Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan transpor atau mentranspor adalah kegiatan menangkut atau
memindahkan. Tanpa secara disadari ataupun tidak disadari, kegiatan
transpor ini terjadi di sekitar lingkungan, khususnya makhluk hidup yang
mempunyai tubuh dan organ yang dirancang untuk selalu bergerak. Sel
yang menyusun setiap organ makhluk hidup harus mengimpor bahan-bahan
untuk keperluan metabolisme dari lingkungannya. Selain itu, sisa hasil
metabolisme harus juga dibuang ke luar sel. Bahan-bahan tersebut keluar
masuk sel dengan cara melewati membran sel. Tanaman pun mengalami
kegiatan transpor ini.
Oleh karena itu, praktikum ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal
tentang seputar pergerakan zat atau partikel, khususnya mengenai difusi dan
osmosis. Dengan pengamatan menggunakan osmometer sederhana, juga
menggunakan jaringan kentang dan wortel sebagai membrane selektif
permeable, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang
transport zat yang ada pada tanaman.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum mengenai pergerakan partikel ini, yaitu
sebagai berikut.
1. Menemukan fakta mengenai gejala difusi-osmosi
2. Mengamati efek konsentrasi larutan terhadap kecepatan difusi
3. Menunjukkan arah gerakan air pada peristiwa difusi osmosis
4. Mendeskripsikan pengertian difusi dan osmosis

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mekanisme Transpor Sel


Makhluk hidup mengalami poses metabolisme, salah satunya adalah
transportasi. Seperti halnya manusia tumbuhan pun memerlukan zat-zat dari
luar untuk kelangsungan hidupnya. Untuk itu dalam mewujudkan keserasian
dalam tubuh, setiap makhluk hidup perlu adanya sirkulasi zat. Dimana
sirkulasi zat ini terjadi dalam gerakan sitoplasma atau dalam bentuk difusi
dan osmosis. Proses pengangkutan zat-zat dari dalam dan keluar sel disebut
transportasi (Yahya, 2015).
Pada sel tumbuhan terdapat membran sel yang berfungsi untuk
mengatur keluar masuknya zat. Dengan pengaturan itu sel akan memperoleh
pH yang sesuai. Konsentasi zat-zat akan terkendali, sel dapat memperoleh
masukan zat-zat dari ion-ion yang diperlukan. Serta membuang zat-zat yang
tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh. Perpindahan molekul atau ion melewati
membran disebut tranport lewat membran (Syamsuri, 1999).

2.2 Transpor Pasif


Pada transpor pasif, gradien konsentrasi mendorong terjadinya difusi
zat terlarut menembus membran sel dengan bantuan protein transpor.
Protein ini tidak memerlukan energi dalam membantu pergerakan zat
terlarut. Jadi, transpor pasif juga disebut difusi terfasilitasi (Prasaja, 2012).
Pergerakan zat terlarut tertentu dengan transpor pasif cendrung
menuju sisi membran yang memiliki kadar zat yeng lebih rendah. Hal ini
disebabkan karena molekul atau ion bertumbukan dengan transporter lebih
sering di sisi membran yang memiliki kadar zat terlarut yang lebih tinggi
(Prasaja, 2012).

2
2.3 Difusi
Difusi merupakan gerakan penyebaran suatu partikel (air, molekul zat
terlarut, gas atau ion-ion) dari daerah yang potensial kimianya lebih tinggi
menuju ke daerah yang potensial kimianya lebih rendah (Suyitno, 2003).

Gambar 1. Difusi

Difusi adalah merupakan penyebaran molekul-molekul suatu zat yang


ditimbulkan oleh energi kinetik. Dimana molekul-molekul tersebut
cendrung menyebar ke segala arah sampai terdapat suatu konsentrasi yang
sama. Difusi zat terjadi dari suatu tempat yang banyak mengandung
molekul-molekul atau tempat yang konsentrasinya pekat menuju tempat
yang sedikit mengandung molekul atau konsentrasi rendah (Dwijoseputro,
1994).

2.4 Osmosis
Tubuh tumbuhan terdiri atas banyak sel, sel-sel itu pada tempat
tertentu membentuk jaringan. Jaringan adalah sekelompok sel yg
mempunyai struktur & fungsi sama, juga terikat oleh bahan antar sel
membentuk suatu kesatuan. Sedangkan sekelompok jaringan yang bekerja
bersama melaksanakan fungsi tertentu disebut dengan organ (Kusnadi, dkk.
2009).

Gambar 2. Proses Osmosis

3
Osmosis adalah berdifusinya zat pelarut dari larutan yang
konsentrasinya rendah ke larutan yang konsentrasinya tinngi melalui selaput
semipermiabel (Loveless, 1991).

4
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum mengenai mengenai pergerakan partikel ini dilaksanakan
pada hari Rabu, tanggal 11 September 2019, pada pukul 09.10-11.10 WIB.
Bertempatkan di Laboratorium Bioteknologi, Agroekoteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini, yaitu gelas plastik,
cutter, gelas beker, sterofoam, neraca analitik, gelas ukur, dan batang
pengaduk.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu gula
tebu/sukrosa, akuades, sedotan, kentang dan wortel.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini, yaitu
sebagai berikut.
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan praktikum.
2. Disiapkan seri larutan gula: 0%, 15%, 25%, 50%, 65% dan 75%
pada takaran 35 ml akuades.
3. Dibuatlah potongan kentang/wortel dalam bentuk kubus dengan sisi
3 cm, sebanyak 3 potong.
4. Ditimbang potongan kentang/wortel dengan neraca analitik.
5. Disiapkan pipa skala dengan menggunakan tempat es plastik bekas
dan sedotan yang digabungkan.
6. Dibuatlah tutup gelas plastik dengan gabus lalu diberikan lubang
sebesar sedotan di tengahnya.
7. Ditancapkan ujung runcing sedotan pada potongan kentang/wortel
dengan kedalaman 1,5-2 cm sampai tertancap dengan baik.

5
8. Dimasukkan pipa berskala dan potongan kentang/wortel ke dalam
gelas plastik.
9. Dimasukkan larutan gula secara berturutan : 0%, 15%, 25%, 50%,
65% dan 75%.
10. Diamatilah perubahan atau pertambahan volume air pada semua
pipa tersebut setiap 10 menit, 20 menit, 30 menit dan 24 jam.
11. Dicatatlah tiap perubahan yang ada pada pipa berskala.
12. Ditimbanglah kentang dan wortel setelah 24 jam pengamatan.

6
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Larutan Sukrosa dalam Pipa Berskala (cm) pada
Kentang
Skala Volume
Waktu
0% 15% 25% 50% 65% 75%
Awal 11,5 0 0 13 15 15
Menit ke-10 11,5 0 0 0 0 5
Menit ke-20 11 0 0 0 0 0
Menit ke-30 11 0 0 0 0 0
Setelah 24 jam 0 0 0 0 0 0

Tabel 2. Hasil Pengamatan Larutan Sukrosa dalam Pipa Berskala (cm) pada
Wortel
Skala Volume
Waktu
0% 15% 25% 50% 65% 75%
Awal 14 14 14 13,5 15 15
Menit ke-10 0 14 11 5 0 0
Menit ke-20 0 12,5 10,5 0 0 0
Menit ke-30 0 12,5 9,5 0 0 0
Setelah 24 jam 0 0 0 0 0 0

Tabel 3. Berat Kentang (gr) Sebelum dan Sesudah Pengamatan


Skala Volume
Waktu
0% 15% 25% 50% 65% 75%
Sebelum 24 20 26 26 29 29
Sesudah 24,9817 19,4202 23,9513 23,1416 22,7723 22,8738

Tabel 4. Berat Wortel (gr) Sebelum dan Sesudah Pengamatan


Skala Volume
Waktu
0% 15% 25% 50% 65% 75%
Sebelum 10 9 19 15 17 21
Sesudah 11,1111 8,3137 16,8075 12,1880 11,4165 14,8873

4.2 Pembahasan
Transpor pasif merupakan transpor ion, molekul, dan senyawa yang
tidak memerlukan energi untuk melewati membran plasma. Transpor pasif

7
mencakup osmosis dan difusi. Osmosis merupakan fenomena pencapaian
kesetimbangan antara dua larutan yang memiliki perbedaan konsentrasi zat
terlarut, dimana kedua larutan ini berada pada satu bejana dan dipisahkan
oleh lapisan semipermeabel. Menurut Ariyanti dkk. (2011). kesetimbangan
terjadi akibat perpindahan pelarut dari larutan yang memiliki konsentrasi zat
terlarut rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut tinggi.
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut
dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.
Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien
konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas
secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan di mana perpindahan
molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi.
Pada praktikum ini membahas seputar difusi-osmosis dengan
menggunakan osmometer sederhana. Osmometer adalah alat untuk
mengukur tekanan osmosis. Osmometer sederhana dibuat dari tempat es
plastik bekas yang diberi skala 1 cm dan disambung dengan sedotan.
Dari hasil pengamatan, dapat dilihat adanya perbedaan perubahan
volume atau ketinggian larutan pada pipa berskala baik pada control
maupun perlakuan. Pada pengamatan osmometer sederhana pada kentang
sebagai membran selektif permeabel, terdapat dua larutan yang berbeda
konsentrasi zat sukrosa, yaitu 0% dan 15%. Kedua larutan tersebut diamati
dengan perlakuan yang sama, dan hasilnya berbeda. Pada larutan 0%, awal
pengamatan dan menit ke-10 menunjukkan ketinggian 11,5 cm pada pipa
berskala. Pada menit ke-20 dan ke-30 menunjukkan ketinggian 11 cm dan
larutan habis setelah didiamkan selama kurang lebih 24 jam. Sedangkan
pada larutan 15%, larutan habis sebelum menit ke-10.
Pada pengamatan osmometer sederhana pada wortel sebagai membran
selektif permeabel, terdapat dua larutan yang berbeda konsentrasi zat
sukrosa, yaitu 0% dan 15%. Kedua larutan tersebut diamati dengan
perlakuan yang sama, dan hasilnya berbeda. Pada larutan 0%, awal
pengamatan menunjukkan ketinggian 14 cm pada pipa berskala dan larutan
habis sebelum menit ke-10. Sedangkan pada larutan 15%, awal pengamatan

8
dan menit ke-10 menunjukkan ketinggian 14 cm pada pipa berskala. Pada
menit ke-20 dan ke-30 menunjukkan ketinggian 12,5 cm dan larutan habis
setelah didiamkan selama kurang lebih 24 jam.
Indikasi keberhasilan bahwa percobaan osmometer sederhana berhasil
ketika larutan yang ada pada pipa berskala turun ke bawah gelas plastik
secara perlahan. Pada praktikum ini, hanya percobaan pada kentang dengan
larutan gula 0% dan wortel dengan larutan gula 15% yang larutannya dapat
habis secara perlahan.
Pada praktikum ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kecepatan
turunnya larutan dari pipa berskala ke gelas plastik. Dapat dilihat bahwa
kentang dengan larutan gula 0% mengalami penurunan lebih lambat dengan
selisih 0,5 cm pada antara menit ke-10 dan ke-20, sedangkan wortel dengan
larutan gula 15% mengalami penurunan lebih cepat dengan selisih 1,5 cm
pada antara menit ke-10 dan ke-20.
Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena adanya perbedaan
konsentrasi gula dan ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin
lambat kecepatan difusi. Kecepatan molekul dalam proses difusi dapat
menyebabkan kecepatan difusi tersebut menjadi tinggi ataupun rendah.
Terdapat kemungkinan mengapa larutan pada percobaan kentang 0%
dan wortel 15% habis sebelum waktu pengamatan berakhir, yaitu 10 menit
setelah dikeluarkan. Larutan masuk ke gelas dengan cepat karena kentang
dan wortel tidak dipasang dalam sehingga tidak ‘menyumbat’ larutan
dengan sempurna. Selain itu dapat diduga adanya indikasi kebocoran pada
sedotan ketika larutan turun melalui pipa berskala atau tutup gabus yang
dibuat tidaklah kedap udara.
Pada pengamatan menggunakan kentang, terdapat perubahan berat
sebelum dan sesudah pengamatan. Pada kentang yang diberi larutan gula
0% atau larutan akuades mengalami kenaikan berat. Sebelum pengamatan,
berat kentang sebesar 24 gr dan sesudah sebesar 24,9817 gr. Sedangkan
pada kentang yang diberi larutan gula 15% mengalami penurunan berat.
Sebelum pengamatan, berat kentang sebesar 20 gr dan sesudah sebesar
19,4202 gr.

9
Hal yang sama pun juga terjadi pada penggunaan wortel sebagai
membran selektif semipermeabel. terdapat perubahan berat sebelum dan
sesudah pengamatan. Sebelum pengamatan, berat wortel sebesar 10 gr dan
sesudah sebesar 11,1111 gr. Sedangkan pada wortel yang diberi larutan gula
15% mengalami penurunan berat. Sebelum pengamatan, berat kentang
sebesar 9 gr dan sesudah sebesar 8,3137 gr.
Dari hasil pengamatan tersebut, dapat dilihat bahwa berat akhir
kentang/wortel yang diberi larutan gula 0% atau larutan akuades lebih berat
daripada kentang/wortel yang diberi larutan gula 15%. Hal ini dapat terjadi
karena konsentrasi gula yang tinggi dan membuat larutan menjadi hipertonis
yang akhirnya menambah massa jenis larutan gula.
Peningkatan total gula dipengaruhi oleh jumlah sukrosa yang dimiliki
atau ditambahkan pada produk. Semakin besar proporsi sukrosa yang
ditambahkan maka semakin besar pula peritiwa plasmolisis terjadi. Hal ini
dijelaskan oleh pernyataan Rahmasari dkk. (2014), bahwa plasmolisis
adalah peristiwa mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya membran plasma
dari dinding sel tumbuhan dari dinding sel jika sel dimasukan kedalam
larutan hipertonik. Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis.
Pada larutan gula yang konsentrasinya lebih besar atau semua larutan
kecuali larutan gula 0%, kentang/wortel mengalami perubahan ukuran dari
sebelum dan sesudah pengamatan. Kenaikan bobot potongan bervariasi
karena berat awal potongan tiap gelas tidak sama sehingga acuan tidak
terlalu dapat dibandingkan, namun dapat dipastikan bahwa kentang/wortel
mengalami penurunan berat kentang akibat perpindahan air dari sel-sel
kentang ke larutan.
Berdasarkan percobaan-percobaan yang telah dilakukan, dapat
disimulkan bahwa proses osmosis merupakan penyebaran molekul dengan
adanya membran sel sebagai perantaranya. Membran tersebut harus bersifat
permeabel (tembus) yang selektif yaitu biasanya adalah air. 
Hasil data pengamatan pada masing-masing kelompok reatif sama
walaupun ada beberapa perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini dapat
disebabkan oleh ukuran pemotongan kentang yang berbeda-beda yang dapat

10
mempengaruhi proses penyebaran molekul. Selain itu perbedaan-perbedaan
ini dapat disebabkan oleh kurangnya ketelitian dan kecermatan pada
masing-masing praktikan, yang menyebabkan hasil data dapat berbeda pada
masing-masing kelompok percobaan.

11
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Simpulan
Transpor pasif merupakan transpor ion, molekul, dan senyawa yang
tidak memerlukan energi untuk melewati membran plasma. Transpor pasif
mencakup osmosis dan difusi. Difusi merupakan gerakan penyebaran suatu
partikel (air, molekul zat terlarut, gas atau ion-ion) dari daerah yang
potensial kimianya lebih tinggi menuju ke daerah yang potensial kimianya
lebih rendah. Osmosis merupakan fenomena pencapaian kesetimbangan
antara dua larutan yang memiliki perbedaan konsentrasi zat terlarut, dimana
kedua larutan ini berada pada satu bejana dan dipisahkan oleh lapisan
semipermeabel.
Pada hasil percobaan dengan osmometer sederhana dan
kentang/wortel sebagai membran semi permeabel dapat dibuktikan bahwa
terdapat peristiwa plasmolisis, yaitu peristiwa mengkerutnya sitoplasma dan
lepasnya membran plasma dari dinding sel tumbuhan dari dinding sel jika
sel dimasukan kedalam larutan hipertonik. Plasmolisis merupakan dampak
dari peristiwa osmosis.

5.2 Saran
Adapun saran yang didapat dari kegiatan praktikum ini adalah
diharapkan praktikan dapat fokus selama praktikum berlangsung agar
kegiatan praktikum dapat berjalan secara kondusif, dan praktikan dihimbau
dapat berhati-hati dalam penggunaan alat-alat praktikum yang dipakai.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, D. dan I.N. Widiasa. 2011. Aplikasi Teknologi Reverse Osmosis untuk
Permurnian Air Skala Rumah Tangga. Jurnal TEKNIK. Vol. 32(3): 193-
198.
Dwijoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia.
Loveless, A.R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik.
Jakarta: PT. Gramedia.
Prasaja, Y. 2012. Biologi: Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup, Edisi Ke-
12. Jakarta: Salemba Teknika.
Rahmasari, H. dan W.H. Susanto. 2014. Ekstraksi Osmosis pada Pembuatan
Sirup Murbei (Morus Alba L.). Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 2(3):
191-197.
Suyitno, A.M. 2003. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Yogyakarta: UM Yogyakarta.
Syamsuri, I. 1999. Biologi 2000, Jilid Kedua. Jakarta: Erlangga.
Yahya. 2015. Perbedaan Tingkat Laju Osmosis Antara Umbi Solonum tuberosum
dan Doucus carota. Jurnal Biology Education. Vo. 4(1): 196-206.

13
LAMPIRAN

Gambar 1. Kentang Gambar 6. Gelas ukur

Gambar 2. Wortel Gambar 7. Akuades

Gambar 3. Minuman es Gambar 8. Larutan gula

Gambar 4. Sedotan Gambar 9. Pemotongan kentang dan


wortel

Gambar 5. Gelas plastik Gambar 10. Pembuatan tutup gelas


Gambar 11. Pembuatan osmometer sederhana

Gambar 12. Ketika praktikum berlangsung

Gambar 13. Osmosis sederhana

Gambar 14. Percobaan setelah menit ke-30

Gambar 15. Percobaan setelah 24 jam

Anda mungkin juga menyukai