Anda di halaman 1dari 25

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih terletak

dijalan raya kamwolker waena perumnas tiga.Fakultas Ekonomi dan Bisnis

memiliki tiga jurusan yaitu ; Jurusan Ilmu Ekonomi dan Stuti Pembangunan,

Jurusan Akutansi, dan Jurusan Manajemen. Jumlah keseluruhan mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebanyak 1.483 mahasiswa reguler maupun

ekstensi yang terdiri dari angkatan 2013 sebanyak 352 mahasiswa angkatan

2014 sebanyak 367 mahasiswa, angkatan 2015 sebanyak 374 mahasiswa dan

angkatan 2016 sebanyak 390 mahasiswa.

4.2 Hasil Penelitian

1. Karaktersitik Responden

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan umur, Jenis Kelamin dan


Jurusan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan bisnis Universitas
Cenderawasih
Karakteristik responden Frekuensi (n) Persen (%)
Umur
>20 Tahun 11 36.7
< 21 Tahun 19 63.3
Jenis Kelamin
Laki-laki 30 100.0
Jurusan
Akuntansi 13 43.3
Manajemen 17 56.7
Sumber : Data Primer 2017
2

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden paling banyak

dengan umur < 20 Tahun sebanyak 19 (63,3%) responden, sedangkan usia

> 20 tahun sebanyak 11 (36,7%) responden.

Berdasarkan Jenis kelamin diketahui bahwa semua responden

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 30 (100.0%) responden.

Berdasarkan Jurusan diketahui bahwa responden paling banyak

yaitu jurusan Manajemen sebanyak 17 (56.7%), sedangkan responden

jurusan Akuntansi sebanyak 13 (43.3%) responden.

2. Data Perilaku Merokok, Dampak Merokok, Status kepribadian,

Sikap Permisif Orangtua, Pengaruh Teman dan Keterpaparan

Informasi Iklan

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan Perilaku Merokok, Dampak


Merokok. Status kepribadian, Sikap Permisif Orangtua,
Pengaruh Teman dan Keterpaparan Informasi Iklan mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih
Perilaku Merokok Frekuensi (n) Persen (%)
Perokok Aktif 11 36.7
Coba-Coba 19 63.3
Dampak Merokok
Ada 21 70.0
Tidak Ada 9 30.0
Status Kepribadian
Ya 16 53.3
Tidak 14 46.7
Sikap Permisif Orangtua
Mempengaruhi 14 46.7
Tidak mempengaruhi 16 53.3
Pengaruh Teman
Ada 14 46.7
Tidak Ada 16 53.3
3

Keterpaparan Informasi Iklan


Jarang Terpapar 10 33.3
Sering Tertapapr 20 66.7
Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa perokok aktif sebanyak

11 (36,7%), dan yang coba-coba 19 (63,3%).

Berdasarkan dampak merokok, yang ada dampak sebanyak 21

(70,0%) responden, sedangkan yang tidak ada dampak sebanyak 9

(30,0%).

Berdasarkan status kepribadian yang ada sebanyak 16 (53.3%)

responden, sedangkan yang tidak ada sebanyak 14 (46.7%).

Berdasarkan sikap permisif orangtua, yang mempengaruhi

sebanyak 14 (46.7%) responden, sedang yang tidak mempengaruhi

sebanyak 16 (53,3%) responden.

Berdasarkan pengaruh teman, yang ada pengaruh sebanyak 14

(46.7%) responden dan yang tidak ada pengaruh sebanyak 16 (53,3%)

responden.

Berdasarkan keterpaparan informasi iklan, yang sering terpapar

sebanyak 10 (33,3%) responden dan yang jarang terpapar sebanyak 20

(60,70%) responden.

3. Analisa Bivariat

a. Hubungan antara Keterpaparan informasi iklan, Pengaruh teman, Sikap


permisif orangtua dan kepribadian dengan Perilaku merokok
Tabel 4.3 Hubungan antara Keterpaparan informasi iklan, Pengaruh
teman, Sikap permisif orangtua dan kepribadian dengan
4

Perilaku merokok mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Cenderawasih
Perilaku Merokok
Ada Coba-coba P-Value
n % n %
Keterpaparan Informasi Iklan
Jarang Terpapar 5 16.7 5 16.7
0.284
Sering Terpapar 6 20.0 14 46.7
Pengaruh Teman
Ada 9 30.0 5 16.7
0.003
Tidak Ada 2 6.7 14 46.7
Sikap Permisif Orangtua
Mempengaruhi 8 26.7 6 20.0
0.029
Tidak Mempengaruhi 3 10.0 13 43.3
Kepribadian
Ya 9 30.0 7 23.3
0.017
Tidak 2 6.7 12 40.0
Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hubungan antara

keterpaparan informasi dengan perilaku merokok, perilaku tidak

merokok paling sering terpapar sebanyak 14 (46.7%) responden,

sedangkan perilaku merokok yang jarang terpapar sebanyak 5(16.7%)

responden. Hasil uji chi square diperoleh nilai p-value = 0.028. Maka

dapat disimpulkan ada pengaruh antara keterpaparan iklan dengan

perilaku merokok.

Berdasarkan pengaruh teman diketahui bahwa yang perokok

aktif sebanyak 9 (30.0%) responden, sedangkan responden yang tidak

terpengaruh teman dengan yang coba-coba sebanyak 14 (46.7%). Hasil

uji chi square diperoleh nilai p-value = 0.003, dapat disimpulkan ada
5

pengaruh yang signifikan antara pengaruh teman erhadap perilaku

merokok.

Berdasarkan sikap permisif orangtua diketahui yang

mempengaruhi perilaku merokok sebanyak 8 (26.7%), sedangkan yang

tidak mempengaruhi dengan perilaku merokok coba-coba sebanyak 13

(43.3%) responden. Hasil uji chi square diketahui nilai p-value = 0.029,

artinya ada pengaruh antara sikap permisif orang tua terhadap perilaku

merokok mahasiswa.

Berdasarkan kepribadian, perokok aktif sebanyak 9 (30.0%),

sedangkan perokok coba-coba yang tidak dipengaruhi kepribadian

sebanyak 12 (40.0%) responden. Hasil uji chi-square diperoleh nilai p-

value = 0.017, artinya ada pengaruh kepribadian terhadap perilaku

merokok.

b. Hubungan antara Keterpaparan informasi iklan, Pengaruh teman, Sikap

permisif orangtua dan kepribadian dengan Dampak merokok

Tabel 4.3 Hubungan antara Keterpaparan informasi iklan, Pengaruh


teman, Sikap permisif orangtua dan kepribadian dengan
Dampak merokok mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Cenderawasih
Dampak Merokok
P-Value
Ada Tidak Ada
n % n %
Keterpaparan Informasi Iklan
Jarang Terpapar 8 26.7 2 6.7
0.398
Sering Terpapar 13 43.3 7 23.3
Pengaruh Teman
Ada 9 30.3 5 16.7
0.523
Tidak Ada 12 40.0 4 13.3
Sikap Permisif Orangtua
6

Mempengaruhi 9 30.3 5 16.7


0.523
Tidak Mempengaruhi 12 40.0 4 13.3
Kepribadian
Ada 10 33.3 6 20.0
0.338
Tidak Ada 11 36.7 3 10.0
Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hubungan antara

keterpaparan informasi iklan dengan Dampak merokok, sering terpapar

mengalami dampak merokok paling bayak yaitu dampak merokok

paling sering terpapar sebanyak 13 (43.3%) responden, sedangkan

dampak merokok yang jarang terpapar sebanyak 8 (26.7%) responden.

Hasil uji chi square diperoleh nilai p-value = 0.398. Maka dapat

disimpulkan tidak ada pengaruh antara keterpaparan iklan dengan

dampak merokok.

Berdasarkan pengaruh teman diketahui bahwa dampak merokok

paling banyak ada pengaruh teman yaitu 9 (30.0%) responden,

sedangkan responden yang tidak terpengaruh teman sebanyak 14

(46.7%). Hasil uji chi square diperoleh nilai p-value = 0.523, dapat

disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara pengaruh teman

terhadap dampak merokok.

Berdasarkan sikap permisif orangtua diketahui yang tidak

mempengaruhi perilaku dampak merokok sebanyak 12 (40.0%),

sedangkan yang mempengaruhi dampak merokok 9 (30.3%) responden.

Hasil uji chi square diketahui nilai p-value = 0.523, artinya tidak ada
7

pengaruh antara sikap permisif orang tua terhadap dampak merokok

mahasiswa.

Berdasarkan kepribadian, dampak merokok yang paling banyak

tidak ada pengaruh terhadap kepribadian sebanyak 11 (36.7%),

sedangkan dampak merokok yang mempengaruhi kepribadian sebanyak

10 (33.3%) responden. Hasil uji chi-square diperoleh nilai p-value =

0.338, artinya tidak ada pengaruh dampak merokok terhadap

kepribadian.
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Interprestasi dan Diskusi Hasil

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden paling

banyak dengan umur < 20 Tahun sebanyak 19 (63,3%) responden,

sedangkan usia > 21 tahun sebanyak 11 (36,7%) responden. Tabulasi

silang antara umur dengan perilaku merokok diketahui bahwa responden

paling banyak perokok aktif dengan usia > 21 tahun. Pada usia tersebut

biasanya mahaiswa semakin bergaul dengan teman baik teman kuliah

maupun dilingkungan mereka tinggal. Mahasiswa menjadi perokok aktif

dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya teman, perhatian orang

tua dan lingkungan. Sementara usia dibawah 20 tahun dengan jumlah

perokok aktif paling sedikit.

Hasil uji chi-square diperoleh data bahwa tidak ada pengaruh umur

terhadap perilaku meroko maupun dampak merokok.

Berdasarkan Jenis kelamin diketahui bahwa semua responden

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 30 (100.0%) responden. Hal tersebut

dikarenakan seluruh respon adalah laki-laki. Perilaku merokok paling

banyak biasa pada mahasiswa dengan jenis kelamin laki-laki, sementara

mahasiswa perempuan biasanya pinang dari pada merokok.

8
9

Hasil uji chi square d iketahui bahwa tidak ada pengaruh antara

jenis kelamin dengan perilaku merokok maupun dampak merokok bagi

mahasiswa.

Berdasarkan Jurusan diketahui bahwa responden paling banyak

yaitu jurusan Manajemen sebanyak 17 (56.7%), sedangkan responden

jurusan Akuntansi sebanyak 13 (43.3%) responden. Hal ini disebabkan

karena pada jurusan manajemen mahasiswa laki-laki lebih banyak dari

perempuan, sedangkan pada jurusan akuntansi mahasiswa dengan jenis

kelamin perempuan lebih banyak dari laki-laki. Dalam penelitian ini

peneliti juga hanya meneliti mahasiswa laki-laki yang meroko sehingga

diperoleh data semua responden berjenis kelamin laki-laki.

Hasil uji chi square diketahui tidak ada pengaruh jenis kelamin

tehadap perilaku merokok mahasiswa.

2. Hubungan Sikap Permisif Orang Tua Dengan Perilaku Merokok

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih

Berdasarkan sikap permisif orangtua, yang mempengaruhi perilaku

merokok sebanyak 14 (46.7%) responden, sedang yang tidak

mempengaruhi sebanyak 16 (53,3%) responden. Berdasarkan sikap

permisif orangtua diketahui yang mempengaruhi perilaku merokok

sebanyak 8 (26.7%), sedangkan yang tidak mempengaruhi dengan perilaku

merokok coba-coba sebanyak 13 (43.3%) responden. Hasil uji chi square

diketahui nilai p-value = 0.029, artinya ada pengaruh antara sikap permisif

orang tua terhadap perilaku merokok mahasiswa.


10

Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh

dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang

menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.

Sedangkan pengertian orang tua diatas, tidak terlepas dari pengertian

keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang

sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah,

ibu dan anak-anak. Dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada dua

individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu.

Orang tua memegang peranan utama dan pertama bagi kepribadian

remaja karena mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan

tugas mulia yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan. Dosen

di kampus merupakan pendidik yang kedua setelah orang tua di rumah.

Mahasiswi merupakan insan yang masih perlu dididik atau diasuh oleh

orang yang lebih dewasa dalam hal   ini adalah ayah dan ibu. Jika orang

tua sebagai pendidik yang pertama dan utama ini tidak berhasil meletakan

dasar kepribadian yang baik maka akan sangat berat untuk berharap

kampus mampu membentuk mahasiswi mempunyai perilaku yang baik

(Gunarsa dalam Soerjono Soekanto, 2004).

Salah satu temuan tentang mahasiswa perokok adalah bahwa anak-

anak muda ini berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang

tua tidak begitu memperhatikan anak - anaknya. Orang tua yang

memberikan hukuman fisik yang lebih keras lebih mudah untuk menjadi

perokok dibandingkan anak-anak muda yang berasal dari lingkungan


11

rumah tangga yang bahagia. Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Cenderawasih yang bukan perokok sebagian menyatakan

berasal dari rumah tangga yang bahagia dan orang tua yang senantiasa

memperhatikan anak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Musdalifah dan

Setijadi (2011), tentang latar belakang pendidikan, stress, orang tua, teman

dan iklan dan perilaku merokok. Hasil penelitian menunjukkan ada

pengaruh orang tua terhadap perilaku merokok pada mahasiswa Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih.

3. Hubungan antara Pengaruh Teman dengan Perilaku Merokok pada

mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih.

Berdasarkan pengaruh teman, yang ada pengaruh sebanyak 14

(46.7%) responden dan yang tidak ada pengaruh sebanyak 16 (53,3%)

responden. Pengaruh teman diketahui bahwa yang perokok aktif sebanyak

9 (30.0%) responden, sedangkan responden yang tidak terpengaruh teman

dengan yang coba-coba sebanyak 14 (46.7%). Hasil uji chi square

diperoleh nilai p-value = 0.003, dapat disimpulkan ada pengaruh yang

signifikan antara pengaruh teman erhadap perilaku merokok.

Bagi remaja, rokok dan alcohol merupakan lambang kematangan.

Hal tersebut disampaikan oleh Hurlock berdasarkan fenomena di Amerika.

Tetapi menurut norma yang berlaku di Indonesia lebih memandang bahwa

remaja khususnya remaja yang masih berada diusia sekolah melakukan

aktivitas merokok diidentikan sebagai anak yang nakal (Hurlock, 2002).


12

Hampir  semua  orang  mulai  merokok dengan alasan yang sedikit

sekali kaitannya dengan kenikmatan. Dalam pikiran remaja, rokok

merupakan lambang kedewasaan. Sebagai seorang remaja mereka

menggunakan berbagai cara agar terlihat dewasa. Untuk membuktikannya

mereka melakukan dengan sadar melakukan kebiasaan orang dewasa yakni

merokok. Remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan

oleh orang dewasa, dengan sembunyi-sembunyi remaja pria mencoba

merokok karena seringkali mereka melihat orang dewasa melakukannya

(Hariyadi, 2007). Alasan utama menjadi perokok adalah karena ajakan

teman- teman yang sukar ditolak, selain itu juga, ada juga pelajar pria

mengatakan bahwa pria menjadi perokok setelah melihat iklan rokok. Ini

berarti bahwa tindakan merokok diawali dari adanya suatu sikap, yaitu

kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak, setuju atau tidak

setuju terhadap respon yang dating dari luar, dalam hal ini adalah rokok.

Orang melihat rokok atau melihat orang lain merokok, kemudian ia

berpikiran bias saja orang tertarik (setuju) atau tidak tertarik (tidak setuju),

hal ini akan terjadi pada setiap orang. Orang yang setuju, ada

kecenderungan akan melakukannya atau menirunya, bagi yang tidak setuju

tentu kencenderungannya akan menghindari. Namun ada kecenderungan

lain, yaitu dalam hati ia tidak setuju, tetapi kenyataannya ia melakukannya

(merokok). Hal ini tentu ada factor lain yang mempengaruhinya. Di sinilah

terjadinya kontradiksi antara sikap dan perbuatan.


13

Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih

yang tidak perokok menyatakan teman-temannya yang bukan perokok

mendukung mereka untuk tidak merokok karena dorongan dari teman-

teman sehinga mereka semua bukan perokok.

Hasil  penelitian  ini  sesuai  dengan  penelitian Komalasari dan

Helmi (2011), yang meneliti tentang faktor - faktor yang mempengaruhi

perilaku merokok. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh lingkungan

teman sebaya terhadap perilaku merokok pada remaja SMU 9 Yogyakarta.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan ada pengaruh teman

sebaya terhadap perilaku merokok mahasiswa Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Cenderawasih.

4. Hubungan antara Kepribadian dengan Perilaku Merokok pada

mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih

Berdasarkan status kepribadian yang ada sebanyak 16 (53.3%)

responden, sedangkan yang tidak ada sebanyak 14 (46.7%). Hasil

penelitian kepribadian, perokok aktif sebanyak 9 (30.0%), sedangkan

perokok coba-coba yang tidak dipengaruhi kepribadian sebanyak 12

(40.0%) responden. Hasil uji chi-square diperoleh nilai p-value = 0.017,

artinya ada pengaruh kepribadian terhadap perilaku merokok.

Remaja merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan

diri dari rasa sakit fisik atau jiwa serta membebaskan diri dari kebosanan.

Remaja yang berisiko tinggi adalah remaja-remaja yang memiliki sifat

pemuasaan segera, kurang mampu menunda keinginan, merasa kosong dan


14

mudah bosan, mudah cemas, gelisah, dan depresif. Hal ini diperkuat

dengan hasil penelitian dari CASA (Columbian University`s National

Center On Addiction and Substance Abuse), remaja perokok memiliki

risiko dua kali lipat mengalami gejala-gejala depresi dibandingkan remaja

yang   tidak   merokok.

Para perokok aktif pun tampaknya lebih sering mengalami

serangan panic dari pada mereka yang tidak merokok. Banyak penelitian

yang membuktikan bahwa merokok dan depresi merupakan suatu

hubungan yang saling berkaitan. Depresi menyebabkan seseorang

merokok dan para perokok biasanya memiliki gejala-gejala depresi dan

kecemasan (ansietas) (Hidayat, 2007).

Setiap interaksi pergaulan yang intens kepada teman akan

membawa pengaruh. Karena sifat, sikap, tingkah laku jika bersentuhan

dengan pribadi seseorang maka akan memberikan dampak bagi orang

tersebut. Perilaku yang buruk biasanya akan lebih cepat menular kepada

pembentukan kepribadian seseorang. Ibarat penyakit menular yang akan

menjangkiti siapapun yang berada didekatnya.

Orang-orang dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki ciri-ciri

antara lain orientasinya lebih banyak tertuju keluar (lahiriah). Pikiran,

perasaan dan tindakan orang-orang dengan tipe kepribadian ekstrovert

terutama ditentukan oleh lingkungan sosial  maupun non social di luar

dirinya. Sifatnya positif terhadap masyarakat, cepat beradaptasi dengan

lingkungan, tindakan cepat dan tegas, hatinya terbuka, mudah bergaul dan
15

hubungan dengan orang lain lancar . Kelemahan orang-orang dengan tipe

kepribadian ekstrovert adalah perhatian terhadap dunia luar terlalu kuat

yang akan membuatnya tenggelam dalam dunia objektifnya,

sehingga  akan mengalami kehilangan dirinya atau asing terhadapdunia

subjektifnya. Di samping itu, mereka cenderung cepatmelakukan tindakan

tanpa pertimbangan yang matang .

Mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert, mengawali aktivitas

merokoknya sebagai aktivitas sosial. Mahasiswa dengan kepribadian

ekstrovert biasanya memulai perilaku merokoknya karena konformitas

teman sebaya dan melakukannya ditempat-tempat umum yang

memungkinkan mereka berada di area pergaulan dengan banyak orang.

Orang mencoba untuk merokok karena alas an ingin tahu atau

ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari

kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada

penggunaan obat – obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial.

Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial

lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang

memiliki skor yang rendah.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan ada pengaruh

kepribadian terhadap perilaku merokok padaMahasiswa di Fakultas

ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih.


16

5. Hubungan antara Keterpaparan Informasi Iklan dengan Perilaku

Merokok pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Cenderawasih

Berdasarkan keterpaparan informasi iklan, yang sering terpapar

sebanyak 10 (33,3%) responden dan yang jarang terpapar sebanyak 20

(60,70%) responden. Hubungan antara keterpaparan informasi dengan

perilaku merokok, perilaku tidak merokok paling sering terpapar sebanyak

14 (46.7%) responden, sedangkan perilaku merokok yang jarang terpapar

sebanyak 5(16.7%) responden. Hasil uji chi square diperoleh nilai p-value

= 0.028. Maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara keterpaparan iklan

dengan perilaku merokok.

Menurut Suyanto (2005) periklanan merupakan penggunaan media

bayaran oleh seorang penjual untuk mengkomunikasikan informasi

persuasive tentang produk (ide, barang, jasa) ataupun organisasi sebagai

alat promosi yang kuat. Iklan mempunyai berbagai macam bentuk

(industri, konsumen, merek, produk, local dan sebagainya) yang dirancang

untuk mencapai berbagai macam tujuan (penjualan seketika, pengenalan

merek, preferensi dan sebagainya).

Televisi adalah media yang sangat berpengaruh dalam hal

memberikan informasi dan ilmu. Jikatidak bias memilah-milah ilmu atau

informasi tersebut dengan baik atau tidak memberikan perhatian khusus

pada remaja yang sedang menonton maka dampak buruk dari iklan akan

terwujud. Selain dampak baik yang dapatkan ternyata dampak buruk pun
17

bias didapatkan dari iklan  ini. Iklan rokok yang begitu marak di televisi.

Tidak bias dipungkiri memiliki dampak buruk, terutama pada anak dan

remaja. Dengan maraknya iklan rokok yang dilihat oleh mahasiswa akan

memberikan rasa keingintahuan untuk mencobanya.

Menurut Mu’tadin (2002), melihat iklan di media massa dan

elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambing

kejantanan atau glamour, membuat mahasiswa seringkali terpicu untuk

mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.

Gencarnya promosi rokok mengakibatkan sebagian mahasiswa di

Universitas Cenderawasih khsususnya Fakultas ekonomi dan Bisnis

tertarik untuk merokok. Melihat iklan di media massa dan televise bahwa

merokok adalah glamour dan budaya manusia modern membuat sebagian

dari mereka menjadi perokok.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ginting (2011) tentang

pengaruh iklan terhadap perilaku merokok. Hasil penelitian menujukkan

ada pengaruh iklan terhadap perilaku merokok pada mahasiswa

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan ada pengaruh

Keterpaparan Informasi iklan terhadap perilaku merokok padaMahasiswa

di Fakultas ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih.

6. Dampak Perilaku Merokok terhadap Kesehatan

Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi

kesehatan, tetapi masih banyak orang yang melakukannya, bahkan orang


18

mulai merokok ketika dia masih remaja. Perilaku manusia adalah

aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat

diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Aktifitas

yang secara langsung dapat diamati pada remaja laki – laki adalah perilaku

merokok. Perilaku merokok adalah perilaku yang dinilai sangat merugikan

dilihat dari berbagai sudut pandang baik bagi diri sendiri maupun orang

lain disekitarnya (Aula, 2010). Menurut Levy (dalam Nasution, 2007)

perilaku merokok adalah sesuatu aktivitas yang dilakukan individu

berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang

dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Menurut Laventhal dan

Clearly ada empat tahap dalam perilaku merokok. Keempat tahap tersebut

adalah sebagai berikut: Tahapan Prepatory, Tahapan Intination (Tahapan

Perintisan Merokok), Tahap Becoming a smoker, Tahap Maintaining of

Smoking.Kandungan rokok membuat seseorang tidak mudah berhenti

merokok karena dua alasan, yaitu faktor ketergantungan atau adiksi pada

nikotin dan faktor psikologis yang merasakan adanya kehilangan suatu

kegiatan tertentu jika berhenti merokok (Aula, 2010).

Meskipun semua orang mengetahui tentang bahaya yang

ditimbukan akibat rokok, tetapi hal ini tidak pernah surut dan hampir

setiap saat dapat ditemui banyak orang yang sedang merokok bahkan

perilaku merokok sudah sangat wajar dipandang oleh para remaja,

khususnya remaja laki-laki (Susilo, 2009).


19

Orang tua bukanlah satu-satunya yang harus bertanggung jawab

terhadap tingginya perilaku merokok pada anak. Lingkungan mempunyai

andil yang sangat besar dalam membentuk perilaku seseorang. Selain

mencontoh perilaku merokok dari orang tua dan orang disekitarnya,

kemudahan untuk memperoleh rokok juga menjadi faktor pendukung anak

dan remaja menjadi perokok. Rokok hampir pasti ada di setiap warung.

Belum lagi pengaruh dari iklan rokok baik cetak maupun elektronik yang

cenderung menggiring opini remaja bahwa perokok adalah sosok yang

pemberani, tangguh dan percaya diri. Pada fase remaja ini anak berada

pada masa dimana mereka sedang mencari jati diri dan cenderung

mengikuti kelompoknya. Inilah yang kemudian mempermudah mereka

masuk menjadi perokok pemula.

Remaja perokok adalah anak- anak yang berasal dari rumah tangga

yang tidak bahagia. Orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya

dibandingkan dengan remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga

yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih

sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obat-obatan dibandingkan

dengan keluarga yang permisif. Perilaku merokok lebih banyak didapati

pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (Single Parent).

Keluarga sebagai satuan terkecil dalam masyarakat terlebih lagi

orang tua, menduduki posisi penting dalam membina dan mempersiapkan

anak dan remaja sebagai generasi Indonesia mendatang. Salah satunya

adalah peranan keluarga atau orang tua dalam memberikan informasi dan
20

mendiskusikan secara tepat dan benar tentang masalah kesehatan atau

perilaku menyimpang seperti halnya perilaku merokok terhadap putra

putrinya. Memeang menjadi suatu hal yang tidak mudah dilakukan, namun

tindakan yang bijaksana oleh semua anggota keluarga terutama dari orang

tua sangat diperlukan untuk mewujudkan komunikasi yang efektif.

Sikap positif seseorang terhadap kesehatan kemungkinan tidak

otomatis berdampak pada perilaku seseorang menjadi positif, tetapi sikap

yang negatif terhadap kesehatan hampir pasti dapat berdampak negatif

pada perilakunya. Sikap negatif mengenai merokok masih dapat berubah

bila individu mendapatkan masukan-masukan, pengalaman, atau perilaku

lingkungan positif yang tidak mendukung perilaku merokok. Sehingga

orang tua pada kondisi ini sangat berperan penting dalam memberikan

lingkungan yang positif dengan menjalankan peran dan fungsi afektif

yang harmonis atau baik.

Pelaksanaan peran dan fungsi afektif keluarga juga berpengaruh

terhadap timbulnya perilaku menyimpang pada anak. Golongan usia

remaja yang rentan terpengaruh kebiasaan merokok ini salah satunya

adalah berasal dari suasana rumah tangga yang tidak bahagia, dimana

sebagai orang tua kurang memperhatikan anak- anaknya dan suka

memberikan hukuman secara fisik yang terlalu keras. Kelompok anak ini

akan lebih mudah terpengaruh daripada anak-anak yang berasal dari

lingkungan rumah tangga yang bahagia. Sehingga bagi keluarga yang

pelaksanaan peran dan fungsi afektifnya baik maka kemungkinan anaknya


21

melakukan perilaku merokok dan meningkatnya frekuensi dan intensitas

merokok sangat rendah. Semakin baik pelaksanaan peran dan fungsi

afektif keluarga akan semakin ringan derajat merokok yang dilakukan oleh

anak sebaliknya semakin kurang pelaksanaan peran dan fungsi afektif

keluarga akan semakin berat derajat merokok yang dilakukan.

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja

merokok maka semakin besar kemungkinan teman- temannya adalah

perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua

kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-

temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri

remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok.

Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap individu, dan

kebanyakan seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan

lingkungannya yang menyebabkan seseorang tersebut ingin mencoba. Di

balik kegunaan rokok yang memberi efek santai terkandung bahaya besar

bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan

perokok. Rokok memiliki kandungan yang sangat berbahaya bahkan

masyarakat umum tahu bahwa rokok dapat membahayakan kesehatan.

Dengan adanya pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok dan poster-

poster rokok diharapkan dapat menurunkan perilaku merokok.

Beragam kalangan memandang perilaku merokok sebagian besar

mengarah bahwa rokok memiliki dampak negatif. Merokok yaitu demi

relaksasi dan ketenangan, terkandung bahaya yang sangat besar bagi


22

orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan

perokok. Rokok memiki kandungan yang sangat berbahaya. Bahkan

masyarakat umum pun mengerti bahwa rokok dapat membahayakan

kesehatan.

Dampak perilaku merokok bagi kesehatan yaitu dapat

menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan

dan janin, penyakit stroke, katarak, merusak gigi, osteoporosis, kelainan

sperma (Aula, 2010), Upaya mengatasi perilaku merokok pada

mahasiswa yaitu keputusan untuk menggurangai konsumsi rokok secara

bertahap serta dengan niat dan motivasi yang kuat untuk tidak merokok,

maka dari itu dibutuhkan suatu kesadaran yang tinggi dari masing-masing

mahasiswa, dalam hal ini pengelola asrama berperan aktif dalam

memperingatkan tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Menurut

Wetherall, 2008 ada 5 langkah berhenti merokok yaitu pertama,

tentukan sebab-sebab yang mendorong keinginan kita untuk berhenti

merokok. Kedua klasifikasikan rokok sesuai tingkat esensinya. Ketiga,

kurangi konsumsi rokok secara teratur dan bertahap. Keempat, berhenti

merokok secara total. Kelima, konsisten berhenti merokok sepanjang

waktu.

5.2 Keterbatasan Penelitian

1. Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti responden dengan jenis

kelamin laki-laki.
23

2. Pengumpulan data dalam penelitian ini hanya didasarkan hasil isian

angket sehingga dimungkinkan adanya unsur kurang objektif dalam

proses pengisian seperti adanya saling bersamaan dalam pengisian angket.

Selain itu dalam pengisian angket diperoleh adanya sifat responden

sendiri seperti kejujuran dan ketakutan dalam menjawab responden

tersebut dengan sebenarnya.

3. Pengambilan data ini menggunakan angket tertutup, akan lebih baik lagi

seandainya disertai dengan pengambilan data menggunakan angket

terbuka atau wawancara.


BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti dapat menyimpulkan

sebagai berikut:

6.1.1 Ada pengaruh Peran orang tua terhadap perilaku merokok Mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih Jayapura.

6.1.2 Ada Pengaruh Teman sebaya terhadap perilaku merokok merokok

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih

Jayapura.

6.1.3 Ada Pengaruh Kepribadian terhadap perilaku merokok merokok

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih

Jayapura.

6.1.4 Ada Pengaruh Keterpaparan Informasi Iklan terhadap perilaku

merokok merokok Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Cenderawasih Jayapura.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengingat

keterbatasan peneliti dalam penelitian ini, maka ada beberapa saran yang

perlu disampaikan peneliti sebagai berikut:

24
25

1. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

terutama mengenai bahaya dari perilaku merokok.

2. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini menunjukkan banyaknya mahasiswa yang

merokok, sehingga untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah perokok

dari mahasiswa diharapkan pihak institusi membuat kebijakan pelarangan

mahasiswa merokok di lingkungan kampus atau memberikan sarana

konsultasi bagi mahasiswa perokok yang ingin berhenti merokok.

3. Bagi peneliti Selanjutnya

Mengingat pentingnya permasalahan mengenai perilaku

merokok dikalangan mahasiswa, diharapkan untuk penelitian lebih lanjut

untuk meningkatkan analisis yang dilakukan yaitu menambah variable

independent sehingga diperoleh hasil  penelitian yang lebih akurat.

Anda mungkin juga menyukai