Anda di halaman 1dari 69

Kode/Rumpun Ilmu: 275/FORENSIK

HASIL
PENELITIAN DOSEN MANDIRI

MENENTUKAN KUALITAS VISUM ET REPERTUM


PERLUKAAN KORBAN HIDUP DI RSU.HAJI MEDAN
SEJAK 1 MARET 2018 S.D 31 MARET 2019

TIM PENGUSUL
KETUA : dr.Asan Petrus,MKed(for),SpF
NIDN : 00 020468 04
ANGGOTA : dr.Adriansyah Lubis
NIM : 177113005

DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PENGESAHAN

PENELITIAN DOSEN MANDIRI

Judul Penelitian : MENENTUKAN KUALITAS VISUM ET REPERTUM


PERLUKAAN KORBAN HIDUP DI RSU HAJI
MEDAN SEJAK 1 MARET 2018 S.D 31 MARET 2019
Kode/ Nama Rumpun Ilmu : 275/FORENSIK
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : dr. Asan Petrus,MKed(for),SpF
b. NIDN : 00 020468 04
c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
d. Program Studi : Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
e. No.HP/E-Mail : 082165831354/ asanpetrus95@gmail.com

Anggota Peneliti
a. .Nama Lengkap : dr.Adriansyah Lubis
b. N I M : 177113005
c. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

ii

Universitas Sumatera Utara


IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

1. Judul Penelitian : MENENTUKAN KUALITAS VISUM ET REPERTUM


PERLUKAAN KORBAN HIDUP DI RSU HAJI MEDAN SEJAK 1
MARET 2018 S.D 31 MARET 2019

2. Tim Peneliti
No Nama Jabatan Bidang Instansi Alokasi
Keahlian Asal Waktu
(Jam/minggu)
1 dr.Asan Ketua Forensik USU 3.00
Petrus,MKed(for),SpF Pengusul
2 dr. Adriansyah Anggota 3.00

Lubis Pengusul

3. Objek penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian):
Visum et repertum perlukaan korban hidup yang dikeluarkan oleh RSU.Haji
Medan
4. Masa pelaksanaan
Mulai tahun 2019
Berakhir tahun 2019
5. Lokasi Penelitian ( lab/ studio / lapangan )
RSU Haji Medan, Jl. Rumah Saki Haji-Medan Estate-20237
6. Instansi lain yang terlibat ( jika ada dan uraikan apa konstribusinya )
7. Temuan yang ditargetkan (penjelasan gejala atau kaidah, metode, teori, produk
atau rekayasa)
Pengaruh dari Menentukan Kualitas Visum Et Repertum di RSU.Haji Medan
8. Konstribusi mendasar pada suatu bidang ilmu ( uraikan tidak lebih dari 50
kata, tekankan pada gagasan fundamental dan orisinal yang mendukung
pengembangan iptek )

iii

Universitas Sumatera Utara


Memberikan masukan untuk meningkatkan Kualitas Visum Et Repertum di
RSU.Haji Medan
Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran (tuliskan nama terbitan berkala ilmiah
internasional bereputasi, nasional terakreditasi, atau nasional tidak
terakreditasi dan tahun rencana publikasi)
Jurnal Nasional
9. Rencana iuran HKI, buku, purwa rupa atau iuran lainnya yang ditargetkan,
tahun rencana perolehan atau penyelesaian.
- Publikasi Ilmiah Jurnal Internasional, tahun ke I Target : belum/tidak ada
- Publikasi Ilmiah Jurnal Nasional Terakreditasi, tahun ke I Target : reviewed
- Pemakalah dalam pertemuan ilmiah Nasional, tahun ke-I Target : draft
- Pemakalah dalam pertemuan ilmiah Internasional, tahun ke-I Target :
belum/tidak ada
- Keynote Speaker dalam pertemuan ilmiah Internasional, tahun ke-I Target :
belum/tidak ada
- Keynote Speaker dalam pertemuan ilmiah Nasional, tahun ke-I Target: belum /
tidak ada
- Visiting lecturer internasional, tahunke-I Target: belum/tidak ada
- Paten, tahunke-I Target: belum/ tidak ada
- Paten Sederhana, tahunke-I Target: belum/ tidak ada
- Hak Cipta, tahunke-I Target: belum/ tidak ada
- Buku Ajar (ISBN), tahunke-I Target: draft

iv

Universitas Sumatera Utara


RINGKASAN

Latar belakang masalah dalam penelitian ini masih sama sebagaimana penelitian
saya sebelumnaya yaitu berdasarkan masalah terkait profesi dokter pada Peraturan
Konsil Kedokteran Indonesia nomor 11 tahun 2012 tentang Standar Kompetensi Dokter
Indonesia (SKDI) halaman 29 poin 28 yang menyatakan dokter menolak dan /atau tdak
membuat visum et repertum sesuai dengan standar keilmuan yang seharusnya wajib
dikerjakan. Peraturan ini merupakan masukkan bagi pendidikan kedokteran saat ini
mengenai permasalahan pelayanan kedokteran forensic di lapangan khususnya dalam
pembuatan visum et repertum. Visum et repertum sebagai alat bukti di sidang
pengadilan sebagai pengganti barang bukti berupa trauma yang dialami pasien, tentunya
membutuhkan suatu standar khusus yang memenuhi apa yang dibutuhkan oleh para
penegak hukum dalam memecahkan permasalahan hukum sehingga ketika sidang
pengadilan dilaksanakan dengan alat bukti visum dan ditambah dengan alat bukti yang
lain yang memberikan keyakinan hakim, maka hakim akan menjatuhkan /tindak pidana
kepada seseorang tersangka.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menganalisa kualitas visum et
repertum yang dibuat oleh dokter yang dikeluarkan oleh unit pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit Umum Haji Medan, (2) untuk menganalisa bagian mana (pendahuluan,
pemeriksaan, kesimpulan) dari visum et repertum dibuat oleh dokter yang dikeluarkan
oleh unit pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Haji Medan yang tidak memenuhi
kategori, (3) untuk memberikan kontribusi pada pimpinan unit kesehatan Rumah Sakit
Umum Haji Medan khususnya dan seluruh dokter di RSU Haji Medan umumnya terkait
kualitas visum yang dikeluarkan selama ini sehingga kedepan dapat membuat visum et
repertum yang berkualitas.
Subjek penelitian yang diambil yaitu foto copy visum et repertum perlukaan
korban hidup yang pernah dikeluarkan dari RSU Haji Medan sejak 1 Maret 2018
sampai dengan 31 Maret 2019. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
metode dokumentasi (observasi)..

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN.…………………………………………………. ii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM…………………………………………. iii
RINGKASAN………………………………………………………………….. v
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………… viii
ABSTRAK…………………………………………………………………….. ix
ABSREACT…………………………………………………………………… x

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………. 1


1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………… 2
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………. 3
1.5 Luaran Penelitian……………………………………………………… 3
1.6 Target Pencapaian…………………………………………………….. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………….. 4


2.1 Pengertian Visum et Repertum……………………………………….. 4
2.2 Dasar Hukum Viusm et Repertum……………………………………. 6
2.3 Fungsi dan Peran Visum et Repertum………………………………… 7
2.4 Jenis-jenis Visum et Repertum……………………………………….. 9
2.5 Struktur Visum et Repertum………………………………………….. 14
2.6 Tata cara Permohonan dan pencabutan VER…………………………. 17
2.7 Kalifikasi luka………………………………………………………… 18

BAB III. KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL……… 22


3.1 Kerangka Konsep…………………………………………………….. 22
3.2 Defenisi Operasional…………………………………………………. 23

vi
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODE PENELITIAN ………………………………………….. 25
4.1 Jenis Penelitian……………………………………………………….. 25
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………. 25
4.3 Populasi dan Sampel ..………………………………………………… 25
4.4 Metode Pengumpulan Data …………………………………………… 25
4.5 Variabel Penelitian ……………………………………………........... 25
4.6 Metode Pengukuran Terhadap Variabel Visum et Repertum Perlukaan
pada Korban Hidup…………………………………………………… 26
4.7 Penilaian atas Hasil Pengukuran Variabel – Variabel Ver Perlukaan pada
Korban Hidup ……………………………………………………….... 31
4.8 Metode Analisa ……………………………………………………….. 34

BAB V BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN …………………………….. 35


5.1 Anggaran Biaya……………………………………………………….. 35
5.2 Jadwal Penelitian………………………………………………………. 35

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………… 36


6.1 Hasil Penelitian……………………………………………………….. 36
6.2 Kesimpulan dan saran………………………………………………… 39

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 41


DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… 42

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Definisi Operasional………………………………………………. 23
Table 5.1 Anggaran Biaya……………………………………………………. 35
Table 5.2 Jadwal Penelitian………………………………………………….. 35
Table 6.1 Skoring data VER perlukaan korban hidup di RSU Haji Medan
Periode 1 Maret 2018 s.d 31 Maret 2019………………………… 36
Table 6.2 Kualitas VER perlukaan bagian pendahuluan di RSU Haji Medan
Periode 1 Maret 2018 s.d 31 Maret 2019………………….…….. 37
Table 6.3 Kualitas VER perlukaan bagian pemberitaan di RSU Haji Medan
Periode 1 Maret 2018 s.d 31 Maret 2019………………………… 38
Table 6.4 Kualitas VER perlukaan bagian kesimpulan di RSU Haji Medan
Periode 1 Maret 2018 s.d 31 Maret 2019………………….…….. 38
Table 6.5 Kualitas VER perlukaan di RSU Haji Medan periode
1 Maret 2018 s.d 31 Maret 2019…………………………………. 39

viii

Universitas Sumatera Utara


MENENTUKAN KUALITAS VISUM ET REPERTUM
PERLUKAAN KORBAN HIDUP DI RSU HAJI MEDAN
SEJAK 1 MARET 2018 S.D 31 MARET 2019

Oleh : Asan Petrus, Adriansyah Lubis, Departemen Forensik dan Medikolegal


Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
HP.082165831354, Email: sanpetrus95@gmail.com

Abstrak

Visum et repertum sebagai alat bukti berperan dalam proses pembuktian suatu perkara
pidana diharapkan memberikan cukup informasi bagi penegak hukum khususnya hakim
dalam mengambil keputusan sidang pengadilan, untuk tujuan tersebut dibutuhkan visum
et repertum yang berkualitas baik. Berdasarkan hasil penelitian tentang kualitas visum et
repertum perlukaan korban hidup di RSU Haji Medan periode 1 Maret 2018 sampai
dengan 31 Maret 2019 dengan metode penelitian diskriptif analitik dengan
menggunakan alat ukur skoring dari Herkutanto terhadap 13 variabel dalam visum et
repertum perlukaan korban hidup. Jumlah total kasus yang diperiksa oleh dokter yang
dibuktikan dengan surat visum et repertum sebanyak 20 kasus. Kualitas Visum et
Repertum perlukaan bagian pendahuluan sebesar 60 % (kualitasnya sedang). Kualitas
VER perlukaan bagian pemberitaan sebesar 58,33 % (kualitasnya sedang). Kualitas
VER perlukaan bagian Kesimpulan sebesar 50 % (kualitasnya sedang). Kualitas VER
perlukaan secara umum sebesar 53,75 % (kualitasnya Sedang).

Kata Kunci : Visum et Repertum, perlukaan, kualitas visum perlukaan

ix

Universitas Sumatera Utara


DETERMINING VISUM ET REPERTUM QUALITY
LIVING VICTIMS IN RSU HAJI MEDAN
SINCE 1 MARCH 2018 S.D 31 MARCH 2019

By: Asan Petrus, Adriansyah Lubis, Forensic and Medicolegal Departments


Faculty of Medicine, University Sumatera Utara.
HP.082165831354, Email: Asanpetrus95@gmail.com

Abstract

Visum et repertum as evidence plays a role in the process of proving a criminal case is
expected to provide enough information for law enforcers, especially judges in making
court decisions, for this purpose a good quality visum et repertum is needed. Based on
the results of research on the quality of post mortem visum et repertum of living victims
in Medan Haji General Hospital from March 1, 2018 to March 31, 2019 with a
descriptive analytical research method using a scoring measure from Herkutanto on 13
variables in the visum et repertum on injuries of living victims. The total number of
cases examined by doctors as evidenced by a post mortem report was 20 cases. The
quality of the Visum et Repertum injury to the introduction of 60% (medium quality).
The VER quality of news coverage was 58.33% (medium quality). The quality of VER
injuries in the Conclusion section is 50% (medium quality). The quality of wound VER
in general was 53.75% (medium quality).

Keywords: Visum et Repertum, injury, wound quality visum

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.


Dalam mengungkap peristiwa–peristiwa (kasus-kasus) kejahatan yang
melibatkan harta benda dan nyawa seseorang, pihak kepolisian melakukan
penyelidikan , penyidikan, penuntutan dan kemudian berakhir di peradilan. Dalam
proses penyidikan kasus yang melibatkan nyawa seseorang umumnya penyidik
meminta bantuan dari ahli misalnya dokter dalam bentuk keterangan yang disebut
visum et repertum1.
Bantuan dokter kepada penyidik, mutlak diperlukan dalam hal ini adalah
pemeriksaan korban untuk pembuatan Visum et Repertum (VeR). Kerjasama yang
baik antara kepolisian/penyidik dengan dokter /ahli forensic sudah terbangun sejak
lama dan terus bekerja sama saling bahu membahu untuk menegakkan keadilan baik
bagi korban maupun tersangka. Visum adalah jamak dari Visa, yang berarti dilihat
dan repertum adalah jamak dari Repere yang berarti ditemukan atau didapati,
sehingga terjemahan langsung dari VeR adalah yang dilihat dan ditemukan1.
Dari rumah sakit pemerintah maupun swasta sampai ke puskesmas, setiap bulan
ada banyak permintaan visum oleh penyidik, yang paling banyak adalah visum
untuk luka /visum perlukaan karena perkelahian, penganiayaan, dan kecelakaan lalu
lintas, selanjutnya visum untuk pelanggaran kesusilaan atau perkosaan, kemudian
diikuti visum jenazah1.
Pembuatan Visum et repertum sebagai bentuk laporan hasil pemeriksaan korban
tindak pidana, baik korban hidup maupun korban mati, merupakan salah satu
pelayanan yang diberikan oleh dokter umum maupun kedokteran forensik/ahli
forensic yang dapat membantu penegak hukum dalam menegakkan keadilan.
Visum et repertum adalah keterangan tertulis dari seorang dokter umum (dalam
kapasitasnya sebagai ahli) atau dokter ahli forensik atas permintaan resmi dari
penegak hukum yang berwenang tentang apa yang dilihat dan ditemukan pada
objek yang diperiksanya (tubuh korban baik hidup maupun mati atau bagian dari
tubuh manusia atau diduga bagian dari tubuh manusia) dengan mengingat sumpah
atau janji ketika menerima jabatan. Visum et repertum yang dimaksud merupakan

Universitas Sumatera Utara


salah satu alat bukti di peradilan yang jika dalam pembuatannya tidak benar atau
kurang berkualitas maka peranan visum dalam proses pembuktian suatu perkaa
pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia tidak tercapai, yang berlanjut
seringnya hakim perkara pidana sulit mengambil keputusan sidang tersebut 2.
Berdasarkan pada Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia nomor 11 tahun 2012
tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) halaman 29 bagian
permasalahan yang terkait profesi dokter poin 28 yang menyatakan dokter menolak
dan /atau tdak membuat visum et repertum sesuai dengan standar keilmuan yang
seharusnya wajib dikerjakan. Peraturan ini merupakan peedback gambaran umum
mengenai permasalahan pelayanan kesehatan di lapangan khususnya dalam
pelayanan untuk membantu pasien dalam upaya penegakan hukum terkait dengan
tindak pidana yang dialaminya 7. disamping itu juga menurut Herkutanto dalam
penelitiannya tahun 1999-2000 terhadap 977 VeR korban hidup di 38 rumah sakit
di Jakarta tampak bahwa sebagian besar VeR di berbagai RS masih berkualitas
rendah (Herkutanto, 2005).
Penelitian lain oleh Fadlan Tri Ramadhan, Dedi Afandi, Laode Burhanuddin
Mursali yang meneliti kualitas visum di RSUD DR.RM.PRATOMO Bagan siapi-
api periode 2009-2013 menunjukkan hasil kualitas visum et repertum yang buruk 4
.
Beberapa peneliti sebelumnya telah meneliti kualitas visum et repertum di beberapa
rumah sakit pemerinta kabupaten/ kota , namun belum ada studi atau penelitian di
RSU Haji Medan .

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis melakukan penelitian “
menentukan kualitas visum et repertum perlukaan korban hidup di RSU Haji
Medan sejak 1 Maret 2018 sampai dengan 31 Maret 2019”

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan Umum
Menentukan kualitas visum et repertum perlukaan korban hidup di RSU.Haji
Medan sejak 1 Maret 2018 sampai dengan 31 Maret 2019.

Universitas Sumatera Utara


Tujuan khusus
1. Menentukan kualitas visum et repertum korban penganiayaan di Rumah
Sakit Umum Haji Medan.
2. Menganalisa bagian mana (pendahuluan, pemeriksaan, kesimpulan) dari
visum et repertum dibuat oleh dokter yang dikeluarkan oleh unit pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit Umum Haji Medan yang tidak memenuhi
kategori,

1.4 Manfaat penelitian


Untuk memberikan kontribusi pada pimpinan unit kesehatan RSU Haji Medan
khususnya dan seluruh dokter di RSU Haji Medan umumnya terkait kualitas visum
yang dikeluarkan selama ini sehingga kedepan dapat membuat visum et repertum
yang berkualitas.

1.5 LUARAN PENELITIAN


Penelitian ini dikirim ke salah satu jurnal nasional

1.6 TARGET PENCAPAIAN


Rencana target capaian
No Jenis Luaran Indicator
capaian
1 Publikasi ilmiah di jurnal nasional (ber ISSN) Reviewed
2 Pemakalah dalam temu ilmiah local maupun nasional Draft
3 Bahan ajar Draft

3
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Visum et Repertum


Visum et repertum berasal dari kata visual yaitu melihat dan repertum yaitu
melaporkan. Jadi visum et repertum adalah suatu keterangan tertulis yang dibuat
berdasarkan permintaan tertulis penyidik yang berwenang, memuat segala sesuatu yang
dilihat dan ditemukan dalam pemeriksaan, sesuai dengan keilmuannya sebaik-baiknya
untuk kepentingan peradilan dengan mengingat sumpah ketika menerima jabatan.
Menurut pasal 10 Surat Keputusan Menteri Kehakiman No.M04.UM.01.06 Tahun 1983
menyatakan bahwa hasil pemeriksaan ilmu kedokteran kehakiman disebut dengan
visum et repertum. Dengan demikian menurut KUHAP keterangan ahli yang diberikan
oleh ahli kedokteran kehakiman oleh dokter ahli atau ahli lainnya disebut visum et
repertum.
Dalam undang-undang terdapat satu ketentuan hukum yang menuliskan langsung
tentang Visum et Repertum, yaitu pada Staatsblad (Lembaran Negara) tahun 1937
No.350 pasal 1 dan pasal 2 yang menyatakan:
Pasal 1:Visa reperta seorang dokter, yang dibuat baik atas sumpah jabatan yang
diucapkan pada waktu menyelesaikan pelajaran di negeri belanda ataupun di
Indonesia, merupakan alat bukti yang syah dalam perkara-perkara pidana, selama
visa reperta tersebut berisikan keterangan mengenai hal-hal yang dilihat dan ditemui
oleh dokter pada benda yang diperiksa 2.
Pasal 2:Pada dokter yang tidak pernah mengucapkan sumpah jabatan baik di negeri
Belanda ataupun di Indonesia, sebagaimana tersebut dalam pasal 1 diatas, dapat
mengucapkan sumpah sebagai berikut: “saya bersumpah (berjanji), bahwa saya
sebagai dokter akan membuat pernyataan-pernyataan atau keterangan-keterangan
tertulis yang diperlukan untuk kepentingan peradilan dengan sebenar-benarnya
menurut pengetahuan saya yang sebaik-baiknya. Semoga Tuhan Yang Maha
Pengasih dan Penyayang melimpahkan kekuatan lahir dan batin”2

Universitas Sumatera Utara


Bila dirinci isi Staatsblad ini mengandung makna:
- Setiap dokter yang telah disumpah waktu menyelesaikan pendidikannya di
negeri Belanda ataupun di Indonesia, ataupun dokter-dokter lain berdasarkan
sumpah khusus dapat membuat Visum et Repertum.
- Visum et Repertum mempunyai daya bukti yang syah/alat bukti yang syah
dalam perkara pidana
- Visum et Repertum berisi laporan tertulis tentang apa yang dilihat, ditemukan
pada benda-benda/korban yang diperiksa.
Ketentuan dalam Staatsblad ini sebetulnya merupakan terobosan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi dokter dalam membuat visum, yaitu mereka tidak
perlu disumpah tiap kali sebelum membuat visum. Seperti diketahui setiap keterangan
yang akan disampaikan untuk pengadilan haruslah keterangan dibawah sumpah. Dengan
adanya ketentuan ini, maka sumpah yang telah diikrarkan dokter waktu menamatkan
pendidikannya, dianggap sebagai sumpah yang syah untuk kepentingan membuat
Visum et Repertum, biarpun lafal dan maksudnya berbeda. Oleh karena itu sebelum ada
kesepakatan yang disampaikan oleh kolegium forensic tentang isi pada bagian penutup
visum yang baku, pada bagian akhir visum, masih dicantumkan ketentuan hukum ini
untuk mengingatkan yang membuat maupun yang menggunakan visum, bahwa dokter
waktu membuat visum akan bertindak jujur dan menyampaikan tentang apa yang dilihat
dan ditemukan pada pemeriksaan korban menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya.
Pada seminar lokakarnya Visum et Repertum di Medan tahun 1981 pengertian
visum dirumuskan lebih jelas, yaitu:“laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter
berdasarkan sumpah/janji yang diucapkan pada waktu menerima jabatan dokter,
memuat pemberitaan tentang segala hal (fakta) yang dilihat dan ditemukan pada benda
bukti berupa tubuh manusia (hidup atau mati) atau benda yang berasal dari tubuh
manusia yang diperiksa dengan pengetahuan dan keterampilan yang sebaik-baiknya dan
pendapat mengenai apa yang ditemukan sepanjang pemeriksaan tersebut”1. Namun
pengertian visum et repertum itu sendiri terus disempurnakan, dan saat ini yang paling
banyak dianut pengertian visum et repertum adalah :suatu keterangan tertulis yang
dibuat atas permintaan tertulis penyidik yang berwenang, mengenai hasil pemeriksaan
medis terhadap manusia, baik hidup atau mati atau bagian atau diduga bagian tubuh
manusia berdasarkan keilmuannya dan dibawah sumpah ,untuk kepentingan peradilan.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Dasar Hukum Visum et Repertum 2
Dasar hukum Visum et Repertum dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) Pasal 133 menyebutkan :
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli
kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah
mayat.
Dalam KUHAP kedudukan atau nilai Visum et Repertum adalah satu alat bukti
yang sah sebagaimana dalam KUHAP pasal 184 menyebutkan:
Alat bukti yang sah adalah:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keteragan terdakwa 6.
Pasal-pasal KUHAP yang mengatur tentang produk dokter yang sepadan dengan visum
et repertum adalah pasal 186 (keterangan ahli) dan 187 (surat), yang berbunyi:
KUHAP Pasal 186, berbunyi: “Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di
sidang pengadilan. Dan KUHAP Pasal 187(c) berbunyi:”surat sebagaimana tersebut
pada pasal 184 ayat 1 huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan
sumpah, adalah Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta
secara resmi dari padanya”.6
Bunyi Pasal 179 KUHAP menyebutkan:
1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

Universitas Sumatera Utara


2) Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang
sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya 6.
Dari penjabaran diatas jelas bahwa seorang dokter yang kapasitasnya sebagai
ahli wajib memberikan keterangan ahli jika sewaktu-waktu dimintai keterangan oleh
penyidikdan Visum et repertum dibuat berdasarkan permintaan dari pihak yang
berwenang yaitu penyidik dan penyidik pembantu sebagaimana bunyi pasal 7 ayat (1)
butir h dan pasal 11 KUHAP.Yang termasuk penyidik menurut KUHAP pasal 6 ayat (1)
jo PP no.27 tahun 1983 pasal 2 ayat (1) adalah Pejabat Polisi Negara RI yang diberi
wewenang khusus oleh UU dengan pangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua
(PELDA), atau saat ini disebut AIPDA,sedangkan penyidikpembantu berpangkat
serendah-rendahnya Sersan Dua (SERDA), yang saat ini disebut BRIPDA 6.
Bila dokter yang dimintai keterangan oleh penyidik menyatakan
menolakmakadapat dikenakan sanksi yaitu:Pasal 216 KUHPyang berbunyi:
1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang
dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi
sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi
kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa
dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan
guna menjalankan ketentuan undang-undang yang dilakukan oleh salah seorang
pejabat tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua
minggu atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah 6.

2.3 Fungsi dan Peran Visum et Repertum


Visum et Repertum dapat berperan dalam proses pembuktian suatu perkara
pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Sebagaimana yang tertulis dalam Pasal
184 KUHAP, Visum et Repertum merupakan/berfungsi sebagai alat bukti yang sah
dalam proses peradilan, yang berupa keterangan ahli, surat, dan petunjuk. Dalam
penjelasan Pasal 133 KUHAP, dikatakan bahwa keterangan ahli yang diberikan oleh
dokter spesialis forensik merupakan keterangan ahli, sedangkan yang dibuat oleh dokter
selain spesialis forensik disebut keterangan. Hal ini diperjelas pada Pedoman

Universitas Sumatera Utara


Pelaksanaan KUHAP dalam Keputusan Menteri Kehakiman RI No.M.01.PW.07.03
Tahun 1982 yang menjelaskan bahwa keterangan yang dibuat oleh dokter bukan ahli
merupakan alat bukti petunjuk. Dengan demikian, semua hasil Visum et Repertumyang
dikeluarkan oleh dokter spesialis forensik maupun dokter bukan spesialis forensik
merupakan alat bukti yang sah sesuai dengan Pasal 184 KUHAP 2.
Di dalam Pasal 184 KUHAP, alat bukti yang sah tersebut berturut-turut adalah
keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Beban
pembuktian dari masing-masing alat bukti tersebut berbedansesuai dengan
urutannya. Sebagai contoh, keterangan saksi harus lebih dipercaya oleh hakim bila
dibandingkan dengan keterangan terdakwa. Demikian halnya dengan keterangan
ahli yang diberikan oleh seorang dokter spesialis forensik tentunya akan
mempunyai beban pembuktian yang lebih besar bila dibandingkan dengan keterangan
yang diberikan oleh dokter bukan spesialis forensik. Sehingga, kedudukan Visum et
Repertum yang dibuat oleh dokter spesialis forensik masih lebih tinggi dibandingkan
dengan Visum et Repertum yang dibuat oleh dokter bukan spesialis forensik 6.
Visum et Repertum juga dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti karena
segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medis telah diuraikan di dalam bagian
Pemberitaan. Karena barang bukti yang diperiksa tentu saja akan mengalami
perubahan alamiah, seperti misalnya luka yang telah sembuh, jenazah yang mengalami
pembusukan atau jenazah yang telah dikuburkan yang tidak mungkin dibawa ke
persidangan, maka Visum et Repertummerupakan pengganti barang bukti tersebut yang
telah diperiksa secara ilmiah oleh dokter ahli.
Apabila Visum et Repertum belum dapat menjernihkan suatu duduk
persoalan di sidang pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau
diajukannya bahan baru. Sesuai dengan Pasal 180 KUHAP, hakim tersebut dapat
meminta kemungkinan untuk dilakukan pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang
bukti jika memang timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat
hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan.
Visum et repertum berbeda dengan catatan medik dan surat keterangan medik
lainnya karena visum et repertum dibuat atas kehendak undang-undang yang
berlaku,maka dokter tidak dapat dituntut karena membuka rahasia pekerjaan
sebagaimana diatur dalam pasal 322 KUHP, meskipun dokter membuatnya tanpa seizin

Universitas Sumatera Utara


pasien dan selama visum et repertum dibuat untuk dipergunakan dalam proses peradilan
2
.

2.4 Jenis-jenis Visum et Repertum


Berdasarkan waktu pemberiannya, visum untuk orang hidup dapat dibedakan atas:
(1) Visum seketika (definitive). Visum yang langsung diberikan setelah korban
selesai diperiksa. Visum inilah yang paling banyak dibuat oleh dokter.
(2) Visum sementara. Visum yang diberikan pada korban yang masih dalam
perawatan. Biasanya visum sementara ini diperlukan penyidik untuk
menentukan jenis kekerasan, sehingga dapat menahan tersangka atau sebagai
petunjuk dalam menginterogasi tersangka. Dalam visum sementara ini belum
ditulis kesimpulan, maksudnya kualifikasi lukanya belum dapat dikualifikasikan.
(3) Visum lanjutan. Visum ini diberikan setelah korban sembuh atau meninggal dan
merupakan lanjutan dari visum sementara yang telah diberikan sebelumnya,
tetapi dapat juga visum lanjutan diminta tanpa ada visum sementaranya. Dalam
visum ini harus dicantumkan nomor dan tanggal dari visum sementara yang
telah diberikan. Dalam visum ini dokter telah membuat kesimpulan. Visum
lanjutan tidak perlu dibuat oleh dokter yang membuat visum sementara, tetapi
oleh dokter yang terakhir merawat penderita. Apalagi bila pasien kemudian
dirujuk ke rumah sakit lain, tentu dokter yang merawatnya kemudian pasti
dokter yang berbeda 1,2,8.
Berdasarkan objek yang diperiksa, Visum et Repertum dibagi menjadi dua yaitu:
(1) Objek psikis
Visum et Repertum hasil pemeriksaan berupa objek psikis ialah Visum et
Repertum psikiatrikum. Visum et Repertum ini perlu dibuat karena adanya pasal
44 ayat (1) KUHP yang berbunyi “Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak
dapat dipertanggung jawabkan padanya disebabkan karena jiwanya cacat
dalam pertumbuhan atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana”.
Jadi yang dapat dikenakan pasal ini tidak hanya orang yang menderita
penyakit jiwa (psikosis), tetapi juga orang dengan retardasi mental. Apabila
penyakit jiwa (psikosis) yang ditemukan, maka harus dibuktikan apakah
penyakit itu telah ada sewaktu tindak pidana tersebut dilakukan. Tentu saja, jika

Universitas Sumatera Utara


semakin panjang jarak antara saat kejadian dengan saat pemeriksaan, maka akan
semakin sulit bagi dokter untuk menentukannya sehingga diperlukan
pemeriksaan lanjutan. Demikian pula jenis penyakit jiwa yang bersifat hilang
timbul, juga akan mempersulit pembuatan kesimpulan dokter.
Visum et Repertum psikiatrikum dibuat untuk tersangka atau terdakwa
pelaku tindak pidana, bukan bagi korban sebagaimana Visum et Repertum
lainnya. Selain itu, Visum et Repertum psikiatrikum menguraikan tentang segi
kejiwaan manusia, bukan segi fisik atau raga manusia. Oleh karena Visum et
Repertum psikiatrikum menyangkut masalah dapat dipidana atau tidaknya
seseorang atas tindak pidana yang dilakukannya, maka lebih baik pembuat
Visum et Repertum psikiatrikum ini adalah dokter spesialis psikiatri yang
bekerja di rumah sakit jiwa atau rumah sakit umum 3,8.
(2) Objek fisik, yang dapat dibagi menjadi dua yaitu
A. Visum et Repertum orang hidup
a. Visum et Repertum perlukaan atau keracunan
Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik pada pasien/korban
hidup adalah untuk mengetahui penyebab luka atau sakit dan derajat
parahnya luka atau sakitnya tersebut sejauh mana dapat
mempengaruhi kesehatannya maupun pekerjaannya. Terhadap setiap
pasien, dokter harus membuat catatan medis atas semua hasil
pemeriksaan medisnya.
Karakter pasien/korban perlukaan umumnya; korban dengan luka
ringan,biasanya datang ke dokter setelah melapor ke penyidik atau
pejabat kepolisian, sehingga saat mereka datang ke dokter,
pasien/korban datang dengan membawa serta surat permintaan
Visum et Repertum. Sedangkan para korban dengan luka sedang dan
berat, akan datang ke dokter atau rumah sakit sebelum melapor ke
penyidik, sehingga surat permintaan Visum et Repertum-nya akan
datang terlambat. Keterlambatan surat permintaan Visum et
Repertum ini dapat diperkecil dengan diadakannya kerja sama yang
baik antara dokter atau institusi kesehatan dengan penyidik atau
instansi kepolisian.

10

Universitas Sumatera Utara


Dalam membuat kesimpulan dalam kasus perlukaan dokter harus
menentukan juga derajat keparahan luka yang dialami korban atau
disebut juga derajat kualifikasi luka. Ini sebagai usaha untuk
membantu yudex facti dalam menegakkan keadilan. Kualifikasi luka
yang dapat dibuat dokter adalah menyatakan pasien mengalami luka
ringan, sedang, atau berat.
Yang dimaksud dengan luka ringan disini luka menurut ukuran
ilmu kedokteran yang jika diterjemahkan kedalam bahasa hukum
adalah luka yang tidak menimbulkan halangan dalam menjalankan
mata pencaharian/jabatan, tidak mengganggu kegiatan sehari-hari.
Menurut buku ilmu kedokteran forensic dari FKUI halaman 12,
korban penganiayaan tanpa luka atau korban mendapat luka lecet
atau memar kecil dilokasi yang tidak berbahaya yang tidak
menurunkan fungsi alat tubuh tertentu , tanpa disebutkan jenis
pekerjaannya dapat dikatakan penganiayaan ringan. Sedangkan luka
berat harus disesuaikan dengan ketentuan dalam undang-undang
yaitu yang diatur dalam KUHP pasal 90. Luka sedang adalah
keadaan luka diantara luka ringan dan luka berat.Menurut Sofian
dahlan bahwa luka sedang adalah luka yang menimbulkan halangan
dalam menjalankan pekerjaan/jabatan untuk sementara waktu 3,8.
KUHP pasal 90,Luka berat berarti:
(1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.
(2) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan
atau pekerjaan pencaharian.
(3) Kehilangan salah satu panca indra
(4) Mendapat cacat berat
(5) Menderita sakit lumpuh
(6) Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih
(7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.6
Penganiayaan ringan diatur dalam KUHP pasal 352 dan
penganiayaan sedang diatur dalam KUHP pasal 351 ayat 1.

11

Universitas Sumatera Utara


KUHP pasal 352
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka
penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian, diancam
sebagai penganiayaan ringan dengan pidana penjara paling lama
tiga bulan atau pidana denda empat ribu lima ratus rupiah.6
KUHP pasal 351
(1) Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya
dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah
(2) Jika perbuatan itu menjadikan luka berat dyang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.6

b. Visum et Repertum korban kejahatan susila 2


Pada umumnya, korban kejahatan susila yang dimintakan Visum
et Repertum-nya kepada dokter adalah kasus dugaan adanya
persetubuhan yang diancam hukuman oleh KUHP. Persetubuhan
yang diancam pidana oleh KUHP meliputi perzinahan,
pemerkosaan, persetubuhan pada wanita yang tidak berdaya, dan
persetubuhan dengan wanita yang belum cukup umur.
Untuk kepentingan peradilan, dokter berkewajiban untuk
membuktikan adanya persetubuhan, adanya kekerasan, serta usia
korban. Selain itu, dokter juga diharapkan memeriksa adanya
penyakit hubungan seksual, kehamilan, dan kelainan psikiatri
atau kejiwaan sebagai akibat dari tindak pidana tersebut. Dokter
tidak dibebani pembuktian adanya pemerkosaan karena istilah
pemerkosaan adalah istilah hukum yang harus dibuktikan di depan
sidang pengadilan.

12

Universitas Sumatera Utara


B. Visum et Repertum orang mati (jenazah)2
Visum et Repertum jenazah dibuat terhadap korban yang meninggal.
Tujuan pembuatan Visum et Repertumini adalah untuk menentukan sebab,
cara, dan mekanisme kematian. Jenazah yang akan dimintakan Visum et
Repertum-nya harus diberi label yang memuat identitas mayat, di-lak
dengan diberi cap jabatan, yang dikaitkan pada ibu jari kaki atau bagian
tubuh lainnya. Pada surat permintaan Visum et Repertum-nya harus jelas
tertulis jenis pemeriksaan yang diminta, apakah hanya pemeriksaan luar
jenazah atau pemeriksaan bedah jenazah (autopsi), sesuai dengan Pasal 133
ayat 2 KUHAP.
a. Visum et Repertum dengan pemeriksaan luar 1,2,3
Pemeriksaan luar jenazah adalah pemeriksaan berupa
tindakan tanpa merusak keutuhan jaringan/tubuh jenazah.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan teliti dan sistematik, serta
kemudian dicatat secara rinci, mulai dari bungkus atau tutup jenazah,
pakaian, benda-benda di sekitar jenazah, perhiasan, ciri-ciri umum,
ciri-ciri khusus, tanda-tanda kematian (tanatologi), gigi geligi, dan
luka atau cedera atau kelainan yang ditemukan di seluruh bagian luar.
Apabila penyidik hanya meminta pemeriksaan luar saja,
maka kesimpulan Visum et Repertum menyebutkan jenis luka atau
kelainan yang ditemukan dan jenis kekerasan penyebabnya,
sedangkan sebab matinya tidak dapat ditentukan karena tidak
dilakukan pemeriksaan bedah jenazah. Bila dapat diperkirakanlama
kematian sebelum pemeriksaan autopsy (perkiraan waktu kematian)
dapat dicantumkan dalam bagian kesimpulan.
b. Visum et Repertum dengan pemeriksaan luar dan dalam
Bila disertakan pemeriksaan autopsi, maka penyidik wajib
memberi tahu kepada keluarga korban dan menerangkan maksud dan
tujuan pemeriksaan. Autopsi dilakukan jika keluarga korban
tidak keberatan(dibuktikan dengan surat persetujuan keluarga), atau
bila dalam dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga korban
(Pasal 134 ayat 2 KUHAP), maka autopsy dapat dilaksanakan.

13

Universitas Sumatera Utara


Jenazah yang diperiksa dapat juga berupa jenazah yang didapat
dari penggalian kuburan (Pasal 135 KUHAP).
Pemeriksaan autopsi dilakukan menyeluruh dengan membuka
rongga tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul. Selain itu
juga dilakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti
pemeriksaan histopatologi, toksikologi, serologi, dan lain
sebagainya. Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab kematian
korban, jenis luka atau kelainan, jenis kekerasan penyebabnya, dan
perkiraan waktu kematian.

2.5 Struktur Visum et Repertum 2


Setiap visum et repertum harus dibuat memenuhi ketentuan umum sebagai berikut :
a. Diketik diatas kertas putih berkepala surat instansi pemeriksa.
b. Bernomor dan bertanggal
c. Mencantumkan kata “Pro Justitia” dibagian atas kiri
d. Menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar
e. Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu mendeskripsikan temuan
pemeriksaan
f. Tidak menggunakan istilah asing, jika terpaksa beri penjelasan bahasa indonesia
g. Jika penulisan kalimat berakhir tidak pada tepi kanan format, maka sesudah
tanda titik haris diberi garis hingga ke tepi kanan format.
h. Jika diperlukan gambar/ foto diberikan dalam bentuk lampiran.
i. Ditandatangani dan diberi nama jelas
j. Berstempel instansi pemeriksa tersebut
k. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan
l. Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum. Apabila ada lebih
dari satu instansi peminta, misalnya penyidik POLRI dan penyidik POM, dan
keduanya berwenang untuk itu, maka kedua instansi tersebut dapat diberi visum
et repertum masing-masing asli.
m. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya, dan
disimpan sebaiknya hingga 20 tahun.
Visum et Repertum terdiri dari 5 kerangka dasar yang terdiri dari:

14

Universitas Sumatera Utara


1. Pembukaan
Kata pembukaan itu sendiri tidak ada, yang ada kata “Pro justitia” , dokter harus
menyadari bahwa semua surat, baru sah dipengadilan bila dibuat diatas kertas
bermaterai dan hal ini akan menyulitkan bagi dokter bila setiap visum yang
dibuatnya harus memakai kertas bermaterai. Berpedoman kepada peraturan pos,
maka bila dokter menulis pro-justitia dibagian atas visum, maka itu sudah
dianggap sama dengan kertas bermaterai.Penulisan kata Pro-Justisia pada bagian
kiri atas dari visum lebih diartikam agar pembuat maupun pemakai visum dari
semula menyadari bahwa laporan itu adalah demi keadilan (Pro-Justitia). Bila
dokter sejak semula memahami bahwa laporan yang dibuatnya adalah secara
tidak langsung partisipasinya dalam menegakkan hukum dan keadilan, maka saat
mulai memeriksa korban ia telah menyadari bantuan yang diberikan akan
dipakai sebagai salah satu alat bukti yang sah dalam menegakkanhukum dan
keadilan.1,2,3
2. Pendahuluan
Kata pendahuluan pada bagian ini tidak ada.Bagian ini berisi 3
komponen utama yaitu dokter pemeriksa, penyidik yang meminta untuk
dilakukan pemeriksaan dan korban/tersangka yang diperiksa.Bagian ini berisi
tentang siapa yang memeriksa, tempat/instansi dilakukannya pemeriksaan, hari,
tanggal dan jam pemeriksaan. mengapa diperiksa, dan atas permintaan siapa
visum itu dibuat. Nama penyidik, instansi, nomor surat permintaan visum,
tanggal permintaan. Data diri korban diisi sesuai dengan yang tercantum dalam
surat permintaan visum. Pada korban hidup, jika dalam surat permintaan visum,
pekerjaan korban tidak begitu jelas/tidak rinci maka lakukan anamnesa untuk
mengetahui secara rinci yang dilakukan korban dalam pekerjaannya.1,2,3
Pasien yang memenuhi kriteria sebagai korban diduga akibat peristiwa pidana
adalah:
• Pasien dengan trauma
• Pasien keracunan atau diduga keracunan
• Pasien tidak sadar dengan riwayat yang tidak diketahui
• Pasien diduga korban kejahatan seksual
• Korban dengan surat permintaan visum et repertum

15

Universitas Sumatera Utara


• Diduga korban tindak pidana berdasarkan petunjuk lain 1,2,3

3. Pemeriksaan/Hasil pemeriksaan
Bagian ini berjudul hasil pemeriksaan, dan bukan hasil pemeriksaan luar
sebagaimana sering dituliskan oleh mahasiswa.Bagian terpenting dari visum
sebetulnya terletak pada bagian ini, karena apa yang dilihat dan ditemukan
dokter dicatat dan sebagai pengganti barang bukti dalam bentuk laporan yang
disebut sebagai Visum et Repertum. Pada bagian ini dokter melaporkan hasil
pemeriksaannya secara objektif. Pada bagian ini dokter menuliskan jenis
luka/cedera, daerah/regio dimana luka ditemukan, ukuran luka, jarak luka dari
garis tengah tubuh dan/atau dari titik anatomis tertentu.
Bila dilakukan autopsi pada jenazah maka diuraikan hasil pemeriksaan
alat dalam yang berkaitan dengan perkara dan matinya orang tersebut.Temuan
hasil pemeriksaan medik yang bersifat rahasia dan tidak berhubungan dengan
perkaranya tidak dituangkan ke dalam bagian pemberitaan dan dianggap tetap
sebagai rahasia kedokteran.1,2,3
4. Kesimpulan
Bagian ini berjudul “kesimpulan”.Untuk pemakai visum, ini adalah
bagian yang terpenting, karena diharapkan dokter dapat menyimpulkan kelainan
yang terjadi pada korban menurut keahliannya. Pada korban luka perlu
penjelasan tentang jenis luka, jenis kekerasan, hubungan sebab-akibat dari
kelainan, tentang derajat kualifikasi luka, berapa lama korban dirawat dan
bagaimana harapan kesembuhan.
Pada korban perkosaan atau pelanggaran kesusilaan perlu penjelasan
tentang tanda-tanda persetubuhan, tanda-tanda kekerasan, kesadaran korban
serta bila perlu umur korban.1,2,3
5. Penutup
Bagian ini tidak memiliki judul dan berisi kalimat baku.Bagian penutup ditandai
dengan kalimat “ Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan
sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan mengingat sumpah sesuai dengan
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana “. Bagian ini mengingatkan para
dokter bahwa laporan tersebut dibuat dengan sejujur-jujurnya, tidak ditambahi

16

Universitas Sumatera Utara


maupun dikurangi serta tanpa dipengaruhi oleh pihak manapun, laporan ini juga
dibuat berdasarkan keilmuan yang sebaik-baiknya dan melaporkan hasil
pemeriksaan yang terkait dengan kasusnya, sementara yang tidak terkait
kasusnya akan tetap menjadi rahasia medis. Laporan ini juga dibuat sesuai
prosedur dalam kitab undang-undang hukum acara pidana, untuk tujuan
peradilan.1,2,3
Dengan kata lain, Pada bagian penutup berisi landasan undang-
undang/peraturan, yaitu undang-undang no.8 tahun 1981 (KUHAP) dan sumpah
jabatan/dokter yang berisikan kesungguhan dan kejujuran tentang apa yang
diuraikan pemeriksa dalam visum et repertum.
Selain dari 5 bagian diatas, Visum et Repertum dapat juga disertakan lampiran foto.
Lampiran foto terutama perlu untuk memudahkan pemakai visum memahami laporan
yang disampaikan dalam visum. Pada luka yang sulit disampaikan dengan kata-kata,
dengan lampiran foto akan memudahkan pemakai visum memahami apa yang ingin
disampaikan dokter.1,2,3,8

2.6 Tata Cara Permohonan dan Pencabutan Visum et Repertum


Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter
untuk membuat Visum et Repertum. Syarat permintaan Visum et Repertum korban
hidup yaitu:
(1) Harus tertulis, tidak boleh secara lisan
(2) Surat permohonan/permintaan visum harus diserahkan langsung kepada
dokter/kepala instansi/kepala rumah sakit, tidak boleh dititip melalui korban atau
keluarga korban. Juga tidak diperbolehkan melalui jasa pos
(3) Ada alasan mengapa korban dibawa kedokter
(4) Ada identitas korban
(5) Ada identitas peminta
(6) Mencantumkan tanggal permintaannya
(7) Korban diantar oleh polisi atau jaksa.
Jika korban sudah meninggal dunia, sesuai dengan KUHAP pasal 133 maka
permintaan dilakukan secara tertulis dan disebutkan secara jelas apakah untuk
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat, serta pada saat mayat dikirim

17

Universitas Sumatera Utara


kerumah sakit harus diberi label mayat yang memuat identitas mayat, dilak dengan
diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari atau bagian lain badan mayat.Pada
kenyataanya dilapangan sering terjadi ketidak pahaman dari pihak penegak hukum
tentang tata cara permohonan visum kepada dokter, sehingga dapat menyebabkan
kerugian pada pihak korban. Maka dari itu diterbitkan instruksi polisi
No.Pol.INS/E/20/IX/75 tentang tata cara permohonan/pencabutan Visum et
Repertum.Pada dasarnya penarikan/pencabutan surat permintaan Visum et Repertum
tidak dapat dibenarkan. Bila terpaksa Visum et Repertum yang sudah diminta harus
diadakan pencabutan/penarikan kembali, maka hal tersebut hanya diberikan oleh
komandan kesatuan paling rendah tingkat Kombes dan untuk kota hanya oleh
DANTES.1

2.7 KUALIFIKASI LUKA 2


A. Korban Hidup
Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik pada korban hidup adalah mengetahui
penyebab luka/sakit dan derajat parahnya luka atau sakitnya tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk memenuhi rumusan delik dalam KUHP.
Jika dari sudut medik, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai atau
tidak disertai diskontinuitas permukaan kulit) akibat trauma, dari sudut hukum, luka
merupakan kelainan yang dapat disebabkan oleh suatu tindak pidana, baik yang bersifat
sengaja (intensional), ceroboh (recklessness), atau kurang hati-hati (negligence). Untuk
menentukan berat ringannya hukuman, perlu ditentukan lebih dahulu berat ringannya
luka.5
Kebijakan hukum pidana di dalam penentuan berat ringannya luka didasarkan
atas pengaruhnya terhadap:
- kesehatan jasmani,
- kesehatan rohani,
- kelangsungan hidup janin di dalam kandungan,
- estetika jasmani, dan
- pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencarian.5
1. Luka ringan

18

Universitas Sumatera Utara


Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencariannya, sebagaimana yang diuraikan
dalam pasal 352 ayat 1 KUHP. Umumnya yang dianggap sebagai hasil penganiayaan
ringan adalah korban “tanpa luka” atau dengan luka lecet atau memar kecil di lokasi
yang tidak berbahaya/yang tidak menurunkan fungsi alat tubuh tertentu (IKF FKUI).2
2. Luka sedang
Luka sedang adalah luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencariannya untuk sementara waktu
(Dahlan,2004).
3. Luka berat
Luka berat adalah luka sebagaimana yang diuraikan di dalam pasal 90 KUHP, yang
terdiri atas :
a. Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan sempurna.
Pengertian tidak akan sembuh dengan sempurna lebih ditujukan pada fungsinya.
Contohnya trauma pada satu mata yang menyebabkan kornea robek. Sesudah
dijahit lukanya sembuh, tetapi mata tersebut tidak dapat melihat.
b. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut.
Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut memiliki pengertianberpotensi
menimbulkan kematian, tetapi sesudah diobati dapat sembuh.
c. Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan pekerjaan jabatan
atau mata pencariannya.
Luka jenis ini adalah luka yang dari sudut medik tidak membahayakan jiwa,
tetapi dari sudut hukum dapat dikatagorikan sebagai luka berat. Contohnya:
trauma pada tangan kiri pemain biola atau pada wajah seorang peragawati dapat
dikatagorikan luka berat jika akibatnya mereka tidak dapat lagi menjalankan
pekerjaan tersebut selamanya.
d. Kehilangan salah satu panca indera.
Jika trauma menimbulkan kebutaan satu mata atau kehilangan pendengaran satu
telinga, tidak dapat digolongkan kehilangan indera. Meskipun demikian, trauma
ini tetap digolongkan sebagai luka berat berdasarkan butir (a) di atas.
e. Cacat berat atau kudung.
f. Lumpuh.

19

Universitas Sumatera Utara


g. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya pikir tidak
harus berupa kehilangan kesadaran, melainkan dapat juga berupa amnesia,
disorientasi, ansietas, depresi, atau gangguan jiwa lainnya.
h. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Yang dimaksud dengan
keguguran adalah keluarnya janin sebelum masa waktunya, yang tidak didahului
oleh proses yang sebagaimana umumnya terjadi seorang wanita ketika
melahirkan. Sedangkan kematian janin mengandung pengertian bahwa janin
tidak lagi menunjukkan tanda-tanda hidup. Tidak dipersoalkan bayi keluar atau
tidak dari perut ibunya.
Dengan demikian, di dalam penulisan kesimpulan VeR kasus-kasus perlukaan,
dokter harus menuliskan luka-luka atau cedera atau penyakit yang ditemukan, jenis
trauma, penyebabnya, serta derajat perlukaan. Derajat luka dituliskan dalam kalimat
yang mengarah ke rumusan delik dalam KUHP.
Contoh kesimpulan pada kasus dengan luka ringan:
“Pada korban laki-laki ini, ditemukan memar pada pipi kiri akibat kekerasan tumpul
yang tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam melakukan pekerjaan”.
Contoh kesimpulan pada kasus luka sedang:
“Pada korban wanita ini, ditemukan patah tulang tertutup pada tulang paha kanan akibat
kekerasan tumpul, yang mengakibatkan penyakit dan halangan dalam melakukan
pekerjaannya selama 30 hari”. atau pada kasus lain : “Pada korban wanita ini,
ditemukan luka robek di tungkai bawah kiri akibat kekerasan tumpul, sehingga
mengakibatkan penyakit yang memerlukan pengobatan jalan selama 30 hari”.
Contoh kesimpulan pada kasus dengan luka berat:
“Pada korban laki-laki ini, ditemukan luka tusuk di dada sisi kanan yang mengenai baga
tengah paru kanan akibat kekerasan tajam, yang telah mendatangkan bahaya maut
baginya”.
Atau pada kasus lain: “Pada korban laki-laki ini, ditemukan luka robek dan memar pada
mata kanan akibat kekerasan tumpul yang mengakibatkan hilangnya indra penglihatan
sebelah kanan untuk selamanya”.2

20

Universitas Sumatera Utara


B. Korban Mati
Bagian kesimpulan visum et repertum ,yang merupakan jembatan antara dokter
dengan penegak hukum, harus dilengkapi dengan kualifikasi luka (korban hidup) atau
penyebab kematian, jika korban mati.1,2,3,8

21

Universitas Sumatera Utara


BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

VISUM PENDAHULUAN
PEMERIKSAAN
KUALITAS
ET
REPERTUM KESIMPULAN

22

Universitas Sumatera Utara


3.2 Defenisi Operasional
No variabel Defenisi Alat Ukur Cara Hasil Skala
Operasional Ukur Ukur
1 Visum et Keterangan Herkutanto Dokumen Kurang Ordinal
repertum tertulis yang (1997) (observasi) baik
dibuat oleh dokter
atas permintaan Sedang
tertulis penyidik
yang berwenang Baik
mengenai hasil
pemeriksaan
medik terhadap
manusia, baik
hidup atau mati
ataupun bagian
dari tubuh
manusia,
berdasarkan
keilmuannya dan
dibawah sumpah
untuk kepentingan
peradilan .

2 Pendahuluan Bab 2 dari ver Herkutanto Dokumen Kurang Ordinal


yang meliputi (1997) (observasi) baik
5variabel yaitu
tempat Sedang
pemeriksaan,
waktu Baik
pemeriksaan, data
korban yang
diperiksa, data
penyidik yang
meminta
pemeriksaan dan
data dokter yang
melakukan
pemeriksaan
3 Pemberitaan Bab 3 dari ver Herkutanto Dokumen Kurang Ordinal
yang memuat (1997) (observasi) baik
keadaan umum
korban dan luka Sedang
yang dideritanya.
Baik
4 Kesimpulan Bab 4 dari ver Herkutanto Dokumen Kurang Ordinal
yang merupakan (1997) (observasi) baik
pendapat subjektif

23
Universitas Sumatera Utara
dokter pemeriksa Sedang

Baik
5 kualitas Skala pengukuran Herkutanto Dokumen Kurang ordinal
terhadap variabel (1997) (observasi) baik
yang dinilai
Sedang

Baik

24

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan
diskriptif analitik terhadap data visum et repertum perlukaan korban hidup di
RSU Haji Medan periode 1 Maret 2018 sampai dengan 31 Maret 2019.

4.2. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian


a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Medan.

b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai bulan Mei sampai bulan Juni 2019.

4.3. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah Visum et Repertum perlukaan
korban hidup yang pernah dibuat dokter-dokter yang ada di UGD Rumah Sakit
Umum Haji Medan.
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan metode total
sampling.

4.4. Metode Pengumpulan Data


4.4.1. Kriteria Inklusi
Dalam penelitian ini kriteria inklusi adalah Visum et Repertum perlukaan
dengan korban hidup yang dibuat oleh dokter UGD Rumah Sakit Umum
Haji Medan periode 1 Maret 2018 sampai dengan 31 Maret 2019.

4.4.2. KriteriaEksklusi
kriteria eksklusi adalah visum et repertum korban mati dan visum
perkosaan korban hidup.
4.5. Variabel Penelitian

25

Universitas Sumatera Utara


Variabel dalam penelitian ini yaitu visum yang dibuat oleh dokter UGD
Rumah Sakit Umum Haji Medan.

4.6. Metode Pengukuran Terhadap Variabel Visum et Repertum Perlukaan


Pada Korban Hidup
Penilaian dilakukan terhadap 13 variabel sebagai berikut :
1. 5 ( lima ) variabel bagian pendahuluan, yaitu : tempat pemeriksaan,
waktu pemeriksaan, data subyek yang diperiksa, data penyidik yang
meminta pemeriksaan, dan data dokter yang melakukan pemeriksaan.
2. 6 ( enam ) variabel bagian pemberitaan, yaitu : anamnesis, tanda vital,
lokasi pada tubuh, karakteristik luka, ukuran luka, dan tindakan
pengobatan / perawatan yang diberikan.
3. 2 ( dua ) variabel bagian kesimpulan, yaitu : jenis luka, dan kualifikasi
luka.
Skoring dilakukan terhadap unsur-unsur ke-13 variabel dengan
menggunakan tiga skala pengukuran, yaitu : 0, 1, dan 2. Semakin baik kualitas
deskripsi unsur suatu variabel maka semakin tinggi skor yang diperoleh ( dalam
hal ini nilai tertinggi adalah 2 ). Untuk memperjelas apa yang dimaksud dengan
unsur-unsur yang diukur pada suatu variabel maka digunakanlah defenisi
operasional.

a. Variabel 1. Tempat Pemeriksaan


Pencamtuman tempat pemeriksaan pada bagian pendahuluan VeR
merupakan pernyataan formal terhadap tempat / locus, dimana korban
diperiksa yang meliputi unsur-unsur nama Rumah Sakit , alamat Rumah
Sakit .
Skor : 0 = tidak dicantumkan tempat pemeriksaan sama sekali
1 = hanya dicantumkan salah satu, nama rumah sakit / instansi
pemeriksa atau bagian / instalasi tempat pemeriksaan saja
2 = mencamtumkan dengan lengkap nama rumah sakit / instansi
pemeriksa dan bagian / instalasi secara lengkap.
Defenisi operasional bagian / instalasi tempat pemeriksaan misalnya

26
Universitas Sumatera Utara
Instalasi Gawat darurat.
b. Variabel 2. Waktu Pemeriksaan
Pencantuman waktu pemeriksaan pada bagian pendahuluan VeR merupakan
pernyataan formal terhadap waktu / tempus saat korban diperiksa yang
meliputi unsur-unsur jam, tanggal, bulan, dan tahun.
Skor : 0 = tidak mencantumkan waktu pemeriksaan sama sekali
1 = hanya mencantumkan tanggal, bulan dan tahun pemeriksaan saja
tanpa mencantumkan jam pemeriksaan.
2 = mencantumkan dengan lengkap tanggal, bulan, dan tahun
pemeriksaan serta jam pemeriksaan.
c. Variabel 3. Data subyek yang diperiksa
Pencantuman data subyek yang diperiksa pada bagian pendahuluan VeR
sesuai dengan surat permintaan VeR dari penyidik yang meliputi unsur-
unsur nama, jenis kelamin, umur dan alamat.
Skor : 0 = tidak mencantumkan data subyek yang diperiksa sama sekali.
1 = hanya mencantumkan salah satu unsur saja ( nama saja, jenis
kelamin saja, umur saja, alamat saja ).
2 = mencantumkan dua unsur ( nama, jenis kelamin, umur, dan
alamat )
d. Variabel 4. Data peminta pemeriksaan
Pencantuman data penyidik yang meminta pemeriksaaan pada bagian
pendahuluan VeR sesuai dengan surat permintaan VeR dari penyidik yang
meliputi unsur-unsur nama penyidik, pangkat atau NRP, unit / satuan kerja
penyidik yang meminta. Asumsi yang digunakan adalah bahwa dalam surat
permintaan VeR tidak dicantumkan data penyidik memang tercantum.
Apabila dalam surat permintaan VeR tidak dicantumkan data tersebut, maka
surat permintaan VeR tersebut seharusnya dikembalikan kepada penyidik
untuk dilengkapi, dan bila VeR dibuat juga tanpa kelengkapan tersebut maka
VeR tersebut tidak elligible untuk dinilai.
Skor : 0 = tidak mencantumkan data penyidik yang meminta pemeriksaan
sama sekali.
1 = hanya mencantumkan salah satu unsur saja ( nama penyidik, atau

27
Universitas Sumatera Utara
unit / satuan kerja penyidik )
2 = mencantumkan dua unsur ( nama penyidik, dan unit / satuan kerja
penyidik ).
Defenisi Operasional unit / satuan kerja penyidik misalnya adalah satuan
reserse, atau satuan lalu lintas.
e. Variabel 5. Data dokter pemeriksa
Pencantuman data dokter yang melakukan pemeriksaan pada bagian
pendahuluan VeR sesuai dengan keahliannya yang meliputi unsur-unsur
nama dokter, dan spesialisasinya.
Skor : 0 = tidak mencantumkan data dokter yang melakukan pemeriksaan
sama sekali.
1 = hanya mencantumkan nama dokter saja.
2 = mencantumkan dua unsur ( nama dokter dan spesialisasinya ).
f. Variabel 6. Anamnesis
Pada bagian pemberitaan didapati anamnesis atau allo-anamnesis terhada
korban yang meliputi unsur-unsur keluhan, dan riwayat penyakit yang
pernah atau sedang dideritanya ( pre-existing disease ). Dalam hal pasien
tidak sadar dan pengantar tidak mengetahui riwayat penyakitnya maka hal
ini dapat ditanyakan setelah pasien sadar.
Skor : 0 = tidak mencantumkan anamnesis / allo-anamnesis
1 = hanya mencantumkan salah satu unsur saja ( keluhan korban, atau
penyakit yang pernah atau tengah diderita ).
2 = mencantumkan dua unsur ( keluhan subyektif, keluhan obyektif,
penyakit yang pernah atau tengah diderita ).
Defenisi operasional keluhan korban misalnya adalah korban merasa pusing,
mual, sakit, muntah, dan sebagainya.Penyakit yang pernah atau tengah
diderita korban adalah kondisi fisiologis atau anatomis korban yang dapat
mempengaruhi penilaian pemeriksa atas trauma yang terjadi saat ini.
g. Variabel 7. Tanda vital
Pemeriksaan dilakukan terhadap tanda-tanda vital korban meliputi unsur-
unsur kesadaran, tekanan darah, pernafasan dan suhu.
Skor : 0 = tidak mencantumkan tanda-tanda vital sama sekali.

28
Universitas Sumatera Utara
1 = hanya mencantumkan salah satu unsur tanda vital saja (
kesadaran, tekanan darah, pernafasan, suhu ).
2 = mencantumkan lebih dari satu unsur tanda vital ( kesadaran,
tekanan darah, pernafasan, suhu ).
h. Variabel 8. Lokasi luka
Pemeriksaan dilakukan terhadap unsur-unsur region luka dan sisi luka.
Skor : 0 = tidak mencantumkan luka sama sekali
1 = hanya mencantumkan region luka saja
2 = mencantumkan region luka dan sisi luka
Defenisi operasional region luka misalnya adalah daerah dahi, leher, rahang
bawah ( tanpa menyebut sisi kiri atau kanan ) dan sisi luka misalnya adalah
dahi kiri, rahang bawah kanan ( dengan menyebutkan sisi kiri atau kanan ).
i. Variabel 9. Karakteristik luka
Pemeriksaan karakteristik luka dilakukan terhadap unsur-unsur jenis luka,
bentuk luka, dan dinding luka.
Skor : 0 = tidak mencantumkan karakteristik luka luka sama sekali.
1 = mencantumkan jenis luka saja.
2 = mencantumkan jenis luka dan bentuk luka atau dinding luka.
Defenisi operasional : jenis luka misalnya adalah luka lecet, luka memar,
luka terbuka. Bentuk luka misalnya bulat, lonjong, bentuk garis, dan
sebagainya.Jaringan sekitar misalnya bengkak, kemerahan / kebiruan, dan
sebagainya.
j. Variabel 10. Ukuran luka
Pengukuran luka dapat dinyatakan secara kualitatif atau kuantitatif, dimana
cara mengukur secara kuantitatif dianggap lebih baik karena dapat
menggambarkan dimensi luka secara lebih akurat.
Skor : 0 = tidak mencantumkan ukuran luka sama sekali.
1 = mencantumkan ukuran luka secara kualitatif.
2 = mencantumkan luka secara kuantitatif.
Defenisi operasional : pengukuran kualitatif misalnya adalah selebar telapak
tangan, sebesar kelereng, dan sebagainya. Pengukuran kuantitatif misalnya
memberikan ukuran dalam skala sentimeter ( tiga sentimeter kali empat

29

Universitas Sumatera Utara


sentimeter ).
k. Variabel 11. Pengobatan / perawatan yang diberikan
Pencantuman pengobatan dan atau perawatan yang diberikan kepada korban
menggambarkan akibat yang ditimbulkan oleh kekerasan / trauma yang
dialaminya. Dalam hal korban yang dibawa ke rumah sakit tersebut telah
dirawat oleh fasilitas kesehatan lain, maka perlu dicantumkan deskripsi
pengobatan yang Nampak.
Skor : 0 = tidak mencantumkan sama sekali perihal pengobatan / perawatan.
1 = hanya menyebutkan secara singkat saja bahwa telah dilakukan
pengobatan dan atau perawatan.
2 = mencantumkan secara lengkap jenis pengobatan / perawatan yang
diberikan.
Defenisi operasional : Uraian pengobatan dan perawtaan secara lengkap
misalnya adalah jenis tindakan pembedahan, lama perawatan, dan
sebagainya. Deskripsi pengobatan yang telah dilakukan oleh fasilitas
kesehatan, misalnya luka telah dilakukan penjahitan, telah diberi iodine, dan
sebagainya.
l. Variabel 12. Kesimpulan jenis luka dan kekerasan.
Penyimpulan jenis luka dan kekerasan pada bagian kesimpulan VeR
merupakan pendapat subyektif dokter yang penting untuk rekonstruksi
perkara dan benda-bukti yang didapat.Hal ini juga merupakan salah satu
kunci perumusan delik penganiayaan.
Skor : 0 = tidak mencantumkan kesimpulan tentang jenis luka dan
kekerasan.
1 = hanya mencantumkan salah satu saja, jenis luka atau kekerasan.
2 = mencantumkan jenis luka dan kekerasan
Defenisi operasional : Jenis luka adalah luka terbuka, luka memar, luka
lecet, luka bakar, dan sebagainya. Jenis kekerasan adalah trauma mekanik (
tumpul, tajam ), trauma fisika ( suhu tinggi, listrik ), dan trauma kimiawi (
asam, basa ).
m. Variabel 13. Kualifikasi luka
Perumusan kualifikasi luka pada bagian kesimpulan VeR merupakan

30

Universitas Sumatera Utara


pendapat subyektif dokter tentang derajat kecederaan korban yang
menggambarkan intensitas kerugian fisik yang dideritanya.Hal ini yang
penting bagi hakim untuk menentukan berat atau ringannya sanksi pidana
pada pelaku.
Skor : 0 = tidaak mencantumkan kualifikasi luka sama sekali.
1 = mencantumkan kualifikasi luka, tetapi tidak menggunakan
rumusan dalam pasal 351, 352 dan 90 KUHP.
2 = mencantumkan kualifikasi luka dengan menggunakan rumusan
dalam pasal 351, 352, dan 90 KUHP.
Defenisi operasional : Pencantuman kualifikasi luka tanpa menggunakan
rumusan pasal 351, 352, dan 90 KUHP misalnya adalah dengan menuliskan
diagnosis medis, seperti commotion cerebri ( gegar otak ), dan sebagainya.
Pencantuman kualifikasi luka dengan menggunakan rumusan pasal 351,
352, dan 90 KUHP misalnya adalah tidak menimbulkan penyakit / halangan
pekerjaan, menimbulkan penyakit / halangan pekerjaan, atau salah satu
rumusan dalam pasal 90 KUHP, seperti menimbulkan bahaya maut,
hilangnya panca indera, dan sebgainya.

4.7. Penilaian atas hasil pengukuran variabel-variabel VeR perlukaan pada


korban hidup.
Penilaian dilakukan terhadap variabel yang terdapat dalam bagian pendahuluan,
pemberitaan, dan kesimpulan dengan memberikan pembobotan sesuai tingkat
kesulitan pembuatannya. Pembobotan dilakukan dengan cara mengalikan nilai
variabel rata-rata setiap bagian dengan suatu faktor perkalian sebagai berikut
:
1. Kelompok variabel pada bagian pendahuluan dikalikan 1 ( satu ).
2. Kelompok variabel pada bagian pemberitaan dikalikan 5 ( lima ).
3. Kelompok variabel pada bagian kesimpulan dikalikan 8 ( delapan ).
Makna pembobotan tersebut adalah bahwa bagian pemberitaan lima kali lebih
sulit daripada bagian pendahuluan, dan bagian kesimpulan delapan kali lebih
sulit daripada bagian pendahuluan.

31

Universitas Sumatera Utara


Sebagai contoh :
1. Kelompok variabel bagian pendahuluan, bila kelima variabel memperoleh
skor 2 ( nilai tertinggi ) maka maksimal akan memperoleh nilai
(2+2+2+2+2)X1 =2
5
2. Kelompok variabel bagian pemberitaan, bila keenam variabel memperoleh
skor 2 ( nilai tertinggi ), maka maksimal akan memperoleh nilai
(2+2+2+2+2+2+2)X5 =10
6
3. Kelompok variabel bagian kesimpulan, bila kedua variabel memperoleh
skor 2 ( nilai tertinggi ), maka maksimal akan memperoleh nilai
(2+2)X8 =16
2
Dengan demikian sebuah visum yang sempurna ( 100% ) akan mempunyai nilai
28. Penilaian kualitas sebuah visum adalah jumlah skor tiga kelompok variabel
dibagi 28 dikalikan 100%.
∑ nilai kelompok variabel pendahuluan,pemberitaan,
kesimpulan
Kualitas VeR =
────────────────────────────────────X28
28

Lembar penilaian kualitas Visum et Repertum perlukaan.


VARIABEL YANG DINILAI SKOR
A. Bagian Pendahuluan
1. Tempat Pemeriksaan 0 1 2
2. Waktu Pemeriksaan 0 1 2
3. Data Subyek yang diperiksa 0 1 2
4. Data Peminta Pemeriksaan 0 1 2
5. Data Dokter Pemeriksa 0 1 2

32

Universitas Sumatera Utara


…………….....
Nilai kelompok variabel A = ───────── X 1 = - - - - -
5
B. Bagian Pemberitaan
6. Anamnesis 0 1 2
7. Tanda Vital 0 1 2
8. Lokasi Luka 0 1 2
9. Karakteristik Luka 0 1 2
10. Ukuran Luka 0 1 2
11. Pengobatan / Perawatan 0 1 2
…………….
Nilai kelompok variabel B =−─────── X 5 = - - - - -
6

C. Bagian Kesimpulan
12. Jenis Luka dan Kekerasan 0 1 2
13. Kualifikasi Luka 0 1 2
…………….
Nilai kelompok variabel C =──────── X 8 = - - - - -
2

∑ nilai kelompok varibel A,B,C


Kualitas VeR = ──────────────────── X 100 % = - - - - -%
28

Tingkatan skoring kualitas VeR dari data tabel diatas didapat, yaitu :
- Kurang baik : 0 – 49
- Sedang : 50 – 75
- Baik : 76 - 100

33

Universitas Sumatera Utara


4.8. Metode analisa
Metode analisa data dimulai dari :
a. Editing
Langkah ini digunakan untuk memeriksa blangko data dengan tujuan agar
data yang masuk dapat diolah secara benar, sehingga pengolahan data dapat
memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti, kemudian data
dikelompokkan menggunakan aspek pengukuran..
b. Koding
Data yang telah diperoleh dengan tepat dan benar, diberikan kode tertentu
untuk mempermudah perhitungan.
c. Tabulating: yaitu mengelompokkan data dalam master table untuk
mempermudah pendistribusian berdasarkan variable.
d. Cleaningdata
Pemeriksaan kembali, semua data yang telah dimasukkan ke dalam table
guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukkan data.
e. Analisa data: data yang dikumpulkan berdasarkan variable unsure-unsur
visum et repertum diperoleh dari dokumen VER yang pernah dikeluarkan
RSU Haji Medan periode 1 Maret 2018 sampai dengan 31 Maret 2019 dengan
menggunakan metode scoring dari Herkutanto. Kemudian dinilai kualitas
berdasarkan tingkatan scorng (0-49) % kurang baik, (50-75)% : sedang, (76—
100)% baik..

34

Universitas Sumatera Utara


BAB V
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1 Anggaran Biaya


Table 4.1 Format Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian Dosen Pemula diajukan
No Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan (Rp)
1 Honor 5.400.000
2 Bahan habis pakai dan peralatan 8.270.000
3 Perjalanan 500.000
Jumlah 14.170.000

4.2 jadwal Penelitian


Rencana penelitian dilakukan selama 6 minggu atau 1,5 (satu setengah) bulan, terhitung
dari bulan mei 2019 s.d bulan Juni 2019
table 4.2 Rencana Jadwal Penelitian
No penerapan M E I J U N I
Mgg Mgg 2 Mgg3 Mgg4 Mgg1 Mgg2
1
1 Pembuatan Proposal
dan survey Lokasi
2 Pengambilan data
3 Pengumpulan data
4 Menganalisa data
5 Penyusunan laporan
6 Seminar

35
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6.1 Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian di lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 13 – 24 Mei
2019 di RSU Haji Medan, jumlah pelayanan kedokteran forensic kasus perlukaan
dengan korban hidup yang dibuktikan dengan dokumen surat visum et repertum selama
periode 1 Maret 2018 sampai dengan 31 Maret 2019 ada 20 kasus. Dengan skor
masing-masing variable dan rerata skor variable serta tingkat scoring tiap visum serta
rerata scoring visum keseluruhan dapat dilihat table 6.1.

Table 6.1 Skoring data visum et repertum perlukaan korban hidup di RSU Haji Medan
periode 1 Maret 2018 sampai dengan 31 Maret 2019
ΣA x 1 ΣB x 5 ΣC x 8 ΣABC x 100%
No A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 B6 C1 C2
5 6 2 28
1 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
2 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
3 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
4 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
5 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
6 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
7 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
8 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
9 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
10 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
11 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
12 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
13 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
14 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
15 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
16 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
17 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
18 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
19 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
20 0 2 2 2 0 1,2 0 2 2 1 2 0 5,833 2 0 8 53,69
1,2 5,833 53,69

36

Universitas Sumatera Utara


Keterangan :
A : Pendahuluan B : Pemberitaan C : Kesimpulan
A1 : TempatPemeriksaan B1 : Anamnesi C1 : Jenis Luka
A2 : WaktuPemeriksaan B2 : Tanda Vital C2 : Kualifikasi Luka
A3 : Data Pasien B3 : Lokasi Luka
A4 : Data Penyidik B4 : Karakteristik Luka
A5 : Data DokterPemeriksa B5 : Ukuran Luka
B6 : Pengobatan

Kualitas VER perukaan bagian pendahuluan

Kualitas VER perlukaan bagian pendahuluan di RSU Haji Medan periode 1 Maret 2018
sampai dengan 31 Maret 2019 disajikan dalam tabel 6.2.

Tabel 6.2 Kualitas VER perlukaan bagian pendahuluan di RSU Haji Medan periode 1
Maret 2018 sampai dengan 31 Maret 2019
Struktur VER Unsur yang dinilai Rerata Skor
Bagian Tempat pemeriksaan 0.0
pendahuluan Waktu pemeriksaan 2.0
Data korban 2.0
Data penyidik 2.0
Data doktert pemeriksa 0.0
Rerata skor total 1,2

Nilai kualitas bagian pendahuluan = (1,2 x ½) x 100 % = 60 %


Berdasarkan hasil penelitian ini yang dilakukan terhadap VER perlukaan korban hidup
di RSU Haji Medan periode 1 Maret 2018 sampai dengan 31 Maret 2019 didapatkan
kualitas VER perlukaan bagian pendahuluan sebesar 60 % yang berarti bahwa
kualitasnya Sedang.

Kualitas VER perlukaan bagian pemberitaan


Kualitas VER perlukaan bagian pemberitaan di RSU Haji Medan periode 1 Maret
2018 sampai dengan 31 Maret 2019 disajikan dalam tabel 6.3.

37

Universitas Sumatera Utara


Tabel 6.3 Kualitas VER perlukaan bagian pemberitaan di RSU Haji Medan periode 1
Maret 2018 sampai dengan 31 Maret 2019
Struktur VER Unsur yang dinilai Rerata Skor
Bagian Anamnesis 0.0
pemberitaan Tanda vital 2.0
Lokasi luka 2.0
Karakteristik luka 1.0
Ukuran luka 2.0
Pengobatan & perawatan 0.0
Rerata skor total 1.17
Nilai kualitas bagian pemberitaan = (1.17 x 5/10) x 100 % = 58,33 %
Berdasarkan hasil penelitian ini yang dilakukan terhadap VER perlukaan korban hidup
di RSU Haji Medan periode 1 Maret 2018 sampai dengan 31 Maret 2019 didapatkan
kualitas VER perlukaan bagian pemberitaan sebesar 58,33 % yang berarti bahwa
kualitasnya Sedang.

Kualitas VER perlukaan bagian Kesimpulan


Kualitas VER perlukaan bagian Kesimpulan di RSU Haji Medan periode 1 Maret 2018
sampai dengan 31 Maret 2019 disajikan dalam tabel 6.4.

Tabel 6.4 Kualitas VER perlukaan bagian Kesimpulan di RSU Haji Medan periode 1
Maret 2018 sampai dengan 31 Maret 2019
Struktur VER Unsur yang dinilai Rerata Skor
Bagian Jenis luka dan kekerasan 2.0
Kesimpulan Kualifikasi luka 0.0

Rerata skor total 1.0

Nilai kualitas bagian Kesimpulan = (1,0 x 8/16) x 100 % = 50 %


Berdasarkan hasil penelitian ini yang dilakukan terhadap VER perlukaan korban hidup
di RSU Haji Medan periode 1 Maret 2018 sampai dengan 31 Maret 2019 didapatkan
kualitas VER perlukaan bagian Kesimpulan sebesar 50 % yang berarti bahwa
kualitasnya Sedang.

38

Universitas Sumatera Utara


Kualitas VER perlukaan
Kualitas VER perlukaan di RSU Haji Medan periode 1 Maret 2018 sampai dengan 31
Maret 2019 disajikan dalam tabel 6.5.
Tabel 6.5 Kualitas VER perlukaan di RSU Haji Medan periode 1 Maret 2018 sampai
dengan 31 Maret 2019
Struktur VER Rerata Skor Bobot Rerata Skor
Bagian pendahuluan 1,2 1 1,20
Bagian pemberitaan 1.17 5 5.85
Bagian kesimpulan 1,0 8 8.00

Total 15.05

Nilai kualitas visum perlukaan = (15.05/28) x 100 % = 53,75 %


Berdasarkan hasil penelitian ini yang dilakukan terhadap VER perlukaan korban hidup
di RSU Haji Medan periode 1 Maret 2018 sampai dengan 31 Maret 2019 didapatkan
kualitas VER perlukaan sebesar 53,75 % yang berarti bahwa kualitasnya visum
perlukaan: Sedang.

Dari hasil penelitian ini, bahwa penulisan visum et repertum perlukaan di RSU
Haji Medan berkualitas sedang, hasil ini relative sama dengan apa yang dinyatakan pada
peraturan Konsil Kedokteran Indonesia no. 11 tahun 2012 tentang Standar Kompetensi
Dokter Indonesia (SKDI) pada halaman 29 poin 28 yang menyatakan dokter belum
mampu membuat visum et repertum sesuai dengan standar keilmuan yang seharusnya
wajib dikerjakan (standar 4-A). namun apakah kondisi visum et repertum di RSU Haji
Medan dan RSUD Porsea pada penelitian sebelumnya sudah cukup untuk mewakili
kondisi sebenarnya untuk seluruh Indonesia ? tentu membutuhkan penelitian yang sama
pada institusi kesehatan lainnya.

6.2 Kesimpulan dan saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari data visum et repertum perlukaan di
RSU Haji Medan periode 1 Maret 2018 sampai dengan 31 Maret 2019, maka dapat
disimpulkan :

39

Universitas Sumatera Utara


a. jumlah kasus perlukaan dengan korban hidup yang diperiksa oleh dokter yang
dibuktikan dengan surat visum et repertum perlukaan di RSU Haji Medan
periode 1 Maret 2018 sampai dengan 31 Maret 2019 sebanyak 20 kasus.
b. Kualitas Visum et Repertum perlukaan korban hidup di RSU Haji Medan
periode 1 Maret 2018 sampai dengan 31 Maret 2019 didapatkan kualitas VER
perlukaan bagian pendahuluan sebesar 60 % yang berarti kualitasnya Sedang.
c. Kualitas VER perlukaan korban hidup di RSUD Porsea periode 1 Maret 2018
sampai dengan 31 Maret 2019 didapatkan kualitas VER perlukaan bagian
pemberitaan sebesar 58,33 % yang berarti bahwa kualitasnya sedang.
d. Kualitas VER perlukaan korban hidup di RSUD Porsea periode 1 Maret 2018
sampai dengan 31 Maret 2019 didapatkan kualitas VER perlukaan bagian
Kesimpulan sebesar 50 % yang berarti bahwa kualitasnya Sedang.
e. Kualitas VER perlukaan korban hidup di RSUD Porsea periode 1 Maret 2018
sampai dengan 31 Maret 2019 didapatkan kualitas VER perlukaan sebesar 53,75
% yang berarti bahwa kualitasnya Sedang.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, penulis menyarankan beberapa hal sebagai
kontribusi bagi pimpinan rumah sakit agar kedepan kualitas visum et repertum yang
dikeluarkan menjadi baik, yaitu :
1. Pimpinan rumah sakit harus menyadari bahwa visum et repertum adalah
dokumen alat bukti yang sah pengganti barang bukti, yang harus memberikan
informasi menjelaskan suatu peristiwa (proses pembuktian suatu perkara
pidana) yang membantu penyidik maupun hakim pengadilan dalam
mengambil keputusan sidang pengadilan. Peran visum et repertum yang
demikian hanya ditemukan pada visum et repertum dengan kualitas yang
baik.
2. Untuk dapat membuat visum et repertum yang baik, penulis memberikan
saran agar diberikan pelatihan/ Workshop bagi dokter-dokter UGD RSU Haji
Medan mengenai pembuatan visum et repertum khususnya mengenai VER
perlukaan.
3. Untuk mewujutkan saran melaksanakan pelatihan / Workshop bagi dokter-
dokter UGD RSU Haji Medan mengenai pembuatan visum et repertum
penulis siap membantu sebagai narasumber.

40

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Amir A. 2005. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian ilmu kedokteran


forensik dan medikolegal FK-USU, Edisi Kedua, Cetakan pertama, Ramadhan:
Medan.
2. Budiyanto.A Widiatmaka.W.Atmaja.DS, dkk, 1994, Ilmu Kedokteran Forensik ,
Bagian Kedokteran FK-UI, Jakarta, Edisi pertama, cetakan pertama , Jakarta.
3. Dahlan. S. 2000, Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman bagi Dokter dan Penegak
Hukum, Cetakan Ketiga. Universitas Diponegoro, Semarang.
4. Ramadhani FT, Afandi D, Mursali LB, Kualitas visum et repertum perlukaan di
RSUD DR.RM.Pratomo Bagan Siapi-Api periode 1 Januari 2009- 31 Desember
2013. JOM FK.2015 Februari;2
5. Lamintang, P.A.F.Drs.S.H dan Lamintang, Theo, SH. 2010, Delik-delik khusus
kejahatan terhadap nyawa , tubuh dan kesehatan.edisi kedua, Cetakan pertama, Sinar
Grafika, Jakarta.
6. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) beserta penjelasannya, Cetakan IV, Citra Umbara,
Bandung, 2009.
7. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia no.11 tahun 2012 tentang Standar
Kompetensi Dokter Indonesia .
8. Munim Idries, Legowo A, 2008, Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam proses
penyidikan, Edisi Revisi, Cetakan I, Sagung Seto, Jakarta.
9. Hamdani, N. 1992. Ilmu Kedokteran Kehakiman :KualifikasiLuka. Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
10. Hamdani N, 1971, Himpunan kuliah-kuliah ilmu kedokteran kehakiman, Bagian
ilmu kedokteran kehakiman fakultas kedokteran Universitas Airlangga, Cetakan
pertama, Surabaya.

41

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Format Justifikasi Anggaran
1. Honorarium
honor Honor/jam (Rp) Waktu minggu Honor/
(jam/minggu) 6 minggu
Ketua 200.000 3 600.000 3.600.000
Anggota 100.000 3 300.000 1.800.000
Subtotal (Rp) 5.400.000

2. Pembelian Bahan Habis Pakai


Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan total
Pembelian
ATK Kertas, tinta, 1 paket 1.000.000 1.000.000
pena,dan lainnya
Foto copy dokumen 100 200 20.000
Buku referensi 10 100.000 1.000.000
penunjang
Surat Pengurusan izin 1 500.000 500.000
Menyurat penelitian
Pulsa dan Komunikasi dan 1 paket 500.000 500.000
kuota internet penggunaan
internet
Layout modul Design cover dan 1 paket 500.000 500.000
isi modul
Sofeware SPSS 1 paket 750.000 750.000
pengelolaan
data
Penyusunan Penyusunan , 3 paket 500.000 1.500.000
laporan cetak, penjilitan
laporan
Publikasi jurnal 1 paket 2.500.000 2.500.000
jurnal
Subtotal (Rp) 8.270.000

42

Universitas Sumatera Utara


3. Perjalanan
material Justifikasi kuantitas Harga satuan Total (Rp)
pemakaian
Dari dan ke transportasi 5 hari 100.000 500.000
tempat
penelitian
Subtotal (Rp) 500.000
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SELURUHNYA Rp 14.170.000

43

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Format Susunan Organisasi Tim Penelitian / Pelaksanaan dan Pembagian
Tugas

No Nama / NIDN Instansi Bidang Alokasi waktu Uraian tugas


Asal ilmu
1 dr.Asan FKUSU Forensik 3 jam/minggu Perencanaan,
Petrus,MKed(for),SpF Identifikasi,
Pengumpulan
data,
Analisa data,
Menyusun
penelitian
2 dr.Adriansyah lubis forensik 3 jam/minggu Pengumpulan
data,
Identifikasi,
Analisa data,

44

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Biodata Ketua Peneliti
A. Identitas
1 Nama Dr.Asan Petrus,MKed9for),SpF
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4 NIP 196804022000121001
5 NIDN 00 020468 04
6 Tempat dan Tanggal Lahir Serapit, 2 April 1968
7 E-mail Asanpetrus95@gmail.com
8 No.Telepon/ HP 082165831354
9 Alamat kantor Fakultas Kedokteran USU
Jl. dr.T.Mansur no.5 Kampus USU Medan
20155
10 No.Telpon/ Fax Telp (061) 8211045, Fax (061) 8216264
11 Mata kuliah yang diampu 1. Visum et repertum
2. Euthanasia
3. Saksi ahli
4. Thanatologi
5. Pemeriksaan laboratorium sederhana
forensik

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 Sp-1
Riwayat Universitas Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
perguruan Indonesia
tinggi
Bidang Ilmu Kedokteran Kedokteran klinis Forensik Forensik dan Medikolegal
Tahun masuk- 1988-1997 2009-2013 2010-2015
Lulus
Judul - Menentukan jenis diatom Menentukan jenis diatom
skripsi/tesis sungai Deli dan Badera sungai Deli dan Badera
pada stasiun hulu, tengah pada stasiun hulu, tengah

45

Universitas Sumatera Utara


dan hilir dengan cara dan hilir dengan cara
destruksi asam destruksi asam
Nama 1.dr.H. Guntur Bumi 1.dr.H. Guntur Bumi
Pembimbing NST,SpF NST,SpF
2.Prof.dr.H.A.Amir,DFM, 2.Prof.dr.H.A.Amir,DFM,
SpF(K) SpF(K)

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 tahun terakhir


No Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan tempat
1 Seminar ilmiah dalam memperingati visum et 31 Mei 2018 di
hari bakti dokter Indonesia ke-110 repertum,prosedur Aula RSU.Balige
dan cara
membuatnya

Semua data yang saya buat dan tercantum dalam Biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Ususlan Dosen Muda.

Medan, 16 Mei 2019

46

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Biodata Anggota Peneliti :
A. Identitas
1 Nama dr. Adriansyah Lubis
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Jabatan Fungsional
4 NIP
5 NIDN -
6 Tempat dan Tanggal Lahir
7 E-mail
8 No.Telepon/ HP
9 Alamat kantor Fakultas Kedokteran USU
Jl. dr.T.Mansur no.5 Kampus USU Medan
20155
10 No.Telpon/ Fax Telp (061) 8211045, Fax (061) 8216264
11 Mata kuliah yang diampu

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 Sp-1
Riwayat
perguruan
tinggi
Bidang Ilmu Kedokteran
Tahun masuk- 1988-1997
Lulus
Judul -
skripsi/tesis
Nama
Pembimbing

47

Universitas Sumatera Utara


C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 tahun terakhir
No Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan tempat
1

Semua data yang saya buat dan tercantum dalam Biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya .

Medan, 16 Mei 2019

48

Universitas Sumatera Utara


49

Universitas Sumatera Utara


50

Universitas Sumatera Utara


51

Universitas Sumatera Utara


52

Universitas Sumatera Utara


53

Universitas Sumatera Utara


54

Universitas Sumatera Utara


55

Universitas Sumatera Utara


56

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai