Sheldina Cahya Aulia (Tugas 3 Sensor Proximity)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

Nama : Sheldina Cahya Aulia

NRP : 0518140067
Kelas : D4 K3 RPL VIII 2018
SENSOR PROXIMITY

1. Sensor Proximity
Sensor proximity adalah sensor jarak yg memancarkan medan elektromagnetik dan
mencari perubahan bentuk medan elektromagnetik pada saat benda di deteksi. Contoh medan
elektromagnetik yang sering digunakan yaitu sinar infra merah. Jika benda telah terdeteksi maka
sinyal infrared tersebut akan merubah bentuk sinyal dan mengirimkan sinyal kembali ke sensor
dan memberitahukan bahwa di depan sensor terdapat benda. Target sensor yang berbeda-beda
juga membutuhkan jenis sensor proximity yang berbeda pula. Contohnya sensor fotolistrik
kapasitif akan cocok dengan target yang mempunyai benda berbahan dasar plastik sedangkan
sensor proximity induktif akan mendeteksi benda berbahan dasar logam. Fungsi Sensor
Proximity yaitu:
1. Mendeteksi suatu objek
2. Mengukur dimensi suatu objek
3. Menghitung banyaknya objek
4. Mendeteksi simbol, Pemeriksaan objek dan pendeteksian warna
Sensor Proximity adalah sensor atau saklar otomatis yang mendeteksi logam berdasarkan
jarak yang diperolehnya, artinya sejauhmana kedekatan objek yang dideteksinya dengan sensor,
sebab karakter dari sensor ini, mendeteksi objek yang cukup dekat dengan satuan mili meter,
umumnya sensor ini mempunyai jarak deteksi yang bermacam-macam seperti 5,7,10,12, dan 20
mm tergantung dari tipe sensor yang digunakan,semakin besar angka yang tercantum pada
tipenya,maka semakin besar pula jarak. Proximity bekerja ketika ada objek logam yang
mendekat kepadanya dengan jarak yang sangat dekat 5mm misalkan, maka sensor akan bekerja
dan menghubungkan kontaknya, kemudian melalui kabel yang tersedia bisa dihubungkan ke
perangkat lainnya seperti lampu indikator, relay dll. Pada saat sensor ini sedang bekerja atau
mendeteksi adanya logam (besi) maka akan ditandai dengan lampu kecil berwarna merah atau
hijau yang ada dibagian atas sensor, sehinggamemudahkan kita dalam memonitor kerja sensor
deteksinya, selain itu sensor ini mempunyai tegangan kerja antara 10-30 Vdc.
Sensor Proximity mendeteksi kehilangan magnetik karena arus yang dihasilkan pada
permukaan konduktif oleh medan magnet eksternal. Medan magnet AC dihasilkan pada koil
deteksi, dan perubahan impedansi akibat arus yang dihasilkan pada objek logam terdeteksi.
Metode lain termasuk Sensor pendeteksi Aluminium, yang mendeteksi komponen fase frekuensi,
dan Sensor Semua Logam, yang menggunakan koil yang berfungsi untuk mendeteksi hanya
komponen yang berubah dari impedans. Ada juga Sensor Pulsa-respons, yang menghasilkan
arus eddy dalam pulsa dan mendeteksi perubahan waktu pada arus eddy dengan tegangan yang
diinduksi dalam koil.
Gambar 1. Sensor Proximity
2. Jenis-Jenis Sensor Proximity
a. Sensor Proximity Induktif
Sensor Induktif ini mendeteksi target besi, baja ringan idealnya lebih tebal dari
satu milimeter. Mereka terdiri dari empat komponen utama: inti ferit dengan kumparan,
osilator , pemicu Schmitt , dan penguat output. Jika sensor memiliki konfigurasi
normal open , outputnya adalah sinyal ON ketika target memasuki zona penginderaan.
Dengan biasanya tertutup , outputnya adalah sinyal OFF dengan hadir target. Output
kemudian dibaca oleh unit kontrol eksternal (PLC - Progammable Logic Control,
pengontrol gerak, smart drive) yang mengubah status on dan off sensor menjadi
informasi yang dapat digunakan. Sensor induktif biasanya diberi peringkat
berdasarkan frekuensi, atau siklus hidup / mati per detik. Kecepatan mereka berkisar
dari 10 hingga 20 Hz di ac, atau 500 Hz hingga 5 kHz di dc. Karena keterbatasan
medan magnet, sensor induktif memiliki rentang penginderaan yang relatif sempit -
dari fraksi milimeter hingga rata-rata 60 mm - meskipun produk khusus dengan rentang
yang lebih panjang tersedia.
b. Sensor Proximity Kapasitif
Sensor kedekatan kapasitif dapat mendeteksi target logam dan non-logam dalam
bentuk bubuk, butiran, cair, dan padat. Ini, bersama dengan kemampuan mereka untuk
merasakan melalui bahan-bahan nonferrous, membuatnya ideal untuk pemantauan kaca
mata, deteksi level cairan tangki, dan pengenalan level bubuk hopper. Dalam Sensor
Kapasitif, dua pelat konduksi (pada potensi yang berbeda) ditempatkan di kepala
penginderaan dan diposisikan untuk beroperasi seperti kapasitor terbuka. Udara
bertindak sebagai insulator; saat istirahat ada sedikit kapasitansi antara dua piring.
Seperti sensor induktif, pelat ini dihubungkan ke osilator, pemicu Schmitt, dan penguat
output. Ketika target memasuki zona penginderaan, kapasitansi dari dua pelat
meningkat, menyebabkan perubahan amplitudo osilator, pada gilirannya mengubah
keadaan pemicu Schmitt, dan menciptakan sinyal keluaran.
c. Sensor Proximity Fotoelektrik
Sensor fotoelektrik sangat fleksibel sehingga dapat memecahkan sebagian besar
masalah yang ditimbulkan oleh indra industri. Karena teknologi fotolistrik telah maju
begitu pesat, mereka sekarang biasanya mendeteksi target dengan diameter kurang dari
1 mm, atau dari jarak 60 m. Namun, semua sensor fotoelektrik terdiri dari beberapa
komponen dasar: masing-masing memiliki sumber cahaya emitor (Light Emitting
Diode, laser diode), fotodioda atau penerima fototransistor untuk mendeteksi cahaya
yang dipancarkan, dan elektronik pendukung yang dirancang untuk memperkuat sinyal
penerima. Emitor, kadang kadang disebut pengirim, mentransmisikan sinar cahaya
tampak atau inframerah ke penerima yang mendeteksi.
 Sensor Proximity Through Beam
Sensor fotolistrik through-beam memiliki aplikasi komersial dan industri.
Di rumah, misalnya, mereka mendeteksi penghalang di jalur pintu garasi; sensor
telah menyelamatkan banyak sepeda dan mobil dari kehancuran. Objek pada
konveyor industri, di sisi lain, dapat dideteksi di mana saja antara emitor dan
penerima, selama ada celah antara objek yang dipantau, dan lampu sensor tidak
"membakar" mereka.
 Sensor Proximity Retro Reflective
Sensor retro-reflektif memiliki jarak penginderaan fotoelektrik terpanjang
berikutnya, dengan beberapa unit yang mampu memonitor jangkauan hingga 10
m. Beroperasi serupa dengan sensor sinar-melalui tanpa mencapai jarak
penginderaan yang sama, output terjadi ketika sinar konstan rusak. Tetapi alih-
alih rumah terpisah untuk emitor dan penerima, keduanya terletak di perumahan
yang sama, menghadap ke arah yang sama. Emitor menghasilkan sinar laser,
inframerah, atau cahaya tampak dan memproyeksikannya ke reflektor yang
dirancang khusus, yang kemudian membelokkan berkas kembali ke penerima.
Deteksi terjadi ketika jalur cahaya rusak atau terganggu.
 Sensor Proximity Diffuse
Pemancar dan penerima sensor difus terletak disenor yang sama atau
housing yang sama. Tetapi target bertindak sebagai reflektor, sehingga deteksi
cahaya terpantul dari Reflektor Emitor mengirimkan seberkas cahaya (paling
sering inframerah berdenyut, terlihat merah, atau laser) yang berdifusi ke segala
arah, mengisi area deteksi. Target kemudian memasuki area dan membelokkan
bagian balok kembali ke penerima. Deteksi terjadi dan output dihidupkan atau
dimatikan (tergantung pada apakah sensor menyala atau gelap) ketika cahaya
yang cukup jatuh pada penerima. Sensor difus dapat ditemukan di wastafel
kamar mandi umum, tempat mereka mengontrol keran otomatis.
d. Sensor Proximity Ultrasonic
Sensor Ultrasonik digunakan dalam banyak proses produksi otomatis. Mereka
menggunakan gelombang suara untuk mendeteksi objek, sehingga warna dan
transparansi tidak memengaruhi mereka (meskipun tekstur ekstrim mungkin). Ini
membuatnya ideal untuk berbagai aplikasi, termasuk deteksi jangka panjang kaca
bening dan plastik, pengukuran jarak, fluida kontinu dan kontrol level butiran, dan
kertas, lembaran logam, dan susun kayu.

3. Spesifikasi Sensor Proximity


a. Jarak Sensing
Jarak sensing ini biasanya tertara pada spesifikasi semua sensor proximity yang
harus dipenuhi karna jika tidak dipenuni maka sensor tidak akan mensensing atau
mendeteksi jika ada barang yang lewat, jarak sensing biasanya antar 4 mm - 25 mm
dimana satuan milimiter karna jaraknya dekat dan biasanya ini digunakan untuk
menghitung RPM motor, jadi jarak yang harus disetting tidak boleh melebihi 4mm tapi
tenang ada nilai histerisisnya.

Gambar 2. Jarak Sensing


Dari gambar diatas maka ditentukan rumus jika sobat punya proximity dengan jarak
sensing 4 mm :
SN = 4 mm
SA = 4 x 70 %
= 4 x 0.7
= 2.8 mm
Jadi setting jaraknya di 2.8mm agar ketika bendanya bisa bergerak antara 0 - 4 mm
dimana 0 adalah nilai minimum dan 4 adalah nilai maximusnya.
b. Histerisis
Histerisis adalah persentase jarak ( Plus dan Minus ) biasanya tertara Maksimum
10% dari jarak sensing yang dimaksud adalah nilai bawah dan nilai atasnya dari jarak
sensingnya, jika sobat mempunyai sensor proximity dengan jarak sensingnya 4mm
maka Histerisisnya perhitunganya sebagai berikut :
Jarak Sensing = 4 mm
Histerisi = 10% x 4
= 0.1 x 4
= 0.4 mm
Dari nilai di atas ketemu dengan nilai 0.4 mm maka Histerisinya adalah maksimum
jarak sensingnya 4 + 0.2 = 4.2 mm dan minimumnya adalah 4 - 0.2 = 3.8 mm.
c. Target sensing Standart
Target sensing standart adalah besar atau ukuran benda yang direkomendasikan
untuk tipe Sensor Proximity sensor tersebut biasanya tertara 12x12x1mm(iron) dengan
hormat HxWxD bahan Iron jika tidak tau HxWxD maka indonesianya Tinggi x Lebar
x Tebal bahanya besi.
d. Catu daya ( Tegangan Operasi )
Catu Daya pada proximity sensor biasanya antara 12 - 24VDC dengan batasan
range (10 - 30VDC).
e. Frekuensi Respon
Frekuensi Respone adalah nilai rata-rata. Target sensing standart digunakan
dengan lebar yang diset dua kali dari target sensing standart dan 1/2 kali dari jarak
sensing.

f. Connection
Koneksi ini terdapat 2 wire atau 3 wire berikut penjelasanya dan gambarnya:

Gambar 3. Koneksi Tiga Wire


Diatas terdapat 2 type dimana NPN atau PNP untuk Koneksi 3 Wire, Jika memilih
NPN maka akan keluar output OV dan harus memilih perangkat yang bisa membaca
0V dan sebaliknya jika PNP maka akan keluar 24V dan harus mencari perangkat yang
bisa membaca 24VDC.

Gambar 4. Koneksi Dua Wire


Diatas koneksi 2 wire perbedaanya hanya diwiringnya yang untuk ini keluar 2 kabel
dan untuk pembacaanya harus dilooping dahulu atau diputar dahulu jadi jika sobat
membacanya dengan pulse meter maka dari power 24VDC masuk ke Pulse meter
keluar pulse meter > Proximity > Proximity > 0V.

4. Wiring Sensor Proximity


a. Sensor Tiga Kabel
Umumnya sensor yang dipakai sebagai input PLC memiliki 3 kabel. Sensor
dengan 3 kabel terdiri atas 2 kabel sebagai sumber yaitu positif (Brown) dan negatif
(Blue) dan 1 kabel signal (Black).
Gambar 5. Sensor Tiga Kabel
Gambar di bawah adalah contoh rangkaian dari sensor. Pada sensor NPN, setelah
tegangan diberikan pada kaki Brown dan Blue, maka Output pada kaki Black ke Blue
adalah 24V walaupun sensor belum mendeteksi apa pun (lingkaran merah) lalu akan
berubah menjadi 0 (Nol) saat mendeteksi objek. Sedangkan pada sensor jenis PNP
berlaku sebaliknya (lengkaran biru).

Gambar 6. Rangkaian Sensor NPN dan PNP Tiga Kabel


Load/beban adalah pin terminal input yang akan diaktifkan. Dari gambar tersebut
dapat dilihat bahwa sensor sinking (NPN) rangkaian sensor mendapatkan aliran arus
dari Load, sedangkan sensor source rangkaian sensor lah yang memberikan arus
kepada Load. Secara lebih lengkap, sensor singking memiliki prinsip kerja menyerupai
transistor NPN, yaitu saat sensor mendeteksi objek maka Switch main circuit
memberikan arus Basis, sehingga arus listrik akan mengalir dari sisi positive sumber
tegangan melewati Load kemudian melalui transistor untuk menuju sisi negatif sumber
tegangan. Pada sensor sourcing (PNP), arus dari sumber tegangan positif melalui
transistor lebih dulu, kemudian melewati Load untuk sampai di sisi negatif sumber
tegangan.

Gambar 7. Rangkaian Sensor NPN dan PNP Tiga Kabel


Dengan prinsip di atas, pada penyambungan sensor NPN dibutuhkan Common
positif pada input PLC, sehingga saat sensor mendeteksi maka arus mengalir dari catu
daya positif menuju Common yang akan melalui rangkaian optocoupler input
kemudian keluar melalui port modul input dan selanjutnya melalui kabel Black masuk
ke rangkaian sensor hingga berakhir di negative catu daya melalui kabel Blue. Pada
sensor PNP dibutuhkan Common negative pada input PLC, sehingga saat sensor
mendeteksi maka arus mengalir dari catu daya positif melalui kabel Brown ke
rangkaian sensor. Selanjutnya arus keluar dari sensor melalui kabel Black ke input PLC
yang dituju. Arus dari baterai menuju Common yang akan melalui rangkaian
optocoupler input kemudian keluar melalui port Common dan selanjutnya melalui
kabel Black masuk ke rangkaian sensor hingga berakhir di negatif catu daya melalui
kabel Blue.

Gambar 8. Wiring NPN dan PNP Tiga Kabel

b. Sensor Dua Kabel


Selain memiliki 3 kabel, beberapa jenis sensor juga ada yang memiliki 2 kabel yaitu
Brown dan Blue. Sensor dengan 2 kabel memiliki nilai ekonomis atau harganya lebih
murah dibanding sensor dengan 3 kabel.
Gambar 9. Sensor Dua Kabel

Saat menggunakan modul input sinking (common negative), Brown akan dihubungkan
dengan positive sumber tegangan, sedangkan Blue pada terminal pin modul input PLC
(Load). Sedangkan saat menggunakan modul input sourcing (common positive), Blue
akan dihubungkan dengan negative sumber tegangan, Brown sedangkan pada terminal
pin modul input PLC (Load). Penyambungan sensor 2 kabel pada modul input PLC
ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 10. Penyambungan Dua Kabel pada Modul Input PLC


5. Aplikasi Sensor Proximity
1. Metal Detector

2. Sensor Kapasitif Smartphone


3. Sensor pada Kran Otomatis

4. Sensor Parkir

Anda mungkin juga menyukai