TUGAS INDIVIDU
ANALISIS TAPAK DAN KEBUTUHAN RUANG DI AREA PEDESTRIAN KAMPUS B UNIVERSITAS TRISAKTI
Dosen Pembimbing:
Ir.Quintarina Uniaty,MSA
Ir.Ina Krisantia,M.Si,Ph.D
Disusun Oleh :
Shafira Dwijaya F. 081001600010
1
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................................................... 3
BAB I : 1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................................................................................... 4
1.2 TUJUAN PENGAMATAN .................................................................................................................................................. 4
1.3 RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................................................................... 5
1.4 METODE PENELITIAN ...................................................................................................................................................... 5
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”
Analisis Tapak Dan Kebutuhan Ruang Di Area Pedestrian Kampus B Universitas Trisakti”.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ir.Quintarina Uniaty,MSA dan Ir.Ina Krisantia,M.Si,Ph.D selaku dosen
mata kuliah Metode Perancangan yang sudah memberikan kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan tentang jalur dan area pendestrian yang berada di
Kampus B Universitas Trisakti jalan Kyai Tapa,Grogol”
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pengertian pedestrian pedestrian berasal dari bahasa yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat
diartikan sebagi pejalan kaki atau orang yang berjalan kaki, sedangkan jalan merupakan media diatas bumi yang memudahkan manusia dalam
tujuan berjalan, maka pedestrian dalam hal ini memiliki arti pergerakan atau perpindahan orang atau manusia dari satu tempat sebagai titik tolak
ke tempat lain sebagai tujuan dengan menggunakan moda jalan kaki. Atau secara harfiah, pedestrian berarti “ person walking in the street “,
yang berarti orang yang berjalan di jalan. Namun jalur pedestrian dalam konteks perkotaan biasanya dimaksudkan sebagai ruang khusus untuk
pejalan kaki yang berfungsi sebagai sarana pencapaian yang dapat melindungi pejalan kaki dari bahaya yang datang dari kendaraan bermotor. Di
indonesia lebih dikenal sebagai trotoar, yang berarti jalur jalan kecil selebar 1,5 sampai 2 meter atau lebih memanjang sepanjang jalan umum.
Pedestrian yang terletak di Jalan Kyai Tapa,Grogol,Jakarta Barat harus mempunyai jalur pedestrian yang berfungsi sebagai penunjang
kegiatan keseharian warga kota, maka kualitas pedestrian harus memberikan dampak nilai ekonomi. Jalur pedestrian yang tidak nyaman dapat
menyebabkan terhambatnya aktivitas para warga kota dan berkurangnya kenyaman dari pejalan kaki tersebut, terlebih bagi pejalan kaki yang
memiliki kekurangan (penyandang cacat), dalam UU No. 4 pasal 10 ayat 1 Tahun 1997 tentang “penyandang cacat harus disejajarkan segala
aspek kehidupan dan penghidupan dilaksanakan melalui penyediaan aksebilitas” maka jalur pedestrian harus dibuat dengan memperhatikan
fasilitas dan sarana yang memadai dan merangkul semua masyarakatnya terlebih para penyandang cacat.Fasilitas pendukungserta pemeliharaan
yang baik merupakan salah satu nilai tambah untuk terciptanya jalur pedestrian yang ideal dan memiliki nilai estetika.
1. Mengetahui fungsi jalur pedestrian di Jalan Kyai Tapa Kampus B Universitas Trisakti.
2. Mengetahui kondisi jalur pedestrian di Jalan Kyai Tapa Kampus B Universitas Trisakti.
3. Mengetahui material jalur pedestrian di Jalan Kyai Tapa Kampus B Universitas Trisakti.
4. Mengetahui kriteria jalur pedestrian di Jalan Kyai Tapa Kampus B Universitas Trisakti.
4
1.3 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah jalur pedestrian jalur pedestrian di Jalan Kyai Tapa Kampus B Universitas Trisakti berfungsi dengan optimal?.
2. Bagaimana kondisi jalur pedestrian di Jalan Kyai Tapa Kampus B Universitas Trisakti?.
3. Bagaimana kriteria jalur pedestrian di Jalan Kyai Tapa Kampus B Universitas Trisakti?
2. Metode Antropometri
Adalah metode yang mempertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi
manusia.
3. Metode Evaluation Criteria (Evaluasi Kriteria)
Adalah metode pengkajian untuk mengetahui standar dan kriteria fasilitas-fasilitas dari suatu tempat agar berfungsi dengan baik.
5
BAB II
2.1 KAJIAN PUSTAKA
Menurut teori Shirvani Hamid, Pedestrian ways are an essential element of urban design, and they are not just part of a beautification program.
Rather, they are a comfort system as well as support element retailing and for vitality of urban spaces. A good pedestrian system reduces
dependency on automobiles in a downtown area, increases trips downtown, enchances the environment by promoting a human-scale system and
finally, helps to improve air quality. The key issue in pedestrian planning is balance, “how much to give pedestrians and how much to give
vehicles” .( PAS 368,1982 : 3).
Hamid Shirvani dalam bukunya (The Urban Design Process,1985;30) Pedestrian ways are an essential element of urban design, and they are
not just part of a beautification program. Rather, they are a comfort system as well as support element retailing and for vitality of urban spaces.
Dari teori diatas disimpulkan bahwa elemen pejalan kaki harus di sesuaikan dengan elemen-elemen dasar desain tata kota, berkaitan dengan
lingkungan kota, pola-pola aktivitas serta sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di masa mendatang.
Perubahan-perubahan rasio penggunaan jalan raya yang dapat mengimbangi dan meningkatkan arus pejalan kaki dapat dilakukan dengan
memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :
a. Pendukung aktivitas di sepanjang jalan, adanya sarana komersial seperti toko, restoran, café.
b. Street furniture berupa pohon-pohon, ramburambu, lampu, tempat duduk, dan sebagainya. Dalam perancangannya, jalur pedestrian harus
mempunyai syarat-syarat untuk dapat digunakan dengan optimal dan memberi kenyamanan pada penggunanya.
6
Area Pedestrian (Pedestrian Area)
• Area di tujukan untuk pejalan kaki yang bebas hambatan
• Atraksi untuk mendapatkan suasana saat melakukan pergerakan, baik statis maupun dinamis
• Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi keterikatan terhadap kendaraan di kawasan pusat kota, mempertinggi kualitas lingkungan
melalui sistem
• perancangan yang manusiawi, menciptakan kegiatan pedagang kaki lima yang lebih banyak dan akhirnya akan membantu kualitas udara di
kawasan tersebut.
Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan
kota.Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan lahan dan
kegiatan pendukungnya. Aktivitas pendukung tidak hanya menyediakan jalan pedestrian atau plasa tetapi juga mempertimbangkan
fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas. Meliputi segala fungsi dan aktivitas yang
memperkuat ruang terbuka public, karea aktivitas da ruang fisik saling melengkapi satu sama lain. Pendukung aktivitas tidak hanya
berupa saran pendukung jalur pejalan kaki atau plaza tapi juga fungsi elem kota yang dapat membangkitkanaktifitas seperti pusat
perbelanjaan, taman rekreasi, alun-alun, dan sebaginya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan desain activity support
adalah:
1) Adanya koordinasi antara kegiatan dengan lingkungan binaan yang dirancang.
2) Adanya keragaman intensitas kegiatan yang dihadirkan dalam suatu ruag tertentu.
3) Bentuk kegiatan memperhatikan aspek kontekstual.
4) Pengadaan fasilitas lingkungan.
5) Sesuatu yang terukur, menyangkut ukuran, bentuk dan lokasi dan fasilitas yang menampung activity support yang bertitik tolak dari skala
manusia.
7
Sistem jalur pedestrian yang baik akan mengurangi keterikatan terhadap kendaraan di kawasan pusat kota, meningkatkan penggunaan pejalan
kaki, mempertinggi kualitas lingkungan melalui sistem perancangan yang manusiawi, menciptakan kegiatan pedagang kaki lima yang lebih
banyak dan akhirnya akan membantu kualitas udara di kawasan tersebut. Jalur pedestrian selalu memiliki fasilitas-fasilitas didalamnya. Fasilitas
jalur pedestrian dapat dibedakan berdasarkan pada letak dan jenis kegiatan yang dilayani, yaitu fasilitas jalur pedestrian yang terlindung dan
fasilitas jalur pedestrian yang terbuka.
Fasilitas jalur pedestrian yang tidak terlindung / terbuka, yang terdiri dari :
1. Trotoir / sidewalk, yaitu fasilitas jalur pedestrian dengan lantai perkerasan yang terletak di kanan-kiri fasilitas jalan kendaraan bermotor.
2. Foot path / jalan setapak, yaitu fasilitas jalur pedestrian seperti gang-gang di lingkungan permukiman kampung.
8
PEDOMAN PERENCANAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA JALAN UMUM
No.032/T/BM/1999 /Lampiran No. 10 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga/No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999
9
(4) Koridor Jalur Pejalan Kaki (selain terowongan) mempunyai (2) Pemasangan bersifat tetap dan bernilai struktur.
jarak pandang yang bebas ke semua arah. (3) Cahaya lampu cukup terang sehingga apabila pejalan
(5) Dalam merencanakan lebar lajur dan spesifikasi teknik kaki melakukan penyeberangan bisa terlihat pengguna
harus memperhatikan peruntukan bagi penyandang jalan baik di waktu gelap/malan hari.
cacat. (4) Cahaya lanpu tidak membuat silau pengguna jalan lalu
lintas kendaraan.
2.1.2 Kriteria Fasiltas
Fasilitts Pejalan Kaki dapat dipasang dengan kriteria sebagai 4) Perambuan
berikut: (1) Penempatan dan dimensi rambu sesuai dengan
spesifikasi rambu
1) Jalur Pejalan Kaki (2) Jenis rambu sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan
(1) Pada tempat-tempat dimana pejalan kaki keberadaannya keadaan medan.
sudah menimbulkan konflik dengan lalu lintas kendaraan
atau mengganggu peruntukan lain, seperti taman, dan lainlain. 5) Pagar Pembatas
(2) Pada lokasi yang dapat memberikan manfaat baik dari segi (1) Apabila volume pejalan kaki di satu sisi jalan sudah > 450
keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kelancaran. orang/jam/lebar efektif (dalam meter).
(3) Jika berpotongan dengan jalur lalu lintas kendaraan harus (2) Apabila volume kendaraan sudah > 500 kendaraan/jam.
dilengkapi rambu dan marka atau lampu yang menyatakan (3) Kecepatan kendaraan > 40 km/janl.
peringatan/petunjuk bagi pengguna jalan. (4) Kecenderungan pejalan kaki tidak meggunakan fasilitas
(4) Koridor Jalur Pejalan Kaki (selain terowongan) mempunyai penyeberangan.
jarak pandang yang bebas ke semua arah. (5) Bahan pagar bisa terbuat dari konstruksi bangunan atau
(5) Dalam merencanakan lebar lajur dan spesifikasi teknik tanaman.
harus memperhatikan peruntukan bagi penyandang
cacat. 6) Marka
1) Marka hanya ditempatkan pada Jalur Pejalan Kaki
2) Lapak Tunggu penyeberangan sebidang.
(1) Disediakan pada median jalan. 2) Keberadaan marka mudah terlihat dengan jelas oleh
(2) Disediakan pada pergantian roda, yaitu dari pejalan kaki pengguna jalan baik di siang hari maupun malam hari.
ke roda kendaraan umum. 3) Pemasangan marka harus bersifat tetap dan tidak berdampak
licin bagi penguna jalan.
10
dapat berupa: pejaan kaki berpapasan tanpa terjadi berpapasan menjadi 150
Pohon pelindung, atap (mengikuti pedoman teknik cm.
lansekap) 2) Dalam keadaan ideal untuk mendapatkan lebar minimum Jalur
Atap Pejalan Kaki (W) dipakai rumus sebagai berikut:
(hal: 3 dan 4)
2.2 Kriteria Desain
Kriteria desain yang dibahas secara teknik hanya untuk Jalur Pejalan Keterangan:
Kaki, sedangkan kelengkapannya dibahas di lain tempat. P = volume pejalan kaki (orang/menit/meter)
W = lebar Jalur Pejalan Kaki.
2.2.1 Jalur Pejalan Kaki
1) Lebar efektif minimum ruang pejalan kaki berdasarkan 3) Lebar Jalur Pejalan Kaki harus ditambah, bila pada jalur tersebut
kebutuhan orang adaah 60 cm ditambah 15 cm untuk terdapat perlengkapan jalan (road furniture) seperti patok
bergoyang tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan total rambu lalu lintas, kotak surat, pohon peneduh atau fasilitas
minima untuk 2 orang pejalan kaki bergmidengul atau 2 ora ng umum lainnya.
4) Penambahan lebar Jalur Pejalan Kaki apabila dilengkapi fasilitas
dapat dilihat seperti pada Tabel 1. tersebut di bawah ini.
5) Jalur Pejalan Kaki harus diperkeras dan apabila mempunyai
perbedaan tinggi dengan sekitarnya harus diberi pembatas yang
dapat berupa kerb atau batas penghalang.
6) Perkerasan dapat dibuat dari blok beton, perkerasan aspal
atau plesteran.
7) Permukaan harus rata dan mempunyai kemiringan melintang
2-3 % supaya tidak terjadi genangan air. Kemiringan
memanjang disesuaikan dengan kemiringan memanjang jalan,
yaitu maksimum 7 %.
(Hal. 8 dan 9)
11
Hal II-9 e. Perawatan dibutuhkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kecelakaan.
B. JALUR PEDESTRIAN f. Drainase Dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman
1. Esensi maksimal 1,5 cm, mudah dibersihkan dan perletakan lubang
Jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi dijauhkan dari tepi ramp.
penyandang cacat secara mandiri yang dirancang berdasarkan
kebutuhan orang untuk bergerak aman, mudah, nyaman dan tanpa g. Ukuran
hambatan. Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searah
dan 160 cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon,
2. Persyaratan tiang rambu-rambu, lubang drainase/gorong-gorong dan benda-
a. Permukaan benda lainnya yang menghalangi.
Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus
tetapi tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada h. Tepi pengaman/kanstin/ low curb
permukaan, kalaupun terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke
1,25 cm. Apabila menggunakan karpet, maka bagian tepinya harus arah-area yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum
dengan konstruksi yang permanen. 10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.
c. Area istirahat
Terutama digunakan untuk membantu pengguna jalan penyandang
cacat dengan menyediakan tempat duduk santai di bagian tepi.
12
KRITERIA JALUR PEDESTRIAN 4. Dimensi pedestrian:
a. Dimensi pedestrian berdasarkan jumlah arah jalan:
Iswanto (2003) Mengkaji Fungsi Keamanan dan Kenyamanan – Lebar minimal sekitar 122 cm untuk jalan satu arah.
Bagi Pejalan Kaki di Jalur Pedestrian – Lebar minimal sekitar 165 cm untuk jalan dua arah.
1. Kondisi permukaan bidang pedestrian:
– Haruslah kuat, stabil, datar dan tidak licin. b. Dimensi pedestrian berdasarkan kelas jalan:
– Material yang biasanya digunakan adalah paving block,
– Jalan kelas 1, lebar jalan 20 meter, lebar pedestrian 7 meter.
batubata, beton, batako, batu alam, atau kombinasi-
– Jalan kelas 2, lebar jalan 15 meter, lebar pedestrian 3,5 meter.
kombinasi dari yang telah disebutkan.
– Jalan kelas 3, lebar jalan 10 meter, lebar pedestrian 2 meter.
2. Kondisi daerah- daerah peristirahatan:
– Sebaiknya dibuat pada jarak- jarak tertentu dan disesuaikan
c. Dimensi pedestrian berdasarkan daerah atau
dengan skala jarak kenyamanan berjalan kaki,
lingkungannya:
– Biasanya berjarak sekitar 180 meter.
3. Ukuran tanjakan (ramp): – Lingkungan pertokoan, lebar pedestrian 5 meter.
– Ramp dengan kelandaian di bawah 5% untuk pedestrian – Lingkungan perkantoran, lebar pedestrian 3,5 meter.
umum. – Lingkungan perumahan. Lebar pedestrian 3 meter.
– Ramp dengan kelandaian mencapai 3% penggunaannya lebih
praktis.Ramp dengan kelandaian 4% sampai dengan 5% 5. Sistem penerangan dan perlindungan terhadap sinar
harus memiliki jarak sekitar 165 cm. matahari:
– Ramp dengan kelandaian di atas 5% dibutuhkan desain
– Penerangan pada malam hari di sepanjang jalur pedestrian
khusus.
daya minimal yang digunakan adalah sebesar 75 Watt.
– Perlindungan terhadap sinar matahari dapat dilakukan dengan
menanam pepohonan peneduh pada jarak ter
13
BAB III
3.1 METODE YANG DIGUNAKAN
Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun produk yang sangat rinci, diharuskan berdasarkan antropometri penggunanya.
Antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh yang relevan dengan desain mengenai sesuatu yang dipakai oleh individu (Pulat &
Alexander, 1992) .
Menurut Kroemer (2010) tahapan perancangan sistem kerja dengan memperhatikan faktor antropometri adalah sebagai berikut
a. Menentukan kebutuhan perancangan dan kebutuhannya (establish requirement)
b. Mendefinisikan dan mendiskripsikan populasi pemakai
c. Pemilihan sampel yang akan diambil datanya
d. Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil).
e. Penentuan dimensi tubuh yang akan diambil dan pemilihan persentil yang akan dipakai
f. Penyiapan alat ukur yang akan dipakai
g. Pengambilan data
h. Pengolahan data
14
1.3
Menurut Harris, Charles (1980:210-8) dalam buku Time-Saver Standards for Landscape Architecture kriteria lebar jalur pedestrian adalah
sebagai berikut:
15
Jalur Pedestrian Menurut Kebutuhan Lebar dan T
3.2 KRITERIA PEDESTRIAN MENURUT PERMEN PU
1. Kebutuhan Ruang Gerak Minimum 2. Kebutuhan Ruang Per Orang Secara Individu, Membawa
Barang Dan Kegiatan Berjalan Bersama.
Sumber: Permen PU
16
3. Ukuran Dasar Ruang
5. Jalur pada Ruas Pejalan Kaki
4. Kebutuhan Ruang
Gerak Minimum
Pejalan Kaki 6. Teknik Perencanaan Prasarana Pejalan Kaki
Berkebutuhan Khusus
17
Sumber: Permen PU
Perencanaan dan perancangan jalur pejalan kaki harus memperhatikan ruang bebas. Ruang bebas jalur pejalan kaki memiliki kriteria
sebagai berikut:
1) memberikan keleluasaan pada pejalan kaki;
2) mempunyai aksesibilitas tinggi;
3) menjamin keamanan dan keselamatan;
4) memiliki pandangan bebas terhadap kegiatan sekitarnya maupun koridor jalan keseluruhan;
dan
5) mengakomodasi kebutuhan sosial pejalan.
Spesifikasi ruang bebas jalur pejalan kaki ini yaitu sebagai berikut:
1) memiliki tinggi paling sedikit 2.5 meter;
2) memiliki kedalaman paling sedikit 1 meter; dan
3) memiliki lebar samping paling sedikit dari 0.3 meter.
Ketentuan untuk fasilitas bagi pejalan kaki berkebutuhan khusus yaitu sebagai berikut:
1) ramp diletakan di setiap persimpangan, prasarana ruang pejalan kaki yang memasuki pintu keluar masuk bangunan atau kaveling, dan
titik-titik penyeberangan;
2) jalur difabel diletakkan di sepanjang prasarana jaringan pejalan kaki; dan
3) pemandu atau tanda-tanda bagi pejalan kaki yang antara lain meliputi: tanda-tanda pejalan kaki yang dapat diakses, sinyal suara yang
dapat didengar, pesan-pesan verbal, informasi lewat getaran, dan tekstur ubin sebagai pengarah dan peringatan.
Sumber: Permen PU
18
Pada gambar disamping terlihat adanya
kebutuhan ruang pejalan kaki
berdasarkan dimensi tubuh manusia
(membawa barang dan keadaan bergerak
yaitu antara 1,35 m2 -1,62 m2.)
Sumber: Permen PU
19
BAB IV
TITIK CRUCIAL
20
KLIMATOLOGI
21
4. 2 EVALUASI PEDESTRIAN KAMPUS B UNIVERSITAS TRISAKTI
Ini adalah keadaan di jalur pedestrian yang berada di Kampus B Universitas Trisakti yang berada di jalan Kyai
Tapa,Grogol, Jakarta Barat setelah adanya renovasi yang dilakukan oleh pemerintah.
22
4.3 MATERIAL JALUR PEDESTRIAN
23
4.4 HUBUNGAN ANTAR RUANG
Batas lokasi
Lokasi Pengamatan
24
BAB V
No KATEGORI KRITERIA
1. Kebutuhan Jalur pedestrian -Dimensi atau faktor fisik ( yang meliputi panjang,
lebar, dan ketinggian dari area pedestrian itu
sendiri ),
-Aksesibilitas pedestrian,
-Pelaku atau pengguna,
-Frekuensi aktivitas yang terjadi,
-Hubungan dengan lingkungan sekitarnya ( kawasan
permukiman, perkantoran, perdagangan, dan magnet
kota yang mendukung terjadinya interaksi sosial ).
25
7) Pelindung/Peneduh
Guiding block yang ada di jalur pedestrian Jalan Jalur pedestrian Kyai Tapa sudah menggunakan
Kyai Tapa sudah sesuai dengan kriteria,yaitu jalur paving block sesuai dengan kriteria karena selain
pedestrian harus ramah terhadap penyandang kuat untuk jalur pedestrian,tjalur tidak tergenang air
disabilitas. pada saat hujan, dan paving block juga mudah
dalam maintanance nya.
26
5.3 GAGASAN PERANCANGAN
PROGRAM KEBUTUHAN
AREA FASILITAS PEMAKAI WAKTU KRITERIA STANDAR PENUNJANG
UTAMA PEMAKAI
Jalur Jalur Semua usia Pagi - Malam Ada trotoar (lebar 3 meter). Lebar minimum jalur Lampu jalan
Pedestrian pedestrian Hari Bahan material pedestrian adalah pedestrian adalah 120 cm Bangku
Anak- paving block karena maintanance untuk jalur searah dan 160 cm Bollard
Kyai Tapa nya mudah
anak untuk dua arah.
Remaja Cukup leluasa untuk berjalan Tinggi lampu 3-5 meter.
Bersih, jika hujan air tidak Material paving block
Dewasa menggenang (tidak becek)
Lanjut Perbandingan kemiringan
Memudahkan pejalan kaki utk
maksimum adalah 1:8.
Usia berjalan kaki.
Adanya bollard agar jalur Pencahayaan berkisar antara
pedestrian tidak dilewati oleh 50-150 lux.
kendaraan Dibuat tegak lurus dengan
Adanya fasilitas seperti: lampu arah jalur dengan kedalaman
jalan, tempat sampah,bangku, maksimal 1,5 cm.
rambu-rambu, ramp. Tepi pengaman dibuat
Adanya jalur ramah bagi setinggi minimum 10 cm dan
penyandang disabilitas (guiding lebar 15 cm sepanjang jalur
block). pedestrian.
27
5.4 PERMASALAHAN DAN SOLUSI
Solusi: Jarak antara bollard ditata untuk lebih berdekatan agar bollar dapat berfungsi secara
optimal,yaitu menghalangi kendaraan masuk ke area pedestrian / trotoar, tetapi juga dapat
memperindah tata kota
28
DAFTAR PUSTAKA
1. (Shirvani,Hamid. The Urban Design Process,hal. 31-32, 1985. United States. Van Nostrand Rainhold Company,inc.)
2. Harris, Charles (1980:210-8) dalam buku Time-Saver Standards for Landscape Architecture
3. Iswanto (2003) Mengkaji Fungsi Keamanan dan Kenyamanan
4. Pedoman Pemerintah Tentang Pedestrian
5. Peraturan Pemerintah Tentang Pedestrian
6. http://e-journal.uajy.ac.id/11825/3/TI072492.pdf
7. http://temuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2015/11/TI2015-A-033-040-Penilaian-Jalur-Pedestrian-oleh-Masyarakat-Urban.pdf
8. http://eprints.undip.ac.id/18474/
9. https://www.researchgate.net/profile/Woko_Suparwoko/publication/312124299_REVITALISASI_SIRKULASI_DAN_PEDESTRIAN_
PADA_KAWASAN_MALIOBORO_YOGYAKARTA/links/58705e1908aebf17d3a9c54d/REVITALISASI-SIRKULASI-DAN-
PEDESTRIAN-PADA-KAWASAN-MALIOBORO-YOGYAKARTA.pdf
29