OLEH :
Aaron Christhoper Anthony 130100324
Pembimbing :
dr. Lenny Evalina Sihotang, Sp.PD
PEMBIMBING :
CHIEF OF WARD
dr.Sahat
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2016 dan 2017 diestimasikan terdapat 0.5% orang dewasa dengan diabetes
melitus tipe 1 dan 8.5% didiagnosis dengan diabetes tipe 2. Prevalensi ini
keluarga, dan indeks massa tubuh (IMT). Dari seluruh orang dewasa yang
2
diabetes tipe 1 dan 91.2% kasus diabetes tipe 2.3
Pada tahun 2014, terdapat 96 juta orang dewasa dengan diabetes melitus
di 11 negara anggota di wilayah regional Asia Tenggara dan setengahnya tidak
terdiagnosis dengan diabetes melitus. Prevalensi diabetes di antara
1.1.2 Tujuan
1. Penulis dan pembaca diharapkan dapat mengerti dan memahami
tentang Diabetes Melitus tipe 2
2. Penulis dan pembaca diharapkan dapat menerapkan teori-teori
terhadap pasien dengan Diabetes Melitus tipe 2
3. Sebagai persyaratan dalam memenuhi Kepaniteraan Klinik Program
Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
3
1.3 Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap
penulis dan pembaca terutama yang terlibat di bidang media dan juga
memberikan wawasan kepada masyarakat umum agar lebih mengetahui dan
memahami Diabetes Mellitus Tipe 2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
4
Amerika Serikat dan lebih dari 25% pada penduduk usia lebih dari 65
tahun.8.9
Menurut WHO tahun 2016, prevalensi penderita DM di dunia
termasuk dewasa di atas 18 tahun telah meningkat dari 47 per 1000
penduduk tahun 1980 menjadi 85 per 1000 penduduk tahun 2014 dan
lebih dari 80% kematian akibat DM terjadi pada negara miskin dan
berkembang. Prevalensi diabetes pada semua kelompok umur di dunia
diperkirakan meningkat dari 28 per 1000 penduduk pada tahun 2000
menjadi 44 per 1000 penduduk di tahun 2030. Jumlah penderita DM
meningkat karena lajunya pertumbuhan penduduk, urbanisasi dan
meningkatnya prevalensi obesitas dan kurangnya aktifitas fisik.10
5
• Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan/atau trigliserida >250
mg/dl)
• Diet tak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi glukosa
dan
rendah serat akan meningkatkan risiko menderita
prediabetes/intoleransi glukosa dan DMT2
C. Faktor Lain yang Terkait dengan Risiko Diabetes Melitus5
• Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau
keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi
insulin Penderita sindrom metabolik yang memiliki
riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa
darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya.
• Penderita yang memiliki riwayat penyakit
kardiovaskular, seperti stroke, PJK, atau PAD
(Peripheral Arterial Diseases)
2.1.4 Klasifikasi
Tabel 2.1 Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus5
Tipe Diabetes Melitus Keterangan
1. Tipe 1 Akibat destruksi sel beta pankreas, yang
menyebabkan defisiensi insulin absolut
Umumnya disebabkan:
a) Autoimun
b) Idiopatik
2. Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi
insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai yang dominan efek sekresi insulin
disertai resistensi insulin
3. Tipe Lain a) Defek genetik fungsi sel beta
b) Defek genetik kerja insulin
c) Penyakit eksokrin pankreas
6
d) Endokrinopati
e) Obat/Zat kimia
f) Infeksi
g) Imunologi
h) Sindroma genetik lain
4. Diabetes Melitus Gestational Diabetes semasa kehamilan
7
akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita
Diabetes Melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor
tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.12,13
8
2.1.7 Tatalaksana
A. Penatalaksanaan Non-Farmakologi
Terapi non farmakologi pada dasarnya adalah perubahan gaya
hidup yang mencakup pengaturan pola makan yang sering disebut
sebagai terapi nutrisi medis, latihan fisik dan edukasi berbagai masalah
yang terkait tentang penyakit diabetes melitus. Terapi nutrisi medis
pada dasarnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang
didasarkan pada status gizi, kebiasaan makan, dan kondisi atau
komplikasi yang telah ada.5 Latihan fisik merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan diabetes melitus, terutama DM tipe 2. Beberapa
penelitian membuktikan latihan fisik dapat memasukkan glukosa ke
dalam sel tanpa insulin, dan berguna untuk menurunkan berat badan
bagi diabetisi dengan obesitas.
Intervensi gaya hidup lainya yang juga termasuk dalam program
terapi non farmakologi diabetes melitus adalah berhenti merokok dan
mengurangi konsumsi alkohol. Berhenti merokok dikaitkan dengan
kontrol glikemik yang lebih baik dan memperlambat proses
perkembangan berbagai komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular
dari diabetes mellitus.14
B. Penatalaksanaan Farmakologi
Bila dengan pendekatan nonfarmakologi tersebut belum
mencapai sasaran pengendalian DM, dilanjutkan dengan terapi
medikamentosa atau intervensi farmakologi disamping tetap
melakukan pengaturan makan dan aktivitas yang sesuai.5
a. Obat Antihiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat anti hiperglikemia oral dibagi
menjadi 5 golongan :
- Pemacu sekresi insulin / Insulin Secretagogue (Sulfonilurea,
Glinid).
- Peningkatan sensitivitas terhadap insulin (Metformin,
Tiazolidindon).
9
- Penghambat absorpsi glukosa di saluran pencernaan
(Penghambat Alfa Glukosidase seperti Acarbose).
- Penghambat DPP-IV / Dipeptidyl Peptidase-IV (Sitagliptin
dan Linagliptin).
- Penghambat SGLT-2 / Sodium Glucose Co-transporter 2
( Canagliflozin, Empagliflozin, Dapagliflozin,
5
Ipragliflozin).
10
1. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan berikut:
• HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolic
• Penurunan berat badan yang cepat
• Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
• Krisis hiperglikemia
• Gagal degan kombinasi OHO dosis optimal
• Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark
miokard akut, stroke).
• DM dengan kehamilan
• Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
• Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
• Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi.
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi 5 jenis, yaitu :
insulin kerja cepat (Rapid acting insulin), insulin kerja pendek
(Short acting insulin), insulin kerja menengah (Intermediate
acting insulin), insulin kerja panjang (Long acting insulin),
insulin kerja ultra panjang (Ultra long acting insulin).5
2. Agonis GLP-1
Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan
pendekatan baru untuk pengobatan DM. GLP-1 dapat bekerja
pada sel-beta sehingga terjadi peningkatan pelepasan insulin,
mempunyai efek menurunkan berat badan, menghambat
pelepasan glucagon, dan menghambat nafsu makan. Obat yang
termasuk golongan ini adalah Liraglutide, Exenatide,
Albiglutide, dan Lixisenatide.5
11
Berikut ini algoritma pengobatan DM tipe 2 tanpa dekompensasi metabolik:5
12
Hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara
tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang
berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler
Non Ketotik (KHNK) dan kemolaktoasidosis.
2. Komplikasi Kronis
• Komplikasi makrovaskular
Komplikasi makrovaskuler yang umum berkembang pada
penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah pada
sebagian otak), mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal
jantung kongetif, dan stroke.
• Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi pada penderita DM
tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), neuropati,
dan amputasi.15
2.1.9 Pencegahan
Pencegahan penyakit diabetes melitus dibagi menjadi empat
bagian yaitu:
1. Pencegahan premordial
Pencegahan premodial adalah upaya untuk memberikan
kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak
mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko
lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan dengan multimitra.
Pencegahan premodial pada penyakit DM misalnya adalah
menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa bahwa
konsumsi makan kebarat-baratan adalah suatu pola makan yang
kurang baik, pola hidup santai atau kurang aktivitas, dan obesitas
adalah kurang baik bagi kesehatan.
2. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orangorang
yang termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum
13
menderita DM, tetapi berpotensi untuk menderita DM
diantaranya:
• Kelompok usia tua ( > 45tahun)
• Kegemukan BB(kg)>120% BB ideal atau IMT>27
• Tekanan darah tinggi (>140/90mmHg)
• Riwayat keiuarga DM
• Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gram.
• Dislipidemia (HDL<35mg/dl dan atau Trigliserida>250mg/dl)
• Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT).
Pada pencegahan primer, sejak dini hendaknya telah
ditanamkan pengertian tentang pentingnya kegiatan jasmani teratur,
pola dan jenis makanan yang sehat agar menjaga badan tidak terlalu
gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan.
3. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau
menghambat timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini dan
memberikan pengobatan sejak awal penyakit. Dalam pengelolaan
pasien DM, sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin
dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Pilar utama
pengelolaan DM meliputi:
• Penyuluhan
• Perencanaan makanan
• Latihan jasmani
• Obat untuk mengontrol kadar gula darah.
4. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya
kecacatan lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin,
sebelum kecacatan tersebut menetap. Pelayanan kesehatan yang
holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait sangat diperlukan,
terutama dirumah sakit rujukan, misalnya para ahli sesama disiplin
14
ilmu seperti ahli penyakit jantung, mata, rehabilitasi medis, gizi dan
lain-lain.14
BAB III
STATUS ORANG SAKIT
ANAMNESA PRIBADI
Nama : Justan Effendy
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Petani
Suku : Batak
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Sukit Makmur Kec Pangkalan Kuras
ANAMNESIS PENYAKIT
15
Pasien juga mengeluhkan terdapat luka pada kaki kiri dari terpijak paku 1 bulan
yang lalu.Demam dijumpai pada pasien 1 minggu yang lalu sehingga
menggigil.Demam turun dengan obat penurun obat penurun panas. Nafsu makan
menurun dijumpai pada pasien disertai penurunan berat badan sebanyak 15kg
dalam waktu 6 bulan. Pasien juga mengeluhkan penglihatan mulai kabur dalam 5
bulan yang lalu.Mual dan muntah dijumpai pada pasien dengan frekuensi
6x/hari.Pasien mengeluh ujung jari kaki dan tangan merasa kebas. Pasien sering
Bak pada malam hari dengan frekuensi 5-6x sehingga mengganggu pola tidur.
BAB dalam batas normal. Batuk tidak dijumpai. Riwayat konsumsi alkohol
disangkal. Riwayat merokok dijumpai selama 10 tahun. Riwayat keluarga
dijumpai ibu os menderita DM.
ANAMNESIS ORGAN
Jantung
Sesak Nafas :(-) Edema :(-)
Angina Pectoris :(-) Palpitasi :(-)
Lain-lain :(-)
Saluran Pernapasan
Batuk-batuk :(-) Asma, bronchitis :(-)
Dahak :(-) Lain-lain :(-)
SaluranPencernaan
Nafsu Makan : Menurun Penurunan BB :(+)
Keluhan Menelan :( - ) Keluhan Defekasi :(-)
Keluhan Perut :( - ) Lain-lain :(-)
Saluran Urogenital
Nyeri BAK :(-) BAK Tersendat :(-)
Batu :(-) Keadaan Urin :kuning
16
Haid :(-) Lain-lain :(-)
Endokrin
Haus/Polidipsi :(+) Gugup :(-)
Poliuri :(+) Perubahan suara :(-)
Polifagi :(+) Lain-lain :(-)
Saraf Pusat
Sakit Kepala :(-) Hoyong :( - )
Lain- lain :(-)
Darah dan Pembuluh Darah
Pucat :(-) Perdarahan :(-)
Petechie :(-) Purpura :(-)
Lain-lain :(-)
Sirkulasi Perifer
Claudicatio Intermitten :(-) Lain-lain :(-)
17
Temperatur : 36.9 ⁰C
Anemia (-/-), Ikterus (-), Dispnoe (-)
Sianosis (-), Edema (-), Purpura (-)
Turgor Kulit: Baik
LEHER
Trakea : Medial, pembesaran KGB (-), Struma (-), TVJ : R-2 cm H2O, Kaku
kuduk (-), lain-lain (-)
THORAKS DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris Fusiformis
Pergerakan : Tidak ada ketinggalan bernafas di kedua lapangan paru
Palpasi
Nyeri tekan : Nyeri tekan tidak dijumpai
Fremitus suara : Stem fremitus kanan = kiri
18
Iktus : teraba
Perkusi
Paru
Batas Paru Hati R/A : Relatif ICS 5, absolute ICS 6
Peranjakan : ± 1 cm
Jantung
Batas atas jantung : ICS III Linea Midclavicularis Sinistra
Batas kiri jantung : ICS IV, 1cm medial Linea Midclavicularis Sinistra
Batas kanan jantung : ICS IV Linea parasternal dextra
Auskultasi
Paru
Suara Pernafasan : Vesikuler
Suara Tambahan :(-)
Jantung
M1>M2,P2>P1,T1>T2,A2>A1, desah diastolik (-), lain-lain (-)
Heart rate : 80x/menit, reguler, intensitas: cukup
(a.radialis)
THORAX BELAKANG
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara Pernafasan = vesikular
Suara Tambahan = ( - )
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Simetris membesar
Gerakan lambung/usus : Tidak terlihat
Vena kolateral :(-)
19
Caput medusa :(-)
Palpasi
Dinding abdomen : Distensi, nyeri tekan di epigastrium (-), tes
undulasi (-)
HATI
Pembesaran : Tidak teraba
Permukaan :-
Pinggir :-
Ukuran :-
Nyeri Tekan :-
LIMFA
Pembesaran : (-)
GINJAL
Ballotement : (-)
TUMOR :(-)
PERKUSI
Pekak Hati :(-)
Pekak Beralih :(-)
AUSKULTASI
Peristaltik usus : Normoperistaltik
Lain-lain : (-)
PINGGANG
Nyeri ketuk Sudut KostoVertebra (-)
SUPRAPUBIK
Nyeri tekan suprapubik (-)
INGUINAL : (-)
GENITALIA LUAR : Perempuan
PEMERIKSAAN COLOK DUBUR (RT)
Perineum :Tidak dilakukan pemeriksaan
20
Spincter Ani :Tidak dilakukan pemeriksaan
Ampula :Tidak dilakukan pemeriksaan
Mukosa :Tidak dilakukan pemeriksaan
Sarung tangan :Tidak dilakukan pemeriksaan
21
- Eritrosit 2.63 4.50-6.50 106/μL
- Leukosit 17,130 4.000-11.000 103/μL
- Hematokrit 22 39-54 %
- Trombosit 378 150-450 103/μL
- MCV 84 81-99 fL
- MCH 29.7 27.0-31.0 pg
- MCHC 35.3 31.0 – 37.0
-RDW 12,8 11.5-14.5
Hitung jenis:
Eosinofil : 0.8 1-3 %
Basofil : 0.2 0-1 %
Neutrofil : 90 50-70 %
Limfosit : 5.7 20-40 %
Monosit : 3.30 2-8 %
KGD(sewaktu) 754 <200 mg/dl
Ginjal
7-19 mg/dL
BUN : -
15-40 mg/dL
Ureum : -
0.6-1.1 mg/dL
Kreatinin -
Elektrolit
3.6-5.5 mg/dL
Kalium: -
135-155 mEq/L
-
Natrium:
96-106 mEq/L
-
Klorida
13,7
-
PT 32,9
APTT
-
17,8
TT
-
INR
22
RESUME
VITAL SIGN
PEMERIKSAAN FISIK
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/mnt
Pernafasan : 20 x/mnt
Temperatur : 36.9 °C
STATUS LOKALISATA
Kepala
Mata : konjungtiva palp inferior anemis
(+ /+), sklera ikterik (-/-)
T/H/M : dalam batas normal
Leher :
Trakea medial, pembesaran KGB (-),
Struma (-), Kaku Kuduk (-)
23
TVJ : R-2 cm H20
Thorax:
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi: Vesikuler
Abdomen:
Inspeksi : Simetris, vena kolateral (-),
caput medusa (-)
Palpasi : nyeri tekan regio epigastrium
( - ), H/L/R sulit dinilai, tes undulasi (-)
Perkusi : shifting dullness (-)
Auskultasi : normoperistaltik,
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis :
24
- Tirah baring
- Diet Dm
Farmakologis :
- IVFD NaCl 0.9% 20gtt/i
- Inj Ranitidine50mg/12jam (iv)
- Insulin Apidra 8-8-8
- Insulin Lantus 0-0-8
25
BAB IV
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
22 Lemas (+) Compos mentis DM tipe II + Tirah baring
Desember Mual (-) TD : 130/80 mmHg Anemia ec
IVFD Nacl 0.9
2019 Muntah (-) HR : 92 x/i penyakit kronik Insulin Apidra
RR: 20 x/i IU/SC
Insulin Lantus
T : 36,5 oC IU/SC
Kepala Syr Sucralfat
Conj anemis (+/+), Sklera
ikterik (-/-) Planning :
Leher Cek KGD
TVJ R-2 cmH2O
Pembesaran KGB (-)
Thorax
SP : Vesikuler
ST : -
Abdomen
Simetris membesar
H/L/R sulit dinilai,
normoperistaltik
Shifting dullness (-)
Double sound (-)
Ekstremitas
Edema (-/-)
26
Hasil Lab 21/12/2019
Hb : 7.5
Ht : 20
Leukosit : 14.960
Trombosit: 417,000
KGD(sewaktu) : 551(00.30)
324(19.01)
27
Tanggal S O A P
21 Lemas(+) Compos mentis DM tipe II + Tirah baring
Desember TD : 120/90 mmHg Anemia ec
IVFD Nacl 0.9%
2019 HR : 82 x/i penyakit kronik 20gtt/i
Insulin Apidra 8-8-8
RR: 20 x/i IU/SC
T : 36.7oC Insulin Lantus 0-0-10
IU/SC
Kepala Omeprazole tab 2mg
2x1
Conj anemis (+/+), Sklera
ikterik (-/-)
Planning : Cek KGD
Leher
TVJ R-2 cmH2O
Pembesaran KGB (-)
Thorax
SP : Vesikuler
ST : -
Abdomen
Simetris membesar
H/L/R sulit dinilai,
normoperistaltik
Ekstremitas
Edema (-/-)
28
BAB V
DISKUSI KASUS
TEORI PASIEN
1. Definisi
Diabetes mellitus (DM) adalah Pasien datang dengan keluhan lemas.
kelompok penyakit gangguan Pada pemeriksaan KGD sewaktu
metabolisme heterogen dengan didapati kadar glukosa mencapai 754
karakteristik hiperglikemia mg/dl. Pasien juga mengeluhkan
yang terjadi karena kelainan pandangannya kabur.
sekresi insulin, kerja insulin
atau keduanya. Hiperglikemi
pada penderita diabetes kronis
dapat menimbulkan berbagai
kerusakan dan disfungsi organ,
terlebih khusus pada mata,
ginjal, saraf, jantung, dan
pembuluh darah.
2. Faktor Risiko
Pasien berjenis kelamin laki-laki,
Faktor risiko terjadinya
bekerja sebagai petani. Pasien
diabetes melitus tipe 2 adalah
biasanya makan dengan porsi yang
gaya hidup yang tidak sehat,
besar dan memiliki kebiasaan
obesitas, tekanan darah tinggi,
meminum teh atau kopi ketika sedang
usia, rasa tau latar belakang
beristirahat atau selesai bekerja.
etnis, dan riwayat diabetes
pada kehamilan.
29
3. Diagnosis
- Pasien dengan diabetes
Pasien mengeluhkan tubuhnya
melitus tipe 2 biasa
terasa lemas. Pasien juga
memiliki keluhan seperti
mengeluhkan bahwa dirinya sering
polyuria, polidipsi,
berkemih, merasa haus dan merasa
polifagia, penurunan berat
lapar. Pasien mengatakan bahwa
badan, lemas, kesemutan,
pandangannya terasa kabur.
gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi.
- Pemeriksaan glukosa
Pasien mempunyai kadar glukosa
plasma sewaktu ≥200
darah 754 mg/dl ketika masuk
mg/dl dengan keluhan
rumah sakit.
klasik, pemeriksaan
glukosa plasma puasa ≥200
mg/dl 2-jam setelah Tes
Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan beban
glukosa 75 gram,
Pemeriksaan glukosa
30
4. Tatalaksana
- Non farmakologis Pada pasien diberikan NaCl
1. Terapi gizi medis
0,9% 20 gtt/i dan diet DM .
2. Latihan jasmani
- Farmakologis
Pasien mempunyai kadar
Pemberian obat
glukosa darah 754 mg/dl
antihiperglikemia oral atau
ketika masuk rumah sakit
suntik.
sehingga diberikan insulin,
Insulin diberikan dengan
yaitu injeksi Apidra 8-8-8
indikasi:
IU/SC dan injeksi Lantus 0-0-
HbA1c >9% dengan
kondisi dekompensasi 8 IU/SC
metabolik, hiperglikemia
berat yang disertai ketosis,
krisis hiperglikemia
31
BAB VI
KESIMPULAN
Pasien Tn. JF, laki-laki, 38 tahun, didiagnosis dengan Diabetes Melitus Tipe II +
Dispepsia fungsional + Anemia penyakit kronik. Pasien dirawat di RSUP H.
Adam Malik Medan dan diberi tatalaksana tirah baring, IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i,
inj. ranitidin 50mg/12 jam intravena, inj. apidra 8-8-8 IU/SC, inj. lantus 0-0-8
IU/SC dan Omeprazole tablet 2 x 20 mg, Sucralfat Syr 3 x C.I. Pasien sudah
pulang berobat jalan dari RSUP H. Adam Malik Medan dengan keluhan yang
telah teratasi.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
13. Baynes JW. Role of oxidative stress in diabetic complications. A
new perspective on an old paradigm. Diabetes in Universitas
Sumatera Utara Institution Repository ; 2003
14. Tjokroprawiro, A, Murtiwi, S. Ilmu Penyakit Dalam; Terapi
Nonfarmakologi pada Diabetes Melitus. 6th Ed. Interna
Publishing. 2014; pp. 2336-45.
15. Chang, S. A. Smoking and type 2 diabetes mellitus. Diabetes and
Metabolism Journal. 2012; 36(6).
34