Anda di halaman 1dari 29

MATA KULIAH METODA PERANCANGAN

AST335 – SEMESTER III


TAHUN AKADEMIK 2017/2018

TUGAS INDIVIDU
ANALISIS TAPAK DAN KEBUTUHAN RUANG DI AREA PEDESTRIAN KAMPUS B UNIVERSITAS TRISAKTI

Dosen Pembimbing:
Ir.Quintarina Uniaty,MSA
Ir.Ina Krisantia,M.Si,Ph.D

Disusun Oleh :
Shafira Dwijaya F. 081001600010

Jurusan Arsitektur Lanskap


Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan
Universitas Trisakti
Jakarta
Tahun 2017-2018

1
DAFTAR ISI

 COVER ....................................................................................................................................................................... 1
 DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................................... 2
 KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................................................... 3
 BAB I : 1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................................................................................... 4
1.2 TUJUAN PENGAMATAN .................................................................................................................................................. 4
1.3 RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................................................................... 5
1.4 METODE PENELITIAN ...................................................................................................................................................... 5

 BAB II : 2.1 KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................................................................................... 6

 BAB III : 3.1 METODE YANG DIGUNAKAN ..................................................................................................................................... 14


3.2 KRITERIA PEDESTRIAN MENURUT PERMEN PU ................................................................................................. 16

 BAB IV: 4.1 LOKASI TAPAK DAN KLIMATOLOGI ......................................................................................................................... 20


4.2.PEDESTRIAN KAMPUS B UNIVERSITAS TRISAKTI ................................................................................................. 22
4.3 MATERIAL JALUR PEDESTRIAN .................................................................................................................................... 23
4.4 HUBUNGAN ANTAR RUANG ........................................................................................................................................ 24

BAB V: 5.1 KRITERIA BERDASARKAN PERATURAN...................................................................................................................... 25


5.2 PEMBAHASAN JALUR PEDESTRIAN KYAI TAPA ....................................................................................................... 26
5.2 GAGASAN PERANCANGAN.............................................................................................................................................. 27
5.3 PERMASALAHAN DAN SOLUSI ...................................................................................................................................... 28

 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................................................................. 29

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”
Analisis Tapak Dan Kebutuhan Ruang Di Area Pedestrian Kampus B Universitas Trisakti”.

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ir.Quintarina Uniaty,MSA dan Ir.Ina Krisantia,M.Si,Ph.D selaku dosen
mata kuliah Metode Perancangan yang sudah memberikan kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan tentang jalur dan area pendestrian yang berada di
Kampus B Universitas Trisakti jalan Kyai Tapa,Grogol”

Jakarta,10 Desember 2017

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Pengertian pedestrian pedestrian berasal dari bahasa yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat
diartikan sebagi pejalan kaki atau orang yang berjalan kaki, sedangkan jalan merupakan media diatas bumi yang memudahkan manusia dalam
tujuan berjalan, maka pedestrian dalam hal ini memiliki arti pergerakan atau perpindahan orang atau manusia dari satu tempat sebagai titik tolak
ke tempat lain sebagai tujuan dengan menggunakan moda jalan kaki. Atau secara harfiah, pedestrian berarti “ person walking in the street “,
yang berarti orang yang berjalan di jalan. Namun jalur pedestrian dalam konteks perkotaan biasanya dimaksudkan sebagai ruang khusus untuk
pejalan kaki yang berfungsi sebagai sarana pencapaian yang dapat melindungi pejalan kaki dari bahaya yang datang dari kendaraan bermotor. Di
indonesia lebih dikenal sebagai trotoar, yang berarti jalur jalan kecil selebar 1,5 sampai 2 meter atau lebih memanjang sepanjang jalan umum.
Pedestrian yang terletak di Jalan Kyai Tapa,Grogol,Jakarta Barat harus mempunyai jalur pedestrian yang berfungsi sebagai penunjang
kegiatan keseharian warga kota, maka kualitas pedestrian harus memberikan dampak nilai ekonomi. Jalur pedestrian yang tidak nyaman dapat
menyebabkan terhambatnya aktivitas para warga kota dan berkurangnya kenyaman dari pejalan kaki tersebut, terlebih bagi pejalan kaki yang
memiliki kekurangan (penyandang cacat), dalam UU No. 4 pasal 10 ayat 1 Tahun 1997 tentang “penyandang cacat harus disejajarkan segala
aspek kehidupan dan penghidupan dilaksanakan melalui penyediaan aksebilitas” maka jalur pedestrian harus dibuat dengan memperhatikan
fasilitas dan sarana yang memadai dan merangkul semua masyarakatnya terlebih para penyandang cacat.Fasilitas pendukungserta pemeliharaan
yang baik merupakan salah satu nilai tambah untuk terciptanya jalur pedestrian yang ideal dan memiliki nilai estetika.

1.2 TUJUAN PENGAMATAN

1. Mengetahui fungsi jalur pedestrian di Jalan Kyai Tapa Kampus B Universitas Trisakti.
2. Mengetahui kondisi jalur pedestrian di Jalan Kyai Tapa Kampus B Universitas Trisakti.
3. Mengetahui material jalur pedestrian di Jalan Kyai Tapa Kampus B Universitas Trisakti.
4. Mengetahui kriteria jalur pedestrian di Jalan Kyai Tapa Kampus B Universitas Trisakti.

4
1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah jalur pedestrian jalur pedestrian di Jalan Kyai Tapa Kampus B Universitas Trisakti berfungsi dengan optimal?.
2. Bagaimana kondisi jalur pedestrian di Jalan Kyai Tapa Kampus B Universitas Trisakti?.
3. Bagaimana kriteria jalur pedestrian di Jalan Kyai Tapa Kampus B Universitas Trisakti?

1.4 METODE PENELITIAN

2. Metode Antropometri
Adalah metode yang mempertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi
manusia.
3. Metode Evaluation Criteria (Evaluasi Kriteria)
Adalah metode pengkajian untuk mengetahui standar dan kriteria fasilitas-fasilitas dari suatu tempat agar berfungsi dengan baik.

5
BAB II
2.1 KAJIAN PUSTAKA

Menurut teori Shirvani Hamid, Pedestrian ways are an essential element of urban design, and they are not just part of a beautification program.
Rather, they are a comfort system as well as support element retailing and for vitality of urban spaces. A good pedestrian system reduces
dependency on automobiles in a downtown area, increases trips downtown, enchances the environment by promoting a human-scale system and
finally, helps to improve air quality. The key issue in pedestrian planning is balance, “how much to give pedestrians and how much to give
vehicles” .( PAS 368,1982 : 3).
Hamid Shirvani dalam bukunya (The Urban Design Process,1985;30) Pedestrian ways are an essential element of urban design, and they are
not just part of a beautification program. Rather, they are a comfort system as well as support element retailing and for vitality of urban spaces.
Dari teori diatas disimpulkan bahwa elemen pejalan kaki harus di sesuaikan dengan elemen-elemen dasar desain tata kota, berkaitan dengan
lingkungan kota, pola-pola aktivitas serta sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di masa mendatang.

Perubahan-perubahan rasio penggunaan jalan raya yang dapat mengimbangi dan meningkatkan arus pejalan kaki dapat dilakukan dengan
memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :
a. Pendukung aktivitas di sepanjang jalan, adanya sarana komersial seperti toko, restoran, café.
b. Street furniture berupa pohon-pohon, ramburambu, lampu, tempat duduk, dan sebagainya. Dalam perancangannya, jalur pedestrian harus
mempunyai syarat-syarat untuk dapat digunakan dengan optimal dan memberi kenyamanan pada penggunanya.

Syarat-syarat tersebut adalah :


a. Aman dan leluasa dari kendaraan bermotor.
b. Menyenangkan, dengan rute yang mudah dan jelas yang disesuaikan dengan hambatan kepadatan pejalan kaki.
c. Mudah, menuju segala arah tanpa hambatan yang disebabkan gangguan naik-turun, ruang yang sempit, dan penyerobotan fungsi lain.
d. Punya nilai estetika dan daya tarik, dengan penyediaan sarana dan prasarana jalan seperti: taman, bangku, tempat sampah dan lainnya.

6
Area Pedestrian (Pedestrian Area)
• Area di tujukan untuk pejalan kaki yang bebas hambatan
• Atraksi untuk mendapatkan suasana saat melakukan pergerakan, baik statis maupun dinamis
• Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi keterikatan terhadap kendaraan di kawasan pusat kota, mempertinggi kualitas lingkungan
melalui sistem
• perancangan yang manusiawi, menciptakan kegiatan pedagang kaki lima yang lebih banyak dan akhirnya akan membantu kualitas udara di
kawasan tersebut.

Aktivitas pendukung (Activity support)

Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan
kota.Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan lahan dan
kegiatan pendukungnya. Aktivitas pendukung tidak hanya menyediakan jalan pedestrian atau plasa tetapi juga mempertimbangkan
fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas. Meliputi segala fungsi dan aktivitas yang
memperkuat ruang terbuka public, karea aktivitas da ruang fisik saling melengkapi satu sama lain. Pendukung aktivitas tidak hanya
berupa saran pendukung jalur pejalan kaki atau plaza tapi juga fungsi elem kota yang dapat membangkitkanaktifitas seperti pusat
perbelanjaan, taman rekreasi, alun-alun, dan sebaginya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan desain activity support
adalah:

1)        Adanya koordinasi antara kegiatan dengan lingkungan binaan yang dirancang.
2)        Adanya keragaman intensitas kegiatan yang dihadirkan dalam suatu ruag tertentu.
3)        Bentuk kegiatan memperhatikan aspek kontekstual.
4)        Pengadaan fasilitas lingkungan.
5)        Sesuatu yang terukur, menyangkut ukuran, bentuk dan lokasi dan fasilitas yang menampung activity support yang bertitik tolak dari skala
manusia. 

7
Sistem jalur pedestrian yang baik akan mengurangi keterikatan terhadap kendaraan di kawasan pusat kota, meningkatkan penggunaan pejalan
kaki, mempertinggi kualitas lingkungan melalui sistem perancangan yang manusiawi, menciptakan kegiatan pedagang kaki lima yang lebih
banyak dan akhirnya akan membantu kualitas udara di kawasan tersebut. Jalur pedestrian selalu memiliki fasilitas-fasilitas didalamnya. Fasilitas
jalur pedestrian dapat dibedakan berdasarkan pada letak dan jenis kegiatan yang dilayani, yaitu fasilitas jalur pedestrian yang terlindung dan
fasilitas jalur pedestrian yang terbuka.

Fasilitas Jalur Pedestrian yang terlindung, dibedakan menjadi dua yaitu :


1. Fasilitas jalur pedestrian yang terlindung di dalam bangunan, misalnya :
- Fasilitas jalur pedestrian arah vertikal, yaitu fasilitas jalur pedestrian yang menghubungkan lantai bawah dan lantai diatasnya dalam
bangunan atau gedung bertingkat, seperti tangga, ramps, dan sebagainya
- Fasilitas jalur pedestrian arah horizontal, seperti koridor, hall, dan sebagainya.

2. Fasilitas Jalur Pedestrian yang terlindung di luar bangunan, misalnya:


- Arcade, yaitu merupakan selasar yang terbentuk oleh sederetan kolom-kolom yang menyangga atap yang berbentuk lengkungan-
lengkungan busur dapat merupakan bagian luar dari bangunan atau berdiri sendiri.
- Gallery, yaitu lorong yang lebar, umumnya terdapat pada lantai teratas.
- Covered Walk atau selasar, yaitu merupakan fasilitas pedestrian yang pada umumnya terdapat di rumah sakit atau asrama yang
menghubungkan bagian bangunan yang satu dengan bangunan yang lainnya.
- Shopping mall, merupakan fasilitas pedestrian yang sangat luas yang terletak di dalam bangunan dimana orang berlalu-lalang sambil
berbelanja langsung di tempat itu.

Fasilitas jalur pedestrian yang tidak terlindung / terbuka, yang terdiri dari :
1. Trotoir / sidewalk, yaitu fasilitas jalur pedestrian dengan lantai perkerasan yang terletak di kanan-kiri fasilitas jalan kendaraan bermotor.
2. Foot path / jalan setapak, yaitu fasilitas jalur pedestrian seperti gang-gang di lingkungan permukiman kampung.

8
PEDOMAN PERENCANAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA JALAN UMUM
No.032/T/BM/1999 /Lampiran No. 10 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga/No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999

1.3 Pengertian 2.1.1 Fasilitas Pejalan Kaki


1) Jalur Pejalan Kaki terdiri atas:
1) Fasilitas Pejalan Kaki adalah seluruh bangunan pelengkap a) Trotoar
yang disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan b) Penyeberangan Sebidang
demi kelancaran, keamanan dan kenyamanan, serta
keselamatan bagi pejalan kaki.  Penyeberangan Zebra
2) Jalur Pejalan Kaki adalah lintasan yang diperuntukkan untuk  Penyeberangan Pelikan.
berjalan kaki, dapat berupa Trotoar, Penyeberangan c) Penyeberangan Tak Sebidang
Sebidang (penyeberangan zebra atau penyeberangan pelikan),
dan Penyeberangan Tak Sebidang.
 Jembatan penyeberanganan
3) Trotoar adaai Jalur Pejalan Kaki yang terletak pada Daerah  Terowongan.
Milik Jalan yang diberi lapisan permukaaan dengan elevasi 2) Lapak tunggu
yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada 3) Lampu penerangan
umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan. 4) Rambu
4) Penyeberangan Zebra adalah fsilitas penyeberanganan bagi 5) Pagar pembatas
pejalan kaki sebidang yang dilengkapi marka untuk memberi 6) Marka jalan.
ketegasan/batas dalam melakukan lintasan. 7) Pelindung/Peneduh
5) Penyeberangan Pelikan adalah fasilitas untuk penyeberangi
pejalan kaki sebidang yang dilengkapi dengan marka dan
2.1.2 Kriteria Fasiltas
lampu pengatur lau lintas.
6) Arus Pejalan Kaki adalah jumlah pejalan kaki yang melewati
Fasilitts Pejalan Kaki dapat dipasang dengan kriteria sebagai
suatu penapang tertentu, yang biasanya dinyatakan dengan berikut:
jumlah pejalan kaki per satuan waktu (pejalan/menit). 1) Jalur Pejalan Kaki
7) Lapak Tunggu adalah fasilitas untuk berhenti sementara pejalan (1) Pada tempat-tempat dimana pejalan kaki keberadaannya
kaki dalam melakukan penyeberangan, Penyeberangan dapat sudah menimbulkan konflik dengan lalu lintas kendaraan
berhenti sementara sambil menunggu kesempatan melakukan atau mengganggu peruntukan lain, seperti taman, dan lainlain.
penyeberangan berikutnya. Fasilitas tersebut diletakan pada (2) Pada lokasi yang dapat memberikan manfaat baik dari segi
median jalan. keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kelancaran.
(3) Jika berpotongan dengan jalur lalu lintas kendaraan harus
dilengkapi rambu dan marka atau lampu yang menyatakan
peringatan/petunjuk bagi pengguna jalan.

9
(4) Koridor Jalur Pejalan Kaki (selain terowongan) mempunyai (2) Pemasangan bersifat tetap dan bernilai struktur.
jarak pandang yang bebas ke semua arah. (3) Cahaya lampu cukup terang sehingga apabila pejalan
(5) Dalam merencanakan lebar lajur dan spesifikasi teknik kaki melakukan penyeberangan bisa terlihat pengguna
harus memperhatikan peruntukan bagi penyandang jalan baik di waktu gelap/malan hari.
cacat. (4) Cahaya lanpu tidak membuat silau pengguna jalan lalu
lintas kendaraan.
2.1.2 Kriteria Fasiltas
Fasilitts Pejalan Kaki dapat dipasang dengan kriteria sebagai 4) Perambuan
berikut: (1) Penempatan dan dimensi rambu sesuai dengan
spesifikasi rambu
1) Jalur Pejalan Kaki (2) Jenis rambu sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan
(1) Pada tempat-tempat dimana pejalan kaki keberadaannya keadaan medan.
sudah menimbulkan konflik dengan lalu lintas kendaraan
atau mengganggu peruntukan lain, seperti taman, dan lainlain. 5) Pagar Pembatas
(2) Pada lokasi yang dapat memberikan manfaat baik dari segi (1) Apabila volume pejalan kaki di satu sisi jalan sudah > 450
keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kelancaran. orang/jam/lebar efektif (dalam meter).
(3) Jika berpotongan dengan jalur lalu lintas kendaraan harus (2) Apabila volume kendaraan sudah > 500 kendaraan/jam.
dilengkapi rambu dan marka atau lampu yang menyatakan (3) Kecepatan kendaraan > 40 km/janl.
peringatan/petunjuk bagi pengguna jalan. (4) Kecenderungan pejalan kaki tidak meggunakan fasilitas
(4) Koridor Jalur Pejalan Kaki (selain terowongan) mempunyai penyeberangan.
jarak pandang yang bebas ke semua arah. (5) Bahan pagar bisa terbuat dari konstruksi bangunan atau
(5) Dalam merencanakan lebar lajur dan spesifikasi teknik tanaman.
harus memperhatikan peruntukan bagi penyandang
cacat. 6) Marka
1) Marka hanya ditempatkan pada Jalur Pejalan Kaki
2) Lapak Tunggu penyeberangan sebidang.
(1) Disediakan pada median jalan. 2) Keberadaan marka mudah terlihat dengan jelas oleh
(2) Disediakan pada pergantian roda, yaitu dari pejalan kaki pengguna jalan baik di siang hari maupun malam hari.
ke roda kendaraan umum. 3) Pemasangan marka harus bersifat tetap dan tidak berdampak
licin bagi penguna jalan.

3) Lampu Penerangan 7) Peneduh / Pelindung


(1) Ditempatkan pada jalur penyeberangan jalan. (1) Jenis peneduh disesuaikan dengun jenis Jalur Pejalan Kaki,

10
dapat berupa: pejaan kaki berpapasan tanpa terjadi berpapasan menjadi 150
 Pohon pelindung, atap (mengikuti pedoman teknik cm.
lansekap) 2) Dalam keadaan ideal untuk mendapatkan lebar minimum Jalur
 Atap Pejalan Kaki (W) dipakai rumus sebagai berikut:
(hal: 3 dan 4)
2.2 Kriteria Desain
Kriteria desain yang dibahas secara teknik hanya untuk Jalur Pejalan Keterangan:
Kaki, sedangkan kelengkapannya dibahas di lain tempat. P = volume pejalan kaki (orang/menit/meter)
W = lebar Jalur Pejalan Kaki.
2.2.1 Jalur Pejalan Kaki
1) Lebar efektif minimum ruang pejalan kaki berdasarkan 3) Lebar Jalur Pejalan Kaki harus ditambah, bila pada jalur tersebut
kebutuhan orang adaah 60 cm ditambah 15 cm untuk terdapat perlengkapan jalan (road furniture) seperti patok
bergoyang tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan total rambu lalu lintas, kotak surat, pohon peneduh atau fasilitas
minima untuk 2 orang pejalan kaki bergmidengul atau 2 ora ng umum lainnya.
4) Penambahan lebar Jalur Pejalan Kaki apabila dilengkapi fasilitas
dapat dilihat seperti pada Tabel 1. tersebut di bawah ini.
5) Jalur Pejalan Kaki harus diperkeras dan apabila mempunyai
perbedaan tinggi dengan sekitarnya harus diberi pembatas yang
dapat berupa kerb atau batas penghalang.
6) Perkerasan dapat dibuat dari blok beton, perkerasan aspal
atau plesteran.
7) Permukaan harus rata dan mempunyai kemiringan melintang
2-3 % supaya tidak terjadi genangan air. Kemiringan
memanjang disesuaikan dengan kemiringan memanjang jalan,
yaitu maksimum 7 %.
(Hal. 8 dan 9)

11
Hal II-9 e. Perawatan dibutuhkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kecelakaan.
B. JALUR PEDESTRIAN f. Drainase Dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman
1. Esensi maksimal 1,5 cm, mudah dibersihkan dan perletakan lubang
Jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi dijauhkan dari tepi ramp.
penyandang cacat secara mandiri yang dirancang berdasarkan
kebutuhan orang untuk bergerak aman, mudah, nyaman dan tanpa g. Ukuran
hambatan. Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searah
dan 160 cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon,
2. Persyaratan tiang rambu-rambu, lubang drainase/gorong-gorong dan benda-
a. Permukaan benda lainnya yang menghalangi.
Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus
tetapi tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada h. Tepi pengaman/kanstin/ low curb
permukaan, kalaupun terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke
1,25 cm. Apabila menggunakan karpet, maka bagian tepinya harus arah-area yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum
dengan konstruksi yang permanen. 10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.

b. Kemiringan Hal II-10


Perbandingan kemiringan maksimum adalah 1:8 dan pada setiap
jarak maksimal 900 cm diharuskan terdapat bagian yang datar
minimal 120 cm.

c. Area istirahat
Terutama digunakan untuk membantu pengguna jalan penyandang
cacat dengan menyediakan tempat duduk santai di bagian tepi.

d. Pencahayaan berkisar antara 50-150 lux tergantung pada


intensitas pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.

12
KRITERIA JALUR PEDESTRIAN 4. Dimensi pedestrian:
a. Dimensi pedestrian berdasarkan jumlah arah jalan:
Iswanto (2003) Mengkaji Fungsi Keamanan dan Kenyamanan – Lebar minimal sekitar 122 cm untuk jalan satu arah.
Bagi Pejalan Kaki di Jalur Pedestrian – Lebar minimal sekitar 165 cm untuk jalan dua arah.
1. Kondisi permukaan bidang pedestrian:
– Haruslah kuat, stabil, datar dan tidak licin. b. Dimensi pedestrian berdasarkan kelas jalan:
– Material yang biasanya digunakan adalah paving block,
– Jalan kelas 1, lebar jalan 20 meter, lebar pedestrian 7 meter.
batubata, beton, batako, batu alam, atau kombinasi-
– Jalan kelas 2, lebar jalan 15 meter, lebar pedestrian 3,5 meter.
kombinasi dari yang telah disebutkan.
– Jalan kelas 3, lebar jalan 10 meter, lebar pedestrian 2 meter.
2. Kondisi daerah- daerah peristirahatan:
– Sebaiknya dibuat pada jarak- jarak tertentu dan disesuaikan
c. Dimensi pedestrian berdasarkan daerah atau
dengan skala jarak kenyamanan berjalan kaki,
lingkungannya:
– Biasanya berjarak sekitar 180 meter.
3. Ukuran tanjakan (ramp): – Lingkungan pertokoan, lebar pedestrian 5 meter.
–  Ramp dengan kelandaian di bawah 5% untuk pedestrian – Lingkungan perkantoran, lebar pedestrian 3,5 meter.
umum. – Lingkungan perumahan. Lebar pedestrian 3 meter.
– Ramp dengan kelandaian mencapai 3% penggunaannya lebih
praktis.Ramp dengan kelandaian 4% sampai dengan 5% 5. Sistem penerangan dan perlindungan terhadap sinar
harus memiliki jarak sekitar 165 cm. matahari:
– Ramp dengan kelandaian di atas 5% dibutuhkan desain
– Penerangan pada malam hari di sepanjang jalur pedestrian
khusus.
daya minimal yang digunakan adalah sebesar 75 Watt.
– Perlindungan terhadap sinar matahari dapat dilakukan dengan
menanam pepohonan peneduh pada jarak ter

13
BAB III
3.1 METODE YANG DIGUNAKAN

1. Metode Analogi Antropometri


Menurut Nurmianto (2003) salah satu bidang keilmuan ergonomi adalah antropometri yaitu suatu studi yang berhubungan dengan
pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses
perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data antropometri akan diaplikasikan secara lebih luas
antara lain dalam hal:
a. Perancangan area kerja (work station)
b. Perancangan alat kerja seperti mesin, equipment perkakas (tools)
c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja dan sebagainya
d. Perancangan lingkungan fisik.

Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun produk yang sangat rinci, diharuskan berdasarkan antropometri penggunanya.
Antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh yang relevan dengan desain mengenai sesuatu yang dipakai oleh individu (Pulat &
Alexander, 1992) .
Menurut Kroemer (2010) tahapan perancangan sistem kerja dengan memperhatikan faktor antropometri adalah sebagai berikut
a. Menentukan kebutuhan perancangan dan kebutuhannya (establish requirement)
b. Mendefinisikan dan mendiskripsikan populasi pemakai
c. Pemilihan sampel yang akan diambil datanya
d. Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil).
e. Penentuan dimensi tubuh yang akan diambil dan pemilihan persentil yang akan dipakai
f. Penyiapan alat ukur yang akan dipakai
g. Pengambilan data
h. Pengolahan data

14
1.3

Menurut Harris, Charles (1980:210-8) dalam buku Time-Saver Standards for Landscape Architecture kriteria lebar jalur pedestrian adalah
sebagai berikut:

Tipe Lebar Tinggi Ruang


Jalan
Taman Kecil 0,45 m 1,90 m
Biasa 0,90 m 2,10 m
Lebih Baik 1,20 m 2,10 m
Berjalan
Sendiri 0,90m – 1,20 m 2,10 m
Berpasangan 1,50 m 2,10 m
Minimum
Lebih Baik 1,80 m 2,10 m
Empat sejajar 2,40 m 2,10 m
Lebih Baik 2,70 m 2,40 m
Jalan Publik
Minimal 2,40 m 2,40 m
Lebih Baik 3,00 m 3,00 m
Perkotaan
Jalur 3,00 m 3,00 m
Pedestrian
minimal
Medium 4,50 m 3,60 m
Lebar 6,00 m 4,60 m

15
Jalur Pedestrian Menurut Kebutuhan Lebar dan T
3.2 KRITERIA PEDESTRIAN MENURUT PERMEN PU

1. Kebutuhan Ruang Gerak Minimum 2. Kebutuhan Ruang Per Orang Secara Individu, Membawa
Barang Dan Kegiatan Berjalan Bersama.

Sumber: Permen PU
16
3. Ukuran Dasar Ruang
5. Jalur pada Ruas Pejalan Kaki

4. Kebutuhan Ruang
Gerak Minimum
Pejalan Kaki 6. Teknik Perencanaan Prasarana Pejalan Kaki
Berkebutuhan Khusus

17
Sumber: Permen PU
Perencanaan dan perancangan jalur pejalan kaki harus memperhatikan ruang bebas. Ruang bebas jalur pejalan kaki memiliki kriteria
sebagai berikut:
1) memberikan keleluasaan pada pejalan kaki;
2) mempunyai aksesibilitas tinggi;
3) menjamin keamanan dan keselamatan;
4) memiliki pandangan bebas terhadap kegiatan sekitarnya maupun koridor jalan keseluruhan;
dan
5) mengakomodasi kebutuhan sosial pejalan.
Spesifikasi ruang bebas jalur pejalan kaki ini yaitu sebagai berikut:
1) memiliki tinggi paling sedikit 2.5 meter;
2) memiliki kedalaman paling sedikit 1 meter; dan
3) memiliki lebar samping paling sedikit dari 0.3 meter.

Ketentuan untuk fasilitas bagi pejalan kaki berkebutuhan khusus yaitu sebagai berikut:
1) ramp diletakan di setiap persimpangan, prasarana ruang pejalan kaki yang memasuki pintu keluar masuk bangunan atau kaveling, dan
titik-titik penyeberangan;
2) jalur difabel diletakkan di sepanjang prasarana jaringan pejalan kaki; dan
3) pemandu atau tanda-tanda bagi pejalan kaki yang antara lain meliputi: tanda-tanda pejalan kaki yang dapat diakses, sinyal suara yang
dapat didengar, pesan-pesan verbal, informasi lewat getaran, dan tekstur ubin sebagai pengarah dan peringatan.

Jalur pejalan kaki dengan ketentuan kelandaian yaitu sebagai berikut:


a) tingkat kelandaian tidak melebihi dari 8% (1 banding 12);
b) jalur yang landai harus memiliki pegangan tangan setidaknya untuk satu sisi (disarankan untuk kedua sisi). Pada akhir landai
setidaknya panjang pegangan tangan mempunyai kelebihan sekitar 0,3 meter;
c) pegangan tangan harus dibuat dengan ketinggian 0.8 meter diukur dari permukaan tanah dan panjangnya harus melebihi anak tangga
terakhir;
d) seluruh pegangan tangan tidak diwajibkan memiliki permukaan yang licin; dan
e) area landai harus memiliki penerangan yang cukup.

Sumber: Permen PU

18
Pada gambar disamping terlihat adanya
kebutuhan ruang pejalan kaki
berdasarkan dimensi tubuh manusia
(membawa barang dan keadaan bergerak
yaitu antara 1,35 m2 -1,62 m2.)

Ini adalah gambar skala manusia untuk jalur pedestrian

Sumber: Permen PU

19
BAB IV

4.1 LOKASI TAPAK

Nama Lokasi: Jalan Kyai Tapa TITIK CRUCIAL


Lokasi yang diamati: Area Pedestrian Kampus B Universitas Trisakti
Tanggal pengamatan : Selasa,5 Desember 2017
Tujuan : Untuk menganalisis area jalur pedestrian yang ada di Kampus B
Universitas Trisakti.

TITIK CRUCIAL

Ini adalah gambar yang diambil di area jalur pedestrian yang


berada di Kampus B Universitas Trisakti, jalan Kyai Tapa,
Grogol,Jakarta Barat.

Sumber: Dokumen pribadi

20
KLIMATOLOGI

Ini adalah perkiraan cuaca


yang ada di wilayah DKI
Jakarta

Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah


tropis, diantara Benua Asia dan Australia, diantara Samudera Pasifik
dan Samudera Hindia, serta dilalui garis katulistiwa, terdiri dari pulau
dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, terdapat banyak
selat dan teluk, menyebabkan wilayah Indonesia rentan terhadap
perubahan iklim/cuaca.

Ini Adalah Tabel Pemantauan Kimia Air Hujan Pada


Februari 2017, Terlihat Bahwa Rata-Rata Air Hujan Di
Indonesia Mengandung Ph 4-6 (Yaitu Kadar Basa Pada
Air Hujan Di Indonesia Cukup Tinggi).
Kesimpulannya adalah hujan di daerah Grogol
mengandung kimia air hujan yang mendekati ambang
batas dan mengandung hujan asam. Sumber: BMKG 2017

21
4. 2 EVALUASI PEDESTRIAN KAMPUS B UNIVERSITAS TRISAKTI

Ini adalah keadaan di jalur pedestrian yang berada di Kampus B Universitas Trisakti yang berada di jalan Kyai
Tapa,Grogol, Jakarta Barat setelah adanya renovasi yang dilakukan oleh pemerintah.

Sumber: Documen pribadi

22
4.3 MATERIAL JALUR PEDESTRIAN

Paving atau beton Paving beton dibuat dengan variasi bentuk,


tekstur, warna, dan variasi bentuk yang memiliki kelebihan
terlihat seperti batu bata, serta pemasangan dan
pemeliharaannya mudah. Paving beton ini dapat digunakan di
berbagai tempat karena kekuatannya, jalan yang terpasang
paving atau beton dapat dilewati mobil, sepeda motor, bus
dan kendaraan lain. Bentuk dapat dibuat untuk pola jalur
pedestrian agar tidak terlihat monoton dan memberikan
suasana yang berbeda.
Guiding block yang memberi panduan kepada pengguna
disabelitas untuk berjalan dari satu tempat ke satu tempat lain
dengan selamat.
(a) Blok berbentuk dot (dot-type block) pada  ujung-ujung
tangga.
(b) Susunan guiding block yang memberi panduan untuk
berjalan dari sebuah bangunan ke tempat lain. 

Fungsi bollard tak hanya menghalangi kendaraan masuk ke area


pedestrian / trotoar, tetapi juga dapat memperindah tata kota.
Penggunaan ini harus dibatasi. Perletakan ramp tepi
jalan biasanya pada jalan masuk menuju bangunan,
jalan menuju trotoar ( bagi cacat fisik ). Kemiringan
dari ramp tersebut maksimal 5%.

Sumber: Dokumen pribadi

23
4.4 HUBUNGAN ANTAR RUANG

Batas lokasi
Lokasi Pengamatan

Sumber: Dokumen pribadi

24
BAB V

5.1 KRITERIA BERDASARKAN PERATURAN

No KATEGORI KRITERIA

1. Kebutuhan Jalur pedestrian -Dimensi atau faktor fisik ( yang meliputi panjang,
lebar, dan ketinggian dari area pedestrian itu
sendiri ),
-Aksesibilitas pedestrian,
-Pelaku atau pengguna,
-Frekuensi aktivitas yang terjadi,
-Hubungan dengan lingkungan sekitarnya ( kawasan
permukiman, perkantoran, perdagangan, dan magnet
kota yang mendukung terjadinya interaksi sosial ).

2. Fasilitas Pejalan Kaki 1) Jalur Pejalan Kaki terdiri atas:


a) Trotoar
b) Penyeberangan Sebidang
 Penyeberangan Zebra
 Penyeberangan Pelikan.
c) Penyeberangan Tak Sebidang
 Jembatan penyeberanganan
 Terowongan.
2) Lapak tunggu
3) Lampu penerangan
4) Rambu
5) Pagar pembatas
6) Marka jalan.

25
7) Pelindung/Peneduh

5.2 PEMBAHASAN JALUR PEDESTRIAN KYAI TAPA

Pohon yang tumbuh di jalur pedestrian


Kyai Tapa susah sesuai dengan kriteria
yaitu: menciptakan iklim mikro yang
teduh,pohon bertajuk sedang,dan memiliki
daun yang kecil-kecil untuk menyerap
polutan.

Terdapat kempat duduk yang sudah


Ramp yang ada di pedestrian jalan sesuai dengan kriteria jalur pedestrian
Kyai Tapa sudah sesuai dengan
kriteria yang di tetapkan yaitu
Lebar jalur pedestrian sudah sesuai
kelandaian tidak boleh lebih dari 8%
dengan kriteria yang ditetapkan, yaitu 3
dan harus memiliki permukaan yang
meter.
kasar.

Guiding block yang ada di jalur pedestrian Jalan Jalur pedestrian Kyai Tapa sudah menggunakan
Kyai Tapa sudah sesuai dengan kriteria,yaitu jalur paving block sesuai dengan kriteria karena selain
pedestrian harus ramah terhadap penyandang kuat untuk jalur pedestrian,tjalur tidak tergenang air
disabilitas. pada saat hujan, dan paving block juga mudah
dalam maintanance nya.

26
5.3 GAGASAN PERANCANGAN
PROGRAM KEBUTUHAN
AREA FASILITAS PEMAKAI WAKTU KRITERIA STANDAR PENUNJANG
UTAMA PEMAKAI
Jalur Jalur Semua usia  Pagi - Malam  Ada trotoar (lebar 3 meter).  Lebar minimum jalur  Lampu jalan
Pedestrian pedestrian Hari  Bahan material pedestrian adalah pedestrian adalah 120 cm  Bangku
 Anak- paving block karena maintanance untuk jalur searah dan 160 cm  Bollard
Kyai Tapa nya mudah
anak untuk dua arah.
 Remaja  Cukup leluasa untuk berjalan  Tinggi lampu 3-5 meter.
 Bersih, jika hujan air tidak  Material paving block
 Dewasa menggenang (tidak becek)
 Lanjut  Perbandingan kemiringan
 Memudahkan pejalan kaki utk
maksimum adalah 1:8.
Usia berjalan kaki.
 Adanya bollard agar jalur  Pencahayaan berkisar antara
pedestrian tidak dilewati oleh 50-150 lux.
kendaraan  Dibuat tegak lurus dengan
 Adanya fasilitas seperti: lampu arah jalur dengan kedalaman
jalan, tempat sampah,bangku, maksimal 1,5 cm.
rambu-rambu, ramp.  Tepi pengaman dibuat
 Adanya jalur ramah bagi setinggi minimum 10 cm dan
penyandang disabilitas (guiding lebar 15 cm sepanjang jalur
block). pedestrian.

27
5.4 PERMASALAHAN DAN SOLUSI

Di jalur pedestrian yang terletak di Jalan Kyai Tapa Kampus B Universitas


Trisakti,Grogol,Jakarta Barat masih terdapat kendaraan yang masuk ke dalam Jalur pedestrian
karena jarak antara bollard satu dan yanglinnya masih cukup jauh sehinggar kurang efektif untuk
menghalau kendaraan agar tidak memasuki jalur pedestrian

Solusi: Jarak antara bollard ditata untuk lebih berdekatan agar bollar dapat berfungsi secara
optimal,yaitu menghalangi kendaraan masuk ke area pedestrian / trotoar, tetapi juga dapat
memperindah tata kota

28
DAFTAR PUSTAKA

1. (Shirvani,Hamid. The Urban Design Process,hal. 31-32, 1985. United States. Van Nostrand Rainhold Company,inc.)
2. Harris, Charles (1980:210-8) dalam buku Time-Saver Standards for Landscape Architecture
3. Iswanto (2003) Mengkaji Fungsi Keamanan dan Kenyamanan
4. Pedoman Pemerintah Tentang Pedestrian
5. Peraturan Pemerintah Tentang Pedestrian
6. http://e-journal.uajy.ac.id/11825/3/TI072492.pdf
7. http://temuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2015/11/TI2015-A-033-040-Penilaian-Jalur-Pedestrian-oleh-Masyarakat-Urban.pdf
8. http://eprints.undip.ac.id/18474/
9. https://www.researchgate.net/profile/Woko_Suparwoko/publication/312124299_REVITALISASI_SIRKULASI_DAN_PEDESTRIAN_
PADA_KAWASAN_MALIOBORO_YOGYAKARTA/links/58705e1908aebf17d3a9c54d/REVITALISASI-SIRKULASI-DAN-
PEDESTRIAN-PADA-KAWASAN-MALIOBORO-YOGYAKARTA.pdf

29

Anda mungkin juga menyukai