Proposal Pendirian Perpustakaan
Proposal Pendirian Perpustakaan
PROPOSAL
PERPUSTAKAAN KRANGGAN
DESA KRANGGAN – KECAMATAN GALUR
A. Pendahuluan
Generasi muda adalah generasi dengan penuh potensi dan daya kreasi untuk
dikembangkan baik mental, intelektual dan spiritual. Dimasa depan generasi muda di harapkan
mampu meneruskan perjuangan hidup dan mencapaikesuksesan untuk dirinya sendiri,
masyarakat bahkan bagi bangsa dan Negara. Mengacu pada pandangan tersebut, maka
dibutuhkan generasi muda yang berwawasan luas, berkompetensi, berani dan penuh dengan ide
segar demi pembaharuan yang lebih baik.
Di era globalisasi sekarang ini, perkembangan teknologi semakin pesat. Informasi dalam
berbagai aspek kehidupan manusia tersebar luas dan mudah di dapatkan. Dan semuanya itu akan
berdampak pada 2 kemungkinan, yakni dampak positif dan negative untuk generasi muda saat
ini. Kemampuan menyaring informasi secara tepat dan tanggung jawab sangat di butuhkan demi
pertumbuhan generasi muda yang positif.
Masa muda ialah masa yang harus dilewati oleh setiap orang. Namun, sebagian dari kita
ada yang menikmatinya dan tidak sedikit pula dari kita yang tertatih – tatih untuk melewatinya.
Tak jarang generasi muda sekarang ini salah jalan, melakukan hal-hal ataupun kegiatan yang
tidak bermanfaat dan berguna, seperti kebiasaan berfoya-foya, nongkrong tidak jelas, bahkan ada
yang mengonsumsi narkoba.
Oleh karena itu, berangkat dari kenyataan tersebut, desa Kranggan yang merupakan
sebuah desa yang jauh dari fasilitas penunjang pendidikan seperti perpustakaan dan jika ada
perpustakaan yang dekatpun tidak dapat melayani semua masyarakat secara optimal. Sebagian
dari anggota masyarakat desa Kranggan juga masih menjalani pendidikan, mulai dari taman
kanak-kanak, hingga perguruan tinggi, ditambah lagi dengan adanya kelompok Tani, kelompok
Paud, kelompok Pengrajin ( pengrajin VCO ), kelompok ternak dan kelompok PKK, dan lainnya
yang kesemuanya ini selalu aktiv dalam pengembangan diri baik dalam kelompoknya maupun
individu, untuk terus berkarya, berusaha dan berwiraswasta. Semua dari elemen masyarakat desa
Kranggan ini tentunya sangat berkaitan atau tidak lepas dari sarana pembimbing yang berupa
buku. Maka dari itu, kami kelompok pemuda pemudi desa Kranggan menggagas pendirian
Perpusstakaan Desa sebagai salah satu sarana penunjang untuk memenuhi kebutuhan buku bagi
masyarakat, yang kami beri nama Perpustakaan Kranggan. Selain itu perpustakaan ini
diharapkan dapat menjadi salah satu jalan untuk mencapai SDA yang berkualaitas dimasa
mendatang.
B. Nama Kegiatan
Pendirian Perpustakaan Desa Kranggan
C. Tema Kegiatan
Mencerdaskan masyarakat dan mengembangkan kreativitas desa Kranggan melalui buku
D. Bentuk Kegiatan
Kegiatan ini meliputi penggunaan salah satu Ruang di Kompleks Balai Desa Kranggan,
Galur, Kulon Progo sebagai perpustakaan Desa.
Kegiatan ini akan dilakukan di kompleks Gedung Balai Desa Kranggan, Galur, Kulon
Progo, Yogyakarta, Jl. Deandels,
E. Visi dan Misi
Visi :
Terwujudnya perpustakaan desa yang mampu memberikan layanan informasi dan pengetahuan
yang cepat, mudah dan efisien.
Misi :
Mengelola perpustakaan dengan professional
Penambahan koleksi maupun sumber-sumber informasi untuk peningkatan informasi
Menciptakan suasana perpustakaan yang nyaman, menyenangkan namun tetap tertib dan
disiplin.
Peningkatan layanan untuk kecepatan dalam akses dan peningkatan fasilitas agar mudah dalam
pencarian koleksi bahan pustaka.
F. Landasan Kegiatan
1. Quran surat Al-alaq tentang anjuran membaca.
2. Firman Allah Ta’ala ( yang arinya ) “ Allah akan mengangakat kedudukan orang-ornag yang
beriman diantara kalian dan diberikan ilmu beberapa derajat”. (Qs. Al-Mujadalah : 11 )
3. Sabda nabi Muhammad S.a.w, “ barang siapa diantara kalian yang melihat suatu kemungkaraan
maka hendaknya dia mengubahnya dengan tangannya, kalau tidak mampu, maka dengan
lisannya, kalau tidak mampu juga maka cukup hatinya dan itu adalah selemah-lemah iman.”
( HR. Muslim ).
4. Kedalaman agama yang mengemban umatnya untuk berbuat kebajikan dan mencegah yang
mungkar “ amar ma’ruf nahi mungkar “.
G. Latar Belakang
Kegiatan ini penting untuk segera diwujudkan dengan beberapa pertimbangan :
Kondisi masyarakat desa Kranggan yang haus akan ilmu-ilmu yang sangat penting dan
perlu untuk di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik bagi masyarakat yang sedang
menjalankan pendidikan maupun warga masyarakat yang senantiasa meningkatkan
kreativitasnya dalam bekerja dan berusaha dan bersaing sehat dalam bidangnya masing-masing.
Sehingga dengan adanya perpustakaan ini masyarakat yang mulanya kesulitan dalam
memperoleh buku sebagai sumber informasi dengan harus membeli, bisa memanfaatkan
perpustakaan ini sekaligus akan mengefisienkan waktu, biaya, dan tenaga mereka.
H. Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini diadakan dengan tujuan :
1. Mengembangkan kreativitas anak-anak, pemuda-pemudi dan masyarakat seluruhnya untuk
menghasilkan SDM yang cerdas, mandiri dan unggul.
2. Membangun minat baca anak, remaja dan orang tua desa Kranggan khususnya.
3. Sebagai tempat penyaluran/pelayanan ilmu kepada masyarakat agar lebih mudah memperoleh
informasi yang dekat, mudah dijangkau, murah dan cepat.
4. Mengoptimalkan sumber daya lingkungan sacara berdaya guna dan berhasil guna siring dengan
perkembangan IPTEK.
5. Perbaikan dan pengembangan diri masyarakat
I. Sasaran Kegiatan
Mulai dari anak-anak usia sekolah ( TK dan SD ), remaja ( SMP, SMA, Perguruan
Tinggi), para orang tua, dan pada dasarnya pengadaan perpustakaan desa ini memiliki target
sasaran seluruh masyarakat Desa Kranggan, Galur, Kulon Progo, Yogyakarta.
J. Sekilas tentang Perpustakaan Kranggan
Perpustakaan ini merupakan gagasan dari kelompok pemuda-pemudi Desa Kranggan,
Kecamatan Galur. Namun, hingga sekarang perpustakaan ini baru menjadi sebuah wacana.
Usaha untuk merealisasikannya, kami wujudkan dalam proposal ini.
Perpustakaan ini buka setiap hari senin – jum’at pukul 09.00 – 16.00
L. Dana
Sumber pendanaan dalam pengelolaan perpustakaan ini adalah para donator dan
pemerintahan kota dan pemerintahan daerah khusus yang berperan penting dalam kemajuan dan
pengembangan perpustakaan desa kranggan ini.
Dana yang dibutuhkan dalam pendirian dan pengelolaan perpustakaan ini diperkirakan
dana sebesar Rp. 20.300.000,00. Adapun kejelasan lebih detail sebagaimana terlampir.
Mengetahui,
Bpk.Tumpang
Sabarudin
Pelindung
Penasehat
Lampiran 1
pengolahan buku
Pemberian tanda
11 Januari - 10 Februari Klasifikasi
pustakawan
2011 Pengkatalogan
Pengerakkan
User Education
11Februari 2011 Masyarakat desa Kranggan
( pelayanan Sirkulasi )
PROPOSAL PERMOHONAN BANTUAN BUKU UNTUK
PERPUSTAKAAN …………………………………….
I. LATAR BELAKANG
Keberadaan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari peradaban dan budaya umat manusia.
Tinggi rendahnya peradaban dan budaya suatu bangsa dapat dilihat dari kondisi perpustakaan
yang dimiliki. Hal itu karena ketika manusia purba mulai menggores dinding gua tempat mereka
tinggal, sebenarnya mereka mulai merekam pengetahuan mereka untuk diingat dan disampaikan
kepada pihak lain. Mereka menggunakan tanda atau gambar untuk mengekspresikan pikiran
dan/atau apa yang dirasakan serta menggunakan tanda-tanda dan gambar tersebut untuk
mengomunikasikannya kepada orang lain. Waktu itulah eksistensi dan fungsi perpustakaan mulai
disemai. Penemuan mesin cetak, pengembangan teknik rekam, dan pengembangan teknologi
digital yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi mempercepat tumbuh-kembangnya
perpustakaan. Pengelolaan perpustakaan menjadi semakin kompleks. Dari sini awal mulai
berkembang ilmu dan teknik mengelola perpustakaan. Perpustakaan sebagai sistem pengelolaan
rekaman gagasan, pemikiran, pengalaman, dan pengetahuan umat manusia, mempunyai fungsi
utama melestarikan hasil budaya umat manusia tersebut, khususnya yang berbentuk dokumen
karya cetak dan karya rekam lainnya, serta menyampaikan gagasan, pemikiran, pengalaman, dan
pengetahuan umat manusia itu kepada generasi-generasi selanjutnya.
Sasaran dari pelaksanaan fungsi ini adalah terbentuknya masyarakat yang mempunyai budaya
membaca dan belajar sepanjang hayat. Di sisi lain, perpustakaan berfungsi untuk mendukung
Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana diatur dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Perpustakaan merupakan pusat sumber informasi, ilmu
pengetahuan, teknologi, kesenian, dan kebudayaan. Selain itu, perpustakaan sebagai bagian dari
masyarakat dunia ikut serta membangun masyarakat informasi berbasis teknologi informasi dan
komunikasi sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi World Summit of Information Society-
WSIS, 12 Desember 2003. Deklarasi WSIS bertujuan membangun masyarakat informasi yang
inklusif, berpusat pada manusia dan berorientasi secara khusus pada pembangunan. Setiap orang
dapat mencipta, mengakses, menggunakan, dan berbagi informasi serta pengetahuan hingga
memungkinkan setiap individu, komunitas, dan masyarakat luas menggunakan seluruh potensi
mereka untuk pembangunan berkelanjutan yang bertujuan pada peningkatan mutu hidup.
Indonesia telah merdeka lebih dari 60 (enam puluh) tahun, tetapi perpustakaan ternyata belum
menjadi bagian hidup keseharian masyarakat.
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa perlu dikembangkan suatu sistem nasional
perpustakaan. Sistem itu merupakan wujud kerja sama dan perpaduan dari berbagai jenis
perpustakaan di Indonesia demi memampukan institusi perpustakaan menjalankan fungsi
utamanya menjadi wahana pembelajaran masyarakat dan demi mempercepat tercapainya tujuan
nasional mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemberlakuan kebijakan otonomi daerah berdasarkan
Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengakibatkan
ketidakjelasan kewenangan pusat dan daerah dalam bidang perpustakaan. Keberadaan
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai LPND berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 11 Tahun 1989 tidak lagi memiliki kekuatan efektif dalam melakukan pembinaan dan
pengembangan perpustakaan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keberagaman kebijakan dalam pengembangan perpustakaan di daerah secara umum pada satu
sisi menguntungkan sebagai pendelegasian kewenangan kepada daerah. Namun, di sisi lain
dianggap kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan perpustakaan yang andal dan profesional
sesuai dengan standar ilmu perpustakaan dan informasi yang baku karena bervariasinya
kemampuan manajemen dan finansial yang dimiliki oleh setiap daerah serta adanya perbedaan
pemahaman dan persepsi mengenai peran dan fungsi perpustakaan.
Sejumlah warga masyarakat telah mengupayakan sendiri pendirian taman bacaan atau
perpustakaan demi memenuhi kebutuhan masyarakat atas informasi melalui bahan bacaan yang
dapat diakses secara mudah dan murah. Namun, upaya sebagian kecil masyarakat ini tidak akan
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang jumlah, variasi, dan intensitasnya jauh lebih
besar. Untuk itu, berdasarkan Pasal 31 ayat (2), Pasal 32, dan Pasal 28F Undang-Undang Dasar
Deklarasi Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah perlu menyelenggarakan
perpustakaan sebagai sarana yang paling demokratis untuk belajar sepanjang hayat demi
memenuhi hak masyarakat untuk memperoleh informasi melalui layanan perpustakaan guna
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan adanya undang-undang ini diharapkan keberadaan
perpustakaan benar-benar menjadi wahana pembelajaran sepanjang hayat dan wahana rekreasi
ilmiah. Selain itu, juga menjadi pedoman bagi pertumbuhan dan perkembangan perpustakaan di
Indonesia sehingga perpustakaan menjadi bagian hidup keseharian masyarakat Indonesia.
Setelah kita membaca secara detail penjelasan umum dari Undang-undang no 43 tahun 2007
yang berisi tentang perpustakaan tersebut diatas bisa kita simpulkan bahwa pemerintah saat ini
sudah menyadari betapa penting peran dan fungsi perpustakaan dalam mencerdaskan anak
bangsa dengan cara selalu dan terus menerus memperbaiki fasilitas dan pelayanan perpustakaan.
Semua jenis perpustakaan memiliki fungsi dan peran mereka masing-masing dari Perpustakaan
Nasional, Perpustakaan daerah, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi,
perpustakaan khusus dan semua jenis perpustakaan yang ada di Indonesia memiliki peran yang
sama.
Saat ini hampir semua perpustakaan di Indonesia setiap hari terus berlomba-lomba untuk terus
memperbaiki fasilitas dan pelayanan mereka untuk bisa memberikan fasilitas terbaik untuk para
pengunjung perpustakaan. Perbaikan tersebut bisa kita lihat dengan terus bertambahnya jumlah
koleksi buku maupun fasilitas yang lain seperti internet gratis, hotspot area, dan masih banyak
lagi yang lain.
Kami disini dari NAMA INSTANSI sangat berharap Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota
……………… dapat memberikan sedikit bantuan buku untuk kami dalam pengembangan minat
baca siswa-siswi.
II. MANFAAT DAN TUJUAN
Manfaat:
Tujuan :
IV. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat agar diperhatikan sebagaimana mestinya. Atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih.
Madiun, 12 April 2011
Mengetahui,
Kepala INSTANSI Pustakawan
1. Pendahuluan
Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah perpustakaan untuk masyarakat sebagai salah satu sarana
untuk meningkatkan dan mendukung kegiatan pendidikan masyarakat pedesaan, yang
merupakan bagian integral dari kegiatan pembangunan Desa/Kelurahan. Undang-Undang nomor
43 tahun 2007 tentang perpustakaan telah menyebutkan bahwa Perpustakaan Desa/Kelurahan
merupakan salah satu jenis perpustakaan umum yang menjadi kewajiban pemerintah desa.
Fungsi utama dari Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah sebagai lembaga penyedia layanan
bahan pustaka dan informasi kepada masyarakat untuk kepentingan pendidikan, informasi,
penerangan, serta rekreasi dan hiburan sehat bagi masyarakat.
Unit organisasi pemerintahan yang terendah dalam sistem pemerintahan di Indonesia saat ini
adalah desa/kelurahan. Pengertian kedua istilah ini sebenarnya sama saja, yang berbeda adalah
istilah desa terdapat pada kabupaten sedangkan istilah kelurahan terdapat pada kota.
Bila dilihat dari profil masyarakatnya, maka masyarakat desa merupakan masyarakat yang selalu
memegang teguh adat istiadat serta norma-norma yang berlaku sesuai dengan karakteristik
masyarakatnya.
Kehidupan yang bersahaja, santun, dan penuh semangat gotong royong, merupakan gambaran
umum masyarakat desa. Sebagian besar masyarakatnya hidup dalam kondisi yang sederhana.
Sikap sederhana ini bisa jadi terbentuk karena pertama, secara ekonomi memang tidak mampu,
kedua secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.
Inilah sedikit gambaran tentang masyarakat desa. Kedua watak ini dalam kadar tertentu
berpengaruh terhadap tingkat literasi masyarakat yang rendah, relatif lebih rendah dari di kota.
Tingkat literasi yang rendah ini bisa diperbaiki dengan pemanfaatan Perpustakaan
Desa/Kelurahan.
3. Permasalahan yang Dihadapi oleh Perpustakaan Desa/Kelurahan
Beberapa permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam upaya pengembangan Perpustakaan
Desa/Kelurahan dapat diperoleh dengan membandingkan antara potret Perpustakaan
Desa/Kelurahan saat ini dengan harapan Perpustakaan Desa/Kelurahan pada masa yang akan
datang dengan identifikasi sebagai berikut :
1. Jumlah pertumbuhan Perpustakaan Desa/Kelurahan yang ada di Indonesia saat ini belum
sebanding dengan jumlah Desa/Kelurahan yang ada di Indonesia.Menurut data dari Biro Pusat
Statistik pada tahun 2013 jumlah Desa/Kelurahan yang ada di Indonesia saat ini adalah 79.075
Desa/Kelurahan. Sedangkan jumlah Perpustakaan Desa/Kelurahan yang sudah berdiri menurut
Dedy Junaidi dalam “Rakor Sinkronisasi Program Kearsipan dan Perpustakaan”, yang
diselenggarakan Badan Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Provinsi Jateng pada hari Senin
tanggal 17 Februari 2014 adalah sejumlah 24.745 Perpustakaan Desa/Kelurahan. Ini berarti
masih lebih dari 50 % jumlah Desa/Kelurahan di Indonesia yang tidak/belum memiliki
Perpustakaan Desa/Kelurahan.
2. Rendahnya komitmen para pengambil keputusan di Kabupaten/Kota (eksekutif dan legislatif)
dalam program pembangunan perpustakaan di pedesaan. Hal ini ditunjukkan dengan belum
memadainya alokasi anggaran untuk pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan di
Kabupaten/Kota.
3. Terbatasnya sarana dan prasarana Perpustakaan Desa/Kelurahan.
Desa/Kelurahan yang sudah memiliki Perpustakaan Desa/Kelurahan umumnya dengan kondisi
yang sangat memperihatinkan. Sarana dan prasarana yang dimiliki seringkali berada dalam
kondisi yang tidak layak atau seadanya. Sebagai contoh ruangan perpustakaan yang kecil,
meubelair yang sederhana, koleksi yang sedikit dan umumnya buku-buku terbitan lama dan
usang, dan lokasi gedung/ruangan yang tidak strategis untuk dilihat dan dijangkau pengguna.
4. Terbatasnya tenaga pengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan.
5. Rendahnya minat baca masyarakat Desa/Kelurahan.
6. Masih tingginya angka kemiskinan di pedesaan sehingga masyarakat tidak mampu untuk
membeli buku atau bahan bacaan lain yang dapat menambah ilmu pengetahuan dan teknologi
tepat guna.
Disamping permasalahan tersebut di atas, akar masalah yang menyebabkan statis atau kurang
berjalannya program pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah karena proses
pengembangannya kurang didasari pada konsep pengembangan perpustakaan yang ideal berbasis
demografi masyarakat.
Dengan kata lain, jika kita amati masih banyak tahapan atau prosedur pengembangan
Perpustakaan Desa/Kelurahan yang terabaikan. Diantara tahapan penting tersebut adalah kajian
terhadap kebutuhan pengguna (user need assassement), pemetaan profil masyarakat (community
profiling), dan evaluasi kompetensi SDM pengelola perpustakaan.
Implikasinya, Perpustakaan Desa/Kelurahan belum bisa menjadi media pembelajaran dan wadah
rekreasi kultural bagi masyarakat sebagaimana diamanatkan undang-undang, yang berakibat
pada banyak Perpustakaan Desa/Kelurahan yang pada akhirnya tidak berfungsi. Padahal kita
tahu bahwa investasi pemerintah untuk pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan itu tidak
sedikit.
4. Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa/Kelurahan
Strategi pengembangan perpustakaan pada hakekatnya adalah cara-cara sistematis yang perlu
dilakukan dalam upaya melakukan pengembangan perpustakaan untuk mencapai tujuan seperti
yang diharapkan.
Untuk mencapai tujuan tersebut strategi pengembangan harus mampu menunjukkan bagaimana
operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatan (approach)
bisa berbeda-beda sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi.
Dalam pengaturan strategi perlu juga dipertimbangkan beberapa komponen penting sebagai
kajiannya serta memperhatikan setiap faktor pendukung dan penghambat dari komponen
tersebut.
Pembangunan sarana dan prasarana perpustakaan merupakan komponen yang paling penting
dalam pendirian sebuah Perpustakaan Desa/Kelurahan. Karena sarana dan prasarana inilah nanti
yang akan menentukan bagaimana situasi dan kondisi suatu Perpustakaan Desa/Kelurahan.
Sarana dan prasarana yang dimaksud yaitu ruangan/gedung perpustakaan, perlengkapan
(termasuk meubelair), dan semua peralatan yang dibutuhkan untuk bekerja.
Menurut Sutarno (2006: 108): “sarana dan prasarana perpustakaan adalah semua benda
dan barang serta fasilitas yang ada di perpustakaan dan digunakan untuk mendukung
terselenggaranya kegiatan perpustakaan”.
Perpustakaan dikatakan baik dan ideal apabila memiliki ruangan/gedung yang memadai, koleksi
yang lengkap dan fasilitas yang cukup. Dalam membangun sarana dan prasarana Perpustakaan
Desa/Kelurahan perlu komitmen yang jelas dari para penentu kebijakan yaitu Bupati, Walikota,
Camat, dan Kepala Desa/Kelurahan.
Kalau perpustakaannya bagus, tidak kumuh, dan suasananya nyaman, apalagi didukung
komitmen pemerintah daerahnya untuk terus memajukan perpustakaan, maka tingkat pendidikan
masyarakatnya akan maju dan tingkat buta aksara masyarakatpun pasti rendah.
Bangunan perpustakaan tidak harus mewah, disesuaikan dengan kondisi masyarakat dimana
perpustakaan berada. Bisa saja terbuat dari bambu, tripleks, dan lain-lain. Yang terpenting
koleksi buku bisa terhindar dari air hujan dan panas matahari.
Dalam memilih lokasi bangunan perpustakaan haruslah lokasi yang strategis, yaitu lokasi yang
mudah dijangkau oleh masyarakat, mudah arus lalu lintas kendaraan, dekat dengan aktivitas
masyarakat, lingkungannya tertib dan teratur, dan menyesuaikan dengan demografi masyarakat
dimana perpustakaan berada.
Penyediaan meubelair perpustakaan seperti meja baca dan kursi untuk pengguna perpustakaan,
meja dan kursi untuk SDM pengelola perpustakaan, lemari, rak buku, dan lain-lain, termasuk
semua peralatan-peralatan kerja yang dibutuhkan oleh SDM pengelola perpustakaan merupakan
sarana dan prasarana yang tidak kalah pentingnya seperti gedung/ruangan perpustakaan.
Kooperatif dan komunikatif dengan aparat desa mengenai segala kebutuhan perpustakaan.
Mencari dukungan melalui donasi dari masyarakat desa yang memiliki kemampuan.
Mengajak pihak-pihak yang kompeten dalam penataan dan desain perpustakaan.
Melibatkan mahasiswa yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa dalam penataan,
desain dan dekorasi perpustakaan.
Jenis koleksi Perpustakaan Desa/Kelurahan meliputi buku (fiksi dan non fiksi), buku referensi,
penerbitan pemerintah (pusat dan daerah), seperti himpunan peraturan pemerintah, surat kabar,
majalah baik yang ilmiah maupun populer, yang umum ataupun khusus, film, slide, piringan
hitam, dan sebagainya.
Menurut buku Pedoman Perpustakaan Desa (2001 : 22): “komposisi jenis koleksi yang dimiliki
Perpustakaan Desa/Kelurahan seyogyanya adalah dengan perbandingan non fiksi 60% dan fiksi
40%.
Upayakan ilmu pengetahuan praktis 60 – 70 % dari total buku-buku non fiksi. Dengan
prosentase non fiksi lebih besar dimaksudkan agar masyarakat pengguna perpustakaan dapat
memperluas pengetahuan umun dan keterampilan yang diperlukan dalam kegiatan sehari-hari
sehingga dapat menunjang pekerjaan pokok masyarakat setempat.
Koleksi Perpustakaan Desa/Kelurahan bisa bersumber dari pembelian, hadiah, tukar menukar,
sumbangan Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Provinsi, koleksi Perpustakaan Keliling,
atau sumbangan dari masyarakat.
Hal yang paling penting yang harus diperhatikan dalam pengadaan koleksi adalah pengelola
perpustakaan harus benar-benar memperhatikan kebutuhan masyarakat pengguna jasa
perpustakaan (user need assassement) serta tujuan dan misi yang diemban oleh Perpustakaan
Desa/Kelurahan.
Perpustakaan Desa/Kelurahan melayani segala lapisan dan golongan masyarakat yang beraneka
ragam. Oleh karena itu pengadaan koleksi harus memperhatikan keanekaragaman tersebut baik
dari segi demografi lokasi tempat tinggal masyarakat, jenis mata pencaharian utama masyarakat,
politik, ekonomi, sosial, budaya dan adat istiadat masyarakat setempat. Karena semua aspek ini
sangat menentukan apakah koleksi perpustakaan akan berdayaguna atau tidak bagi masyarakat.
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan komponen penting dalam operasional Perpustakaan
Desa/Kelurahan. SDM pengelola perpustakaan inilah nanti yang akan menentukan
keberlangsungan sebuah perpustakaan. Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola Perpustakaan
Desa/Kelurahan biasanya ditunjuk langsung oleh Kepala Desa, bisa saja seorang pustakawan,
pegawai administrasi kantor Kelurahan/Desa, Karang Taruna, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), atau masyarakat biasa.
Hal terpenting dalam menentukan SDM pengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah memilih
orang yang benar-benar memiliki kompetensi dalam pekerjaan teknis perpustakaan, memiliki
jiwa pustakawan dan cinta terhadap buku dan perpustakaan. Karena semua hal tersebut akan
menentukan bagaimana kinerja kerja seseorang dalam operasional perpustakaan.
Anggaran atau sumber dana sebuah perpustakaan mutlak harus ada, karena tanpa ketersediaan
anggaran akan sulit bagi perpustakaan untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Anggaran
tersebut untuk membiayai semua operasional perpustakaan agar perpustakaan tetap dapat eksis
dan semakin berkembang.
Pemerintah desa juga dapat menganggarkan dana Perpustakaan Desa/Kelurahan melalui ADD
(Alokasi Dana Desa) yang bersumber dari APB Desa untuk operasional Perpustakaan
Desa/Kelurahan yang meliputi pengadaan, pengolahan, dan pelayanan bahan pustaka sehingga
Perpustakaan Desa/Kelurahan dapat tumbuh dan berkembang. Penentuan besar ADD untuk
operasional Perpustakaan Desa/Kelurahan disesuaikan dengan kemampuan keuangan dalam
APBDesa.
Adanya anggaran menunjukkan bahwa pemerintah desa telah memiliki keinginan untuk berubah
ke arah yang lebih baik yaitu mengajak masyarakatnya menjadi masyarakat yang melek
informasi.
Sebaliknya, ketiadaan alokasi anggaran menunjukkan bahwa pemerintah desa hanya sekedar
memposisikan perpustakaan desa sebagai panggung sandiwara. Dipertunjukkan ketika ada acara
lomba desa dan langsung tutup layar ketika acara lomba desa telah selesai.
Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor misalnya ketidak tahuan/kekurang tahuan
masyarakat dimana letak/lokasi perpustakaan, apa kegunaan perpustakaan, siapa saja yang boleh
berkunjung ke perpustakaan, bagaimana cara menjadi anggota perpustakaan, bahan pustaka apa
saja yang ada di perpustakaan, dan lain sebagainya. Faktor-faktor tersebut yang akhirnya
menjadikan masyarakat kurang merespon dan memperhatikan keberadaan Perpustakaan
Desa/Kelurahan.
Masyarakat desa terdiri atas berbagai kelompok masyarakat yang saling berbeda strata sosialnya,
tingkat pendidikan, suku, kebudayaan, agama dan kepercayaan, adat istiadat dan masih banyak
hal berbeda lainnya. Oleh karena itu sikap, pandangan, cara berpikir, wawasan dan persepsi
masyarakatnya terhadap sesuatu hal juga seringkali berbeda.
Hal-hal seperti inilah yang harus diperhatikan oleh SDM pengelola perpustakaan. Bagaimana
SDM pengelola perpustakaan mampu menciptakan dan mengembangkan citra dan persepsi yang
benar dan lengkap tentang perpustakaan bagi semua anggota masyarakat desa/kelurahan.
Pada umumnya minat masyarakat terhadap perpustakaan relatif masih rendah. Tentu hal ini
masih berkaitan dengan dua hal di atas yaitu kurangnya respon masyarakat terhadap
perpustakaan dan kurang tepatnya persepsi masyarakat tentang perpustakaan.
Ditambah lagi hal ini berkaitan dengan rendahnya minat baca masyararakat. Sehingga tugas
utama dari perpustakaan Desa/Kelurahan adalah bagaimana kehadiran perpustakaan
Desa/Kelurahan mampu menggairahkan minat masyarakat untuk membaca. Selain itu perlu juga
ditanamkan kesadaran pada masyarakat bahwa perpustakaan Desa/Kelurahan didirikan untuk
menumbuhkan minat baca.
Hampir seluruh waktu kerja mereka digunakan untuk bekerja mencari nafkah sehari-hari.
Umumnya mereka telah pergi bekerja sejak pagi hari sebelum matahari terbit dan pulang ketika
matahari sudah tenggelam. Dalam hubungannya dengan perpustakaan maka bagi masyarakat
desa/kelurahan sangat sulit untuk membagi waktu kerjanya dengan berkunjung ke perpustakaan.
Tidak bisa dipungkiri perhatian Pemerintah Daerah terhadap perpustakaan masih sangat kurang.
Masih banyak sekali Kepala Daerah yang kurang memberikan perhatian kepada Perpustakaan
Desa/Kelurahan yang berada di wilayah kerjanya. Padahal perpustakaan merupakan sarana
belajar sepanjang hayat yang murah dan mudah terjangkau oleh masyarakatnya.
Oleh sebab itu diharapkan pembinaan perpustakaan Desa/Kelurahan perlu menjadi perhatian
serius Pemerintah Daerah dalam rangka mencerdaskan masyarakat. Adanya otonomi daerah akan
berpengaruh terhadap pembiayaan, pembinaan dan pengembangan perpustakaan.
Diharapkan Pemda kabupaten lewat Dinas PPO bisa mengalokasikan sebagian dana APBD
untuk mengembangkan satu perpustakaan desa sebagai pilot project pada salah satu
Desa/Kelurahan. Apabila berhasil Perpustakaan Desa/Kelurahan ini bisa dijadikan model bagi
pengembangan perpustakaan lainnya di tingkat Desa/Kelurahan.
Pustakawan seyogyanya kreatif untuk memikirkan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk
mempromosikan Perpustakaan Desa/Kelurahan yang dibinanya agar kehadirannya benar-benar
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Desa/Kelurahan secara maksimal. Beberapa cara promosi
perpustakaan Desa/Kelurahan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Menambah koleksi bahan pustaka yang berbasis masyarakat dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
2. Melakukan kerjasama dengan Perpustakaan Nasional RI, BPAD Provinsi dan Forum
Perpustakaan Masyarakat Desa/Kelurahan, khususnya dalam penambahan koleksi bahan
pustaka yang diminati masyarakat.
3. Melakukan kerjasama dengan Mahasiswa KKN dari berbagai Perguruan Tinggi untuk dapat
memasyarakatkan Perpustakaan Desa/Kelurahan.
4. Bekerjasama dengan tokoh-tokoh seperti penulis, pendongeng, aktivis komunitas masyarakat
membaca, dan Karang Taruna untuk membuat acara di perpustakaan.
5. Melakukan layanan perpustakaan keliling (Pusling) dengan mobil pintar dan motor pintar
sehingga dapat menjangkau keberadaan masyarakat Desa/Kelurahan yang lokasinya jauh dari
perpustakaan.
6. Memberikan pelatihan bimbingan teknis (Bimtek) bagi pengelola perpustakaan Desa/Kelurahan
sehingga menambah kompetensi pengelola perpustakaan.
7. Memberikan penghargaan bagi pengelola perpustakaan Desa/Kelurahan yang memiliki dedikasi
dan loyalitas yang baik dalam bekerja.
8. Memberikan penghargaan kepada masyarakat yang menjadi pengunjung perpustakaan
terbanyak/terbaik.
9. Melakukan promosi melalui kerjasama dengan sekolah-sekolah yang ada di sekitar perpustakaan
Desa/Kelurahan mulai dari TK, SD, SMP dan SMA .
10. Melakukan promosi door to door serta atau promosi melalui radio komunitas.
11. Pemasyarakatan perpustakaan melalui sosialisasi di media cetak dan elekronik, leaflet, spanduk,
poster dan kegiatan expo perpustakaan atau lomba perpustakaan Desa/Kelurahan.
12. Membangun kemitraan antara pemerintah, masyarakat, dan swasta dalam menyelenggarakan
Perpustakaan Desa/Kelurahan. Terutama sekali diharapkan kontribusi sosial dari perusahaan
swasta berskala besar, baik nasional maupun internasional apalagi perusahaan asing yang
mengeksploitasi kekayaan alam di desa tersebut dan menjalankan usahanya di daerah tersebut.
Sudah menjadi kewajibannya menyisihkan sebagian perolehan laba untuk dikembalikan kepada
masyarakat melalui program dan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat yaitu membangun
Perpustakaan Desa/Kelurahan.
5. Penutup
Sebagai lembaga yang mengelola bahan pustaka ilmiah dan edukatif bagi masyarakat desa,
Perpustakaan Desa/Kelurahan harus senantiasa mengembangkan strategi yang jitu agar menjadi
sesuatu yang menarik bagi banyak orang, jika ingin tetap eksis dan dihargai keberadaannya oleh
masyarakat.
Secara jujur harus diakui bahwa masih banyak “pekerjaan rumah” yang harus diselesaikan oleh
SDM pengelola Perpustakaan Desa/Kelurahan. Namun setiap masalah tentu ada cara dan jalan
pemecahannya jika dihadapi dengan arif dan bijaksana serta adanya kompetensi pengetahuan
yang cukup. Harapan ke depan, Perpustakaan Desa/Kelurahan di Indonesia dapat terus maju dan
berkembang menjadi lebih baik lagi. Semoga.
Referensi :