Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENDIRIAN PERPUSTAKAAN

PROPOSAL
PERPUSTAKAAN KRANGGAN
DESA KRANGGAN – KECAMATAN GALUR
A.     Pendahuluan
Generasi muda adalah generasi dengan penuh potensi dan daya kreasi untuk
dikembangkan baik mental, intelektual dan spiritual. Dimasa depan generasi muda di harapkan
mampu meneruskan perjuangan hidup dan mencapaikesuksesan untuk dirinya sendiri,
masyarakat bahkan bagi bangsa dan Negara. Mengacu pada pandangan tersebut, maka
dibutuhkan generasi muda yang berwawasan luas, berkompetensi, berani dan penuh dengan ide
segar demi pembaharuan yang lebih baik.
Di era globalisasi sekarang ini, perkembangan teknologi semakin pesat. Informasi dalam
berbagai aspek kehidupan manusia tersebar luas dan mudah di dapatkan. Dan semuanya itu akan
berdampak pada 2 kemungkinan, yakni dampak positif dan negative untuk generasi muda saat
ini. Kemampuan menyaring informasi secara tepat dan tanggung jawab sangat di butuhkan demi
pertumbuhan generasi muda yang positif.
Masa muda ialah masa yang harus dilewati oleh setiap orang. Namun, sebagian dari kita
ada yang menikmatinya dan tidak sedikit pula dari kita yang tertatih – tatih untuk melewatinya.
Tak jarang generasi muda sekarang ini salah jalan, melakukan hal-hal ataupun kegiatan yang
tidak bermanfaat dan berguna, seperti kebiasaan berfoya-foya, nongkrong tidak jelas, bahkan ada
yang mengonsumsi narkoba.
Oleh karena itu, berangkat dari kenyataan tersebut, desa Kranggan yang merupakan
sebuah desa yang jauh dari fasilitas penunjang pendidikan seperti perpustakaan dan jika ada
perpustakaan yang dekatpun tidak dapat melayani semua masyarakat secara optimal. Sebagian
dari anggota masyarakat desa Kranggan juga masih menjalani pendidikan, mulai dari taman
kanak-kanak, hingga perguruan tinggi, ditambah lagi dengan adanya kelompok Tani, kelompok
Paud, kelompok Pengrajin ( pengrajin VCO ), kelompok ternak dan kelompok PKK, dan lainnya
yang kesemuanya ini selalu aktiv dalam pengembangan diri baik dalam kelompoknya maupun
individu, untuk terus berkarya, berusaha dan berwiraswasta. Semua dari elemen masyarakat desa
Kranggan ini tentunya sangat berkaitan atau tidak lepas dari sarana pembimbing yang berupa
buku. Maka dari itu, kami kelompok pemuda pemudi desa Kranggan menggagas pendirian
Perpusstakaan Desa sebagai salah satu sarana penunjang untuk memenuhi kebutuhan buku bagi
masyarakat, yang kami beri nama Perpustakaan Kranggan.  Selain itu perpustakaan ini
diharapkan dapat menjadi salah satu jalan untuk mencapai SDA yang berkualaitas dimasa
mendatang.
B.  Nama Kegiatan
Pendirian Perpustakaan Desa Kranggan
C. Tema Kegiatan
Mencerdaskan masyarakat dan mengembangkan kreativitas desa Kranggan melalui buku
D. Bentuk Kegiatan
Kegiatan ini meliputi penggunaan salah satu Ruang di Kompleks Balai Desa Kranggan,
Galur, Kulon Progo sebagai perpustakaan Desa.
Kegiatan ini akan dilakukan di kompleks Gedung Balai Desa Kranggan, Galur, Kulon
Progo, Yogyakarta, Jl. Deandels,
E. Visi dan Misi
 Visi :
Terwujudnya  perpustakaan desa yang mampu memberikan layanan informasi dan pengetahuan
yang cepat, mudah dan efisien.
Misi :
         Mengelola perpustakaan dengan professional
         Penambahan koleksi maupun sumber-sumber informasi untuk peningkatan informasi
         Menciptakan suasana perpustakaan yang nyaman, menyenangkan namun tetap tertib dan
disiplin.
         Peningkatan layanan untuk kecepatan dalam akses dan peningkatan fasilitas agar mudah dalam
pencarian koleksi bahan pustaka.

F. Landasan Kegiatan
1.      Quran surat Al-alaq tentang anjuran membaca.
2.      Firman Allah Ta’ala ( yang arinya ) “ Allah akan mengangakat kedudukan orang-ornag yang
beriman diantara kalian dan diberikan ilmu beberapa derajat”. (Qs. Al-Mujadalah : 11 )
3.      Sabda nabi Muhammad S.a.w, “ barang siapa diantara kalian yang melihat suatu kemungkaraan
maka hendaknya dia mengubahnya dengan tangannya, kalau tidak mampu, maka dengan
lisannya, kalau tidak mampu juga maka cukup hatinya dan itu adalah selemah-lemah iman.”
( HR. Muslim ).
4.      Kedalaman agama yang mengemban umatnya untuk berbuat kebajikan dan mencegah yang
mungkar “ amar ma’ruf nahi mungkar “.

G. Latar Belakang
            Kegiatan ini penting untuk segera diwujudkan dengan beberapa pertimbangan :
Kondisi masyarakat desa Kranggan yang haus akan ilmu-ilmu yang sangat penting dan
perlu untuk di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik bagi masyarakat yang sedang
menjalankan pendidikan maupun warga masyarakat yang senantiasa meningkatkan
kreativitasnya dalam bekerja dan berusaha dan bersaing sehat dalam bidangnya masing-masing.
Sehingga dengan adanya perpustakaan ini masyarakat yang mulanya kesulitan dalam
memperoleh buku sebagai sumber informasi dengan harus membeli, bisa memanfaatkan
perpustakaan ini sekaligus akan mengefisienkan waktu, biaya, dan tenaga mereka.
H. Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini diadakan dengan tujuan :
1.      Mengembangkan kreativitas anak-anak, pemuda-pemudi dan masyarakat seluruhnya untuk
menghasilkan SDM yang cerdas, mandiri dan unggul.
2.      Membangun minat baca anak, remaja dan orang tua desa Kranggan khususnya.
3.      Sebagai tempat penyaluran/pelayanan ilmu kepada masyarakat agar lebih mudah memperoleh
informasi yang dekat, mudah dijangkau, murah dan cepat.
4.      Mengoptimalkan sumber daya lingkungan sacara berdaya guna dan berhasil guna siring dengan
perkembangan IPTEK.
5.      Perbaikan dan pengembangan diri masyarakat
I.       Sasaran Kegiatan

            Mulai dari anak-anak usia sekolah ( TK dan SD ), remaja ( SMP, SMA, Perguruan
Tinggi), para orang tua, dan pada dasarnya pengadaan perpustakaan desa ini memiliki target
sasaran seluruh masyarakat Desa Kranggan, Galur, Kulon Progo, Yogyakarta.
J. Sekilas tentang Perpustakaan Kranggan
                     Perpustakaan ini merupakan gagasan dari kelompok pemuda-pemudi Desa Kranggan,
Kecamatan Galur. Namun, hingga sekarang perpustakaan ini baru menjadi sebuah wacana.
Usaha untuk merealisasikannya, kami wujudkan dalam proposal ini.

Selanjutnya dalam pendiriannya untuk melengkapi sarana dan prasarana perpustakaan,


kami anggota dan pengurus bersama-sama mengumpulkan buku-buku yang sekiranya masih bisa
dipergunakan dihibahkan untuk koleksi buku perpustakaan. Menampung buku-buku yang
dipinjamkan pemiliknya untuk disimpan dan ditambahkan di perpustakaan dengan syarat buku
masih menjadi milik yang bersangkutan. Pengumpulan buku-buku yang kami kumpulkan masih
jauh dari kelayakan kerena kondisi fisik buku dan isi adalah buku bekas, bukan saja kekurangan
buku, tapi kelayakan kesekretariatanpun masih sangat terbatas.
Berkenaan dengan hal tersebut melalui proposal ini kami mohon bantuan kepada
bapak/ibu untuk dapat sekianya berpartisipasi dalam pengembangan fasilitas pendidikan yang
kami dirikan berupa Perpustakaan Desa Kranggan, kecamatan Galur, Kulon Progo, Yogyakarta.
Donasi dapat disalurkan ke :
Bank BNI syariah atas nama Ari Irawan dengan nomer rekening 051693647
Bank BRI atas nama Retno Yuniarti dengan nomer rekening 051738758478
        Perpustakaan ini melayani peminjaman koleksi, khusus yang beupa CD maupun DVD dengan
cara meninggalkan kartu identitas.

        Perpustakaan ini buka setiap hari senin – jum’at pukul 09.00 – 16.00

Khusus hari minggu jam 09.00 – 19.00


K. Fasilitas
Fasilitas yang baru kami miliki ialah :
        1 unit almari buku

        5 unit kursi

        1 unit meja

        255 buah buku

L. Dana
Sumber pendanaan dalam pengelolaan perpustakaan ini adalah para donator dan
pemerintahan kota dan pemerintahan daerah khusus yang berperan penting dalam kemajuan dan
pengembangan perpustakaan desa kranggan ini.
Dana yang dibutuhkan dalam pendirian dan pengelolaan perpustakaan ini diperkirakan
dana sebesar Rp. 20.300.000,00. Adapun kejelasan lebih detail sebagaimana terlampir.

M. Susunan Pengurus Perpustakaan


            Kepanitian pendirian perpustakaan Desa Kranggan dengan susunan panitia sebagai
terlampir.

N.  Jadwal Pengelolaan Perpustakaan


            Jadwal pengelolaan perpustakaan akan dilaksanakan pada awal tahun 2011, diperkirakan
tanggal 10 Januari 2011 dan akan selesai pada bulan februari 2011. Dengan susunan sebagai
terlampir.
O. Penutup
Perpustakaan Kranggan sebagai salah satu media pengembangan ilmu pengetahuan yang
menjadi wadah aktivitas dan kreativitas Masyarakat Desa Kranggan, sehingga mampu
meningkatkan minat para anak-anak, remaja, orang tua dalam hal membaca dan
mengembangkan diri. Maka dengan ini kami mengharapkan dukungan dan partisipasinya agar
perpustakaan ini mampu memberikan sesuatu yang berguna untuk kita semua.
Yogyakarta
Panitia Pengelola Perpustakaan
Desa Kranggan

Arif Suyono                                                                                                        Retno Yuniarti


Ketua  Karang taruna                                                                                      ketua
Perpustakaan

Mengetahui,

Kepala Desa Kranggan                                                                                                   


Pengelola

Bpk.Tumpang                                                                                                                   
Sabarudin
Pelindung                                                                                                                          
Penasehat
Lampiran 1

RANCANGAN ANGGARAN PENGELOLAAN


PERPUSTAKAAN DESA KRANGGAN
No. Keterangan Rincian Satuan Biaya Jumlah
1 penambahan buku 300 buah Rp. 25.000,00 Rp.7.500.000,00
2 komputer 2 unit Rp. 4.000.000,00 Rp.8.000.000,00
3 printer 1 unit Rp. 800.000,00 Rp.800.000,00
4 rak buku 6 unit Rp. 200.000,00 Rp. 1.200.000,00
5 meja 1 unit Rp.200.000,00 Rp.200.000,00
6 almari 1 unit Rp. 400.000,00 Rp. 400.000,00
7 kursi 25 unit Rp. 88.000,00 Rp.2.200.000,00
Jumlah Rp.20.300.000,00

Anggaran yang tersedia : kas anggota dan pengurus = Rp.300.000,00


Kekurangan = Rp.20.000.000,00
Lampiran 2
Susunan Pengurus Perpustakaan

Pelindung                                  : Bpk Tumpang ( kepala desa Kranggan )


Penasehat                                 : Bpk. Sabarudin
Ketua Perpustakaan                 : Retno Yuniarti
Wakil ketua Perpustakaan        : Ari Irawan
Petugas Perpustakaan               : Esti Riyani
                                                 Aprilia fitriani
                                                Iwan Sunarya
                                                Rahmad syah
Anggota perpustakaan : Perpustkaan Brosot,
                                                 Masyarakat
Lampiran 3

JADWAL PELAKSANAAN PENDIRIAN PERPUSTAKAAN DESA KRANGGAN


KECAMATAN GALUR – KULON PROGO

Tanggal Acara Pelaksanaan

panitia & pengelola


10 Januari 2011 Pembelian buku dan peralatan
perpustakaan

pengolahan buku
         Pemberian tanda
11 Januari - 10 Februari          Klasifikasi
pustakawan
2011          Pengkatalogan
         Pengerakkan

User Education
11Februari 2011 Masyarakat desa Kranggan
( pelayanan Sirkulasi )
PROPOSAL PERMOHONAN BANTUAN BUKU UNTUK 

PERPUSTAKAAN …………………………………….

I. LATAR BELAKANG
Keberadaan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari peradaban dan budaya umat manusia.
Tinggi rendahnya peradaban dan budaya suatu bangsa dapat dilihat dari kondisi perpustakaan
yang dimiliki. Hal itu karena ketika manusia purba mulai menggores dinding gua tempat mereka
tinggal, sebenarnya mereka mulai merekam pengetahuan mereka untuk diingat dan disampaikan
kepada pihak lain. Mereka menggunakan tanda atau gambar untuk mengekspresikan pikiran
dan/atau apa yang dirasakan serta menggunakan tanda-tanda dan gambar tersebut untuk
mengomunikasikannya kepada orang lain. Waktu itulah eksistensi dan fungsi perpustakaan mulai
disemai. Penemuan mesin cetak, pengembangan teknik rekam, dan pengembangan teknologi
digital yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi mempercepat tumbuh-kembangnya
perpustakaan. Pengelolaan perpustakaan menjadi semakin kompleks. Dari sini awal mulai
berkembang ilmu dan teknik mengelola perpustakaan. Perpustakaan sebagai sistem pengelolaan
rekaman gagasan, pemikiran, pengalaman, dan pengetahuan umat manusia, mempunyai fungsi
utama melestarikan hasil budaya umat manusia tersebut, khususnya yang berbentuk dokumen
karya cetak dan karya rekam lainnya, serta menyampaikan gagasan, pemikiran, pengalaman, dan
pengetahuan umat manusia itu kepada generasi-generasi selanjutnya.
Sasaran dari pelaksanaan fungsi ini adalah terbentuknya masyarakat yang mempunyai budaya
membaca dan belajar sepanjang hayat. Di sisi lain, perpustakaan berfungsi untuk mendukung
Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana diatur dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Perpustakaan merupakan pusat sumber informasi, ilmu
pengetahuan, teknologi, kesenian, dan kebudayaan. Selain itu, perpustakaan sebagai bagian dari
masyarakat dunia ikut serta membangun masyarakat informasi berbasis teknologi informasi dan
komunikasi sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi World Summit of Information Society-
WSIS, 12 Desember 2003. Deklarasi WSIS bertujuan membangun masyarakat informasi yang
inklusif, berpusat pada manusia dan berorientasi secara khusus pada pembangunan. Setiap orang
dapat mencipta, mengakses, menggunakan, dan berbagi informasi serta pengetahuan hingga
memungkinkan setiap individu, komunitas, dan masyarakat luas menggunakan seluruh potensi
mereka untuk pembangunan berkelanjutan yang bertujuan pada peningkatan mutu hidup.
Indonesia telah merdeka lebih dari 60 (enam puluh) tahun, tetapi perpustakaan ternyata belum
menjadi bagian hidup keseharian masyarakat.
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa perlu dikembangkan suatu sistem nasional
perpustakaan. Sistem itu merupakan wujud kerja sama dan perpaduan dari berbagai jenis
perpustakaan di Indonesia demi memampukan institusi perpustakaan menjalankan fungsi
utamanya menjadi wahana pembelajaran masyarakat dan demi mempercepat tercapainya tujuan
nasional mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemberlakuan kebijakan otonomi daerah berdasarkan
Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengakibatkan
ketidakjelasan kewenangan pusat dan daerah dalam bidang perpustakaan. Keberadaan
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai LPND berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 11 Tahun 1989 tidak lagi memiliki kekuatan efektif dalam melakukan pembinaan dan
pengembangan perpustakaan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keberagaman kebijakan dalam pengembangan perpustakaan di daerah secara umum pada satu
sisi menguntungkan sebagai pendelegasian kewenangan kepada daerah. Namun, di sisi lain
dianggap kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan perpustakaan yang andal dan profesional
sesuai dengan standar ilmu perpustakaan dan informasi yang baku karena bervariasinya
kemampuan manajemen dan finansial yang dimiliki oleh setiap daerah serta adanya perbedaan
pemahaman dan persepsi mengenai peran dan fungsi perpustakaan.
Sejumlah warga masyarakat telah mengupayakan sendiri pendirian taman bacaan atau
perpustakaan demi memenuhi kebutuhan masyarakat atas informasi melalui bahan bacaan yang
dapat diakses secara mudah dan murah. Namun, upaya sebagian kecil masyarakat ini tidak akan
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang jumlah, variasi, dan intensitasnya jauh lebih
besar. Untuk itu, berdasarkan Pasal 31 ayat (2), Pasal 32, dan Pasal 28F Undang-Undang Dasar
Deklarasi Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah perlu menyelenggarakan
perpustakaan sebagai sarana yang paling demokratis untuk belajar sepanjang hayat demi
memenuhi hak masyarakat untuk memperoleh informasi melalui layanan perpustakaan guna
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan adanya undang-undang ini diharapkan keberadaan
perpustakaan benar-benar menjadi wahana pembelajaran sepanjang hayat dan wahana rekreasi
ilmiah. Selain itu, juga menjadi pedoman bagi pertumbuhan dan perkembangan perpustakaan di
Indonesia sehingga perpustakaan menjadi bagian hidup keseharian masyarakat Indonesia.
Setelah kita membaca secara detail penjelasan umum dari Undang-undang no 43 tahun 2007
yang berisi tentang perpustakaan tersebut diatas bisa kita simpulkan bahwa pemerintah saat ini
sudah menyadari betapa penting peran dan fungsi perpustakaan dalam mencerdaskan anak
bangsa dengan cara selalu dan terus menerus memperbaiki fasilitas dan pelayanan perpustakaan.
Semua jenis perpustakaan memiliki fungsi dan peran mereka masing-masing dari Perpustakaan
Nasional, Perpustakaan daerah, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi,
perpustakaan khusus dan semua jenis perpustakaan yang ada di Indonesia memiliki peran yang
sama.
Saat ini hampir semua perpustakaan di Indonesia setiap hari terus berlomba-lomba untuk terus
memperbaiki fasilitas dan pelayanan mereka untuk bisa memberikan fasilitas terbaik untuk para
pengunjung perpustakaan. Perbaikan tersebut bisa kita lihat dengan terus bertambahnya jumlah
koleksi buku maupun fasilitas yang lain seperti internet gratis, hotspot area, dan masih banyak
lagi yang lain.
Kami disini dari NAMA INSTANSI sangat berharap Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota
……………… dapat memberikan sedikit bantuan buku untuk kami dalam pengembangan minat
baca siswa-siswi.
II. MANFAAT DAN TUJUAN
Manfaat:

 Menegaskan kembali fungsi perpustakaan di tengah-tengah tuntutan zaman yang semakin


maju.
 Memberikan pelayanan prima kepada seluruh civitas akademik NAMA INSTANSI.

Tujuan :

 Untuk menumbuhkan minat baca dalam diri siswa-siswi NAMA INSTANSI.


 Untuk lebih mendekatkan perpustakaan dengan siswa-siswi NAMA INSTANSI.
 Memberikan sumber informasi yang lengkap bagi seluruh civitas akademik NAMA
INSTANSI.
III. HASIL YANG DIHARAPKAN

 Terciptanya budaya membaca di kalangan siswa-siswi dan seluruh civitas akademik


NAMA INSTANSI pada umumnya.
 Terciptanya kesadaran bahwa perpustakaan adalah sumber informasi yang tepat sebagai
pilihan dalam pemenuhan informasi.

IV. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat agar diperhatikan sebagaimana mestinya. Atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih.
Madiun, 12 April 2011
Mengetahui,
Kepala INSTANSI                                                                                                 Pustakawan

NAMA                                                                                                                       NAMA


NIP.                                                                                                                           NIP.
Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesia.

Dunia Perpustakaan | Berbagai strategi dalam pengembangan untuk memajukan perpustakaan


harus terus ditingkatkan. Tulisan yang berjudul “Strategi Pengembangan Perpustakaan
Desa/Kelurahan di Indonesia” yang ditulis oleh Murniaty ini membahas secara lengkap terkait
dengan Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesia.

1. Pendahuluan

Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah perpustakaan untuk masyarakat sebagai salah satu sarana
untuk meningkatkan dan mendukung kegiatan pendidikan masyarakat pedesaan, yang
merupakan bagian integral dari kegiatan pembangunan Desa/Kelurahan. Undang-Undang nomor
43 tahun 2007 tentang perpustakaan telah menyebutkan bahwa Perpustakaan Desa/Kelurahan
merupakan salah satu jenis perpustakaan umum yang menjadi kewajiban pemerintah desa.

Fungsi utama dari Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah sebagai lembaga penyedia layanan
bahan pustaka dan informasi kepada masyarakat untuk kepentingan pendidikan, informasi,
penerangan, serta rekreasi dan hiburan sehat bagi masyarakat.

Agar Perpustakaan Desa/Kelurahan dapat melayani masyarakat desa dengan sebaik-baiknya


maka perpustakaan perlu dikelola secara profesional menurut sistem dan ketentuan umum yang
berlaku. Dalam operasionalnya juga diperlukan strategi pengembangan, pembinaan, dan
pemberdayaan perpustakaan, sehingga tujuan pendirian sebuah Perpustakaan Desa/Kelurahan
dapat tercapai dengan baik.

2. Profil Perpustakaan Desa/Kelurahan

Unit organisasi pemerintahan yang terendah dalam sistem pemerintahan di Indonesia saat ini
adalah desa/kelurahan. Pengertian kedua istilah ini sebenarnya sama saja, yang berbeda adalah
istilah desa terdapat pada kabupaten sedangkan istilah kelurahan terdapat pada kota.

Menurut lokasinya Perpustakaan Desa/Kelurahan tidak terbatas kepada perpustakaan yang


terletak di pedesaan, tetapi secara luas juga mencakup semua perpustakaan yang ada di wilayah
Desa/Kelurahan dalam sebuah kota.

Perpustakaan Desa/Kelurahan dapat dipandang sebagai basis pemasyarakatan perpustakaan di


tengah-tengah masyarakat karena kebutuhan ril masyarakat akan informasi atau buku-buku bisa
langsung dipenuhi oleh Perpustakaan Desa/Kelurahan tanpa harus pergi ke perpustakaan umum
di pusat kota ataupun membeli buku di toko buku.

Semakin banyak Perpustakaan Desa/Kelurahan yang didirikan di tengah-tengah masyarakat,


maka akan semakin besar kemungkinan masyarakat untuk dilayani kebutuhan informasinya oleh
perpustakaan.
Secara umum tujuan penyelenggaraan Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah (Perpusnas RI, 2001
: 3) :

1. Menunjang program wajib belajar.


2. Menunjang program pendidikan seumur hidup bagi masyarakat.
3. Menyediakan buku-buku pengetahuan maupun keterampilan untuk mendukung keberhasilan
kegiatan masyarakat di berbagai bidang, misalnya :
• Pertanian (yang produktif)
• Perikanan, peternakan, perindustrian
• Pengolahan, pemasaran, dan lain-lain.
4. Menggalakkan minat baca masyarakat dengan memanfaatkan waktu luang untuk membaca agar
tercipta masyarakat yang kreatif, dinamis, produktif dan mandiri.
5. Menyimpan dan mendayagunakan berbagai dokumen kebudayaan sebagai sumber informasi,
penerangan, pembangunan dan menambah wawasan pengetahuan masyarakat pedesaan.
6. Memberikan semangat dan hiburan yang sehat dalam pemanfaatan waktu senggang dengan
hal-hal yang bersifat membangun.
7. Mendidik masyarakat untuk memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara tepat guna
dan berhasil guna.

Tugas pokok Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah melayani masyarakat dengan menyediakan


bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani. Adapun fungsi
Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah sebagai berikut (Perpusnas RI : 3) :

1. Mengumpulkan, mengorganisasikan, dan mendayagunakan bahan pustaka tercetak maupun


terekam.
2. Mensosialisasikan manfaat jasa perpustakaan.
3. Mendekatkan buku dan bahan pustaka lainnya kepada masyarakat.
4. Menyediakan perpustakaan desa/kelurahan sebagai pusat komunikasi dan informasi.
5. Menyediakan perpustakaan desa/kelurahan sebagai tempat rekreasi dengan menyediakan
bacaan hiburan sehat.

Bila dilihat dari profil masyarakatnya, maka masyarakat desa merupakan masyarakat yang selalu
memegang teguh adat istiadat serta norma-norma yang berlaku sesuai dengan karakteristik
masyarakatnya.

Kehidupan yang bersahaja, santun, dan penuh semangat gotong royong, merupakan gambaran
umum masyarakat desa. Sebagian besar masyarakatnya hidup dalam kondisi yang sederhana.
Sikap sederhana ini bisa jadi terbentuk karena pertama, secara ekonomi memang tidak mampu,
kedua secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.

Inilah sedikit gambaran tentang masyarakat desa. Kedua watak ini dalam kadar tertentu
berpengaruh terhadap tingkat literasi masyarakat yang rendah, relatif lebih rendah dari di kota.
Tingkat literasi yang rendah ini bisa diperbaiki dengan pemanfaatan Perpustakaan
Desa/Kelurahan.
3. Permasalahan yang Dihadapi oleh Perpustakaan Desa/Kelurahan

Beberapa permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam upaya pengembangan Perpustakaan
Desa/Kelurahan dapat diperoleh dengan membandingkan antara potret Perpustakaan
Desa/Kelurahan saat ini dengan harapan Perpustakaan Desa/Kelurahan pada masa yang akan
datang dengan identifikasi sebagai berikut :

1. Jumlah pertumbuhan Perpustakaan Desa/Kelurahan yang ada di Indonesia saat ini belum
sebanding dengan jumlah Desa/Kelurahan yang ada di Indonesia.Menurut data dari Biro Pusat
Statistik pada tahun 2013 jumlah Desa/Kelurahan yang ada di Indonesia saat ini adalah 79.075
Desa/Kelurahan. Sedangkan jumlah Perpustakaan Desa/Kelurahan yang sudah berdiri menurut
Dedy Junaidi dalam “Rakor Sinkronisasi Program Kearsipan dan Perpustakaan”, yang
diselenggarakan Badan Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Provinsi Jateng pada hari Senin
tanggal 17 Februari 2014 adalah sejumlah 24.745 Perpustakaan Desa/Kelurahan. Ini berarti
masih lebih dari 50 % jumlah Desa/Kelurahan di Indonesia yang tidak/belum memiliki
Perpustakaan Desa/Kelurahan.
2. Rendahnya komitmen para pengambil keputusan di Kabupaten/Kota (eksekutif dan legislatif)
dalam program pembangunan perpustakaan di pedesaan. Hal ini ditunjukkan dengan belum
memadainya alokasi anggaran untuk pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di
Kabupaten/Kota.
3. Terbatasnya sarana dan prasarana Perpustakaan Desa/Kelurahan.
Desa/Kelurahan yang sudah memiliki Perpustakaan Desa/Kelurahan umumnya dengan kondisi
yang sangat memperihatinkan. Sarana dan prasarana yang dimiliki seringkali berada dalam
kondisi yang tidak layak atau seadanya. Sebagai contoh ruangan perpustakaan yang kecil,
meubelair yang sederhana, koleksi yang sedikit dan umumnya buku-buku terbitan lama dan
usang, dan lokasi gedung/ruangan yang tidak strategis untuk dilihat dan dijangkau pengguna.
4. Terbatasnya tenaga pengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan.
5. Rendahnya minat baca masyarakat Desa/Kelurahan.
6. Masih tingginya angka kemiskinan di pedesaan sehingga masyarakat tidak mampu untuk
membeli buku atau bahan bacaan lain yang dapat menambah ilmu pengetahuan dan teknologi
tepat guna.

Disamping permasalahan tersebut di atas, akar masalah yang menyebabkan statis atau kurang
berjalannya program pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah karena proses
pengembangannya kurang didasari pada konsep pengembangan perpustakaan yang ideal berbasis
demografi masyarakat.

Dengan kata lain, jika kita amati masih banyak tahapan atau prosedur pengembangan
Perpustakaan Desa/Kelurahan yang terabaikan. Diantara tahapan penting tersebut adalah kajian
terhadap kebutuhan pengguna (user need assassement), pemetaan profil masyarakat (community
profiling), dan evaluasi kompetensi SDM pengelola perpustakaan.

Implikasinya, Perpustakaan Desa/Kelurahan belum bisa menjadi media pembelajaran dan wadah
rekreasi kultural bagi masyarakat sebagaimana diamanatkan undang-undang, yang berakibat
pada banyak Perpustakaan Desa/Kelurahan yang pada akhirnya tidak berfungsi. Padahal kita
tahu bahwa investasi pemerintah untuk pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan itu tidak
sedikit.
4. Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan

Upaya mengembangkan Perpustakaan Desa/Kelurahan bukanlah suatu usaha yang tiba-tiba


muncul melainkan membutuhkan suatu proses yang panjang, yang melibatkan pikiran yang
cerdas dan inovatif, sikap aktif dan kreatif, serta mengatur strategi yang matang agar tercapai
hasil seperti yang diharapkan.

Strategi pengembangan perpustakaan pada hakekatnya adalah cara-cara sistematis yang perlu
dilakukan dalam upaya melakukan pengembangan perpustakaan untuk mencapai tujuan seperti
yang diharapkan.

Untuk mencapai tujuan tersebut strategi pengembangan harus mampu menunjukkan bagaimana
operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatan (approach)
bisa berbeda-beda sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi.

Dalam pengaturan strategi perlu juga dipertimbangkan beberapa komponen penting sebagai
kajiannya serta memperhatikan setiap faktor pendukung dan penghambat dari komponen
tersebut.

Dalam mengatur strategi pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesia, ada


beberapa komponen yang sangat penting untuk diperhatikan dalam proses tersebut, yaitu :

4.1. Sarana dan Prasarana Perpustakaan

Pembangunan sarana dan prasarana perpustakaan merupakan komponen yang paling penting
dalam pendirian sebuah Perpustakaan Desa/Kelurahan. Karena sarana dan prasarana inilah nanti
yang akan menentukan bagaimana situasi dan kondisi suatu Perpustakaan Desa/Kelurahan.
Sarana dan prasarana yang dimaksud yaitu ruangan/gedung perpustakaan, perlengkapan
(termasuk meubelair), dan semua peralatan yang dibutuhkan untuk bekerja.

Menurut Sutarno (2006: 108): “sarana dan prasarana perpustakaan adalah semua benda
dan barang serta fasilitas yang ada di perpustakaan dan digunakan untuk mendukung
terselenggaranya kegiatan perpustakaan”.

Perpustakaan dikatakan baik dan ideal apabila memiliki ruangan/gedung yang memadai, koleksi
yang lengkap dan fasilitas yang cukup. Dalam membangun sarana dan prasarana Perpustakaan
Desa/Kelurahan perlu komitmen yang jelas dari para penentu kebijakan yaitu Bupati, Walikota,
Camat, dan Kepala Desa/Kelurahan.

Kalau perpustakaannya bagus, tidak kumuh, dan suasananya nyaman, apalagi didukung
komitmen pemerintah daerahnya untuk terus memajukan perpustakaan, maka tingkat pendidikan
masyarakatnya akan maju dan tingkat buta aksara masyarakatpun pasti rendah.

Membangun sarana dan prasarana Perpustakan Desa/Kelurahan tampaknya merupakan program


yang harus dirintis secara bertahap. Diharapkan ke depan di setiap desa memiliki bangunan
perpustakaan yang representatif, sehingga masyarakat dapat menikmati pelayanan perpustakaan
dengan nyaman.

Perlu dipahami bahwa penyediaan gedung/ruangan Perpustakaan Desa/Kelurahan merupakan


tanggung jawab pemerintah desa, yang dalam hal ini diwakili oleh Kepala Desa/Kelurahan.

Kepala Desa/Kelurahan secara fungsional adalah penanggung jawab pelaksanaan


penyelenggaraan Perpustakaan Desa/Kelurahan. Maka Kepala Desa/Kelurahan bertanggung
jawab untuk menyediakan gedung/ruangan khusus untuk Perpustakaan Desa/Kelurahan yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang diperlukan sesuai dengan Anggaran Pendapatan
Belanja Desa (APBDesa).

Di dalam INMENDAGRI No. 28 Tahun 1984 dijelaskan bahwa penyediaan tempat/ruangan


dapat dilakukan dengan :

a. Menggunakan Balai Desa/Kelurahan atau Kantor LKMD.


b. Mengusahakan tempat/ruangan lain yang dianggap cukup memadai dan representatif. Bila
memungkinkan membangun gedung permanen yang dananya berasal dari hasil swadaya
masyarakat atau bantuan lain untuk menyelenggarakan Perpustakaan Desa/Kelurahan .

Ruangan untuk Perpustakaan Desa/Kelurahan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)


minimal adalah seratus meter persegi (100 m3). Ruangan ini bisa terletak di gedung yang sama
dengan Kantor Kepala Desa/Kelurahan ataupun di dekatnya. Juga bisa terletak di rumah warga
yang letaknya lebih strategis untuk diakses oleh masyarakat.

Bangunan perpustakaan tidak harus mewah, disesuaikan dengan kondisi masyarakat dimana
perpustakaan berada. Bisa saja terbuat dari bambu, tripleks, dan lain-lain. Yang terpenting
koleksi buku bisa terhindar dari air hujan dan panas matahari.

Dalam memilih lokasi bangunan perpustakaan haruslah lokasi yang strategis, yaitu lokasi yang
mudah dijangkau oleh masyarakat, mudah arus lalu lintas kendaraan, dekat dengan aktivitas
masyarakat, lingkungannya tertib dan teratur, dan menyesuaikan dengan demografi masyarakat
dimana perpustakaan berada.

Penyediaan meubelair perpustakaan seperti meja baca dan kursi untuk pengguna perpustakaan,
meja dan kursi untuk SDM pengelola perpustakaan, lemari, rak buku, dan lain-lain, termasuk
semua peralatan-peralatan kerja yang dibutuhkan oleh SDM pengelola perpustakaan merupakan
sarana dan prasarana yang tidak kalah pentingnya seperti gedung/ruangan perpustakaan.

Dalam pelaksanaannya penyediaan meubelair dan perlengkapan perpustakaan harus


mempertimbangkan berbagai aspek, yaitu : disesuaikan dengan kebutuhan, luas dan keadaan
ruangan, jumlah koleksi bahan pustaka, jumlah masyarakat pengunjung yang akan dilayani,
sistem dan jenis layanan yang akan diberikan, semua perlengkapan yang dibeli berdayaguna dan
berhasil guna, dan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan dari Perpustakaan
Desa/Kelurahan yang bersangkutan.
Strategi pemberdayaan untuk sarana dan prasarana yang dapat dilakukan adalah:

 Kooperatif dan komunikatif dengan aparat desa mengenai segala kebutuhan perpustakaan.
 Mencari dukungan melalui donasi dari masyarakat desa yang memiliki kemampuan.
 Mengajak pihak-pihak yang kompeten dalam penataan dan desain perpustakaan.
 Melibatkan mahasiswa yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa dalam penataan,
desain dan dekorasi perpustakaan.

4.2. Koleksi perpustakaan

Koleksi Perpustakaan Desa/Kelurahan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) minimal


adalah seribu judul (2.500 eksemplar).

Jenis koleksi Perpustakaan Desa/Kelurahan meliputi buku (fiksi dan non fiksi), buku referensi,
penerbitan pemerintah (pusat dan daerah), seperti himpunan peraturan pemerintah, surat kabar,
majalah baik yang ilmiah maupun populer, yang umum ataupun khusus, film, slide, piringan
hitam, dan sebagainya.

Menurut buku Pedoman Perpustakaan Desa (2001 : 22): “komposisi jenis koleksi yang dimiliki
Perpustakaan Desa/Kelurahan seyogyanya adalah dengan perbandingan non fiksi 60% dan fiksi
40%.

Upayakan ilmu pengetahuan praktis 60 – 70 % dari total buku-buku non fiksi. Dengan
prosentase non fiksi lebih besar dimaksudkan agar masyarakat pengguna perpustakaan dapat
memperluas pengetahuan umun dan keterampilan yang diperlukan dalam kegiatan sehari-hari
sehingga dapat menunjang pekerjaan pokok masyarakat setempat.

Dengan demikian diharapkan penghasilan masyarakat dapat bertambah. Sedangkan untuk


menggairahkan minat baca masyarakat dan sekaligus sebagai sarana rekreasi, maka Perpustakaan
Desa/Kelurahan diharapkan dilengkapi dengan koleksi buku fiksi (buku cerita) yang seyogyanya
dapat membuka wawasan dan memperhalus budi pekerti seperti: buku cerita, buku ilmu
pengetahuan populer. buku-buku sejarah, kisah-kisah nabi dan lain-lain”.

Koleksi Perpustakaan Desa/Kelurahan bisa bersumber dari pembelian, hadiah, tukar menukar,
sumbangan Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Provinsi, koleksi Perpustakaan Keliling,
atau sumbangan dari masyarakat.

Hal yang paling penting yang harus diperhatikan dalam pengadaan koleksi adalah pengelola
perpustakaan harus benar-benar memperhatikan kebutuhan masyarakat pengguna jasa
perpustakaan (user need assassement) serta tujuan dan misi yang diemban oleh Perpustakaan
Desa/Kelurahan.

Perpustakaan Desa/Kelurahan melayani segala lapisan dan golongan masyarakat yang beraneka
ragam. Oleh karena itu pengadaan koleksi harus memperhatikan keanekaragaman tersebut baik
dari segi demografi lokasi tempat tinggal masyarakat, jenis mata pencaharian utama masyarakat,
politik, ekonomi, sosial, budaya dan adat istiadat masyarakat setempat. Karena semua aspek ini
sangat menentukan apakah koleksi perpustakaan akan berdayaguna atau tidak bagi masyarakat.

4.3. Sumber Daya Manusia (SDM) Pengelola Perpustakaan

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan komponen penting dalam operasional Perpustakaan
Desa/Kelurahan. SDM pengelola perpustakaan inilah nanti yang akan menentukan
keberlangsungan sebuah perpustakaan. Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola Perpustakaan
Desa/Kelurahan biasanya ditunjuk langsung oleh Kepala Desa, bisa saja seorang pustakawan,
pegawai administrasi kantor Kelurahan/Desa, Karang Taruna, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), atau masyarakat biasa.

Idealnya, SDM pengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah pustakawan Pegawai Negeri


Sipil (PNS) yang pengadaannya merupakan kewajiban pemerintah. Karena sebenarnya
pengadaan SDM pengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan menjadi wewenang dan tanggung
jawab Pemda Tingkat I atau Pemda Tingkat II. Tetapi karena masih langkanya jumlah
pustakawan PNS di Indonesia maka menjadi tugas pemerintah desa/kelurahan untuk menugaskan
salah seorang perangkat desa sebagai SDM pengelola perpustakaan.

Memberdayakan pemuda/i anggota Karang Taruna sebagai SDM Pengelola Perpustakaan


Desa/Kelurahan dapat menjadi alternatif pilihan yang baik. Artinya hal ini memberi kesempatan
kepada pemuda/i desa untuk berperan serta dalam upaya mencerdaskan masyarakat
desa/kelurahan di lingkungan tempat tinggalnya.

Hal terpenting dalam menentukan SDM pengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah memilih
orang yang benar-benar memiliki kompetensi dalam pekerjaan teknis perpustakaan, memiliki
jiwa pustakawan dan cinta terhadap buku dan perpustakaan. Karena semua hal tersebut akan
menentukan bagaimana kinerja kerja seseorang dalam operasional perpustakaan.

SDM Penanggung jawab Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah Kepala Desa/Kelurahan. Sebagai


penanggung jawab maka Kepala Desa/Kelurahan wajib selalu berkonsultasi dengan Camat
sebagai pembina umum Perpustakaan Desa/Kelurahan, instansi-instansi teknis yang terkait,
dinas-dinas dan lembaga-lembaga Non Departemen khususnya Perpustakaan Nasional Provinsi.

Dalam memajukan dan mengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan Kepala Desa/Kelurahan harus


selalu mengadakan koordinasi dengan pengurus atau pengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan,
agar setiap kekurangan dan perkembangan dalam pengelolaan Perpustakaan Desa/Kelurahan
senantiasa dapat diketahui. Koordinasi juga dilakukan antara sesama Perpustakaan
Desa/Kelurahan.

Dalam menentukan kebijaksanaan pengembangan dan sistem penyelenggaraan Perpustakaan


Desa/Kelurahan, kepala desa/kelurahan dapat melakukan koordinasi dengan LKMD, LD, PKK
dan lembaga-lembaga desa/kelurahan lainnya.
4.4. Sumber Dana Perpustakaan

Anggaran atau sumber dana sebuah perpustakaan mutlak harus ada, karena tanpa ketersediaan
anggaran akan sulit bagi perpustakaan untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Anggaran
tersebut untuk membiayai semua operasional perpustakaan agar perpustakaan tetap dapat eksis
dan semakin berkembang.

Sumber dana/pembiayaan Perpustakaan Desa/Kelurahan sesuai dengan Instruksi Menteri Dalam


Negeri Nomor 28 Tahun 1984 Tentang Pelaksanaan Penyelenggaraan Perpustakaan
Desa/Kelurahan adalah berasal dari :

1. Swadaya masyarakat Desa/Kelurahan


2. Bantuan pemerintah (APBDesa/APBN)
3. Lain-lain yang sah dan tidak mengikat

Pemerintah desa juga dapat menganggarkan dana Perpustakaan Desa/Kelurahan melalui ADD
(Alokasi Dana Desa) yang bersumber dari APB Desa untuk operasional Perpustakaan
Desa/Kelurahan yang meliputi pengadaan, pengolahan, dan pelayanan bahan pustaka sehingga
Perpustakaan Desa/Kelurahan dapat tumbuh dan berkembang. Penentuan besar ADD untuk
operasional Perpustakaan Desa/Kelurahan disesuaikan dengan kemampuan keuangan dalam
APBDesa.

Pengalokasian anggaran untuk perpustakaan merupakan faktor penting dalam pengembangan


Perpustakaan Desa/Kelurahan, sekaligus merupakan bentuk kepedulian pemerintah desa
terhadap perpustakaan.

Adanya anggaran menunjukkan bahwa pemerintah desa telah memiliki keinginan untuk berubah
ke arah yang lebih baik yaitu mengajak masyarakatnya menjadi masyarakat yang melek
informasi.

Sebaliknya, ketiadaan alokasi anggaran menunjukkan bahwa pemerintah desa hanya sekedar
memposisikan perpustakaan desa sebagai panggung sandiwara. Dipertunjukkan ketika ada acara
lomba desa dan langsung tutup layar ketika acara lomba desa telah selesai.

Bahkan seringkali Perpustakaan Desa/Kelurahan hanya dipertunjukkan pada acara-acara


seremonial, misalnya ketika kampanye pemilihan kepala desa/kelurahan, pemilihan camat, atau
penyambutan pejabat-pejabat negara yang akan mengunjungi suatu desa/kelurahan. Setelah acara
seremonial selesai maka keberadaan Perpustakaan Desa/Kelurahan sudah tidak diperdulikan lagi.

4.5. Promosi Perpustakaan Desa

Promosi merupakan bagian penting di dalam perpustakaan termasuk perpustakaan


Desa/Kelurahan. Karena promosi merupakan upaya untuk memperkenalkan Perpustakaan
Desa/Kelurahan kepada masyarakat dan upaya untuk menjaring masyarakat desa agar mau
memberdayakan perpustakaan yang ada. Oleh karena berdirinya Perpustakaan Desa/Kelurahan di
tengah-tengah masyarakat seringkali masih mengalami berbagai hambatan dan tantangan antara
lain disebabkan oleh :

a. Respon dan perhatian masyarakat desa/kelurahan terhadap perpustakaan relatif masih


rendah.

Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor misalnya ketidak tahuan/kekurang tahuan
masyarakat dimana letak/lokasi perpustakaan, apa kegunaan perpustakaan, siapa saja yang boleh
berkunjung ke perpustakaan, bagaimana cara menjadi anggota perpustakaan, bahan pustaka apa
saja yang ada di perpustakaan, dan lain sebagainya. Faktor-faktor tersebut yang akhirnya
menjadikan masyarakat kurang merespon dan memperhatikan keberadaan Perpustakaan
Desa/Kelurahan.

b. Persepsi masyarakat tentang perpustakaan yang kurang tepat.

Masyarakat desa terdiri atas berbagai kelompok masyarakat yang saling berbeda strata sosialnya,
tingkat pendidikan, suku, kebudayaan, agama dan kepercayaan, adat istiadat dan masih banyak
hal berbeda lainnya. Oleh karena itu sikap, pandangan, cara berpikir, wawasan dan persepsi
masyarakatnya terhadap sesuatu hal juga seringkali berbeda.

Hal-hal seperti inilah yang harus diperhatikan oleh SDM pengelola perpustakaan. Bagaimana
SDM pengelola perpustakaan mampu menciptakan dan mengembangkan citra dan persepsi yang
benar dan lengkap tentang perpustakaan bagi semua anggota masyarakat desa/kelurahan.

c. Minat masyarakat terhadap perpustakaan relatif masih rendah.

Pada umumnya minat masyarakat terhadap perpustakaan relatif masih rendah. Tentu hal ini
masih berkaitan dengan dua hal di atas yaitu kurangnya respon masyarakat terhadap
perpustakaan dan kurang tepatnya persepsi masyarakat tentang perpustakaan.

Ditambah lagi hal ini berkaitan dengan rendahnya minat baca masyararakat. Sehingga tugas
utama dari perpustakaan Desa/Kelurahan adalah bagaimana kehadiran perpustakaan
Desa/Kelurahan mampu menggairahkan minat masyarakat untuk membaca. Selain itu perlu juga
ditanamkan kesadaran pada masyarakat bahwa perpustakaan Desa/Kelurahan didirikan untuk
menumbuhkan minat baca.

Tanpa adanya kesadaran masyarakat, tanggapan masyarakat dan partisipasinya terhadap


Perpustakaan Desa/Kelurahan dengan cara menggunakan koleksi perpustakaan yang telah
disediakan dan memelihara kelestariannya, maka perpustakaan tersebut tidak akan mempunyai
arti apa-apa. Di sini pembukaan perpustakaan perlu dimediasi oleh kelompok fasilitator yang
memotivasi masyarakat untuk gemar membaca.

d. Tingkat kesibukan/waktu masyarakat desa yang terbatas.


Kehidupan masyarakat pedesaan selalu ditandai dengan kehidupan yang jauh dari moderen.
Hidup sebagai masyarakat agraris yang bekerja di sektor pertanian, peternakan, perikanan dan
perkebunan.

Hampir seluruh waktu kerja mereka digunakan untuk bekerja mencari nafkah sehari-hari.
Umumnya mereka telah pergi bekerja sejak pagi hari sebelum matahari terbit dan pulang ketika
matahari sudah tenggelam. Dalam hubungannya dengan perpustakaan maka bagi masyarakat
desa/kelurahan sangat sulit untuk membagi waktu kerjanya dengan berkunjung ke perpustakaan.

e. Masih kurangnya perhatian Pemerintah Daerah kepada Perpustakaan Desa/Kelurahan

Tidak bisa dipungkiri perhatian Pemerintah Daerah terhadap perpustakaan masih sangat kurang.
Masih banyak sekali Kepala Daerah yang kurang memberikan perhatian kepada Perpustakaan
Desa/Kelurahan yang berada di wilayah kerjanya. Padahal perpustakaan merupakan sarana
belajar sepanjang hayat yang murah dan mudah terjangkau oleh masyarakatnya.

Perpustakaan Desa/Kelurahan memiliki peran yang sangat strategis dalam mencerdaskan


kehidupan masyarakat terutama masyarakat desa/kelurahan di sekitar lokasi berdirinya
perpustakaan.

Oleh sebab itu diharapkan pembinaan perpustakaan Desa/Kelurahan perlu menjadi perhatian
serius Pemerintah Daerah dalam rangka mencerdaskan masyarakat. Adanya otonomi daerah akan
berpengaruh terhadap pembiayaan, pembinaan dan pengembangan perpustakaan.

Diharapkan Pemda kabupaten lewat Dinas PPO bisa mengalokasikan sebagian dana APBD
untuk mengembangkan satu perpustakaan desa sebagai pilot project pada salah satu
Desa/Kelurahan. Apabila berhasil Perpustakaan Desa/Kelurahan ini bisa dijadikan model bagi
pengembangan perpustakaan lainnya di tingkat Desa/Kelurahan.

Adanya berbagai hambatan dan tantangan berdirinya perpustakaan Desa/Kelurahan di atas


hendaknya tidak menyurutkan semangat para pengelola perpustakaan Desa/Kelurahan untuk
dapat terus eksis memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat.

Pustakawan seyogyanya kreatif untuk memikirkan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk
mempromosikan Perpustakaan Desa/Kelurahan yang dibinanya agar kehadirannya benar-benar
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Desa/Kelurahan secara maksimal. Beberapa cara promosi
perpustakaan Desa/Kelurahan yang dapat dilakukan antara lain :

1. Menambah koleksi bahan pustaka yang berbasis masyarakat dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
2. Melakukan kerjasama dengan Perpustakaan Nasional RI, BPAD Provinsi dan Forum
Perpustakaan Masyarakat Desa/Kelurahan, khususnya dalam penambahan koleksi bahan
pustaka yang diminati masyarakat.
3. Melakukan kerjasama dengan Mahasiswa KKN dari berbagai Perguruan Tinggi untuk dapat
memasyarakatkan Perpustakaan Desa/Kelurahan.
4. Bekerjasama dengan tokoh-tokoh seperti penulis, pendongeng, aktivis komunitas masyarakat
membaca, dan Karang Taruna untuk membuat acara di perpustakaan.
5. Melakukan layanan perpustakaan keliling (Pusling) dengan mobil pintar dan motor pintar
sehingga dapat menjangkau keberadaan masyarakat Desa/Kelurahan yang lokasinya jauh dari
perpustakaan.
6. Memberikan pelatihan bimbingan teknis (Bimtek) bagi pengelola perpustakaan Desa/Kelurahan
sehingga menambah kompetensi pengelola perpustakaan.
7. Memberikan penghargaan bagi pengelola perpustakaan Desa/Kelurahan yang memiliki dedikasi
dan loyalitas yang baik dalam bekerja.
8. Memberikan penghargaan kepada masyarakat yang menjadi pengunjung perpustakaan
terbanyak/terbaik.
9. Melakukan promosi melalui kerjasama dengan sekolah-sekolah yang ada di sekitar perpustakaan
Desa/Kelurahan mulai dari TK, SD, SMP dan SMA .
10. Melakukan promosi door to door serta atau promosi melalui radio komunitas.
11. Pemasyarakatan perpustakaan melalui sosialisasi di media cetak dan elekronik, leaflet, spanduk,
poster dan kegiatan expo perpustakaan atau lomba perpustakaan Desa/Kelurahan.
12. Membangun kemitraan antara pemerintah, masyarakat, dan swasta dalam menyelenggarakan
Perpustakaan Desa/Kelurahan. Terutama sekali diharapkan kontribusi sosial dari perusahaan
swasta berskala besar, baik nasional maupun internasional apalagi perusahaan asing yang
mengeksploitasi kekayaan alam di desa tersebut dan menjalankan usahanya di daerah tersebut.
Sudah menjadi kewajibannya menyisihkan sebagian perolehan laba untuk dikembalikan kepada
masyarakat melalui program dan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat yaitu membangun
Perpustakaan Desa/Kelurahan.

5. Penutup

Perpustakaan Desa/Kelurahan memiliki peran yang sangat strategis dalam mencerdaskan


kehidupan masyarakat terutama masyarakat desa/kelurahan di sekitar lokasi berdirinya
perpustakaan.

Oleh sebab itu semangat menyelenggarakan perpustakaan Desa/Kelurahan seyogyanya mendapat


apresiasi dari semua pihak yang benar-benar berkomitmen terhadap upaya mencerdaskan
masyarakat melalui kegiatan membaca di perpustakaan.

Agar Perpustakaan Desa/Kelurahan dapat melayani masyarakat desa dengan sebaik-baiknya


maka perpustakaan perlu dikelola secara profesional menurut sistem dan ketentuan umum yang
berlaku. Dalam operasionalnya juga diperlukan strategi pengembangan, pembinaan, dan
pemberdayaan perpustakaan, sehingga tujuan pendirian sebuah Perpustakaan Desa/Kelurahan
dapat tercapai dengan baik.

Komponen-komponen pengembangan seperti : sarana dan prasarana perpustakaan, sumber dana


perpustakaan, Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola, koleksi perpustakaan, dan promosi
perpustakaan perlu mendapat perhatian yang penuh dari Kepala Desa/Lurah sebagai penanggung
jawab keberadaan Perpustakaan Perpustakaan Desa/Kelurahan.

SDM pengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan perlu senantiasa mengadakan konsultasi dengan


penentu kebijakan seperti Kepala Desa/Lurah, Camat, juga dengan Perpustakaan Nasional RI
atau Perpustakaan Provinsi yang terdapat di seluruh Ibu Kota Provinsi untuk pengembangan
perpustakaan.
Peningkatan kompetensi SDM pengelola Perpustakaan Desa perlu mendapat perhatian yang
serius dari penentu kebijakan, agar SDM pengelola perpustakaan dapat menjalankan aktivitas
perpustakan dengan benar sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen perpustakaan.

Perpustakaan Desa/Kelurahan perlu membangun kemitraan dengan berbagai instansi, organisasi


atau kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki tujuan yang sama, misalnya Taman Bacaan
Masyarakat (TBM), Karang Taruna, LSM, Remaja Mesjid, Kelompok Baca Masyarakat, dll.

Sebagai lembaga yang mengelola bahan pustaka ilmiah dan edukatif bagi masyarakat desa,
Perpustakaan Desa/Kelurahan harus senantiasa mengembangkan strategi yang jitu agar menjadi
sesuatu yang menarik bagi banyak orang, jika ingin tetap eksis dan dihargai keberadaannya oleh
masyarakat.

Secara jujur harus diakui bahwa masih banyak “pekerjaan rumah” yang harus diselesaikan oleh
SDM pengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan. Namun setiap masalah tentu ada cara dan jalan
pemecahannya jika dihadapi dengan arif dan bijaksana serta adanya kompetensi pengetahuan
yang cukup. Harapan ke depan, Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesia dapat terus maju dan
berkembang menjadi lebih baik lagi. Semoga.

Referensi :

 Junaidi, Dedi. 2014. Pembangunan Perpustakaan Digenjot. Sumber :


http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2014/02/18/252830 Diakses : tanggal 18
Februari 2014
 Meak, Theresia. 2011. Mewujudkan Desa Pintar Melalui Perpustakaan Desa. Sumber:
http://kupang.tribunnews.com/read/artikel/59006/editorial/opini/2011/3/18/mewu-judkan-
desa-pintar-melalui-perpustakaan-desa Diakses : Tanggal 18 Maret 2011.
 Murniaty. 2013. Materi Pelatihan Pengelola Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Desa.
Medan : Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.
 Perpustakaan Nasional RI. 2001. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Desa. Editor
Soekarman. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
 Perpustakaan Nasional RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007
Tentang Perpustakaan. Jakarta : Perpusnas RI.
 Saputro, Romi Febriyanto . ADD Untuk Perpustakaan Desa. Tulisan ini telah dimuat di Harian
Solo Pos, 14 Maret 2012. Sumber : http://romifebri.blogspot.com/2012/03/add-untuk-
perpustakaan-desa.html
 Sutarno. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta : Sagung Seto.
 Sutarno. 2008. Membina Perpustakaan Desa : Dilengkapi Undang-Undang No. 43 Tahun 2007
Tentang Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto

Penulis: Murniaty, s.sos. | Pustakawan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai