Anda di halaman 1dari 34

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

PROPOSAL SKRIPSI

NAMA : CORRITANIA
NIM : 3101413003
PRODI : PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN : SEJARAH

A. Judul

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA

NEGERI 1 GONDANG TAHUN AJARAN 2017/2018 DALAM

RANGKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013”

B. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam menentukan

maju mundurnya suatu bangsa, karena melalui pendidikan diharapkan

mampu melahirkan manusia-manusia yang cerdas dan berkompeten untuk

memajukan bangsa tersebut. Untuk dapat mewujudkan pendidikan yang

mampu melahirkan manusiamanusia cerdas dan berkompeten dalam upaya

memajukan bangsa ini, diperlukan pendidik dalam hal ini adalah guru

yang profesional, handal, dan kompeten di bidangnya.


Kegiatan pembelajaran merupakan aktivitas paling penting dalam

keseluruhan upaya peningkatan mutu pendidikan. Hal ini disebabkan

melalui kegiatan pembelajaran yang baiklah tujuan pendidikan akan

tercapai, yaitu dalam bentuk perubahan perilaku pada siswa. Kegiatan

pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang

ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media,

sumber belajar, penggunaan metode dan model pembelajaran. Proses

pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru, tetapi harus mampu

memunculkan keterlibatan siswa (Ari Wijayanti dan Taat Wulandari, 2016:

2)

Pendidikan yang baik sangat tergantung dengan bagaimana seorang

guru bisa mengajar dengan sangat baik. Faktor guru diyakini sangat

berpengaruh besar dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan.

Mengajar yang baik itu apabila siswanya mau belajar, kalau siswanya

tidak mau belajar berati mengajarnya tidak baik. Penerapan model

pembelajaran yang baik juga akan berpengaruh terhadap berlangsungnya

kegiatan pembelajaran dan pada gilirannya mempegaruhi prestasi peserta

didik. Sehingga demikian penerapan model pembelajaran yang baik akan

sangat menentukan kualitas pendidikan (Nasution M.A, 1999: 111)

Sistem pembelajaran sebagai bagian integral dari sistem kegiatan

pendidikan, merupakan fenomena yang harus diperbaiki dan

dikembangkan oleh pihak-pihak terkait yang berkepentingan. Hal ini

banyak menyangkut banyak hal seperti kurikulum, metode, media


pembelajaran, materi pembelajaran, kualitas pendidik, evaluasi

pembelajaran, dan lain sebagainya sehingga tercipta sistem pembelajaran

yang baik dan berorientasi ke masa depan. Dengan demikian perlu

dikembangkan prinsip-prinsip belajar yang berorientasi pada masa depan,

dan menjadikan peserta didik tidak hanya sebagai objek belajar tapi juga

subjek dalam belajar. Pendidikan tidak lagi berpusat pada lembaga atau

pengajar yang hanya akan mencetak para lulusan yang kurang berkualitas,

melainkan harus berpusat pada peserta didik sebagai pusat belajar dengan

memberikan kesempatan kepada mereka untuk bersikap kreatif dan

mengembangkan diri sesuai dengan potensi intelektual yang dimilikinya

(Aman, 2011: 5)

Mengenal sejarah sangat penting dan berguna untuk menumbuhkan

rasa nasionalisme dan patriotisme yang semakin hari semakin luntur

karena pengaruh kebudayaan asing. Sikap siswa yang cenderung apatis

terhadap pelajaran sejarah tentu diakibatkan oleh banyak faktor baik intern

maupun ekstern. Faktor ekstern misalnya terkait dengan penyajian materi

pelajaran sejarah yang cenderung rentetan fakta yang cenderung

membosankan, metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan substansi

materi pelajaran sejarah, kurangnya sarana pembelajaran yang

mendukung, di samping kinerja guru sejarah yang merupakan faktor utama

cenderung belum memuaskan, dan hal itu berdampak pula pada kurang

kondisfnya proses pembelajaran sejarah. Sedangkan faktor internal


meliputi sikap siswa terhadapi pelajaran cenderung kurang positif, begitu

juga dengan minat dan motivasi yang cenderung rendah (Aman, 2011: 7)

Posisi sejarah yang tidak diujikan secara nasional ini sebenarnya

juga ada sisi positifnya. Para guru kemudian menjadi tidak terbebani untuk

menghabiskan target materi demi mengejar nilai ujian nasional. Dengan

demikian para guru memiliki ruang yang luas dan terbuka untuk

melakukan berbagai inovasi dalam pembelajaran. Akan tetapi

kenyataannya dilapangan kemampuan guru untuk berinovasi masih belum

maksimal. (Andy, 2012: 80)

Kegiatan pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa

untuk mencapai tujuan tertentu. Kualitas pembelajaran tergantung pada

kinerja guru sejarah dalam mengajar, materi pelajaran yang disajikan,

metode pembelajaran, iklim kelas, sikap dan motivasi siswa dalam

pembelajaran sejarah. Kegiatan guru dalam kegiatan belajar mengajar

adalah manifesti dari kinerja guru dalam mengajar, sedangkan kegiatan

siswa di kelas merupakan menifesti dari sikap dan motivasi yang dinamis,

sarana pembelajaran yang mendukung, dan iklim kelas yang kondusif,

akan berpengaruh pada sikap siswa, kinerja guru, dan motivasi belajar,

serta hasil belajar. Kinerja guru yang baik akan berpengaruh pada: sikap

siswa, motivasi, dan dengan dukungan sarana pembelajaran akan

menimbulkan iklim kelas yang kondusif, dan berdampak pada hasil belajar

siswa. Iklim kelas yang kondusif akan mempunyai pengaruh terhadap

sikap dan motivasi belajar siswa serta hasil belajar siswa. Sikap positif
siswa dalam proses belajar mengajar berpengaruh pada motivasi dan hasil

belajar siswa. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah mencakup

kecakapan akademik kesadaran sejarah, dan nasionalisme (Aman, 2011:

131)

Selama ini dalam pendidikan sejarah di Indonesia muncul adanya

paradigma bahwa belajar sejarah sebatas pada hafalan tanggal, tempat, dan

nama tokoh masa lalu. Sejarah, sering dianggap sebagai pelajaran hafalan

yang membosankan. Pembelajaran sejarah yang selama ini terjadi di

sekolah-sekolah bagi peserta didik dirasa tidak menarik. Keadaan ini

sering kali menyangkut mengenai model pembelajaran, metode dan

strategi pembelajaran yang diterapkan.

Model pembelajaran yang selama ini diterapkan hanya

menekankan pada kekuatan menghafal dan mencari satu jawaban yang

benar terhadap soal-soal yang diberikan sudah saatnya untuk ditinggalkan,

kini beralih keproses-proses berfikir kreatif dan inovatif. Hal ini

dikarenakan berfikir kreatif dan inovatif sangat dibutuhkan untuk

menghadapi berbagai perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Pada dasarnya mengajar merupakan proses yang menyangkut unsur

manusia dengan segala kompleksitas yang ada pada dirinya sehingga

secara karikatral barangkali prosesnya akan hampir menyerupai pelukisan

dan sebuah gambar, penyusunan notasi musik atau juga menata sebuah

kebun dan sebagainya, artinya itulah seni.


Dengan demikian, menurut pandangan diatas maka ketrampilan

yang dimiiki oleh seseorang yang mengajar akan sangat dipengaruhi oleh

bakat alamiahnya. (Buchari Alma, 11)

Seorang guru turut menjadi faktor yang menyebabkan

ketidaktercapaian tujuan pembelajaran sejarah. Guru jika hanya

menggunakan ceramah kegiatan belajar akan terasa monoton. Kebanyakan

guru sejarah ketika mengajar hanya memberikan cerita yang diulang.

Meraka hanya akan mendengarkan uraian dari guru dan terjadi sebuah

kepasifan dari peserta didik.

Peningkatkan kualitas pendidikan sekarang ini sangat tergantung

dari berbagai faktor pendidikan yang memiliki pengaruh antara satu

dengan yang lainnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas

dari pembelajaran adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru

dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran.

Model pembelajaran penting dalam terlaksananya proses

pembelajaran. Apabila guru kurang cermat memilih strategi mengajarnya

atau model pembelajarannya akan berakibat fatal bagi kegiatan belajar

mengajarnya.

Penerapan model pembelajaran yang baik akan berdampak positif

bagi siswa, baik dalam pengetahuan atau ketrampilan, oleh karena itu

siswa akan antusias dengan apa yang disampaikan guru sebagai fasilitator

dalam proses pembelajaran. Jika hal itu terlaksana dengan baik, maka
materi yang disampaikan guru akan mampu diserap dengan baik oleh

siswa.

Dengan memvariasikan model pembelajaran, siswa akan lebih

tertarik dan senang dalam mengikuti pelajaran. Perencanaan pembelajaran

sangat penting untuk membantu guru dan siswa dalam mengkreasi dan

menata pembelajaran.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan hendaknya dikemas

semenarik mungkin. Namun, bila guru mengajar dilaksanakan dengan

cara-cara baru dalam melakukan inovasi pembelajaran maka kegiatan

peserta didik belajar akan lebih aktif. Guru merupakan komponen paling

menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan. Guru

memegang peran yang utama dalam pendidikan, khususnya yang

diselanggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat menentukan

dalam proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang paling

berpengaruh dalam tercapaianya proses dan efektifitas pembelajaran

berkualitas.

Model pembelajaran sejarah termasuk yang diatur dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103

Tahun 2014 teantang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan

Pendidikan Menengah, pasal 2 ayat (2) pembelajaran menggunakan

pendekatan, strategi, model, dan metode yang mengacu pada karakteristik

sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1).


Di kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen terdapat empat sekolah

negeri maupun swasta. Dari ke-empat SMA tersebut ada satu SMA yang

cukup menjadi favorit. Bahkan SMA tersebut menjadi tujuan bagi para

siswa yang baru saja tamat dari bangku SMP dan akan melanjutkan

sekolah jenjang SMA. Hal ini dibuktikan dengan adanya calon siswa baru

yang bukan hanya berasal dari kecamatan berdirinya sekolah tersebut

namun, para pendaftar juga berasal dari lintas kecamatan bahkan lintas

kabupaten dan lintas provinsi.

Penelitian ini terdapat di sebuah SMA negeri yang letaknya berada

di pinggiran Kabupaten Sragen yang berbatasan dengan Kabupaten

Ngawi, Jawa Timur. Sekolah yang dilibatkan untuk penelitian yaitu SMA

Negeri 1 Gondang.

SMA Negeri 1 Gondang ialah satu-satunya SMA di Kecamatan

Gondang yang telah menerapkan Kurikulum 2013. Fasilitas yang dimiliki

di SMA Negeri 1 Gondang cukup memadai untuk menunjang

pembelajaran sejarah. Fasilitas tersebut meliputi mesin proyektor dan LCD

meskipun belum terpasang disetiap kelas namun saat alat tersebut hendak

diperlukan untuk proses pembelajaran maka akan siap digunakan.

Ketersedian buku-buku pegangan siswa yang sesuai dengan Kurikulum

2013 walaupun jumlahnya masih terbatas. Ruang kelas yang digunkan

untuk proses poembelajaran siswa bisa dikatakan cukup nyaman. Di SMA

Negeri 1 Gondang ini, penerapan Kurikulum 2013 dimulai Tahun

Pelajaran 2016-2017. Meski begitu guru-guru sejarah telah siap


menerapkan model-model pembelajaran yang sudash diatur dalam

Kurikulm 2103.

Pada saat observasi dilakukan di dalam kelas, sedang berlangsung

aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru

yaitu problem based learning dimana siswa dihadapkan pada suatu

masalah kemudian dipecahkan secara berkelompok. Namun dalam

pembelajaran kali ini hanya berjalan seadannya dalam artian kurang

adanya antusias dari siswa untuk mensukseskan aktivitas pembelajaran

sejarah. Dalam hal ini belum belum dapat dipastikan hal apa yang

menyebabkan proses pembelajaran kurang berjalan secara kondusif.

Dimungkinkan siswa kurang bisa menangkap dan memahami

model pembelajaran atau bahan ajar yang disampaikan guru, atau

sebaliknya kesiapan guru dirasa kurang dalam menyampaikan

pembelajaran sejarah.

Penelitian ini dilakukan di seluruh Kelas X pada jurusan IPS. Dari

latar berlakang tersebut maka penelitian ini berjudul Penerapan Model

Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Gondang Tahun Ajaran 2017/2018

dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, perumusan masalah

penelitian adalah :
1. Apa sajakah model-model pembelajaran yang diterapkan pada SMA

Negeri 1 Gondang?

2. Bagaimana kendala-kendala yang dihadapi guru dalam penerapan

model-model pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Gondang?

3. Bagaimana respon siswa mengenai penerapan model-model

pembelajaran yang diterapkan guru pada pembelajaran sejarah di

SMA Negeri 1 Gondang?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adalah :

1. Mendeskripsikan model-model pembelajaran yang diterapkan pada

SMA Negeri 1 Gondang.

2. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dalam penerapan

model-model pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Gondang.

3. Mengetahui respon siswa mengenai penerapan model-model

pembelajaran yang diterapkan guru pada pembelajaran sejarah di

SMA Negeri 1 Gondang.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk

kepentingan teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak yang berhubungan secara langsung ataupun tidak

langsung dalam bidng pendidikan, khususnya pada pendidikan SMA

dalam mata pelajaran sejarah.

2. Manfaat Praktris

a. Bagi peneliti adalah sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Sejarah di Fakultas Ilmu Sosial Unversitas Negeri

Semarang, serta untuk menambah pengetahuan peneliti dalam

bidang pembelajaran sejarah terutama dalam pelaksanaan model

pembelajaran sejarah yang sesuai dengan kurikulum 2013.

b. Bagi praktisi pendidikan penelitian iini diharpkan mampu

memberikan gambaran yang nyata tentang kiondisi pembelajaran

sejarah dan memberikan alternatif pemecahan masalanya dan

dapat dijadikan refensi untuk melakukan penelitian selanjutnya

yang lebih mendalam.

c. Bagi pemerintah diharapkan mampui membrikan satu masukan

dalam menentukan kebijakan pendidikan terutama sejarah

Indonesia

F. Batasan Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini sercara teknis

memiliki arti yang khas. Agar tidak menimbulkan definisi yang slah dalam
memahami skripsi ini, perlu terlebih dahulu adanya penegasan istilah. Hal

yang ditegaskan adalah :

1. Pembelajaran Sejarah

Gagne dan Briggs dalam Achmad Sugandi (2007: 9) mengartikan

pembelajaran (instruction) ini sebagai sistem yang bertujuan untuk

membentu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang

dirancang disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung

terjadinya proses belajar yang bersifat internal.

Sebagai cabang ilmu pengetahuan, sejarah dapat diberi definisi

sebagai berikut: adalah “ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan

kemudian mencatat, didalam perhubungan sebab akibatnya dan

berkembamgnya, kegiatan-kegiatan/ aktifitas-aktifitas manusia di masa

lampau (Garraghan dalam Wasino, 2007: 5). Maka dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran sejarah adalah kegiatan seorang guru dalam

membelajarkan siswa mengenai peristiwa yang etrjadi pada masa lalu atau

suatu peradapan manusia dengan harapan dapat mengubah tingkah laku

siswa menjadi lebih bijaksana dan arif.

2. Model Pembelajaran

Model adalah suatu pola yang memberikan inovasi dalam kegiatan

pembelajaran syang digunkana guru sebagai acuan untuk menyampaikan

materi pembelajaran kepada siswa dan diharapkan mempu menjadikan

siswa untuk lebih aktif didalam kegiatan pembelajaran, sehimgga dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa (Hamdani, 2010: 197)


Pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan dalam kegiatan

belajar mengajar guna menyampaikan informasi berupa materi, kegiatan,

pengetahuan sesuai kebutuhan siswa yang beragam agar etrjadi interaksi

optimal antar guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Briggs

dalam Sugandi, 2007: 9)

G. Penelitian Yang Relevan

Penelitian terdahulu yang kaitannya dengan model pembelajaran

sejarah telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, yakni yang

dilakukan pada peserta didik untuk menempuh gelar sarjana yaitu untuk

kepentingan akademik.

Penjelasan dari setiap peneliti sebelumnya akan dijabarkan seperti

berikut. Penelitian mengenai pendidikan karakter kaitannya dengan model

pembelajaran telah dilakukakan Rois Setiawan (2015) dalam skripsinya

yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Prestasi

Belajar Siswa Pada Materi Sejarah Mata Pelajaran IPS Kelas 7 Di SMP

5 Kudus Tahun Ajaran 2014/2015”. Permasalahan yang diangkat dari

penelitian ini yaitu hasil belajar di SMP 5 Kudus yang etrgolonng rendah.

Hal tersebut dikarenakan mata pelajaran sejarah yang bersifat satu arah

dan penerapan model pembelajaran kurang menarik bagi siswa, sehingga

kurang dapat mengembangkan kemampuan belajar siswa. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran


inquiry efektif untuk meningkatkan hasil belajar pada materi sejarah dalam

mata pelajaran IPS.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah

metode penelitian kuatitatif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

pembelajaran sejarah yang menggunakan model pembelajaran inquiry

efektif untuk meningkatkan hasil belajar sejarah siswa di SMP 5 Kudus.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah sama-sama berfokus pada model pembelajaran sejarah.

Sedangkan, perbedaannya terletak pada metode yang digunakan pada

penelitian tersebut yaitu kuantitaif, dan peneliti menggunakan metode

kualitatif. Penelitian ini memberikan sumbangan bagi peneliti mengenai

model pembelajaran sejarah dan bermanfaat bagi praktisi untuk

meningkatkan hasil belajar sejarah pada siswa dengan menggunakan

model pembelajaran inquiry.

Penelitian lain yang berkaitan dengan model pembelajaran

dilakukan Ayu Nopiandari (2013) dalam skripsinya yang berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Sebagai Upaya

Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran

Bangun Datar Pada Kelas VA SDN 4 Kerobokan Badung Tahun Pelajaran

2012/2013”. Tujuan dari penelitian ini meningkatkan aktivitas dan prestasi

belajar siswa dalam pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian tersebut adalah metode penelitian kualitatif. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa melalui penerapan model


pembelajaran kooperatif tipe STAD terjadi peningkatan aktivitas dan

prestasi belajar siswa dalam pembelajaran. Persamaan penelitian tersebut

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama

menggunakan metode kualitatif. Sedangkan, perbedaannya terletak pada

mata pelajaran dan jenjang sekolah sebagai objek penelitian.

H. Landasan Teori

1. Pembelajaran Sejarah

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru

sedemikian rupa sehingga tingkah laku peserta didik berubah kearah

yang lebih baik. Sedangkan menurut aliran kogtnitif, pembelajaran

adalah cara guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang ia

pelajari (Darsono, 2000: 24)

Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja melibatkan

dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk

mencapai tujuan kurikulum. Jadi, pembelajaran adalah suatu aktivitas

yang dengan sengaja memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan

untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum

(Hardini, 2011: 10)


b. Pengertian Pembelajaran Sejarah

Sejarah telah menduduki posisi penting di anatara berbagai

mata pelajaran yang diajarkan diberbagai tingkat pendidikan. Secara

harfiah sejarah berasal dari kata Arab “syajarah” yang berarti pohon.

Akan tetapi pengertian yang terkandung dalam sejarah sesungguhnya

diadopsi dari bahasa Yunani “istoria”, yang merupakan kata asal dari

bahasa Latin “historia”, bahasa Perancis “historie”, dan bahasa

Inggris “history” yang mulanya berarti: pencaharian, penyelidikan dan

penelitian. B erdasar pengertian itu, maka sejarah mengandung arti

kejadian-kejadian yang dibuat manusia atau yang dipengaruhi

manusia; perubahan atau nkejadian yanng berub ah dari satu keadaan

ke keadaannya lainnya (Wasino, 2007: 1-2).

Johnson (dalam Kochar, 2008: 2) memberikan definisi

sejarah yang sangat luas. Dia berpendapat bahwa sejarah dalam

pengertian yang paling luas adalah segala sesuatu yang pernah terjadi.

Metari yang dipelajari adalah jejak-jejak yang ditinggalkan oleh

keberadaan manusia di dunia, gagasan, tradisi dan lembaga sosial,

bahasa, kitab-kitab, barang produksi manusia, fisik manusia itu

sendiri, sisa-sisa fisik manusia, pemikirannya, perasaannya, dan

tindakannya. Sejarah adalah ilmu tentang manusia.sejarah berkaitan

dengan manusia dalam ruang dan waktu. Sejarah menjelasakna masa


kini. Kontinuitas dan koherensi kewajiban yang harus dipenuhi oleh

sejarah.

Kuntowijaya (2005) sejarah memiliki kegunaan instrinsik dan

ekstrinsik. Secara instrinsik, sejarah berguna untuk sebagai

pengetahuan, yaitu (1) sejarah sebagai ilmu, (2) sejarah sebagai cara

untuk mengetashuio masa lampau, (3) sejarah sebagai pernyataan

pendapat dan (4) sejarah sebagai profesi. Sedangkan secara

ekstreinsik, sejarah dapat digunakan sebagai liberal education yaitu:

(1) moral; (2) penalaran; (3) politik; (4) kebijaksanaan; (5) perubahan;

(6) masa depan; (7) keindahan dan (8) ilmu bantu. Selain sebagai

pendidikan, sejarah berfungsi sebagai (9) latar belakang; (10) rujukan

dan (11) bukti.

Pembelajaran sejarah adalah perpaduan antara aktivitas

belajar dan mengajar yang di dalamnya mempelajari tentang peristiwa

masa lampau yang erat hubungannya dengan masa kini (Widja, 1989:

23). Pengajaran sejarah berfungsi untuk menyadarkan siswa akan

adanya proses perubahan dan perkembnagan masyarakat dalam

dimensi waktu dan untuk membangun perspektif serta keadaran

sejarah dalam menemukan, memahami dan menjelaskan jati diri

bangsa dimsa lalu, masa kini dan masa depan di tengah-tengah

perdamaian dunia.

Sejarah merupakan cabang ilmu poengetahuan yang

menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan


masayarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi

tertentu. Terkait dengan pendidikan di tingkat dasar (SD dan SMP)

hingga tingah menengah (SMA/ MA/ SMK), pengetahuan di masa

lampau tersebut mengandung nilai-nialai kearifan yang dapat

digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan

kepribadian peserta didik. Mata pelajaran sejarah juga diperluian

untuk menananamkan penegetahuan dan nilai-nilai melalui proses

perubahan dan oerkemangan masyarakat Indonesia dan dunia dari

masa lampau sampai sekarang (Arni Fajar dan Hesti, 2009: 30)

Pelajaran sejarah, sering dianggap sebagai pelajaran hafalan

dan membosankan. Pembelajaran ini dianggap tidak lebih dari

rangkaian angka tahun dan urutan peristiwa yang haruis diingat

kemudian diungkap kiembali saat menjawab soal-soal ujian.

Kwenyataan ini tidak dipungkiri, karenja masih terjadi sampai

sekarang. Pembelajaran sejarah yang selama ini terjadi di sekolah-

sekolah dirasakan kering dan membosankan. Menurut cara pandang

Pedagogy Kritis, pembelajaran sejarah seperti ini dianggap lebih

banyak memenuhi hasrat dominasnt group seperti rezim yang

berkuasa, kelompok elit, pengembangan kurikulum dan lain-lain,

sehingga mengabaikan peran siswa sebagai pelaku sejarah zamannya

(Anggara, 2007: 107)


c. Tujuan pembelajaran sejarah

Menurut Permendikbud No. 69 tahun 2013 tentang

kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah mnegah atas/madrsah

aliyah menerangkan kompentensi inti mata pelajaran sejarah adalah

sebqagai berikut:

a. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

b. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tenggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,

damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap

sebgai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

\berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam

serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.

c. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan perdaban

terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan

pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai

dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.


d. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah

abstrak dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah

secara mandiri, dan mampu menggunkan metode sesuai kaidah

keilmuan.

I Gde Widja (1090) menyatakan bahwa sifat uraian sejarah

perlu pula diorientasikan kearah yang tidak hanya deskriptif saja,

tetapi juga kearah uraian analisis. Dengan dremikian, siswa tidak lagi

mendapatkan kesan bahwa pelajaran sejarah semata-mata bersifat

hafalan, tetapi juga memerlukan kemampuan analistis terutama dalam

uaha menemukan dasar-dasar kausatif (sebab-akibat) dalam rangkian

peristuiwa sejarah.

d. Guru Sejarah

Guru sejarah mempunyai peranan penting dalam keseluruhan

pembelajaran sejarah. Selain mengembangkan bentuk-bentuk alat

bantu pembelajaran secara mekanis dan mengembangkan pendidikan

yang berfokus pada kemajuan siswa, guru sejarah juga memegang

peranan penting dalam membuat pembelajaran sejarah menjadi hidup

dan menarik bagi siswa. Guru sejarah harus menguasai berbagai

macam metode dan treknik pembelajaran sejarah. Seorang guru

sejarah harus mempu menciptakan suasana belajar yang nnyaman dan

menyenagkan agar proses belajar mengajar dapat berlangsumng cepat

dan baik (Kochar, 2008: 394).


Kinerja guru adalah faktor penting dalam mewujudkan

kualitas pembelajaran. Ini berarti bahwa jika memili8kim kinerja yang

baik, maka akan mampu menigkatkan kualitas pembelajaran, begitu

juga sebaliknya. Konsekuensinya adalah ketika kual;itas

pembelajqaran meningkat, maka hasil belajar siswa juga akan

meningkat. Guru yang memiliki kinerja yang baik, akan mampu

menyampaikan pelajaran yang baik dan bermakna, mampu

memotivasi peserta didik, terampil dalam memamnfaatkan media,

mampu membimbing dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran

sehingga siswa akan memiliki semangat dalam belajar, senang dalam

proses pembelajaran dan merasa mudah memahami materi

pembelajaran yanmg disampaikan oleh guru (Aman, 2011: 96).

Peran guru sebagai ujung tombak dalam implementasi

kurikulum 2013, mengundang banyak pertanyaan dan berusaha

mencari jawaban sekaligus langkah langkah persiapan beradaptasi

dengan kurikulum baru. Terbayang pekerjaan berat di depan mata

untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi analisis

kompetensi dan RPP kurikulum 2013, padahal sewaktu KTSP

diberlakukan hingga saat ini belum bisa diimplementasikan dengan

optimal dalam pembelajaran.

Guru dituntut sebagai pembelajar cepat untuk meramu empat

komponen kurikulum 2013 yang meliputi standar isi, standar proses,

standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Hasil yang


diharapkan adalah peningkatan kompetensi siswa yang seimbang

antara sikap (attitude), ketrampilan (skill) dan pengetahuan

(knowledge) untuk menghasilkan lulusan yang produktif, kreatif,

inovatif yang mampu menjawab tantangan global. Penyiapan dan

pembinaan guru dalam kurikulum 2013 menjadi salah satu faktor

keberhasilan implementasinya disamping faktor lain seperti,

penguatan peran pemerintah, ketersediaan buku, dan penguatan

manajemen dan budaya sekolah.

Untuk membuat siswa yang kreatif dan inovatif diperlukan

guru yang lebih kreatif dan inovatif dalam menyiapkan materi,

penilaian, dan metoda penyampaian yang menyenangkan dengan

memperhatikan kesiapan psikologi siswa sebelum belajar. Perubahan

perubahan yang ada harus segera disikapi agar ketika kurikulum 2013

diberlakukan guru sudah siap mental untuk menerapkan dalam

pembelajaran.

Guru merupakan komponen kunci yang dituntut mampu

memenuhi tuntutan sebagai pembelajar cepat untuk meramu empat

komponen kurikulum 2013 yang meliputi standar isi, standar proses,

standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Disisi lain,

manajemen pembelajaran di kelas yang berhasil merupakan prasyarat

bagi keberhasilan proses pembelajaran secara keseluruhan, oleh sebab

itu, manajemen pembelajaran di kelas harus dikuasai oleh guru secara

baik.
Variabel guru merupakan faktor yang penting bagi keberhasilan

pembelajaran sejarah. Guru sejarah yang tidak memiliki kinerja baik

seperti tidak mampu mengaktifkan siswanya menyebabkan

pembelajaran sejarah kurang berhasil untuk penghayatan nilai-nilai

secara mendalam(Aman, 2011: 95)

e. Siswa

Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk

membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Dengan demikian pada proses pengembangan perencanaan

dan desain pembelajaran, siswa harus dijadikan pusat dari segala

kegiatan. Artinya, keputusan-keputusan yang diambil dalam

perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan kon disi

siswa yang bersangkutan, baik sesuai dengan kemampuan dasar, minat

dan bakat, motivasi belajar, maupun gaya belajar siswa itu (Agung,

2013: 37).

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak

akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai, transfer of values. Oleh

karena itu, guru tidak sekedar pengajar, tetapi betul-betul sebagai

pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak

didiknya. Dilandasi nilai-nilai itu, anak, atau peserta didik akan

tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktikkan segala

sesuatu yang sudah dipejarinnya (Agung, 2013: 45)


Siswa adalah porganisme unik yang berkembang sesuai

dengan tahap perkembangannya, perkembangan anak adalah

perkembangna seluruh aspek kepribadiannya, tetapi tempo dan irama

perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu

sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan

anak yang tidak sama itu disamping karakteristik lain yang melekat

pada diri nak (Agung, 2013: 45)

2. Model pembelajaran

Menurut Joyce (2009: 6) model-model poengajaranb merupakan

hasil dari perjuangan para guru yang telah berhasil membuat jalan baru

bagi kita untuk melakukan penelitian. Semua guru membuat sebuah

reportoar tentang berbagai praktik pengajaran agar mereka dapat

berinteraksi dengan para siswa dan mempertajam lingkungan susasan saat

mengajar siswa-siswinya. Model-model pengajaran sebenarnya juga bisa

dianggap sebagai model-model pengajaran. Menurut Iru (2012: 11) model

berarti contoh, acuan atau ragam sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.

Model pembeljaran bearrti acuan pembelajaran yang dilaksanakan

berdasarkan pola-pola pembelajaran tertentu secara otomatis.

Model adalah prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu

proses, seperti penilain kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi. Model

juga diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai


pedoman atau rujukan dalam melukan suatu kegiatan (Hamdani: 2010:

197)

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar

dari awal sampai akhir yamg disajikan secara khas oleh gturu di kelas.

Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi

peserta didik dengan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.

Penguasaan model pembelajaran akan mempengaruhi keberhasilan peserta

didik dalam pembelajaran (Arifar, 2012: 1)

Menurut Trianto (2007: 5) model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial, dan

untuk menentukan perangkat-perangkat termasuk didalamnya buku-buku,

film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Cara penerapan suatu pembelajaran akan berpengaruh besar

terhadap kemampuan siswa dalam mendidik diri mereka sendiri. Guru

yang sukses bukan sekedar penyaji yang karismatik dan persuasif. Lebih

jauh guru yang suskes adalah guru yang melibatkan para siswa dalam

tugas-tugas yang sarat muatan kognitif dan sosial, dan mengajari mereka

bagaimana mengerjakan tugas-tugas tersebut secara produktif. Saat kita

mambantu siswa memperoleh informasi, gagasan, skill, nilai, cara berfikir,

dan tujuan mengekspresikan diri mereka sendiri, kita sebenarnya tengah

mengajari mereka untuk belajar.


I. Kerangka berpikir

Guru mempunyai peran penting dalam menciptakan suasana

pembelajaran yang menyenangkan dan menarik sehin gga dapat mudah

diingat oleh siswa, terkait dengan hal tersebut guru membutuhikan model

pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran

sejarah guru menyiapkan, memilih, membuat, dan mengguinakan model

pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini bertujuan sebagai arahan

dalam pelaksaan penelitian terutama untuk memahami alur pemikiran,

sehingga analisis yang dilakukan lebih sistematis dan sesuai dengan tujuan

penelitian. Kerangka berpikir juga bertjuan memberikan keterpaduan dan

keterkaitan antara variabel-variabel yang diteliti, sehingga menghasilkan

satu pemahaman yang utuh dan berkesinambungan. Berdasarkan uraian

diatas kerangka berpikir dapat digambarkan seperti dibawah ini:

Pembelajaran Kurikulum
Sejarah 2013

Guru Penerapan
Sejarah Model

Siswa
J. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan

berlangsung. Peneliti mengambil lokasi di SMA Negeri Gondang yang

terletakj di Kabupaten Sragen. Penelioti memilih lokasi tersebut melalui

purposive, artinya pemilihan dilakukan dengan sengaja dan dengan

maksud tertentu. Sekolah tersebut dipilih karena satu-satunya SMA Negeri

yang juga telah menerapkan Kurikulum 2013 di Kecamatan Gondang.

K. Fokus Penelitian

Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkan adanya batas

penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian.

Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, batas menentukan

kenyataan jamak yang kemudian mempertajam fokus. Kedua, penetapan

fokus dapat lebih dekat dihubungkan oleh interaksi antara penelitian dan

fokus. Dengan kata lain, bagaimanapun penetapan fokus sebagai pokok

masalah penelitian penting artinya dalam usaha menemukan penelitian

(Moleong, 2011: 12)

Fokus penelitian ini adalah pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1

Gondang, dimana objek penelitian ini mengenai model pembelajaran

sejarah, peranan guru sejarah, peran siswa dalam pembelajaran sejarah,

persiapan-persiapan sebelum proses pembelajaran, pelaksanaan


pembelajaran sejarah, serta kendala-kendala yang dialami selama

pembelajaran sejarah

L. Sumber Data

Sumber data penelitian adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya

merupakan data tambahan seperti dokumen dan lainnya (Moleong, 2002 :

112). Dengan demikian sumber data penelitian yang bersifat kualitatif ini

adalah sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara

dengan responden atau informan di lapangan yang berkaitan dengan

penelitian ini yaitu sekolah, guru dan peserta didik SMA Negeri 1

Gondang. Data primer dipakai peneliti juga berua dokumen sumber lain

seperti silabus dan RPP.

b. Sumber Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari

sumbernya yaitu buku-buku, makalah-makalah penelitian, dokumen dari

sumber lain yang relevan.

M. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif mengharuskan peneliti melakukan

penelitian di lapangan dengan pengambilan data yang lengkap, melakukan

penelitian langsung dengan subyek penelitian. Teknik pengumpulan data


dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu (1) studi

dokumen, (2) observasi atau pengamatan, dan (3) wawancara.

1. Dokumentasi

Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber

data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan

untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2011:

217). Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawamcara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2010:

329)

Kajian dokumen digunakan peneliti untuk mengumpulkan dan

meyelidiki data-data tertulis dalam pembelajaran, seperti silabus dan RPP

yang digunakan guru dalam pembelajaran sejarah di SMA negeri 1

Gondang, catatan-catatan saat pembelajaran, serta data tentang penelitian-

penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini.

2. Observasi

Nasution dalam (Sugiyono, 2010: 310) menyatakan bahwa

observasi dasar dari semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat

bekerja menggunakan data yaiatu mengenai dunia kenyataan yang

diperoleh melalui observasi.

Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari

perilaku tersebut. Dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang

yang diamati, tetapi ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.


Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi

secara langsung di SMA Negeri 1 Gondang. Peneliti mengamati aktivitas

pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas untuk mengetahui

proses pembelajaran sejarah. Dari sisnilah penelitian akan dicatat menjadi

data untuk menjawab masalah yang ada dalam penelitian.

3. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maskud tertentu. Esterberg

(2002) dalam (Sugiyono, 2009 : 231) menjelaskan bahwa wawancara

adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Wawancara merupakan sala satu bentuk teknik pengumpulan data

yang dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara

individual.

Wawancara dilakukan kepada guru sejarah sebagai informan utama

agar memperoleh data yang relevan berkaitan dengan permasalahan

penelitian. Setelah peneliti mendapatkan hasil dari guru sejarah, peneliti

mewawancarai peserta didik agar data yang diperoleh dapat disinkronkan

kebenarannya.

Untuk memperoleh data dalam penelitian ditempuh dengan cara

mengumpulkan data-data dari berbagai sumber lain seperti, guru dan peserta

didik SMA Negeri 1 Gondang. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh
dalam penelitian sesuai dengan yang diinginkan, maka langkah-langkah

yang ditempuh dalam mengadakan wawancara adalah:

a) Menetapkan informan yang hendak diwawancarai

Informan yang hendak diwawancarai adalah guru sejarah, serta

beberapa peserta didik sehingga mendapatkan informasi tentang penerapan

model pembelajaran sesuai Kurikulum 2013.

b) Menyiapkan pokok masalah

Sebelum memulai wawancara, peneliti menyiapkan pokok masalah

seperti pedoman wawancara yang berfungsi sebagai alat yang berupa

pernyataan-pernyataan.

c) Membuka atau mengawali pembicaraan

Peneliti menciptakan hubungan baik dengan informan yang akan

diwawancarai dengan memperkenalkan identitas diri serta menyampaikan

maksud dan tujuan penelitian.

d) Melangsungkan wawancara

Dalam pelaksanaan wawancara peneliti membuat catatan-catatan

dalam kertas tentang isi wawancara secara garis besar dari pokok-pokok

yang direncanakan. Selain catatan peneliti juga merekam wawancara

informan dengan menggunakan alat rekam.

e) Mengakhiri wawancara

Untuk mengakhiri wawancara peneliti mengecek kembali hasil

wawancara untuk bahan analisis.

f) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara


Sebagai tindak lanjut hasil wawancara adalah mencocokkan hasil

wawancara dengan hasil observasi

N. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen (1982), dalam Moleong (2011 : 248)

menjelaskan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi

satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan

pola, memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,

menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan membuat simpulan. Menurut Miles

dan Huberman (1984), dalam Sugiyono (2009 : 246) mengemukakan bahwa

analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu:

reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi

(Sugiyono, 2009 : 246). Miles dan Huberman mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh. Alur analisis dapat digambarkan sebagai berikut:


Pengumpulan Penyajian
Data Data

Simpulan
Reduksi Data
Verifikasi

Komponen Dalam Analisis Data (Flow Model)

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rindi. Semakinj lama peneliti

ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.


2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Data hasil wawancara, observasi, angket dan dokumentasi di

lapangan yang telah direduksi kemudian dilakukan penyajian data dalam

bentuk deskriptif naratif yang berisi uraian tentang seluruh masalah yang

dikaji sesuai dengan fokus penelitian, yaitu mengenai penerapan model-

model dalam pembelajaran sejarah yang sesuai Kurikulum 2013.

3. Simpulan/Verifikasi

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti

yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan

data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel.

Anda mungkin juga menyukai