Fungsi vector() dengan dua argumen yaitu mode dan length
dipakai untuk membuat vektor yang elemennya ditentukan oleh nilai argumen mode dan length yang diberikan. Elemen vektor akan diberi nilai 0 untuk mode numerik, bernilai ”FALSE” untuk mode logikal, dan bernilai ”” untuk mode karakter. > p <- vector(mode="numeric",length=3) > p [1] 0 0 0 > q <- vector(mode="logical",length=5) > q [1] FALSE FALSE FALSE FALSE FALSE > r <- vector(mode="character",length=7) > r [1] "" "" "" "" "" "" "" Faktor Faktor bukan hanya berkaitan dengan nilai dari variabel kategorikal, namun juga dapat terkait dengan level dari variabelnya walau mungkin tidak muncul dalam data. Fungsi factor() membuat faktor dengan opsi berikut ini: factor(x, levels= sort(unique(x), na.last = TRUE, labels = levels, exclude=NA, ordered = is.ordered(x)) dengan levels: menentukan level maksimum faktor (default) labels: menentukan nama dari level exclude : dipakai untuk mengeluarkan nilai x tertentu dari level tersebut, ordered: adalah argumen logical yang akan menentukan apakah level dari faktor akan diurutkan atau tidak. Faktor > a <- factor(1:4) > a [1] 1 2 3 4 Levels: 1 2 3 4 > b <- factor(1:4, levels=1:5) > b [1] 1 2 3 4 Levels: 1 2 3 4 5 > c <- factor(1:4, labels=c("P", "Q", "R", "S"), levels=1:4) > c [1] P Q R S Levels: P Q R S > d <- factor(1:5, exclude=3 ) > d [1] 1 2 <NA> 4 5 Levels: 1 2 4 5 Matriks
Matriks adalah bentuk khusus dari faktor dengan tambahan
atribut dim atau dimensi yang dirinya sendiri adalah vektor numerik dengan panjang dua, yang menentukan jumlah baris dan kolom matriks. Matriks dapat dibuat dengan fungsi matrix, bentuk umumnya: matrix (data = NA, nrow = 1, ncol= 1, byrow=FALSE, dimnames=NULL) Opsi byrow menunjukkan nilai yang diberikan oleh data yang akan mengisi sesuai urutan kolom (default) atau baris (if TRUE). Opsi dimnames memungkinkan untuk memberi nama pada baris dan kolom. Matriks > matriks1 <- matrix(data=8, nr=3, nc=3) > matriks1 [,1] [,2] [,3] [1,] 8 8 8 matriks1 berukuran 3x3, [2,] 8 8 8 semua elemen bernilai 8 [3,] 8 8 8 > matriks2 <- matrix(1:6, 2, 3) > matriks2 matriks2 berukuran 2x3, semua [,1] [,2] [,3] elemen diambil dari deret 1 [1,] 1 3 5 sampai dengan 6 [2,] 2 4 6 > matriks3 <- matrix(1:6, 2, 3, byrow=TRUE) > matriks3 [,1] [,2] [,3] matriks3 berukuran 2x3, semua [1,] 1 2 3 elemen diambil dari deret 1 [2,] 4 5 6 sampai dengan 6, data ditempatkan sesuai urutan baris Frame data
Fungsi untuk membuat frame data adalah data.frame
Vektor yang dimasukkan dalam frame data harus mempunyai panjang yang sama, atau jika ada vektor yang lebih pendek, akan dipakai ulang sekian kali (bilangan bulat).
> a <- 1:5; b <- 4 > c <- 1:6; d <- c(2, 4)
> data.frame(a,b) > data.frame(c,d) a b c d 1 1 4 Frame data yang 1 1 2 Frame data yang 2 2 4 terdiri dari 5 baris, 2 2 4 terdiri dari 6 baris, 3 3 4 semua elemen 3 3 2 semua elemen pada kolom b 4 4 4 pada kolom d 4 4 4 bernilai 4 bernilai 2 atau 4 5 5 4 5 5 2 secara berulang 6 6 4 List
Cara membuat list mirip dengan pembuatan frame data. Dalam
list tidak ada pembatasan jenis obyek yang dapat dimuat di dalamnya. Fungsi yang digunakan list().
> a <- 1:8
> b <- 5:10 > L <- list(a,b) > L [[1]] Elemen list pertama [1] 1 2 3 4 5 6 7 8 diperoleh dari obyek a
[[2]] Elemen list kedua yang [1] 5 6 7 8 9 10 diperoleh dari obyek b Data time series
Data runtun waktu atau time series dibuat dengan perintah
ts(). Dasar runtun waktu yang dipakai adalah tahun. Parameter frekuensi digunakan untuk pengaturan runtun waktu bulanan Dapat berupa vektor atau matriks
> ts(1:15,frequency=12, start=c(2016,2))
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 2016 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2017 12 13 14 15 Konversi dan Manipusi Obyek • Manipulasi obyek dilakukan dengan operator-operator yang terdiri dari operator aritmatik, operator perbandingan, dan operator logika. • Fungsi untuk membandingkan dua obyek identical (= =) dan all.equal
Konversi mode Fungsi yang Contoh manipulasi obyek:
objyek ke digunakan > x <-2:4;y<- 1:3 > x == y numerik as.numeric [1] FALSE FALSE FALSE logikal as.logical > x <= y [1] FALSE FALSE FALSE karakter as.character > x >= y [1] TRUE TRUE TRUE Contoh konversi mode obyek: > all.equal(10, 25- > status <- factor(c("Lulus","Tidak lulus")) 15) > status [1] TRUE [1] Lulus Tidak lulus > identical(10, 25- Levels: Lulus Tidak lulus 15) > as.numeric(status) [1] TRUE [1] 1 2 Obyek Berindeks
Sistem pengindeksan adalah jalan yang efektif dan efisien untuk
mengacu elemen-elemen tertentu dari suatu obyek, baik obyek numerik ataupun logik. > y <- matrix (1:6, 2,3) > x <- 5:9 > y > x[2] [,1] [,2] [,3] [1] 6 [1,] 1 3 5 > x [2,] 2 4 6 [1] 5 6 7 8 9 > y[2,] > x[2] <- 4 x[2]: elemen kedua deret x [1] 2 4 6 y[2,]: elemen pada baris > x > y[,3] kedua matriks y [1] 5 4 7 8 9 [1] 5 6 y[,3]: elemen pada kolom > y[2,1] ketiga matriks y y[2,1]: elemen pada baris [1] 2 kedua dan kolom 1 matriks y Fungsi Aritmatik dan Fungsi Sederhana Fungsi pembangun urutan (sequence): seq Bentuk umum operatornya adalah seq(m,n,k); m=nilai awal, n=nilai akhir, dan k=pertambahan. > seq(1,8,0.75) [1] 1.00 1.75 2.50 3.25 4.00 4.75 5.50 6.25 7.00 7.75
Fungsi perangkaian atau concatenasi (c) digunakan untuk
menggabungkan kelompok atau individu obyek > c(seq(1,2,0.3),seq(4,5,0.25)) [1] 1.00 1.30 1.60 1.90 4.00 4.25 4.50 4.75 5.00 Fungsi Pengulangan (Repeat): rep. Bentuk umum pemakaiannya adalah rep(nilai-yang-diulang, jumlah pengulangan) > y <-rep(-4,5) > y [1] -4 -4 -4 -4 -4 Fungsi Aritmatika Vektor > p <- rep(8,5) > p Penetapan vektor p [1] 8 8 8 8 8 > q <- 6:10 Penetapan vektor q > q [1] 6 7 8 9 10 > r <- p + q Vektor r merupakan penjumlahan vektor p dan vektor q > r [1] 14 15 16 17 18 > s <- q - p Vektor s merupakan pengurangan > s vektor q dan vektor p [1] -2 -1 0 1 2 > t <- p*q Vektor t merupakan perkalian > t vektor p dan vektor q [1] 48 56 64 72 80