Anda di halaman 1dari 27

6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep  Pengetahuan


2.1.1 Pengertian pengetahuan
Filosofi pengetahuan yaitu Plato menyatakan pengetahuan sebagai
“Kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)” (justified true belief).
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses
pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti
motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan
sosial budaya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2018)
Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan predektif terhadap
sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Sebagai contoh, pengetahuan
seorang ibu tentang pentingnya imunisasi dasar bagi anaknya diperoleh dari suatu
kemampuan predektif dari pengalaman dan informasi yang diterima (Budiman,
dan Agus Riyanto, 2013).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan
merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo
Soekidjo, 2012).

2.1.2  Tingkat Pengetahuan


Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkat, yakni :
2.1.2.1 Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

6
7

atau rangsangan yang telah diterima. Contoh, dapat menyebutkan tanda-tanda


kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
2.1.2.2 Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut
secara benar.Contoh, menyimpulkan meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek
yang dipelajari.Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang
bergizi.
2.1.2.3 Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).Aplikasi di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
menggunakan rumus statistik dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah kesehatan dari kasus pemecahan masalah (problem solving
cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
2.1.2.4 Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
2.1.2.5 Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang
telah ada.
8

2.1.2.6 Evaluasi (evaluation)


Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi dilakukan dengan
menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2012).

2.1.3 Kriteria Pengetahuan


Menurut Arikunto dalam buku “Kapita Selekta Kuesioner Sikap Dalam
Pendidikan Kesehatan” (2013) membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang
menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai
berikut.
2.1.3.1 Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%.
2.1.3.2 Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56-74%.
2.1.3.3 Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya ≤ 55%.
Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga dikelompokkan
menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat umum, yaitu sebagai berikut.
2.1.3.4 Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥50%.
2.1.3.5 Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya ≤50%.

2.1.4 Jenis Pengetahuan


Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatan
sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian perilaku. Jenis
pengetahuan diantaranya sebagai berikut.
2.2.4.1 Pengetahuan Implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam
bentuk pengalaman seseorang berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata,
seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan seseorang
9

biasanya sulit untuk ditransfer untuk orang lain baik secara tertulis maupun lisan.
Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dari budaya bahkan bisa tidak
disadari.
Contoh sederhana: seseorang mengetahui tentang bahaya merokok bagi
kesehatan, namun ternyata dia merokok.
2.1.4.2 Pengetahuan Eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan
atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.
Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan
dengan kesehatan.
Contoh sederhana: seseorang telah mengetahui tentang bahaya merokok bagi
kesehatan dan ternyata dia tidak merokok. (Budiman, 2013)

2.1.5 Cara Memperoleh Pengetahuan:


2.1.5.1 Cara tradisional:
1. Cara coba-salah (trial  and error)
Cara yang paling tradional, yang pernah dilakukan oleh manusia dalam
memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau dengan kata
yang lebih dikenal “trial and error”. Cara ini di pakai orang sebelum
adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara
coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,
dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua gagal pula,
maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga, dan apabila
kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya,
sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.
2. Cara kekuasaan atau otoritas
3. Berdasarkan pengalaman pribadi
4. Melalui jalan pikiran
10

2.1.5.2 Cara modern:


1. Metode berfikir induktif, yaitu merupakan bahan pelajaran yang di olah
dari mulai khusus (sifat,ciri, atau atribut), ke yang umum, generalisasi atau
rumusan.
2. Metode berfikir deduktif, yaitu merupakan bahan pelajaran yang umum,
generalisasi atau rumusan ke yang bersifat khusus (Notoatmodjo, 2008).

2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan :


2.1.6.1 Faktor Internal menurut Notoatmodjo (2008) :
1. Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 Largevelt yang dikutip oleh Notoatmojo (2008)
mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,
perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju
kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia mendefinisikan lain,
bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian
dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur
hidup.
2. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat
yang cukup dari seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan
berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan
3. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle
Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2013), Mengatakan bahwa tidak
adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis cenderung
akan bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi dasar
pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan
yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
11

pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi,


penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas.
4. Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada
orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari
pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin
kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi
(Azwar, 2013).
2.1.6.2 Faktor External menurut Notoatmodjo (2008), antara lain :
1. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder, keluarga dengan
status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga
dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan
akan informai termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan
bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang
berbagai hal.
2. Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut.Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila arah
sikap tertentu.Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggunakan
kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh perubahan
perilaku, biasanya digunakan melalui media masa. Informasi
mempengaruhi pengetahuan. Semakin banyak sumber informasi yang
diterima oleh seseorang dan semakin banyak informasi yang diperoleh
12

seseorang, maka semakin baik juga pengetahuan seseorang tersebut


menurut Wawan dan Dewi (2011)
3. Kebudayaan/Lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pengetahuan kita.Apabila dalam suatu wilayah mempunyai
budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin
berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

2.1.7 Pengukuran tingkat pengetahuan


Menurut Skinner dalam (Dewi dan Wawan, 2011), bila seseorang mampu
menjawab mengenai materi tertentu secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan
seseorang tersebut mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang
diberikan tersebut dinamakan pengetahuan. Pengukuran bobot pengetahuan
seseorang ditetapkan menurut hal-hal sebagai berikut.
2.1.7.1 Bobot I : tahap tahu dan pemahaman
2.1.7.2 Bobot II : tahap tahu pemahaman, aplikasi, dan analisis
2.1.7.3 Bobot III : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi.
Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang dapat diukur dari subjek penelitian atau
responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat
pertanyaan yang dapat digunakan untuk membuat kuesioner yang berhubungan
dengan pengukuran pengetahuan.
Tabel 2.1 Standar kata-kata pertanyaan dalam pengukuran pengetahuan
(Budiman, 2013)
Tingkat Kemampuan Internal Kata-kata pertanyaan
Pengetahua
n
Tahu Mengetahui....................
Misalnya:
 Istilah  Mengidentifikasi
 Fakta  Menyebutkan
13

Tingkat Kemampuan Internal Kata-kata pertanyaan


Pengetahua
n
 Aturan  Memberi nama pada
 Urutan  Menyusun daftar
 Metode  Menggarisbawahi
 Menjodohkan
 Memilih
 Memberi definisi
Paham Menerjemahkan..............
Menafsirkan...................
Memperkirakan.............
Menentukan...................
Misalnya:
 Metode  Menjelaskan
 Prosedur  Menguraikan
 Merumuskan
Memahami.....................
Misalnya:
 Konsep  Merangkum
 Kaidah  Mengubah
 Prinsip  Memberi contoh tentang
 Kaitan antara  Menyadur
 Fakta  Meramaikan
 Isi pokok  Memperkirakan
 Menerangkan
Mengartikan...................
Menginterpertasikan......
Misalnya:
 Tabel
 Grafik
 Gambar
Aplikasi Memecahkan masalah......
Membuat bagan dan grafik.....
Menggunakan..........................
Misalnya:
 Metode/prosedur  Memperhitungkan
 Konsep  Membuktikan
 Kaidah  Menghasilkan
 Prinsip  Menunjukkan
 Melengkapi
 Menyediakan
 Menyesuaikan
14

Tingkat Kemampuan Internal Kata-kata pertanyaan


Pengetahua
n
 Menemukan
Analisis Mengenai kesalahan...............
Membedakan..........................
Misalnya:
 Interprestasi  Memisahkan
 Data dari  Menerima
 Kesimpulan  Menyisihkan
Menganalis..............................
Misalnya:
 Struktur dasar  Menghubungkan
 Bagian-bagian  Memilih
 Bagian antara  Membandingkan
 Mempertentangkan
 Membagi
 Membuat diagram/skema
 Menunjukkan hubugan antara
Sintesis Menghasilkan.........................
Misalnya:
 Klasifikasi  Mengategorikan
 Karangan  Mengkombinasikan
 Kerangka teoritis  Mengarang
 Menciptakan
Menyusun...............................
Misalnya:
 Rencana  Mendesain
 Skema  Mengatur
 Program kerja  Menyusun kembali
 Merangkaikan
 Menghubungkan
 Menyimpulkan
 Merancangkan
 Membuat pola
Evaluasi Menilai berdasarkan norma
internal...................
Misalnya:
 Hasil karya seni  Memperhitungkan
 Mutu karangan  Membuktikan
 Mutu ceramah  Menghasilkan
 Program penataran  Menunjukkan
Menilai berdasarkan norma
15

Tingkat Kemampuan Internal Kata-kata pertanyaan


Pengetahua
n
eksternal..................
Misalnya:
 Hasil karya seni  Melengkapi
 Mutu karangan  Menyediakan
 Mutu pekerjaan  Menyesuiakan
 Mutu ceramah  Menemukan
Program penataran
mempertimbangkan................
Misalnya:
 Baik buruknya
 Pro-kontranya
 Untung ruginya

2.2 Konsep Perilaku


2.2.1 Definisi Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (mahluk hidup) yang
bersangkutan. Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus
dan respon dikemukakan ada dua respon yakni respondent response ialah respon
yang timbul oleh rangsangan-rangsangan tertentu dan operant response ialah
respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh perangsang tertentu yang
memperkuat respon yang telah dilakukan (reinforcing stimuli). Faktor yang
mempengaruhi perubahan perilaku ada 3 yaitu faktor predisposisi (pengetahuan
dari individu), faktor pendukung (sarana) dan faktor pendorong (petugas).
(Notoatmodjo, 2012). Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus
atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi
dan tujuan baik disadari ataupun tidak. Definisi lain dari perilaku adalah suatu
aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya (Ensiklopedia amerika, 1997).
Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan
(respon) menurut Skinner di dalam (Dewi dan Wawan, 2011).

2.2.2 Ciri-ciri Perilaku


16

Ciri-ciri perilaku manusia yang membedakan dari mahluk lain menurut


Sarwono (1998), dan dipaparkan oleh Notoatmodjo, (2008) adalah sebagai
berikut:
2.2.2.1 Kepekaan Sosial
Kepekaan sosial merupakan kemampuan manusia untuk dapat
menyesuaikan perilaku sesuai pandangan dan harapan orang lain. Manusia adalah
mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang
lain, manusia saling membutuhkan antara manusia dengan orang lain.
2.2.2.2 Kelangsungan Perilaku
Kelangsungan perilaku merupakan antara perilaku satu berhubungan
dengan perilaku lain, dengan kata lain perilaku manusia terjadi secara
berkesinambungan bukan secara serta merta.
2.2.2.3 Orientasi Tugas
Setiap perilaku merupakan orientasi tugas, yang memiliki tugas tertentu
dan tujuan tertentu, untuk mewujudkan tugas tertentu dibutuhkan perilaku
perilaku tertentu pula.
2.2.2.4 Usaha dan Perjuangan
Usaha dan Perjuangan pada manusia telah dipilih dan ditentukan sendiri,
dan tidak akan memperjuangankan sesuatu yang memang tidak ingin
diperjuangkan.

2.2.3 Jenis Perilaku


Menurut teori Skinner yang dikenal dengan teori stimulus-organisme-
respons (SOR) yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2012). Perilaku manusia dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu :
2.2.3.1 Perilaku Tertutup (covert behavior)
Perilaku terutup terjadi jika respon terhadap stimulus tersebut masih belum
dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih
terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, sikap terhadap
stimulus bersangkutan.
17

2.2.3.2 Perilaku Terbuka (overt behavior)


Perilaku terbuka terjadi jika respon terhadap stimulus tersebut berupa
tindakan atau praktik yang dapat diamati oleh orang lain dari luar secara jelas.
Respon seseorang terhadap stimulus tersebut sudah dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka.

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku sessorang menurut
(Notoatmodjo, 2012) antara lain :
2.2.4.1 Faktor Genetik atau Endogen
1. Faktor genetik atau keturunan merupakan konsep dasar terjadinya
perilaku seseorang.
2. DNA merupakan warisan biologis dari kedua orang tuanya yang di
wariskan kepada generasi penerusnya.
3. Sifat kepribadian agar mudah dipahami menurut para ahli digolongkan
menjadi dua aspek yaitu aspek jasmani (fisik) dan aspek psikologi
(kejiwaan).
4. Kecerdasan adalah suatu kemampuan manusia dalam menghadapi dan
menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif (Chaplin,
1975) dalam Notoatmodjo (2012)
5. Bakat menurut (Notoatmodjo, 2012) yang mengutip pendapat (William B
Micheel, 1960) adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu
yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal kemampuan
tersebut.
2.2.4.2 Faktor Sosio Psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor internal yang sangat besar
pengaruhnya terhadap terjadinya perilaku. Faktor psikologis tersebut yaitu:
1. Sikap merupakan kecenderungan untuk berfikir, berpersepsi, dan
bertindak. Sikap mengandung aspek penilaian atau evaluatif terhadap
objek dan mempunyai 3 komponen yaitu :
18

1) Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan


apa yang diketahui manusia.
2) Komponen afektif adalah aspek emosional yang berkaitan dengan
penilaian apa yang diketahui manusia.
3) Komponen konatif adalah aspek visional yang berhubungan dengan
kecenderungan atau kemamuan bertindak.
2. Emosi
Emosi menunjukan keguncangan organisme yang disertai oleh gejala-
gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis.
3. Kepercayaan
Kepercayaan adalah keyakinan akan sesuatau hal benar atau salah,
keyakinan terbentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan.
4. Kebiasaan
Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung
secara otomatis, dan tidak direncanakan.
5. Kemauan
Kemauan sebagai dorongan tindakan yang merupakan usaha orang untuk
mencapai tujuan.
2.2.4.3 Faktor Situasional
Faktor situasional adalah mencakup faktor lingkungan di mana manusia
itu bertempat tinggal, baik itu lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik,
dan sebagainya. Faktor tersebut merupakan kondisi objektif di luar manusia yang
mempengaruhi perilakunya. Faktor ini meliputi :
1. Faktor ekologis
Faktor ekologis merupakan keadaan alam, geografis, iklim, yang
mempengaruhi perilaku orang.
2. Faktor desain dan arsitektur
Struktur bangunan dan bentuk bangunan, pola pemukiman dapat
mempengaruhi perilaku manusia yang berada di dalamnya.
3. Faktor temporal
19

Pengaruh waktu terhadap bioritme manusia yang mempengaruhi


perilakunya. Waktu pagi, siang, sore, malam yang membawa pengarup
sikap dan perilaku.
4. Suasana behavior (behavior setting)
Tempat keramaian atau kerumunan massa membawa pola perilaku
manusia, perilaku orang yang diwarnai oleh suasana lingkungan tersebut.
5. Faktor teknologi
Perkembangan teknologi termasuk teknologi informasi yang disebut
dengan internet membawa pengaruh bagi perilaku seseorang.
6. Faktor social
Peranan faktor sosial seperti umur, status pendidikan, agama, status sosial
berpengaruh terhadap perilaku seseorang.

2.2.5 Domain perilaku


Menurut Bloom, (1908) dalam (Notoatmodjo, 2012) membedakan adanya
tiga area,wilayah, ranah atau domain perilaku yaitu :
2.2.5.1 Ranah kognitif (cognitive domain)
Ranah koginitif dapat dikur dari pengetahuan (knowledge), pengetahuan
merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga lidah dan sebagainya).
perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng (Sunaryo, 2014).
2.2.5.2 Ranah afektif (affective domain)
Ranah afektif Dapat diukur dengan sikap (attitude). Sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, sikap belum merupakan tindakan tetapi
merupakan predisposisi perilaku atau reaksi tertutup. Sikap juga mempunyai
tingkatan diantaranya adalah :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa subjek mau menerima stimulus yang diberikan
(objek)
20

2. Menanggapi (responding)
Menanggapi merupakan jawaban tanggapan terhadap pertanyaan yang
dihadapi.
3. Menghargai (valuing)
Menghargai artinya memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggungjawab artinya berani mengambil resiko dengan semua yang
telah dilakukannya.
2.2.5.3 Ranah Psikomotor (psychomotor domain)
Ranah psikomotor dapat diukur dari keterampilan (practice). Merupakan
suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam tindakan. Tindakan ini dapat
dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kualitasnya yaitu :
1. Praktik terpimpin (guided response)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada
tuntunan atau menggunakan panduan
2. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu atau mempraktikan sesuatu
secara otomatis
3. Adopsi (adoption)
Suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Tidak sekedar
melakukan rutinitas atau mekanisme tetapi sudah dilakukan modifikasi,
tindakan atau perilaku yang berkualitas.

2.2.6 Pengukuran Perilaku


Menurut Budiaji (2013:127) pengukuran atau cara mengamati perilaku
dapat dilakukan melalui dua cara secara langsung yakni dengan pengamatan
(observasi) yaitu mengamati tindakan dari subjek dalam rangka memelihara
kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode
mengingatkembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan
terhadap subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan obyek
21

tertentu. Skala liker adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur
perilaku, pendapat, dan presepsi seseorang tentang sesuatu gejala atau fenomena
tertentu. Skala liker mempunyai empat atau lebih butir-butir pertanyaan yang
dikombinasikan sehingga membentuk sebuah skor/nilai yang mempresentasikan
sifat individu, misalkan pengetahuan, sikap dan perilaku. Skala yang terdiri dari
pertanyaan dan disertai jawaban setuju-tidak setuju, sering-tidak pernah, cepat-
lambat, baik-buruk dan sebagainya.
Hasil pengukuran berupa kategori perilaku, yakni mendukung (positif)
menolak (negatif), dan netral. Perilaku pada hakikatnya adalah kecendrungan
sikap pada seseorang. Skala perilaku di nyatan dalam bentuk pernyataan untuk
dinilai oleh responden, apakah pernyataan tersebut didukung atau ditolak melalui
rentang nilai tertentu. Oleh sebab itu, peryataan yang diajukan dibagi kedalam dua
kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala yang
sering digunakan adalah skala liker. Skala liker pernyataan-pernyataan yang
diajukan, baik pernyataan positif maupun pernyataan negatif, dinilai oleh subjek
dengan sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.
Menurut Hidayat (2014:62) Rumusan cara menghitung perilaku adalah
sebagai berikut:

Keterangan :
N = nilai perilaku
Sm = skor tertinggi maksimum
Sp = skor yang didapat
Kriteria pengukuran perilaku yaitu:
1. Perilaku positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari
kuesioner> Tmean
2. Perilaku negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari
kuesioner < T mean
22

3. Subyek memberi respon dengan dengan empat kategori ketentuan,


yaitu: selalu, sering, jarang, tidak pernah.
Dengan skor jawaban :
1. Jawaban dari item pernyataan perilaku positif
a. Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan
kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
b. Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner
dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3
c. Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan
kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2
d. Tidak Pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan
pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner
skor 1
2. Jawaban dari item pernyataan untuk perilaku negatif
a. Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan
kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1
b. Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner
dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2
c. Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan
kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3
d. Tidak Pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan
pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner
skor 4
1. Nilai T > MT, berarti subjek berperilaku positif
2. Nilai T < MT berarti subjek berperilaku negative
Kategori :
1. Perilaku positif :>50%
2. Perilaku negatif :≤50%
23

2.3 Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue


2.3.1 Pengertian DBD
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan
yang dapat menyebabkan kematian (Soedarto, 2012). Demam berdarah dengue
adalah penyakit infeksi yang relatif singkat, dapat merenggut nyawa penderitanya
jika tidak ditangani secepatnya (Hindra, 2014).

Gambar 2.1 Nyamuk Aedes Aegifty yang menghisap darah pada manusia

Demam Dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh


virus Dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot  dan atau nyeri sendi
yang disertai leukopnia, ruam, limfadenofati, trombositipenia dan dates
hemoragik. Pada Demam Berdarah Dengue terjadi pembesaran plasma yang
ditanda dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematoktit) atau penumpukan
cairan dirongga tubuh. Sindrom renjata dengue (Dengue Shock Syndrome) adalah
demam berdarah  dengue yang ditandai oleh renjatan/shock.
Demam dengue (Dengue Fever) atau sering di sebut demam berdarah
dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dan remaja atau orang
dewasa dengan tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang
disertai leukopnia, dengan atau tanpa ruam dan linfadenopati, demam bifasik,
sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa
mengecap.
Demam berdarah dengue ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, sindrom renjatan dengue (Dengue Shock
Syndrome, selanjutnya disingkat DSS) ialah penyakit demam berdarah dengue
yang disertai renjatan.
24

Demam Dengue (DD) atau Dengue Fever (DF) adalah penyakit yang di
sebabkan oleh virus dengue yang di sebarkan oleh nyamuk aedes aegypti, sedang
kan Demam Berdarah Dengue (DBD) juga penyakit yang di sebabkan virus
dengue dan di sebarkan oleh nyamuk aedes aegypti yang di sertai manifestasi
perdarahan dan cenderung menimbulkan syok dan kematian (Misnadiarly, 2010).

2.3.2 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
Dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai
tunggal dengan berat molekul 4x106.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.
Keempat sero type ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan sero type
terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan Flavivirus lain
seperti yellow fever, Japanese enchehphalitis dan west nile virus.
Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegifty menurut Soedarto, (2012) antara lain :
1. Badannya kecil
2. Warnanya hitam dan belang-belang putih
3. Menggigit pada siang hari
4. Badannya mendatar saat hinggap
5. Gemar hidup di tempat-tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari)
25

2.3.3 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala penyakit demam berdarah dengue  masa tunas / inkubasi
3-15 hari sejak orang terserang virus dengue, selanjutnya penderita akan
menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah menurut Soedarto
(2012) sebagai berikut :
2.3.3.1 Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38-40 derajat Celsius).
2.3.3.2 Pada pemeriksan uji tourniquet, tampak adanya jentik (puspura)
perdarahaan
2.3.3.3 Adanya bentuk perdarahan pada kelopak mata bagian dalam
(konjungtiva), mimisan (epitaksis), buang air besar dengan kotoran
(peaces) berupa lendir bercampur darah (melena).
2.3.3.4 Terjadi pembesaran hati (hepatomegali)
2.3.3.5 Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
2.3.3.6 Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3-7 terjadi penurunan
trombosit dibawah 100.000/mm3 (trombositopeni) terjad peningkatan nilai
hematokrit diatas 20% dari nilai normal (hemokonsentrasi).
2.3.3.7 Timbulnya gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan
nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit
kepala.
2.3.3.8 Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
2.3.3.9 Demam
Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari kemudian menuju suhu normal
atau lebih rendah disertai nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri tulang dan
persendian, rasa lemah serrta nyeri perut
2.3.3.10 Perdarahaan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke-2 dan hari ke-3 dari demam dan
umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tourniquet positif, ruang kulit
(petekiae, ekimosis, dan purpura), perdarahan mukosa atau saluran cerna atau
saluran kemih perdarahaan gusi serta hematuria.
26

2.3.3.11 Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada
anak yang kurang gizi hati juga suah teraba. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomengali hati teraba kenyal harus diperhatikan kemungkinan akan terjadi
renjatan pada penderita.
2.3.3.12 Renjatan
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke-3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung,
jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa
demam biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
2.3.3.9 Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal / sakit pada
persendian(Soedarto, 2012).

2.3.4 Pencegahan Demam Berdarah Dengue


Pencegahan penyakit demam berdarah, pencegahan dilakukan dengan
menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes
aktif disiang hari. Misalnya hindari tempat yang banyak nyamuknya pada siang
hari, terutama didaerah yang ada penderita DBD nya (hidayat, 2007). Ada
beberapa cara yang paling efektif dalam mencegahan penyakit DBD melalui
metode pengontrolan dan pengendalian faktornya, antara lain :
2.3.8.1 Pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,
modifikasi tempat. Perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan
manusia,dan perbaikan desain rumah.
2.3.8.2 Melakukan gerakan 3-M pertama, menguras tempat-tempat penampungan
air seperti bak mandi/WC, tempayan, ember, vas bunga dan lainnya
seminggu sekali. Kedua, menutup rapat penampungan air seperti ember,
gentong, drum dan lainnya. Ketiga, mengubur semua barang bekas yang
ada disekitar atau diluar rumah yang dapat menampung air seperti
kaleng bekas,botol bekas dan lainnya.
27

2.3.8.3 Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ ikan cupang)pada tempat air
/kolam, dan bakteri (Bt.H-14)
2.3.8.4 Pengasapan/ fogging (dengan menggunakan malathion dan penthion)
2.3.8.5 Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan
air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.

Gambar 2.2 Salah satu cara untuk melakukan pencegahan demam berdarah

2.3.5 Pengobatan
Pada dasarnya pengobatan pasien DBD bersifat simtomatis dan suportif.
Pengobatan penyakit demam berdarah fokus pengobatan pada penderita penyakit
DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan
syok/presyok yaitu dengan mengusahakan penderita banyak minum sekitar 1,5-2
liter air dalam 24 jam (air, teh, gula, sirup atau susu) (Soemarno, 2012)
Pemberian obat-obatan terhadap keluhan yang timbul (Soemarno, 2012),
misalnya :
2.3.9.1 Paracetamol membantu menurunkan demam
2.3.9.2 Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare
2.3.9.3 Antibiotic berguna untuk mencegah infeksi skunder
28

2.4 Jurnal Terkait


29
30

2.5 Kerangka Konsep


Kerangka konseptual adalah abstrak dari suatu realitis agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antara variable, baik yang diteliti maupun yang tidak diteliti Nursalam
(2017).
Variabel Independent Variabel Dependent

Faktor yang Faktor yang


mempengaruhi mempengaruhi perilaku
pengetahuan masyarakat masyarakat
1. Pendidikan 1. Faktor Genetik
2. Pengalaman atau Endogen
3. Kebudayaan 2. Faktor Sosio
4. Usia Psikologis
5. Ekonomi 3. Faktor Situasional
6. informasi 1. F

Pengetahuan tahu dan Domain Perilaku :


memahami tentang DBD: 1. Ranah Afektif
1. Pengertian.DHF 2. Ranah Psikomotor
2. Penyebab DHF
3. Tanda dan gejala DHF
4. Pencegahan DBD
5. Pengobatan 1. Perilaku positif :>50%
2. Perilaku negatif :≤50%
Kategori
1. Baik : 76-100%
2. Cukup : 56-75%
3. Kurang : ≤ 56%

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Berpengaruh
Bagan 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan
Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Di Wilayah UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Tahun 2019
31

2.6 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu penyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau
lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam penelitian.
Setiap hipotesis terdiri dari suatu unit atau bagian dari suatu permesalahan
(Nursalam, 2017).
Hipotesis nol (HO) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran
statistik dan interprestasi hasil statistik. Sedangkan hipotesis alternative (H1)
adalah hipotesis penelitian. Hipotesis ini menyatakan adanya suatu hubungan,
pengaruh dan perbedaan antara dua atau lebih variabel (Nursalam, 2017)
Hipotesis penelitian adalah suatu peryataan hubungan antara dua atau
lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab pertanyaan dalam penelitian
(Nursalam, 2017). Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu:
2.6.1 Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran
statistik dan interprestasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana
atau kompleks dan bersifat sebab atau akibat.
2.6.2 Hipotesis alternatif (Hₐ/H¹) adalah hipotesis penelitian. Hipotesis ini
menyatakan suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua atau
lebih variabel (Nursalam, 2017).
Hipotesis yang diajukan akan dilakukan perhitungan uji statistik untuk
memutuskan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Ketentuan uji statistik yang
berlaku adalah sebagai berikut :
2.6.3 Bila nila P ≤0,05, maka keputusannya adalah Ho ditolak, H1 diterima
artinya ada pengaruh antara variabel independen dan dependen.
2.6.4 Bila nilai P > 0,05, maka keputusannya adalah Ho diterima, H1 di tolak
artinya tidak ada pengaruh antara variabel independen dan variabel
dependen.
32

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif


yaitu:

H1 : Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Masyarakat Dalam


Pencegahan Demam Bardarah Dengue Di Wilayah UPT Puskesmas
Pahandut Palangka Raya.

Anda mungkin juga menyukai