BAB 1
Antibiotika
1.Definisi Antibiotika
2. Penggolongan Antibiotika
1. Antibiotika kerja luas (broad spectrum), yaitu agen yang dapat menghambat
pertumbuhan dan mematikan bakteri gram positif maupun bakteri gram
negatif. Siti Fauziyah, FMIPA UI, 2010
2. Antibiotika kerja sempit (narrow spectrum) adalah golongan ini hanya aktif
terhadap beberapa bakteri saja. Yang termasuk golongan ini adalah penisilina,
streptomisin, neomisin, basitrasi.
1.Golongan Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamicin, kanamicin, neomycin, netilmicin,
paromomicin, sisomicin, streptromisin, tobramisin.
2.Golongan Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem sefaleksin, sefazolin,
sefuroksim, meropenem).
Golongan sefalosporin (sefadroksil, seftazidin).golongan beta-laktam monosiklik,
dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).
3.Golongan glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplamin, ramoplanin,dan dekaplanin.
4.Golongan polipeptida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin,
roksitromisin). Golongan ketolida(telitromisin), golongan tertrasiklin (doksisiklin,
oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
5.Golongan polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
6.Golongan kinolon(fluorokinolon)
Dintaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin,levofloksasin,
dan trovafloksasin.
7.Golongan streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, kinupristindalfopristin.
8.Golongan Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563
9.Golongan sulfonamide
Diantaranya kotrimiksazol dan trimetropim.
10.Antibiotik lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin, dan asam
fusidat
.
2.jenis Antibiotik
Antibiotik memiliki berbagai macam jenis. Berikut beberapa jenis antibiotik:
a. Penicillin
Penicillin pertama kali ditemukan oleh Alexander fleming, senyawa ini dihaasilkan
dari pembenihan spesies penicillium notatum.sifat dari penicillin adalah
kepekaanya dalam menghancurkan cincin beta-laktam yang dihancurkan dengan
senyawa beta-laktamase. Setelah dikembangkan penicillin menjadi lebih stabil
dan aktif terhadap bakteri gram positif maupun negatif. Penicillin yang sudah
dikembangkan memiliki senyawa lain pada gugus R.
b.Chepalosporin
Dihasilkan oleh jamur Chephalosporin. Senyawa ini mirip seperti penicillin.
Akan tetapi, senyawa ini lebih resisten terhadap beta-laktamase dan cenderung
lebih aktif terhadap bakteri gram positif dibandingkan baktei gram negatif.
Struktur kimia ini mirip dengan penicillin, yaitu adanya cincin beta-laktam tetapi
dilekati cincin dihydrithiazide dan terdapat gugusan R1 dan R2 yang
memungkinkan untuk dibuat turunan cephalosporin dengan aktivitas yang lebih
tinggi dan toksisitas yang lebih rendah.
c. Vancomycin
Vancomycin dihasilkan oleh streptomyces. Senyawa ini lebih aktif terhadap
bakteri gram positif khususnya staphylococcus. Vancomycin terdiri dari suatu
glicopeptida. Vancomycin bisa larut di air dan stabil. Mekanisme antibiotic jnj
adalah menghambat sintesis peptidoglican.
d. Bacitracin
Basitrasin merupakan campuran koleptisida sikli kyang di hasilkan dari
tracybacillus suptilis aktif terhadap bakteri gram positif karena aktifitas toksiknya,
antibiotic ini jarang di gunakan.
e. Tertracyclin
Tetrasyclin yang pertama kali di temukan adalah chlortetrasycline yang diisolasi
dari streptomycecs aureofaciens.tetrasyclin adalah antibiotic berspektrum luas.
Semua antibiotik ini memiliki struktur kimia yang sama. Antibiotik ini tersedia
sebagai hidroklorida yang larut. Larutan tersebut bersifat asam dan mudah
berikatan dengan ion –ion logam.
e .Aminoglyciside
Aminoglyciside berguna untuk menghambat sintesis protein. Antibiotik ini
memiliki kelemahan dalam berbagai macam resistensi.Aktif terhadap gram
negatif. Aminoglycoside memiliki inti hikosa disamping streptidin. Dimana gula
amino terikat dengan glikosida. Aminoglucoside larut di air, stabil dalam larutan
dan lebih aktif dalam keadaan ph alkali.
f. Cloramphenicol
Cloramphenicol adalah larut dalam alkohol dan sukar larut dalam air. Namun,
Cloramphenicol suksinat sangat larut didalam air.
Antibiotik ini memiliki efek kuat dalam menghambat sintesis protein.
Bersifat bakteriostatik terhadap kebanyakan bakteri, akan tetapi tidak efektif
untuk klamida.
.
g. Clindamycin/lincomycin
Clindamycin merupakan turunan dari Lincomycin. Kedua antibiotik ini
mempunyai aktivitas yang menyerupai erythromycin. Akan tetapi clindamycin
lebih kuat dalam
spectrum yang kecil dan biasanya digunakan untuk antiseptic saluran kemih.
mengatasi infeksi yang disebabkan bakteri kokus gram positif, kecuali beberapa
bakteri yang resisten terhadap Clindamycin.
h. Quinolone
Quinolone merupakan turunan dari nalidixic acis. Dahulu, Quinolone mempunyai
spectrum yang kecil dan biasanya digunakan untuk antiseptic saluran kemih.
i. Metronidazole
Metronidazole sering digunakan sebagai antibiotik untuk pengobatan infeksi
amubiasis. Metronidazole memiliki efek antibakteri terhadap banyak bakteri
anaerop. Untuk pengobatan infeksi anaerop, metronidazole sering digunakan
untuk menurunkan infeksi pada saat operasi
j. Rifamycin
Rifampycin digunakan untuk beberapa bakteri kokus gram positif maupun negatif.
Akan, tetapi banyak laporan mengenai cepatnya resistensi bakteri terhadap
pengobatan tunggal rifampycin. Sehingga rifampycin tidak boleh diberikan
sendiri tanpa resep dokter.
k. Polimycin
Antibiotik ini memiliki efek nefrotosik yang hebat sehingga banyak
ditinggalkan .Bakteri ini juga bekerja secara bakterisidal, sehingga harus diberikan
secara parenteral.
l. Sulfonamide
Sulfonamide bekerja dengan mengubah suldanomide dengan menggunakan
enzim d
ihidrofolat sintase menjadi asam folat yang tidak berfungsi.
m. Thrimethropin
Thrimethropin bekerja dengan cara penghambatan kerja enzim asam dihidrofolat
reduktase yang bertugas mengubah asam tetrahidrofolat.
n. Co-trimoxazole
Merupakan gabungan dari sukfonamide dengan thrimethropin.
Perbandingan pencapuran antara sulfonamide dengan thrimethropin adalah lima
banding satu.
BAB 2
Analgetik
a.Analgetik
b.Analgetik narkotik
c.Analgetik Non-narkotik
Obat-obat ini sering disebut golongan obat analgetika-antipiretik atau Non
Steroidal Anti-Inflamatory Drugs (NSAID) (Siswandono dan Soekardjo, 1995).
Dan juga dinamakan analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi susunan saraf
pusat, tidak menurunkankesadaran, ataupun mengakibatkan ketagihan. Semua
analgetika perifer memiliki sifat antipiretik yaitu penurunan panas pada kondisi
demam. Sebagian besar efek samping dan efek terapinya berdasarkan atas
mekanisme penghambatan biosintesis prostaglandin. Mekanisme kerjanya sebagai
analgetik yaitu dengan jalan menghambat secara langsung dan selektif
enzimenzim yang mengkatalisis biosintesis prostaglandin, seperti siklooksigenase
sehingga mampu mecegah stimulasi reseptor nyeri.
Obat-obat golongan analgetika ini dapat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
1).Golongan salisilat : natrium salisilat, asetosal, salisilamid, dan
benorilat.
2).Turunan p-aminofenol : fenasetin dan parasetamol.
3).Turunan pirazolon : antipirin, aminofenol, dipiron, dan asam difluminat
4).Turunan antranilat : glafenin, asam mefenamat, dan asam difluminat
(Tjay dan Rahardja, 2002).
Macam-maacam obat analgetik non narkotik antara lain:
1. Ibu profen
2. Asam mefenamat
3. Antalgin
4. Diklofenac
5. Endometasin
6. Piroksikam
7. Paracetamol
BAB 3
Penggolongan
Secara kimiawi, obat-obat hipnotik digolongkan sebagai berikut :
1. Golongan barbiturate,seperti fenobarbital, butobarbital, siklobarbital,
heksobarbital,dll.
2. Golongan benzodiazepine, seperti flurazepam, nitrazepam, flunitrazepam dan
triazolam.
3.Golongan alcohol dan aldehida, seperti klralhidrat dan turunannya serta
paraldehida.
4.Golongan bromide, seperti garam bromide ( kalium, natrium, dan ammonium )
dan turunan ure seperti karbromal dan bromisoval.
5. Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida ) dan metaqualon.Q
4. Obat Antikonvulsan
Obat mencegah & mengobati bangkitan epilepsi.
Contoh : Diazepam, Fenitoin,Fenobarbital, Karbamazepin, Klonazepam.
7. Antipiretik
Adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh.
8. Obat Antimigrain
Obat yang mengobati penyakit berciri serangan-serangan berkala dari nyeri hebat
pada satu sisi.
11. Neuroleptika
Obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis (jiwa) tertentu tanpa menekan
fungsi-fungsi umum seperti berfikir dan berkelakuan normal.Obat ini digunakan
pada gangguan (infusiensi) cerebral seperti mudah lupa, kurang konsentrasi dan
vertigo.Gejalanya dapat berupa kelemahan ingatan jangka pendek dan
konsentrasi, vertigo, kuping berdengung, jari-jari dingin, dan depresi.
12.Obat Antiepileptika
Obat yang dapat menghentikan penyakit ayan, yaitu suatu penyakit gangguan
syaraf yang ditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya disertai perubahan-
perubahan kesadaran.
Penyebab antiepileptika : pelepasan muatan listrik yang cepat, mendadak dan
berlebihan pada neuron-neuron tertentu dalam otak yang diakibatkan oleh luka di
otak( abses, tumor, anteriosklerosis ), keracunan timah hitam dan pengaruh obat-
obat tertentu yang dapat memprovokasi serangan epilepsi.
Penggolongan
1. Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hamper semua
jenis epilepsi. Contoh fenitoin.
2. Golongan barbiturat, sangat efektif sebagi anti konvulsi, paling sering
digunakan pada serangan grand mal. Contoh fenobarbital dan piramidon.
3. Golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif dan
anti konvulsif.
4. Golongan benzodiazepine, memiliki khasiat relaksasi otot, hipnotika dan
antikonvulsiv yang termasuk golongan ini adalah desmetildiazepam yang
aktif,klorazepam, klobazepam.
5. Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsy umum tetapi
kurang efektif terhadap serangan psikomotor. Efek anti konvulsi asam valproat
didasarkan meningkatkan kadar asam gama amino butirat acid.
13.Obat Antiemetika
Obat untuk mencegah / menghentikan muntah akibat stimulasi pusat muntah yang
disebabkan oleh rangsangan lambung usus, melalui CTZ (Cheme Receptor
Trigger Zone) dan melalui kulit otak
Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit Parkison yang ditandai dengan
gejala tremor, kaku otot,gangguan gaya berjalan, gannguan kognitif, persepsi, dan
daya ingat. Penyakit ini terjadi akibat proses degenerasi yang progresif dan sel-sel
otak sehingga menyebabkan terjadinya defisiensi neurotransmitter yaitu dopamin.
Penggolongan
Berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi :
1. Obat anti muskarinik, seperti triheksifenidil/ benzheksol, digunakan pada
pasien dengan gejala ringan dimana tremor adalah gejala yang dopamin.
2. Obat anti dopaminergik, seperti levodopa, bromokriptin. Untuk penyakit
Parkinson idiopatik, obat pilihan utama adalah levodopa.
3. Obat anti dopamine antikolinergik, seperti amantadine.
4. Obat untuk tremor essensial, seperti haloperidol, klorpromazine, primidon
1. Fenitoin + Amiodaron
Kadar plasma fenitoin meningkat sehingga terjadi toksisitas bila dosis fenitoin
tidak dikurangi.Sebaliknya kadar plasma amiodaron menurun.
Mekanisme :
2. Fenitoin + Antikoagulan
Kadar serum fenitoin ditingkatkan oleh dikoumarol dan warfarin.
Fenitoin mengurangi efek antikoagulan dikoumarol tapi meningkatkan efek
warfarin.
Mekanisme :
Mekanisme interaksi kompleks.
Dikoumarol menghambat metabolisme fenitoin di hati mengurangi ekskresi.
Fenitoin meningkatkan metabolisme dikoumarol, mengurangi metabolisme
warfarin.
Fenitoin juga mempunyai efek depresi pada hati yang menurunkan produksi
faktor pembekuan darah.
3. Fenitoin + Barbiturat
Perubahan kadar plasma fenitoin (meningkat atau menurun) dapat terjadi
bila digunakan fenobarbital, tapi kontrol kejang baisanya tidak terlalu
terpengaruh.
Intoksikasi fenitoin tampak setelah pemutusan fenobarbital.
Peningkatan kadar fenobarbital dapat terjadi bila ditambahkan fenitoin pada terapi
dengan fenobarbital.
Mekanisme :
metabolisme fenitoin :
Mekanisme :
5. Fenitoin + Kloramfenikol
Kadar plasma fenitoin meningkat oleh kloramfenikol Toksisitas bisa terjadi
kalau dosis fenitoin tidak diturunkan.
Mekanisme :
BAB 4
OBAT ANTIHISTAMIN
C. ANTIHISTAMIN
Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja
histamine dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi
reseptor H1, H2 dan H3. Efek antihistamin bukanlah suatu reaksi antigen-antibodi
karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek histamin yang sudah terjadi.
Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi histamin.
Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara kompetitif (bersaing)
interaksi histamin dengan reseptor histaminrgik. Berdasarkan hambatan pada
reseptor khas histaminrgik, antihistamin dibagi menjadi tiga kelompok yakni:
1. Antagonis H1 terutama digunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi
alergi
2. Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada
pengobatan penderita tukak lambung
3. Antagonis H3 belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam proses
penelitian lebih lanjut. Untuk pembahasan selanjutnya dalam modul ini mengenai
hubungan struktur aktivitas hanya akan membahas mengenai antagonis H1 dan
antagonis H2.
1. Antagonis H1
Antagonis H1 sering disebut juga antihistamin klasik, adalah senyawa yang dalam
kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan
yang mengandung reseptor H1. Digunakan untuk ; alergi, antiemetic, antimabuk,
antiparkinson, antibatuk, sedative, antipsikotik, dan anastesi setempat.
5. Turunan fenotiazin
Selain mempunyai efek antihistamin, golongan ini juga mempunyai aktivitas
tranquilizer, serta dapat mengadakan potensiasi dengan obat analgesik dan sedatif.
Hubungan struktur antagonis H1 turunan fenontiazin dijelaskan sebagai berikut :
a. Prometazin, merupakan antihistamin H1 dengan aktivitas cukupan dengan masa
kerja panjang.
b. Metdilazin
c. Mekuitazin. Antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja panjang dan digunakan
untuk memperbaiki gejala alergi
d. Oksomemazin, mekanismenya sama seperti mekuitazin
e. Pizotifen hydrogen fumarat, sering digunakan sebagai perangsang nafsu makan.
6. Antagonis H1 (AH1) Generasi Kedua
AH1 generasi pertama (klasik) pada umumnya menimbulkan efek samping sedasi
dan mempunyai efek seperti senyawa kolinergik dan adrenergic yang tidak
diinginkan. Oleh karena itu dikembangkan AH1 generasi kedua. Contoh senyawa
AH1 generasi kedua adalah terfenadin, feksofenadin, astemizol, sefarantin,
loratidin, setirizin, akrivastin, taksifilin, dan sodium kromolin. Karakteristik dari
senyawa AH1 generasi kedua tersebut diuraikan sebagai berikut.
1. Terfenadin merupakan AH1 selektif yang relatif tidak menimbulkan efek sedasi
dan antikolinergik. Senyawa tidak berinteraksi dengan reseptor α dan β
adrenergik, karena tidak mampu menembus sawar darah otak. Terfenadin efektif
untuk pengobatan alergi rhinitis musiman, pruritik dan urtikaria kronik. Metabolit
utama terfenadin adalah feksofenadin (Allegra) yang juga merupakan AH1 yang
poten.
R = H : Terfenadin
R = OH : Feksofenadin
Ganiswara, S.G.,Setiabudy,R.,Suyatna,D.F.,Purwantyastuti,
Nafrialdi,2005,Farmakologi dan Terapi, Edisi IV,Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas IndoneSIA, Jakarta.