Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ABSTRACT
This paper is the result of library research, aims at answering for main questions as follow (1) What
is instructional leadership? (2) What variables in instructional leadership? (3) Why instructional
leadership is important to be implemented in Indonesia? (4) How to implement instructional leadership
strategies? The results of this study are (1) Instructional leadership is the leadership to focus on
improving the quality of learning and teaching, (2) Instructional leadership strategies should be
applied in Indonesia include modeling, monitoring, professional dialogue, and discussion.
Keywords: kepemimpinan instruksional, konsep dan aplikasi kepemimpinan instruksional.
69
Jurnal Penelitian. Volume 20, No. 1, November 2016, hlm. 69-80
supervisi klinis. Penelitian ini menunjukkan bahwa di Bali, Surabaya, Jawa Tengah, Bekasi, Jawa Barat,
pentingnya peran seorang pemimpin. Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sebagainya
Terdapat 11 model kepemimpinan menurut Bush yang tidak lagi beroperasi. Sekolah-sekolah yang
(2008) dan Friar (2014) yaitu (1) kepemimpinan semula diincar konsumen lantaran unggul dan
instruksional, (2) kepemimpinan transformasional, jaminan kualitas, menjadi jatuh terpuruk dan sepi
(3) kepemimpinan moral, (4) kepemimpinan partifipasif, peminat. Sebaliknya sekolah yang semula hanya
(5) kepemimpinan manajemen, (6) kepemimpinan biasa-biasa saja, berubah menjadi idola dan diminati
post modern, (7) kepemimpinan interpersonal, masyarakat (Wibowo, 2014). Inilah fenomena yang
(8) kepemimpinan kontigensi, (9) kepemimpinan terjadi pada sekolah kita yang penyebabnya bukan
transaksional, (10) kepemimpinan distribusi, dan saja karena sumber daya dan fasilitas yang minim
(11) kepemimpinan emosional. Dalam penulisan melainkan sumber daya manusia dan sarana
ini penulis mengambil salah satu dari model prasarana. Sumber daya manusia yang dimaksud
kepemimpinan yaitu kepemimpinan instruksional. salah satunya adalah kepala sekolah. Peran kepala
Sekalipun demikian belum ada penelitian sekolah sangat diperlukan sebagai penggerak
mengenai peranan kepemimpinan instruksional di manajeman sekolah.
Indonesia. Kepemimpinan instruksional adalah Situasi seperti di atas sangat membutuhkan
pemimpin yang sangat peduli terhadap proses pemimpin yang sunguh-sungguh peduli terhadap
mengajar dan belajar, termasuk proses belajar bagaimana caranya meningkatkan kualitas
profesional gur u ser ta per tumbuhan siswa pembelajaran di sekolah dan bukan pemimpin yang
(Southworth, 2002: 79). Kepemimpinan instruksional fungsinya menyelesaikan tugas-tugas administratif
ini sangat penting diterapkan dalam dunia pendidikan dan manajerial. Cara untuk meningkatkan kualitas
Indonesia karena berdasarkan hasil penelitian jika pembelajaran di sekolah pada mulanya diarahkan
seorang kepala sekolah menggunakan kepemimpinan kepada seorang guru. Keberhasilan seorang guru
instruksional maka kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di
tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan sekolah salah satu faktor utama yang mendukung
terhadap prestasi belajar siswa (Pramudia, 2012). adalah seorang kepala sekolah. Fungsi dan tugas
Peranan kepemimpinan instr uksional dalam serta tanggung jawab guru yang memiliki tugas
meningkatkan profesionalisme guru sudah lama tambahan sebagai seorang kepala sekolah telah
diakui sebagai suatu faktor penting dalam organisasi diatur dalam Undang-Undang nomor 28 Tahun 2010
sekolah, ter utama terkait tanggung jawabnya tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di Madrasah. Dalam Undang-Undang tersebut telah
sekolah (Gorton, 1991; Hallinger & Leithwood, 1994 diatur bahwa kepala sekolah mempunyai tugas
dalam Kusmintardjo, 2015). tambahan yaitu memimpin sekolahnya. Sebelum
Dikatakan juga bahwa kepemimpinan diangkat menjadi kepala sekolah, ia akan melewati
instruksional mempunyai peran yang sentral dalam beberapa seleksi sehingga yang kompeten akan
menciptakan kondisi dan lingkungan sekolah yang dilatih dalam persiapan menjadi seorang kepala
dapat mendorong pencapaian prestasi siswa yang sekolah. Pendidikan dan pelatihan calon kepala
optimal. Fakta lain menunjukkan bahwa kebijakan sekolah/madrasah adalah suatu tahapan dalam
menaikkan kualitas pendidikan tidak dapat proses penyiapan calon kepala sekolah/madrasah
dipisahkan dari beberapa faktor utama seper ti melalui pemberian pengalaman pembelajaran
proses pembelajaran siswa, proses mengajar guru teoretik maupun praktik tentang kompetensi kepala
dan kepemimpinan di tingkat sekolah. Bagaimana sekolah/madrasah. Pendidikan diakhiri dengan
pemimpin melaksanakan dan guru mengajar serta siswa penilaian sesuai standar nasional dan ser tifikat
belajar akan mempengaruhi kuliatas pendidikan. kepala sekolah/madrasah adalah bukti formal
Kepala sekolah tidak hanya pemimpin di tingkat sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru
sekolah, tetapi kepala sekolah juga dapat menentukan bahwa yang bersangkutan telah memenuhi
kinerja guru dan mempengaruhi kondisi sekolah kualifikasi dan kompetensi untuk mendapat tugas
yaitu iklim sekolah (Rathana, 2013). tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah.
Sebagaimana diberitakan, pada tahun 2013 Untuk itu, penulis tertarik untuk mengkaji
lalu sudah beberapa sekolah negeri maupun swasta bagaimana peran kepemimpinan instr uksional
70
Audra Febriandini Logho, Peranan Kepemimpinan Instruksional dalam Pendidikan ....
di Indonesia. Secara rinci, tujuan penulisan ini pengajaran mer ujuk kepada bentuk arahan,
ialah untuk mengetahui: (1) Apakah kepemimpinan menunjukkan cara, penerangan secara lisan maupun
instruksional itu? (2) Apa saja variabel dalam tulisan dengan tujuan agar orang lain memahami.
kepemimpinan instr uksional? (3) Mengapa Dengan kata lain instruksional mengarahkan kepada
k e p e m i m p i n a n i n s t r u k s i o n a l pentinguntuk bagaiman (how) cara atau strategi atau aksi
diterapkan di Indonesia? (4) Bagaimana strategi pengajaran yang terlibat semasa pelaksanaan.
menerapkan kepemimpinan instruksional? Seperti yang dikatakan oleh Mauritz (1967) dalam
Eng dan Ramaniah (2012) bahwa instr uksi
merupakan interaksi yang terjadi antara pengajar
2. LANDASAN TEORI dan muridnya.
Leithwood et al 1999, p.8 dalam Bush dan
2.1 Konsep Kepemimpinan Glover (2003) mengemukakan bahwa kepemimpinan
Instruksional instruksional merupakan pemimpin harus fokus
Kepemimpinan instruksional atau bisa juga memperhatikan perilaku gur u karena mereka
disebut dengan kepemimpinan pembelajaran terlibat dalam kegiatan langsung mempengaruhi
(instructionnal leadership) disebut juga education pertumbuhan siswa. Hal tersebut ditegaskan ulang
leadership, school leadership, visionary leadership, and oleh Kleine-Kracht (1993) kepemimpinan pembelajaran
teaching, learningleadership, and supervision dapat terjadi secara langsung (direct instructional
leadership (Huber, 2010) memiliki sejarah penemuan leadership) dan tidak langsung (indirect instructional
yang panjang. Berawal pada tahun 1960, para kepala leadership). Kepala sekolah ber tindak sebagai
sekolah meningkatkan mutu pembelajaran dengan direct instructional leaders bilamana mereka bekerja
melakukan obser vasi ke kelas-kelas. Pada 1970 dengan gur u-gur u dan staf lainnya untuk
ketika Amerika Utara, Inggris, dan Australia mengembangkan belajar siswa. Tindakan-tindakan
menerapkan sistem inspeksi terhadap pembelajaran, seperti merencanakan pengajaran, observasi guru,
peranan kepala sekolah sangat ditekankan. Pada mengadakan pertemuan balikan dengan guru, atau
tahun 1970-an sampaiawal1980-an, buku teks pemilihan materi pembelajaran adalah merupakan
administrasi pendidikan difokuskan pada supervisi. tindakan direct instructional leadership dari kepala
Beberapa literatur mengungkapkan bahwa supervisi sekolah. Sebaliknya, kepala sekolah juga dapat
dapat meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Kepala ber tindak sebagai indirect instructional leaders
sekolah adalah orang yang paling ber tanggung dengan cara memberikan kemudahan kemudahan
jawab terhadap kepemimpinan pembelajaran dan atas kepemimpinan orang lain dengan membangun
pengembangan kurikulum (Gurr & Drysdale, 2008 kondisi-kondisi yang mendukung pelaksanaan
dalam Usman dan Raharjo, 2013). Sejak tahun 1970 pengajaran, membantu menyusun standar penetapan
definisi kepemimpinan pembelajaran masih materi pelajaran, seleksi gur u, dan mengatur
membingungkan. Kepemimpinan pembelajaran lingkungan internal dan eksternal sekolah.
mencapai puncaknya di Amerika Utara pada tahun Disisi lain menur ut Southwor th (2002)
1980 dan fokus kepemimpinan pada peran kepala kepemimpinan instr uksional sangat berkaitan
sekolah dalam kepemimpinan pembelajaran dengan proses belajar mengajar, ter masuk
(Murphy, 1990 dalam Usman dan Raharjo, 2013). pembelajaran profesional oleh gur u sesuai
Kepemimpinan instruksional telah dilaksanakan atau perkembangan siswa. Pernyataan ini dukung oleh
digunakan di Indonesia ketika Direktorat Tenaga Hallinger (2003) menyatakan bahwa kepemimpinan
Kependidikan Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik instruksional merupakan pemimpin yang fokus pada
dan Tenaga Kependidikan mulai mengadakan kurikulum dan pembelajaran sedangkan menurut
pelatihan kepala sekolah pada tahun 2010. Bush dan Glover (2003) mengemukakan bahwa
“Instruksional” berasal dari Bahasa inggris pemimpin fokus pada pengajaran, pembelajaran dan
dengan kata dasar “Instruct” yang artinya “ajar”. perilaku guru. Sehingga dari pendapat para ahli
Sehingga istilah instr uksional yang ar tinya diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
“pengajaran” atau “proses mengajar sesuatu”. Hal ini instruksional merupakan proses memimpin yang
merujuk kepada suatu proses, bentuk atau cara dilakukan oleh seseorang dalam hal ini kepala
penyampaian sesuatu kepada orang lain. Kata sekolah melalui Guru kepada anak didik. Proses
71
Jurnal Penelitian. Volume 20, No. 1, November 2016, hlm. 69-80
yang dimaksud terdiri dari proses pembelajaran, meliputi empat kategori yaitu: (1) keteladanan;
proses pengajaran, perilaku guru, dan kurikulum. (2) pembelajaran di kelas dan di luar kelas; (3) kultur
Dengan kata lain kepemimpinan instr uksional (budaya) sekolah; dan (4) penguatan. Keteladanan
merupakan kepemimpinan yangfokus pada peningkatan yang dimaksud adalah ucapan, bahasa tubuh, sikap,
mutu pembelajaran anak didik melalui guru. dan tindakan positif yang dapat dicontoh oleh orang
lain. Keteladanan sebagai pemimpin instruksional
2.2 Strategi Kepemimpinan ditunjukkan oleh gejala-gejala (fenomena) yang tampak
Instruksional secara fisik yaitu: guru produktif. Guru produktif
Strategi dalam kepemimpinan pembelajaran disini adalah guru yang memiliki komitmen dan
yang efektif menurut beberapa ahli yaitu, Hallinger tanggung jawab yang tinggi terhadap mutu proses
( 1 9 9 3 ) d a l a m Wa r d a n i & I n d r i a y u ( 2 0 1 5 ) dan hasil pembelajaran. Sebagai kepala sekolah
mendefinisikan kepemimpinan instruksional yang kepemimpinan instruksional melakukan tugasnya
efektif sebagai berikut: (1) Memaknai visi sekolah dengan: (1) memotivasi guru, (2) memfasilitasi
melalui berbagi pendapat dengan warga sekolah guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
serta mengupayakan agar visi dan misi sekolah pembelajaran, (3) memberi contoh yang baik dalam
tersebut hidup subur dalam implementasinya; menyiapkan, melaksanan, dan menilai pembelajaran
(2) Kepala sekolah melibatkan para pemangku (4) sering berdialog dan berdiskusi dengan guru
kepentingan dalam pengelolaan sekolah (manajemen permasalahan mutu pembelajaran ser ta upaya
par tisipatif); (3) Kepala sekolah memberikan penyelesaiannya, (5) Sering memantau proses
dukungan terhadap pembelajaran; (4) Kepala pembelajaran di kelas dengan cara tidak
sekolah melakukan pemantauan terhadap proses mengganggu proses pembelajaran, (6) memantau
belajar mengajar untuk memahami lebih mendalam kinerja guru (mensupervisi guru), (7) menilai kinerja
dan menyadari apa yang sedang berlangsung di guru, (8) melaksanakan pengaturan pendampingan
dalam sekolah; (5) Kepala sekolah berperan sebagai dan pelatihan, (9) melaksanakan pengembangan
fasilitator sehingga dengan berbagai cara dia dapat keprofesian berkelanjutan guru, (10) mengkoordinasi
mengetahui kesulitan pembelajaran dan dapat kerja tim, dan (11) mengkoordinasikan pembelajaran
membantu guru dalam mengatasi kesulitan belajar kolaboratif.
tersebut. Ar ti kata “pembelajaran” adalah kegiatan
Menur ut Southwor th (2002), strategi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi untuk
kepemimpinan instruksional untuk meningkatkan mentransformasikan, melestarikan, dan mengkritisi
pembelajaran secara efektif yang ditemukan dalam iptek dan kultur yang dilakukan di dalam dan di luar
penelitian dengan pendekatan kualitatifnya pada kelas. Pembelajaran di kelas antara lain ditunjukkan
Kepala Sekolah Dasar di Inggris dan Wales ada oleh gejala-gejala: pembelajaran dilaksanakan
tiga strategi yaitu: (1) modeling; (2) monitoring; dan melalui proses belajar setiap materi pelajaran atau
(3) professional dialog and discussion. Modelling kegiatan yang dirancang khusus. Setiap kegiatan
artinya keteladanan kepala sekolah menjadi contoh belajar mengembangkan kemampuan dalam
atau model yang ditiru oleh guru di sekolah yang ranah kognitif, afektif, dan psikomotor sedangkan
dipimpinnya. Monitoring ar tinya melakukan pembelajaran di luar kelas dilaksanakan melalui
pemantauan kinerja gur u ke kelas saat gur u kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.
melaksanakan proses pembelajaran di kelas serta “Kultur sekolah” adalah keyakinan-keyakinan,
memanfaatkan hasil pemantauan tersebut untuk nilai-nilai, norma-norma, tradisi bersama yang
pembinaan lebih lanjut. Professional dialog and mengikat kebersamaan seluruh warga sekolah.
discussion artinya berarti membicarakan secara aktif, Strategi yang terakhir “penguatan” yang mana
interaktif, efektif, aspiratif, inspiratif, produktif, merupakan usaha-usaha profesional yang dilakukan
demokratik dan ilmiah tentang hasil penilaian kinerja untuk meningkatkan mutu hasil dan proses
dan rencana tindak lanjut peningkatan mutu proses pembelajaran di dalam dan di luar kelas. Dari ketiga
dan hasil pembelajaran siswa. ahli diatas penulis mengambil kesimpulan dengan
Di sisi lain, menurut Usman dan Raharjo menggunakan arti kata menurut Southworth (2002)
(2013) menyatakan strategi kepemimpinan instruksional bahwa pada dasarnya untuk menciptakan strategi
72
Audra Febriandini Logho, Peranan Kepemimpinan Instruksional dalam Pendidikan ....
73
Jurnal Penelitian. Volume 20, No. 1, November 2016, hlm. 69-80
perilaku. Dengan demikian, pendidikan bukan sana, biaya sekolah yang sangat mahal sehingga
sekadar pengajaran dalam kegiatan mentransfer banyak orang tua memutuskan agar anaknya tidak
ilmu, teori, dan fakta-fakta akademik semata; atau melanjutkan studi sampai ke jenjang Sekolah
bukan sekedar ujian saja. Pendidikan pada Menengah Atas, minimalnya tenaga pendidikan
hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta yang ahli pada bidangnya, sangat banyak terjadi
didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, jika seorang guru yang ahli pada bidang Kimia
ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, mengajarkan Matematika. Faktor lain ialah
dan dari buruknya hati, aklak, dan keimanan. kurangnya kontrol dan tindak lanjut dari pemerintah
Untuk melakukan proses pembebasan peserta terhadap hasil kinerja kepala sekolah sehingga dari
didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, tahun ke tahun tidak terjadinya perubahaan jika
ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, masa kepemimpinan kepala sekolah yang sama.
dan dari buruknya hati, akhlak, dan keimanan pada Di sisi lain kurikulum pendidikan di Indonesia
zaman sekarang ini bukanlah hal yang sulit karena ter us berganti seiringan bergantinya menteri
telah didukung oleh perkembangan teknologi yang pendidikan kita, mulai dari kurikulum tahun 1994
begitu pesat. Faktanya penggunaan internet terbesar sampai saat ini yang masih diuji cobakan yaitu
di Indonesia berasal dari kalangan anak-anak dan kurikulum 13. Hal ini menunjukkan belum adanya
remaja yang merupakan generasi penerus bangsa kesiapan dari pemimpin kita tentang perubahan
kita. Penggunaan internet dikalangan anak dan zaman dan perubahan karakter anak yang semakin
remaja mencapai 30 juta jiwa, data tersebut didapat hari semakin tidak jelas kemana arah perubahaan
dari penelitian yang dilakukan oleh lembaga PBB yang terjadi. Dampak dari perubahan kurikulum
untuk anak-anak, UNICEF bersama para mitra sangat dirasakan oleh sekolah sebagai pelaksana
termasuk Kementrian Komunikasi dan Informatika pendidikan, kepala sekolah, tenaga kependidikan
dan Universitas Harvard, AS dengan rincian dapat dan peserta didik.
sebagai berikut 98 persen dari anak-anak dan remaja Adapun beberapa tokoh yang sedang
mengaku tahu tentang internet dan 79,5 persen menggunakan gaya kepemimpinan intruksional di
diantaranya adalah pengguna internet. Selain itu juga Indonesia antara lain Presiden Joko Widodo yang
terdapat perbedaaan anatara pengguna internet di sekarang sungguh menegaskan bahwa masing-masing
daerah perkotaan, hanya 13 persen dari anak dan menteri merancang dan membuat anggarannya
remaja yang tidak menggunakan internet, sementara sendiri agar dapat dipertanggungjawabakan, dengan
di daerah pedesaan ada 87 persen anak dan remaja demikian akan mengurangi peluang korupsi. Setelah
tidak menggunakan internet (Harian Kompas, 19/ perencanaan keuangan dirancang, ditindak lanjuti
02/2014). dengan pengontrolan yang ketat sehingga
Salah satu fakta diatas merupakan fakta pengeluaran menjadi transparan. Contoh lain adalah
buruk bagi perkembangan anak zaman sekarang bapak Ki Hajar Dewantara yang sungguh merancang
yang sangat peduli terhadap perkembangan pendidikan Indonesia yang mandiri yang tidak ikut-
teknologi maupun internet. Bukan hanya perbedaan ikutan dan mau lepas dari negara asing, ser ta
penggunaan internet antara anak kalangan kota dan dengan semboyannya yang masih didengar sampai
pedesaan, pendidikan yang didapatkan anak kota dan saat ini yaitu “ing ngarsa sung tuladha, ing madya
desapun berbeda. Contoh anak kota dan desa yang mangun karsa, tut wuri handayani”.
dimaksud adalah anak-anak yang berada di daerah Dalam rangka mewujudkan peran kepala
Indonesia Timur dan Indonesia Barat mendapatkan sekolah yang strategis, kepala sekolah har us
pendidikan yang berbeda. Hal tersebut jelas terjadi memiliki kompetensi seperti yang tertuang dalam
dan juga telah dirasakan oleh penulis ketika masih Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
bersekolah di salah satu Sekolah Menengah Atas di Nomor 13 Tahun 2007 (Wibowo, 2014). Salah satu
daerah pedalaman Papua yang sekiranya bisa implementasi dari kompetensi kepala sekolah adalah
dijangkau oleh transportasi udara. Pendidikan yang kepemimpinan pembelajaran, yang dianalogikan
didapat memiliki perbedaan yang sangat signifikan. sebagai organ jantung dalam tubuh manusia yang
Mengapa demikian? Banyak faktor yang mendukung memiliki fungsi sangat penting dalam kehidupan
perbedaan tersebut antara lain, fasilitas perpustakaan manusia. Kepemimpinan pembelajaran yang efektif
baik gedung maupun buku-buku tidak tersedia di dan optimal dari kepala sekolah, akan mewujudkan
74
Audra Febriandini Logho, Peranan Kepemimpinan Instruksional dalam Pendidikan ....
atmosphere academic yang mendukung ketercapaian a) Membuat jadwal, rencana, atau fasilitas
tujuan sekolah. Selain itu juga menurut Wibowo berbagai rapat (perencanaan, pemecahan
(2014) bahwa model kepemimpinan bagi kepala masalah, pengambilan keputusan, atau
sekolah masa depan selanjutnya adalah kepemimpinan pelatihan dalam jabatan) gur u yang
intruksional, yang mana fokus dari kepemimpinan membicarakan isu-isu pembelajaran;
ini ialah pada pembelajaran dan mengajar ketimbang b) Memberi kesempatan gur u untuk
bertindak sebagai manajer. Untuk itu kepemimpinan mengikuti pelatihan tentang kolaborasi,
intr uksional ini sangat dibutuhkan pada masa membuat keputusan bersama, coaching,
mendatang. Selain itu juga berdasarkan hasil mentoring, pengembangan kurikulum dan
penelitian Davis dan Tomas (1989) dalam Wibowo presentasi;
(2014) bahwa sekolah efektif mempersyaratkan c) Memberi motivasi dan sumberdaya pada
kepemimpinan pembelajaran yang tangguh dari guru untuk berpartisipasi dalam aktivitas
kepala sekolahnya. Sedangkan menurut Usman pengembangan profesional.
(2012) dalam Wibowo (2014) bahwa kepemimpinan 2) Memberi contoh yang baik dalam menyiapkan,
instruksional ini bermanfaat bagi anak didik, guru, melaksanakan, dan menilai pembelajaran
sekolah yang menggunakan kepemimpinan yaitu sebagai berikut:
instruksional, orang tua, pengguna lulusan dan juga a) Mendesain pembelajaran dengan melibatkan
kepala sekolah itu sendiri. gur u-gur u agar secara bersama-sama
Manfaat bagi anak didik adalah dapat mengembangkan dan menerapkan
( 1 ) meningkatkan mutu pelayanan pembelajaran tujuan serta sasaran pembelajaran yang
dan (2) meningkatkan hasil belajar anak didik. hendak dicapai sekolah (Yaumi, 2013);
Manfaat bagi gur u yaitu (1) meningkatkan b) Desain pembelajaran yang dilakukan
kompetensi guru, dan (2) meningkatkan kinerja secara bersama har us mengacu pada
guru. Bagi sekolah (1) meningkatkan mutu lulusan kurikulum yang telah ditetapkan oleh
dan (2) meningkatakan mutu ser ta akreditasi pemerintah atau sistem pendidikan dalam
sekolah. Manfaat lain bagi kepala sekolah ialah mengembangkan program pembelajaran
(1) memfokuskan perhatian kepala sekolah pada (McEwan (2002) dalam Wibowo, 2014);
pembelajaran anak didik dan (2) dapat meningkatkan c) Menganalisis pembelajaran apakah aktivitas
kinerja kepala sekolah. Manfaat lain dirasakan oleh sekolah dan kelas konsisten dengan tujuan
orang tua yaitu (1) dapat meningkatkan kepercayaan pembelajaran. Rumusan tujuan pembelajaran
orang tua terhadap sekolah dan (2) meningkatkan mengacu pada standar kompetensi (SK)
kepuasan orang tua terhadap sekolah. Sementara bagi dan kompetensi dasar (KD) yang secara
pengguna lulusan memiliki manfaat (1) meningkatkan nasional dirumuskan melalui Peraturan
kepercayaan terhadap mutu lulusan sebuah sekolah Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23
dan (2) meningkatkan pelamar pekerjaan yang Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006 tentang
bermutu. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
(Yaumi, 2013);
4.2 Strategi Menerapkan d) M e n g e v a l u a s i p e n c a p a i a n t u j u a n
Kepemimpinan Instruksional pembelajaran. Untuk membantu
Di bawah ini penulis menawarkan langkah– mengevaluasi Gagne dan Briggs (1979)
langkah penerapan strategi kepemimpinan instruksional dalam Yaumi (2013) memberikan beberapa
yang sebaiknya dilakukan oleh kepala sekolah. pertanyaan yang mencakup: (1) Sejauh mana
1) Kepala sekolah berperan sebagai fasilitator tujuan pembelajaran yang dikembangkan
yaitu sebagai penyedia fasilitas. Penyedia memenuhi kriteria?; (2) Dengan cara apa
fasilitas bukanlah sebagai orang yang dan pada tingkat yang mana produk atau
menyediakan sarana prasarana untuk guru sistem pembelajaran yang dikembangkan
melainkan menyediakan fasilitas dalam lebih baik dibandingkan dengan produk
mengembangkan kemampuan profesional lain yang sudah ada?; (3) Apa dampak
guru dengan langkah-langkah sebagai berikut tambahan yang mungkin tidak diantisipasi
(McEwan, 2002 dalam Wibowo, 2014): yang timbul selama implementasi dan
75
Jurnal Penelitian. Volume 20, No. 1, November 2016, hlm. 69-80
sejauh mana tingkat kebaikan atau para guru. Adapun langkah- langkah untuk
keburukan produk dibandingkan dengan menumbuhkan motivasi melalui:
produk lain yang tersedia? a) Pengaturan lingkungan fisik (ruang kerja,
3) Membangun kultur sekolah. Kultur yang ruang belajar, ruang perpustakaan, ruang
dibangun adalah perilaku kultur atau (cultural laboratorium, bengkel) yang kondusif
behaviors) yang mengacu pada aspek-aspek (nyaman dan menyenangkan;
kultur dari kepemimpinan. Fungsi kepala b) Pengaturan suasana kerja yang tenang dan
sekolah sebagai pemimpin kultur adalah menyenangkan. Misalnya kepala sekolah
sebagai high priest di sekolah (Sergiovani, 1991 harus mampu menciptakan hubungan
dalam Kusmintardjo, 2015). Dalam memainkan hubungan kerja yang harmonis antar
perannya sebagai pemimpin kultur kepala sesama guru;
sekolah mengidentifikasi diri dengan kekuatan c) Kepala sekolah menanamkan disiplin kepada
nilai-nilai (values) dan keyakinan-keyakinan semua bawahan. Untuk mewujudkan
(beliefs) tentang sekolah yang membuat sikap disiplin ini sebaiknya kepala sekolah
sekolah menjadi unik. Pemimpin kultur (1) membantu guru dalam mengembangkan
berusaha membangun tradisi-tradisi sekitar pola perilakunya; (2) membantu guru
sekolah menjadi lebih bernilai tinggi (Ubben meningkatkan standar perilakunya;
dan Hughes, 1992 dalam Kusmintardjo, 2015). (3) melaksanakan semua aturan yang
Perilaku kultur yang dimaksudkan dalam hal telah disepakati bersama;
ini yaitu menciptakan budaya dan iklim d) Kepala sekolah mendorong guru agar
sekolah yang kondusif bagi pembelajaran, bekerja lebih giat apabila kegiatan yang
yaitu dengan cara: dilakukan oleh gur u menarik dan
a) Menciptakan suasana kelas yang layak menyenangkan;
bagi anak didik untuk belajar; e) Memberikan penghargaan kepada guru
b) Mendorong agar guru berperilaku positif untuk meningkatkan profesionalisme guru.
dalam kelas sehingga membuat iklim 5) Melakukan supervisi kepada guru. Salah satu
pembelajaran baik dan ter tib didalam tugas kepala sekolah adalah manjadi supervisor,
kelas; yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan
c) Menyampaikan pesan yang memotivasi oleh tenaga kependidikan. Supervisi merupakan
anak didik untuk sukses; suatu proses yang dirancang secara khusus
d) Membuat kebijakan yang berkaitan dengan untuk membantu para guru dan supervisor
kamajuan belajar siswa (pekerjaan rumah, dalam mempelajari tugas sehari-hari di
penilaian, pemantauan kemajuan belajar, sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan
remedial, laporan hasil belajar, kenaikan/ dan kemampuannya untuk memberikan
tinggal kelas) meliputi: (1) Menetapkan layanan yang lebih baik pada orang tua
sasaran prestasi anak didik yang akan peserta didik dan sekolah, serta berupaya
dikomunikasikan secara langsung menajdikan sekolah sebagai masyarakat
dengan anak didik, guru dan orang tua; belajar yang lebih efektif (Sergiovani dan
(2) Mentapkan aturan yang jelas mengenai Starrat, 1993 dalam Mulyasa, 2007). Salah satu
waktu penggunaan kelas untuk pembelajaran super visi akademik yang digunakan adalah
dan monitor waktu efektif penggunaanya; super vsi klinis. Adapun karakteristik dari
(3) Mentapkan, melaksanakan, dan supervisi ini adalah sebagai berikut:
mengevaluasi prosedur serta aturan untuk a) Super visi yang diberikan adalah berupa
menangani dan mnegakkan masalah- bantuan bukan perintah, sehingga inisiatif
masalah disiplin, bersama dengan guru diharapkan tetap ada pada guru;
dan anak didik. b) Aspek yang disupervisi berdasarkan usul
4) Menjadi motivator. Sebagai seorang motivator, dari guru, yang dikaji bersama kepala
kepala sekolah harus memiliki strategi yang sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan
tepat untuk memberikan motivasi kepada kesepakatan;
76
Audra Febriandini Logho, Peranan Kepemimpinan Instruksional dalam Pendidikan ....
c) Instr umen dan metode oebser vasi karena ingin tahu. Kemampuan menyimpulkan
dikembangkan secara bersama oleh guru masih rendah karena belum mampu
dan kepala sekolah; menyimpulkan berbagai informasi. Siswa
d) Mendikusikan dan menafsirkan hasil cenderung belum mampu mengkomunikasikan
pengamatan dengan mendahulukan pikerannya baik secara tertulis, bahasa tubuh,
interpretasi guru; mau pun lisan karena kurang menguasai
e) Super visi dilakukan dalam suasana substansi, dan bahasa Indonesia. Adapun cara
terbuka, tatap muka, dan supervisor lebih yang digunakan kepala sekolah melalui guru
banyak mendengarkan serta menajwab atau kepala sekolah secara langsung mengajar
pertanyaan guru dari pada memberi saran didalam kelas, dalam menciptakan pembelajaran
dan pengarahan; yang kreatif, profesional dan menyenangkan
f) Supervisi klinis memiliki tiga tahapan yaitu yaitu sebagai berikut (Mulyasa, 2007):
pertemuan awal, pengamatan dan umpan a) Menggunakan keterampilan ber tanya
balik; kepada anak didik;
g) Superviai dilakukan secara berkelanjutan b) Memberikan respon kepada anak didik
untuk meningkatkan suatu keadaan dan yang menanggapi pertanyaan dari guru;
memecahkan suatu masalah. c) Memberikan variasi metode pengajaran
6) Dengan Pembelajaran dalam kelas dan agar tidak terkesan monoton dalam belajar;
luar kelas. Temuan penelitian tentang d) Membimbing diskusi kelompok kecil
pembelajaran di dalam dan di luar kelas maupun kelompok besar;
mendukung pernyataan Soutworth (2002), e) Mengelola kelas dengan baik.
Hallinger (2003), dan Bush & Glover (2003) 7) Memaknai visi dan misi sekolah. Kepala
dalam Usman dan Raharjo (2013) yang sekolah memiliki peranan penting dalam
menyatakan kepemimpinan pembelajaran penyusunan dan pengkomunikasian visi serta
adalah kepemimpinan yang fokus pada misi sekolah kepada pihak-pihak terkait.
pembelajaran. Pembelajaran di sini meliputi Menurut Archilles dalam Davis dan Thomas
pembelajaran di kelas dan di luar kelas. (1989) dalam Kusmintardjo. (2015) visi sekolah
Proses pembelajaran tidak hanya menyangkut dapat dikembangkan dengan membaca literatur
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi tetapi tentang sekolah efektif dan mengunjungi
juga meningkatkan kompetensi siswa dalam sekolah efektif serta belajar dari sekolah
melakukan observasi (menyimak, melihat, tersebut. Oleh karena itu penulis menyajikan
membaca, mendengar), bertanya, asosiasi, dibawah ini langkah-langkah untuk memaknai
menyimpulkan, mengkomunikasikan baik visi sekolah:
secara lisan, tertulis, maupun bahasa tubuh) a) Memiliki visi yang jelas tentang apa yang
(Bahan Uji Publik Kurikulum 2013). Hasil ingin dicapai oleh sekolah secara bersama-
penelitian Usman dan Raharjo (2013) sama;
menunjukkan bahwa kebanyakan anak didik b) Dapat mentapkan dan menyampaikan visi
di Indonesia mudah mendapatkan informasi serta sasaran kepada warga sekolah;
dari kelas dan luar kelas, dari guru, dari buku, c) Memiliki kemampuan untuk memantau
dari berbagai sumber lainnya tetapi belum kemajuan sekolah secara kontinyu sesuai
mampu meramunya dalam bentuk kar ya dengan visi sekolah;
ilmiah. Kultur baca siswa kita masih rendah d) Memiliki sikap sportif dan korektif bila ada
karena waktunya tersita oleh sinetron di TV, penyimpangan pelaksanaan kegiatan yang
Short Message (SMS), main game, melihat tidak mengarah pada visi sekolah
hal-hal yang tidak perlu di internet, dan 8) Melibatkan para pemangku kepentingan dalam
berkomunikasi lewat telepon. Siswa kita dapat pengelolaan sekolah dalam hal ini dewan
dikatakan sebagai pendengar yang “baik” pendidikan dan komite sekolah. Adapun peran
karena masih berkultur diam. Siswa takut dari dewan pendidikan dan komite sekolah
bertanya pada hal belajar adalah bertanya adalah sebagai berikut (Mulyasa, 2007):
77
Jurnal Penelitian. Volume 20, No. 1, November 2016, hlm. 69-80
78
Audra Febriandini Logho, Peranan Kepemimpinan Instruksional dalam Pendidikan ....
pihak-pihak terkait bekerja sama secara yang sebaiknya diterapkan di Indonesia adalah
profesional untuk mencapai target yang modeling, monitoring dan professional dialog and
disepakati bersama. discussion. (1) Modeling yang artinya keteladanan
kepala sekolah menjadi contoh atau model yang
ditir u oleh guru di sekolah yang dipimpinnya,
5. KESIMPULAN (2) Monitoring ar tinya melakukan pemantauan
kinerja guru ke kelas saat gur u melaksanakan
Dari penelitian ini ditemukan bahwa proses pembelajaran di kelas serta memanfaatkan
kepemimpinan instruksional merupakan kepemimpinan hasil pemantauan tersebut untuk pembinaan lebih
yang fokus pada peningkatan mutu pembelajaran lanjut, (3) Professional dialog and discussion artinya
anak didik melalui gur u ser ta mer upakan berarti membicarakan secara aktif, interaktif, efektif,
kepemimpinan yang sangat bermanfaat bagi banyak aspiratif, inspiratif, produktif, demokratik dan ilmiah
pihak mulai dari sekolah itu sendiri, kepela sekolah, tentang hasil penilaian kinerja dan rencana tindak
anak didik, guru bahkan bagi pengguna lulusan lanjut peningkatan mutu proses dan hasil
yang menggunakan kepemimpinan instruksional pembelajaran siswa.
ini. Adapun strategi kepemimpinan instruksional
79
Jurnal Penelitian. Volume 20, No. 1, November 2016, hlm. 69-80
80