Anda di halaman 1dari 13

Materi Inisiasi Tutorial Online

Komputer I (SATS4111)

Pengantar Pengolahan Obyek


Vektor

 Fungsi vector() dengan dua argumen yaitu mode dan length


dipakai untuk membuat vektor yang elemennya ditentukan oleh
nilai argumen mode dan length yang diberikan.
 Elemen vektor akan diberi nilai 0 untuk mode numerik, bernilai
”FALSE” untuk mode logikal, dan bernilai ”” untuk mode karakter.
> p <- vector(mode="numeric",length=3)
> p
[1] 0 0 0
> q <- vector(mode="logical",length=5)
> q
[1] FALSE FALSE FALSE FALSE FALSE
> r <- vector(mode="character",length=7)
> r
[1] "" "" "" "" "" "" ""
Faktor
 Faktor bukan hanya berkaitan dengan nilai dari variabel
kategorikal, namun juga dapat terkait dengan level dari
variabelnya walau mungkin tidak muncul dalam data.
 Fungsi factor() membuat faktor dengan opsi berikut ini:
factor(x, levels= sort(unique(x), na.last =
TRUE, labels = levels, exclude=NA, ordered =
is.ordered(x))
dengan
 levels: menentukan level maksimum faktor (default)
 labels: menentukan nama dari level
 exclude : dipakai untuk mengeluarkan nilai x tertentu dari level
tersebut,
 ordered: adalah argumen logical yang akan menentukan apakah
level dari faktor akan diurutkan atau tidak.
Faktor
> a <- factor(1:4)
> a
[1] 1 2 3 4
Levels: 1 2 3 4
> b <- factor(1:4, levels=1:5)
> b
[1] 1 2 3 4
Levels: 1 2 3 4 5
> c <- factor(1:4, labels=c("P", "Q", "R", "S"), levels=1:4)
> c
[1] P Q R S
Levels: P Q R S
> d <- factor(1:5, exclude=3 )
> d
[1] 1 2 <NA> 4 5
Levels: 1 2 4 5
Matriks

 Matriks adalah bentuk khusus dari faktor dengan tambahan


atribut dim atau dimensi yang dirinya sendiri adalah vektor
numerik dengan panjang dua, yang menentukan jumlah baris
dan kolom matriks.
 Matriks dapat dibuat dengan fungsi matrix, bentuk umumnya:
matrix (data = NA, nrow = 1, ncol= 1,
byrow=FALSE, dimnames=NULL)
 Opsi byrow menunjukkan nilai yang diberikan oleh data yang
akan mengisi sesuai urutan kolom (default) atau baris (if
TRUE).
 Opsi dimnames memungkinkan untuk memberi nama pada
baris dan kolom.
Matriks
> matriks1 <- matrix(data=8, nr=3, nc=3)
> matriks1
[,1] [,2] [,3]
[1,] 8 8 8 matriks1 berukuran 3x3,
[2,] 8 8 8 semua elemen bernilai 8
[3,] 8 8 8
> matriks2 <- matrix(1:6, 2, 3)
> matriks2
matriks2 berukuran 2x3, semua
[,1] [,2] [,3]
elemen diambil dari deret 1
[1,] 1 3 5
sampai dengan 6
[2,] 2 4 6
> matriks3 <- matrix(1:6, 2, 3, byrow=TRUE)
> matriks3
[,1] [,2] [,3] matriks3 berukuran 2x3, semua
[1,] 1 2 3 elemen diambil dari deret 1
[2,] 4 5 6
sampai dengan 6, data
ditempatkan sesuai urutan baris
Frame data

 Fungsi untuk membuat frame data adalah data.frame


 Vektor yang dimasukkan dalam frame data harus mempunyai
panjang yang sama, atau jika ada vektor yang lebih pendek,
akan dipakai ulang sekian kali (bilangan bulat).

> a <- 1:5; b <- 4 > c <- 1:6; d <- c(2, 4)


> data.frame(a,b) > data.frame(c,d)
a b c d
1 1 4 Frame data yang 1 1 2 Frame data yang
2 2 4 terdiri dari 5 baris, 2 2 4 terdiri dari 6 baris,
3 3 4 semua elemen 3 3 2 semua elemen
pada kolom b 4 4 4 pada kolom d
4 4 4
bernilai 4 bernilai 2 atau 4
5 5 4 5 5 2
secara berulang
6 6 4
List

 Cara membuat list mirip dengan pembuatan frame data. Dalam


list tidak ada pembatasan jenis obyek yang dapat dimuat di
dalamnya.
 Fungsi yang digunakan list().

> a <- 1:8


> b <- 5:10
> L <- list(a,b)
> L
[[1]] Elemen list pertama
[1] 1 2 3 4 5 6 7 8 diperoleh dari obyek a

[[2]]
Elemen list kedua yang
[1] 5 6 7 8 9 10
diperoleh dari obyek b
Data time series

 Data runtun waktu atau time series dibuat dengan perintah


ts().
 Dasar runtun waktu yang dipakai adalah tahun. Parameter
frekuensi digunakan untuk pengaturan runtun waktu bulanan
 Dapat berupa vektor atau matriks

> ts(1:15,frequency=12, start=c(2016,2))


Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2016 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2017 12 13 14 15
Konversi dan Manipusi Obyek
• Manipulasi obyek dilakukan dengan operator-operator yang terdiri dari
operator aritmatik, operator perbandingan, dan operator logika.
• Fungsi untuk membandingkan dua obyek identical (= =) dan all.equal

Konversi mode Fungsi yang Contoh manipulasi obyek:


objyek ke digunakan > x <-2:4;y<- 1:3
> x == y
numerik as.numeric [1] FALSE FALSE FALSE
logikal as.logical > x <= y
[1] FALSE FALSE FALSE
karakter as.character > x >= y
[1] TRUE TRUE TRUE
Contoh konversi mode obyek: > all.equal(10, 25-
> status <- factor(c("Lulus","Tidak lulus")) 15)
> status [1] TRUE
[1] Lulus Tidak lulus > identical(10, 25-
Levels: Lulus Tidak lulus 15)
> as.numeric(status) [1] TRUE
[1] 1 2
Obyek Berindeks

 Sistem pengindeksan adalah jalan yang efektif dan efisien untuk


mengacu elemen-elemen tertentu dari suatu obyek, baik obyek
numerik ataupun logik.
> y <- matrix (1:6, 2,3)
> x <- 5:9
> y
> x[2]
[,1] [,2] [,3]
[1] 6
[1,] 1 3 5
> x
[2,] 2 4 6
[1] 5 6 7 8 9
> y[2,]
> x[2] <- 4 x[2]: elemen
kedua deret x [1] 2 4 6 y[2,]: elemen pada baris
> x
> y[,3] kedua matriks y
[1] 5 4 7 8 9
[1] 5 6 y[,3]: elemen pada kolom
> y[2,1] ketiga matriks y
y[2,1]: elemen pada baris
[1] 2 kedua dan kolom 1 matriks y
Fungsi Aritmatik dan Fungsi Sederhana
 Fungsi pembangun urutan (sequence): seq
 Bentuk umum operatornya adalah seq(m,n,k); m=nilai awal, n=nilai
akhir, dan k=pertambahan.
> seq(1,8,0.75)
[1] 1.00 1.75 2.50 3.25 4.00 4.75 5.50 6.25 7.00 7.75

 Fungsi perangkaian atau concatenasi (c) digunakan untuk


menggabungkan kelompok atau individu obyek
> c(seq(1,2,0.3),seq(4,5,0.25))
[1] 1.00 1.30 1.60 1.90 4.00 4.25 4.50 4.75 5.00
 Fungsi Pengulangan (Repeat): rep. Bentuk umum pemakaiannya
adalah rep(nilai-yang-diulang, jumlah pengulangan)
> y <-rep(-4,5)
> y
[1] -4 -4 -4 -4 -4
Fungsi Aritmatika Vektor
> p <- rep(8,5)
> p Penetapan vektor p
[1] 8 8 8 8 8
> q <- 6:10
Penetapan vektor q
> q
[1] 6 7 8 9 10
> r <- p + q
Vektor r merupakan penjumlahan
vektor p dan vektor q
> r
[1] 14 15 16 17 18
> s <- q - p Vektor s merupakan pengurangan
> s vektor q dan vektor p
[1] -2 -1 0 1 2
> t <- p*q Vektor t merupakan perkalian
> t
vektor p dan vektor q
[1] 48 56 64 72 80

Anda mungkin juga menyukai