A. Judul
1.1 PENDAHULUAN
1
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Lembar
Negara Republik Indonesia, Jakarta, 2003, h. 6
2
2
Muhammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, CV. Wacana Prima, Bandung, 2009, h. 6
3
mengajar.
peserta didik.
3
Mohammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Pustaka Bani Quraiay,
Yogyakarta 2004, h. 9
4
agar peserta didik dapat aktif. Upaya pengalihan peran dari fasilitator
2. Bersikap sabar.
peserta didik itu sendiri. Jika guru kurang sabar melihat proses yang
kurang lancar lalu mengambil alih proses itu, maka hal ini sama dengan
4. Mau belajar.
5. Bersikap sederajat.
tersendiri. Oleh karena itu, guru tidak perlu menunjukkan diri sebagai
8. Berwibawa.
pendapat. Dalam hal ini, diupayakan guru bersikap netral dan berusaha
kepercayaan kepada guru yang bersangkutan. Oleh karena itu, guru juga
sesuatu, agar peserta didik memahami bahwa semua orang selalu masih
perlu belajar
4
Sindhunata. Pendidikan: Kegelisahan Sepanjang Zaman, Kanisius, Yogyakarta, 2001,
h. 3-5
Wina Senjaya., Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
5
aktivitas pembelajaran
2. Rumusan Masalah
6
Ibid., h. 45
8
3. Tujuan Penelitian
Pekalongan.
Pekalongan.
4. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
9
b. Secara Praktis
spiritual.
2) Bagi Guru
peserta didik.
5. Batasan Istilah
1. Peran
berasal dari kata peran yang berarti sesuatu yang menjadi bagian
Peran dalam penelitian ini adalah segala daya dan upaya yang
kelas.
2. Pembelajaran
1. DESKRIPSI TEORITIS
A. Pengertian Guru
suri teladan (panutan) bagi semua muridnya. “patut digugu dan ditiru”
ungkapan baku dari kata guru, tapi maknanya memang cukup mewakili
ibu kedua yang mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan
Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
7
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2005), Hlm.45
14
yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Jabatan guru sebagai suatu
mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu
anak didik dalam jangka waktu tertentu. Untuk itu pemahaman terhadap
jiwa dan watak anak didik diperlukan agar dapat dengan mudah
memahami jiwa dan watak anak didik. Begitulah tugas guru sebagai
orang tua kedua, setelah orang tua anak didik di dalam keluarga di
rumah.
bertugas untuk:
8
Syaifl Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, (Jakarta: Rineka CIPTA, 2010),
Hlm.36
15
pengawasan guru.
ditinggalkan.
sebagainya.
17
perbuatan yang mudah, tetapi untuk membentuk jiwa dan watak anak
didik itulah yang sukar, sebab anak didik yang dihadapi mempunyai
C. Peran Guru
belajar,
9
Syaiful Bahri Djamarah, Op-Cit. Hlm.34
18
kegiatan belajar,
pembangunan,
10
Oemar, Hamalik (2008), Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Sinar Grafika),
Hlm.9
19
nasional.11
pendidikan nasional.
11
UU RI No. 14 Thn 2005, Tentang Guru dan dosen, (Jakarta: Sinar Grafika,2014),
Hlm.
20
didik.
Dalam Skripsi ini ada dua teori yang diacu dan dirujuk mengenai
peran guru sebagai fasilitator, yaitu teori dari Wina Sanjaya dan teori
guru dengan peserta didik, yang semula lebih bersifat “top-down” (atas-
menyenangkan.
13
Sindhunata, Pendidikan: Kegelisahan Sepanjang Zaman, Kanisius, Yogyakarta,
2001, h. 8
22
sesuatu itu berhasil atau berjalan dengan baik atau tidak. Indikator
didik14
menjadi lebih hidup dan bergairah. Peserta didik akan lebih banyak
berkegiatan baik secara fisik maupun secara mental. Ini juga otomatis
didik.
didik dapat aktif. Tapi langkah ini tidak terlalu mudah karena
belajar yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri. Jika guru
mengambil alih proses itu, maka hal ini sama dengan guru telah
menghargainya.
belajar
keadaan
ketika beberapa kali guru harus membuka buku karena lupa apa
peserta didik.
sebagai fasilitator
kelas.
oleh sekolahan juga tidak ada yang berkaitan dengan peran guru
hasilnya.
28
E. Pembelajaran Sejarah
negara menjadi cerdas dan berguna. Selain itu sejarah juga dapat melatih
imajinasi.
tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai (aspek afektif). Agar
konsep dan nilai sejarah tersebut berkembang secara optimal maka subyek
29
1989: 27-28).
karena dengan memahami sejarah berarti telah diambil satu manfaat atau
seharusnya itu bertindak dengan melihat peristiwa yang telah terjadi untuk
terjadi pada masa lampau sehingga dalam diri peserta didik terwujud satu
kesadaran sejarah.
30
pelajaran sejarah menjadi hidup dan menarik bagi para peserta didik. Guru
1) Penguasaan Materi
2) Penguasaan Teknik
terbukti efektif.
konsep-konsep sejarah.
belum dipahami.
Tugas, fungsi dan peran guru tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
kelas.
refrensi yang bermanfaat bagi peneliti sebagai suatu acuan dan bahan
sejarah lokal.
Negeri Raden Intan Lampung pada tahun 2017 yang berjudul “Peran
belum maksimal.
sejarah dengan peserta didik SMA. Dimana umur dan kondisi psikologi
3. KERANGKA BERPIKIR
Pembelajaran Sejarah
1. Latar Penelitian
Menengah Atas terdiri atas SMA Negeri sebanyak 11 buah dan SMA
termasuk SMA Negeri 1 Kajen. Selain itu,. SMA Negeri 1 Kajen selalu
secara penuh.
dengan rincian rombel 10 jumlah siswa 352 orang, rombel 11 jumlah siswa
2. Fokus Penelitian
1 Kajen. Sehingga yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah
3. Sumber Data
15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2008, hal. 3
39
1. Wawancara
masing individu.
kelemahan, yaitu:
kurang sesuai.
(Moleong, 2007:320).
confirmability (Sugiyono,2007:270)
sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji
1. Credibility
ilmiah dilakukan.
a. Perpanjangan Pengamatan
atau belum.
c. Triangulasi
1) Triangulasi Sumber
(Sugiyono, 2007:274).
2) Triangulasi Teknik
44
(Sugiyono, 2007:274).
3) Triangulasi Waktu
2007:274).
dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data
(Sugiyono, 2007:275).
f. Mengadakan Membercheck
2007:276).
2. Transferability
46
dipertanggungjawabkan.
3. Dependability
pengamatan.
4. Confirmability
Validitas atau keabsahan data adalah data yang tidak berbeda ntara