Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pada percobaan kali ini kami mempraktekan tentang antipiretik.Antipiretik adalah
obat yang dapat menurunkan panas atau untuk obat mengurangisuhu tubuh (suhu tubuh yang
tinggi). Hanya menurunkan temperatur tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang
normal. Pada umumnya demam adalahsuatu gejala dan bukan merupakan suatu penyakit
tersendiri. Oleh sebab itu pembahasan antipiretik secara khusus jarang ada, pada umumnya
pembahasannyaantipiretik ada pada pembahasan obat anti nyeri (analgetika). Sebagai
nantipiretik,obat mirip aspirin akan menurunkan suhu badan hanya dalam keadaan demam.
walaupun keadaan obat ini memperlihatkan efek antipiretik in !itro, tidak semua berguna
sebagai antipeiertik karena bersifat toksik bila digunakan secara rutinatau terlalu lama. "ni
berkaitan dengan hipotesis bahwa 5O% yang ada disentralotak terutama 5O% dimana hanya
parasetamol dan obat lainnya dapat menghambat. Antiruematik lainnya tidak dibenarkan
untuk digunakan sebagai antipiretik atas alasan tersebut. Mekanisme kerja obat antipiretik
adalah bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin dihipotalamus anterior (yang
meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen). Kontra indikasi pada obat antipiretik
dimana pada segala penyakit yangmenghasilkan gejala demam. Sejumlah pedoman
menyatakan bahwa obat antipiretik sebaiknya diberikan jika demam lebih dari 37,50C.
Demam yang kurang dari 37,50C Sebaiknya jangan diberi obat, selain dapat menurunkan
demam, sebagian besar obat-obat antipiretik tersebut juga memiliki khasiat mengurangi nyeri.
Efek samping dari obat Antipiretik yaitu gangguan saluran pencernaan selain
menimbulkan demam dan nyeri ternyata prostaglandin berperan melindungi saluran cerna.
Senyawa ini dapat menghambat pengeluaran asam lambung dan mengeluarkan cairan
(mukus) sehingga mengakibatkan dindingsaluran cerna rentan terluka, karena sifat asam
lambung yang bisa merusak, gangguan hati(hepar)Obat yang dapat menimbulkan hepar
adalah parasetamol karena penderita gangguan hati disarankan mengganti dengan obat lain.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1. Apa definisi antipiretik?
1.2.2. Apa saja kandungan yang ada pada antipireti?
1.2.3. Apa jeenis-jenis antipiretik?
1.2.4 Bagaimana mekanisme kerja antipiretik?
1.3 TUJUAN MASALAH
1.3.1. Mengetahui definisi dari antipiretik
1.3.2. Mengetahui kandungan yang ada dalam antipiretik
1.3.3. Mengetahui jenis-jenis antipiretik
1.3.4. Mengetahui mekanisme kerja antipiretik

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI ANTIPIRETIK
Antipiretik terdiri dari dua kata, yaitu anti berarti lawan yang dalam kamus besar
bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai bentuk terikat yang melawan, menentang dan
memusuhi. Sedangkan piretik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan sebuah
substansi yang menyebabkan kenaikan suhu badan. Sehingga, dari kedua makna kata diatas
dapat diartikan bahwa antipiretik merupakan substansi atau obat yang dapat melawan,
menentang, atau memusuhi kenaikan suhu tubuh sehingga menyebabkan panas. Jika dilihat
secara garis besarnya.
Arti yang lebih menyeluruh dari antipiretik adalah obat penurun panas dengan gejala
– gejala yang mengikuti kenaikan suhu badan lainnya. Seperti mialgia (nyeri otot yang
dimana badan terasa pegal – pegal), demam, kedinginan, nyeri kepala dan efek samping yang
mungkin hanya terjadi apabila suhu tubuh anda mengalami kenaikan yang tidak wajar.
Seseorang dikatakan memiliki kenaikan suhu tubuh atau demam apabila suhu tubuh yang
terukur oleh termometer badan lebih dari 380 celcius. Dan kenaikan suhu tubuh dapat terjadi
karena tubuh menghasilkan reaksi penolakan terhadap zat-zat atau komponen yang buruk dari
lingkungan sekitar anda. Kenaikan suhu tubuh yang tidak wajar sendiri dapat diakibatkan
oleh beberapa faktor, berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan
kenaikan suhu badan hingga menghasilkan demam dan sebagainya :
1. Virus penyakit
2. Bakteri
3. Perubahan suhu lingkungan yang cepat
4. Jamur
5. Obat-obatan
6. Racun, dll
Kenaikan suhu tubuh tidak selamanya bermakna negatif. Karena sesuai dengan
pengertian dari naiknya suhu tubuh itu sendiri bahwa ia merupakan reaksi alami tubuh dalam
menangkal komponen-komponen jahat yang mencoba masuk dan menjangkiti tubuh dengan
suatu penyakit. Pada taraf tertentu naiknya suhu tubuh bukan merupakan sebuah ancaman
bahaya. Akan tetapi, efek yang ditimbulkan oleh naiknya suhu tubuh juga perlu diwaspadai.
Karena naiknya suhu tubuh dapat berdampak cukup serius apabila dibiarkan secara terus-
menerus.
Berikut adalah beberapa hal yang mungkin anda alami apabila suhu tubuh anda naik sampai
di atas 380 celcius:
A. Menggigil
B. Gemetar
C. Nyeri otot dan sendi

2
D. Berkeringat (kadang disebut keringat dingin)
E. Jantung berdetak kencang (palpitasi)
F. Kulit memerah
G. Pusing
H. Lemah
I. Sakit kepala
J. Muntah-muntah
K. Diare
L. Batuk-batuk
M. Kehilangan selera makan
N. Kelelahan
Hingga halusinasi, kejang-kejang, bahkan mungkin gangguan yang lebih parah lainnya
apabila terdapat komplikasi dengan penyakit-penyakit tertentu.
Nah, fungsi utama dari antipiretik sendiri merupakan obat yang digunakan untuk
menurunkan panas. Mengatasi gejala-gejala yang diakibatkan oleh demam dan sebagainya
seperti yang telah disebutkan diatas. Penggunaan obat-obat antipiretik mungkin dapat
menjadi solusi dari masalah kesehatan anda yang berupa kenaikan suhu tubuh yang lebih dari
suhu tubuh normal.
2.2. Kandungan Antipiretik
Obat antipiretik memiliki kandungan yang cukup beragam mengingat ada beberapa
golongan obat antipiretik. Kandungan obat antipiretik bisa berupa asetaminofen
(parasetamol), ibuprofen, asetosal, asam mefenamat, dan lainnya.
2.3. Jenis jenis obat antipiretik
Obat obatan yang termasuk ke dalam jenis antipiretik ada beberapa jenis :
1. Salsilat (Mis. aspirin)
Obat golongan salisilat merupakan salah satu obat yang paling sering
digunakan, karena mempunyai sifat analgesik, antipiretik, antiinflamasi, antireumatik,
dan yang paling mutakhir adalah sebagaiantiagregasi trombosit(antitrombotik)
atauantiplatelet ( Beckman Coulter, 2003). Salisilat tersedia dalam berbagai bentuk
sediaanobat, di antaranya topikal, tablet, serbuk, dan supositoria. Selain bentuk
regular, salisilat juga tersedia dalam bentuk tablet salut selaput yang diharapkan akan
mengalami disolusi dalam usus halus (Chyka et al., 2007). Obat golongan salisilat
yang paling banyak digunakan adalah aspirin (asam asetil salisilat).
a. Aspirin
Salah satu obat yang paling sering digunakan dan termurah dalam pengobatan.
Itu milik obat anti-inflamasi non-steroid dengan berbagai kegiatan farmakologis,

3
termasuk analgesik, antipiretik, dan sifat antiplatelet. Saat ini, itu diterima untuk
meresepkan aspirin dosis rendah untuk wanita hamil yang berisiko tinggi
preeklampsia (PE) karena mengurangi timbulnya komplikasi ini. Perubahan
kehamilan lain di mana dosis rendah aspirin direkomendasikan adalah sindrom
antiphospholipid kebidanan (APS).
Golongan Antiplatelet & obat antiinflamasi nonsteroid
Bahan aktif Asam asetilsalisilat (acetylsalicylic acid)
Kategori Obat resep dan obat bebas
Mencegah penggumpalan darah, menghilangkan rasa
Manfaat
sakit,meredakan pembengkakan, dan menurunkan demam
Dikonsumsi oleh Dewasa
Di bawah trimester ketiga:
Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan
adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi
terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika
besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko
Kategori terhadap janin.
kehamilan dan Trimester ketiga:
menyusui Kategori D: Ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin
manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih
besar dari risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang
mengancam jiwa.Aspirin dapat terserap ke dalam ASI, jadi
konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter mengenai risiko dan
manfaat mengonsumsi aspirin saat menyusui.
Bentuk obat Tablet

>Dosis Aspirin

Dosis aspirin atau acetosal berbeda-beda, tergantung pada penyakit yang


dialami dan usia penderita. Berikut adalah pembagian dosisnya:

 Untuk mengatasi serangan jantung


Dewasa: 160-325 mg beberapa menit setelah gejala.
 Untuk mengatasi stroke
Dewasa: 160-325 mg selama 48 jam setelah terkena stroke, diikuti dengan 81-100 mg
per hari.
 Untuk mencegah serangan jantung dan stroke
Dewasa: 81-325 mg/hari.
 Untuk pemasangan ring jantung (stent)
Dewasa: 162-325 mg sebelum prosedur pemasangan ring, diikuti dengan 81-325
mg/hari setelah prosedur dilakukan.
 Untuk mengatasi demam dan nyeri
Dewasa: 325-650 mg setiap 4 jam sekali atau 975 mg setiap 6 jam sekali, atau 500-
1000 mg setiap 4-6 jam. Maksimal 4 g/hari selama 10 hari.

4
>Efek Samping Aspirin

Efek samping yang umum terjadi akibat konsumsi aspirin antara lain adalah perut
mulas, sakit maag, dan mudah mengalami perdarahan, seperti mimisan, lebam, dan
perdarahan yang sulit berhenti apabila terluka. Segeralah berkonsultasi dengan dokter
apabila efek samping makin memburuk atau bila Anda mengalami kondisi berikut ini:

 Sakit pada persendian tangan dan kaki. Ini bisa menandakan tingginya kadar asam
urat dalam darah.
 Telinga berdenging.
 Kulit menjadi merah, melepuh, dan mengelupas.
 Adanya darah pada urin, tinja, atau muntah darah.
 Kulit atau bagian putih di mata berubah warna menjadi kuning (penyakit kuning).
 Jumlah urin berkurang atau jarang buang air kecil.
 Tangan dan kaki bengkak akibat penumpukan air dalam tubuh.

Segera pergi ke instalasi gawat darurat (IGD) di rumah sakit terdekat bila mengalami
efek samping yang parah. Berikut adalah beberapa efek samping yang perlu diwaspadai:

 Gejala alergi serius (anafilaksis). Alergi ini ditandai dengan pembengkakan pada
wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan, serta sesak napas.
 Bicara menjadi cadel.
 Lemahnya salah satu bagian tubuh.
 Gangguan penglihatan.
 Sakit kepala yang parah.

>Mekanisme Aksi

Efektivitas penggunaan aspirin adalah berdasarkan kemampuannya menghambat


enzim siklooksigenase (cyclooxygenase/COX), yang mengkatalisis perubahan asam
arakidonat menjadi prostaglandin H2, prostaglandin E2, dan tromboksan A2. Aspirin hanya
bekerja pada enzim siklooksigenase, tidak pada enzim lipooksigenase, sehingga tidak
menghambat pembentukan lekotrien (Roy, 2007). Tidak seperti AINS lainnya yang
menghambat enzim secara kompetitif sehingga bersifat reversibel, aspirin menghambat
enzim COX secara ireversibel. Hal ini disebabkan karena aspirin menyebabkan asetilasi
residu serin pada gugus karbon terminal dari enzim COX, sehingga untuk memproduksi
prostanoid baru memerlukan sintesis enzim COX baru (Vane & Botting, 2003). Hal ini
penting karena terkait dengan efek aspirin, dimana durasi efek sangat bergantung pada
kecepatan turn over enzim siklooksigenase (Roy, 2007).
Mekanisme kerja aspirin terutama adalah penghambatan sintesis prostaglandin E2 dan
tromboksan A2. Akibat penghambatan ini, maka ada tiga aksi utama dari aspirin, yaitu:
(1) antiinflamasi, karena penurunan sintesis prostaglandin proinflamasi, (2) analgesik,
karena penurunan prostaglandin E2 akan menyebabkan penurunan sensitisasi akhiran saraf
nosiseptif terhadap mediator pro inflamasi, dan (3) antipiretik, karena penurunan
prostaglandin E2 yang bertanggungjawab terhadap peningkatan set point pengaturan suhu
di hipotalamus (Roy, 2007).
2. para-aminofenol (misalnya asetamino)

5
Senyawa p-aminofenol (PAF) merupakan senyawa induk penghasil analgetik. Sintesis
turunan PAF telah menghasilkan 122 komposisi, namun komposisif ini belum mampu
menggeser kedudukan parasetamol sebagai analgetik. Modifikasi struktur yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah dengan menggabungkan gugus amina pada PAF dan gugus
aldehid pada vanillin melalui reaksi adisi-eliminasi. Produk adalah Schiff Base, yaitu 4 [(Z)
-N- (4-hidroksifenil) karboksimidoil] -2-metoksifenol. Sintesis dilakukan dengan
mencampurkan PAF (dalam benzen-etanol) dan vanillin (dalam benzen) pada pH 2. Reaksi
dilanjutkan selama 5 menit diatas penangas air dengan variasi suhu 60 ° C, 80 ° C, dan 100 °
C. Produk didinginkan dalam freezer semalaman. Senyawa p-aminofenol (PAF) merupakan
senyawa induk penghasil analgetik. Sintesis turunan PAF telah menghasilkan 122 komposisi,
namun komposisif ini belum mampu menggeser kedudukan parasetamol sebagai analgetik.
Modifikasi struktur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggabungkan
gugus amina pada PAF dan gugus aldehid pada vanillin melalui reaksi adisi-eliminasi.
Produk adalah Schiff Base, yaitu 4 [(Z) -N- (4-hidroksifenil) karboksimidoil] -2-
metoksifenol.
a.Parasetamol
Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dan telah digunakan sejak tahun 1893
(Wilmana, 1995). Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik,
tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan
lambung (Sartono,1993). Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak
terdapat peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan
peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri
ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain
(Katzung, 2011). Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan
asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal, Parasetamol tidak
mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung.
Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol.
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum puncak
dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 %
diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam
glukoronik atau asam sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama;
sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi
menjadi metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari
glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan sulfhidril dari
protein hati.(Lusiana Darsono 2002)
> Indikasi
Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan demam dan nyeri
sebagai antipiretik dan analgetik. Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai
sedang.(Cranswick 2000)
> Kontra Indikasi
Penderita gangguan fungsi hati yang berat dan penderita hipersensitif terhadap obat
ini. (Yulida 2009)
>Sediaan dan Posologi
Parasetamol tersedi sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500mg atau sirup yang
mengandung 120mg/5ml. Selain itu Parasetamol terdapat sebagai sediaan kombinasi tetap,
dalam bentuk tablet maupun cairan. Dosis Parasetamol untuk dewasa 300mg-1g per kali,

6
dengan maksimum 4g per hari, untuk anak 6-12 tahun: 150-300 mg/kali, dengan maksimum
1,2g/hari. Untuk anak 1-6 tahun: 60mg/kali, pada keduanya diberikan maksimum 6 kali
sehari. .(Mahar Mardjono 1971)
>Efek Samping
Reaksi alergi terhadap derivate para-aminofenol jarang terjadi. Manifestasinya berupa eritem
atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa.
 Fenasetin dapat menyebabkan anemia hemolitik, terutama pada pemakaian kronik.
Anemia hemolitik dapat terjadi berdasarkan mekanisme autoimmune, defisiensi
enzim G6PD dan adanya metabolit yang abnormal.
 Methemoglobinemia dan Sulfhemoglobinemia jarng menimbulkan masalah pada
dosis terapi, karena hanya kira-kira 1-3% Hb diubah menjadi met-Hb.
 Insidens nefropati analgesik berbanding lurus dengan penggunaan Fenasetin. Tetapi
karena Fenasetin jarang digunakan sebagai obat tunggal, hubungan sebab akibat sukar
disimpulkan. Eksperimen pada hewan coba menunjukkan bahwa gangguan ginjal
lebih mudah terjadi akibat Asetosal daripada Fenasetin. Penggunaan semua jenis
analgesik dosis besar secara menahun terutama dalam kombinasi dapat menyebabkan
nefropati analgetik.

>Mekanisme Toksisitas
Pada dosis terapi, salah satu metabolit Parasetamol bersifat hepatotoksik,
didetoksifikasi oleh glutation membentuk asam merkapturi yang bersifat non toksik dan
diekskresikan melalui urin, tetapi pada dosis berlebih produksi metabolit hepatotoksik
meningkat melebihi kemampuan glutation untuk mendetoksifikasi, sehingga metabolit
tersebut bereaksi dengan sel-sel hepar dan timbulah nekrosis sentro-lobuler. Oleh karena itu
pada penanggulangan keracunan Parasetamol terapi ditujukan untuk menstimulasi sintesa
glutation. Dengan proses yang sama Parasetamol juga bersifat nefrotoksik.
>Dosis Toksik
Parasetamol dosis 140 mg/kg pada anak-anak dan 6 gram pada orang dewasa berpotensi
hepatotoksik. Dosis 4g pada anak-anak dan 15g pada dewasa dapat menyebabkan
hepatotoksitas berat sehingga terjadi nekrosis sentrolobuler hati. Dosis lebih dari 20g bersifat
fatal. Pada alkoholisme, penderita yang mengkonsumsi obatobat yang menginduksi enzim
hati, kerusakan hati lebih berat, hepatotoksik meningkat karena produksi metabolit
meningkat.

>Gambaran Klinis
Gejala keracunan parasetamol dapat dibedakan atas 4 stadium :
1.Stadium I (0-24 jam)
Asimptomatis atau gangguan sistem pencernaan berupa mual, muntah, pucat,
berkeringat. Pada anak-anak lebih sering terjadi muntah-muntah tanpa berkeringat.
2.Stadium II (24-48 jam)

7
Peningkatan SGOT-SGPT. Gejala sistim pencernaan menghilang dan muncul ikterus,
nyeri perut kanan atas, meningkatnya bilirubin dan waktu protombin. Terjadi pula gangguan
faal ginjal berupa oliguria, disuria, hematuria atau proteinuria.
3.Stadium III ( 72 - 96 jam )
Merupakan puncak gangguan faal hati, mual dan muntah muncul kembali, ikterus dan
terjadi penurunan kesadaran, ensefalopati hepatikum.
4.Stadium IV ( 7- 10 hari)
Terjadi proses penyembuhan, tetapi jika kerusakan hati luas dan progresif dapat
terjadi sepsis, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) dan kematian. (Lusiana
Darsono 2002)
Dikonsumsi dalam kategori Kehamilan dan Menyusui :
1. Oral & supositoria
Kategori B: Penelitian pada sistem reproduksi hewan percobaan tidak menunjukkan
adanya risiko pada janin, namun tidak ada penelitian terkontrol yang telah dilakukan pada
wanita hamil.
2. Injeksi
Kategori C: Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan efek buruk terhadap janin
dan tidak ditemukan studi yang memadai pada manusia. Namun, mengingat efektivitasnya,
penggunaannya dapat dipertimbangkan pada wanita hamil sekalipun berisiko.
3. obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) ( misalnya ibuprofen)
1. Ibuprofen
Termasuk jenis obat antiinflamasi nonsteroid. Obat ini dapat meredakan rasa sakit
ringan hingga menengah, serta mengurangi peradangan. Contoh gejala yang dapat ditangani
ibuprofen adalah nyeri otot dan sendi, migrain, nyeri menstruasi, sakit gigi, serta nyeri setelah
operasi. Di samping itu, ibuprofen juga dipakai untuk mengurangi demam dan pegal-pegal
akibat flu. Ibuprofen bekerja dengan cara menghambat enzim yang berperan dalam produksi
prostaglandin. Prostaglandin merupakan senyawa yang dilepaskan tubuh yang menyebabkan
peradangan dan rasa sakit. Perlu diperhatikan bahwa obat ini hanya dapat mengurangi gejala,
tetapi tidak menyembuhkan penyakit penyebabnya. Golonga obat antiinflamasi nonsteroid
(NSAID). Kategori obat ini Bebas dan resep. Manfaat meredakan peradangan dan nyeri pada
tubuh yang diakibatkan penyakit tertentu, seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri punggung,
radang sendi, nyeri haid, dan lain-lain. Dapat diberikan secara Oral, topikal, suntik
(intravena).
Merk dagang: Arfen, Arthrifen, Brufen, Bufect, Bufect Forte, Farsifen, Farsifen Forte, Iprox,
Ostarin, Proris, Proris Forte, Prosic, Prosinal, Rhelafen, Rhelafen Forte, Spedifen, Yarifen
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak usia di atas 6 bulan. Adapun Kategori Kehamilan
dan Menyusui :

8
Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap
janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika
besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Kategori D (pada trimester 3 dan menjelang persalinan): Ada bukti positif mengenai risiko
terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari
risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa.
Peringatan:
1. Konsultasikan dosis untuk anak di bawah 12 tahun dengan dokter.
2. Harap berhati-hati dengan penggunaan ibuprofen jika berusia di atas 65 tahun.
3. Konsumsilah ibuprofen dengan makanan atau segelas susu untuk menghindari efek
samping.
4. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera hubungi dokter.
Ibuprofen tidak boleh digunakan pada:
a. Pasien yang menderita hipersensitivitas, alergi, asma, urtikaria yang disebabkan oleh
aspirin atau obat antiinflamasi nonsteroid
b. Pasien yang sedang menjalani pengobatan pasca operasi pencangkokan pembuluh arteri
koroner.
c. Pasien yang memiliki riwayat perdarahan saluran cerna atau ulkus peptikum.
d. Bayi baru lahir (neonatal) yang memiliki kelainan jantung bawaan, dicurigai menderita
enterokolitis yang mengalami pembusukan, atau gangguan fungsi ginjal.
e. Ibu hamil pada trimester ketiga dan ibu menyusui.
> Dosis Ibuprofen
Dosis penggunaan ibuprofen intravena :
Penutupan duktus arteriosus pada anak-anak Dibagi menjadi 3 kali pemberian selama
15 menit. Dosis awal adalah 10 mg/kg, diikuti dengan dua dosis yang masing-masing adalah
5 mg/kg. Rangkaian pemberian berikutnya bisa dilakukan jika dalam waktu dua hari duktus
arteriosus masih terbuka. Meredakan rasa sakit pada orang dewasa 400-800 mg tiap 6 jam
sekali. Maksimal dosis per hari adalah 3,2 gram. Demam pada orang dewasa dosis pertama
adalah 400 mg. Kemudian diikuti dengan dosis 400 mg tiap 4-6 jam sekali atau 100-200 mg
tiap 4 jam sekali. Dosis maksimal per hari adalah 3,2 gram.
Dosis penggunaan ibuprofen oral :
Rheumatoid arthritis pada anak-anak usia 16 tahun ke bawah (juvenile rheumatoid
arthritis) 30-40 mg per hari dengan dibagi menjadi 3-4 kali jadwal pemberian. Maksimal
dosis per hari adalah 2,4 gram. Demam Dewasa: 200-400 mg per 4-6 jam sekali. Dosis
maksimal per hari adalah 1,2-2,4 gram.Anak-anak usia 6 bulan-12 tahun: 10 mg/kg tiap 6-8
jam. Dosis maksimal per hari adalah 40 mg/kg. Nyeri ringan dan sedang, dewasa: 200-400
mg per 4-6 jam sekali. Dosis maksimal per hari adalah 1,2-2,4 gram.Anak-anak usia 6 bulan

9
– 12 tahun: 4-10 mg/kg tiap 6-8 jam. Osteoarthritis dan rheumatoid arthritis pada orang
dewasa 400-800 mg tiap 6-8 jam. Dosis maksimal per hari adalah 3,2 gram. Nyeri haid 200-
400 mg tiap 4-6 jam. Dosis maksimal per hari adalah 1,2-2,4 gram.
Dosis ibuprofen topikal :
untuk mengobati peradangan yang disebabkan oleh kelainan otot, tulang, dan sendi
adalah 5% (dalam bentuk krim, foam, atau spray) dan 10% (dalam bentuk gel). Ibuprofen
topikal kemudian dioleskan secukupnya pada bagian tubuh yang mengalami peradangan.
> Mengonsumsi Ibuprofen dengan Benar
1. Ibuprofen dalam bentuk oral sebaiknya dikonsumsi sesudah makan atau dengan segelas
susu untuk mengurangi efek sampingnya.
2. Pastikan untuk mengurangi rokok serta konsumsi minuman keras karena dapat
meningkatkan risiko efek samping perdarahan pada lambung.
3. Jika Anda lupa menggunakan ibuprofen, disarankan untuk segera melakukannya jika
jadwal penggunaan berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan
menggandakan dosis.
> Interaksi Obat
Berikut ini adalah beberapa risiko yang dapat terjadi dari interaksi ibuprofen dengan sejumlah
obat lainnya:
1. Risiko perdarahan saluran pencernaan akibat ibuprofen dapat meningkat jika digunakan
bersamaan dengan warfarin, kortikosteroid, obat penghambat penyerapan serotonin selektif
(SSRIs), serta aspirin.
2. Dapat menurunkan kandungan natrium pada urine jika dikonsumsi bersamaan dengan obat
diuretik.
3. Dapat mengurangi efek antihipertensi dari penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE
inhibitors) atau penghalang reseptor angiotensin II (ARBs).
Tingkat toksisitas ibuprofen dapat meningkat jika digunakan bersamaan dengan lithium atau
methotrexate. Selain itu, tingkat toksisitas ibuprofen bagi ginjal juga dapat meningkat jika
digunakan bersamaan dengan tacrolimus dan cyclosporine.
>Efek Samping dan Bahaya Ibuprofen
Tiap obat pasti berpotensi menyebabkan efek samping, termasuk ibuprofen. Beberapa efek
samping yang dapat terjadi saat mengonsumsi obat ini antara lain:
1. Mual dan muntah
2. Perut kembung
3. Nyeri ulu hati
4. Gangguan pencernaan
5. Diare atau konstipasi

10
6. Sakit kepala
6. Tukak lambung
7. Muntah darah
8. Tinja berwarna hitam atau disertai darah
2.4 Mekanisme kerja Antipiretik
Mengenai cara kerja antipiretik secara lengkapnya adalah dengan mempengaruhi hipotalamus
untuk mengesampingkan peningkatan interleukin yang berperan penting dalam menginduksi
atau menyalurkan, memberikan, dan menyalurkan suhu tubuh. Secara otomatis, setelah
sumber saraf peningkatan suhu tubuh diberhentikan, tubuh akan bekerja untuk menurunkan
suhu tubuh hingga gejala panas atau demam itu reda dan tubuh kembali memiliki suhu
normalnya.
Antipiretik tidak bekerja dengan menghambat pembentukan panas. Panas akan tetap
terbentuk sesuai reaksi tubuh terhadap lingkungan sekitarnya. Antipiretik hanya
mempengaruhi tingkat aliran darah yang mengalir ke purifier untuk bertambah banyak dari
biasanya dan membentuk keringat. Keringat inilah yang mengubah panas tubuh menjadi air
untuk dikeluarkan oleh tubuh dan menurunkan suhu tubuh.
Hipotalamus adalah bagian dari otak yang tersusun atas nekleus-nukleus dengan berbagai
fungsi yang sangat peka terhadap perubahan glukosa, suhu, dan sebagainya. Merupakan pusat
kontrol autonom yang bekerja untuk mengatur tekanan darah, denyut jantung, suhu tubuh dan
perilaku konsumsi serta emosi manusia.
Efek antipiretik bersifat sentral atau hanya terjadi di daerah yang dikenai dengan sekali
konsumsi, tidak berpengaruh pada neuron (sistem saraf yang berfungsi menghantarkan
impuls atau rangsangan dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya) di hipotalamus. Antipiretik
menghambat pembentukan prostaglandin (senyawa rangsangan yang bekerja dalam sel).
Antipiretik, secara garis besar, menurunkan panas dengan bekerja langsung di saraf pusat,
secara spontan dan tidak mempengaruhi jaringan saraf tubuh itu sendiri.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Analgesik adalah obat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan
suhu tubuh yang tinggi.

3.2 SARAN
Untuk dapat memahami tentang analgetik, antipiretik, selain membaca dan
memahami materi-materi dari sumber keilmuan yang ada (buku, internet, dan lain-lain) kita
harus dapat mengkaitkan materi-materi tersebut dengan kehidupan kita sehari-hari, agar lebih
mudah untuk paham dan akan selalu diingat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ganiswara GS, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. ed 5. Jakarta: Bagian Farmakologi
Kedokteran UI.
ISO Indonesia Vol 36. Jakarta: Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia

13

Anda mungkin juga menyukai