Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA 1

Model Konsep Eksistensial

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Cariyansyah
2. Herlina
3. Maudy Damayanti
4. Nunky Nurjanah
5. Vira Adzkia

2C Ilmu Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

MEDISTRA INDONESIA

BEKASI

TA : 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan YME atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “ Model Konsep Eksistensial” dengan tujuan
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah “Keperawatan jiwa”.

Kami selaku penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu dosen pengajar mata
kuliah Keperawatan jiwa I sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tentang konsep
eksistensial ini dengan sebaik-baiknya.

Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Namun, kami berharap laporan pendahulunan ini dapat bermanfaat khusnya bagi kami dan
umumnya bagi para pembaca. Maka dari itu kritik dan saran dari para pembaca sangat kami
harapkan untuk lebih baik lagi kedepannya.

Bekasi, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Model Eksistensial


D. Proses teraphy
E. Pelaksanaan konseling
F. Tanggung jawab terapis
G. Konsep Prevensi

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
H. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keperawatan jiwa adalah salah satu ilmu yang membahas bagaimana
caramemberikan keperawatan kepada orang sehat, masalah psikososial maupu orang
yangtelah mengalami gangguan jiwa.
Model konseptual keperawatan jiwa sebagai usaha-usaha untuk menguraikan
fenomena mengenai keperawatan jiwa. Teori keperawatan jiwa digunakan sebagai dasar
dalam menyusun suatu model konsep dalam keperawatan dan model konsep keperawatan
digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan.
Model konseptual merupakan rancangan struktur yang berisi konsep-konsep
yangsaling terkait dan saling terorganisasi guna melihat hubungan dan pegaruh logis anar
konsep. Model konseptual juga memberikan arah riset untuk mengetahui sebuah
pertanyaan untuk menanyakan tentang kejadian serta menunjukkan suatu
pemecahanmasalah (Perry & Potter, 2005).
Model konseptual keperawatan jiwa merupakan suatukerangka rancangan
terstruktur untuk melakukan praktik pada setiap tenaga kesehatanmental. Hal ini
merupakan upaya yang dilakukan baik oleh tenaga kesehatan mentalmaupun perawat
untuk menolong seseorang dalam mempertahankan kesehatan jiwanya melalui
mekanisme penyelesaian masalah yang positif untuk mengatasistresor atau cemas yang
dialaminnya. Perawat psikiatri dapat bekerja lebih efektif bilatindakan yang dilakukan
didasarkan pada suatu model yang mengenali keberadaansehat atau sakit sebagai suatu
hasil dari berbagai karakteristik individu yang berinteraksi dengan sejumlah faktor di
lingkungan (Videbeck,2008)

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan model eksistensial?
2. Apa saja terapi pada konsep eksistensial?
3. Apa itu pelaksana konseling
4. Bagaimana Konsep Prevensi?
5. Bagaimana Jenis Kosep Prevensi?

C. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa arti dari model eksistensial.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui terapi pada konsep eksistensial.
3. Agar mahasiswa paham dengan pelaksana konseling.
4. Agar Mengetahui Konsep Prevensi
5. Agar Mengetahui Jenis Kosep Prevensi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Model Esensial


Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu obyek, benda, suat
u peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang berupa ide, pa
ndangan atau keyakinan. 
Model konsep adalah rangkaian konstruksiyang sangat abstrak dan berkaitan yang 
menjelaskan yang menjelaskan secara luas fenomena
fenomena, mengekspresikan asumsi dan mencerminkan masalah ( Christensen,2009).
Model konseptual merupakan rancangan struktur yang berisi konsep-konsep yang
saling terkait dan saling terorganisasi guna melihat hubungan dan pegaruh logis antar kon
sep. 
Model konseptual juga memberikan arah riset untuk mengetahui sebuah pertanyaa
n untuk menanyakan tentang kejadian serta menunjukkan suatu pemecahan
masalah (Perry & Potter, 2005). 
Teori ini berfokus pada pengalaman individu pada saat ini dan disini. Pandangan
model eksistensi terhadap penyimpangan perilaku, penyimpangan perilaku terjadi jika
individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungan. Keasingan akan dirinya dan
lingkungan dapat terjadi karena hambatan atau larangan pada diri individu. Individu
merasa putus asa, sedih, sepi, kurang kesadaran akan dirinya dan penerimaan diri yang
mencegah partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain.
Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi
bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki
kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-
image-nya.
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam
memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya dan mendapatkan feed
back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk
memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward &
punishment.

B. Proses terapi
Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar
berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang
dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan(experience in relationship),
memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self assessment), bergaul dengan
kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima
jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain
(encouraged to accept self and control behavior).
Psikoterapi memperkuat proses pembelajaran seseorang untuk sepenuhnya
menjadi dirinya sendiri. Rogers yakin bahwa penyakit jiwa terjadi akibat kegagalan
mengembangkan diri sendiri sepenuhnya sebagai manusia. Ahli terapi harus tulus dan
tanpa ada yang ditutup-tutupi ketika berhubungan dengan klien. Ahli terapis harus
bersikap aktif dan mengekspresikan perasaan serta emosinya sendiri secara langsung dan
jujur. Perilaku klien berubah kea rah fungsi diri yang positif bila ahli terapinya mau
menerima, menghargai dan secara tulus berempati terhadap klien.
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam
memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari dirinya dan mendapatkan feed
back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk
memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward &
punishment.
1. Rasional Emotif Therapy
Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab terhadap perilakunya.
Klien didorong untuk menerima dirinya, bagaimana adanya bukan karena apa
yang akan dilakukan.
Rasional Emotif Therapy Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab
terhadap perilakunya. Klien didorong untuk menerima dirinya, bagaimana
adanya bukan karena apa yang akan dilakukan. Konsep dasar RET yang
dikembangkan oleh Albert Ellis adalah sebagai berikut:
 Pemikiran manusia adalah penyebab dasar dari gangguan
emosional. Reaksi emosional yang sehat maupun yang tidak,
bersumber dari pemikiran itu.
 Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irrasional.
Dengan pemikiran rasional dan inteleknya manusia dapat terbebas
dari gangguan emosional.
 Pemikiran irrasional bersumber pada disposisi biologis lewat
pengalaman masa kecil dan pengaruh budaya.
 Pemikiran dan emosi tidak dapat dipisahkan.
 Berpikir logis dan tidak logis dilakukan dengan symbol-simbol
bahasa.
 Pada diri manusia sering terjadi self-verbalization. Yaitu
mengatakan sesuatu terus-menerus kepada dirinya.

RET bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara


berpikir keyakinan serta pandangan klien yang irasional menjadi rasional,
sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang
optimal. Menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri
seperti: benci, takut, rasa bersalah, was-was, marah sebagai akibat berpikir
yang irasional, dan melatih serta mendidik klien agar dapat menghadapi
kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan diri,
nilai-nilai dan kemampuan diri.

2. Terapi logo
Merupakan terapi orientasi masa depan (future orientated therapy).
Individu meneliti arti dari kehidupan, karena tanpa arti berarti tidak eksis.
Tujuan: agar individu sadar akan tanggung jawabnya. Atau klien akan dapat
menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan
penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah
tersebut. Terapi logo masih menginduk kepada aliran psikoanalisis, akan
tetapi menganut paham eksistensialisme. Mengenai teknik terapinya
digunakan semua teknik yang kiranya sesuai dengan kasus yang dihadapi.
Tampaknya kemampuan menggali hal-hal yang bermakna dari klien, amat
penting.
Psikioteraphy memperkuat proses pembelajaran seseorang untuk
sepenuhnya menjadi diri sendiri. Rogers yakin bahwa penyakit jiwa terjadi
akibat kegagalan mengembangkan diri sendiri sepenuhnya sebagai manusia.
Ahli teraphy harus tulus dan tanpa ada yang di tutup tutupi ketika
berhubungan dengan pasien. Ahli teraphys harus bersikap aktif dan
mngekspresikan perasaan serta emosinya sendiri secara langsung dan jujur.
Perilaku pasien berubah kearah fungsi diri yang positif bila ahlli teraphynya
mau nerima, menghargai dan secara tulus berempaty terhadap pasien.
Prinsip keperawatannya adalah pasien dianjurkan untuk berperan serta
dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari dirinya dan
dapat men feedback dari orang lain, misalnya melalui teraphy aktivitas
kelompok. Teraphys berupaya untuk memperluas kesadaran diri pasien
melalui feedback, kritik, saran atau riwerd dan punishment.

C. Tanggung Jawab Terapis


Dalil 1: Kesadaran diri. Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri
yang menjadikan dirinya mampu melampaui situasi sekarang dan membentuk basis bagi
aktivitas-aktivitas berpikir dan memilih yang khas manusia. Kesadaran diri membedakan
manusia dengan makhluk lainnya. Secara hakikat, semakin tinggi kesadaran diri
seseorang, maka ia semakin hidup sebagai pribadi. Meningkatkan kesadaran berarti
meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara penuh sebagai
manusia. Peningkatan kesadaran diri yang mencakup kesadaran atas alternatif-alternatif,
motivasi-motivasi, faktor-faktor yang membentuk pribadi, dan atas tujuan-tujuan pribadi,
adalah segenap tujuan konseling.
Dalil 2: Kebebasan dan tanggung jawab. Kebebasan adalah kesanggupan untuk
meletakkan perkembangan di tangan sendiri dan untuk memilih di antara alternatif-
alternatif. Pendekatan eksistensial meletakkan kebebasan, determinasi diri, keinginan dan
putusan pada pusat keberadaan manusia. Tugas konselor adalah membantu konseli dalam
menemukan cara-cara penyelesaian masalahnya sendiri secara bebas, tetapi di sisi lain
mendorong konseli untuk belajar bertanggung jawab atau menanggung resiko atas
keyakinannya terhadap akibat penggunaan kebebasannya tersebut.
Dalil 3: Keterpusatan dari kebutuhan akan orang lain. Individu masing-masing
memiliki kebutuhan yang kuat untuk menemukan suatu diri, yakni menemukan identitas
pribadi yang unik. Manusia membutuhkan hubungan dengan keberadaan-keberadaan
yang lain, dan bergantung pada hubungan dengan orang lain untuk mengoptimalkan
kemanusiaannya. Seseorang memiliki kebutuhan untuk menjadi orang yang berarti dalam
dunia orang lain, yang mana kehadiran orang lain penting dalam dunianya. Jika ia
memperbolehkan orang lain memiliki arti dalam dunianya, maka orang itu mengalami
keberhubungan yang bermakna.
Dalil 4: Pencarian makna. Terapi eksistensial menyediakan kerangka konseptual
untuk membantu klien dalam usahanya mencari makna hidup. Manusia pada dasarnya
selalu dalam pencarian makna dan identitas diri, karena hidup tidak memiliki makna
dengan sendirinya, manusialah yang harus menciptakan dan menemukan makna hidup
itu. Tugas proses terapeutik adalah menghadapi masalah ketidakbermaknaan dan
membantu klien dalam membuat makna dari dunia yang kacau. Manusia yang mengalami
keterasingan atau alienasi ketika ia tidak lagi mengenal Tuhan, tidak lagi mengenal
sesamanya, bahkan tidak lagi mengenal dirinya sendiri. Situasi ini membuat individu
merasa hidupnya menjadi kosong, merasa serba cemas, dan akhirnya terperosok pada
situasi psikopatologi. Maka menurut model eksistensial, tujuan psikoterapi adalah
menolong individu menjernihkan nilai-nilai hidup, menemukan cara atau jalan hidup
yang bermakna.
Dalil 5: Kecemasan sebagai syarat hidup. Kecemasan adalah suatu karakteristik
dasar manusia yang mana merupakan sesuatu yang patologis, sebab ia bisa menjadi suatu
tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan. Manusia mengalami kecemasan
dengan meningkatnya kesadaran atas kebebasan dan atas konsekuensi-konsekuensi dari
penerimaan ataupun penolakan kebebasannya itu. Berdasarkan dalil ini, maka konseling
hadir membantu klien untuk menyadari bahwa belajar menoleransi ketidaktentuan serta
belajar bagaimana menjalani hidup tanpa sandaran dengan orang lain, belajar dari hidup
yang bergantung kepada menjadi pribadi yang lebih otonom.
Dalil 6: Kesadaran atas kematian dan non-ada. Para eksistensialis tidak
memandang kematian secara negatif, dan mengungkapkan bahwa hidup memiliki makna
karena memiliki keterbatasan waktu. Karena manusia bersifat lahiriah, bagaimanapun,
kematian menjadi pendorong untuk menganggap hidup dengan serius.
Dalil 7: Perjuangan untuk aktualisasi diri. Setiap orang memiliki dorongan
bawaan untuk menjadi seorang pribadi, yakni mereka memiliki kecenderungan ke arah
pengembangan keunikan dan ketunggalan, penemuan identitas pribadi, dan perjuangan
demi aktualisasi potensi-potensinya secara penuh. Jika seseorang mampu untuk
mengaktualisasikan potensi-potensinya sebagai pribadi, maka ia akan mengalami
kepuasan yang paling dalam yang bisa dicapai oleh manusia.

D. Pelaksanaan konseling
Sebuah tujuan bimbingan kelompok adalah untuk memungkinkan anggota untuk
menemukan berbagai eksistensial keprihatinan mereka, dalam konseling kelompok
eksistensial beserta membuat komitmen seumur hidup (corey. 2012:2024). Pelaksana
kelompok membantu individu mencari di dalam diri mereka sendiri dan menunukan
pengalaman objective mereka sendiri sambil berbagi pengalaman dengan orang lain yang
memiliki tujuan yang sama. Saarf,Richard s (2012:198).
Konsep- konsep utama dari pendekatan eksistensial meliputi kesadaran diri,
menentukan nasib diri dan tanggung jawab, kecemasan eksistensial, kematian dan
ketidakberadaan, pencarian makna, mencari keaslian, dan kesendirian/keterkaitan.
Konsep konsep fungsi eksistensial membantu praktik kerja kelompok dengan memberi
cara untuk melihat dan memahami individu dalam kelompok. Meskipun praktisi
kelompok eksistensial dapat menggambungkan banyak teknikdari model lain, intervensi
ini dibuat dalam konteks untuk memahami subject dunia anggota (corey.2012:225).
Konselor dalam eksistensial-humanistic membantu konseling menangani masalah
mereka, bukan hanaya prilaku dan intelektual tapi berdasarkan pengalama, dengan
memaksimalkan kemampuan mereka untuk mengubah diri untuk mencapai tujuan
tersebut, konseler eksistensial memanfaatkan kondisi eksistensial melalui pembebasan
pengalaman dan transformasi yang mendalam dapat terbakar. Dalam pandangan
eksistensial, konseling adalah kemitra dan usaha bersama antara konselor dan konseling.
Tidak seperti banyak pendekatan kelompok lain, model eksistensial menempatkan
lebih menekankan pada mengalami dan memahami anggota kelompok pada saat ini dari
pada mengguanakan seperangkat tertentu teknik. Penekanan yang berlebihan pada teknik
dapat memblokir kemampuan konselor dalam memahami dunia subyektif konseling.

E. Model Konsep Prevensi


a) Definisi
Prevensi adalah upaya untuk mencegah timbulnya masalah. Prevensi
merupakan sebuah konsep yang berasal dari bahasa latin yang memiliki arti
“mengantisipasi sesuatu sebelum hal tersebut terjadi”. Prevensi menitikberatkan
pada faktor-faktor yang dapat diubah sebelum keadaan yang tidak diinginkan
berkembang lebih jauh.
Sampai saat ini prevensi dan promosi utama tersebut masih
dipertentangkan yaitu apakah menggunakan pendekatan pencegahan terhadap
gangguan (proponent of disorder prevention) atau pendekatan prevensi untuk
peningkatan kesejahteraan dan kompetensi sosial (promotion of wellness and
socil competence).
Pendukung konsep prevensi terhadap suatu gangguan menganggap bahwa
mencegah gangguan kelainan seperti depresi, schizophrenia, bunuh diri atau
kelainan lainnya merupakan suatu hal yang penting unutk dipelajari. Penelitian
dalam hal ini harus ditujukan untuk menghambat dan mengurangi faktor-faktor
risiko yang muncul dari adanya kelaianan tersebut. Sudut pandang ini lebih
mengutamakan pilihan intervensi yang sifatnya khusus da nada indicator yang
jelas.
b) Jenis Prevensi
Caplan (dalam Wibowo, 2013) membedakan prevensi ke dalam tiga jenis,
yaitu:
1) Prevensi primer (Primary intervention)
Prevensi ini diberikan untuk semua populasi, tidak hanya pada populasi
yang diketahui sedang membutuhkan pertolongan, tetapi juga yang berada
dalam kondisi sukar (distress). Intervensi pencegahan awal yang dilakukan
adalah dengan mengurangi kemungkinan munculnya dampak yang
membahayakan dari lingkungan sebelum hal tersebut berkembang menjadi
masalah. contohnya seperti memberi vaksinasi, memberikan program
pelatihan pengambilan keputusan dan pelatihan keterampilan memecahkan
masalah.
2) Prevensi sekunder (secondary prevention)
Prevensi ini disebut juga prevensi dini karena masyarakat mulai melihat
tanda-tanda munculnya gangguan atau kesulitan yang berarti. Dalam
prevensi ini intervensi diberikan pada mereka yang sudah memperlihatkan
gejala awal munculnya gangguan atau penyakit. Contohnya adalah program
yang ditargetkan untuk anak yang pemalu dan suka menarik diri.
3) Prevensi tersier (tertiary prevention)
Prevensi ini diberikan kepada anggota masyarakat yang telah mengalami
gangguan (disfungsi) dengan maksud untuk membatasi  perkembangan
gangguan tersebut, misalnya dengan menurunkan intensitas dan durasi
gangguan serta mencegah timbul kembali gejala atau komplikasi tambahan di
masa yang akan datang.
Mrazek dan Hargerty mengenalkan bentuk ukuran pencegahan yang digunakan dalam
institute of medicine (IOM) report. Kontribusi utama mereka berkaitan dengan hal-hak yang
bersifat umum/universal, pilihan / selektif, mengukur indicator, dan metode pencegahan.
a. Pengukuran prevensi umum
Langkah-langkah prevensi umum intervensi diberikan untuk setiap orang yang
berada dalam kelompok populasi, yang sudah terdaftar dalam populasi yang dimaksud
adalah semua orang walaupun mereka yang tidak berada dalam kondisi sulit (distress).
Pencegahan ini hamper sama dengan tahapan primary prevention caplan
b. Pengukuran prevensi selektif
Langkah-langkah ini diberikan kepada individu yang berisiko mendapat gangguan
mental diatas rata-rata. Risiko yang muncul dapat berasal dari lingkungan seperti
berikut: rendahnya penghasillan, konlik keluarga, harga diri yang rendah, dan
faktor-faktor individu lainnya.
c. Pengukuran indikasi-prevensi
Langkah-langkah prevensi ini digunakan untuk individu berisiko tinngi untuk
mengalami gangguan mental yang ebih parah di masa yang akan datang, terutama
mereka yang telah menunjukkan symptom awal dari gangguan. Difinisi yang
dipakai IOM lebih mengacu pada pendekatan prevensi gangguan spesifik dan
bukan pada pengembangan kompetensi.

F. Pencegahan Preventif primer, sekunder dan tersier


a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah peningkatan kesehatan dan perlindungan umum dan
khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu adalah usaha-usaha yang dilakukan
sebelum sakit (pre pathogenesis), dan disebut dengan pencegahan primer.
Pencegahan primer dilakukan pada masa individu yang belum menderita sakit.
Pencegahan primer terdiri dari promosi kesehatan (health promotion) dan
perlindungan khusus (spesifiic protection).
Setiap individu dapat mempraktikan upaya pencegahan primer dengan
mendapatkan tingkat pendidikan yang tinggi yang mencakup pengetahuan tentang
kesehatan dan penyakit dan perjalanan penyakit anggota keluarga lain. Secara khusus,
individu harus mengambil tanggung jawab dalam hal makan dengan tepat, olahraga
yang cukup, mempertahankan berat badan yang sesuai, dan menghindari penggunaan
alkohol dan obat-obatan lain. Masing-masing individu juga dapat melindungi dirinya
dari cedera dengan mengenakan sabuk pengaman, kacamata pengaman, dan lotion
tabir surya.
b. Pencegahan sekunder
Penegakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, disebut
pencegahan sekunder (seconder preventive). Pencegahan sekunder dilakukan pada
masa individu mulai sakit. Pencegahan sekunder bentuknya upaya diagnosis dini dan
pengobatan segera ( early diagnosis and prompt treatment ).
Upaya pencegahan sekunder yang dapat dilakukan masyarakat mencakup
pelaksanaan skrining massal untuk penyakit kronis, upaya penemuan kasus, dan
penyediaan tentang fasilitas, perlengkapan, dan tenaga kesehatan yang memadai bagi
masyarakat. Tugas individu di dalam pencegahan sekunder mencakup skrining
pribadi
c. Pencegahan tersier
Pembatasan kecacatan dan pemulihan kesehatan disebut pencegahan tersier
(tertiary prevention). Pencegahan tersier bentuknya membatasi
ketidakmampuan/kecacatan (disability limitation) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitation). Pada proses ini diusahakan agar cacat yang diderita tidak menjadi
hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik,
mental dan sosial.
Upaya pencegahan tersier bagi masyarakat mencakup ketersediaan fasilitas,
layanan, dan tenaga medis kedaruratan yang kuat untuk memenuhi kebutuhan
penduduk yang di dalamnya upaya pencegahan primer dan sekunder sudah tidak
ampuh. Contohnya mencakup layanan ambulan rumah sakit, dokter dan dokter bedah,
perawat, dan tenaga professional kesehatan yang lain.
Pencegahan tersier bagi individu kerap membutuhkan perubahan perilaku atau
gaya hidup yang signifikan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Model konseptual keperawatan jiwa mencerminkan supaya menolong orang
tersebut mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif untuk
mengatasi stressor ini. Macam macam konsep model keperawatan jiwa yaitu model
psikoanalisa, model interpersonal, model social, model eksistensi, model komunikasi,
model prilaku, model medical.
Model keperawatan jiwa eksistensial yaitu teori berfokus pada pengalaman
individu pada saat ini dan disini. Pandangan model eksistensi terhadap penyimpangan
perilaku, penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan dirinya dan
lingkungan. Terdapat dua proses pada model keperawatan jiwa eksistensial yaitu
Rasional Emotif Therapy, dan Therapy logo.

B. SARAN
Diharapkan mahasiswa atau perawat lebih mengetahui dan memahami tentang
berbagai macam model keperawatan jiwa yang dapat di terapkan pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan,andi.(2018). pendekatan-pendekatan koseling (teori dan


aplikasi).yoyakarta: Deepublish.
Herlina, Uray., & Ade, Hidayat.(2019). Pendekatan Eksistensial dalam Praktik
Bimbingan dan Konseling. INDONESIA JURNAL KONSELING.
http://restuputriandiansari.blogspot.com/2015/03/model-konseptual-keperawatan-
kesehatan.html
http://ners-novriadi.blogspot.com/2012/07/model-konseptual-keperawatan-jiwa-
model_6383.html
https://www.scribd.com/upload-document?
archive_doc=431364954&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A
%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action
%22%3A%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A
%22web%22%7D
https://bk13066.blogspot.com/2014/12/konsep-program-prevensi-dalam-komunitas.html

referensi
Stuart Gail. 2007 . buku saku keperawatan jiwa edisi 5. Jakarta:EGC
Suliswati dkk. 2005. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta:EGC
Isaacs ann. 2005.panduan belajar keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatri edisi 3.
Jakarta:EGC
Yosep Iyus. 2009.keperawatan jiwa.bandung:Refika aditama
Stuart dan sundeen’s.1998.principle practice of psychiatric nursing sixth edition. St
Louis, missour:mosby-year book
Stuart dan larai.2001.principles and practice of psychiatric nursing. St Louis mossour :
westline industrial drive
Budi Anna Keliat, dkk 1998. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta:EGC
Christensen,P. J. dan Kenney, J.W. (2009), Proses keperawatan Aplikasi Model
Konseptual, Ed.4, Jakarta, EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Zaidin, Ali. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika
Ahmadi.2008.konsep dasar keperawatan. Jakarta. EGC
Dalami, E, dkk. 2009. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa. Jakarta.
Trans info media.
Dongoes. 2007. Rencana asuhan keperawatan psikiatri adisi 3. Jakarta. EGC
Hidayat, A, 2004. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta. Salemba medika.

Anda mungkin juga menyukai