan khusus
a) Klien mampu memperkenalkan diri
b) Klien mampu melakukan senam lansia
c) Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat TAK yang telah
dilakukan

D. Manfaat
1. Manfaat bagi klien
Sebagai cara meningkatkan kemampuan klien dengan agar mempunyai kemauan
dalam melakukan aktivitas dan merangsang kembali kemampuan klien
2. Manfaat bagi terapis
a) Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa secara holistic
b) Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan strategi
pelaksanaan dalam implementasi rencana tindakan asuhan keperawatan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Defenisi Terapi Aktivitas Kelompok


Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu
dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama.

Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar


(Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam
berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk
membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif.Setiap kelompok
mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan kelompok memberikan
kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok untuk saling bertukar pengalaman
dan memberi penjelasan untuk mengatasi masalah anggota kelompok. Dengan
demikian kelompok dapat dijadikan sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk
uji coba kemampuan berhubungan dan berperilaku terhadap orang lain.

Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling
membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang
adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

B. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok


1. Mengembangkan stimulasi kognitif
Tipe: biblioterapy
Aktivitas: menggunakan artikel, sajak,puisi, buku, surat kabar untuk merangsang
dan mengembangkan hubungan dengan orang lain.
2. Mengembangkan stimulasi sensori
 Tipe: music, seni, menari.
Aktivitas: menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan.
 Tipe: relaksasi
Aktivitas: belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot,
dan imajinasi.
3. Mengembangkan orientasi realitas
Tipe: kelompok orientasi realitas, kelompok validasi.
Aktivitas: focus pada orientasi waktu,tempat dan orang, benar, salah bantu
memenuhi kebutuhan.
4. Mengembangkan sosialisasi
Tipe: kelompok remitivasi
Aktivitas: mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi
5. Tipe: kelompok mengingatkan
Aktivitas: focus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif.

C. Secara umum tujuan kelompok adalah


1. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman
2. Memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain
3. Merupakan proses menerima umpan balik

D. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok


Secara umum manfaat terapi aktivitas kelompok adalah :
1. Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan
umpan balik dengan atau dari orang lain.
2. Melakukan sosialisasi.
3. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.

Secara khusus manfaatnya adalah :


1. meningkatkan identitas diri
2. menyalurkan emosi secara konstruktif
3. meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau social.
Di samping itu manfaat rehabilitasinya adalah :
1. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.
2. Meningkatkan keterampilan sosial.
3. Meningkatkan kemampuan empati.
4. Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.

E. Tahap-Tahap Dalam Terapi Aktivitas Kelompok


Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase dalam
terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
1. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader,
anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses
evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber – sumber yang
diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan
a) Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi,
konflik atau kebersamaan.
b) Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing, dan leader
mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
 Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan
siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya
dan saling ketergantungan yang akan terjadi.
 Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai
menemukan siapa dirinya.
c) Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif
dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok
lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan
dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
d) Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin
mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses

F. Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok


Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok
adalah :
1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus terlebih dahulu,
membuat proposal. Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan
terapi aktivitas kelompok, komponen yang dapat disusun meliputi : deskripsi,
karakteristik klien, masalah keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan
alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas
terapis.
2. Tugas sebagai leader dan coleader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang
terjadi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari
dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok menetapkan
tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya terapi
aktivitas kelompok.
3. Tugas sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota
kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar
dapat mengikuti jalannya kegiatan.
4. Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon penderita,
mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani peserta/anggota
kelompok yang drop out.
5. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok,
kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau kelompok dan adanya
anggota kelompok yang drop out. Cara mengatasi masalah tersebut tergantung
pada jenis kelompok terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi
aktivitas tersebut.
6. Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi) yang dapat
mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.

Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah sebagai fasilitator.
Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan
perubahan.
Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang
kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar ahli yang menerapkan tehnik; ahli terapi
memberikan pengaruh pribadi yang menarik variable tertentu seperti empati,
kehangatan dan rasa hormat (Kaplan & Sadock, 1997).
Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok, baik itu kelompok
terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin merupakan pribadi yang paling
penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok lebih mempengaruhi tingkat
kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok jika dibandingkan dengan
anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan penting terapis ini, maka diperlukan
latihan dan keahlian yang betul-betul professional.
Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri dalam
terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co leader, sebagai observer dan
fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai dalam kelompok.
Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader, observer dan fasilitator
dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok, perawat juga perlu mendapat latihan dan
keahlian yang professional.

G. Macam-Macam Terapi Aktivitas Kelompok


1. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang
bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi,
menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta
mengurangi perilaku maladaptif.
Tujuan :
a) Meningkatkan kemampuan orientasi realita
b) Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c) Meningkatkan kemampuan intelektua
d) Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
e) Mengemukakan perasaanya
Karakteristik :
a) Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-nilai
b) Menarik diri dari realitas
c) Inisiasi atau ide-ide negative
d) Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau
mengikuti kegiatan

2. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori


Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang
mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi
fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan mengekpresikan stimulus
baik dari internal maupun eksternal.
Tujuan :
a) Meningkatkan kemampuan sensori
b) Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c) Meningkatkan kesegaran jasmani
d) Mengekspresikan perasaan

3. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas


Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk
mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan
pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan
tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas
maupun secara didaktik.
Tujuan :
a) Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran, perasaan,
sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar
b) Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
c) Pembicaraan penderita sesuai realita
d) Penderita mampu mengenali diri sendiri
e) Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
Karakteristik :
a) Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi,
waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi dengan orang
lain
b) Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah dapat
berinteraksi dengan orang lain
c) Penderita kooperatif
d) Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
e) Kondisi fisik dalam keadaan sehat

4. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi


Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien
dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan social.
Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk :
a) Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
b) Memberi tanggapan terhadap orang lain
c) Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
d) Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
Tujuan umum :
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain,
mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
Tujuan khusus :
a) Penderita mampu menyebutkan identitasnya
b) Menyebutkan identitas penderita lain
c) Berespon terhadap penderita lain
d) Mengikuti aturan main
e) Mengemukakan pendapat dan perasaannya

Karakteristik :
a) Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan
ruangan
b) Penderita sering berada ditempat tidur
c) Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
d) Penderita dengan harga diri rendah
e) Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
f) Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban
sesuai pertanyaan
g) Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik

5. Penyaluran energy
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara
kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran energi
seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa
menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan.
Tujuan :
a) Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
b) Mengekspresikan perasaan
c) Meningkatkan hubungan interpersonal

H. Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok


1. Model fokal konflik
Menurut Whiteaker dan Liebermen’s, terapi kelompok berfokus pada kelompok
dari pada individu.
Prinsipnya: terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak
disadari. Pengalaman kelompok secara berkasinambungan muncul kemudian
konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapi membantu anggota
kelompok memahami konflik dan mencapai penyelesaian konflik Menurut model
ini pimpinan kelompok (leader) harus memfasilisati dan memberikan kesempatan
kepada anggota untuk mengekspresikan perasaan dan mendiskusikannya untuk
menyelesaiakan masalah.

2. Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan
komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi tak efektif
dalam kelompok akan menyebabkan ketidak puasan anggota kelompok, umpan
balik tidak sekuat dari kohesi atau keterpaduan kelompok menurun.
Dengan menggunakan kelompok ini leader memfasilitasi komunikasi efektif,
masalah individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan.
Leader mengajarkan pada kelompok bahwa:
a. Perlu berkomunikasi
b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi
verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup.
c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan
yang lain untuk melakukan komunikasi efektif
Model ini bertujuan membantu meningkatkan keterampilan interpersonal dan
social anggota kelompok. Selain itu teori komunikasi membantu anggota
merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih efektif.
Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip
komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam kelompok serta menganalisa
proses komunikasi tersebut.

3. Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan)
dagambarkan melalui hubungan interpersonal.
Contoh: interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari
tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota kelompok
ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini kesalahan persepsi
dapat dikoreksi dan perilaku social yang efektif dipelajari. Perasaan cemas dan
kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah
laku/perilaku.
Contoh: tujuan salah satu aktivitas kelompok untuk meningkatkan hubungan
interpersonal. Pada saat konplik interpersonal muncul, leader menggunakan
situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan mereka
dan mempelajari konplik apa yang membuat anggota merasa cemas dan
menentukan perilaku apa yangdigunakan untuk menghindari atau menurunkan
cemas pada saat terjadi konflik.
4. Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai
dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu. Anggota memainkan
peran sesuai dengan yang perna dialami.
Contoh: klien memerankan ayahnya yang dominin atau keras.

I. Terapis
Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien
yang mengalami gangguan jiwa. Adapun terapis antara lain :
1. Dokter
2. Psikiater
3. Psikolog
4. Perawat
5. Fisioterapis
6. Speech teraphis
7. Occupational teraphis
8. Sosial worker

Persyaratan dan kwalitas terapis


Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutif Depkes RI menyatakan bahwa
persyaratan dan kualifikasi untuk terapi aktivitas kelompok adalah :
1. Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan patologi
dalam budaya setempat
2. Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk
dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang normal
maupun patologis
3. Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-konsep
yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan pasien
4. Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk
membaca yang tersirat dan menggunakannya secara empatis untuk memahami
apa yang dimaksud dan dirasakan pasien dibelakang kata-katanya
5. Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan mekanisme
pertahanan yang dimiliki dan pengaruhnya terhadap teknik terapeutiknya
6. Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala kekurangan
dan kelebihannya

BAB III
TERAPI KREATIVITAS KELOMPOK
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

A. TOPIK
Terapi kreativitas kelompok membuat alatpelindungdiri face shield
Terapi kreativitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis
terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan
hubungan antar anggota. (Depkes. RI, 2014)

Terapi kreativitas kelompok adalah kegiatan membantu anggotanya untuk identitas


hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang mal adaptif. (Stuart and
Sundeen, 2013)

Terapi kreativitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas dilakukan perawat
kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Kegiatan
ini digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan.
(Kelliat,2011)

B. LATAR BELAKANG
Terapi kretivitas merupakan suatu cara untuk melatih kemampuan klien agar bisa
mandiri dan memiliki kreatifitas setelah klien keluar dan memulai bergabung dengan
masyarakat yang ada dilingkungannya. Terapi ini sangat bermanfaat bagi klien agar
klien merasa mempunyai kemampuan yang bisa diterapkan dalam masyarakat dan
kehidupan sehari-hari, kreatifitas ini akan dilakukan sekelompok pasien bersama-sama
dengan  pengarahan mahasiswa dan berdiskusi satu sama lain.

Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa atau klinik jiwa umumnya dengan keluhan tidak
dapat diatur di rumah. Misalnya mengamuk, diam di rumah, tidak mandi, keluyuran,
mengganggu orang lain. Setelah berada dirumah sakit, hal yang sama sering terjadi
banyak klien yang berdiam diri, menyendiri tanpa kegiatan. Hari – hari perawatan
dilalui dengan makan, minum obat, dan tidur.

Terapi kreativitas merupakan salah satu tindaakan keperawatan untuk gangguan jiwa.
Terapi ini adalah terapi kreatifitas yang mengandung makna sosialisasi, penyaluran
energi, stimulasi sensori dan orientasi realitas. Keterampilan ini penting dalam
keberhasilan pengobatan kolektif penyakit mental.

Seni penyembuhan ( kesadaran dibesarkan bersama ), kesadaran dibangkitkan, tidak


hanya untuk penyakit mental tetapi sifat – sifat penyembuhan dari seni dan manifestasi
kreatif seniman tak terduga menunjukan keindahan dan keunikan semangat seperti
pekerjaan mereka yang tergantung di dinding, bercerita secara individual mereka
sendiri, pemahaman kreatifitas memiliki banyak manfaat.

Menciptakan karya seni adalah salah satu cara untuk memerangi penyakit mental dan
saat ini sudah banyak orang yang merasakan manfaatnya. Beberapa tahun terakhir
praktik terapi seni sudah banyak berkembang luas dan sudah diterapkan pada pasien
sakit jiwa.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti terapi modalitas terapi membuat APD face shield ini
klien mampu beradaptasi terhadap situasi, lebih aktif dan lebih mandiri.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti terapi modalitas membuat APD face shield selama 45 menit
diharapkan klien dapat meningkatkan interaksi sosial dengan orang lain,
meningkatkan rasa kasih sayang terhadap seseorang.
a) Merasa nyaman, mengurangi stress, menurunkan depresi dan kecemasan
b) Mengeksprestasikan perasaan dan melepaskan tekanan emosi yang
dihadapi
c) Meningkatkan kontrol diri dan perasaan berharga
d) Mengubah prilaku
e) Mengembangkan kreatifitas
f) Hiburan atau kegiatan yang menyenangkan

D. KLIEN
1. Karakteristik Klien:
a) Klien yang kooperatif dengan riwayat halusinasi
b) Klien dengan gangguan stimulasi persepsi: halusinasi sudah dapat
berinteraksi dengan orang lain
c) Klien yang sehat secara fisik dan bertoleransi terhadap aktivitas
d) Klien tidak membahayakan diri dan orang lain
e) Klien yang telah diberitahu oleh terapis sebelumnya.
f) Klien dapat berkomunikasi verbal dengan baik
g) Pasien yang bisa bergerak dan sehat secara fisik
h) Defisit fungsional pada fisik,psikologis atau fungsional mental
2. Proses seleksi
a) Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b) Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c) Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
d) Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut Terapi kretivitas, meliputi:
menjelaskan tujuan terapi kreativitas pada klien, rencana kegiatan kelompok
dan aturan main dalam kelompok.
3. Data klien :
 Sdr. F
 Sdr. D
E. PENGORGANISASIAN
a. Waktu Pelaksanaan
1) Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : 23 Juni 2020
Jam : 11.00 Wib
Tempat : Ruangan Cendrawasih
2) Metode
3) Media dan Alat
 Spoons
 Gunting
 Mika bening
 Alatpembolongkertas
 Lemtembak
 Double tip
 Benang
 Jarum
 Elastic karet

b. Tim Terapi dan Uraian Tugas


1) Petugas /terapis
Leader : I putu rai mahartha
Co. Leader : riris ayu putrid sirait
Observer : annisa kurnia sari
Fasilitator : niluh gede pita setevani
Edwin antanius
Peran Leader : I putu rai mahartha
Tugas :
 Memimpin jalannya kegiatan
 Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
 Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan
 Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien
 Meminta tanggapan dari klien atas permainan yang telah dilakukan
 Memberi reinforcement positif pada klien
 Menyimpulkan kegiatan (Lilik, 2011)

Peran Co-Leader : riris ayu putrid sirait


Tugas :
 Membantu tugas leader
 Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
 Mengingatkan leader tentang kegiatan
 Bersama leader menjadi contoh kegiatan

Peran Observer : annisa kurnia sari


Tugas :
 Mengobservasi jalannya acara
 Mencatat jumlah klien yang hadir
 Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan
berlangsung
 Mencatat tanggapan tanggapan yang dikemukakan klien
 Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas
 Membuat laporan hasil kegiatan
Peran Fasilitator : niluh gede pita setevani
Edwin antanius
Tugas :
 Memfasilitasi jalannya kegiatan
 Memfasilitasi klien yang kurang aktif
 Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
 Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam
/luar kelompok

c. Setting Tempat

                 

Keterangan :

: Observasi
: Fasilitator
: Co Leader
: Leader
: Klien
F. ANTISIPASI MASALAH
1. Peranggaan terhadap klien yang tidak aktif dalam kreativitas
a) Memanggil klien
b) Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau
klien lain
2. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a) Panggil nama klien
b) Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
3. Bila klien lain ingin ikut
a) Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang telah
dipilih
b) Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti oleh
klien tersebut
c) Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi
pesan pada kegiatan ini

G. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a) Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan perubahan
sensori persepsi; halusinasi
b) Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan kriteria.  
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi  
a) Mengucapkan salam terapeutik
Salam dari mahasiswa kepada klien
b) Mengevaluasi kondisi klien
Menanyakan kabar dan perasaan klien saat ini
c) Menvalidasi kemampuan klien
Menanyakan pengetahuan klien
d) Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan kriteria.  
Mahasiswa menjelaskan aturan berikut:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin
 Lama kegiatan sampai selesai, lama kegiatan kurang lebih 35
menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
e) Menjelaskan tujuan dari terapi kreatifitas
Mahasiswa menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu membuat APD face shield
3. Tahap Kerja
a) Mahasiswa mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri (nama dan
nama panggilan) dimulai dari mahasiswa secara urutan searah jarum jam .
Setiap kali seseorang klien selesai memperkenalkan diri, mahasiswa
mengajak semua klien untuk bertepuk tangan.
b) Mahasiswa membagikan satu alat dan bahanpembuatan APD face shield
pada masing-masing klien
c) Secara bersama klien diminta untuk mengambil Tempel dobel tape dibusa
dan pita dengan dengan ukuran yang telah ditentukan.
d) Lalu minta klien templekan satu persatu, busa dan pita di plastic mika,
Ukur panjang pita, sesuaikan dengan lingkar kepala. Gabungkan dua
ujung pita dengan karet, lalu jahit agar tidak lepas. Karena penghubung
kedua ujung pita jugabisa diganti dengan menggunakan perekat kain.
e) Lalu minta klien potong plastic mika bagian bawah dengan menggunakan
gunting membentuk setengah lingkaran. Potong yang rapi agar tidak
mengganggu pergerakan kepala saat menoleh kekanan dan kekiri
f) Face shield dari plastic mika sudah selesai
g) Mahasiswa memberi pujian dan tepuk tangan pada klien yang dapat
menyelesaikan kreatifitas
h) Mahasiswa menganjurkan klien menceritakan perasaannya setelah
melakukan kreatifias

4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti terapi
kreatifitas membuat APD face shield
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan anggota kelompok
b. Rencana tindak lanjut
Terapis menganjurkan kepada peserta jika mengalami halusinasi segera
menghubungi perawat atau teman lain .
5. Kesimpulan
Dari kegiatan hari ini dapat disimpulkan bahwa dalam diri kita memiliki bakat
dan kemampuan yang bisa dilatih dan dapat  berguna bagi kehidupan sehari-
hari.

H. EVALUASI DAN DOKUMENTASI


1. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Waktu pelaksanaan telah disepakati dengan pembimbing lahan
2) Proposal kreatifitas telah dipersiapkan, sarana dan prasarana sudah
dikonfirmasi dengan pembimbing lahan
3) Topik telah disepakati dengan pembimbing lahan
4) Pasien mendengarkan dan memperhatikan cara membuat kerajinan
tangan APD face shield
b. Evaluasi Proses
1) Pasien mampu membuat kerajinan
2) Pasien dapat hadir dan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3) Alat dan media yang digunakan dapat dipersiapkan dan digunakan
dengan baik
c. Evaluasi Hasil
1) Minimal 50 % pasien dapat bekerja sendiri
2) Minimal 100 % yang hadir aktif bekerja
3) 100% pasien yang hadir merasa senang mengikuti kreatifitas yang
diberikan

No Aspek Yang Dinilai Nama Peserta TAK


F D
1 Klien mampu 1 1
membuat APD
dengan benar
2 Alat dan media yang 1 1
dipersiapakan dapat
digunakan dengan
baik dan benar
3 Pasien melakukan 0 1
mandiri
4 Pasien yang hadir 1 1
aktif bekerja
5 Klien tampak senang 1 1
mengikuti kreatifitas
yang dilakukan

Petunjuk
“ YA” = 1 “ TIDAK” = 0
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu
dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama.

Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar


(Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam
berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk
membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif.

Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling
membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang
adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

B. SARAN
Sebagai perawat haruslah mengetahui tentang terapi aktivitas kelompok serta dapat
mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Keliat, A. (2015). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:EGC.
Budi Anna Keliat, S. M. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta:EGC.
Hartono,Yudi. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta: Salemba Medika
Isaacs, Ann.(2014). Panduan Belajar :keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik  .Jakarta :
EGC
Lilik. (2011). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Satrio, K.L. Rika, D. & Ardinata. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Lampung : IAIN
Stuart G.W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC
Wati. (2011). TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi. Universitas Sumatera Utara, 5-14.
Wijayaningsih, K. S. (2015). Panduan Lengkap Praktek Klinik Keperawatan Jiwa.Jakarta:
Trans Info Media.
Yosep, Iyus. (2014). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai