Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Politik dan tata kelola pembangunan adalah dua hal yang berkaitan, dengan adanya
pembangunan maka suatu wilayah akan mengalami kemajuan dalam berbagai aspek.
Politik memiliki peran yang penting terhadap pembangunan karena semua aspirasi
masyarakat akan dipertimbangkan dan akan diputuskan bersama demi mencapai
kebijaksanaan dan kesepakatan bersama.
Menurut Andrew (Khairul, 2009; 31) politik adalah kegiatan suatu bangsa yang
bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-
peraturan umum yang mengatur kehidupannya. Joyce Mitchel dalam Philipus (2004;
92) mengemukakan bahwa politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau
perbuatan kebijaksanaan umum untuk masyarakat seluruhnya. David Easton juga
mengemukakan dalam Philipus (2004; 90) bahwa politik merupakan semua aktivitas
yang mempengaruhi kebijaksanaan itu dilakukan.
Menurut Siagian dalam buku tentang konsep dan teori pembangunan yang ditulis
oleh Dr.Drajat Tri Hartono, pembangunan merupakan suatu usaha atau rangkaian
usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh
suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa. Tata Kelola Pembangunan berarti suatu proses pembangunan melalui fungsi-
1
fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan tindak lanjut peningkatan untuk
melakukan perubahan dan dilakukan secara sadar oleh masyarakat dan pemerintah.
1.2 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
Tata kelola pemerintahan atau good governance adalah segala sesuatu yang terkait
dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan atau
mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari (Dr. Sedarmayanti, Dra., M.Pd, Good Governance
(Kepemerintahan Yang Baik) Dalam Rangka Otonomi Daerah, Bandung: PT.
Mandar Maju, 2003, Hal.3). Good governance tidak hanya mencakup lembaga
pemerintahan namun juga lembaga non pemerintahan. Selain itu, World Bank tata
kelola pemerintahan adalah penyelenggara manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab serta sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi juga pencegahan korupsi baik secara
politik mapun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta menciptakan legal
dan political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.
Adapun 4 indikator yang mencirikan tata kelola pemerintahan yang baik, sebagai
berikut:
3
4. Koordinasi (mekanisme yang memastikan bahwa seluruh pemangku
kebijakan yang memiliki kepentingan bersama telah memiliki kesamaan
pandangan).
4
3. Desentralisasi, yaitu desentralisasi regional dan dekonsentrasi di
dalam departemen.
5
7. Akuntabilitas, yaitu para pembuat keputusan dalam pemerintahan,
sektor swasta dan masyarakat bertanggung jawab kepada publik dan
lembaga stakeholders.
Dewasa ini permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia semakin kompleks.
Oknum-oknum organisasi pemerintah yang seharusnya menjadi panutan bagi
rakyatnya, banyak yang tersandung masalah hukum. Eksistensi pemerintahan yang
baik atau good governance nyatanya masih terbilang jauh bila dibandingkan dengan
kenyataannya. Indonesia harus segera memperbaiki itu dengan membuat revolusi
disetiap bidangnya, dikarenakan saat ini setiap produk yang dihasilkan hanya
mewadahi kepentingan partai politik, fraksi dan sekelompok orang saja.
Makna dari governance dan good governance pada dasarnya tidak diatur dalam
sebuah undang-undang (UU). Tetapi dapat dimaknai bahwa governance adalah tata
pemerintahan, penyelenggaraan negara, atau management (pengelolaan) yang artinya
kekuasaan tidak lagi semata-mata dimiliki atau menjadi urusan pemerintah.
Governance itu sendiri memiliki unsur kata kerja yaitu governing yang berarti fungsi
pemerintah bersama instansi lain (LSM, swasta dan warga negara) yang dilaksanakan
secara seimbang dan partisipatif. Sedangkan good governance adalah tata
pemerintahan yang baik atau menjalankan fungsi pemerintahan yang baik, bersih dan
berwibawa (struktur, fungsi, manusia, aturan, dan lain-lain). Clean government
adalah pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Good corporate adalah tata
6
pengelolaan perusahaan yang baik dan bersih. Governance without goverment berarti
bahwa pemerintah tidak selalu di warnai dengan lembaga, tapi termasuk dalam
makna proses pemerintah (Prasetijo, 2009).
Istilah good governance lahir sejak berakhirnya Orde Baru dan digantikan dengan
gerakan reformasi. Sejak itu pula sering diangkat menjadi wacana atau tema pokok
dalam setiap kegiatan pemerintahan. Namun meski sudah sering terdengar ditelinga
legislatif, pengaturan mengenai good governance belum diatur secara khusus dalam
bentuk sebuah produk, UU misalnya. Hanya terdapat sebuah regulasi yaitu UU No.
28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme yang mengatur penyelenggaraan negara dengan Asas Umum
Pemerintahan Negara yang Baik (AUPB).
Good governance sebagai upaya untuk mencapai pemerintahan yang baik maka
harus memiliki beberapa bidang yang dilakukan agar tujuan utamanya dapat dicapai,
yang meliputi (Efendi, 2005):
1. Politik
Politik merupakan bidang yang sangat riskan dengan lahirnya masalah karena
seringkali menjadi penghambat bagi terwujudnya good governance. Konsep
politik yang kurang bahkan tidak demokratis yang berdampak pada berbagai
persoalan di lapangan. Krisis politik yang saat ini terjadi di Indonesia dewasa
ini tidak lepas dari penataan sistem politik yang kurang demokratis. Maka
perlu dilakukan pembaharuan politik yang menyangkut berbagai masalah
penting seperti:
a. UUD NRI 1945 yang merupakan sumber hukum dan acuan pokok
penyelenggaraan pemerintahan maka dalam penyelenggaraannya
harus dilakukan untuk mendukung terwujudnya good governance.
Konsep good governance itu dilakukan dalam pemilihan presiden
langsung, memperjelas susunan dan kedudukan MPR dan DPR,
kemandirian lembaga peradilan, kemandirian kejaksaan agung dan
penambahan pasal-pasal tentang hak asasi manusia.
7
b. Perubahan UU Politik dan UU Keormasan yang lebih menjamin
partisipasi dan mencerminkan keterwakilan rakyat.
2. Ekonomi
Ekonomi Indonesia memang sempat terlepas dari krisis global yang bahkan
bisa menimpa Amerika Serikat. Namun keadaan Indonesia saat ini masih
terbilang krisis karena masih banyaknya pihak yang belum sejahtera dengan
ekonomi ekonomi rakyat. Hal ini dikarenakan krisis ekonomi bisa melahirkan
berbagai masalah sosial yang bila tidak teratasi akan mengganggu kinerja
pemerintahan secara menyeluruh. Permasalahan krisis ekonomi di Indonesia
masih berlanjut sehingga perlu dilahirkan kebijakan untuk segera .
3. Sosial
8
governance bisa ditegakkan. Maka good governance harus ditegakkan
dengan keadaan masyarakat dengan konflik antar golongan tersebut.
4. Hukum
Peran pemerintah yang sangat berpengaruh, maka integritas dari para pelaku
pemerintahan cukup tinggi tidak akan terpengaruh walaupun ada kesempatan
untuk melakukan penyimpangan misalnya korupsi.
Krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai masalah sosial yang bila tidak
teratasi akan mengganggu kinerja pemerintahan secara menyeluruh.
9
4. Kondisi Sosial Masyarakat
5. Sistem Hukum
Secara tidak langsung politik menjadi hambatan dan masalah. Baik tidaknya tata
kelola pemerintahan tergantung dengan sistem politik yang ada. Sistem politik
tersebut dapat berdampak pada persoalan di lapangan. Di Indonesia sendiri, sistem
politiknya memiliki konsep demokrasi yang artinya memberikan perlakuan sama
kepada semua anggota kelompok (orang-orang pada lembaga pemerintahan) baik
kelompok mayoritas maupun kelompok minoritas, dalam hak dan kemampuan
masing-masing mereka untuk ikut serta dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Dalam hal ini pun warga negara/rakyat memiliki andil dan peran besar dalam
penyelenggaraan sistem politik. Peran ini menyangkut tentang pengembangan
lembaga-lembaga politik formal yang ada di Indonesia, baik yang beroperasi di
daerah/lokal maupun pusat.
10
Transisi demokrasi yang sedang menjadi fase perkembangan sistem politik di
Indonesia saat ini memberikan harapan perubahan. Demokrasi diharapkan mampu
menciptakan tata pemerintahan yang baik (good governance), berupa peningkatan
akuntabilitas pemerintahan, partisipasi masyarakat yang lebih besar dalam
pembuatan dan kontrol kebijakan, serta efisiensi dan efetivitas pelayanan dan
pembangunan. Pemilihan langsung presiden merupakan aktualisasi sistem demokrasi
yang partisipatif, dimana rakyat secara langsung memilih presidennya.
11
10. Persetujuan merupakan prinsip penting dalam sistem politik demokrasi
khususnya dalam menetapkan suatu keputusan yang menyangkut kepentingan
umum.
12
BAB III
PEMBAHASAN
Sejak otonomi daerah 1999 jumlah daerah di Indonesia saat ini telah bertambah
menjadi 34 provinsi dan 508 kabupaten/kota. Penambahan jumlah daerah otonomi
merupakan hasil dari semangat otonomi daerah yang bertujuan untuk memberikan
kesempatan bagi daerah untuk membangun daerahnya dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan apabila pemerintah daerah
mampu menerapkan kebijakan lokal secara bijaksana dengan mamaksimalkan
pelayanan publik. Penyediaan pelayanan publik salah satunya melalui penyediaan
infrastruktur bagi masyarakat.
13
akses menuju ke sekolah dimana mereka harus pergi ke sekolah dengan melewati
jembatan gantung yang tidak aman. Contoh kasus ini terjadi di daerah Lebak Banten,
yang mana setelah 10 tahun baru memiliki jembatan permanen. Pembangunan
jembatan ini merupakan bantuan dari IKANAS yang bekerjasama dengan alumni
ITB dan PT SMI dengan biaya sebesar Rp.260 juta (news.detik.com, 27Agustus
2016).
Namun lain halnya dengan DKI Jakarta yang secara finansial dan SDM dapat
dikatakan lebih mampu masih belum bisa memperbaiki infrastruktur yang sudah ada
sehingga sampai dengan saat ini masih harus menghadapi persoalan-persoalan
kompleks seperti permasalahan banjir, polusi udara dan suara, penyediaan
pemukiman, pengelolaan sampah,dan lain-lain. Berbagai persoalan yang ada
tersebut tentunya perlu ditanggapi dengan serius oleh pemerintah pusat dan daerah
(kabupaten/kota). Namun, bagaimana pemerintah khususnya pemerintah daerah
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah dengan adanya berbagai
persoalan tersebut. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menata dan
membangun daerah kabupaten/kota melalui pengembangan kapasitas (capacity
building), partisipasi masyarakat (community participation), dan kerjasama
pemerintah dan swasta (public private partnership). Tulisan pada artikel ini
membahas hubungan kerjasama pemerintah dan swasta dalam pembangunan
infrastruktur untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu pemerintah daerah perlu mencari solusi atas persoalan tersebut
dengan melibatkan berbagai stakeholder terkait dalam pelaksanaan pembangunan,
14
misalnya pihak swasta, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dan Non
Governmental Organisation (NGO), serta dan lain-lain. Keterlibatan berbagai pihak
ini memiliki peran penting untuk membantu pemerintah mengingat tidak semua
aktivitas pembangunan mampu dikerjakan oleh pemerintah sendiri terutama dalam
hal ketersediaan skill SDM dan finansial sehingga perlu keterlibatan pihak swasta.
Bentuk kerjasama yang melibatkan pihak swasta ini dikenal dengan public private
partnership (PPP).
Lebih lanjut ada tiga hal yang mendorong pemerintah untuk melakukan kerjasama
pemerintah dan swasta (PPP) karena masalah keterbatasan dana, efisiensi dan
efektivitas pemerintahan, dan pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat.
Sebagai suatu daerah yang baru berkembang tentunya pemerintah daerah tidak dapat
mengandalkan sumber daya yang ada (keuangan dan SDM). Disini pemerintah
daerah butuh menarik pihak swasta untuk melakukan investasi tidak hanya dalam
bentuk dana tetapi juga peningkatan skill SDMnya untuk membangun dan
15
memelihara infrastruktur yang belum dan sudah tersedia dalam rangka
menyejahterakan masyarakat.
Oleh karena itu untuk menghindari dampak-dampak negatif yang akan muncul maka
dalam proses PPP haruslah mengikuti payung hukum yang jelas baik mengenai
pembagian insentif dan tanggung jawab masing-masing pihak. Dengan demikian
harus ada perjanjian kontrak yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab masing-
masing pihak dimana ada ketentuan pembagian risiko dan timbal balik finansial yang
didapat oleh pihak-pihak yang terlibat.
Bentuk PPP
Keterlibatan pihak swasta yang mampu menyediakan keuangan dan tenaga ahli
setidaknya membantu fungsi pemerintah sebagai motor pelaksana pembangunan.
Selain itu melalui PPP juga menciptakan sistem pemerintahan yang bersih karena
dalam hal ini pemerintah juga bisa melaksanakan fungsi kontrol terhadap sektor
swasta yang terlibat. Namun perlu diingat, hubungan yang terjalin antara pemerintah
dan sektor swasta haruslah memiliki hubungan yang saling menguntungkan dan
harus diikat dalam suatu kontrak untuk jangka waktu tertentu. Disinilah peran dan
fungsi pemerintah untuk mengontrol pelaksanaan pembangunan diperlukan.
Sebagaimana kita sadari bahwa sudah jelas dengan adanya keterlibatan pihak swasta
16
adalah untuk meraih keuntungan sebagai konsekuensi dalam pembangunan. Namun
keuntungan yang didapat oleh pihak swasta ini sudah seharusnya tidak merugikan
pembangunan. Oleh karena itu perlunya adanya pengawasan dari pemerintah dan
pembatasan waktu.
Proses kerjasama yang terjalin antara pemerintah dan pihak swasta dapat dilakukan
dalam beberapa cara yaitu melalui service contract, management contract, lease
contract, concession, BOT (Build Operation Transfer), Joint Venture Agreement, dan
Community Based Provision. Namun dalam proses kerjasama yang dilakukan ini
terdapat beberapa keunggulan dan kelemahannya.
Selanjutnya adalah management contract. Kerjasama ini tidak jauh berbeda dengan
service contract. Namun yang membedakannya adalah kerjasama ini dilakukan pada
tingkatan operasional manajemen dan maintenance dengan jangka waktu tiga sampai
dengan delapan tahun. Posisi pihak swasta adalah sebagai pemilik asset, investor,
dan bertanggung jawab atas risiko finansial dalam batasan minimal. Di dalam
proses seleksi hanya ada satu kali kompetisi dan tidak ada pembaharuan perjanjian.
Keunggulan dari management contract adanya keterlibatan pihak swasta yang lebih
kuat. Namun kelemahannya manajemen tidak memiliki pengawasan yang kuat secara
menyeluruh (meliputi keuangan, kebijakan pegawai,dan sebagainya). Contohnya
tidak jauh berbeda dengan service contract seperti pengelolaan fasilitas umum
(rumah sakit, sekolah, tempat parkir).
17
Lease contract yaitu kerjasama pemerintah yang pihak swasta dalam jangka waktu
sepuluh sampai dengan lima belas tahun dimana tanggung jawab manajemen,
operasional dan pembaharuan kontrak lebih spesifik. Pemilik modal adalah sektor
publik (pemerintah) namun pihak swasta turut menanggung risiko keuangan (risiko
menengah). Kelemahannya akan menimbulkan potensi konflik antara pihak swasta
sebagai operator pelaksana dan sektor publik (pemerintah) sebagai pemilik modal.
Contohnya pengelolaan taman hiburan, bandara, dan armada bis, dan sebagainya.
Build Operate Transfer (BOT) merupakan kejasama PPP yang investasi dan
komponen utamanya adalah peningkatan pelayanan publik dengan jangka waktu 10
sampai dengan 30 tahun. Posisi pihak swasta sebagai penanggung jawab operasi,
pemelihara, pemodal, dan penanggung jawab risiko serta pihak swasta juga akan
mendapatkan imbalan sesuai dengan parameter produksinya. Sistem ini efektif untuk
mengembangkan kapasitas SDM, namun kelemahannya untuk meningkatkan
efisiensi operasional membutuhkan jaminan sehingga diperlukan analisis
kemampuan, kapasitas pemerintah, komitmen politik, regulasi yang tinggi dan
recovery cost yang bervariasi. Contohnya pembangunan jalan tol, pelabuhan udara
dan laut, pembangkit listrik, dan sebagainya. Contoh ini tidak jauh berbeda dengan
lease contract.
18
Joint Venture Agreement adalah PPP dimana investasi dan risikonya ditanggung
bersama antara pemerintah dan pihak swasta. Disini tidak ada batasan waktu hanya
berdasarkan kesepakatan saja. Kerjasama ini melibatkan berbagai pihak mulai dari
pemerintah, non pemerintah, swasta, dan sebagainya atau stakeholder terkait.
Masing-masing pihak saling berkontribusi. Kunggulan dari joint venture dapat
saling berbagi dalam menyumbangkan sumber daya yang ada (finansial dan
SDMnya). Namun kelemahannya ada peluang penyalahgunaan investasi dimana
pemerintah memberikan subsidi kepada pihak swasta atau pihak lainnya dalam
pelaksanaan kerjasama tersebut yang seharusnya dihindari.
Berdasarkan beberapa jenis PPP yang telah dijelaskan tersebut maka dari beberapa
keunggulan dan kelemahan yang dimilikinya tidak dapat ditentukan jenis PPP yang
tepat. Kesemuanya ini tergantung pada jenis kegiatan atau proyek, manfaat
kegiatannya, jangka waktu pembangunannya hingga baru bisa ditentukan jenis PPP
yang dibutuhkan.
19
Sebagai contoh dalam proyek pembangunan jalan tol dibutuhkan dana yang besar.
Sementara pemerintah daerah memiliki kemampuan keuangan yang terbatas ,maka
proyek tersebut dapat dimitrakan kepada pihak swasta untuk mengerjakannya.
Pemerintah membuat dan menetapkan kerangka kerjanya sementara pihak swasta
sebagai pemodal dan pelaksana proyek tersebut. Atas biaya dan modal yang telah
dikeluarkan oleh pihak swasta maka pengguna jalan tol dibebani biaya untuk
penggunaan fasilitasnya. Fee yang diterima pihak swasta tentunya memiliki jangka
waktu tertentu berdasarkan perjanjian “concession” tersebut. Pada batas waktu
perjanjian maka hasil proyek tersebut menjadi milik pemerintah. Berdasarkan contoh
ini semua pihak sama-sama diuntungkan dalam proses PPP.
Namun penerapan PPP di Indonesia juga masih lemah karena regulasi yang saling
tumpang tindih sehingga menyulitkan pihak swasta untuk melakukan investasi,
prosedur birokrasi yang masih berbelit-belit, perencanaan tata ruang wilayah dan
daerah yang belum tertata dengan baik, desain perencanaan teknis yang tidak matang
sehingga menyulitkan pihak swasta dalam proses pengerjaan. Salah satu contoh
dalam pembangunan jalan tol sering terjadi perbaikan akibat proses perencanaan
yang tidak matang. Dengan demikian dalam proses PPP maka perlu kesiapan dan
kematangan dari pemerintah atau pemerintah daerah untuk menyiapkan regulasi dan
kerangka kerja yang matang sehingga dalam proses pelaksanaan kegiatan tersebut
dapat terealisasi secara maksimal dan memberikan keuntungan kepada berbagai
pihak terkait. (Nyimas Latifah Letty Aziz)
20
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Tidak semua pembangunan infrastruktur ini dapat dilakukan oleh pemerintah daerah,
khususnya daerah otonom baru yang masih belum di imbangi dengan kapasitas SDM
dan finansial yang memadai untuk melaksanakan kegiatan tersebut sehingga
penyediaan infrastruktur di daerah masih dapat dikatakan belum maksimal bahkan
sangat minim. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menata dan
membangun daerah kabupaten/kota melalui pengembangan kapasitas, partisipasi
masyarakat dan kerjasama pemerintah dan swasta. Pemerintah daerah harus
melakukan kerjasama dengan swasta dalam hal membangun fasilitas dan
infrastruktur di daerah. Kerja sama antara pemerintah dan pihak swasta disebut
Public Private Partnership (PPP).
4.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Bintang. 2018. Pengertian Tata Kelola Pemerintahan Definisi Menurut Para Ahli
Serta Konsep Karakteristik.
https://www.scribd.com/document/370483181/Pengertian-Tata-Kelola-
Pemerintahan-Definisi-Menurut-Para-Ahli-Serta-Konsep-Karakteristik dikutip pada
10 April 2019.
Aziz, Nyimas Latifah Letty. 2016. Hubungan Kerjasama Pemerintah dengan Pihak
Swasta dalam Pembangunan Infrastruktur di Indonesia.
http://www.politik.lipi.go.id/kolom/kolom-1/politik-lokal/1107-hubungan-
kerjasama-pemerintah-dengan-pihak-swasta-dalam-pembangunan-infrastruktur-di-
indonesia dikutip pada 10 April 2019.
22