Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

“HISPRUNG”

DISUSUN OLEH :

Noor Rokhim (2720160090)

Diah Tri Rahayu (2720160015)

Utari Komalawati Dewi (2720160073)

Ike Putri Septiyaningrum (2720160072)

Dian Rahayu Ekawati (2720150044)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (P2K)
UNIVERSITAS ISLAM AS SYAFI’IYAH
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saluran pencernaan adalah sekumpulan alat-alat tubuh yang berfungsi menerima


makanan dan minuman, mencernanya menjadi nutrien, menyerap serta mengeluarkan sisa-
sisa proses tersebut. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai anus yang panjangnya
mencapai kurang lebih 10 meter. Saluran pencernaan mulai dari mulut, gigi, lidah, lambung,
usus dampai ke anus. Sistem pencernaan merupakan organ yang seringkali mudah terkena
gangguan sehingga timbul berbagai masalah penyakit pencernaan.Penting bagi perawat untuk
mampu menerapkan asuhan keperawatan yang telah di pelajari. Pembahasan kita kali ini
mengenai asuhan keperawatan hirschprung yang terjadi pada anak. Dari pembahasan ini
mahasiswa atau pembaca pada umumnya mendapat gambaran tentang pokok tindakan
keperawatan yang diberikan pada penderita hirschprng.Pada tahun 1888 (herald hirschprung )
ahli penyakit anak asal Denmark melaporkan dua kasus bayi meninggal dengan perut
kembung oleh kolon yang sangat melebar dan penuh massa feses, penyakit ini kemudian
dinamakan dengan Hirschsprung. Penyakit ini disebut juga dengan megakolon kongenitum
dan merupakan kelainan yang sering ditemukan sebagai salah satu penyebab obstruksi usus
pada neonatus. Penyakit ini timbul pada neonatus baik sebagai obstruksi usus besar atau
timbul kemudian sebagai konstipasi kronik. Penyakit ini sebagaian besar ditemukan pada
bayi cukup bulan dan merupakan kelainan bawaan tunggal.

1.2 Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan menambah pengetahuan


kepada para pembaca khususnya kepada mahasiswa ilmu keperawatan mengenai penyakit
hisprung. Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi syarat dalam proses pembelajaran pada
mata kuliah keperawatan anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI
1. DEFINISI HISPRUNG

Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel
– sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan
ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya
peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan
penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan
kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih
banyak laki – laki dari pada perempuan.
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan kongenital yang
disebabkan oleh obstruksi mekanis dari motilitas atau pergerakan
bagian usus yang tidak adekuat.

Penyakit Hisprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa aganglionosis usus yang
dimulai dari sfingter ani internal kearah proksimal dengan panjang yang bervariasi dan
termasuk anus sampai rektum. Juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak
terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon. Keadaan upnormal
tersebut yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara spontan,
sfingter rektum tidak dapat berileksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses secara
spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong kebagian sekmen yang tidak ada
ganglion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat
menyebabkan dilatasi usus proksimal

2. ETIOLOGI

Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga
terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrom,
kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal
pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
3. KLASIFIKASI

Hirschpung dibedakan berdasarkan panjang segmen yang terkena, hirschprung dibedakan


menjadi dua tipe berikut :

1. Segmen pendek
Segmen pendek aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, merupakan 70%
kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding
anak perempuan. Pada tipe segmen pendek yang umum, insidenya 5 kali lebih besar
pada laki-laki dibanding wanita dan kesempatan bagi saudara laki-laki dari penderita
anak untuk mengalami penyakit ini adalah 1 dalam 20.
2. Segmen panjang
Daerah aganglionosis dapat melebihi sigmoid, bahkan kadang dapat
menyerang seluruh kolon atau sampai usus halus. Anak laki-laki dan perempuan
memiliki peluang yang sama, terjadi pada 1 dari 10 kasus tanpa membedakan jenis
kelamin.

4. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari


mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-
zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),


kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak
diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu.

Anatomi Fisiologi Usus besar


Usus besar (intestinum mayor) merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang
luas atau berdiameter besar dengan panjang kira kira 1,5 – 1,7m dan penampang 5-6cm.Usus
besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun seperti huruf “u” terbalik
mengelilingi usus halus  dari valvula ileosekalis sampai anus. 

Lapisan usus besar dari dalam keluar :

1) Lapisan selaput lendir (mukosa) : lapisan ini tidak memiliki vili, kripta kripta yang


terdapat di dalam ±0,5 mm terletak berdekatan satu sama lain.Hampir seluruh
permukaan epitel kripta mengkasilkan mukus pelumas. Epitel yang tinggal lainnya
mempunyai tepi bersilia dari mikrovilli yangmengabsorbsi air.
2) Lapisan otot melingkar (Muskulus sirkuler) : Lapisan ini berada di sebelah dalam dan
berbentuk lingkaran.
3) Lapisan otot memanjang (Muskulus longitudinal) : Lapisan otot iniberkumpul
menjadi tiga pita panjang dengan lebar 1 cm yang disebut sebagaiteniacoli. Lapisan
ini terdiri dari tenia libra (di anterior), tenia omentalis (diposterior dan lateral) dan
tenia mesacolia (di posterior dan medial)
4) Lapisan jaringan ikat (serosa) : Lapisan ini merupakan  jaringan ikat kuat yang berada
di sebelah luar. (Syaifuddin, 2009).

B. Bagian dari usus besar


1) Sekum : kantong lebar yang terletak pada fossa
iliaka dekstra.  Ilimum memasuki fossa iliaka kiri ostium
iliosekalis. Pada bagian bawah sekum terdapat apendiks
vermiformis. Bentuknya seperti
cacing yang disebut umbai cacing yang panjangnya ±
6cm. Muara apendiks pada sekum ditentukan oleh
titik Mc Burney yaitu daerah antara 1/3 bagian kanan
dan 1/3 bagian tengah garis yang menghubungkan kedua
spina iliaka anterior superior (SIAS). Sekum seluruhnya
ditutupi oleh peritoneum agar mudah bergerak walaupun
tidak mempunyai mesenterium dan dapat diraba melalui
dinding abdomenmembentuk sebuah katup dinamakan valvula koli
(valvula bauchini). Titik McBurney merupakan tempat proyeksi muara ileum kedalam
sekum. Titik potong tepi lateral dengan garis penghubung (SIAS) kanan dengan
pusat kira kira sama 1/3 lateral garis monro (garis menghubungkan SIAS dengan
pusat). Pada waktu peradangan apendiks (apendisitis), daerah ini sangat
sakit ditekan.kadang kadang apendiks perlu dibuang dengan
operasi apendiktomi untuk menghilangkan infeksi.
2) Kolon assendens : bagian yang memanjang dari sekum ke fossa iliaka kanan sampai
ke sebelah kanan abdomen. panjangnya sekitar 13m terletak dibawah abdomen
sebelah kanan dibawah hati ke sebelah kiri. Lengkungan ini disebut fleksura hepatica
(flexura koli dekstra) dan dilanjutkan dengan kolon transversum.
3) Kolon transversum : panjangnya kira 38 cm, membujur dari kolon asendens
sampai ke kolon desendens. Berada di bawah abdomen sebelah kanan tepatpada
lekukan yang disebut fleksura lienalis (fleksura koli sinstra), mempunyai mesenterium
melekat pada permukaan posterior, terdapat tirai disebut omentum mayus.
4) Kolon desendes : panjangnya ±25m, terletak di bawah abdomen bagian kiri dari atas
kebawah. Dari depan fleksura lienalis sampai di depan ileum kiri, bersambung dengan
sigmoid dan dinding belakang peritoneum (retroperitoneal).
5) Kolon sigmoid : Bagian ini merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring
dalam rongga pelvis. Bagian ini Panjangnya 40cm  dalam rongga pelvis sebelah kiri,
berbentuk huruf “S”. ujung bawahnya berhubungan dengan rectum, berakhir setinggi
vertebrae sekralis 3 – 4. Kolon sigmoid ini di tunjang oleh mesenterium yang disebut
mesokolon sigmoideum.
6) Rektum : rektum ini merupakan lanjutan dari kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, panjangnya 12cm, dimuali dari pertengahan sakrum
sampai kanalis anus. Rektum terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os
koksigis.

Rektum terdiri atas dua bagian yaitu ;

 Rektum propia : bagian yang melebar disebut ampula rekt, jika terisi sisa
makanan akan timbul hasrat defekasi.
 Rektum analis rekti : sebelah bawah ditutupi oleh serat-serat otot polos
(muskulus sfingter ani internus dan muskulus sfingter ani eksternus). Kedua
otot ini berfungsi pada waktu defekasi. Tunika mukosa rektum banyak
mengandung pembuluh darah, jaringan mukosa, dan jaringan otot yang
membentuk lipatan disebut kolumna rektalis. Bagian bawah terdapat vena
rektalis (hemoroidalis superior dan inferior) yang sering mengalami pelebaran
atau varises yang disebut wasir (ambeyen).
7) Anus : anus adalah saluran pendek yang panjangnya sekitar 3,8cm yang merupakan
bagian dari saluran pencernaan yang berhubungan dengan dunia luar terletak di dasar
pelvis, dinding nya diperkuat oleh sfingter ani yang terdiri atas :
 Sfingter ani internus : terdiri atas otot polos yang bekerja dibawah sistem saraf
otonom (tidak menurut kehendak).
 Sfingter levator ani : merupakan bagian tengah yang bekerja tidak menurut
kehendak.
 Sfingter ani eksternus : dibentuk oleh otot rangka dan bekerja dibawah kendali
volunter (bekerja menurut kehendak).
C. Fungsi usus besar
1) Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa massa membentuk massa lembek
yang disebut feses.
2) Menyimpan bahan feses. Sampai saat defekasi, feses ini terdiri dari sisa makanan,
serat serat selulosa, sel sel epitel bakteri, bahan sisa sekresi (lambung, kelenjar
intestine, hati, pancreas) magnesium fosfat dan Fe.
3) Tempat tinggal bakteri koli. Sebagian dari kolon berhubungan dengan fungsi
penernaan dan sebagaian lagi berhubungan dengan penyimpanan. Untuk kedua fungsi
ini tidak diperlukan gerakan yang kuat dengan pergerakan yang lemah.
D. Gerakan kolon
1) Gerakan mencapur : pada tiap kontraksi kira kira 2,5 cm, otot sirkuler kolon mengerut
kadang kadang dapat menyempitkan lumen dengan sempurna. Gabungan otot sirkuler
dan longitudinal menyebabkan bagaian usus besar tidak terangsang mengembung
keluar, dan merupakan kantong yang disebuthaustration. Dalam
waktu 30 detik, kontraksi haustral akan bergerak dengan lambat kearah anus.
Beberapa menit kemudian timbul haustral kedua yang baru di dekat tempat semula
tetapi tidak pada tempat yang sama. Dengan cara ini feses perlahan lahan didekatkan
ke permukaan dan secara progresif akanterjadi penyerapan air.
2) Gerakan mendorong : pada kolon terjadi gerakan yang disebut mass
movementyaitu mendorong feses kearah anus. Gerakan ini timbul beberapa kali
sehari,biasanya sesudah makan pagi. Pada mulanya, gerakan terjadi di bagian kolon
yang terserang kemudian kolon distal tempat kontraksi panjangnya kira kira 20 cm,
berkontraksi serentak sebagai satu kesatuan mendorong feses kebagiandistal.

Mass movement :  dapat terjadi pada setiap bagian kolon transversum dan kolon


dessendens apabiila sejumlah feses telah didorong ke dalam rectum timbul
keinginanuntuk defekasi.  Mass movement  yang sangat kuat akan mendorong feses
melalui rectum dan anus untuk keluar. Hal ini terjadi karena kontraksi
tonik yang terus menerus pada sfingter ani intrernus dan eksternus.

5. Patofisiologi

Istilah kongenital aganglion megakolon menggambarkan adanya kerusakan primer


dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding submukosa colon distal. Segmen
aganglionik hampir selalu ada dalam rektum dan bagian proksimal pada usus besar.
Ketidakadaan ini menimbulkan ke abnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga
pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi usus konstan serta spinkter rektum
tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang
menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian
proksimal sampai pada bagian yang rusak pada megakolon.
6. Manifestasi klinis
Obstipasi (sembelit) merupakan tanda utama pada hirshprung, dan bayi baru lahir dapat
merupakan gejala obstruksi akut. Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Mekonium dalam
24 – 28 jam pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur
dengan cairan empedu dan distensi abdomen.

Tiga tanda (trias) yang sering ditemukan meliputi mekonium yang terlambat keluar (>24jam),
perut kembung dan muntah berwarna hijau. Pada neonatus, kemungkinan ada riwayat
keterlambatan keluarnya mekonium selama 3 hari atau bahkan lebih mungkin menandkan
terdapat obstruksi rektum dengan distensi abdomen progresif dan muntah; sedangkan pada
anak lebih besar kadang-kadang ditemukan keluhan adanya diare atau anterokolitis kronik
yang lebih menonjol daripada tanda-tanda obstipasi. Terjadinya diare yang berganti ganti
dengan konstipasi merupakan hal yang tidak lajim. Apabila disertai dengan komplikasi
enterokolitis, anak akan mengeluarkan feses yang bear dan mengandung darah serta sangat
bau, dan terdapat peristaltic dan bisingusus yang nyata.

Sebagaian besar dapat ditemukan pada minggu pertama kehidupan, sedangkan yang lain
ditemukan sebagai kasus konstipasi kronik dengan tingkat keparahan yang meningkat sesuai
dengan pertumbuhan umur anak. pada anak yang lebih tua biasanyaterdapat konstipasi kronik
disertai anoreksia dan kegagalan pertumbuhan.

Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit
Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir
dengan muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan
evakuasi mekonium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa
konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut.
Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses
yang menyemprot pada colok dubur merupakan tanda yang khas.

Gejala Penyakit Hirshprung

1.  Masa neonatal (baru lahir-11bulan)

 Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24 - 48 jam setelah lahir


 Muntah berisi empedu
 Enggan minum (Menyusu)
 Distensi abdomen
2. Masa Bayi dan anak - anak (1-3 tahun)
 Konstipasi
 Diare berulang
 Tinja seperti pita dan berbau busuk
 Distensi abdomen
 Adanya masa difecal dapat dipalpasi
 Gagal tumbuh
 Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemia.

Semua ganglion pada intramural pleksus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan
relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses
terkumpul didaerah tersebut menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal
terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian kolon tersebut
melebar.

3. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan :
 Daerah transisi
 Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
 Entrokolitis padasegmen yang melebar
 Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam
2. Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel
ganglion pada daerah sub mukosa.
3. Biopsi otot rektum
Yaitu pengambilan lapisan otot rektum
4. Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas
terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase.
5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus
6. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot.
Pemeriksaan ini untuk mengetahui bahu dari tinja, kotoran yang menumpuk dan
menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.

4. Penatalaksanaan 
1. Medis 
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk
membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan
juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
 Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan
obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan
ukuran normalnya.
 Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai
sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama. Ada beberapa
prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson, Duhamel, Boley & Soave.
Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari
penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah
diubah) .

2. Perawatan 
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaannya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
 Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara
dini.
 Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak.
 Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan ).
 Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang

Pada perawatan pre-operasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan mal
nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal ini
sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet
rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral
total ( NPT )
BAB III

ASUHAN KEPERWATAN

a. Pengkajian
1) Riwayat pengeluaran meconium dalam 24 jam pertama setelah
2) Riwayat tinja seperti pita dan bau busuk
3) Pengkajian status nutrisi dan status hidrasi
4) Pengkajian status bising usus untuk melihat pola bunyi hiperaktif pada bagian
proksimal karena obtruksi.
5) Pengkajian psikososial keluarga.
b. Diagnosa keperawatan
1) Konstipasi berhubungan dengan obstruksi karena aganglion pada usus.
2) Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan persiapan pembedahan,intake
yang kurang,mual,dan muntah.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolonostomi dan perbaikan
pembedahan.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan dan adanya insisi.
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembedahan
gastrointestinal.
6) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
7) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kebutuhan irigasi pembedahan dan
perawatan kolonostomi.
8) Gangguan citra tubuh berhubungan dengankolonostomi dan irigasi.
c. Perencanaan
1) Pengeluaran tinja lembek dan tanpa retensi
2) Anak tidak menunjukan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang ditandai
dengan membran mukosa lembab, gravitasi urine, atau berat jenis urine normal,
sodium, potasium, dan bikarbonat dalam batas normal.
3) Insisi bekas pembedahan tidak ada pus, atau exudate, tidak ada kemerahan , drainage,
dan tampa pendarahan.
4) Anakakan terbebas dari infeksi.
5) Bising usus dalam batas normal,pengeluaran tinja mudah dan tidak ada tanda-tanda
dehidrasi.
6) Anak tidak menunjukan rasa nyeri yang ditandai dengan melakukan
aktifitas,beristirahat, kooperatif dengan yang merawat.
7) Orang tua memahami kondisi anak dan dapat membantu dalam perawatan.
8) Anak dan orang tua mengekspresiakan perawatan secara verbal secara verbal tentang
irigigasi van yang dilakukan dan ostonomy.
d. Implementasi
1) Mencegah atau mengatasi konstipasi dan mempertahankan hidrasi yang adekuat
 Kaji fungsi usus dan karakteristik tinja.
 Siapkan anak untuk pembedahan dan kolonostomi temporer, untuk anak usia 5
tahun dan sekolah ; lakukan enema isotonik hingga bersih, monitor intake dan
output, pemberian elektrolit, polythylene glycol melalui oral atau NGT 25-60
ml/kg perjam hingga cairan sampai ke rektum dan monitor mual muntah.
 Untuk anak < 5 tahun anak dipuasakan sampai persiapan
pembedahan,diberikan cairan secara intravena bila dibutuhkan dan sesuai
program , pertahankan intake dan output.
 Monitor gravitasi urinedan berat jenis urine.
 Monitor elektrolit sesuai program.
 Kaji status hidrasi sebelum dan sesudah pembedahan dengan mengkaji turgor
kulit dan membran mukosa.
2) Mencegah infeksi pembedahan dan kolonostomi serta mempertahankan keutuhan
kulit di sekeliling area pembedahan.
 Pemberian larutan neomycin 1.0% per rektum atau stoma sesuai program.
 Pemberian antibiotik oral atau intravena sesuai program.
 Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam.
 Mengukur lilitan abdomen.
 Kaji insisi pembedahan.
 Kaji warna stoma.
 Berikan perawatan kulit dengan meticulos.
 Catat adanya demam, drainage yang tidak biasanya.
 Gunakan kantung stoma yang hipoalergi.
3) Mempertahan kan status nutrisi yang adekuat
 Puasakan anak hingga bising usus positif dan flatus.
 Pertahankan NGT
 Pemberian cairan melalui intravena sesuai program sampai anak toleran
dengan intake secara oral.
 Timbang berat badan.
4) Memberikan kontrol nyeri yang adekuat
 Kaji nyeri dengan skala 1-10
 Berikan rasa nyaman
 Pemberian obat untuk atasi rasa nyeri sesuai program
 Berikan ketenangan pada anak.
 Kaji pola tidur dan hindari hal-hal yang tidak dibutuhkan anak.
5) Meningkatkan pengetahuan tentang kondisi pada orang tua dan anak.
 Kaji tingkat pengetahuan tentang kondisi yang dialami, perawatan dirumah
dan pengobatan.
 Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan, kecemmasan, dan
perhatian tentang irigasi rektal dan perawatan ostomy.
 Jelaskan perbaikan pembedahan dan proses kesembuhan.
 Ajarkan pada anak dengan membuat gambar sebagai ilustrasi misalnya
bagaimana melakukan irigasi dan kolonostomi.
 Ajarkan perawatan ostomy segera setelah pembedahan dan lakukan supervisi
saat orang tua melakukan perawatan ostomy.
e. Perencanaan pemulangan
 Instrusikan orang tua untuk mendemonstrasikan kembali bagaimana melakukan
irigasi rektal dan melakukan perawatan ostonomy.
 Ajarkan orang tua bagaimana mengkaji distensi dan obstruksi, hal ini untuk
dilaporkan ke dokter.
 Perlu konsuntasi ke bagian perawat enterostomal dan ahli gizi bila ,memungkinkan.
 Ajarkan orang tua untuk mengkaji fungsi usus dan perlunya diet tinggin serat.

f. Pengkajian
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan kelainan
tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan bawaan lain. Pada
segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-
laki dibandingkan anak perempuan.  Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan
seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan
1. Informasi identitas/data dasar :
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, tanggal pengkajian, pemberi informasi.
2. Keluhan utama :
Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang sering
ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir),
perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah muntah dan diare.
3. Riwayat kesehatan sekarang :
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal. Tanyakan sudah berapa lama gejala
dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya klien mengatasi masalah tersebut.
4. Riwayat kesehatan masa lalu :
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan
dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
5. Riwayat Nutrisi meliputi :
masukan diet anak dan pola makan anak.
6. Riwayat kesehatan keluarga :
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.
7. Riwayat tumbuh kembang :
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
8. Riwayat kebiasaan sehari-hari :
kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.
9. Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinis. Pada survey umum
terlihat lemah atau gelisah. TTV biasa didapatkan hipertermi dan takikardidimana
menandakan terjadinya iskemia usus dan gejala terjadinya perforasi. Tanda dehidrasi
dan demam bisa didapatkan pada kondisi syok atau sepsis.

Pada pemeriksaan fisik focus pada area abdomen, lipatan paha, dan rectum akan didapatkan :

a) Inspeksi :
Tanda khas didapatkan adanya distensi abnormal. Pemeriksaan rectum dan feses akan
didapatkan adanya perubahan feses seperti berbau busuk.

b) Auskultasi :
Pada fase awal didapatkan penurunan bising usus, dan berlanjut dengan hilangnya bising
usus.
c) Perkusi :
Timpani akibat abdominal mengalami kembung.
d) Palpasi :
Teraba dilatasi kolon abdominal.
e) Sistem integument :
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, warna kulit, ada tidaknya edema kulit,
dan elastisitas kulit.
f) Sistem respirasi :
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
g) Sistem kardiovaskuler :
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal,
frekuensi denyut nadi / apikal.
h) Sistem penglihatan :
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata.
i) Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya kembung
pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan karakteristik muntah).
j) Pemeriksaan  Diagnostik
 Pemeriksaan Radiologi
 Foto polos abdomen tegak akan memperlihatkan usus-usus melebar atau terdapat
gambaran obstruksi usus rendah.
 Barium Enema ditemukan:

- Terdapat daerah transisi

- Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit.

- Enterokolitis pada segmen yang melebar.

- Ada penyumbatan pada kolon

- Terdapat retensi barium setelah 24-48 jam


 Pemeriksaan colok dubur
Saat pemeriksaan ini, jari akan merasakan jepitan karena lumen rektum yang
sempit, pada saat ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium
(Feses) yang menyemprot dan feses berbau busuk.
 Biopsi isap
Ditemukan peningkatan aktivitas enzim asetilkolinenterase, merupakan tanda
khas penyakit hirsprung.
 Biopsi rectal
Tidak terdapat sel-sel ganglion

3.2    Diagnosa

No. Diagnosa Keperawatan


1. Perubahan eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan defek persyarafan
anganglion.
2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan menurunya intake(mual,
muntah)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu
makan turun.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pasca operasi
5. Injuri berhubungan dengan tindakan pasca operasi
6. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan (ATP menurun)

3.3 intervensi

NO Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


DX
1.      Tujuan :  1.    Lakukan enema 1.      Evakuasi usus meningkat
Pola BAB normal atau irigasi rektum, rasa nyaman anak dan
sesuai program. mengurangi resik perforasi usus
Kriteria hasil: akibat obstruksi.
-          Pola eliminasi dalam batas
normal. 2.           Pengkajian yang
-          Warna feses dalam batas demikian diperlukan untuk
normal. 2.      Kaji bising usus memastikan fungsi usus dengan
-          Feses lunak / lembut dan dan abdomen anak benar dan terapi yang diberikan
berbentuk. setiap 4 jam. Laporkan tepat.
-          Bau feses dalam batas penurunan atau tidak
normal (tidak menyengat). adanya bising usus. 3.      Pengukuran lingkar
-          Konstipasi tidak terjadi abdomen mendeteksi distensi.

3.      Ukur lingkar
abdomen anak, sesuai
program, dengan
menggunakan titik
referensi yang
konsisten, dan pita
pengukur yang sama
setiap waktu.
2.      Tujuan :Kebutuhan cairan 1.      Timbang berat 1.      Menimbang berat badan
terpenuhi badan anak setiap hari, setiap hari dan pemantauan
dan dengan cermat cermat terhadap asupan dan
Kriteria hasil: pantau asupan dan cairan mengindikasikan status
-         Keseimbangan intake dan cairan. cairan anak.
output 24 jam.
-          Berat badanstabil.
-          Tidak adamata cekung. 2.      Anak mungkin
-          Kelembabankulit dalambata 2.      Beri cairan membutuhkan cairan intravena
s normal. intravena sesuai jika ia mengalami dehidrasi atau
-          Membranmukosalembab program. beresiko mengalami dehidrasi.

3.      Air dapat menyebabkan


3.      Gunakan larutan intoksikasi air akibat
salin atau antibiotik, peningkatan permukaan
ketika memberikan absorptif bila terjadi asistensi
enema irigasi rektum.  abdomen. 
3.      Tujuan : 1.      Minimalkan 1.      Dengan meminimalkan
Kebutuhan nutrisi tubuh dapat faktor yang dapat faktor yang dapat menimbulkan
terpenuhi. menimbulkan tidak tidak nafsu makan dapat
Kriteria hasil : nafsu makan. meningkatkan selera makan
-BB pasien dalam batas normal pasien.
atau idel. 2.      Dengan memberi asupan
-nafsu makan pasien bertambah. 2.      Beri asupan makanan sesuai selera dapat
-porsi makan pasien bertambah. makanan sesuai selera meningkatkan porsi makan
pasien. pasien.
3.      Dengan memberi makan
3.      Beri makanan sedikit namun sering dapat
sedikit namun sering. memenuhi kebutuhan nutrisi
yang dibutuhkan tubuh.
4.      Observasi BB secara
4.      Observasi BB berkala untuk memantau
pasien secara berkala. kenaikan BB pasien.

4.  Tujuan : 1.    Minimalkanrisiko 1.    a. Mencuci tangan adalah


suhu dalam keadaan normal (36- infeksi pasien dengan : cara terbaik untuk mencegah
37°C). a.       Mencuci tangan penularan pathogen.
Kriteria hasil : sebelum dan setelah b.Sarung tangan dapat
Suhu dalam rentang normal, tidak memberikan perawatan melindungi tangan pada saat
ada pathogen yang terlihat dalam b.      Menggunakan memegang luka yang dibalut
kultur, luka dan insisi terlihat sarung tangan untuk atau melakukan berbagai
bersih, merah muda, dan bebas mempertahankan tindakan.
dari drainase purulen. asepsis pada saat
memberikan perawatan
langsung

2.    Observasi suhu
minimal setiap 4 jam
dan catat pada kertas
grafik. Laporkan
evaluasi kerja. 2.      Suhu yang terus
meningkat setelah pembedahan
dapat merupakan tanda awitan
komplikasi pulmonal, infeksi
atau dehisens.

5.      Tujuan : 1.      Observasi faktor- 1.   Pascabedah terdapat resiko


Dalam waktu 2x24 jam pasca faktor yang rekuren dari hernia umbilikalis
intervensi reseksi kolon pasien mengingatkan resiko akibat peningkatan tekanan
tidak mengalami injeri. injuri. intra abdomen
Kriteria hasil : 2.   Perawat yang
(RR :16-24x/menit, S: 36°C-37°C, 2.      Monitor tanda mengantisipasi resiko terjadinya
N: 60-100, TD: 120/80 mmHg), dan gejala perforasi perforasi. Yaitu anak rewel tiba-
kardiorespirasi optimal, tidak atau peritonitis tiba dan tidak bisa dibujuk atau
terjadi infeksi pada insisi. diam oleh orangtua atau
perawat, muntah-muntah,
peningkatan suhu tubuh dan
hilangnya bising usus. Adanya
pengeluaran cairan feses
bercampur darah pada anus.
3.   Apabila tindakan
dekompresiini optimal, maka
akan menurunkan distensi
abdominal yang menjadi
penyebab utama nyeri
3.      Lakukan abdominal pada pasien
pemasangan selang hirschsprung.
nasogastrik 4.   Perawat memonitor adanya
komplikasi pascabedah seperti
mencret atau ikontinensia fekal,
4.      Monitor adanya kebocoran anastomosis,formasi
komplikasi pasca striktur, obstruksi usus, dan
bedah enterokolitis. Secara kondisi
5.   Pasien akan mendapatkan
cairan intravena sebagai
pemeliharaan status
hemodinamik
6.   Pasien dibantu turun dari
tempat tidur pada hari pertama
pascaoperatif dan didorong
untuk mulai berpartisipasi
5.      Pertahankan dalam ambulasi dini.
status hemodinamik 7.   Pada anak menghadirkan
yang optimal orang terdekat dapat
menpengaruhi penurunan
respon nyeri. Sedangkan pada
dewasa merupakan tambahan
6.      Bantu ambulasi dukungan psikologis dalam
dini menghadapi masalah kondisi
nyeri baik akibat dari kolik
abnomen atau nyeri pascabedah.
7.      Hadirkan orang 8.   Antibiotik menurunkan
terdekat resiko infeksi yang akan
menimbulkan reaksi inflamasi
lokal dan dapat memperlama
proses penyembuhan
pascafunduplikasi lambung

8.      Kolaborasi
pemberian antibiotic
pasca bedah

6.      Tujuan : 1.      Bantu pasien 1.       Dengan melakukan


Pasien dapat melakukan aktivitas melakukan aktivitas aktivitas fisik dasar dapat
fisik yang paling sederhana. dasar. meningkatkan kekuatan otot.
Kriteria hasil : 2.      Dengan membatasi
-pasien dapat melakukan aktivitas 2.      Batasi aktivitas aktivitas dapat mengurangi
sehari-hari (bermain). yang membutuhkan kebutuhan energi.
-pasien tidak terlihat lemas. banyak energi. 3.      Waktu istirahat yang
-nadi dalam batas normal. cukup dapat membuat tubuh
3.      Beri pasien terasa bugar.
waktu istirahat yang 4.      Observasi nadi secara
cukup. berkala dapat mengetahui
O2 dalam tubuh.
4.      Observasi nadi
secara berkala.
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah. Baik masalah
fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak dengan
penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang
mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan
masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung harus
difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk
tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama yang baik antara
pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi
kemungkinan yang terjadi.

SARAN

Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang penyakit
hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

Triana,Ani dkk.2015.Kegawat Daruratan Maternal Dan


Neonatal.Yogyakarta:Deepublish.

Manurung,Nixson,S.Kep.,Ns.,S.Kom.,M.Kep.2018.Keperawatan Medikal Bedah Jilid


I.Jakarta:Cv Trans Info Media.

Dra .Mendri,Ni Ketut,S.Kep.,Ns,M.Sc dan Prayog,Agus


Sarwo.S.Kep,Ns,M.H.Kes.2018.Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dan Bayi
Resiko Tinggi.Yogyakarta:PT.Pustaka Baru.
Herdman, T.Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan dengan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC

Taylor, Cynthia. M dan Ralph, Sheila, Aparks. 2013. Diagnosa Keperawatan:


Dengan Rencana Asuhan Keeprawatan, Edisi 10. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Cornain, Santoso. 2013. Buku Ajar Patologi Robbins. Singapura : Elsevier

Anda mungkin juga menyukai

  • Informed Consent
    Informed Consent
    Dokumen2 halaman
    Informed Consent
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Tugas Uas Ike-2
    Tugas Uas Ike-2
    Dokumen3 halaman
    Tugas Uas Ike-2
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • 0bn11492015
    0bn11492015
    Dokumen29 halaman
    0bn11492015
    yopi iriansyah
    Belum ada peringkat
  • Informed Consent
    Informed Consent
    Dokumen2 halaman
    Informed Consent
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Penelitian
    Kuesioner Penelitian
    Dokumen5 halaman
    Kuesioner Penelitian
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Tugas Manajemen Konfik
    Tugas Manajemen Konfik
    Dokumen2 halaman
    Tugas Manajemen Konfik
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Pengelolaan Jalan Napas Dasar Dan Lanjut Okt 2012
    Pengelolaan Jalan Napas Dasar Dan Lanjut Okt 2012
    Dokumen16 halaman
    Pengelolaan Jalan Napas Dasar Dan Lanjut Okt 2012
    Dian Sulistya Ekaputri
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR ISI New-1
    DAFTAR ISI New-1
    Dokumen4 halaman
    DAFTAR ISI New-1
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • GGK
    GGK
    Dokumen9 halaman
    GGK
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kel1
    Tugas Kel1
    Dokumen25 halaman
    Tugas Kel1
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka-1-1
    Daftar Pustaka-1-1
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka-1-1
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Makalah Study Islam 2
    Makalah Study Islam 2
    Dokumen19 halaman
    Makalah Study Islam 2
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Sindrom Nefrotik Pada Anak PDF
    Sindrom Nefrotik Pada Anak PDF
    Dokumen16 halaman
    Sindrom Nefrotik Pada Anak PDF
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Struktur Technologii
    Struktur Technologii
    Dokumen2 halaman
    Struktur Technologii
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Membaca Erna
    Kuesioner Membaca Erna
    Dokumen9 halaman
    Kuesioner Membaca Erna
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Soe VIZ1 S
    Soe VIZ1 S
    Dokumen1 halaman
    Soe VIZ1 S
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen25 halaman
    Bab 3
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Ps FRG RL D
    Ps FRG RL D
    Dokumen1 halaman
    Ps FRG RL D
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Bismillah, Semoga Lebih Baik
    Bismillah, Semoga Lebih Baik
    Dokumen1 halaman
    Bismillah, Semoga Lebih Baik
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Bismillah, Semoga Lebih Baik
    Bismillah, Semoga Lebih Baik
    Dokumen1 halaman
    Bismillah, Semoga Lebih Baik
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • 272
    272
    Dokumen13 halaman
    272
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • DIS
    DIS
    Dokumen3 halaman
    DIS
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Absen Lembur MR
    Absen Lembur MR
    Dokumen3 halaman
    Absen Lembur MR
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • TUGAS PELAYANAN PRIMA..... PSBH
    TUGAS PELAYANAN PRIMA..... PSBH
    Dokumen5 halaman
    TUGAS PELAYANAN PRIMA..... PSBH
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Rekam Medis Refka
    Presentasi Rekam Medis Refka
    Dokumen10 halaman
    Presentasi Rekam Medis Refka
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Z5 MQL RD R
    Z5 MQL RD R
    Dokumen1 halaman
    Z5 MQL RD R
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Data Personel MR
    Data Personel MR
    Dokumen3 halaman
    Data Personel MR
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • DIA
    DIA
    Dokumen4 halaman
    DIA
    Ike Putri Septiyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Pengelolaan Jalan Napas Dasar Dan Lanjut Okt 2012
    Pengelolaan Jalan Napas Dasar Dan Lanjut Okt 2012
    Dokumen16 halaman
    Pengelolaan Jalan Napas Dasar Dan Lanjut Okt 2012
    Dian Sulistya Ekaputri
    Belum ada peringkat