Anda di halaman 1dari 17

INTEGRASI IMAN, IPTEK,

DAN AKAL
KELOMPOK 6
DISUSUN OLEH :
1. AKHMAD DANUNG Y. (1903431002)
2. DEA AULIA SAKINAH (1903431020)
3. FARAH FITRIA CAHYA H. (1903431012)
INTEGRASI

• Kata “integrasi” berasal dari bahasa latin integer, yang berarti utuh atau menyeluruh.
Berdasarkan arti etimologisnya itu, integrasi dapat diartikan sebagai pembauran hingga
menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.
IMAN

• Iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman
adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan
tindakan (perbuatan). Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang
beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas.
• Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak
diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna.
IPTEK (ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI)
Ilmu pengetahuan

Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistimatisasi, dan


diinterpretasi, menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji
ulang secara ilmiah.
Secara etimologis, kata ilmu berarti kejelasan, karena itu segala yang terbrntuk dari akar
katanya mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya berulang 854 kali
dalam Al-Qur’an. Dari sudut pandang fisafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan
pengetahuan
Teknologi

Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga
memiliki karakteristik obyektif dan netral. Dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena
memiliki potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan. Di sinilah letak perbedaan ilmu
pengetahuan dengan teknologi.
Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga
sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan
manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta. Netralitas teknologi dapat
digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia dan atau digunakan untuk
kehancuran manusia itu sendiri.
AKAL

• Dari segi bahasa, akal berasal dari kata al-‘aql. (Dengan


kekuatan akal orang mendapatkan ilmu dan ilmu yang
digunakan serta dimiliki oleh manusia bergantung pada
“orang berakal adalah
kekuatan akalnya). orang yang mampu
• Selain itu, akal adalah al-hijr, menawan atau mengikat. Kata membatasi dan mencegah
tersebut dari segi bahasa pada mulanya berarti: tali pengikat, hawa nafsunya serta
penghalang. Al-Qur’an menggunakannya bagi sesuatu yang memberikan perlindungan
mengikat atau menghalangi seseorang terjerumus dalam sampai batas-batas yang
diperlukan”
kesalahan atau dosa.
• Selanjutnya akal mengandung arti kebijaksanaan, pemahaman.
Ada pula yang mengartikan akal dengan pembatasan dan
pencagahan, perlindungan atau kemampuan seseorang untuk
menemukan dirinya sendiri.
PANDANGAN ISLAM TERHADAP IPTEK

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit


Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna
dan bumi, dan silih bergantinya malam
bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan
dan siang terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang mementingkan umatnya untuk mempelajari,
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengamati, memahami dan merenungkan segala
mengingat Allah sambil berdiri atau kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam
duduk atau dalam keadaan berbaring sangat mementingkan pengembangan ilmu
dan mereka memikirkan tentang pengetahuan dan teknologi. Dan tidak melandasi
penciptaan langit dan bumi (seraya pengembangan Ipteknya hanya untuk kepentingan
berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah duniawi dan sekular, maka Islam mementingkan
Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi
Maha Suci Engkau, maka peliharalah sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah swt
kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imron dan mengembang amanat Khalifatullah
[3] : 190-191) (wakil/mandataris Allah)
BEBERAPA KEMUNGKINAN HUBUNGAN ANTARA
AGAMA DAN IPTEK

• Berseberangan atau bertentangan,


• Bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai,
• Tidak bertentangan satu sama lain,
• Saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau iptek
mendasari penghayatan agama.
PERAN IPTEKS DALAM BERBAGAI SEKTOR
KEHIDUPAN
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena
kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi
diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia, memberikan banyak
kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas manusia.
Perkembangan teknologi akhir-akhir ini, menjadikan dunia yang amat luas di era globalisasi ini
menjadi sempit, mengecil, dan terbatas. Perubahan ini tentu saja berdampak positif dan negatif bagi
kelangsungan hidup seorang muslim. Dampak negatif dari perubahan dan pergeseran zaman mampu
mengguncang, menggeser, dan mengikis habis nilai-nilai moral dan iman. Bahkan, lebih jauh dari itu
dapat menghancurkan masa depan dan peradaban manusia.
Oleh karena itu, seorang muslim harus membentengi diri dengan keimanan dan keislaman yang kuat.
Tanpa iman yang kokoh kehidupan seorang muslim akan terombang-ambing dan bisa berujung pada
kehancuran. Iman adalah pelita, yang menjadi penerang dan petunjuk pada jalan yang lurus.
MENYELARASKAN IPTEK, IMAN, DAN AKAL

Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak hanya terbatas pada
pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja, melainkan ilmu oleh Allah dirumuskan
dalam lauhil mahfudz yang disampaikan kepada kita melalui Alquran dan As-Sunnah. Ilmu
Allah itu melingkupi ilmu manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri. Jadi bila
diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu merupakan sumber
pengetahuan dan ilmu pengetahuan manusia (knowledge and science).
Ada 4 hal pandangan Islam dalam etos kerja yaitu: Niat (komitmen) sebagai dasar nilai
kerja, Konsep ihsan dalam bekerja, Bekerja sebagai bentuk keberadaan manusia, dan Orang
mukmin yang kuat lebih disukai.
Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan iptek dan imtaq ini diperlukan karena empat alasan:

1. Iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup umat
manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan taqwa kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa
asas imtaq, iptek bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek dapat
mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah secara metodologis,
tetapi batil dan miskin secara maknawi.
2. Pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan pola dan
gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat
berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.
3. Dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan jasmani, tetapi juga membutuhkan imtaq
dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya
akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan
Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan batin, dunia, dan akhirat.
4. Imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia menggapai kebahagiaan
hidup. Tanpa dasar imtaq, segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak
akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa
iman dan upaya mencari ridha Allah SWT, hanya akan menghasilkan fatamorgana yang tidak
menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu.
“Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana
fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang
yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya
sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu
Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup
dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya”. (QS An-Nur : 39 )
Dengan demikian integrasi iptek dan imtaq harus diupayakan dalam format yang tepat
sehingga keduanya berjalan seimbang dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia dan
kebaikan akhirat seperti do’a yang setiap saat kita panjatkan kepada Allah.

•ً‫َو ِﻣ ْﻨﮭُ ْﻢ ﻣَﻦْ ﯾَﻘُﻮ ُل َرﺑﱠﻨَﺎ آﺗِﻨَﺎ ﻓِﻲ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َﺣ َﺴﻨَﺔً َوﻓِﻲ ْاﻵﺧِ َﺮ ِة َﺣ َﺴﻨَﺔ‬
‫َوﻗِﻨَﺎ َﻋﺬَابَ اﻟﻨﱠﺎ ِر‬
Artinya :
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah
kami dari siksa neraka (Q.S. Al-Baqarah : 201).
TANGGUNG JAWAB ILMUWAN TERHADAP
ALAM DAN LINGKUNGAN
• Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai abdun (hamba Allah) dan sebagai
khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan
kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah adalah tanggung jawab
terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan
alam.
• Dalam konteks 'abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah. Posisi ini
memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada
penciptanya. Fungsi yang kedua sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi.
Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya serta
memanfaatkannya dengan sebesar-besarnya untuk kehidupan umat manusia dengan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
KEUTAMAAN ORANG BERIMAN DAN BERILMU

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaannya


karena dibekali potensi. Potensi yang paling utama adalah akal. Akal berfungsi untuk
berpikir, dan hasil pemikirannya itu adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu yang
dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Akan memberikan
jaminan kemashalatan bagi kehidupan umat manusia termasuk lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai