Dosen Pengampu :
Noora Fitriana, S.Ap., M.Ap
Disusun Oleh :
Kelompok 4
ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berudul
“Dampak Sistem Informasi Terhadap Partisipasi Masyarakat” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok dari dosen Ibu Noora Fitriana, S.Ap., M.Ap pada mata kuliah Sistem
Informasi Manajemen. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Noora Fitriana, S.Ap., M.Ap
selaku Dosen Universitas Tribhuwana Tunggadewi yang mengajar mata kuliah
Sistemn Informasi Manajemen Semester 2, yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tempuh.
Kami juga bersyukur atas adanya wabah virus Covid-19 yang telah
membuat kami selaku mahasiswa harus lebih efektif dalam belajar serta harus
lebih mandiri dan cekatan. Dengan pengerjaan yang dilaksanakan dari rumah
masing-masing dengan cara bertukar ide membuat kami semua semakin diuji
kemampuan berfikir dan saling memahami satu sama lain.
Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Informasi 2
2.2 Sistem Informasi Menurut Para Ahli 2
2.3 Komponen Sistem Informasi 2
2.4 Karakter Sistem Informasi 3
2.5 Skema Sistem Informasi Berbasis Komputer di Organisasi
4
2.6 Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat Lokal Melalui
Penerapan Sistem Teknologi Informasi Pada Pemerintahan
Desa 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 9
DAFTAR PUSTAKA 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Memahami tentang Sistem Informasi
2. Memahami fungsi dan cara kerja Sistem Informasi
3. Mengetahui dampak penerapan sistem teknologi informasi dalam
partisipasi masyarakat
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2. Komponen model kombinasi prosedur, logika dan model matematika
yang memproses data yang tersimpan di basis data dengan cara yang
sudah di tentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
3. Komponen output informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang
berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.
4. Komponen teknologi merupakan alat dampak sistem informasi, teknologi
digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan
mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan output dan membantu
pengendalian sistem.
5. Komponen basis data merupakan kumpulan data yang saling
berhubungan yang tersimpan di dalam komputer dengan menggunakan
software database.
6. Komponen kontrol pengendalian yang dirancang untuk menanggulangi
gangguan terhadap sistem informasi.
3
ini urut dipertimbangkan pada saat perencanaan sistem informasi. Sistem
informasi dikembangkan untuk tujuan yang berbeda-beda, tergantung
pada kebutuhan bisnis.
4
informasi yang digunakan untuk membuat keputusan, serta dapat
membantu menyatukan beberapa fungsi informasi bisnis yang sudah
terkomputerisasi (basis data).
5. Sistem Ahli (Expert System) dan Kecerdasan Buatan (Artificial
Intelegent). Kecerdasan buatan dimaksudkan untuk mengembangkan
mesin-mesin yang berfungsi secara cerdas. Dua cara untuk melakukan
riset kecerdasan buatan adalah memahami bahasa alamiahnya dan
menganalisis kemampuannya untuk berpikir melalui problem sampai
kesimpulan logiknya. Sistem ahli menggunakan pendekatan-pendekatan
pemikiran kecerdasan buatan untuk menyelesaikan masalah serta
memberikannya lewat pengguna bisnis. Sistem ahli disebut juga dengan
sistem berbasis pengetahuan (Knowledge Based Systems) secara efektif
menangkap dan menggunakan pengetahuan seorang ahli untuk
menyelesaikan masalah yang dialami dalam suatu organisasi. Berbeda
dengan sistem pendukung keputusan (Decision Support Systems), sistem
ini meninggalkan keputusan terakhir bagi pembuat keputusan sedangkan
sistem ahli menyeleksi solusi terbaik terhadap suatu masalah khusus.
6. Sistem Pendukung Keputusan Kelompok (Group Decision Support
Systems) dan Sistem Kerja Kolaborasi Dukungan Komputer (Computer-
Support Collaborative Work Systems). Bila kelompok, perlu bekerja
bersama-sama untuk membuat keputusan semi-terstruktur dan tak
terstruktur, maka group Decision Support System (DSS) menjadi suatu
solusinya. Sistem Pendukung Eksekutif (Executive Support Systems).
Sistem tergantung pada informasi yang dihasilkan oleh Sistem
Pengolahan Transaksi. Sistem ini membantu para eksekutif mengatur
interaksinya dengan lingkungan eksternal dengan menyediakan grafik-
grafik dan pendukung komunikasi di tempat-tempat yang bisa diakses
seperti kantor.
5
2.6 Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat Lokal Melalui Penerapan Sistem
Teknologi Informasi Pada Pemerintahan Desa
6
menembus jauh ke luar batas wilayah. Beberapa aktivitas ekonomi pun
menggunakan teknologi digital sehingga lebih efektif dan efisien.
Kesiapan aparatur desa dengan hadirnya teknologi informasi juga perlu
diperkuat. Aparatur desa perlu sadar tentang pemanfaatan teknologi
informasi. Sekaligus mengubah pola kerjanya serta pelayanannya yang
dulunya berbasis konvesional menjadi berbasis digital. Pergeseran ini perlu
proses yang dibangun secara sistemik dengan upaya berkelanjutan.
Aparatur desa perlu dibiasakan mengelola Sistem Informasi Desa dan
Sistem Keuangan Desa melalui internet. Bahkan secara aktif pula mendorong
masyarakat local menggunakan teknologi informasi yang tersedia dalam
pelayanan desa. Dengan demikian masyarakat dan aparatur desa
berkomitmen menggunakan teknologi informasi sebagai ruang memberikan
dan mendapatkan pelayanan.
Adanya sistem itu membuat desa mengetahui informasi yang
berkembang dengan memanfaatkan konektivitas internet, dan desa mesti
memanfaatkan media sosial untuk memperkenalkan desa. Pada sisi lain
keaktifan masyarakat dalam menggunakan teknologi digital membuka ruang
interaksi masyarakat dengan pemerintahan desa mengalami perubahan.
Pemikiran tersebut sejalan dengan definisi Desa sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Meskipun sudah terdapat program perluasan teknologi informasi di
pedesaan, serta terdapat pemanfaatan teknologi inforamsi pada wilayah
pedesaan, namun masih terdapat berbagai kelemahan. Terutama pada pola
program yang bersifat top – down.
Pemerintah desa belum secara mandiri mampu mengembangkan
teknologi informasi untuk meningkatkan pelayanan desa. Sedangkan
masyarakat desa masih memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana
7
komunikasi. Belum mampu memperluas kemanfaatan teknologi itu dalam
berbagai segi kehidupan lainnya.
Pada sisi lain pengembangan teknologi informasi yang lebih luas
membutuhkan keterampilan memadai dari aparatur desa. Sekaligus
membutuhkan investasi lebih untuk mendorong peningkatan manfaat
teknologi digital. Hal ini yang masih menjadi kendala bagi pemerintahan
desa.
Kendati demikian pemanfaatan teknologi informasi yang terjadi pada
Desa Puntang, Indramayu Jawa Barat dapatlah menjadi contoh terbaik dalam
pemanfaatan teknologi informasi di pedesaan. Dalam jangka menengah dan
panjang pemerintah desa perlu melihat lebih jauh pemanfaatan teknologi
informasi bagi peningkatan pelayanan dan partisipasi masyarakat.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teknologi informasi yang meluas sampai wilayah pedesaan harus
dipandang sebagai energi positif. Khususnya bagi upaya meningkatkan
pelayanan public. Pemeirntah desa yang menjadi pihak penyelenggaran
pelayanan public di desa dituntut dapat mengembangkan teknologi informasi
sesuai kebutuhan wilayahnya.
Pengembangan teknologi informasi yang tidak dilakukan secara bertahap
atau sesuai kebutuhan, justru dapat berdampak buruk. Karena pengembangan
teknologi informasi selalu membutuhkan modal yang cukup besar, serta
investasi ketermapilan SDM yang memadai. Akibatnya investasi teknologi
inforamsi yang tidak berorientasi pada kebutuhan, akan menjadikan
inefisiensi anggaran.
Tidak hanya itu saja pengembangan teknologi informasi yang tidak
berorientasi pada kebutuhan secara langsung akan mengurangi
kebermanfaatan. Karena pengguna yang tidak mampu memanfaatkan
teknologi informasi sesuai kebutuhan, akan menumbuhkan sikap apatis
terhadap kemajuan teknologi informasi.
Dampaknya partisipasi masyarakat yang diharapkan meningkat sejalan
dengan pemanfaatan teknologi inforamsi, justru menjadi kontra produktif.
Masyarakat akan mengabaikan pemanfaatan teknologi inforamsi dengan
alasan ketidak mampuan menggunakannya, sehingga lebih memilih
penggunaan layanan secara konvensional.
9
DAFTAR PUSTAKA
10