Anda di halaman 1dari 4

B.

Mak Asasi Manusia


1. Pengertian HAM
Dalam Tap MPR No. XVII/1998, HAM adalah hak dasar yang melekat
pada manusia secara kodrati, universal dan abadi, sebagai anugerah Tuhan
YME. Hak-hak itu meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak
mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak
keamanan dan hak kesejahteraan. Hak-hak itu tidak, boleh diabaikan atau
dirampas oleh siapapun.
Sedangkan dalam UU No. 39 Tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
YME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormatl, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Ketentuan Umum, pasal 1 sub
1).

2. Pengakuan atas Martabat dan Hak-Hak yang sama sebagai Manusia Hidup
di Dunia
Sejarah mutakhir HAM dimulai ketika PD II usai, dimana HAM diinjak-
injak, kemudian timbul keinginan untuk merumuskan HAM itu dalam suatu
naskah internasional. Usaha ini pada tahun 1948 berhasil dengan diterimanya
Universal Declaration ot Human Rights (Pernyataan Sedunia tentang HAM)
oleh negara-negara yang tergabung dalam PBB.
HAM berkembang melalui tahap-tahapan dalam beberapa naskah.
Naskah tersebut adalah sebagai berikut (Budiarjo, 1998 :120-121):
a. Magna Charta (Piagam Agung, 1215), suatu dokumen yang mencatat
beberapa hak yang diberikan oleh Raja John dari Inggris kepada beberapa
bangsawan hawahannya atas tuntutan mereka.
b. Bill of Rights (Undang-Undang Hak, 1689), suatu undang-undang yang
diterima oleh Parlemen Inggris sesudah berhasil dalam tahun sebelumnya
mengadakan perlawanan terhadap Raja James II dalam suatu revolusi tak
berdarah (Vie Glorious Revolution of 1688).
c. Declaration des droits de'I'homme et du citoyan (Pernyataan hak-hak
manusia dan warga negara,1789), suatu naskah yang dicetuskan pada
permulaan Revolusi Peraneis, sebagai perlawanan terhadap kesewenangan
dari rezim lama.
d. Bill of Rights (Undang-Undang Hak), suatu naskah yang disusun oleh
rakyat Amerika dalam tahun 1789, dan yang rnenjadi bagian dari undang-
undang dasar pada tahun 1791.
Hak-hak yang dirumuskan dalam abad ke-17 dan ke-18 tersebut
dipengaruhi oleh gagasan mengenai Hukum Alam dan hanya terbatas pada hak-
hak yang bersifat politik saja. Akan tetapi dalam abad ke-20, hak-hak politik ini
dianggap kurang sempurna, dan mulai dicetuskan beberapa hak lain yang lebih
luas ruang lingkupnya. Yang sangat terkenal adalah 4 (empat) hak yang
dirumuskan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Rosevelt pada
permulaan PD II. Hak-hak tersebut terkenal dengan istilah four Freedoms
(empat kebebasan) yaitu :
a. Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech)
b. Kebebasan beragama (freedom of religion)
c. Kebebasan dari ketakutan(freedom from fear)
d. Kebebasan dari kemelaratan (freedom from want)
Sejalan dengan pemikiran itu, maka Komisi Hak-Hak Asasi yang
didirikan pada tahun 1946 oleh PBB telah menetapkan Pernyataan Sedunia
tentang Hak-Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada
tahun 1943. Kemudian disusul dengan Perjanjian tentang Hak-Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya (Covenant on Economic, Social and Cultural Righfs) serta
Perjanjian tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (Couenan t on Civil and Political
Rights) pada tahun 1966. Selanjutnya rnuncul Declaration cti the Rights of
People to Peace (1984) dan Declaration on the Rights to Development (1986). ,
Apabila kita kaji hak-hak yang tercantum dalam the Universal
Declaration of Human Rights, ternyata terdapat 3 (tiga) kelornpok hak (Paul S.
Baut & Benny Harman K dalam Sumantri, 2002 : 4) yaitu :
a. Yang menyangkut hak-hak politik dan yuridis.
b. Yang rnenyangkut hak-hak atas martabat dan integritas manusia dan
c. Yang menyangkut hak-hak sosial ekonomi dan budaya
“Lebih lanjut juga dikatakan bahwa ciri khas the Universal Declaration
of Human Rights adalah adanya pembabakan konsepsi dasar hak-hak asasi
dalam 3 (tiga) tiga tahap, yaitu :
a. Generasi I hak-hak asasi manusia dalam bidang politik
b. Generasi II hak-hak asasi manusia yang diwarnai dengan munculnya
tuntutan hak asasi dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya.
c. Generasi III hak asasi manusia yang dikenal dengan sebutan the rights to
development.

3. Penghargaan dan Penghormatan atas Hak-Hak Manusia dengan


Perlindungan Hukum di Indonesia.
Seperti halnya dengan negara-negara baru lainnya, Indonesia telah
mencaturnkan beberapa hak asasi di daiaiu undang-undang dasarnya, baik dalam
UUD 1945 maupun dalam undang-undang dasar berikutnya. Hak-hak asasi yang
tercantum dalam UUD 1945 tersebar dalam beberapa pasal, terutama pasal 27
sampai pasal 34.
Akan tetapi hak-hak asasi yang dimuat terbatas jumlahnya dan
dirumuskan secara singkat. Hal ini tidak mengherankan mengingat bahwa
naskah ini disusun pada akhir masa pendudukan Jepang dalam suasana
mendesak. Sehingga tidak memungkinkan membicarakan hak-hak asasi secara
mendalam sekali.
Selain dari itu diantara tokoh-tokoh masyarakat terdapat perbedaan
pendapat mengenai peranan hak-hak asasi di dalam negara demokrasi Soekarno
waktu itu menyatakan, jikalau kita betul-betul hendak merdasarkan negara kita
kepada faham kekeluargaan, faham tolong menolong, faham gotong royong dan
keadilan sosial, enyahkanlah tiap-tiap pikiran, tiap faham individualisme dan
liberalisme daripadanya.
Sebaliknya Hatta, menyatakan bahwa walaupun yang dibentuk itu negara
kekeluargaan, tetapi masih perlu ditetapkan beberapa hak dan warga negara,
jangan sampai timbul negara kekuasaan.
Dalam perkembangannya sesuai tuntutan masyarakat global maka
masalah HAM di Indonesia diatur dalam :
a. Kep. Pres. No. 50 Tahun 1993 tentang Komnas HAM.
b. Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM
c. UU No. 39/1999 tentang HAM
d. UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM
e. Perubahan Ke-empat UU 1945/ 2002

Anda mungkin juga menyukai