Anda di halaman 1dari 6

 BEBAN UTANG

Di negara uni soviet dulu adalah negara terkaya namun pada tahun 1991 PBD negara ini
terpuruk hingga 70%. Mata uang moldova juga ikut terdevaluasi dan beban untuk membayar
utang luar negeri membumbung tinggi hingga nilainya mencapai 75% dari anggaran pemerintah.
Pada saat yang sama argentina harus menghadapi konsekuensi atas kelalaiannya membayar
utang yang terbesar sepanjang sejarah 2002 yang jumlah utangnya bersaing dengan rusia 3
setengah tahun sebelumnya.
Di seluruh dunia dari argentina hingga moldova dari afrika hingga Indonesia, utang
menyebebkan beban berat bagi negara berkembang. Adakalanya konsekuensi akibat utang sangat
dramatis, seperti krisis utang, tetapi umumnya beban utang tampak pada perjuangan suatu negara
untuk menghindari kegagalan angsuran.
Masalah mudah untuk dijelaskan: negara-negara berkembang telah meminjam atau telah
dipinjami terlalu banyak uang, melalui cara yang memaksa mereka menghadapi hampir semua
resiko kenaikan tingkat suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata uang, atau penurunan pendapatan.
Negara seringkali dihadapkan oleh 2 pilihan yang sama-sama tidak menyenangkan yaitu
kegagalan membayar utang yang akan mengarah pada keterpurukan ekonomi atau menerima
bantuan yang membuat mereka kehilangan kedaulatan ekonomi.
Dalam bab ini mengususlkan beberapa pembaruan: proses yang cepat dan efisien dalam
restrukturisasi utang swasta (utang perusahaan swasta yang berasal dari pinjaman luar negeri),
serta pendekatan yang baru dan lebih seimbang untuk utang negara.
Yang menjadi pertanyaan: apa yang harus dilakukan untuk memastikan agara beban
utang tidak berkembang sedemikian hingga negara-negera berkembang tidak mampu lagi
membayarnya ? stiglitz berpendapat bahwa negara berkembang seharusnya meminjam dalam
jumlah yang jauh sedikit daripada jumlah pinjaman pada masa lalu, tetapi jika mereka tetap
harus meminjam uang kepada negara maju, mereka hendaknya dapat melakukannya dengan
cara-cara yang lebih tidak beresiko- termasuk resiko fluktuasi nilai tukar mata uang dan tingkat
suku bunga.
Ketika suatu negara tidak mampu membayar utangnya, ada 3 alternartif: penghapusan
utang, restrukturisai utang yaitu utang tidak dihapuskan tetapi pembayarannya ditunda
denganharapan situasi akan lebih baik pada masa yang akan datang, dan yang terakhir adalah
gagal bayar( pengutang tidak sanggup membayar utangnya).
 Perjalanan menuju krisis
Apakah ada perbedaan jika kita mengatakan overborrowing( terlalu banyak member
pinjaman) atau overlending (terlalu banyak meminjam)? Jika kita mempertimbangkan bahwa
kesalahan disebabkan oleh overborrowing, wajar jika kita berpikir untuk membuat para
peminjam lebih sulit terbebas dari utang-utang mereka. Sebaliknya jika terjadi overlending, kita
akan memusatkan perhatian pada perbaikan pengkajian tentang siapa yang layak diberikan
kredit.
Meminjam uang secara berlebihan membuka peluang terjadinya krisis, dan biaya krisis
tersebut tidak saja dibebankan kepada pemberi pinjaman, tetapi juga kepada seluruh masyarakat.
Pada tahun-tahun belakangan ini, program-program IMF mengakibatkan penyimpangan yang
jauh lebih besar dalam keberpihakannya pada insentif untuk pemberi pinjaman. Ketika krisis
datang, IMF meminjamkan uang yang disebut dengan dana talangan. Dana talangan menyidakan
uang untuk membayar kembali kreditor-kreditor luar negeri dan juga membantu para kreditor
dari keharusan menanggung biaya dari pinajaman yang keliru. IMF bukanlah hadiah, hanya
bentuk lain pinjaman dan negara-negara berkembang harus membayarnya. Efeknya adalah
membayar pajak di negara miskin membayar untuk kesalahan pemebri pinjaman di negara kaya.
Moral hazard yang timbul dari penalangan dana adalah timbul ketika suatu pihak tidak
bertanggung jawab atas semua resiko yang berkaitan dengan tindakannya dan sebagai hasilnya,
ia tidak melakukan apapun untuk menghindari resiko tersebut.

 Kegagalan dalam pasar resiko


Faktor utama yang berkontribusi pada naiknya utang hingga mencapai level yang tidak
mampu dibayar berasal dari luar negara yang bersangkutan. Konsekuensi risiko yang demikian
besar ditambah dengan pasar global yang berubah-ubah yang harus ditanggung oleh negara
berkembang. Keadaan menjadi lebih buruk karena ternyata pada umumnya utang-utang tersebut
adalah utang jangka pendek sehingga bank-bank asing dapat menarik dana mereka dari negara-
negara berkembang jika terjadi ketidak beresan. Pinjaman jangka pendek yang diberlakukan oleh
bank-bank di negara barat mensyaratkan agar bank-bank memiliki modal dalam jumlah tertentu
relative terhadap jumlah dana yang dipinjamkan.
Semestinya, IMF dan pemerintah negara-negara kreditor berupaya mengurangi masalah-
masalah tersebut sesuai dengan fungsi pasar, yaitu membantu pasar mengembangkan kontrak-
kontrak utang yang membuat pihak kaya menanggung lebih banyak resiko berkaitan dengan nilai
tukar mata uang dan fluktuasi tingkat suku bunga.

 Kasus argentina
Argentina mengalami krisis utang, namun krisis utang kali ini bukan yang pertama kali
bagi argentina. Argentina dihimbau untuk meminjam sejumlah besar dana pada saat tingkat suku
bunga rendah atau terkadang bahkan negative ( tingkat bunga riil berpengaruh pada inflasi,
tingkat suku bunga riil adalah tingkat suku bunga nominal dikurang tingkat inflasi ).
Argentina mengalami kesulitan dalam mengembalikan utang-utangnya, utang-utang nya
pun direstrukturisasi, namun penghapusan utang yang diterimanya tidak sepadan, sehingga
uangnya mengalir dari amerika latin ke amerika srikat dan negara maju lainnya. Hal tersebut
berlangsung terus menerus.
Akhirnya argentina mengalami episode inflasi yang sangat tinggi pada akhir 1980an.
Untuk mengatasinya, argentina memancangkan nilai tukarnya pada dolar amerika. Strategi itu
berhasil dan inflasi kembali menurun. Namun strategi itu merupakan strategi yang paling
beresiko. Perekonomian yang berubah-ubah memerlukan penyesuaian nilai tukar yang terus-
menerus yang tidak diperbolehkan. Dengan ekspor yang rendah dan impor yang tinggi, neraca
pembayaran menjadi semakin buruk sehingga diperlukan lebih banyak pinjaman luar negeri.
Kemudian dimulailah lingkaran setan dan IMF memegang peranan penting seiring
dengan naiknya suku bunga global, pembayaran pinjaman argentina juga ikut naik demikian pula
halnya dengan deficit fiscal. IMF meminta agar kebijakan fiscal dan moneter diperketat dengan
cara menaikkan pajak, memotong pengeluaran dan menaikkan tingkat suku bunga dalam negeri.
Hal tersebut mengakibatkan pengaruh yang dapat diprediksi yaitu penurunan output dan
penerimaan pajak.dampaknya adalah penguranagan penerimaan pemerintah (melalui pajak
pengamanan sosial) yang lebih cepat dari pengurangan pengeluaran (untuk pensiunan). Tidak
berlangsung lama semenjak diberlakukannya program IMF, argentina mengalami nilai tukar
yang tinggi dan utangnya terus menumpuk sehingga mengalami krisis yang tinggi.
Ternyata tanpa program IMF argentina mengahasilkan sesuatu yang tak pernah terduga
sebelumnya. Tanpa kebijakan gaya IMF perekonomian argentina mulai tumbuh, para investor
italia dari kalangan kebanyakan lebih tertarik membeli obligasi argentina. Argentina
menyadari,bahwa lebih baik tidak menjalankan program IMF daripada program tersebut
mencekik perekonomian argentina.

 Mewujudkan globalisasi
Apa yang harus dilakukan terhadap utang negara berkembang?
1. Pembebasan utang untuk negara-negara termiskin
Banyak yang khawatir bahwa negara-negara berkembang yang miskin ini akan kembali
terjerat utang dalam jumlah yang besar. Di satu sisi, tanggung jawab seharusnya berada
di pundak para pemberi pinjaman.
Bantuan untuk mereka yang paling miskin seharusnya tidak mengakibatkan beban biaya
bagi mereka yang miskin. Penghapusan utang telah dikritik karena bukan hanya diberikan
kepada mereka yang kurang beruntung, melainkan juga kepada mereka yang tidak
bertanggung jawab. Negara-negara telah berupaya keras mengatasi masalah utang mereka
seharusnya tidak dihukum dengan cara pemberian bantuang yang lebih sedikit
dibandingkan dengan mereka yang tidak bermoral.
Negara-negara tersebut umumnya sangat miskin sehingga tidak beralasan mengharapkan
mereka menolak pinjama. Para pemberi pinjaman semestinya dapat membatasi pinjaman
pada jumlah yang mampu mereka lunasi bagi para peminjam. Pada prakteknya,
seharusnya tersedia pinjaman dalam jumlah kecil.negara-negara tersebut saat ini pada
umumnya tidak begitu miskin. Mereka akan menjadi miskin jika tiba saatnya melunasi
pinjaman. Meskipun pinjaman tersebut menghasilkanpemasukan yang tinggi, sangat sulit
bagi pemerintah untuk meningkatkan pemasukan yang dibuuhkan untuk melunasi
pinjaman. Dan uang yang berasal dari pinjaman tersebut, tidak dapat dielakkan sebagian
digunakan untuk membiayai pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan sosial penting lainnya
serta pengeluaran untuk pengembangan ekonomi.

2. Utang yang tak patut


Dapat disusun pedoman mengenai perjanjian dan utang seperti apa yang dapat diterima,
seperti pinjaman untuk membangun sekolah-sekolah diizinkan, sementara pinjaman
untuk membeli senjata tidak diperbolehkan. ( beberapa orang menentang ide ini karena
uang yang dipinjamkan untuk membiayai pembangunan sekolah membuat pemerintah
bisa menyisihkan uang untuk membeli senjata-pinjaman dalam bentuk apapun untuk
rezim yang kejam harus diperlakukan sebagai utang yang tak patut. Tetapi terdapat bukti
bahwa pinjaman untuk pendidikan lebih banyak dipakai untuk pengeluaran pendidikan
dibandingkan yang lainnya).

3. Utang swasta lintas-batas negara


Banyak yang percaya bahwa hanya pinjaman negara yang menjadi persoalan. Alasannya
adalah pihak swasta hanya akan meminjam jika mereka mampu melunasinya dan para
kreditor akan member pinjaman jika mereka yakin pihak swasta dapat melunasinya.
Penyebab utama krisis adalah beban utang berlebihan pada perusahaan-perusahaan
swasta sehingga terjadi liabilitas pihak swasta dinasionalisasikan. IMF member
pemerintah negara-negara debitur dana dalam bentuk dolar untuk membayar para kreditor
barat. Kreditor barat tersebut terlindungi, pihak peminjam terbebas dari permasalahan dan
pembayar pajak di negara-negara berkembang dibiarkan menanggung beban untuk
melunasi utang ke IMF.
Salah satu alternative : para peminjam swasta dapat dengan mudah menyatakan tidak
dapat membayar utang-utangnya atau default dengan menyatakan bangkrut. Namun itu
bukan cara menghindari masalah. Namun sekali lagi cara itu merupakan pencegahan
upaya meminjam dan mengurangi risiko dan ketidak stabilan sehingga utang-utangnya
yang wajar tidak berubah menjadi utang yang tak tertangani. Karena pihak pemberi
pinjaman dan pihaj peminjam mengabaikan konsekuensi makro ekonomi yang
menyebabkan beban utang yang berlebihan, tidak mengherankan jika utang luar negeri
menjadi sedemikian besar, sehingga dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk
mengatasinya. Karena pinjaman luar negeri jangka pendek membuat negara beresiko
menghadapi krisis, pemerintah seharusnya mengatasinya, misalnya dengan
memberlakukan pajak dan batasan pada aliran modal jangka pendek.
4. Bangkrutnya suatu negara
Untuk melunasi kebangkrutan suatu negara yaitu salah satunya dengan menaikkan pajak
dan memotong pengeluaran hingga cukup untuk mendapatkan pemasukan yang
dibutuhkan. Nilai aset negara-negara itu melebihi jumlah utang-utang dengan margin
yang cukup besar. Tetapi biaya yang harus ditanggung negara besar, melampaui
kesediaan warganya untuk membayar. Jika para kreditor tidak bersedia memberikan
penghapusan utang atas inisiatif sendiri ada alternative lain yaitu default dan negoisasi
ulang.
5. Jangan merugikan
Kebijakan yang di paksakan IMF seperti kebijakan fiscal dan moneter diperketat dengan
cara menaikkan pajak, memotong pengeluaran dan menaikkan tingkat suku bunga dalam
negeri sebagai persyaratan pinjaman dapat merugikan negara-negara peminjam.
6. Kembali ke pinjaman counter-cyclical
Pinjaman counter-cyclical (melakukan pinjaman pada saat perekonomian sedang lemah)
dapat berkontibusi besar dalam pencapaian stabilitas. Ia dapat membantu negara-negara
berkembang membiayai pengeluaran dalam kondisi resesi dan menyediakan rangsangan
fiscal dan menyediakan rangsangan fiscal yang diperlukan.
7. Pengurangan resiko
Resiko meminjam harus dikurangi. Resiko peminjaman dapat ditekan jika suatu negara
meminjam dalam mata uang negaranya sendiri, sehingga sangat penting untuk
mengembangkan pasar utang mata uang lokal. Bank dunia dan bank pembangunan
multilateral lainya dapat membantu memantapkan pasar ini dengan memnjam pasar-pasar
ini ketika mereka menaikkan dana.
8. Peminajm yang konservatif
Negara-negara miskin yang terjerat utang harus meminjam secara konservatif dan ketika
meminjam harus melakukannya dalam mata uangnya sendiri.
9. Undang-undang kepailitan internasional
Pertama, sejumlah utang harus dihapus agar suatu negara tidak akan menghadapi
kemungkinan untuk kembali berada dalam kondisi default dalam kurun 5 tahun kedepan.
Kedua, pemecahan apapun harus mengakui bahwa kreditor luar negeri bukanlah satu-
satunya pengklaim. Banyak pengklaim public selain kreditor formal-termasuk misalnya
mereka yang berhak atas dana pension dari pemerintah. Ketiga, restrukturisasi perlu
dilakukan dengan cepat dan berpihak pada debitur. Keempat, proses apapun yang
menentukan restrukturisasi atau penghapusan utang tidak semestinya berada dalam
genggam para kreditor termasuk IMF. Mereka tidak dapat bertindak sebagai hakim yang
adil.

Anda mungkin juga menyukai