Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOMIELITIS

Oleh :

Aprillia Trisnawatik

19560102

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2020
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya
tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling
jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi
kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Brunner dan suddarth, 2013).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari
darah (osteomielitis hematogen) atau, yang lebih sering setelah kontaminasi fraktur terbuka
atau reduksi bedah (osteomielitis eksogen) (Corwin, 2011). Osteomieliris merupakan penyakit
yang sulit diobeti karena dapat terbenuk abses lokal. Abses tulang biasanya memiliki suplai
darah yang buruk, dengan demikian pelepasan swl imun dan antibiotik terbatas (Corwin,
2011).
2. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer, S.C & Bare, B.G (2013) Osteomielitis disebabkan oleh karena adanya
infeksi yang disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) biasanya terjadi ditempat
dimana terdapat trauma atau dimana terdapat resisten rendah, kemungkinan akibat trauma
subklinis (tak jelas). Selain itu dapat juga berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan
lunak atau kontaminasi langsung tulang. Infeksi ini dapat timbul akut dan kronik.
Adapun beberapa faktor penyebab :
 Bakteri
 Staphylococcus aureus (70%-80%) selain itu juga bisa disebabkan oleh escherichia
coli, pseudomonas, klebsiella, salmonella, dan proteus
 Virus, jamur, dan mikroorganisme lain
3. KLASIFIKASI
 Osteomielitis akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun
manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat
 Osteomielitis kronis akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik
dan akan memperngaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
4. MANIFESTASI KLINIS, Menurut Nurarif A., dan Kusuma H.(2015) adalah
1. Osteomielitis Akut
a. Infeksi dibawa oleh darah
- Biasanya awitannya mendadak
- Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (misalnya menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat dan malaise, pembesaran limfe regional)
b. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
- Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak, dan sangat nyeri tekan
c. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi disekitarnya atau kontaminasi langsung
- Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan
- Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
- Lab= anemia, leukositosis
2. Osteomielitis Kronis
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode
berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus, Lab=LED meningkat
5. PATOFISIOLOGI
Patologi yang terjadi pada ostemielitis hematogen akut tergantung pada usia, daya tahan
klien, lokasi infeksi, dan virulensi kuman. Infeksi terjadi melalui saluran darah dari focus ditempat
lain dalam tubuh pada fase bakteremia dan dapat menimbulkan septikimia. Embulus infeksi
kemudian masuk ke dalam juksta empifisis pada daerah metafisis tulang panjang. Proses
selanjutnya adalah tejadi hyperemia dan edema di daerah metafisis di sertai dengan pembentukan
pus. Terbentuknya pus ketika jaringan tulang tidak dapat bersekpensi, menyebabkan tekanan
dalam tulang meningkat. Peningkatan tekanan dalam tulang menyebabkan terjadinya sirkulasi dan
timbul trombosis pada pembuluh darah tulng dan akhirnya menyebabkan nekrosis tulang.
Disamping proses yang di sebutkan di atas, pembentukan tulang baru yang ektensif terjadi pada
dalam poreosteus sepanjang deafisis (terutam pada anak-anak) sehingga terbebtuk suatu
lingkuangan tulang seperti peti mayat dengan jaringan sekuestrum di dalamnya. proses ini terlihat
jelas pada akhir minggu ke dua. Apabila pus menembus tulang ,terjadi pengalian pus (discharge)
keluar melalui lubang yang di sebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit. Pada
tahap selanjutnya, penyakit osteomielitis kronis. Pada daerah tulang kanselus, infeksi dapat
terlokalisasi serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk abses tulang kronis (Smeltzer,
Suzanne C, 2013).
6. PATHWAY, menurut Nurarif A., dan Kusuma H.(2015)
Faktor predisposisi: usia, virulensi kuman,
riwayat trauma, nutrisi, dan lokasi infeksi

Infasi mikroorganisme dari tempat lain


yang beredar melalui sirkulasi darah

Masuk ke juksta epifisis


tulang panjang

Osteomielitis

fagositosis

Proses inflamasi: hiperemia, pembengkakan, gangguan fungsi,


pembentukan pus, dan kerusakan integritas jaringan

Proses inflamasi Keterbatasan pergerakan Peningkatan Pembentukan pus,


secara umum tekanan jaringan nekrosis jaringan
Penurunan kemampuan
tulang dan medula
Demam, malaise, pergerakan
Penyebaran infeksi
penurunan nafsu makan, Iskemia dan ke organ penting
penurunan kemampuan Hambatan mobilitas nekrosis tulang
tonus otot fisik
Pembentukan Resiko Infeksi
abses tulang

Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari Involuctum nyeri
kebutuhan tubuh Kelemahan fisik (pertumbuhan
tulang baru)
pengeluaran pus
Tirah baring lama, dari luka
penekanan lokal

Deformitas,
Kerusakan
bau dari
integritas kulit
adanya luka

Gangguan
citra diri
7. PENATALAKSANAAN, Menurut Nurarif A., dan Kusuma H.(2015) adalah
Osteomielitis kronik lebih sukar diterapi, terapi umum meliputi pemberian
antibiotik dan debridemen. Tergantung tipe osteomielitis kronik, pasien mengkin
diterapi dengan antibiotik parenteral selama 2 sampai 6 minggu. Meskipun tanpa
debridemen yang adekuat, osteomielitis kronik tidak berespon terhadap
kebanyakan regimen antibiotik, berapa lama pun diterapi dilakukan.
Pada osteomielitis kronik dilakukan sekuestrasi dan debridemen serta
pemberian antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur dan tes resistensi.
Debridemen berupa pengeluaran jaringan nekrotik di dinding ruang sekuester dan
penyaliran. Debridemen pada pasien dengan osteomielitis kronik membutuhkan
teknik. Kualitas deberidemen merupakan faktor penting dalam kesuksesan
penanganan. Sesudah debridemen dengan eksisi tulang, perlu menutup dead-space
yang dibentuk oleh jaringan yang diangkat. Managemen dead-space meliputi
mioplasti lokal, transfer jaringan bebas dan penggunaan antibiotik yang dapat
meresap.
Pada fase pasca-akut, subakut, atau kronik dini biasanya involukrum belum
cukup kuat untuk menggantikan tulang asli yang menjadi sekuester. Karena itu
ekstremitas yang terkena harus dilindungi dengan gips untuk mencegah patah
tulang patologik, dan debridemen serta sekuestrektomi ditunda sampai involukrum
menjadi kuat. Selama menunggu pembedahan dilakukan penyaliran nanah dan
pembilasan.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG, Menurut Nurarif A., dan Kusuma H.(2015)
yaitu :
1. Osteomielitis Akut
- Pemeriksaan sinar-x
Awalnya menunjukkan pembengkakan jaringan lunak dan setelah dua
minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang,
pengangkatan periosteum, dan pembentukan tulang baru
- Pemeriksaan MRI
- Pemeriksaan darah
Leukosit meningkat dan peningkatan laju endap darah
- Kultur darah dan kultur abses
Untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai
2. Osteomielitis Kronis
- Pemeriksaan sinar-x, besar, kavitas ireguler, peningkatan
periosteum,sequestra, atau pembentukan tulang padat
- Anemia biasanya dikaitkan dengan infeksi kronik
- Pemeriksaan laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih (biasanya
normal).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
1) Biodata
 Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, usia, jenis kelamin, alamat, suku, agama, pekerjaan,
nomor registrasi, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
 Identitas Penanggungjawab
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
2) Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh nyeri, demam
3) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang : riwayat pasien masuk dari rumah sakit sampai saat
pengkajian di ruang rawat inap Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya
nyeri dan demam.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu : Riwayat penyakit yang pernah di derita pasien
dahulu sebelum masuk RS. adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi
lainnya (bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran
kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga : adakah riwayat penyakit keturunan seperti
jantung, hipertermi, dan DM.
4) ADL
Pola fungsional menurut Gordon
1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Adakah kecemasan pasien karena kurang pemahaman pasien dan keluarga terkait
tentang proses penyakit.
2) Pola nutrisi-metabolik
Adakah penurunan/penambahan nafsu makan, mual-muntah pada pasien
3) Pola eliminasi
Adakah perubahan BAB/BAK pasien sebelum dan selama sakit (jumlah, warna,
bau, konsistensi)
4) Pola aktivitas dan latihan
Pada pemeriksaan fisik pasien mengalami penurunan rentang gerak, tidak mampu
melakukan aktivitas yang biasa, atrofi otak, gangguan dalam berjalan.
5) Pola persepsi-kognitif
 Penglihatan : kabur/tidak, dengan alat bantu/tidak.
 Pendengaran : tuli/tidak, dengan alat bantu/tidak, bagaimana kebersihannya.
 Pengecap : Apakah bisa membedakan asin, manis, pahit.
 Persepsi nyeri : terasa nyeri pada bagian luka bekas operasi.
6) Pola istirahat tidur
Bagaimana istirahat dan tidur pasien selama dan sebelum sakit, adakah
gangguan/tidak.
7) Pola konsep diri
Meliputi gambaran, identitas, peran, serta ideal diri.
8) Pola peran dan hubungan
Bagaiaman peran dan hubungan pasien dengan keluarga.
9) Pola seksualitas dan reproduksi
Bagaimana pola rreproduksi pasien, ada hambatan/tidak.
10) Pola koping-stres
Apakah pasien terlihat cemas dengan kondisi kesehatannya sekarang.
11) Pola keyakinan-nilai
Meliputi domisili, bahasa, agama, dan pola keyakinan pasien.
5) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. TTV
d. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala
a) Rambut
Inspeksi : hitam/beruban, bersih/tidak
Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak, ada lesi atau tidak
b) Mata : Simetris/tidak, ada pembengkakan palpebra/tidak, konjungtiva
anemis atau tidak.
c) Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada gangguan, dan pernapasan
cuping hidung, ada deviasi septum/tidak
d) Telinga : Simetris/tidak, bersih, tidak ada penumpukan serumen.
e) Wajah : terlihat menahan nyeri, cemas, simetris atau tidak, ada lesi/tidak
f) Mulut : Mukosa bibir kering/lembab, sianosis/tidak, terpasang alat bantu
napas/tidak.
g) Leher : Adakah pembesaran kelenjar tyroid atau tidak, ada pembendungan
vena jugularis/tidak
2) Integumen
gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, dan keluarnya pus
dari sinus disertai nyeri.
3) Thorax
a) Jantung :
Inspeksi : ictus cordis terlihat/tidak pada ICS 4,5 Midclavikula sinistra
Perkusi : suara pekak atau tidak
Auskultasi : ada suara murmur/ tidak, BJ I & BJ II terdengar suara
tunggal/tidak
b) Paru-paru :
Inspeksi : simestris atau tidak kanan & kiri
Palpasi : vocal fremitus terasa/tidak
Perkusi : suaranya pekak/tidak
Auskultasi : ada suara tambahan atau tidak seperti ronchi, wheezhing
4) Abdomen :
Inspeksi : ada jejas/tidak
Auskultasi : bising usus berapa x dalam 1 menit
Perkusi : tympani/hipertympani
Palpasi : ada nyeri tekan/tidak, ada skinbala atau tidak
5) Genetalia
6) Ektremitas : atas dan bawah
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi
7) Anus
Ada penurunan produksi urin/tidak, ada hemoroid atau tidak
8) Muskuloskeletal
6) Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tonus otot
menurun, ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
3. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyakit (proses
inflamasi, kerusakan integritas jaringan)
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tulang, proses
penyakit (deformitas dan bau pada luka)
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
7. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entry kuman

INTERVENSI KEPERAWATAN

No
Dx
Diagnosa NOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan  Pain level 5. Kaji tingkat nyeri


dengan cidera biologis  Pain control (durasi,lokasi,
 Comfort level karakteristik,kualitas
Definisi : Pengalaman )
sensori dan emosional yang Setelah dilakukan tindakan 6. Observasi reaksi
tidak menyenangkan yang keperawatan selama ....x 24 jam nonverbal dari
muncul akibat kerusakan diharapkan nyeri dapat ketidaknyamanan
jaringan yang aktual atau terkontrol dengan kriteria hasil : terhadap nyeri
potensial. 7. Komunikasi
1. Pasien tampak rileks
Batasan karakteristik : terapeutik dapat
2. Pasien mengatakan nyeri
menenangkan klien
berkurang
 Perubahan selera 8. Kontrol lingkungan
3. Wajah pasien tidak tampak
makan 9. Ketika merasa sakit
menahan sakit
 Perubahan tekanan tarik nafas dalam
4. Melaporkan nyeri berkurang
darah distraksi relaksasi
5. Mampu mengenali nyeri
 Perubahan frekuensi 10. Evaluasi
jantung pengalaman nyeri
 Perubahan RR dimasa lampau
 Diaforesis 11. Kaji kultur yang
 Mengekspresikan mempengaruhi
perilaku respon nyeri
 Dilatasi pupil 12. Kaji tipe dan sumber
nyeri
 Melaporkan nyeri 13. Tingkatkan istirahat
secara verbal 14. Kolaborasi dengan
 Gangguan tidur dokter tentang
 Indikasi nyeri yang pemberian analgetik
dapat diamati
 Sikap melindungi
area nyeri
 Perilaku distraksi
 Fokus menyempit

Faktor yang berhubungan


dengan :

 Agen cedera biologis


 Agen cidera kimiawi
 Agen cidera fisik

2
Ketidakseimbangan nutrisi
 Nutritional status 1. Kaji status nutrisi
dari kebutuhan tubuh  Nutritional status : food pasien
berhubungan dengan tonus and fluid 2. Kaji intervensi mual
3. Anjurkan pasien
otot menurun,  Intake
makan sedikit tapi
 Nutritional status : sering
ketidakmampuan
nutrient intake 4. Anjurkan pasien
mengabsorbsi makanan.  Weight control makan selagi hangat
Setelah dilakukan tindakan 5. Monitor adanya
Definisi : asupan nutrisi keperawatan selama .... x 24 jam penurunan BB
tidak cukup untuk diharapkan tidak mengalami 6. Monitor turgor kulit
memenuhi kebutuhan ketidakseimbangan nutrisi. 7. Anjurkan banyak
Kriteria hasil : minum
metabolik.
1. Tidak ada tanda-tanda 8. Informasikan pada
Batasan karakteristik : malnutrisi. klien dan keluarga
tentang manfat
2. Tidak terjadi penurunan
 Kram abdomen nutrisi
berat badan yang berarti. 9. Kolaborasi dengan
 Nyeri abdomen 3. Berat badan ideal sesuai ahli gizi untuk
 Bb 20% Lbh tinggi badan. menentukan jumlah
dibawah badan ideal 4. Menunjukkan kalori dan nutrisi
 Kerapuhan kapiler peningkatan fungsi yang dibutuhkan
 Bising usus pasien
pengecapan dari menelan
10. Kolaborasi dengan
hiperaktif 5. Menunjukkan dokter dalam
 Diare peningkatan fungsi pemberian obat
 Kurang makanan pengecapan dari menelan 11. Anjurkan pasien
 Membran mukosa untuk meningkatkan
pucat protein dan vitamin
 Tonus otot menurun C
12. Monitor
Faktor yang berhubungan : pucat,kemerahan
dan kekeringan
 Faktor biologis jaringan konjungtiva
 Faktor ekonomi 13. Monitor lingkungan
selama makan
 Faktor psikologis
 Ketidakmampuan
mengabsorbsi
nutrien.

Ketidakefektifan  Hidration 1. Monitor suhu


 Adherence behavior minimal tiap 2 jam
termoregulasi berhubungan 2. Rencanakan
 Immune status
dengan proses penyakit  Risk control monitoring suhu
 Risk detection secara kontinu
(proses inflamasi, kerusakan 3. Monitor TD, Nadi
Kriteria Hasil :
integritas jaringan) dan RR
1. Keseimbangan antara 4. Monitor warna dan
produksi panas, panas suhu kulit
Definisi :
yang diterima, dan 5. Tingkatkan intake
kehilangan panas cairan dan nutrisi
Fruktuasi suhu diantara 6. Ajarkan indikasi
2. Temperatur stabil 36,5 0
hipotermi dan hipertermia. – 37 0 C hipotermi dan
3. Tidak ada kejang penanganan yang
Batasan karakteristik : 4. Glukosa darah stabil diperlukan
7. Berikan antipiretik
jika perlu
 Dasar kuku sianosis 8. Diskusikan tentang
 Hipertensi pentingnya
pengaturan suhu dan
 Kulit kemerahan kemungkinan efek
negatif dari
 Takikardi
kedinginan
 Kulit dingin, kulit
hangat
 Peningkatan
frekuensi pernafasan
 Pucat sedang
Faktor yang berhubungan :

 Usia yang ekstrem


 Fluktuasi suhu
lingkungan
 Penyakit
4
 Trauma

Gangguan citra tubuh


 Body image 1. Kaji secara verbal
berhubungan dengan
 Self esteem dan nonverbal
perubahan bentuk tulang, Kriteria hasil : respon klien
2. Monitor frekuensi
proses penyakit (deformitas 1. Body image positif mengkritik dirinya
2. Mampu mengidentifikasi 3. Jelaskan tentang
dan bau pada luka)
kekuatan personal pengobatan,
3. Mendiskripsikan secara perawatan,
Definisi : faktual perubahan fungsi kemajuan dan
tubuh prognosis penyakit
Konfusi dalam gambaran 4. Mempertahankan 4. Dorong klien
mental tentang diri-fisik interaksi sosial mengungkapkan
perasaannya
individu. 5. Identifikasi arti
pengurangan
Batasan karakteristik : melalui pemakaian
alat bantu
 Perilaku mengenali 6. Fasilitasi kontak
dengan individu lain
tubuh individu dalam kelompok
 Perilaku kecil
menghindari tubuh
individu
 Perilaku memantau
tubuh individu
 Respon non verbal
terhadap perubahan
aktual pada tubuh
Faktor yang berhubungan :

 Biofisik, kognitif
 Budaya, tahap
perkembangan
 Penyakit, cedera
 Perseptual,
psikososial, spiritua
 Pembedahan, trauma
 Terapi penyakit
5

Hambatan mobilitas fisik


 Joint movement : active 1. Kaji kemampuan
berhubungan dengan nyeri,  Mobility level pasien untuk
alat imobilisasi  Self care : ADLs ambulasi
 Transfer perfomance 2. Anjurkan pasien
Definisi : keterbatasan pada untuk melakukan
pergerakan fisik tubuh atau Setelah dilakukan tindakan mobilisasi dini
satu atau lebih ekstremitas keperawatan selama .... x 24 jam secara bertahap
secara mandiri dan terarah diharapkan hambatan mobilitas 3. Melatih pasien
fisik pada pasien dapat teratasi dalam pemenuhan
Batasan karakteristik : dengan kriteria hasil : kemampuan ADL
secara mandiri
 Penurunan waktu - Pasien meningkat dalam
sesuai kemampuan
reaksi aktifitas fisik
4. Mendampingi dan
 Kesulitan - Mengerti tujuan dari
memantu pasien saat
membolak-balik peningkatan mobilitas
mobilisasi serta
posisi - Memverbalisasi perasaan
membantu penuhi
 Keterbatasan dalam meningkatan
kebutuhan ADL
kemampuan kekuatan dan
pasien
melakukan kemampuan berpindah
5. Memberikan alat
ketrampilan motorik - Memperagakan
bantu bila pasien
halus penggunaan alat bantu
memerlukan
 Keterbatasan untuk mobilisasi
6. Menganjurkan
kemampuan
pasien bagaimana
melakukan
merubah posisi dan
ketrampilan motorik
memberikan
kasar
bantuan jika
 Pergerakan lambat diperlukan
Faktor yang berhubungan : 7. Monitoring vital
sign
 Intoleransi aktifitas sebelum/sesudah
 Ansietas latihan dan lihat
 Indeks massa tubuh respon pasien saat
diatas perentil ke-75 latihan
8. Konsultasikan
sesuai usia dengan terapi fisik
 Malnutrisi tentang rencana
 Penurunan masa otot ambulasi
 Penurunan kekuatan 9. Ajarkan pasien atau
otot tenaga kesehatan
6  Keterlambatan tentang teknik
perkembangan ambulasi
 Kaku sendi

 Tissue intergrity: skin 1. Ajurkan pasien


and mucous menggunakan pakaian
Kerusakan integritas kulit yang longgar
 Wound healing : primary
berhubungan dengan tirah 2. Monitor status nutrisi
and secondary intention
baring lama 3. Memandikan pasien
Kriteria Hasil : dengan sabun dan air
Definisi : kerusakan jaringan hangat
 Perfusi jaringan normal 4. Oleskan lotion pada
membran mukosa,
 Tidak ada tanda-tanda daerah yang tertekan
integumen, subkutan.
infeksi 5. Mobilisasi pasien setiap
Batasan karakteristik :  Ketebalan dan tekstur 2 jam sekali
jaringan normal 6. Hindari kerutan pada
 Kerusakan jaringan  Menunjukkan terjadinya tempat tidur
(misalnya membran proses penyembuha luka 7. Monitor kulit adanya
mukosa,kornea,
integumen atau kemerahan
subkutan) 8. Jaga kebersihan kulit
Faktor yang berhubungan : agar tetap bersih dan
kering
 Gangguan sirkulasi
 Defisit cairan
 Kelebihan cairan
 Hambatan mobilitas
fisik
 Kurang pengetahuan
 Radiasi
 Faktor nutrisi
7
Resiko infeksi berhubungan  Immune status 1. Cuci tangan setiap
 Knowledge : infection sebelum dan
dengan port de entry kuman
control sesudah tindakan
 Risk control keperawatan
Definisi : mengalami
2. Pertahankan
peningkatan resiko terserang Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ...x 24 jam lingkungan aseptik
organisme patogenik.
diharapkan infeksi tidak terjadi 3. Tingkatkan intake
Faktor-faktor resiko : selama perawatan dengan nutrisi
kriteria hasil : 4. Monitor tanda dan
 Pengetahuan yang gejala infeksi
kurang - Luka insisi bebas dari 5. Dorong istirahat
 Pertahanan tubuh tanda-tanda infeksi. 6. Dorong masukan
primer yang tidak - Menunjukkan cairan
adekuat kemampuan untuk 7. Inspeksi kondisi
 Prosedur invasif mencegah timbulnya luka/insisi bedah
 Malnutrisi infeksi 8. Monitor hitung
 Pemajanan terhadap - Jumlah leukosit dalam granulosit, WBC
patogen batas normal 9. Batasi pengunjung
Menunjukkan perilaku hidup 10. Kolaborasi
sehat pemberian antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 2.Jakarta
: EGC

Corwin, E.J.2011. Handbook of pathofisiology. Alih bahasa :pendit, B.U. Jakarta: EGC

Smeltzer, S.C & Bare, B.G.2013.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8, Jakarta :
EGC

Nurarif, Amin huda dan Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA. Yogyakarta: MediAction
T. Heather Herdman, phD, Rn. Nanda International diagnosis keperawatan definisi dan
klasifikasi 2018-2020.EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai