Hidrosefalus
Oleh :
Aprillia Trisnawatik
19560102
PROFESI NERS
2020
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan serebrospinal secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak, walaupun pada kasus hidrosefalus
eksternal pada anak-anak cairan akan berakumulasi idalam rongga araknoid.
( Satyanegara, 2010).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang
progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan –
jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan
absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan
meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang –
ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010).
Dari beberapa pendapat di atas, Jadi dapat disimpulkan Hidrosefalus
merupakan penumpukan CSS yang s ecara aktif dan berlebihan pada satu atau
lebih ventrikel otak atau ruang subrachnoid yang dapat menyebakan dilatasi
sistem ventrikel otak dimana keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal, disebabkan baik oleh produksi yang
berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan
intracranial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran di ruangan – ruangan
tempat aliran cairan serebrospinal.
2. Klasifikasi
a. Waktu pembentukan, Menurut Harsono (2011) :
Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak dalam
kandungan dan berlanjut setelah dilahirkan.
Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah
bayidilahirkan atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan
b. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus, Menurut Satyanegara, 2010 :
Hidrosefalus interna : menunjukkan adanya dilatasi ventrikel
Hidrosefalus eksternal : cenderung menunjukkan adanya pelebaran
rongga subarachnoid diatas permukaan korteks
Hidrosefalus komunikans
Apabila keadaan hidrosefalus dimana ada hubungan antara
system ventrikel dengan rongga subaracnoid otak dan spinal, sehingga
terdapat aliran bebas CSF dalam sistem ventrikel sampai ke tempat
sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi
villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang
sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang
dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid
dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala-gejala peningkatan ICP). Jenis
ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid
untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit
atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya
disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah
terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan
tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP).
Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat di dalam sistem ventrikel atau
salurannya kerongga subarachnoid sehingga menghambat aliran bebas
dari CSF. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus
kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk
hidrosefalus non komunikan. Biasanya diakibatkan obstruksi dalam
sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSF. Kondisi
tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan
dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh
dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien
dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem
ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam
system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura yag
berfungsi atau pada anak – anak dibawah usia 12 – 18 bulan dengan
tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda – tanda dan
gejala – gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang
garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis
sutura dan pembesaran kepala.
3. Etiologi
Menurut Satyanegara (2010) :
1. Sebab-sebab Prenatal
Sebab prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya
hidrosefalus kongenital yang timbul in- utero ataupun setelah lahir. Seabb-
sebab ini mencakup malformasi ( anomali perkembangan sporadis ), infeksi
atau kelainan vaskuler. Pada sebagian besar pasien banyak yang etiologi tidak
dapat diketahui dan untuk ini diistilahkan sebagai hidrosefalus idiopatik.
2. Sebab-sebab Postnatal
Lesi masa menyebabkan peningkatan resistensi aliran liquor
serebrospinal dan kebanyakan tumor berlokasi di fosa posterior.Tumor
lain yang menyebabkan hidrosefalus adalah tumor di daerah
mesencephalon. Kista arachnoid dan kista neuroepitalial merupakn
kelompok lesi masa yang menyebabkan aliran gangguan liquor
berlokasi di daerah supraselar atau sekitar foramen magmum.
Perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti prematur,
cedera kepala, ruptura malformasi vaskuler.
Meningitis. Semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan
hidrosefalus akibat dari fibrosis leptomeningeal. Hidrosefalus yang
terjadi biasanya multi okulasi, hal ini disebabkan karena keikutsertaan
adanya kerusakan jaringan otak
Gangguan aliran vena. Biasanya terjadi akibat sumbatan antomis dan
fungsional seperti akhondroplasia dimana terjadi gangguan drainase
vena pada basis krani, trombosis jugularis.
4. Manifestasi Klinis, Menurut De jong W (2017) :
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama
kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh
peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi
ukuran wajah dan badan bayi. Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata terletak
agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya.
Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta
rapuh.
Menurut De Jong W (2017), manifestasi hidrosefalus diantaranya :
a. Pembesaran tengkorak, hipotrofi otak
b. Kelainan neurologis ( mata selalu mengarah kebawah, gangguan
perkembangan motorik, gangguan pengihatan).
c. Terjadi penipisan korteks cerebrum yang permanen bila penimbunan cairan
dibiarkan
d. Vena kulit kepala sering terlihat menonjol
e. Pada bayi suturanya masih terbuka akan terlihat lingkar kepala fronto-oksipital
yang makin membesar, sutura yang meregang dengan fontanel cembung dan
tegang.
Pertumbuhan kepala normal terjadi pada 3 bulan pertama. Lingkar kepala akan
bertambah kira-kira 2 cm setiap bulan. Pada 3 bulan berikutnya penambahan akan
berlangsung lebih lambat.
Lahir 35 cm
Umur 3 bulan 41 cm
Umur 6 bulan 44 cm
Umur 9 bulan 46 cm
Umur 12 bulan 47 cm
Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun
Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi
tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
Muntah
Gelisah
Menangis dengan suara ringgi
Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan
pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.
Peningkatan tonus otot ekstrimitas
Nyeri kepala
Muntah
Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10
tahun.
Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
Strabismus
Perubahan pupil.
5. Pathofisiologi
Menurut pendapat Harsono (2015). Pembentukan cairan serebrospinal
terutama dibentuk di dalam sistem ventrikel. Kebanyakan cairan tersebut
dibentuk oleh pleksus koroidalis di ventrikel lateral, yaitu kurang lebih
sebanyak 80% dari total cairan serebrospinalis. Kecepatan pembentukan
cairan serebrospinalis lebih kurang 0,35- 0,40 ml/menit atau 500 ml/hari,
kecepatan pembentukan cairan tersebut sama pada orang dewasa maupun
anak- anak. Dengan jalur aliran yang dimulai dari ventrikel lateral menuju
ke foramen monro kemudian ke ventrikel 3, selanjutnya mengalir ke
akuaduktus sylvii, lalu ke ventrikel 4 dan menuju ke foramen luska dan
magendi, hingga akhirnya ke ruang subarakhnoid dan kanalis spinalis. Secara
teoritis, terdapat tiga penyebab terjadinya hidrosefalus, yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
Kondisi ini merupakan penyebab paling jarang dari kasus
hidrosefalus, hampir semua keadaan ini disebabkan oleh adanya tumor
pleksus koroid (papiloma atau karsinoma), namun ada pula yang
terjadi akibat dari hipervitaminosis vitamin A.
2. Gangguan aliran likuor yang merupakan awal kebanyakan kasus
hidrosefalus. Kondisi ini merupakan akibat dari obstruksi atau
tersumbatnya sirkulasi cairan serebrospinalis yang dapat terjadi di
ventrikel maupun vili arakhnoid. Secara umum terdapat tiga penyebab
terjadinya keadaan patologis ini, yaitu:
a. Malformasi yang menyebabkan penyempitan saluran likuor,
misalnya stenosis akuaduktus sylvii dan malformasi Arnold Chiari.
b. Lesi massa yang menyebabkan kompresi intrnsik maupun
ekstrinsik saluran likuor, misalnya tumor intraventrikel, tumor para
ventrikel, k ista arakhnoid, dan hematom.
c. Proses inflamasi dan gangguan lainnya seperti
mukopolisakaridosis, termasuk reaksi ependimal, fibrosis lepto
meningeal, dan obliterasi vili arakhnoid.
3. Gangguan penyerapan cairan serebrospinal. Suatu kondisi seperti
sindrom vena cava dan trombosis sinus dapat mempengaruhi
penyerapan cairan serebrospinal. Kondisi jenis ini termasuk
hidrosefalus tekanan normal atau pseudotumor serebri.
6. Pathway Hydrocephalus
Kesulitan
Herniasi falk serebri Penekanan pada Terpasang shunt
bergerak
saraf optikus
Kerusakan Kompresi batang
Penekanan Adanya port de entry dan
mobilitas otak
total papiledema benda asing masuk
Pembuluh darah tertekan kejang Mual muntah Saraf pusat semakin tertekan
Aliran darah menurun Risiko cedera Penurunan BB Kesadaran menurun Sakit kepala
7. MRI Kepala
MRI kepala dapat menunjukkan gambaran anatomi kepala secara mendetail
dan bermanfaat untuk mengidentifikasi tempat obstruksi
d. Diagnosa Masalah
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia,mual muntah
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kontraktur
sehubungan dengan imobilisasi fisik
d. Hambatan mobilisasi fisik
e. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
gangguan aliran darah ke otak akibat peningkatan TIK
f. Resiko cidera berhuhubungan dengan peningkatan TIK
g. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi
e. Rencana Intervensi
No
Dx
Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan Pain level 1. Kaji tingkat nyeri
dengan peningkatan Pain control 2. Observasi reaksi nonverbal
tekanan intracranial Comfort level dari ketidaknyamanan
Setelah dilakukan tindakan 3. Gunakan teknik komunikasi
Definisi : Pengalaman keperawatan selama ....x 24 terapeutik untuk mengetahui
sensori dan emosional pengalaman nyeri pasien
jam diharapkan nyeri dapat
4. Kontrol lingkungan yang
yang tidak menyenangkan terkontrol dengan kriteria dapat mempengaruhi nyeri
yang muncul akibat
hasil : 5. Tingkatkan istirahat
kerusakan jaringan yang 6. Berikan informasi kepada
aktual atau potensial. 1. Pasien tampak rileks keluarga tentang nyeri seperti
2. Pasien mengatakan nyeri penyebab nyeri, berapa lama
Batasan karakteristik : berkurang nyeri berkurang dan
3. Wajah pasien tidak antisipasi ketidaknyamanan
Perubahan selera 7. Kolaborasi pemberian
tampak menahan sakit
makan nalgesic untuk mengurangi
4. Melaporkan nyeri
Perubahan tekanan nyeri
berkurang
darah 8. Kolaborasikan dengan dokter
5. Mampu mengenali nyeri jika ada keluhan dan tindakan
Perubahan
nyeri tidak berhasil
frekuensi jantung 9. Cek riwayat alergi
Perubahan RR 10. Observasi TTV sebelum
Diaforesis dan sesudah pemberian
Mengekspresikan analgetik
perilaku 11. Evaluasi efektifitas
analgesic, tanda dan gejala
Dilatasi pupil
Melaporkan nyeri
secara verbal
Gangguan tidur
Indikasi nyeri yang
dapat diamati
Sikap melindungi
area nyeri
Perilaku distraksi
Fokus menyempit
Agen cedera
biologis
Agen cidera
kimiawi
Agen cidera fisik
Nutritional status
2 Nutritional status :
food and fluid 1. Kaji status nutrisi pasien
Ketidakseimbangan nutrisi
2. Kaji intervensi mual
kurang dari kebutuhan Intake
3. Anjurkan pasien makan sedikit
tubuh berhubungan dengan Nutritional status :
tapi sering
anoreksia,mual muntah nutrient intake
4. Anjurkan pasien makan selagi
Weight control
Definisi : asupan nutrisi hangat
Setelah dilakukan tindakan
tidak cukup untuk 5. Monitor adanya penurunan BB
keperawatan selama .... x 24
memenuhi kebutuhan 6. Monitor turgor kulit
jam diharapkan tidak
metabolik. 7. Anjurkan banyak minum
mengalami
8. Informasikan pada klien dan
Batasan karakteristik : ketidakseimbangan nutrisi
keluarga tentang manfat nutrisi
dengan kriteria hasil :
Kram abdomen 9. Kolaborasi dengan ahli gizi
1. Tidak ada tanda-
untuk menentukan jumlah
Nyeri abdomen tanda malnutrisi.
kalori dan nutrisi yang
Bb 20% Lbh 2. Tidak terjadi
dibutuhkan pasien
dibawah badan penurunan berat
10.Kolaborasi dengan dokter
ideal badan yang berarti.
dalam pemberian obat
Kerapuhan kapiler 3. Berat badan ideal
11.Anjurkan pasien untuk
Bising usus sesuai tinggi badan.
meningkatkan protein dan
hiperaktif 4. Menunjukkan
vitamin C
Diare peningkatan fungsi
12.Monitor pucat,kemerahan dan
Kurang makanan pengecapan dari
kekeringan jaringan
Membran mukosa menelan
konjungtiva
pucat 5. Menunjukkan
13.Monitor lingkungan selama
Tonus otot peningkatan fungsi
makan
menurun pengecapan dari
menelan
Faktor yang berhubungan :
Faktor biologis
Faktor ekonomi
Faktor psikologis
Ketidakmampuan
mengabsorbsi
nutrien.
Tissue intergrity:
1. Ajurkan pasien menggunakan
skin and mucous
3 pakaian yang longgar
Kerusakan integritas kulit Wound healing : 2. Monitor status nutrisi
berhubungan dengan primary and 3. Memandikan pasien dengan
kontraktur sehubungan secondary intention sabun dan air hangat
dengan imobilisasi fisik 4. Oleskan lotion pada daerah
Kriteria Hasil :
yang tertekan
Definisi : kerusakan
Perfusi jaringan 5. Mobilisasi pasien setiap 2 jam
jaringan membran mukosa,
normal sekali
integumen, subkutan.
Tidak ada tanda- 6. Hindari kerutan pada tempat
Batasan karakteristik : tanda infeksi tidur
Ketebalan dan 7. Monitor kulit adanya
Kerusakan jaringan tekstur jaringan kemerahan
(misalnya normal 8. Jaga kebersihan kulit agar
membran Menunjukkan tetap bersih dan kering
mukosa,kornea, terjadinya proses
integumen atau penyembuha luka
subkutan)
Gangguan sirkulasi
Defisit cairan
Kelebihan cairan
Hambatan
mobilitas fisik
Kurang
pengetahuan
Radiasi
Faktor nutrisi
Immune status 1. Cuci tangan setiap
Knowledge : sebelum dan sesudah
7 infection control tindakan keperawatan
Risk control 2. Pertahankan lingkungan
Resiko infeksi
Setelah dilakukan tindakan aseptik
berhubungan dengan luka
3. Tingkatkan intake nutrisi
post operasi keperawatan selama ...x 24 4. Monitor tanda dan gejala
jam diharapkan infeksi tidak infeksi
Definisi : mengalami terjadi selama perawatan 5. Dorong istirahat
peningkatan resiko dengan kriteria hasil : 6. Dorong masukan cairan
terserang organisme 7. Inspeksi kondisi
patogenik. - Luka insisi bebas luka/insisi bedah
dari tanda-tanda 8. Monitor hitung granulosit,
Faktor-faktor resiko : infeksi. WBC
Pengetahuan yang - Menunjukkan 9. Batasi pengunjung
kurang kemampuan untuk 10. Kolaborasi pemberian
Pertahanan tubuh mencegah timbulnya antibiotik
infeksi
primer yang tidak
adekuat - Jumlah leukosit
dalam batas normal
Prosedur invasif
- Menunjukkan
Malnutrisi
perilaku hidup sehat
Pemajanan
terhadap patogen
DAFTAR PUSTAKA