Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF

Disusun oleh:

Kelompok 8

1. Ari Gunawan : 18.156.01.11.072


2. Atikah Laelasari : 18.156.01.11.073
3. Fadhya Fitra m : 18.156.01.11.079
4. Maudy Damayanti : 18.156.01.11.085
5. Nurhasanah : 18.156.01.11.094
6. Sapitri : 18.156.01.11.097
7. Sri Ayu Hartini : 18.156.01.11.103
8. Tina Dwi Hapsari : 18.156.01.11.105
9. Yuliyanti : 18.156.01.11.109

2C KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MEDISTRA INDONESIA TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perawatan Paliatif
pada Pasien Gagal Jantung Kongestif”. Terima kasih saya ucapkan kepada dosen mata kuliah
Keperawatan Ajal yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih
juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga laporan makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN..………………………………………………………………………..1

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………….1
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………….2
C. TUJUAN…………………………………………………………………………………..2

BAB II NASKAH KASUS………………………………………………………………………3

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………………………4

A. PERAWATAN PALIATIF………………………………………………………………4
B. DEFINISI GAGAL JANTUNG KONGESTIF………………………………………...…5
C. ETILOGI…………………………………………………………………………………5
D. MANIFESTASI KLINIS………………………………………………………….............6
E. KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG……………………………………………………7
F. PATOFISIOLOGI…………………………………………………………………………
7
G. PENATALAKSANAAN………………………………………………………………….9

BAB IV NASKAH ROLEPLAY………………………………………………………………11

BAB V PENUTUP………………………………………………………………………………14

A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………15

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan
penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain,fisik, psikososial
dan spiritual (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).
Penyakit gagal jantung kongestif merupakan masalah yang menjadi perhatian
didunia saat ini, gagal jantung kongestif merupakan salah satu penyebab kematian
tertinggi di dunia. Pola makan, kebiasaan merokok, gaya hidup tidak sehat bahkan tingkat
ekonomi dan pendidikan menjadi beberapa penyebab dari penyakit ini.
Berdasarkan data dari organisasi kesehatan dunia / WHO (2013) menyebutkan
17,3 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular pada tahun 2008, mewakili
30% dari semua kematian global. Dari kematian ini, diperkirakan 7,3 juta disebabkan
oleh penyakit jantung. Negara berpenghasilan rendah dan menengah yang tidak
proporsional terpengaruh: lebih dari 80% kematian penyakit kardiovaskular terjadi di
negara berpenghasilan rendah dan menengah dan terjadi hampir sama pada pria dan
wanita.
Menurut data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011), penyakit jantung
dan pembuluh darah telah menjadi salah satu masalah penting kesehatan masyarakat dan
merupakan penyebab kematian yang utama. Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar atau Riskesdas 2007, menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung secara
nasional adalah 7,2%. Penyakit jantung iskemik mempunyai proporsi sebesar 5,1% dari
seluruh penyakit penyebab kematian di Indonesia, dan penyakit jantung mempunyai
angka proporsi 4,6% dari seluruh kematian.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa perawatan paliatif?
2. Apa definisi gagal jantung kongestif?
3. Apa etilogi gagal jantung kongestif?
4. Apa manifestasi gagal jantung kongestif?
5. Apa klasifikasi gagal jantung kongestif?
6. Apa patofisiologi gagal jantung kongestif?
7. Apa penatalaksanaan gagal jantung kongestif?

C. TUJUAN
1. Mengetahui perawatan paliatif
2. Mengetahui definisi gagal jantung kongestif
3. Mengetahui etilogi gagal jantung kongestif
4. Mengetahui manifestasi gagal jantung kongestif
5. Mengetahui klasifikasi gagal jantung kongestif
6. Mengetahui patofisiologi gagal jantung kongestif
7. Mengetahui penatalaksanaan gagal jantung kongestif

2
BAB II

NARASI KASUS

Tn.A yang berusia 50 tahun datang ke rumah sakit islam karawang dengan keluhan sakit
pada daerah dada sebelah kiri, sesak, detak jantung terasa cepat, pusing, dada seperti terbakar,
lemas, perut kembung, nyeri seperti tertekan di bagian dada seperti di tusuk tusuk jarum. . Tn.A
kecanduan merokok selama 2 tahun dapat menghabiskan rokok 20 batang/hari. Gejala ini
pertama dirasakan Tn.A saat sedang bekerja. Perawat langsung melakukan pemeriksaan fisik
kepada Tn. A dan di bawa ke laboratorium untuk pemeriksaan. Setelah dilakukan pemeriksaan
fisik Tn.A sangat pucat, keringat bercucuran. Hasil pemeriksaan laboratorium Leukosit: 8500/ul,
hb:12mg/dl , Hasil pemeriksaan TTV TD:140/85 mmHg , N: 80x/mnt, suhu:38,7 C, RR:20x/mnt

3
BAB III

PEMBAHASAN

A. PERAWATAN PALIATIF
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan
penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain,fisik, psikososial
dan spiritual (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).
Menurut KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007 kualitas hidup pasien adalah
keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya dan
sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya. Dimensi dari
kualitas hidup. Dimensi dari kualitas hidup yaitu Gejala fisik, Kemampuan fungsional
(aktivitas), Kesejahteraan keluarga, Spiritual, Fungsi sosial, Kepuasan terhadap
pengobatan (termasuk masalah keuangan), Orientasi masa depan, Kehidupan seksual,
termasuk gambaran terhadap diri sendiri, Fungsi dalam bekerja.
Menurut KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007 Palliative home care adalah
pelayanan perawatan paliatif yang dilakukan di rumah pasien, oleh tenaga paliatif dan
atau keluarga atas bimbingan/ pengawasan tenaga paliatif.
Hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium terminal yang tidak
dapat dirawat di rumah namun tidak melakukan tindakan yang harus dilakukan di rumah
sakit. Pelayanan yang diberikan tidak seperti di rumah sakit, tetapi dapat memberikan
pelayaan untuk mengendalikan gejala-gejala yang ada, dengan keadaan seperti di rumah
pasien sendiri.
Menurut KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007 Sarana (fasilitas) kesehatan
adalah tempat yang menyediakan layanan kesehatan secara medis bagi masyarakat.
Kompeten adalah keadaan kesehatan mental pasien sedemikian rupa sehingga
mampu menerima dan memahami informasi yang diperlukan dan mampu membuat
keputusan secara rasional berdasarkan informasi tersebut (KEPMENKES RI NOMOR:
812, 2007).

4
D. DEFINISI CHF
Gagal Jantung Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan
nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri.
(Smeltzer & Bare, 2002)
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang
adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smletzer, 2002).

E. ETIOLOGI
Menurut Hudak dan Gallo (2000) penyebab kegagalan jantung yaitu:
1. Disritmia, seperti: brakikardi, takikardi dan kontraksi premature yang sering dapat
menurunkan curah jantung.
2. Malfungsi katub dapat menimbulkan kegagalan pompa baik oleh kelebihan beban
tekanan (obstruksi pada pengaliran keluar dari pompa ruang, seperti stenosis
katub aortik atau stenosis pulmonal), atau dengan kelebihan beban volume yang
menunjukkan peningkatan volume darah ke ventrikel kiri.
3. Abnormalitas Otot Jantung: Menyebabkan kegagalan ventrikel meliputi infark
miokard, aneurisma ventrikel, fibrosis miokard luas (biasanya dari aterosklerosis
koroner jantung atau hipertensi lama), fibrosis endokardium, penyakit miokard
primer (kardiomiopati), atau hipertrofi luas karena hipertensi pulmonal, stenosis
aorta atau hipertensi sistemik.
4. Ruptur Miokard: terjadi sebagai awitan dramatik dan sering membahayakan
kegagalan pompa dan dihubungkan dengan mortalitas tinggi. Ini biasa terjadi
selama 8 hari pertama setelah infark.

Menurut Smeltzer (2002) penyebab gagal jantung kongestif yaitu:


1. Kelainan otot jantung
2. Aterosklerosis coroner
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)

5
4. Peradangan dan penyakit miokardium degenerative
5. Penyakit jantung lain

F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Hudak dan Gallo (2000), Gejala yang muncul sesuai dengan gejala gagal
jantung kiri diikuti gagal jantung kanan dan terjadinya di dada karena peningkatan
kebutuhan oksigen. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda – tanda gejala gagal jantung
kongestif biasanya terdapat bunyi derap dan bising akibat regurgitasi mitral.
 Gagal Jantung Kiri
a. Gelisah dan cemas
b. Kongesti vaskuler pulmonal
c. Edema
d. Penurunan curah jantung
e. Gallop atrial (S3)
f. Gallop ventrikel (S4)
g. Crackles paru
h. Disritmia
i. Bunyi nafas mengi
j. Pulsus alternans
k. Pernafasan cheyne-stokes
l. Bukti-bukti radiologi tentang kongesti pulmonal
m. Dyspneu
n. Batuk
o. Mudah lelah

 Gagal Jantung Kanan


a. Peningkatan JVP
b. Edema
c. Curah jantung rendah
d. Disritmia
e. S3 dan S4

6
f. Hiperresonan pada perkusi
g. Pitting edema
h. Hepatomegali
i. Anoreksia
j. Nokturia
k. Kelemahan

G. KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG


Klasifikasi gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA) dalam
Gray (2002), terbagi dalam 4 kelas yaitu:
1. NYHA I: Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
2. NYHA II: Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
3. NYHA III: Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
4. NYHA IV:Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan atau istirahat

H. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung
normal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO = HR X SV
dimana curah jantung (CO : Cardiac Output) adalah fungsi frekwensi jantung (HR :
Heart Rate) x volume sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekwensi jantung adalah fungsi saraf otonom. Bila curah jantung berkurang,
system saraf simpatis akan mempercepat frekwensi jantung untuk mempertahankan curah
jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan
yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk
mempertahankan curah jantung. Pada gagal jantung, jika satu atau lebih lebih dari ketiga
faktor tersebut terganggu, hasilnya curah jantung berkurang. Kemudahan dalam
menenukan pengukuran hemodinamika melalui prosedur pemantauan invasive telah
mempermudah diagnose gagal jantung kongestif dan mempermudah penerapan terapi
farmakologis efektif. (Brunner & Suddarth,2002)

7
Menurut Price (2005) beban pengisian preload dan beban tahanan afterload pada
ventrikel yang mengalami dilatasi dan hipertrofi memungkinkan adanya peningkatan
daya kontraksi jantung yang lebih kuat sehingga curah jantung meningkat. Pembebanan
jantung yang lebih besar meningkatkan simpatis sehingga kadar katekolamin dalam darah
meningkat dan terjadi takikardi dengan tujuan meningkatkan curah jantung.

Pembebanan jantung yang berlebihan dapat meningkatkan curah jantung


menurun, maka akan terjadi redistribusi cairan dan elektrolit (Na) melalui pengaturan
cairan oleh ginjal dan vasokonstriksi perifer dengan tujuan untuk memperbesar aliran
balik vena ke dalam ventrikel sehingga meningkatkan tekanan akhir diastolic dan
menaikan kembali curah jantung. Dilatasi, hipertrofi, takikardi, dan redistribusi cairan
badan merupakan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah jantung dalam
memenuhi kebutuhan sirkulasi badan. Bila semua kemampuan makanisme kompensasi
jantung tersebut di atas sudah dipergunakan seluruhnya dan sirkulasi darah dalam badan
belum juga terpenuhi maka terjadilah keadaan gagal jantung.

Sedangkan menurut Smeltzer (2002), gagal jantung kiri atau gagal jantung
ventrikel kiri terjadi karena adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri
sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan akhir diastol dalam ventrikel
kiri dan volume akhir diastole dalam ventrikel kiri meningkat. Keadaan ini merupakan
beban atrium kiri dalam kerjanya untuk mengisi ventrikel kiri pada waktu diastolik,
dengan akibat terjadinya kenaikan tekanan rata-rata dalam atrium kiri. Tekanan dalam
atrium kiri yang meninggi ini menyebabkan hambatan aliran masuknya darah dari vena-
vena pulmonal. Bila keadaan ini terus berlanjut maka bendungan akan terjadi juga dalam
paru-paru dengan akibat terjadinya edema paru dengan segala keluhan dan tanda-tanda
akibat adanya tekanan dalam sirkulasi yang meninggi.

Keadaan yang terakhir ini merupakan hambatan bagi ventrikel kanan yang
menjadi pompa darah untuk sirkuit paru (sirkulasi kecil). Bila beban pada ventrikel kanan
itu terus bertambah, maka akan merangsang ventrikel kanan untuk melakukan
kompensasi dengan mengalami hipertrofi dan dilatasi sampai batas kemampuannya, dan

8
bila beban tersebut tetap meninggi maka dapat terjadi gagal jantung kanan, sehingga pada
akhirnya terjadi gagal jantung kirikanan.

Gagal jantung kanan dapat pula terjadi karena gangguan atau hambatan pada daya
pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan tanpa didahului oleh gagal
jantung kiri. Dengan menurunnya isi sekuncup ventrikel kanan, tekanan dan volume
akhir diastol ventrikel kanan akan meningkat dan ini menjadi beban atrium kanan dalam
kerjanya mengisi ventrikel kanan pada waktu diastol, dengan akibat terjadinya kenaikan
tekanan dalam atrium kanan. Tekanan dalam atrium kanan yang meninggi akan
menyebabkan hambatan aliran masuknya darah dalam vena kafa superior dan inferior
kedalam jantung sehingga mengakibatkan kenaikan dan adanya bendungan pada vena-
vena sistemik tersebut (bendungan pada vena jugularis yang meninggi dan
hepatomegali). Bila keadaan ini terus berlanjut, maka terjadi bendungan sistemik yang
berat dengan akibat timbulnya edema tumit dan tungkai bawah dan asites.

I. PENATALAKSANAAN

Menurut Mansjoer (2001) prinsip penatalaksanaan CHF adalah:


 Tirah baring
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan
jantung dan menurunkan tekanan darah.
 Diet
Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal.
Selain itu pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur dan
mengurangi edema
 Oksigen
Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu
memenuhi oksigen tubuh
 Terapi Diuretik

9
Diuretik memiliki efek anti hipertensi dengan menigkatkan pelepasan air
dan garam natrium sehingga menyebabkan penurunan volume cairan dan
merendahkan tekanan darah.
 Digitalis
Digitalis memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan
kontraksi peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung meningkat, volume
cairan lebih besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi, eksresi dan volume
intravaskuler menurun.
 Inotropik Positif
Dobutamin meningkatkan kekuatan kontraksi jantung (efek inotropic
positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif)
 Sedatif
Pemberian sedative bertujuan mengistirahatkan dan memberi relaksasi
pada klien.
 Pembatasan Aktivitas Fisik dan Istirahat
Pembatasan aktivitas fisik dan istirahat yang ketat merupakan tindakan
penanganan gagal jantung.

10
BAB IV

NARASI ROLPLAY

Role Play :

Perawat A baru saja mendapat tugas untuk bekerja di rumah sakit islam karawang,
kemudian pada hari pertama bekerja mereka kedatangan pasien laki-laki yang berusia 50 tahun ia
datang diantar oleh anaknya. wanita tua tersebut datang dengan wajah meringis kesakitan dan
sambil memegangi dadanya.

Perawat A : selamat pagi bapak ada yang bisa dibantu?

Anak : selamat pagi sus ini saya mau periksa bapak saya, beliau sakit udah 3 hari tapi
tidak sembuh sembuh.

Perawat A : baik bapak sebelumnya bisa sebutkan nama tempat tanggal lahir dan alamatnya.

Anak : bapak Udin sus, tanggal lahirnya bekasi 4 april, alamatnya Bekasi.

Perawat A : baik bapak, bisa bapak sebutkan apa saja keluhan bapak?

Pasien : dada saya sakit sekali nak, dan saya merasa sesak juga.

Perawat A : “Coba bisa bapak gambarkan sakitnya itu seperti apa pak?”

Pasien : “Kayak di tindih gitu nak”

Perawat A : “bapak sudah berapa lama merasakan sakit seperti ini?”

Pasien : “Dari tiga hari yang lalu nak”

Perawat A : “Selain sesak dan nyeri, apalagi yang sering bapak rasakan?”

Pasien : “Kalau misalnya saya jalan yang cukup jauh, biasanya saya langsung lemes, jadi
kalau mau keluar rumah, belum sampai pintu saya duduk dulu, setelah itu baru
jalan lagi keluar”

11
Perawat A : “Kalau begitu saya periksa dulu kondisi bapak ya pak?”

Pasien : “Boleh, silahkan nak”

Perawat A : (Sambil mengukur tekanan darah, nadi, dan pernapasan) “Sebelumnya bapak
sudah pernah ke rumah sakit atau puskesmas yang lain, atau sudah pernah minum
obat-obatan lain pak?”

Pasien : “Setahun yang lalu, setelah istri saya meninggal saya sempat pingsan dan
langsung di bawa ke rumah sakit, tapi anak saya bilang saya hanya syok saja”

Perawat A : baik bapak kalau begitu bapak silakan tuggu diruang tunggu terlebihdahulu ya,
saya akan panggilkan dokter. Dan nanti akan ada perawat lain yang bertugas yang
akan memanggil bapak untuk menemui dokter.

Ibu Aisyah : baik nak terimakasih.

Lalu perawat A keruangan dokter untuk memanggilkan dokter dan melakukan pemeriksaan, tidak
lama perawat yang bertugas memanggilkan bapak Udin beserta anaknya untuk melakukan
pemeriksaan.

Dokter: selamat pagi bapak baik setelah saya baca keluhannya kita akan melakukan pemeriksaan
ya pak, silakan bapak berbaring.

Selanjutnya dokter melakukan pemeriksaan kepada bapak Udin.

Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter di dapatkan hasil bahwa bapak Udin
mengidap Penyakit Jantung Koroner, dan dokter menginstuksikan kepada perawat untuk
memberitahukan kepada pasien dan keluarganya teang penyakit yang dialami oleh bapak Udin.

Perawat menghampiri pasien dan anaknya yang sedang menunggu diruang tunggu.

Perawat B : Selamat pagi bapak, benar dengan bapak Udin?

Pasien : selamat pagi, benar sus saya bapak Udin.

Perawat B : Baik bapak disini saya akan memberitahukan hasil pemeriksaan yang tadi sudah
bapak lakukan dengan dokter.

12
Anak : bagaimana sus hasil pemeriksaannya?

Perawat B : baik bapak dan keluarga jangan terlalu khawatir semoga bapak bias menerima
hasil yang sudah didapatkan dari hasil pemeriksaan tadi. Dan hasilnya
mengatakan bahwa bapak mengidap penyakit jantung coroner.

Pasien : apakah benar sus saya mengidap penyakit itu? pasti suster bohong dan hasilnya
juga tidak akurat.

Perawat B : Bapak dan keluarga tenang dulu jangan dulu cemas dan panik karena dokter
mengatakan bahwa penyakit bapak masih bisa disembuhkan dengan cara
melakukan pengobatan dan juga mengikuti program latihan untuk memperbaiki
kesehatan bapak.

Anak : lalu apa yang harus bapak saya lakukan sekarang sus?

Perawat B : Untuk sementara bapak lakukan dulu pengobatan yang telah dokter resepkan dan
obatnya bisa di ambil di apotek dan ini resepmya bisa bapak bawa ke tempat
pengambilan obat.

Anak : baik lah sus kalau dengan cara mengonsumsi obat bisa membuat kondisi bapak
saya lebih baik akan saya lakukan. Dan nanti akan saya ambil obatnya.

Perawat B : Baiklah kalau begitu semoga bapak cepat sembuh dan jangan lupa dijaga pola
makannya sering-sering mengkonsumsi makannan yang sehat dan bervitamin dan
bapak sebaiknya jangan merokok dulu ya pak agar kondisi bapak bisa cepet
pulih.

Pasien : baik lah sus kalau begitu terimakasih.

Anak : kalau begitu kami permisi dulu ya sus. Selamat siang

Perawat B : Baik bapak terimakasi kembali. Selamat siang

13
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit
yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini
dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik,
psikososial dan spiritual.
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke
arah kematian yang membutuhkan pendekatan dengan perawatan Palliative sehingga
menambah kualitas hidup seseoran. Sasaran kebijakan pelayanan paliatif Seluruh pasien
(dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan yang memerlukan perawatan
paliatif di mana pun pasien berada di seluruh Indonesia.Pelaksana perawatan paliatif :
dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya dan tenaga terkait serta Institusi-institusi
terkait. Prinsip perawatan palliative adalah menghormati atau menghargai martabat dan
harga diri dari pasient dan keluarga pasien,dukungan untuk caregiver, Palliative care
merupakan accses yang competent dan compassionet, mengembangkan profes-sional dan
social support untuk pediatric palliative care

14
DAFTAR PUSTAKA

Austaryani, N. P. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Tn. J Dengan Congestive Heart Failure (Chf) Di Ruang
Intensive Cardio Vascular Care Unit (Icvcu) Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Fitria, C. N. (2010). Palliative care pada penderita penyakit terminal. Gaster: Jurnal Kesehatan, 7(1), 527-
537.

15

Anda mungkin juga menyukai