Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KESIMPULA PRE DAN POST CONFERENCE

Disusun oleh

PROGRAM PROFESI NERS

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA
2020
PRE & POST CONFERENCE

HASIL DISKUSI

Selasa, 09 Juni 2020

Pre Conference

Tuna Netra

1. Apa klasifikasi dari tunanetra? Coba jelaskan

Jawaban :

a. Klasifikasi yang dialami oleh anak tunanetra, antara lain : Menurut Lowenfeld,

(1955:p.219), klasifikasi anak tunanetra yang didasarkan pada waktu terjadinya

ketunanetraan, yaitu :

 Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak

memiliki pengalaman penglihatan.

 Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan-

kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.

 Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah

memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam

terhadap proses perkembangan pribadi.

 Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala

kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri

 Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-

latihan penyesuaian diri.

 Tunanetra akibat bawaan (partial sight bawaan)

b. Klasifikasi anak tunanetra berdasarkan kemampuan daya penglihatan, yaitu:


 Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang

memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat

mengikuti program- program pendidikan dan mampu melakukan

pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.

 Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang

kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan

kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu

membaca tulisan yang bercetak tebal

 Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak

dapat melihat.

c. Menurut WHO, klasifikasi didasarkan pada pemeriksaan klinis, yaitu

 Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan

atau memiliki bidang penglihatan kurang dari 20 derajat.

 Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70

sampai dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan.

Tugas-tugas perawat pada tahap ini antara lain :

1. Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan komunikasi

terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka,

jujur, ihklas, menerima klien apa danya, menepati janji, dan menghargai klien.

2. Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga kelangsungan

sebuah interaksi.Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu, tempat,

waktu dan topik pertemuan.

3. Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk

mendorong klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik yang digunakan adalah

pertanyaan terbuka.
4. Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien

teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan pada

keseluruhan interaksi (Stuart,G.W,1998 dikutip dari Suryani,2005)

Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain :

 Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan tangan

 Memperkenalkan diri perawat

 Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien untuk

berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan.

 Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu melengkapi penjelasan

tentang identitas serta tujuan interaksi agar klien percaya kepada perawat.

 Evaluasi dan validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasan atau kejadian yang

membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga digunakan untuk mendapatkan

fokus pengkajian lebih lanjut, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait

dengan keluhan utama. Pada pertemuan lanjutan evaluasi/validasi digunakan untuk

mengetahui kondisi dan kemajuan klien hasil interaksi sebelumnya.

 Menyepakati masalah. Dengan tekhnik memfokuskan perawat bersama klien

mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.

Ciri – ciri sosial pada anak pengidap tuna netra: Kesulitan membaca atau kesulitan

lainnya yang melibatkan banyak fungsi mata, Mengedip lebih sering dibanding biasanya,

Memegang buku sangat dekat dengan mata, Tidak mampu melihat benda pada jarak yang

jauh, Tidak mampu melihat jelas, Mengalami sakit kepala dan mual saat menggunakan

fungsi mata, Penglihatan kabur atau ganda


Intervensi keperawatan:

Pencapaian komunikasi: defisit penglihatan

 Kaji reaksi pasien terhadap penurunan penglihatan

 Ajak pasien untuk menentukan tujuan dan belajar melihat dengan cara yang lain

 Jangan memindahkan sesuatu di ruangan pasien tanpa memberi informasi pada pasien

Manajemen lingkungan:

 Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien

 Pindahkan benda2 berbahaya dari lingkungan pasien

 Sediakan tempat tidur yang rendah

 Tempatkan benda2 pada tempat yang dapat dijangkau pasienKebutuhan Khusus Tuna

1. Fisiologis Membutuhkan perawatan dan pemeriksaan medis, pengobatan dan evaluasi

medis secara umum. Sebagai kegiatan diperlukan latihan gerak dan ekspresi tubuh

2. .Personal

a. Ketunanetraan merupakan pengalaman personal, orang diluar dirinya tidak

akan memahami tanpa ia mengalaminya.

b. Efek psikologis dari personal adalah, banyak tergantung pada waktu terjadinya

ketunanetraan dan kualitas serta karakteristik susunan kejiwaannya.

c. Akibat ketunanetraan sebagai pengalaman personal, maka timbul beberapa

kebutuhan yang bersifat personal pula. Kebutuhan tersebut antara lain adalah

latihan Orientasi dan Mobilitas, minat untuk berinteraksi dengan lingkungan

terutama dalam hal mengolah dan menerima informasi dari lingkungan,


keterampilan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti menolong diri sendiri.

Pendidikan dan bimbingan penyuluhan juga merupakan kebutuhan personal

secara khusus dan banyak lagi kebutuhan yang bersifat individual.

3. Sosial

a. Apabila ketunanetraan terjadi dan muncul dalam suatu keluarga, maka

susunan keluarga akan mengadakan perubahan dan penyesuaian baik secara

total maupun sebagian

b. Baik buruknya pengaruh adanya seorang tunanetra di tengah keluarga

tergantung pada menerima tidaknya semua anggota keluarga terhadap adanya

kenyataan tersebut diatas.

c. Dengan adanya pandangan ketunanetraan sebagai fenomena social, maka

kebutuhan dari segi social adalah adanya hubungan yang baik antar personal

(personal relationship), interaksi yang baik antar anggota keluarga, interaksi

dan hubungan dengan teman-temannya, dan membutuhkan pula untuk ikut

berpartisipasi dengan berbagai kegiatan dalam lingkungannya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya ketunanetraan antara lain:

 Pre-natal

Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan

masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan, antara lain:

Keturunan Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera

penglihatan atau pada bola mata itu sendiri. Kurangnya vitamin tertentu, dapat

menyebabkan gangguan pada mata sehingga hilangnya fungsi penglihatan.

 Post-natal: Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi

sejak atau setelah bayi lahir antara lain


 Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat benturan alat-alat

atau benda keras. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe,

sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi lahir

mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan.

 Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan

 Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya benda

keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dll.
Tuna Laras

memberikan layanan kepada anak tunalaras dgn mengemukakan model 2 pendekatan

yaitu pendekatan model .biogenetik Tingkah laku.ekologis psikodinamikaKelainan tinkah

laku yang di alami anak tunalaras mempunyai dampak negatif baik untuk dirinya sendiri

maupun lingkungan sosialnya perasaan TDK berguna bg orang menyebab kan mereka

merasakan jarak dengan lingkungan nyaKelainan tingkah laku yang dialami anak tunalaras

mempunyai dampak negatif baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sosialnya. Salah

satu dampak serius yang mereka alami adalah tekanan batin berkepanjangan sehingga

menimbulkan perasaan merusak diri mereka sendiri, Ketidak-bahagiaan/ketidak-tentraman

bagi masyarakat. Perbuatan yang termasuk pelanggaran hukum seperti perbuatan mencuri,

menipu, menganiaya, membunuh, mengeroyok, menodong, mengisap ganja, anak kecanduan

narkotika, dan sebagainya.untuk dampak juga bagi individunya itu adalah anak tidak dapat

memiliki hubungan yang baik dengan teman sebayanya, untuk dirinya sendiri dia

memandang rendah karena berbeda dengan orang lain dan juga memiliki hambatan dalam

perkembngan yang cukup berat antar anak dengan teman sebayanya sehingga muncul konflik

yang timbul pada diri anak itu sendiri dampak mudah marah mudah terangsang emosi sering

menentang perintah atau tugas sering melanggar merusak dan tidak suka dengan kegiatan

rutin.melakukan modifikasi perilaku dengan cara pendekatan secara langsung dan lebih

memfokuskan paa perubahan secara fisik. hal ini dapat mengurangi perilaku yang tidak

diingikan seperti agresif, emosi labil, metode ini merupakan penanganan yang paling efektif

dengan pendekatan positif dan dapat menghindarkan anak dari perasaan frustasi dan

marahtingkat kemampuan atau keefektifan seseorang individu untuk memenuhi standar

kemandirian dan tanggung jawab sosial yg sesuai dengan usia saat ini dan lingkungan nya di

tingal perilaku adaptif bisa di lihat sebagai kematangan diri dan sosial seseorang dalam
melakukan kegiatan umum sehari-hari sesuai dengan usia dan budaya dan kelompok nyaada

beberapa tipe tuna laras adalah :

1. Conduct disorder ciri cirinya : perilaku agresif verbal dan fisik, merisak, selalu

menentang, tidak memiliki rasa tanggung jawab dan melanggar norma aturan

2. Socialized agression (agresif bersosialisasi) : terlibat kelompok negatif yg melakukan

aktivitas seperti kelompok ggn negatif, mencuri, kenakalan dan kejahatan

berkelompok.

3. Anxienty-withdrawal, disebut juga problem kepribadian, ciri-cirinya : kecemasan

yang berlebihan, menarik diri dari sosial, sangat pemalu, selalu menyendiri, terlalu

sensitif, dan sikap menyepi/memisahkan diri dari lingkungan

4. immaturity : rentangperhatian sangat pendek, perhatian sulit beralih, pasif, melamun,

dia tidak reponsif, ciri yang menunjukan kegagalan pada tugas perkembangan seperti

komunikasi sosial, akademik, dll.saya mau menambahkan jawaban dri kk besti dari

pertanyaan asme karakteristik perilaku adaptif :

 wujud problem adaptasi di lingkungan fisik

 wujud problem adaptasi di sekolah

 wujud problem adaptasi di kehidupan sosial

Sikap-sikap tersebut dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari dari interaksinya dengan

lingkungan, seperti :

a. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan pola-pola kelompok yang lebih luas dan

kesadaran sosial mereka sangat rendah.

b. Menuntut perhatian yang terus menerus dari lingkungannya dan mereka suka bermain

sendirian.

c. Dalam kelompok, biasanya selalu mengikuti bukannya memimpin.

Peran perawat
- mengkaji sikap sosial anak dengan teman sebaya terkait emosional dan sosialnya

- mengajarkan anak bersikap jujur dalam berinteraksi

- memberikan pujian atau umpan balik postif jika anak berinteraksi dengan orang

lain

- memberi tahu keuntungan, kerugian dan manfaat dari tindakan yang dilakuka

- Kolaborasi dengan terapi terkait emosi dari anak tersebut


Autis

Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengatasi

masalah tersebut dengan memberikan inovasi intervensi keperawatan dengan memberikan

asuhan keperawatan secara holistik. Asuhan keperawatan secara holistik dapat mendukung

perkembangan positif pada anak autis. Intervensi yang diberikan kepada anak autis bertujuan

untuk mengurangi gejala gangguan perilaku.Terapi perilaku terdiri dari dua bagian. Cognitive

Behavioral Therapy (CBT) membantu dalam fungsional mencegah autisme melalui intervensi

awal. Dan ada Applied Behavioral Analysis (ABA) yang membantu dalam melatih anak

dengan keterampilan hidup sehari-hari dalam kasus-kasus autisme parah.. Sinyal pertama dari

autisme dapat dilihat pada usia awal 6-9 bulan. Beberapa tanda-tanda awal adalah:

1. Cara yang tidak biasa dalam berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar

2. Tidak berinteraksi secara sosial 

3. Suka/tidak suka bermain dengan mainan atau bermain dengan cara tertentu

4. Terbatas / tidak ada kontak mata

5. Gerakan tubuh berulang-ulang

6. Terbatas/tidak menanggapi nama panggilan sendiriTanda autis berbeda pada setiap

interval umumnya:

- Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi tegang bila

diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak bersemangat dalam permainan

sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya menggunakan kat-kata.

Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik pada boneka atau binatan

gmainan untuk bayi, menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila

anak terlihat tertarik pada kedua tangannya sendiri.

- Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-benda,

disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai benda atau
alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas,

serta relatif cuek menghadapi kedua orang tuanya.

- Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa sangat

terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya mau

berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang apa yang diucapkan

orang lain segera atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan

nada suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton), kontak mata

terbatas (walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa

juga berkurang, melukai dan merangsang diri sendiri.gelaja yang mungkin akan

muncul dari bayi sampe umur kira2 (4-5 tahun) Adapun gejala gejala anak

autisme, antara lain :

Bayi Sering Menangis tengah malam dan sulit berhenti menangis

- Tidak responsif terhadap suara orang

- Tidak tertarik dengan permainan seusianya

- Jarang berbicara

- Menunjukkan kontak mata yang terbatas

- Cuek terhadap sekitarnya ( asyik bermain sendiri)

- Sangat tahan rasa sakit

- Suka menjilat dan mencium benda-benda

- Tidak mengunyah makanan keras

- Tidak pernah merespon ketika diajak berkomunikasi oleh ibunya/ayahnya

- Sangat cuek terhadap orang tuanya

- Menolak untuk di gendong

- Menolak untuk dipeluk dan dicium

- Komunikasi lambat
- Tidak ada perkembangan berbicara/berucap

- Tidak mampu berjalan menghindari hambatan

- Tidak dapat meniru melompat dengan satu kaki

- Sering berbicara dengan cara mengulang

- Sering sangat terpukau dengan suatu benda.

- Sering mengulang suatu gerakan-gerakan

- Sering terpaku untuk melakukan kegiatan rutinitas yang tidak ada gunanya

- Anak sering melukai diri sendiri

- Tidak memiliki empati

- Kontak mata terbatas

- Belum bisa mengikat tali sepatunya sendiri

- Tidak ingin dan tidak mau bermain dengan temannya yang sebayaAutisme bisa di

cegah dengan melakukan deteksi dini

a. Anak autisme jga mendapat terapi obat, obat disini di kasi jika anak mengalami

kejang, perilaku depresi gangguan tidur Obat yg gunakan

o Selective serotinine reuptake inhibitor (SSRI)

o Trisiklik

o Obat-obatan antipsikotik

o Obat untuk gangguan tidurperan perawat selain memberikan inovasi perawat

juga bisa memberdayakan keluarga yang memiliki anak dengan disability atau

anak dengan kondisi kronis dengan cara membantu orang tua untuk memilih

strategi koping yang tepat, mengajarkan komunikasi yang efektif di dalam

keluarga, melatih keluarga dalam menggunakan strategi dan kemampuan

manajemen konflik Kenyataan yang dijumpai di beberapa tempat pelayanan


terapi untuk autisme maupun sekolah dengan kebutuhan khusus, peran

perawat dalam memberdayakan kemampuan keluarga masih perlu

ditingkatkan karena perawat lebih berfokus pada pelaksanaan terapi bagi anak

dengan autisme (Bappenkar RSU Dr. Soetomo, 2009).

a. Terapi edukasi Intervensi dalam bentuk pelatihan keterampilan sosial, keterampilan

sehari-hari agar anak menjadi mandiri. Tedapat berbagai metode penganjaran antara

lain metode TEACHC (Treatment and Education of Autistic and related

Communication Handicapped

Children) metode ini merupakan suatu program yang sangat terstruktur yang

mengintegrasikan metode klasikal yang individual, metode pengajaran yang

sistematik terjadwal dan dalam ruang kelas yang ditata khusus.

b. Terapi perilaku Intervensi terapi perilaku sangat diperlukan pada autisme. Apapun

metodenya sebaiknya harus sesegera mungkin dan seintensif mungkin yang dilakukan

terpadu dengan terapi-terapi lain. Metode yang banyak dipakai adalah ABA (Applied

Behaviour Analisis) dimana keberhasilannya sangat tergantung dari usia saat terapi itu

dilakukan (terbaik sekitar usia 2 – 5 tahun).

c. Terapi wicara Intervensi dalam bentuk terapi wicara sangat perlu dilakukan,

mengingat tidak semua individu dengan autisme dapat berkomunikasi secara verbal.

Terapi ini harus diberikan sejak dini dan

dengan intensif dengan terapi-terapi yang lain.

d. Terapi okupasi/fisik Intervensi ini dilakukan agar individu dengan autisme dapat

melakukan gerakan, memegang, menulis, melompat dengan terkontrol dan teratur

sesuai kebutuhan saat itu.

e. Sensori integrasi Adalah pengorganisasian informasi semua sensori yang ada

(gerakan, sentuhan, penciuman, pengecapan, penglihatan, pendengaran)untuk


menghasilkan respon yang bermakna. Melalui semua indera yang

ada otak menerima informasi mengenai kondisi fisik dan lingkungan sekitarnya,

sehingga diharapkan semua gangguan akan dapat teratasi.

f. AIT (Auditory Integration Training) Pada intervensi autisme, awalnya ditentukan

suara yang mengganggu pendengaran dengan audimeter. Lalu diikuti dengan seri

terapi yang mendengarkan suara-suara yang direkam, tapi tidak disertai dengan suara

yang menyakitkan. Selanjutnya dilakukan desentisasi terhadap suara-suara yang

menyakitkantersebut.

Intervensi keluarga Pada dasarnya anak hidup dalam keluarga, perlu bantuan keluarga

baik perlindungan, pengasuhan, pendidikan, maupun dorongan untuk dapat

tercapainya perkembangan yang optimal dari seorang

anak, mandiri dan dapat bersosialisai dengan lingkungannya. Untuk itu diperlukan

keluarga yang dapat berinteraksi satu sama lain (antar anggota keluarga) dan saling

mendukung. Oleh karena itu pengolahan keluarga dalam kaitannya dengan

manajemen terapi menjadi sangat penting, tanpa dukungan keluarga rasanya sulit

sekali kita dapat melaksanakan terapi apapun pada individu dengan autisme.

2. Medikamentosa

Individu yang destruktif seringkali menimbulkan suasana yang tegang bagi

lingkungan pengasuh, saudara kandung dan guru atau terapisnya. Kondisi ini

seringkali memerlukan medikasi dengan medikamentosa yang mempunyai potensi

untuk mengatasi hal ini dan sebaiknya diberikan bersama-sama dengan intervensi

edukational, perilaku dan sosial. Jika perilaku destruktif yang menjadi target terapi,

manajemen terbaik adalah dengan dosis rendah antipsikotik/neuroleptik tapi dapat

juga dengan agonis alfa drenergik dan antagonis reseptor beta sebagai alternatif.

Neuroleptik Neuroleptik tipikal potensi rendah-Thioridazin-dapat menurunkan


agresifitas dan agitasi. Neuroleptik tipikal potensi tinggi-Haloperidol-dapat

menurunkan agresifitas, hiperaktifitas, iritabilitas dan stereotipik.

Neuroleptik atipikal-Risperidon-akan tampak perbaikan dalam hubungan sosial, atensi

dan absesif. Agonis reseptor alfa adrenergik :Klonidin, dilaporkan dapat menurunkan

agresifitas, impulsifitas dan hiperaktifitas. Propanolol dipakai dalam mengatasi

agresifitas terutama yang disertai dengan agitasi dan anxietas.

3. Jika perilaku repetitif menjadi target terapi Neuroleptik (Risperidon) dan SSRI dapat

dipakai untuk mengatasi perilaku stereotipik seperti melukai diri sendiri, resisten

terhadap perubahan hal-hal rutin dan ritual obsesif dengan anxietas tinggi.

4. Jika terjadi gangguan metabolisme Ganguan metabolisme yang sering

terjadi meliputi gangguan pencernaan, alergi makanan, gangguan kekebalan tubuh,

keracunan logam berat yang terjadi akibat ketidak mampuan anak-anak ini untuk

membuang racun dari dalam tubuhnya. Intervensi biomedis dilakukan setelah hasil tes

laboratorium diperoleh. Semua gangguan metabolisme yang ada diperbaiki dengan

obat- obatan maupun pengaturan diet

Anda mungkin juga menyukai