Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

Hidrosefalus

Oleh :

Aprillia Trisnawatik

19560102

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2020
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan serebrospinal secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak, walaupun pada kasus hidrosefalus
eksternal pada anak-anak cairan akan berakumulasi idalam rongga araknoid.
( Satyanegara, 2010).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang
progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan –
jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan
absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan
meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang –
ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010).
Dari beberapa pendapat di atas, Jadi dapat disimpulkan Hidrosefalus
merupakan penumpukan CSS yang s ecara aktif dan berlebihan pada satu atau
lebih ventrikel otak atau ruang subrachnoid yang dapat menyebakan dilatasi
sistem ventrikel otak dimana keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal, disebabkan baik oleh produksi yang
berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan
intracranial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran di ruangan – ruangan
tempat aliran cairan serebrospinal.
2. Klasifikasi
a. Waktu pembentukan, Menurut Harsono (2011) :
 Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak dalam
kandungan dan berlanjut setelah dilahirkan.
 Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah
bayidilahirkan atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan
b. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus, Menurut Satyanegara, 2010 :
 Hidrosefalus interna : menunjukkan adanya dilatasi ventrikel
 Hidrosefalus eksternal : cenderung menunjukkan adanya pelebaran
rongga subarachnoid diatas permukaan korteks
 Hidrosefalus komunikans
Apabila keadaan hidrosefalus dimana ada hubungan antara
system ventrikel dengan rongga subaracnoid otak dan spinal, sehingga
terdapat aliran bebas CSF dalam sistem ventrikel sampai ke tempat
sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi
villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang
sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang
dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid
dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala-gejala peningkatan ICP). Jenis
ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid
untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit
atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya
disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah
terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan
tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP).
 Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat di dalam sistem ventrikel atau
salurannya kerongga subarachnoid sehingga menghambat aliran bebas
dari CSF. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus
kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk
hidrosefalus non komunikan. Biasanya diakibatkan obstruksi dalam
sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSF. Kondisi
tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan
dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh
dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien
dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem
ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam
system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura yag
berfungsi atau pada anak – anak dibawah usia 12 – 18 bulan dengan
tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda – tanda dan
gejala – gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang
garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis
sutura dan pembesaran kepala.
3. Etiologi
Menurut Satyanegara (2010) :
1. Sebab-sebab Prenatal
Sebab prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya
hidrosefalus kongenital yang timbul in- utero ataupun setelah lahir. Seabb-
sebab ini mencakup malformasi ( anomali perkembangan sporadis ), infeksi
atau kelainan vaskuler. Pada sebagian besar pasien banyak yang etiologi tidak
dapat diketahui dan untuk ini diistilahkan sebagai hidrosefalus idiopatik.
2. Sebab-sebab Postnatal
 Lesi masa menyebabkan peningkatan resistensi aliran liquor
serebrospinal dan kebanyakan tumor berlokasi di fosa posterior.Tumor
lain yang menyebabkan hidrosefalus adalah tumor di daerah
mesencephalon. Kista arachnoid dan kista neuroepitalial merupakn
kelompok lesi masa yang menyebabkan aliran gangguan liquor
berlokasi di daerah supraselar atau sekitar foramen magmum.
 Perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti prematur,
cedera kepala, ruptura malformasi vaskuler.
 Meningitis. Semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan
hidrosefalus akibat dari fibrosis leptomeningeal. Hidrosefalus yang
terjadi biasanya multi okulasi, hal ini disebabkan karena keikutsertaan
adanya kerusakan jaringan otak
  Gangguan aliran vena. Biasanya terjadi akibat sumbatan antomis dan
fungsional seperti akhondroplasia dimana terjadi gangguan drainase
vena pada basis krani, trombosis jugularis.
4. Manifestasi Klinis, Menurut De jong W (2017) :
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama
kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh
peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi
ukuran wajah dan badan bayi. Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata terletak
agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya.
Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta
rapuh.
Menurut De Jong W (2017), manifestasi hidrosefalus diantaranya :
a. Pembesaran tengkorak, hipotrofi otak
b. Kelainan neurologis ( mata selalu mengarah kebawah, gangguan
perkembangan motorik, gangguan pengihatan).
c. Terjadi penipisan korteks cerebrum yang permanen bila penimbunan cairan
dibiarkan
d. Vena kulit kepala sering terlihat menonjol
e. Pada bayi suturanya masih terbuka akan terlihat lingkar kepala fronto-oksipital
yang makin membesar, sutura yang meregang dengan fontanel cembung dan
tegang.

Pertumbuhan kepala normal terjadi pada 3 bulan pertama. Lingkar kepala akan
bertambah kira-kira 2 cm setiap bulan. Pada 3 bulan berikutnya penambahan akan
berlangsung lebih lambat.

Ukuran rata-rata lingkar kepala

Lahir 35 cm

Umur 3 bulan 41 cm

Umur 6 bulan 44 cm

Umur 9 bulan 46 cm

Umur 12 bulan 47 cm

Umur 18 bulan 48,5 cm

Ciri fisik pada Bayi :

 Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun
 Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi
tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial

 Muntah
 Gelisah
 Menangis dengan suara ringgi
 Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan
pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.
 Peningkatan tonus otot ekstrimitas

Tanda – tanda fisik lainnya

 Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh


darah terlihat jelas.
 Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah – olah
di atas iris
 Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
 Strabismus, nystagmus, atropi optik
 Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.

Ciri fisik Anak yang telah menutup suturanya :

Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial :

 Nyeri kepala
 Muntah
 Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
 Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10
tahun.
 Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
 Strabismus
 Perubahan pupil.
5. Pathofisiologi
Menurut pendapat Harsono (2015). Pembentukan cairan serebrospinal
terutama dibentuk di dalam sistem ventrikel. Kebanyakan cairan tersebut
dibentuk oleh pleksus koroidalis di ventrikel lateral, yaitu kurang lebih
sebanyak 80% dari total cairan serebrospinalis. Kecepatan pembentukan
cairan serebrospinalis lebih kurang 0,35- 0,40 ml/menit atau 500 ml/hari,
kecepatan pembentukan cairan tersebut sama pada orang dewasa maupun
anak- anak. Dengan jalur aliran yang dimulai dari ventrikel lateral menuju
ke foramen monro kemudian ke ventrikel 3, selanjutnya mengalir ke
akuaduktus sylvii, lalu ke ventrikel 4 dan menuju ke foramen luska dan
magendi, hingga akhirnya ke ruang subarakhnoid dan kanalis spinalis. Secara
teoritis, terdapat tiga penyebab terjadinya hidrosefalus, yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
Kondisi ini merupakan penyebab paling jarang dari kasus
hidrosefalus, hampir semua keadaan ini disebabkan oleh adanya tumor
pleksus koroid (papiloma atau karsinoma), namun ada pula yang
terjadi akibat dari hipervitaminosis vitamin A.
2. Gangguan aliran likuor yang merupakan awal kebanyakan kasus
hidrosefalus. Kondisi ini merupakan akibat dari obstruksi atau
tersumbatnya sirkulasi cairan serebrospinalis yang dapat terjadi di
ventrikel maupun vili arakhnoid. Secara umum terdapat tiga penyebab
terjadinya keadaan patologis ini, yaitu:
a. Malformasi yang menyebabkan penyempitan saluran likuor,
misalnya stenosis akuaduktus sylvii dan malformasi Arnold Chiari.
b. Lesi massa yang menyebabkan kompresi intrnsik maupun
ekstrinsik saluran likuor, misalnya tumor intraventrikel, tumor para
ventrikel, k ista arakhnoid, dan hematom.
c. Proses inflamasi dan gangguan lainnya seperti
mukopolisakaridosis, termasuk reaksi ependimal, fibrosis lepto
meningeal, dan obliterasi vili arakhnoid.
3. Gangguan penyerapan cairan serebrospinal. Suatu kondisi seperti
sindrom vena cava dan trombosis sinus dapat mempengaruhi
penyerapan cairan serebrospinal. Kondisi jenis ini termasuk
hidrosefalus tekanan normal atau pseudotumor serebri.
6. Pathway Hydrocephalus

Kelainan Infeksi Neoplasma Perdarahan


kongenital
Radang jaringan Fibrosis leptomeningns
hydorcephalus
Obstruksi salah satu pada daerah basal otak

tempat pembentukan Obstruksi tempat


ventrikel III/IV Obtruksi oleh perdarahan
pembentukan/penyerapan LCS.

Hydrocephalus Peningkatan jumlah Jumlah cairan dalam


nonkomunikas cairan serebrospinal ruang sub araknoid

Pembesaran relatif kepala Peningkatan TIK Tindakan pembedahan

Kesulitan
Herniasi falk serebri Penekanan pada Terpasang shunt
bergerak
saraf optikus
Kerusakan Kompresi batang
Penekanan Adanya port de entry dan
mobilitas otak
total papiledema benda asing masuk

Gangguan Depresi saraf Disfungsi persepsi Risiko infeksi


integritas kardiovaskular dan visual spasial

kulit pernapasan Respon inflamasi


Gangguan persepsi
sensori hipertemi

Penurunan kesadaran Otak semakin tertekan Kerusakan fungsi kognitif


dan psikomotroik

Koping keluarga tidak efektif Hipotalamus semakin tertekan


Defisit perawatan diri

Pembuluh darah tertekan kejang Mual muntah Saraf pusat semakin tertekan

Aliran darah menurun Risiko cedera Penurunan BB Kesadaran menurun Sakit kepala

Perfusi jaringan Kebutuhan nutrisi kurang Penurunan


Nyeri akut
serebral tidak efektif dari kebutuhan tubuh kesadaran
7. Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan keperawatan , Menurut Suryati (2017) :
 Kita hanya bisa memberi dorongan sikap penerimaan terhadap anak
(misalnya dipeluk, berbicara dan menyenangkan anak)
 melibatkan orang tua sebanyak mungkin
 Perawat menjelaskan setiap prosedur perawatan dan pengobatan.
 Memberikan penyuluhan kepada orang tua untuk dapat menerima
knyataan tentang perubahan dan perkembangan dan meyakinkan
orang tua bahwa anak membutuhkan kasih sayang dan keamanannya
 Perawat Mendemonstrasikan perawatan yang di perlukan pasien
kepada keluarga (bagaimana mengecek fungsi shunt posisi anak)
 Beri penjelasan tentang pengobatan sampai dengan perawatan selang
shunt.
Pada sebagian penderita pembesaran kepala berhenti sendiri (arrested
hydrocephalus), mungkin oleh rekanalisasi ruang subaraknoid atau kompensasi
pembentukan CSS yang berkurang. Tindakan bedah belum ada yang memuaskan
100%, kecuali bila penyebabnya ialah tumor yang masih dapat diangkat.
Ada 3 prinsip pengobatan hidrosefalus :
a. Mengurangi produksi CSS dengan merusak sebagian pleksus koroidalis
dengan tindakan reseksi (pembedahan) atau koagulasi, akan tetapi hasilnya
tidak memuaskan. Obat azetasolamid (Diamox) dikatakan mempunyai
khasiat inhibisi pembentukan CSS.
b. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorpsi yakni menghubungkan ventrikel dengan subarakhoid.
Misalnya ventrikulosisternostomi Torkildsen pada stenosis akuaduktus.
Pada anak hasilnya kurang memuaskan, karena sudah ada isufisiensis
fungsi absorpsi.
c. Pengeluaran CSS ke dalam organ Ekstrakranial :
 Drainase ventrikulo-peritoneal
 Drainase lombo-peritoneal
 Drainase ventrikulo-pleural
 Drainase ventrikulo-ureterostomi
 Drainase ke dalam antrum mastoid
 Cara yang kini anggap terbaik yakni mengalirkan CSS ke dalam vena
jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (’Holter valve’),
yang memungkinkan pengaliran CSS ke satu arah. Keburukan cara ini
ialah bahwa kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak.
Hasilnya belum memuaskan karena masih sering terjadi infeksi
sekunder dan sepsis.
 Penanganan medis hidrosefalus, Menurut Woodworth Gf (2010) :
a. Terapi konservatif medikamentosa
Untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi
sekresi cairan dan pleksus choroid (asetazolamit 100 mg/kgBB/hari;
furosemid 1,2 mg/kgBB/hari) atau upaya meningkatkan resorpsinya
(isorbid). Terapi diatas hanya bersifat sementara sebelum dilakukan
terapi defenitif diterapkan atau bila ada harapan kemungkinan
pulihnya gangguan hemodinamik tersebut; sebaliknya terapi ini tidak
efektif untuk pengobatan jangka panjang mengingat adanya resiko
terjadinya gangguan metabolik.
b. Ventriculoperitoneal shunting
Cara yang paling umum untuk mengobati hidrosefalus. Dalam
ventriculoperitoneal (VP) shunting, tube dimasukkan melalui lubang
kecil di tengkorak ke dalam ruang (ventrikel) dari otak yang berisi
cairan serebrospinal (CSF). Tube ini terhubung ke tube lain yang berjalan
di bawah kulit sampai ke perut, di mana ia memasuki rongga perut
(rongga peritoneal). Shunt memungkinkan CSS mengalir keluar dari
ventrikel dan ke rongga perut di mana ia diserap. Biasanya, katup
dalam sistem membantu mengatur aliran cairan.
c. Terapi etiologi
Merupakan strategi penanganan terbaik; seperti antara lain;
pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi
radikal lesi massa yang mengganggu aliran liquor, pembersihan sisa
darah dalam liquor atau perbaikan suatu malformasi. Pada beberapa kasus
diharuskan untuk melakukan terapi sementara terlebih dahulu sebelum
diketahui secara pasti lesi penyebab; atau masih memerlukan tindakan
operasi shunting karena kasus yang mempunyai etiologi multifaktor
atau mengalami gangguan aliran liquor skunder.
8. Pemeriksaan Penunjang
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan
fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-
pemeriksaan penunjang, yaitu :
1. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya
pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik
berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka
dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan
intrakranial.
2. Transiluminasi
Syarat untuk transiluminasi adalah fontanela masih terbuka,
pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa
beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi
dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan
terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan
lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak
antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang
besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena
hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.Tetapi jika
hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan
sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras
lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung
masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan
terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar
karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang
dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini
sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah
memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan
USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat
lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini
disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem
ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6. CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas
ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV
sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi
reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada hidrosefalus komunikans gambaran
CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk
ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.

Gambar 1 . CT Scan hidrosefalus

7. MRI Kepala
MRI kepala dapat menunjukkan gambaran anatomi kepala secara mendetail
dan bermanfaat untuk mengidentifikasi tempat obstruksi

Gambar 2 . MRI hidrosefalus

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Biodata
 Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, usia, jenis kelamin, BB, TB, alamat, suku, agama,
nomor registrasi, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
 Identitas Penanggungjawab
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
2. Keluhan Utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan
pupil, kontriksi penglihatan perifer.
3. Riwayat Penyakit
 Riwayat Penyakit Sekarang
Adanya riwayat infeksi (biasa nya riwayat infeksi pada selaput otak
dan meningens) sebelumnya. Pengkajian yang nanti didapat meliputi
seorang anak mengalami pembesaran kepala.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat
hidrosefalus sebelumnya, riwayat adanyanya neoplasma otak, kelaian
bawaan pada otak dan riwayat infeksi.
 Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga ada yang sakit seperti itu, adakah keluarga mempunyai
penyakit menurun, menular dan menahun.
4. ADL
Pola fungsional menurut Gordon
 Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Adakah kecemasan keluarga karena kurang pemahaman keluarga terkait
tentang proses penyakit.
 Pola nutrisi-metabolik
Adakah penurunan/penambahan nafsu makan, mual-muntah pada pasien
 Pola eliminasi
Adakah perubahan BAB/BAK pasien sebelum dan selama sakit (jumlah,
warna, bau, konsistensi)
 Pola aktivitas dan latihan
Keluarga dilakukan anamnesa mengenai riwayat Pola persepsi-kognitif
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hidrosefalus
sebelumnya, riwayat adanyanya neoplasma otak, kelaian bawaan pada
otak dan riwayat infeksi.
 Pola istirahat tidur
Bagaimana istirahat dan tidur pasien selama dan sebelum sakit, adakah
gangguan/tidak.
 Pola konsep diri
Meliputi gambaran, identitas, peran, serta ideal diri.
 Pola peran dan hubungan
Bagaiaman peran dan hubungan pasien dengan keluarga.
 Pola koping-stres
Apakah pasien terlihat gelisah, menangis dengan kondisi kesehatannya
sekarang.
 Pola keyakinan-nilai
Meliputi domisili, bahasa, agama, dan pola keyakinan keluarga pasien.
5. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
b) Kesadaran
c) TTV
d) Pemeriksaan head to toe
 Kepala
o Inspeksi : kepala membesar, Dahinya menonjol dan mengkilat.
Serta pembuluh-pembuluh darahnya terlihat jelas, Vena-vena di
sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok,Tulang-
tulang kepala menjadi sangat tipis,. Bayi sulit mengangkat dan
menahan kepalanya ke atas
o Palpasi :Ukur lingkar kepala semakin membesar, Fontanela akan
mengalami Keterlambatan penutupan fontanela anterior sehingga
fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan
tengkorak, sutura masih terbuka bebas.
 Rambut
o Inspeksi : hitam/tidak, bersih/tidak
o Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak, ada lesi atau tidak
 Mata
o Inspeksi :
Akomodasi Gerakan bola mata.Luas lapang pandang Konvergensi,
Bayi tidak dapat melihat ke atas atau “sunset eyes”/bola mata turun
kebawah, Strabismus, nystagmus, atropi optik
 Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada gangguan, dan pernapasan
cuping hidung, ada deviasi septum/tidak
 Telinga : Simetris/tidak, bersih, tidak ada penumpukan serumen.
 Wajah :
o Inspeksi : Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh dara
terlihat jelas, alis mata dan bulu mata keatas sehingga sclera telihat
seolah – olah di atas iris, bayi tidak dapat melihat ke atas, “ sunset
eyes”, strabismus, nystagmus, atropi optic, dan bayi sulit
mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
 Mulut : Mukosa bibir kering/lembab, sianosis/tidak, terpasang alat bantu
napas/tidak.
 Leher : Adakah pembesaran kelenjar tyroid atau tidak, ada pembendungan
vena jugularis/tidak,
 Integumen
 Thorax
o Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat/tidak pada ICS 4,5 Midclavikula
sinistra
Perkusi : suara pekak atau tidak
Auskultasi : ada suara murmur/ tidak, BJ I & BJ II terdengar suara
tunggal/tidak
o Paru-paru :
Inspeksi : simestris atau tidak kanan & kiri
Perkusi : suaranya pekak/tidak
Auskultasi : ada suara tambahan atau tidak seperti ronchi,
wheezhing
 Abdomen :
o Inspeksi : ada jejas/tidak
o Auskultasi : bising usus berapa x dalam 1 menit
o Perkusi : tympani/hipertympani
o Palpasi : ada nyeri tekan/tidak, ada skinbala atau tidak
 Genetalia
Labia minor menonjol atau tidak dan labia minor sudah tertutup dengan
labia mayora belum
 Ektremitas : atas dan bawah
 Anus
Adakah atresia ani atau tidak
 Muskuloskeletal

d. Diagnosa Masalah
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia,mual muntah
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kontraktur
sehubungan dengan imobilisasi fisik
d. Hambatan mobilisasi fisik
e. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
gangguan aliran darah ke otak akibat peningkatan TIK
f. Resiko cidera berhuhubungan dengan peningkatan TIK
g. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi

e. Rencana Intervensi

No
Dx
Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan  Pain level 1. Kaji tingkat nyeri
dengan peningkatan  Pain control 2. Observasi reaksi nonverbal
tekanan intracranial  Comfort level dari ketidaknyamanan
Setelah dilakukan tindakan 3. Gunakan teknik komunikasi
Definisi : Pengalaman keperawatan selama ....x 24 terapeutik untuk mengetahui
sensori dan emosional pengalaman nyeri pasien
jam diharapkan nyeri dapat
4. Kontrol lingkungan yang
yang tidak menyenangkan terkontrol dengan kriteria dapat mempengaruhi nyeri
yang muncul akibat
hasil : 5. Tingkatkan istirahat
kerusakan jaringan yang 6. Berikan informasi kepada
aktual atau potensial. 1. Pasien tampak rileks keluarga tentang nyeri seperti
2. Pasien mengatakan nyeri penyebab nyeri, berapa lama
Batasan karakteristik : berkurang nyeri berkurang dan
3. Wajah pasien tidak antisipasi ketidaknyamanan
 Perubahan selera 7. Kolaborasi pemberian
tampak menahan sakit
makan nalgesic untuk mengurangi
4. Melaporkan nyeri
 Perubahan tekanan nyeri
berkurang
darah 8. Kolaborasikan dengan dokter
5. Mampu mengenali nyeri jika ada keluhan dan tindakan
 Perubahan
nyeri tidak berhasil
frekuensi jantung 9. Cek riwayat alergi
 Perubahan RR 10. Observasi TTV sebelum
 Diaforesis dan sesudah pemberian
 Mengekspresikan analgetik
perilaku 11. Evaluasi efektifitas
analgesic, tanda dan gejala
 Dilatasi pupil
 Melaporkan nyeri
secara verbal
 Gangguan tidur
 Indikasi nyeri yang
dapat diamati
 Sikap melindungi
area nyeri
 Perilaku distraksi
 Fokus menyempit

Faktor yang berhubungan


dengan :

 Agen cedera
biologis
 Agen cidera
kimiawi
 Agen cidera fisik

 Nutritional status
2  Nutritional status :
food and fluid 1. Kaji status nutrisi pasien
Ketidakseimbangan nutrisi
2. Kaji intervensi mual
kurang dari kebutuhan  Intake
3. Anjurkan pasien makan sedikit
tubuh berhubungan dengan  Nutritional status :
tapi sering
anoreksia,mual muntah nutrient intake
4. Anjurkan pasien makan selagi
 Weight control
Definisi : asupan nutrisi hangat
Setelah dilakukan tindakan
tidak cukup untuk 5. Monitor adanya penurunan BB
keperawatan selama .... x 24
memenuhi kebutuhan 6. Monitor turgor kulit
jam diharapkan tidak
metabolik. 7. Anjurkan banyak minum
mengalami
8. Informasikan pada klien dan
Batasan karakteristik : ketidakseimbangan nutrisi
keluarga tentang manfat nutrisi
dengan kriteria hasil :
 Kram abdomen 9. Kolaborasi dengan ahli gizi
1. Tidak ada tanda-
untuk menentukan jumlah
 Nyeri abdomen tanda malnutrisi.
kalori dan nutrisi yang
 Bb 20% Lbh 2. Tidak terjadi
dibutuhkan pasien
dibawah badan penurunan berat
10.Kolaborasi dengan dokter
ideal badan yang berarti.
dalam pemberian obat
 Kerapuhan kapiler 3. Berat badan ideal
11.Anjurkan pasien untuk
 Bising usus sesuai tinggi badan.
meningkatkan protein dan
hiperaktif 4. Menunjukkan
vitamin C
 Diare peningkatan fungsi
12.Monitor pucat,kemerahan dan
 Kurang makanan pengecapan dari
kekeringan jaringan
 Membran mukosa menelan
konjungtiva
pucat 5. Menunjukkan
13.Monitor lingkungan selama
 Tonus otot peningkatan fungsi
makan
menurun pengecapan dari
menelan
Faktor yang berhubungan :
 Faktor biologis
 Faktor ekonomi
 Faktor psikologis
 Ketidakmampuan
mengabsorbsi
nutrien.
 Tissue intergrity:
1. Ajurkan pasien menggunakan
skin and mucous
3 pakaian yang longgar
Kerusakan integritas kulit  Wound healing : 2. Monitor status nutrisi
berhubungan dengan primary and 3. Memandikan pasien dengan
kontraktur sehubungan secondary intention sabun dan air hangat
dengan imobilisasi fisik 4. Oleskan lotion pada daerah
Kriteria Hasil :
yang tertekan
Definisi : kerusakan
 Perfusi jaringan 5. Mobilisasi pasien setiap 2 jam
jaringan membran mukosa,
normal sekali
integumen, subkutan.
 Tidak ada tanda- 6. Hindari kerutan pada tempat
Batasan karakteristik : tanda infeksi tidur
 Ketebalan dan 7. Monitor kulit adanya
 Kerusakan jaringan tekstur jaringan kemerahan
(misalnya normal 8. Jaga kebersihan kulit agar
membran  Menunjukkan tetap bersih dan kering
mukosa,kornea, terjadinya proses
integumen atau penyembuha luka
subkutan)

Faktor yang berhubungan :

 Gangguan sirkulasi
 Defisit cairan
 Kelebihan cairan
 Hambatan
mobilitas fisik
 Kurang
pengetahuan
 Radiasi
 Faktor nutrisi

 Joint movement : 1. Kaji kemampuan pasien


4
active untuk ambulasi
 Mobility level 2. Anjurkan pasien untuk
Hambatan mobilisasi fisik
 Self care : ADLs melakukan mobilisasi dini
Definisi : keterbatasan  Transfer perfomance secara bertahap
pada pergerakan fisik 3. Melatih pasien dalam
tubuh atau satu atau lebih Setelah dilakukan tindakan pemenuhan kemampuan
ekstremitas secara mandiri keperawatan selama .... x 24 ADL secara mandiri sesuai
dan terarah jam diharapkan hambatan kemampuan
mobilitas fisik pada pasien 4. Mendampingi dan
Batasan karakteristik : dapat teratasi dengan memantu pasien saat
 Penurunan waktu kriteria hasil : mobilisasi serta membantu
reaksi penuhi kebutuhan ADL
- Pasien meningkat pasien
 Kesulitan dalam aktifitas fisik 5. Memberikan alat bantu
membolak-balik - Mengerti tujuan dari
posisi bila pasien memerlukan
peningkatan 6. Menganjurkan pasien
 Keterbatasan mobilitas bagaimana merubah posisi
kemampuan - Memverbalisasi dan memberikan bantuan
melakukan perasaan dalam jika diperlukan
ketrampilan meningkatan 7. Monitoring vital sign
motorik halus kekuatan dan sebelum/sesudah latihan
 Keterbatasan kemampuan dan lihat respon pasien
kemampuan berpindah saat latihan
melakukan - Memperagakan 8. Konsultasikan dengan
ketrampilan penggunaan alat terapi fisik tentang rencana
motorik kasar bantu untuk ambulasi
 Pergerakan lambat mobilisasi 9. Ajarkan pasien atau tenaga
Faktor yang berhubungan : kesehatan tentang teknik
ambulasi
 Intoleransi aktifitas
 Ansietas
 Indeks massa tubuh
diatas perentil ke-
75 sesuai usia
 Malnutrisi
 Penurunan masa
otot
 Penurunan
kekuatan otot
 Keterlambatan
perkembangan
 Kaku sendi
1. Monitor adanya paratese
 Circulation status 2. Batasi gerakan pada
5
 Tissue prefusion : kepala, leher dan
Resiko ketidakefektifan
cerbral punggung
perfusi jaringan otak
3. Monitor kemampuan BAB
berhubungan dengan Kriteria Hasil :
4. Instruksikan keluarga
gangguan aliran darah ke
- Mendemontrasikan untuk mengobservasi kulit
otak akibat peningkatan status sirkulasi yang jika ada isi atau laserasi
TIK ditandai : 5. Monitor adanya
tromboplebitis
Definisi : berisiko - Tekanan systole dan
6. Diskusikan mengenai
mengalami penurunan diastole dalam penyebab perubahan
sirkulasi jaringan otak sensasi
rentang yang
yang dapat mengganggu 7. Kolaborasi pemberian
kesehatan. diharapkan
analgesik
- Menunjukkan fungsi
Batasan Karakteristik :
sensori motorik
 Massa
cranial yang utuh :
tromboplastin
parsial abnormal tingkat kesadaran
 Diseksi arteri membaik, tidak ada
 Massa protrombin gerakan-gerakan
abnormal
involunter.
 Tumor otak
 Trauma kepala
 Neoplasma otak

1. Sediakan lingkungan yang


 Risk control aman untuk pasien
Kriteria hasil : 2. Identifikasi kebutuhan
6
Resiko cidera keamanan pasien
- Klien terbebas dari
berhuhubungan dengan 3. Menghindari lingkungan
peningkatan TIK. cedera yang berbahaya
- Mampu 4. Memasang side rail tempat
Definisi : berisiko tidur
mengalami cedera akibat memodifikasi cara
5. Mengontrol lingkungan
kondisi lingkungan yang pencegahan cedera dari kebisigan
berinteraksi dengan - Mampu mengenali 6. Menjauhkan dari barang-
sumber adaptif dan sumber barang yang berbahaya
defensif individu. perubahan status
7. Membatasi pengunjungg
kesehatan 8. Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien


Immune status 1. Cuci tangan setiap

Knowledge : sebelum dan sesudah
7 infection control tindakan keperawatan
 Risk control 2. Pertahankan lingkungan
Resiko infeksi
Setelah dilakukan tindakan aseptik
berhubungan dengan luka
3. Tingkatkan intake nutrisi
post operasi keperawatan selama ...x 24 4. Monitor tanda dan gejala
jam diharapkan infeksi tidak infeksi
Definisi : mengalami terjadi selama perawatan 5. Dorong istirahat
peningkatan resiko dengan kriteria hasil : 6. Dorong masukan cairan
terserang organisme 7. Inspeksi kondisi
patogenik. - Luka insisi bebas luka/insisi bedah
dari tanda-tanda 8. Monitor hitung granulosit,
Faktor-faktor resiko : infeksi. WBC
 Pengetahuan yang - Menunjukkan 9. Batasi pengunjung
kurang kemampuan untuk 10. Kolaborasi pemberian
 Pertahanan tubuh mencegah timbulnya antibiotik
infeksi
primer yang tidak
adekuat - Jumlah leukosit
dalam batas normal
 Prosedur invasif
- Menunjukkan
 Malnutrisi
perilaku hidup sehat
 Pemajanan
terhadap patogen
DAFTAR PUSTAKA

Bal'afif, Farhad.2013.Laboratorium Bedah Saraf Fakultas Kedokteran


Universitas Brawijaya Malang, Jl. Jaksa Agung Suprapto No.2 Malang,
Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 27, No. 3, Februari 2013

De Jong W. 2017.Buku Ajar Bedah Sjamsuhidajat-De Jong. Sistemorgan Dan


Tindakan Bedahnya. Buku Kedokteran.EGC: Jakarta

Harsono.2011. Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.


Harsono.2015. Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 13 Agustus 2020

Satyanegara.2010.Ilmu Bedah Saraf edisi IV. Gramedia Pustaka Utama :


Tangerang.

Said Alfin Khalilullah (2011). Review Article Hidrosefalus. RSUD dr.Zainoel


Abidin Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Suryanti.(2017). Aplikasi Teori Konsep Keperawatan Jean Watson Terhadap


Anak “S” Dengan Hidrocefalus Di Kelurahan Sumur Dewa Kecamatan
Selebar Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu.
Journal of Nursing and Public Health Volume 5 No. 2 Desember 2017.

T. Heather Herdman, phD, Rn. Nanda International diagnosis keperawatan


definisi dan klasifikasi 2018-2020.EGC: Jakarta.

Woodworth GF.2010.Cerebrospinal fluid drainage and dynamics in the diagnosis


of normal pressure hydrocephalus.neurosurgery.disscussio925

Anda mungkin juga menyukai