Anda di halaman 1dari 46

9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Medis

1. Pengertian IUD

Pengertian IUD adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang

telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa

aktif fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha

kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur

berimplementasi dalam uterus (Hidayati, 2009).

Pengertian AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil

yang terbuat dari plastic yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga

mengandung hormone dan di masukkan ke dalam rahim melalui vagina

dan mempunyai benang (Handayani, 2010).

IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam

rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik

(polythyline), ada yang dililit tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi

ada pula yang dililit dengan tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu

ada pula yang batangnya berisi hormon progesterone. (Kusmarjati, 2011).

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan

konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur dengan sel sperma yang

mengakibatkan kehamilan, sehingga kontrasepsi adalah upaya untuk


10

mencegah terjadinya kehamilan dengan cara mengusahakan agar tidak

terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma atau menghalangi pertemuan sel

telur dengan sel sperma (Wiknjosastro, 2003).

2. Profil

Menurut Saifudin (2010), Profil pemakaian IUD adalah:

a. Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sampai 10

tahun: CuT-380A)

b. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak

c. Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan

d. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi

e. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi

Menular Seksual (IMS).

3. Jenis – Jenis IUD

Jenis - jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain :

a. Copper-T

Gambar 2.1 Jenis IUD Copper-T (Imbarwati : 2009)

Menurut Imbarwati,(2009). IUD berbentuk T, terbuat dari bahan

polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat


11

tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti

fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik. Menurut ILUNI FKUI (

2010). Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah

kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk

mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun.

b. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1

tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat Copper-7.

Menurut Imbarwati (2009). IUD ini berbentuk angka 7 dengan

maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran

diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat

tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan

tembaga halus pada IUD Copper-T.

c. Multi load

Gambar 2.2 Jenis IUD Multi Load ( Imbarwati : 2009)

Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene)

dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel.

Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi

gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375
12

mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load

yaitu standar, small, dan mini.

d. Lippes loop

Gambar 2.3 Jenis IUD Lippes Loop (Imbarwati : 2009)

Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari polyethelene,

berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan

kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis

yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A

berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe

C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan

tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang

rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi

perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab

terbuat dari bahan plasti.

4. Cara Kerja

Menurut Saifudin (2010), Cara kerja IUD adalah:

a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba falopi


13

b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,

walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat

reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk

fertilisasi.

d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

5. Efektivitas

Keefektivitasan IUD adalah: Sangat efektif yaitu 0,5 – 1 kehamilan per

100 perempuan selama 1 tahun pertama penggunaan (Sujiyantini dan

Arum, 2009).

6. Keuntungan

Menurut Saifudin (2010), Keuntungan IUD yaitu:

a. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi

Sangat efektif → 0,6 - 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun

pertama ( 1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).

b. AKDR dapat efektik segera setelah pemasangan.

c. Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT – 380A dan tidak

perlu diganti)

d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat –ingat

e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual

f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk

hamil

g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR ( CuT -380A)


14

h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi)

j. Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih setelah haid

terakhir)

k. Tidak ada interaksi dengan obat – obat

l. Membantu mencegah kehamilan ektopik.

7. Kerugian

Menurut Saifudin (2010), Kerugian IUD:

a. Efek samping yang mungkin terjadi:

1) Perubahan siklus haid ( umum pada 3 bulan pertama dan akan

berkurang setelah 3 bulan)

2) Haid lebih lama dan banyak

3) Perdarahan ( spotting ) antar menstruasi

4) Saat haid lebih sakit

b. Komplikasi Lain:

1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah

pemasangan

2) Merasa sakit dan kejang selama 3 – 5 hari setelah pemasangan

3) Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang

memungkinkan penyebab anemia

4) Perforasi dinding uteru (sangat jarang apabila pemasangannya

benar)
15

c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan

yang sering berganti pasangan

e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS

memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas

f. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik terganggu karena

fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal

8. Mekanisme Kerja

a. Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti,

ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang

menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebutan leukosit yang

dapat melarutkan blastosis atau seperma. Mekanisme kerja AKDR

yang dililiti kawat tembaga mungkin berlainan. Tembaga dalam

konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke dalam rongga uterus juga

menghambat khasiatanhidrase karbon dan fosfatase alkali. AKDR

yang mengeluarkanhormon juga menebalkan lender sehingga

menghalangi pasasi sperma (Prawirohardjo, 2005).

b. Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan

pasti, kini pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalam kavum

uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai

dengan sebutan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau

sperma. Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan –

perubahan pada pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista


16

tidak dapat hidup dalam uterus. Walaupun sebelumnya terjadi nidasi,

penyelidik-penyelidik lain menemukan sering adanya kontraksi uterus

pada pemakaian AKDR yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini

disebabkan oleh meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus pada

wanita (Wiknjoastro, 2005).

c. Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual

terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan

mempengaruhi sel elur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi.

Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan sexual

terjadi) dalam beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme yang

lebih mungkin adalah dengan mencegah terjadinya implantasi atau

penyerangan sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim

d. Menurut Saefuddin (2003), mekanisme kerja IUD adalah:

1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi

2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu

walaupun AKDR membuat sperma sulit ke dalam alat reproduksi

perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi

4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam uterus.

9. Kontra Indikasi

Menurut Kusumaningrum (2009), Kontra indikasi dari IUD:

a. Hamil atau diduga hamil


17

b. Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit

kelamin

c. Pernah menderita radang rongga panggul

d. Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal

e. Riwayat kehamilan ektopik

f. Penderita kanker alat kelamin.

10. Efeksamping

Menurut Sujiantini dan arum (2009), Efeksamping IUD:

a. Perdarahan ( menoragia atau spotting menoragia)

b. Rasa nyeri dan kejang perut

c. Terganggunya siklus menstruasi (umumnya terjadi pada 3 bulan

pertama pemakaian)

d. Disminore

e. Gangguan pada suami ( sensasi keberadaan benang iud darasakan sakit

atau mengganggu bagi pasangan saat melakukan aktifitas seksual)

f. Inveksi pelvis dan endometrium

Menurut Zahra (2008), Efek samping dari penggunaan IUD

meliputi,pada minggu pertama, mungkin ada pendarahan kecil. Ada

perempuan-perempuan pemakai spiral yang mengalami perubahan haid,

menjadi lebih berat dan lebih lama, bahkan lebih menyakitkan. Tetapi

biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan sendirinya sesudah 3

bulan.
18

11. Peralatan Pemasangan IUD

Gambar 2.4 alat untuk memasang IUD (Sunjiantini dan arum : 2009)

Menurut Sujiantini dan arum (2009), Peralatan Pemasangan IUD:

a. Bivalue speculum ( speculum cocor bebek )

b. Tampontang

c. Tenakulum

d. Gunting

e. Mangkuk untuk larutan antiseptic

f. Sarung tangan dan barakscort

g. Duk steril

h. Kapas cebok

i. Cairan antiseptic ( betadin )

12. Perlengkapan Pemasangan IU

Gambar 2.5 Perlengkapan pemasangan IUD (Sujiantini dan arum : 2009)


19

Menurut Sujiantini dan arum (2009), Perlengkapan Pemasangan IUD:

a. Meja ginekologi

b. Lampu sorot / lampu senter

c. Kursi duduk

d. Tempat klorin 0,5 %

e. Tempat sampah basah

13. Pemasangan IUD

Menurut Prawirohardjo (2008), IUD dapat dipasang dalam keadaan:

a. Sewaktu haid sedang berlangsung

Karena keuntungannya pemasangan lebih mudah oleh karena servik

pada waktu agak terbuka dan lembek. Rasa nyeri tidak seberapa keras,

perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa

dirasakan, kemungkinana pemasangan IUD pada uterus yang sedang

hamil tidak ada.

b. Sewaktu post partum

Pemasangan IUD setelah melahirkan dapat dilakukan:

1) Secara dini yaitu dipasang pada wanita yang melairkan sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

2) Secara langsung yaitu IUD dipasang dalam masa 3 bulan setelah

partus atau abortus

3) Secara tidak langsung yaitu IUD dipasang sesudah masa tiga bulan

setelah partus atau abortus

c. Sewaktu abortus
20

d. Beberapa hari setelah haid terakhir

14. Kunjungan Ulang Setelah Pemasangan IUD

Kunjungan ulang setelah pemasangan IUD Menurut BKKBN (2003):

a. 1 minggu pasca pemasangan

b. 2 bulan pasca pemasang

c. Setiap 6 bulan berikutnya

d. 1 tahun sekali

e. Bila terlambat haid 1 minggu

f. Perdarahan banyak dan tidak teratur

Menurut Prawirohardjo (2008), pemeriksaan sesudah IUD dipasang

dilakukan pada:

a. 1 minggu pasca pemasangan

b. 3 bulan berikutnya

c. Berikutnya setiap 6 bulan

15. Pemeriksaan Pada Saat Kunjungan Ulang

Menurut Varney, Kriebs dan Gegor (2006), Setelah IUD

dipasang seorang klien wanita, ia harus diarahkan untuk menggunakan

preparat spermisida dan kondom pada bulan pertama. Tindakan ini akan

memberi perlindungan penuh dari konsepsi karena IUD menghambat

serviks, uterus, dan saluran falopii tempat yang memungkinkan

pembuahan dan penanaman sel telur dan ini merupakan kurun waktu IUD

dapat terlepas secara spontan. Klien harus melakukan kunjungan ulang

pertamanya dalam waktu kurang lebih enam minggu. Kunjungan ini harus
21

dilakukan setelah masa menstruasi pertamanya pasca pamasangan IUD.

Pada waktu ini, bulan pertama kemungkinan insiden IUD lebih tinggi

untuk terlepas secara spontan telah berakhir. IUD dapat diperiksa untuk

menentukannya masih berada pada posisi yang tepat. Selain itu, seorang

wanita harus memiliki pengalaman melakukan pemeriksaan IUD secara

mandiri dan beberapa efeksamping langsung harus sudah diatasi.

Kunjungan ulang member kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan

member semangat serta meyakinkan klien. Diharapkan, hal ini

membuahkan hasil berupa peningkatan jumlah pengguna IUD. Data-data

terkait IUD berikut dapat diperoleh pada kunjungan ulang ini.

a. Riwayat

1) Masa menstruasi (dibandingkan dengan menstruasi sebelum

menggunakan IUD)

a) Tanggal

b) Lamanya

c) Jumlah aliran

d) Nyeri

2) Diantara waktu menstruasi (dibading dengan sebelum

menggunakan IUD)

a) Bercak darah atau perdarahan: amanya, jumlah

b) Kram: lamanya, tingkat keparahan

c) Nyeri punggung: lokasi, lamanya, tingkat keparahan.


22

d) Rabas vagina: lamanya, warna, bau, rasa gatal, rasa terbakar

saat berkemih (sebelum atau setelah urine mulai mengalir)

3) Pemeriksaan benang

a) Tanggal pemeriksaan benang yang terakhir

b) Benang dapat dirasakan oleh pasangan selama melakukan

hubungan seksual

4) Kepuasaan terhadap metode yang digunakan (baik pada wanita

maupun pasangannya)

5) Setiap obat yang digunakan: yang mana, mengapa

6) Setiap kunjungan ke dokter atau keruang gawat darurat sejak

pemasangan IUD: mengapa

7) Penggunaan preparat spermisida dan kondom: kapan, apakah ada

masalah

8) Tanda-tanda dugaankehamilan jika ada indikasi

b. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada

bagian bawah abdomen

2) Pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri tekan akibat CVA,

jika diindikasikan untuk diagnose banding

3) Tanda-tanda kemungkinan kehamil, jika ada indikasi.

c. Pemeriksaan pelvic

1) Pemeriksaan speculum

a) Benang terlihat
23

b) Panjang benang: pemotongan benang bila ada indikasi

c) Rabas vagina: catat karakteristik dan lakukan kultur dan apusan

basah bila diindikasikan.

2) Pemeriksaan bimanual

a) Nyeri ketika serviks atau uterus bergerak

b) Nyeri tekan pada uterus

c) Pembesaran uterus

d) Nyeri tekan pada daerah sekitar

e) Tanda-tanda kemungkinan kehamilan bila diindikasikan

d. Laboratorium

1) Hemoglobin atau hematokrit

2) Urinalis rutin sesuai indikasi untuk diagnosis banding

3) Kultur serviks dan apusan basah, jika ada indikasi

4) Tes kehamilan, jika ada indikasi

Apabila hasil pemeriksaan diatas memuaskan, maka klien

akan mendapatkan jadwal untuk melakukan pemeriksaan fisik

rutinnya. Pada kunjungan tersebut bidan akan melakukan hal-hal

seperti mengkaji riwayat penapisan umum yaitu pemeriksaan fisik dan

pelvic, pap smear, kultur klamedia dan gonorea, tes laboratorium rutin

lain dan pengulangan kunjungan ulang IUD seperti dijelaskan diatas.

Pengarahan supaya klien memeriksakan IUD nya, kapan harus

menghubungi bila muncul masalah atau untuk membuat perjanjian


24

sebelum kunjungan tahunnya dapat ditinjau kembali bersama klien

selama kunjungan ulang ini.

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Menurut Mufdlilah, Asri H & Ima K (2010), Manajemen kebidanan adalah

pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode

pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data,

diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ().

2. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan

Menurut Mufdlilah, Asri H & Ima K (2010), proses manajemen kebidanan

terdiri dari 7 langkah, yaitu :

a. Langkah I (pertama) : Pengumpulan data dasar

Langkah pertama merupakan langkah awal yang akan

menentukan langkah berikutnya. Mengumpulkan data adalah

menghimbau informasi tentang klien/orang yang meminta asuhan.

Memilih informasi data yang tepat diperlukan analisa suatu situasi

yang menyangkut manusia yang rumit karena sifatt manusia yang

komplek.

Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan

dilanjutkan secara terus mnerus selama proses asuhan kebidanan

berlangsung. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber

yang dapat memberikan informasi paling akurat yang dapat diperoleh


25

secepat mungkin dan upaya sekecil mungkin. Pasien adalah sumber

informasi yang akurat dan ekonomis, disebut sumber data primer.

Sumber data alternatif atau sumber data sekunder adalah data yang

sudah ada, praktikan kesehatan lain, anggota keluarga.

Teknik pengumpulan data ada tiga, yaitu :

1). Observasi, adalah pengumpulan data melalui indera : penglihatan

(perilaku, tanda fisik, kecacatan, ekspresi wajah), pendengaran

(bunyi batuk, bunyi nafas), penciuman (bau nafas, bau luka),

perabaan (suhu badan, nadi

2). Wawancara, adalah pembicaraan yang terarah yang umumnya

dilakukan paada pertemuan tatap mukan. Dalam wawancara yang

penting diperhatikan adalah data yang ditanyakan diarahkan ke

data yang relefan.

3). Pemeriksaan, dilakukan dengan memakai instrumen/alat pengukur.

Tujuannya untuk memastikan batas dimensi angka, irama,

kuantitas. Misalnya : tinggi badan dengan meteran, berat badan

dengan timbangan, tekanan darah dengan tensi meter.

Secara garis besar, diklasifikasikan menjadi data

subjektif dan data objektif. Pada waktu pengumpulan data subjektif

bidan harus : mengembangkan hubungan antar personal yang

efektif dengan pasien/klien/yang diwawancarai, lebih

memperhatikan hal-hal yang menjadi keluhan utama pasien dan


26

yang dicemaskan, berupaya mendapatkan data/fakta yang sangat

bermakna dalam kaitan dengan masalah pasien.

Pada waktu pengumpulan data objektif bidan harus :

mengamati ekspresi dan perilaku pasien, mengamati

perubahan/kelainan fisik, memperhatikan aspek sosial budaya

pasien, menggunakan tehnik pemeriksaan yang tepat dan benar,

melakukan pemeriksaan yang tepat dan benar, melakukan

pemeriksaan yang terarah dan berkaitan dengan keluahan pasien.

b. Langkah II (kedua) : Interprestasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi

yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah

dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosa yang spesifik.

Langkah awal dari perumusan masalah/diagnosa kebidanan

adalah pengolahan/analisa data yaitu menggabungkan menghubungkan

data satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta.

Masalah adalah kesenjangan yang diharapkan denga fakta /

kenyataan. Analisa adalah proses pertimbangan tentang nilai sesuatu

dibandingkan dengan standar. Standar adalah aturan/ukuran yang telah

diterima secara umum dan digunakan sebagai dasar perbandingan

dalam kategori yang sama. Hambatan yang berpotensi tinggi

menimbulkan masalah kesehatan (faktor resiko). Dalam bidang


27

kebidanan pertimbangan butir-butir tentang profil keadaan dalamm

hubungannya dengan status sehat-sakit dan kondisi fisiologis yang

akhirnya menjadi faktor resiko agent yang akan mempengaruhi status

kesehatan orang bersangkutan.

Pengertian masalah / diagnosa adalah “suatu pernyataan dari

masalah pasien/klien yang nyata atau potensial dan membutuhakan

tindakan”. Dalam pengertian yang lain masalah/diagnosa adalah

“pernyataan yang menggambarkan masalah spesifik yang berkaitan

denagn keadaan kesehatan seseorang dan didasarkan pada penilaian

asuhan kebidanan yang bercorak negatif”.

Dalam asuhan kebidanan kata masalah dan diagnosa

keduanya dipakai karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan

sebagai diagnosa tetapi perlu tetap perlu dipertimbangkan untuk

membuat rencana asuhan yang menyeluruh. Masalah sering

dihubungkan dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan

terhadap diagnosa.

Diagnosa adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam

lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur

diagnosa kebidanan.

Standar nomenlaktur diagnosa kebidanan :

1) Diakui dan telah disahkan oleh profesi

2) Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan

3) Memiliki ciri khas kebidanan


28

4) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kabidanan

5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

c. Langkah III (ketiga) : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah

potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau

diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila klien

memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial

inibener-benar terjadi.

d. Langkah IV (keempat) : mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan

yang memerlukan penanganan segera

Beberapa data menunjukan situasi emergensi diman bidan

perlu bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data

menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera sementara

menunggu instruksi dokter. Mungkin juga memerlukan konsultasi

dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien

untuk menentukan asuhan yang paling tepat. Langkah ini

mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.

e. Langkah V (kelima) : Merencanakan asuhan yang komprehensif atau

menyeluruh
29

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah

diidentifikasi atau antisipasi pada langkah ini informasi / data dasar

yang tidak lengkap dilengkapi. Suatu rencana asuhan harus sama-sama

disetujui oleh bidan maupun wanita itu agar efektif, karena pada

akhirnya wanita itulah yang akan melaksanakan rencana itu atau

tidak. Oleh karena itu tugas dalam langkah ini termasuk membuat dan

pendiskusian rencana dengan wanita itu begitu juga termasuk

penegasan akan persetujuannya.

Semua keputusan yang dibuat dalanm merencanakan suatu

asuhan yang komprehensif harus merefleksikan alasan yang benar,

berlandaskan pengetahuan, teori yang berkaitan dan up to date serta

divalidasikan dengan suami mengenai apa yang diinginkan wanita

tesebut dan apa yang dia tidak inginkan. Rational yang berdasarkan

asumsi dari perilaku pasien yang tidak divalidasikan., pengetahuan

teoritis yang salah atau tidak memadai, atau data dasar yang tidak

lengkap adalah tidak sah akan menghasilkan asuhan pasien yang tidak

lengkap adalah tidak sah akan menghasilkan asuhan pasien yang tidak

lengkap dan mungkin juga tidak aman.

Perencaan supaya terarah, dibuat pola pikir dengan langkah

sebagai berikut : tentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan yang

berisi tentang sasaran/target dan hasil yang akan dicapai, selanjutnya


30

ditentukan rencana tindakan sesuai dengan masalah/diagnosa dan

tujuan yang akan dicapai.

f. Langkah VI(keenam) : Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti

yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan

aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian oleh klien, atau anggota

tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap

memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya

(memastikan langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi

dimana bidan berkolaborasi dengan dokter dan keterlibatannya dalam

manajemen asuhan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan

kjuga bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan

bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan

menyingkat waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan.

g. Langkah VII (ketujuh) : Evaluasi

Pada langkah ke 7 ini dilakukan eveluasi keefektifan dari

asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan

bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasikan didalam masalah dan diagnosa.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif

dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana

tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.


31

3. Model Dokumentasi Asuhan Kebidanan SOAP

Model dokumentasi yang digunakan dalam askeb adalah

dalam bentuk catatan perkembangan, karena bentuik asuhan yang

diberikan berkesinambungandan menggunakan peoses yang terus menerus

(Mufdlilah, Asri H, Ima K: 2010).

S : Data informasi yang subjektif (mencatat hasil anamnesa)

O : Data informasi objektif (hasil pemeriksaan, observasi)

A : Mencatat hasil analisa (diagnosa dan masalah kebidanan)

a. Diagnosa atau masalah

b. Diagnosa/masalah potensial dan antisipasinya

c. Perlu tindakan segera

P : Mencatat seluruh penatalaksanaan (tindakan, antisipasi, tindakan

segera, tindakan rutin, penyuluhan, support,kolaborasi, rujuk dan

evaluasi

C. Teori Hukum Kewenangan Bidan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR

1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik

Bidan BAB III:

1. Pasal 9 yang berbunyi :

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan

pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana


32

2. Pasal 12 yang berbunyi:

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana berwenang untuk memberikan penyuluhan dan

konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

3. Pasal 13 yang berbunyi:

Bidan berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi Memberikan

alat kontrasepsi suntik, alat kontrasepsi dalam rahim dan alat kontrasepsi

bawah kulit.

Dalam menjalankan asuhan pada pasien dengan pemasangan IUD,

bidan mempunyai landasan hukum dan kewenangan dalam memberikan

asuhan kebidanan pada pasien ibu dengan pemasangan IUD, Sesuai dengan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR

1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik

Bidan BAB III pada pasal 9, 12, 13 yaitu: bidan dalam menjalankan praktik

berwenang untuk memberikan pelayanan keluarga berencana, bidan dalam

memberikan pelayanan keluarga berencana berwenang untuk memberikan

penyuluhan dan konseling keluarga berencana, bidan berwenang melakukan

pelayanan kesehatan meliputi memberikan alat kontrasepsi dalam rahim

(IUD).
33

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA PEMASANGAN KB IUD

PELAYANAN KONTRASEPSI IUD / ALAT KONTRASEPSI DALAM

RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS BANGETAYU

A. KELENGKAPAN SARANA DAN TENAGA

1. Sarana non Medis

a. Ruang konsultasi dan pemeriksaan ukuran: (3x3) m2

b. Meja + kursi untuk konsultasi 1 set

c. Bed periksa pasien: Tinggi 70cm, lebar 90cm, panjang 200cm

d. Sarung bantal, sprei, duk, karet laken

e. Bed / meja ginekologi

f. Meja untuk peralatan 1 buah

g. Lampu periksa

h. Handuk : 5 buah

i. Alat tulis : pensil, pena, penghapus, tippex masing-masing 1 buah

j. Tissue gulung : 1 buah

k. Penggaris lurus : 1 buah

l. Status KB : 3500 lembar

m. Buku register KB : 1 set

n. Buku pedoman standar pelayanan KB 1 buah

o. Formulir rujkan (umum, Askes, JPS) masing-masing 1 buku


34

p. Kertas resep : 1 buku

q. Kamar kecil / WC ukuran minimal 2x1 m2 dengan bak / ember

terisi air, gayung dan sabun

r. Bahan KIE (poster, leafet)

s. Ember atau tempat sampah lain, ditempatkan dibawah meja

pemeriksaan.

2. Sarana Medis

a. IUD Kit (Copper T 380 A) : 1 buah

b. Bivalve Speculum : ukuran kecil, sedang, besar masing-masing 1

buah

c. Tankulum : 1 buah

d. Forcep : 1 buah

e. Korentang (tang penjepit / pengambil alat) : 1 buah

f. Gunting mayo steril : 1 buah

g. Sarung tangan ( handschoen) steril : 2 pasang

h. Masker : 2 buah

i. Larutan klorin 0,5% : 1 botol

j. Larutan povidon lodin 10% : 1 botol

k. Alcohol 70% 1 botol (200cc)

l. Mangkuk kecil (untuk larutan antiseptic) : 1 buah

m. Kain kasa / kapas : 1 bungkus

n. Lidi kapas dan kaca slide

o. Neerbeken / bengkok : 1 buah


35

p. Baskom perendam peralatan : 1 buah

q. Sonde uterus

r. Container perlatan : 1 buah

s. Sterilisator

t. Emergensi kit : ambubag, suction apparatus, endotrakheal tube,

laringoskop, O2 tank + O2 , infuse set + cairannya, obat-obatan (

adrenalin, kortison, antihistamin)

u. Sabun dan detergent

3. Sarana Tenaga

a. Tenaga kesehatan atau bidan yang sudah mendapat pelatihan

keluarga berencana : 2 orang

b. Tenaga administrasi 1 orang

B. ANAMNESA

1. Memberikan salam pada ibu / pasangannya dengan cara:

Mengucapkan : “ Assalamualaikum / selamat pagi ” dengan suara

lembut dan disertai senyum. Kemudian mengatakan “ Apa yang dapat

saya bant bu? “

2. Menanyakan data-data pribadi ibu / pasangannya

a. Nama :

b. Alamat :

c. Umur :

d. Pekerjaan :
36

e. Pendidikan :

f. Nama suami :

g. Alamat suami :

h. Umur suami :

i. Pekerjaan suami :

j. Pendidikan suami :

3. Menyakan pada ibu dengan ramah tentang keluarga berencana:

a. Berapa jumlah anak sekarang ?

b. Berapa usia anak terkecil ?

c. Berapa tahun sejak kelahiran anak terkeci dengan kakaknya ?

d. Berapa jumlah anak yang masih diingkan ?

4. Menanyakan riwayat kontraepsi yang lalu:

a. Apakah pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya ?

Bila “ya” alat kontrasepsi apa yang peerrnah dipakai:

b. Apakah sekarang masih memakai alat kontrasepsi ?

Bila “ya” apa yang dipakai sekarang:

c. Apakah ingin mengganti dengan alat kontrasepsi baru ?

Bila “ya” mengapa:

5. Bila ibu adalah calon akseptor baru, maka menanyakan:

a. Mengapa ingin menggunakan alat kontrasepsi IUD ?

Apakah tidak ingin punya anak dulu, Apakah ingin mengatur jarak

kelahiran atau Apakah ingin membatasi jumlah anak.

b. Apakah sudah mendapat persetujuan dari suaminya?


37

6. Menanyakan tantang kehamilan atau persangkaan kehamilan:

a. Apakah sudah melakukan senggama sejak haid terakhir ?

Bila “ya”, lihat pertanyaan penggunaan alat kontrasepsi saat ini,

bila tidak memakai maka ibu harus melakukan tes kehamilan.

b. Kapan haid terakhir ?

Bila haid terakhir lebih dari 7 hari yang lalu dan ibu tidak sedang

memakai alat kontrasepsi, maka ibu harus melakukan tes

kehamilan.

c. Kapan persalinan terakhir ?

Bila persalinan terakhir lebih dari 4 minggu yang lalu, dan ibu

tidak sedang memakai alat kontrasepsi, maka ibu harus melakukan

tes kehamilan.

d. Apakah dalam 7 hari ini mengalami keguguran ?

e. Apakah sedang menyusui dan tidak haid ?

Jika mencurigai tanda-tanda kehamilan dan tidak tersedia tes

kehamilan yang sensitive maka ibu dianjukan memakai kontrasepsi

barier (kondom) sampai haid berikutnya.

7. Menanyakan resiko infeksi menular seksual (IMS)

a. Apakah ada duh / keputihan / cairan darialat kelamin / vagian ?

Bila “ya”, sejak kapan dan berapa banyak ?

b. Apakah berlebihan, tidak seperti biasanya ?

c. Apakah berwarna putih seperti susu ?

d. Apakah berwarna kekuningan ?


38

e. Apakah berwarna kehijauan ?

f. Apakah kental seperti susu kental ?

g. Apakah berbau tidak enak (busuk) ?

h. Apakah alat kelamin terasa gatal ?

i. Apakah dalam satu tahun ini pernah mengalami luka pada alat

kelamin ?

Bila “ya”, apakah lukanya berupa luka lecet, atau luka seperti

borok ? sebutkan

j. Apakah pernah ada tonjolan kecil atau plentingan di alat kelamin ?

k. Apakah alat kelamin terasa nyeri saat buang air kecil ?

l. Apakah alat kelamin terasa panas saat buang air kecil ?

m. Apakah alat kelamin terasa perih saat buang air kecil ?

n. Apakah ada rasa nyeri perut bagian bawah ?

o. Apakah ada perdarahan atau bercak darah banyak setelah

berhubungan seksual ?

8. Sebelum pertanyaan lebih lanjut, meminta pada ibu apakah bersedia

menjawab pertanyaan yang bersifat lebih pribadi. “Bu, kami akan

menanyakan beberapa pertanyaan yang sifatnya pribadi, ibu boleh

menolak atau tidak menjawab pertanyaan tersebut bila tidak

berkenan”.

a. Apakah pekerjaan ibu menetap atau berpindah-pindah? Meminta

ibu untuk menyebutkan dengan sejelas-jelasnya pekerjaannya.


39

b. Apakah pekerjaan suaminya menetap atau berpindah-pindah keluar

daerah ? meminta ibu untuk menyebutkan dengan sejelas-jelasnya

pekerjaan suaminya..

c. Apakah suaminya mempunyai masalah pada alat kelaminnya

seperti adanya nanah yang keluar penis dalam waktu 3 bulan ini ?

d. Apakah suaminya mengalami pembengkakan dipelipatan pahanya,

disertai rasanya nyeri pada alat kelaminnya dalam waktu 3 bula ini

e. Apakah suami tinggal menetap satu rumah dengan ibu ?

f. Apakah ibu baru berganti pasangan seksual dalam waktu 2 sampai

3 bulan ini ?

g. Apakah ibu punya pasangan seksual lebih dari satu ?

h. Apakah suami pernah memakai kondom pada saat berhubungan

seksual padahal ibu sudah menggunakan alat kontrasepsi lain?

i. Apakah ibu pernah menggunakan narkoba suntik ?

j. Apakah suaminya pernah menggunakan narkoba suntik ?

9. Mencatat hasil pemeriksaan pada kartu status dan memberitahukan

hasilnya pada ibu dan menanyakan apakah ada yang ditanyakan

mengenai hasilnya.
40

C. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Tekanan Darah

1. Meminta ijin ibu / pengantur untuk melakukan pemeriksaan tekanan

darah : “ibu bolehkan saya memeriksa tekanan darah ibu” ?

2. Mempersilahkan ibu istirahat kurang lebih 5 menitsebelum

pengukuran bila ibu baru dating dari tempat jauh, berjalan, atau tidak

sempat duduk menunggu giliran.

3. Meminta ibu untuk membuka lengan atas yang akan diperiksa,

sehingga tidak menutupi arteri brachialis.

4. Meminta ibu untuk duduk dengan nyaman dan santai :

a. Memasang manset 2-3 cm diatas fossa kubiti, melingkari lengan

tempat pemeriksaan setinggi jantung dan balon karet menekan

tepat diatas arteri brachialis.

b. Menanyakan pada ibu apakah manset dengan sphygmomano meter

Hg, posisi tegak dan level air raksa setinggi jantung.

c. Meraba denyut arteri brachialis pada lipatan siku untuk meletakkan

stetoskop

d. Meraba arteri radialis dengan jari telunjuk dan jari tengah

(memastikan tidak ada penekanan)

e. Menutup katub pengontrol pada pompa manset

f. Meletakkan stetoskop ketelinga, meraba denyut arteri brachialis

g. Memopa manset sampai denyut arteri radialis tidak teraba lagi,

kemudian menambah pompa lagi 20-30 mmHg


41

h. Meletakkan stetoskop diatas arteri brachialis di fossa kubiti /

lipatan siku sebelah dalam

i. Melihat air raksa dengan posisi mata sejajar air raksa, sambil

melepaskan katub pengontrol pelan, sehingga air raksa turun

dengan kecepatan 2-3 mmHg / detik atau skala / detik

j. Memastikan tinggi air raksa saat terdengar perubahan detakan

pertama arteri brachialis (korotkoff I) : disebut tekanan systole

k. Lanjutkan menurunkan air raksa saat terjadi perubahan suara yang

tiba-tiba melemah (korotkoff IV) : disebut tekanan diastole

l. Melepas stetoskop dari telinga dan lepas manset dari lengan pasien

m. Bersihkan carpiece dan diaphragma stetoskop dengan kapas

alcohol

5. Menginformasikan pada pasien hasil pengukuran, mencatat tapa kartu

status pasien

6. Menanyakan kepada pasien apakah ada yang ingin ditanyakan tentang

hasil tekanan darahnya.

Pemeriksaan Perut bagian bawah, alat kelamin dan pemasangan IUD

1. Menjelaskan pada ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan fisik pada

perut bawah dan alat kelaminnya serta pengambilan cairan alat

kelaminnya untuk diperiksa adanya IMS sebelum pemasangan IUD

serta meminta persetujuan ibu dan suaminya:

“Bu, Pak, kami akan memeriksa dan mengambil cairan pada perut

bagian bawah dan alat kelamin ibu untuk diperiksa adanya IMS
42

sebelum pemasangan IUD, dan untuk itu kami meminta persetujuan

ibu dan bapak sebelum dilakukan pemeriksaan:

a. Membacakan inform consent

b. Meminta ibu dan suaminya untuk menanda tangani formulir inform

consent

2. Meminta ibu untuk buang air kecil untuk mengosongkan kandung

kemihnya terlebih dahulu dan membersihkan alat kelaminnya dikamar

mandi

3. Mencuci tangan pemeriksa dengan sabun dan air yang mengalir

dengan cara:

a. Mendekatkan bahan dan alat yang dibutuhkan seperti sabun dan

handuk bersih pengering

b. Meninggalkan semua perhiasan (jika memakai)

c. Membasahi tangan dengan air

d. Menggosok dengan air secara merata pada celah jari tangan

e. Menggosok pergelangan dengan melingkar salah satu tangan yang

lain memebrsihkan kuku dan bawah kuku sampai bersih (dapat

digunakan sikat yang lembut)

f. Membilas tangan dan telapak tangan dari arah jari-jari kearah

pergelangan hingga bersih

g. Mengeringkan jari tangan dan pergelangan tangan dengan henduk

bersih kering, atau membiarkan mongering dengan sendirinya (jika

handuk tidak ada)


43

4. Memasang sarung tangan pada kedua tangan dengan cara:

a. Mengambil sarung tangan steril dari tromol / tempat steril dengan

menggunakan korentang dengan menggunakan tangan kanan

b. Tangan kiri menerima sarung tangan dengan memegang bagian

dalam dari sarung tangan

c. Mengurai sarung tangan yang terlipat dari lipatannya

d. Memegang sarung tangan bagian kanan yang akan dipakai terlebih

dahulu

e. Meletakkan sarung tangan kiri yang akan belakangan ditempat

yang steril

f. Mengecek kebocoran sarung tangan kanan dengan cara

mnggembngkan sarung tangan tersebut hingga terisi udara (tapi

jangan ditiup), lalu tutup lubang pada bagian tangan yang akan

masuk, lalau mengempiskan sarung tangan yang sudah

menggembung tersebut. Merasakan, mendengarkan dan mengamati

apakah ada aliran udara yang keluar melalui lubanh selain lubang

pergelangan tangan dari sarung tangan tersebut. Mendeteksi

adanya suara udara ngowos atau mendesis melalui lubang kecil

dari bagian sarung tangan serta memperhatikan volume udara di

sarung tangan kian habis / berkurang. Jika ada kebocoran, maka

buang sarung tangan.

g. Memakai sarung tangan steril, caranya : meletakkan sarung tangan

kiri ditempat yang steril. Memegang sarung tangan dengan tangan


44

kiri pada bagian dalam sarung tangan, masukkan jari-jari perlahan

sampai semua jari pas pada bagiannya, lalu dengan tangan kiri

tetap memegang bagian dalam sarung tangan, menarik sarung

tangan kedalam hingga sarung tangan terpakai dengan sempurna.

h. Mengambil sarung tangan kiri dengan tangan kanan dengan

memegang bagian luar sarung tangan

i. Mengecek adanya kebocoran sarung tangan kiri dengan dengan

cara menggembungkan sarung tangan tersebut hingga terisi udara

(tapi jangan ditiup), lalu tutup lubang pada bagian tangan yang

akan masuk, lalau mengempiskan sarung tangan yang sudah

menggembung tersebut. Merasakan, mendengarkan dan mengamati

apakah ada aliran udara yang keluar melalui lubanh selain lubang

pergelangan tangan dari sarung tangan tersebut.

j. Memakai sarung tangan kiri dengan bantuan dengan tangan kanan

dengan menariknya kedalam menyesuaikan posisi jari-jari sampai

sarung tangan terpasang dengan sempurna pada tangan kiri.

5. Mempersilahkan ibu untuk membuka celana dalamnya dan naik

ketempat periksa (meja ginekologik) dengan posisi berbaring

terlentang dengan kedua lutu ditekuk (posisi litotomi) pada penyangga

di meja ginekologik

6. Menjelaskan pada ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan pada perut

bagian bawah, pemeriksaan alat kelamin, memasang speculum,

mengambil cairan dari alat kelamin dan memasang IUD.


45

Mempersilahkan ibu untuk mengajukan pertanyaan bila ada keterangan

yang kurang jelas

7. Setelah ibu siap dilakukan pemeriksaan pada perut bagian bawah dan

genitalianya:

“Bu, sekarang kami akan melakukan pemeriksaan pada perut bagian

bawah dan alat kelamin serta mengambil sedikit cairan dari alat

kelamin ibu untuk diperiksa adanya penyakit IMS atau tidak, sebelum

pemasangan IUD

8. Melakukan palpasi perut bagian bawah diatas simpisis pubis, apakah

ada benjolan, dimana lokasinya, konsistensinya, apakah ada nyeri

tekan ?

9. Melakukan palpasi pada sekitar lipatan paha apakah pembesaran

kelnjar getah bening: lokasinya, konsistensinya, perlekatan, nyeri /

tidak nyeri

10. Memeriksa adanya kelainan didaerah perineum, perianal dan anal,

apakah ada lecet, bintil-bintil atau pembengkakan

11. Mencatat hasil pemeriksaan pada kartu status dan memberitahukan

hasilnya pada ibu dan menanyakan apakah ada yang ditanyakan

mengenai hasil pemeriksaan, melnjutkan pemeriksaan

12. Memeriksa keadaan vulva dengan cara membuka labia mayor dan

minor dengan tangan kanan dan kiri, melihat apakah ada

pembengkakan, lecet, ulkus dan kemerahan. Melihat apakah duh tubuh

/ cairan keputihan (jumlahnya, serosalmukopurulen / purulen, berbau /


46

tidak, warnanya). Bila ada kulkus pada vulva dan sekitarnya, maka

lakukan pengambilan specimen dengan menggunakan kapas lidi steril.

Mengoleskan ujung kapas lidi, pada ulkus dan buat sediaan hapus di

atas kaca benda, berikan kepada petugas laboratorium untuk

pemeriksaan

13. Memeriksa orificium urethrae externum (saluran vagina bagian luar)

dengan cara membuka mulut vagina menggunakan jari telunjuk dan

ibu jari tangan kanan, adakah pembesaran pada kelenjar bartholini, bila

ada, tekan sedikit dan tanyakan pada ibu apakah terasa nyeri atau tidak.

Memeriksa apakah ada duh tubuh (jumlah, serosa / mukosa /

mukopurulen / purulen, berbau / tidak, warana)

14. Melakukan pengambilan specimen duh tubuh dengan cara:

a. Menyiapkan kaca objek untuk specimen dan member nomor

b. Mengambil kapas lidi, mengusapkan kapas lidi pada vagina bagian

luar dengan gerakan melingkar ke kanan dan diamkan beberapa

saat untuk penyerapan cairan / secret

c. Mengolekan secret yang ada diujung lidi kapas pada kaca objek

yang telah diberi nomor untuk dibuat sediaan

15. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan pemasangan speculum dan

kemungkinan akan terasa sedikit sakit, namun tidak berbahaya

16. Mengusap mulut vagina bagian luar (sisi kanan dan kiri labia minor)

dengan larutan antiseptic povidon iodine 10% 2 sampai 3 kali. Cara

mengusapnya dari atas ke bawah.


47

17. Melakukan pemasangan speculum dengan cara:

Speculum dipegang dengan tangan kiri, dimiringkan dengan posisi

peganggan speculum disamping paha kanan ibu, dan mulut speculum

mengarah ke lubang vagina, lalu dengan pelan-pelan memasukkan

speculum kedalam vagina, setelah masuk sampai leher speculum, lalu

pegangan speculum diputar mengarah ke bawah, kemuan speculum

dibuka dan di fiksasi pada kuncinya (skrupnya). Pada saat

memasukkan speculum, meminta ibu untuk menrik nafas panjang dan

menanyakan apakah ada rasa nyeri di bagian perut bawah.

18. Memeriksa saluran vagina adakah duh tubuh, ulkus dengan cara:

a. Menyiapkan dan menyalakan lampu periksa

b. Melakukan pengambilan specimen duh tubuh pada saluaran vagina

c. Mengambil kaps lidi yang baru, mengusapkan kapas lidi pada

saluran vagina bagian dalam dengan gerakan melingkar ke kana

dan diamkan beberapa saat untuk penyerapan cairan / secret

19. Memeriksa portio cervix : licin, eritema, erosi, duh tubuh

20. Melakukan pengambilan specimen pada portio servix:

a. Mengambil kapas lidi yang baru dengan tangan kanan, tangan kiri

memfiksasi / memegang pegangan speculum

b. Memasukkan ujung kapas lidi dan mengoleskan pada daerah portio

servix. Gerakkan kapas lidi melingkar kekanan dan diamkan

beberapa saat untuk penyerapan cairan / sekret


48

c. Mengoleskan secret yang ada diujung lidi kapas pada kaca objek

yang telah diberikan nomer untuk dibuat sediaan.

21. Melakukan pengambilan specimen pada leher servix:

a. Mengambil kapas lidid yang baru dengan tangan kanan, tangan kiri

memfiksasi / memegang pegangan speculum.

b. Memasukkan ujung kapas lidi dan mengoleskan dan

menggerakkan kapas lidi melingkar ke kanan sekeliling daerah

leher servix, dan diamkan beberapa saat untuk pnyerapan cairan /

secret

c. Mengoleskan secret yang ada di ujung lidi kapas pada kaca objek

yang sama untuk dibuat sediaan.

d. Memberikan sediaan specimen kepada asisten untuk dikirim

kelaboratorium

22. Bila pada pemeriksaan ada gejala-gejala IMS, maka beritahukan pada

ibu hasilnya dan pemasangan IUD ditunda dan mengajurkan ibu untuk

memakai kontrasepsi barier (kondom) samapi IMS nya selesai diobati

dan sembuh

23. Melepaskan speculum dengan melonggarkan skrupnya, menutup mulut

speculum, memutar speculum sampai pegangan mengarah ke paha

kanan ibu, lalu menarik speculum keluar dari saluran vagina

24. Mempersilahkan ibu untuk turun dari meja ginekologi dan memakai

celananya. Kemudian mempersilahkan ibu duduk di kursi yang

tersedia
49

25. Mengkonsulkan hasil pemeriksaan pada dokter untuk diberi obat

sesuai jenis IMS nya

26. Mencatat hasil pemeriksaan pada kartu status dan memberitahukan

hasilnya pada ibu dan menyanyakan apakah ada yang ditanyakan

mengenai hasilpemeriksaan

27. Bila pada pemeriksaan tidak ada gejala-gejala IMS, maka melakukan

persiapan untuk pemasangan IUD tanpa melepas speculum

28. Memberitahukan pada ibu bahwa akan dilakukan pemasangan IUD,

tanyakan pada ibu, apakah ada yang ingin ditanyakan sebelum IUD di

pasang

29. Memeriksa tanggal kadaluarsa kemasan IUD

30. Memasukkan lengan IUD kedalam kemasan sterilnya dengan cara:

a. Meletakkan kemasan diatas permukaan datar, keras dan bersih,

dengan kertas penutup yang transparan menghadap keatas.

Membuka kertas penutup dibagian ujung yang berlawanan dari

tempat IUD sampai kira-kira sepanjang setengah jarak dengan

leher biru pada inserter

b. Mengangkat kemasan dengan memegang bagian yang sudah

dibuka. Kedua bagian kertas penutup yang sudah terbuka dilipat

kesetiap sisinya dan dipegang saat mengangkat, sehingga

pendorong tetap steril waktu dimasukkan kedalam tabung inserter.

Dengan tangan yang lain memasukkan pendorong kedalam tabung


50

inserter dan mendorong dengan hati-hati sampai menyentuh ujung

batang IUD.

c. Meletakkan kembali kemasan pada tempat datar dengan bagian

transparan menghadap keatas

d. Memegang dan menahan kedua ujung lengan IUD dari atas

penutup transparan dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri.

Tangan kanan mendorong kertas pengukur dari ujung kemasan

yang sudah dibuka sampai ke ujung kemasan yang masih tertutup,

sehingga lengan IUD berada diatas kertas pengukur. Sambil tetap

memegang ujung kedua lengan IUD, dorong inserter dengan

tangan kanan sampai kepangkal lengan sehingga ke dua lengan

IUD akan terlipat mendekati tabung inserter.

e. Tahan kedua lengan IUD yang sudah terlipat dengan menggunakan

ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Tarik tabung inserter melewati

kedua ujung lengan, kemudian dorong kembali dan putar sampai

ke dua ujung lengan masuk kedalam tabung inserter dan terasa ada

tahanan yaitu pada lempengan tembaga

f. Pegang leher biru pada tabung inseter dari atas penutup transparan

dan dorong tabung inserter sampai jarak antara ujung lengan yang

terlipat dengan ujung leher biru bagian depan (dekat batang IUD)

sama pangjangnya dengan kedalaman kavum uteri yang telah

diukur dengan sonde. Putar tabung inserter sampai sumbu panjang


51

leher biru berada pada posisi horizontal sebidang dengan lengan

IUD.

g. IUD siap dipasang pada uterus. Membuka seluruh penutup

transparan dengan hati-hati

31. Menyiapkan dan menyalakan lampu periksa untuk melihat servix.

Memeriksa kembali apakah posisi speculum tetap terfiksasi dan portio

servix terlihat jelas.

32. Menjepit servix dengan tenakulum pada posisi fertikal (pada posisi

jam 10.00 / 12.00) secara hati-hati. Jepit pada 1 posisi saja.

33. Memasukkan sonde uterus dengan teknik denga tidak menyentuh

dinding vagina atau bibi speculum (no touch technique) secara

perlahan dan hati-hati. Menentukan posisi uterus dan kedalaman

kavum uteri dengan melihat posisi sonde yang sudah masuk keuterus.

Kemudian mengeluarkan sonde.

34. Memasang IUD kedalam uterus dengan cara:

a. Menarik tenakulum (dengan posisi masih menjepit servix),

sehingga kavum uteri, kanalis servikalis vagina berada dalam satu

garis lurus.

b. Memasukkan tabung inserter yang berisi IUD dengan pelan dan

hati-hati kedalam kanalis servikalis dengan mempertahankan posisi

leher biru dalam arah horizontal, sampai terasa ada tahanan dari

vundus uteri. Memastikan leher biru tetap dalam horizontal.


52

c. Memegang dan menahan tenakulum dan mendorong dengan satu

tangan, sedangkan tangan yang lain menarik tabung inserter sampai

pangkal pendorong.

d. Mengeluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan

tabung inserter setelah pendorong keluar dari tabung inserter,

dorong kembali tabung inserter dengan pelan dan hati-hati sampai

terasa ada tahanan fundus. Menanyakan pada ibu apakah ada rasa

sakit atau nyeri disekitar perutnya.

e. Mengeluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis.

Pada waktu benang tampang menyembulkeluar dari lubang servix

sepanjang 3-4 cm, potong benang dengan gunting mayo yang

tajam.

f. Mengeluarkan seluruh tabung inserter dari kanali servikalis.

g. Melepaskan jepitan tenakulum. Bila ada perdarahan tekan dengan

kasa steril sampai perdarahan berhenti

35. Melepaskan speculum dengan melonggarkan skrupnya, menutup mulut

speculum, memutar speculum sampai peganggan mengarah ke paha

kanan ibu, lalu menarik speculum keluar dari saluran vagina

36. Melepaskan sarung tangan setelah memindahkan peralatan yang telah

dipakai kedalam baskom / ember yang berisi larutan klorin

37. Memberitahukan pada ibu bahwa pemasangan IUD sudah selesai, dan

menanyakan pada ibu apakah ada rasa sakit / nyeri di sekitar perutnya
53

38. Mempersilahkan ibu untuk turun dari meja ginekologi dan memakai

celananya, kemudian mempersilahkan ibu duduk di kursi yang tersedia

39. Mencatat hasil pemasangan IUD pada kartu status dan melengkapi

kartu IUD untuk ibu. Memberitahukan hasilnya pada ibu dan

mananyakan apakah ada ditanyakan mengenai hasil pemasanga IUD.

Membuat rekam medic dan melakukan pencatatan pada buku register /

catatan akseptor

40. Mengucapkan terima kasih pada ibu atas kunjungannya:

“ Bu, terima kasih atas kunjungannya, semoga KB nya berhasil”.

D. PENYULUHAN KEPADA IBU

1. Memberitahu kapan ibu harus dating kembali untuk control dan

mengingatkan kembali masa pemakaian IUD. Control setelah 4-6

minggu setelah pemasangan IUD

2. Memberitahukan pada ibu cara memeriksa sendiri benang IUD, yaitu

dengan cara memasukkan jari tangan yang sudah dicuci sebelumnya

kedalam alat kelaminnya, dan mencari / meraba apakah ada benang

seperti senar didalamnya.

3. Menganjurkan ibu untuk kembali memeriksakan diri bila:

a. Tidak dapat meraba benang IUD

b. Merasakan bagian yang keras dari IUD

c. IUD terlepas

d. Siklus haid terganggu


54

e. Mengeluarkan cairan yang berlebihan dari vagina

f. Adanya gejala infeksi pada alat kelamin yaitu cairan barbau,

bengkak, kemerahan, nyeri, panas.

g. Nyeri setelah senggama

h. Perdarahan setelah senggama

i. Kram / kejang pada perut bagian bawah

4. Memberitahukan pada ibu bahwa IUD Copper T-380 A perlu dilepas

setelah 10 tahun atau kurang dari saat pemasangan

5. Menanyakan kepada ibu apakah ada yang mau ditanyakan lagi tentang

hasil penyuluhannya

E. SETELAH PEMASANGAN IUD

1. Melakukan proses dokontaminasi pada semua peralatan yang dipakai

dengan merendam dalam larutan klorin 0,5% dan membersihkan

permukaan yang terkontaminasi dengan mengelap dengan kain basah

2. Membuang sampah medis (kassa, sarung tangan sekali pakai dll) dan

sampah non medis ke tempat sampah yang sesuai, tanpa melepaskan

sarung tangan

3. Melepaskan sarung tangan pakai ulang dan rendam dalam larutan

klorin 0,5% untuk dekontaminasi

4. Mencuci tangan dengan air sabun kemudian mengeringkan dengan

kain atau henduk bersih.

Anda mungkin juga menyukai