Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


DIABETES MELLITUS

OLEH:

NAMA : NI MADE DESI ARDIATI

NIM : 12E 10806

KELOMPOK : XVII

PRODI : DIII KEPERAWATAN STIKES BALI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(STIKES) BALI

TAHUN 2015
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DIABETES MELITUS

A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Dasar Diabetes Mellitus

a. Pengertian

Dari berbagai sumber dapat disebutkan beberapa pengertian


Diabetes Mellitus diantaranya yaitu:

Mansjoer ( 2000 ) menjelaskan Diabetes Mellitus sebagai


keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik
akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron ( hal
580 ).

‘Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara


genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat’ ( Price, 1995; 1111 )

‘Diabetes Mellitus ( DM ) merupakan penyakit degeneratif


yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius dimana
penderita tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula
( glukosa ) dalam darahnya’ ( “Diabetes Mellitus”, 2007 ).

Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai


berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskopik electron (Mansjoer, 2001)
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme secara genetis dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat (Price, 2006)
Berdasarkan beberapa definisi para ahli tentang DM dapat diambil
kesimpulan bahwa DM adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
gangguan hormonal (dalam hal ini adalah hormon insulin yang
dihasilkan oleh pankreas) dan melibatkan metabolisme karbohidrat
dimana seseorang tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak
dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik.
1. Klasifikasi dan Etiologi
Penyebab diabetes mellitus menurut (Brunner dan Suddart, 2000)
berdasarkan klasifikasinya adalah :
a. Diabetes Mellitus tipe 1/ IDDM (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus) DM tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta
pankreas; faktor genetik; imunologi; dan mungkin pula lingkungan
(virus) diperkirakan turut menimbulkan distruksi sel beta.
1) Faktor genetik Penderita DM tipe 1 mewarisi kecenderungan
genetik kearah DM tipe kecenderungan ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipeHLA (Human Leucocyt Antigen)
tertentu.
2) Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana anti bodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi jaringan tersebut sebagai
jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Virus /toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat
menimbulkan destruksi sel beta.
b. Diabetes Mellitus tipe 2/ NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus)
Tidak seperti pada DM tipe 1, DM tipe 2 tidak memiliki
hubungan dengan aktivitas HLA, virus atau autoimunitas. Pada
DM tipe 2 resistensi insulin terjadi pada otot, lemak dan hati serta
terdapat respons yang inadekuat pada sel beta pankreas. Terjadi
peningkatan kadar asam lemak bebas di plasma, penurunan
transpor glukosa di otot, peningkatan produksi glukosa hati dan
peningkatan lipolisis.
Defek yang terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh gaya
hidup  yang diabetogenik (asupan kalori  yang berlebihan, aktivitas
fisik yang rendah, obesitas) ditambah kecenderungan secara
genetik. 
c. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes kehamilan didefinisikan sebagai intoleransi glukosa
dengan onset pada waktu kehamilan. Diabetes jenis ini merupakan
komplikasi pada sekitar 1-14% kehamilan. Biasanya toleransi
glukosa akan kembali normal pada trimester ketiga.
d. Diabetes Mellitus karna factor penyakit penyerta
a. Penyakit Jantung koroner
b. Asma Bronkiale
c. Hipertensi
d. Gastritis

2. Patofisiologis
Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang
bersifat kronik yang dapat mempengaruhi metabolismekarbohidrat,
protein dan lemak. Diabetes mellitus disebabkan oleh sebuah
ketidakseimbangan atauketidak adanya persediaan insulinatau tak
sempurnanya respon seluler terhadap insulin ditandai dengan
tidakteraturnya metabolisme.
Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan
kadar glukosa darah antara 80-140 mg/dl ( euglikemia) dalam kondisi
asupan makanan yang berbeda – beda pada orang non diabetik kadar
glukosa darah dapat meningkat antara 120-140 mg/dl setelah makan
(post prandial) namun keadaan ini akan kembali menjadi normal
dengan cepat. Sedangkan kelebihan glukosa darah diambil dari darah
dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan sel – sel otot (
glikogenesis). Kadar glukosa darah normal dipertahankan selama
keadaan puasa, karena glukosa dilepaskan dari cadangan – cadangan
tubuh ( glikogenolisis) dan glukosa yang baru dibentuk dari trigliserida
( glukoneogenesis). Glukoneogenesis menyebabkan metabolisme
meningkat kemudian terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis)
terjadi peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan
ketonuria (keton didalam urine) dan kadar natrium serta PH serum
menurun yang menyebabkan asidosis (Price, 2000)
Resistensi sel terhadap insulin menyebabkan penggunaan glukosa
oleh sel menjadi menurun sehingga kadar glukosa darah dalam plasma
tinggi (hiperglikemia). Jika hiperglikeminya parah dan melebihi
ambang ginjal maka timbul glikosuria. Glukosuria ini akan
menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran
kemih ( poliuri) dan timbul rasa haus ( polidipsi) sehingga terjadi
dehidrasi. Glukosuria menyebabkan keseimbangan kalori negatif
sehingga menimbulkan rasa lapar ( polifagi) Selain itu juga polifagi
juga disebabkan oleh starvasi (kelaparan sel). Pada pasien DM
penggunaan glukosa oleh sel juga menurun mengakibatkan produksi
metabolisme energi menjadi menurun sehingga tubuh menjadi lemah.
Hiperglikemia juga dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil (
arteri kecil) sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi
berkurang yang akan menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh .
Karena suplai makanan dan oksigen tidak adekuat mengakibatkan
terjadinya infeksi dan terjadi ganggren atau ulkus. Gangguan
pembuluh darah juga menyebabkan aliran ke retina menurun sehingga
suplai makanan dan oksigen berkurang, akibatnya pandangan menjadi
kabur.
Akibat perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur
dan fungsi ginjal sehingga terjadi nefropati. Diabetes juga
mempengaruhi saraf – saraf perifer, sistem saraf otonom dan sistem
saraf pusat sehingga mengakibatkan neuropati (Price, 2000)
3. Tanda dan Gejala
Menurut Mansjoer (2001) menifestasi Diabetes Mellitus adanya
gejala yaitu:
a. Poliuri (sering kencing dalam jumlah banyak)
b. Polidipsi (banyak minum)
c. Polifagi (rasa lapar yang semakin besar)
d. Lemas
e. Berat Badan Menurun
f. Kesemutan
g. Mata kabur
h. Impotensi pada pria
i. Gatal ( Pruritus) pada vulva
j. Mengantuk ( somnolen) yang terjadi beberapa hari atau
beberapa minggu.
4. Komplikasi
Komplikasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik menurut Smeltzer (2002) yaitu :
a. Komplikasi akut, adalah komplikasi pada DM yang penting dan
berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam
jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah:
1) Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasidosis diabetik merupakan defesiensi insulin berat dan
akut dari suatu perjalanan penyakit DM. Diabetik ketoasidosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cikupnya
jumlah insulin yang nyata.
2) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hipermosolar Nonketonik merupakan keadaan yang
didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan
disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perubahan
utamanya dengan DKA adalah tidak tepatnya ketosis dan
asidosis pada KHHN
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi kalau kadar gula dalam darah turun
dibawah 50-60 mg/dl keadaan ini dapat terjadi akibat
pemberian preparat insulin atau preparat oral berlebihan,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit
b. Komplikasi Kronik
Efek samping Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada semua
pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik)
dibagi menjadi 2 : a) Komplikasi Mikrovaskuler
1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan–perubahan
mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan fungsi
ginjal. Bila kadar glukosa dalam darah meningkat, maka
sirkulasi darah keginjal menjadi menurun sehingga pada
akhirnya bisa terjadi nefropati.
2) Penyakit Mata
Penderita DM akan mengalami gejala penglihatan sampai
kebutaan keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan
retinopati. Katarak juga dapat disebabkan karena hiperglikemia
yang berkepanjangan menyebabkan pembengkakan lensa dan
kerusakan lensa.
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf- saraf perifer , sistem saraf
otonom medulla spinalis atau sistem saraf pusat. Akumulasi
sorbitol dan perubahan-perubahan metabolik lain dalam sintesa
fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat
menimbulkan perubahan kondisi saraf.
c. Komplikasi Makrovaskuler
1) Penyakit Jantung Koroner
Akibat diabetes maka aliran darah akan melambat sehingga
terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya
ke seluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik. Lemak
yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arteri ( arteriosclerosis) dengan resiko penderita
penyakit jantung koroner atau stroke.
2) Pembuluh Darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf- saraf sensorik
keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak
terdeteksinya infeksi yang menyebabkan ganggren. Infeksi di
mulai dari celah-celah kulit yang mengalami hipertropi, pada
sel-sel kuku kaki yang menebal dan kalus demikian juga pada
daerah –daerah yang terkena trauma
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa

6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Diabetes mellitus secara teori adalah :
1) Pengobatan
1) Obat Hipoglikemik Oral
(a) Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat
dikombinasikan denagan obat golongan lain, yaitu
biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan
produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas ,karena itu
menjadi pilihan utama para penderita DM tipe 2 dengan
berat badan berlebihan
(b) Golongan Binguanad /metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati,
memperbaiki pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa
perifer) dianjurkan sebagai obat tinggal pada pasien
kelebihan berat badan.
(c) Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di
saluran pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula
sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar
gula puasa yang masih normal.
2) Pemberian Insulin
Jenis insulin
(a) insulin kerja cepat : jenisnya adalah reguler insulin
cristalin zink, dan semilente
(b) Insulin kerja sedang : Jenisnya adalah NPH ( Netral
Protamine Hagerdon)
(c) Insulin kerja lambat : Jenisnya adalah PZI (
Protamine Zinc Insulin)

b. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan
makanan walaupun telah mendapat penyuluhan perencanaan
makanan , lebih dari 50% pasien tidak melaksanakannya. Penderita
DM sebaiknya mempertahankan menu yang seimbang dengan
komposisi Idealnya sekigtar 68% karbohidrat, 20% lemak dan 12%
protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan
mencegah agar berat badan ideal dengan cara : kurangi kalori,
kurangi lemak, kurangi karbohidrat komplek, hindari makanan
manis, perbanyak konsumsi serat
c. Olahraga.
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena
membuat insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu
menurunkan berat badan, memperkuat jantung dan mengurangi
stress .Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan
lebih baik tetapi jangan melakukan olah raga terlalu berat.
d. Kontrol gula darah secara rutin
e. Pemberian penyuluhan kesehatan DM diantarnya adalah tentang
perawatan kaki dan luka.

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Initial Assesment
a. Primary Survey
1) A (Airway)
Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Pada kasus-kasus
kegawatdaruratan DM pasien dapat mengalami penurunan
kesadaran yang drastis yang juga akan berpengaruh pada jalan
nafas pasien. Kaji ada tidaknya bunyi seperti snoring, gargling.
2) B (Breathing)
Kaji Keadekuatan pasien dalam melakukan pernafasan, hitung
jumlah pernafasan dalam satu menit dengan cepat.
3) C (Circulation)
Masalah sirkulasi pada kasus kegawatdaruratan DM bukanlah
kasus hipovolemik seperti pada pendarahan namun distribusi O2,
CO2 dan glukosa dalam darah yang tidak seimbang. Kaji adanya
tanda-tanda hipoglikemia seperti tampak penurunan kesadaran,
gelisah, berkeringat, pusing hebat dll. Kaji nadi dan capilary refill
time. Penanganan cepat seperti pemberian cairan gula parenteral
sesuai indikasi dapat membantu memperbaiki keadaan pasien.
4) D (Disability)
Lakukan pemeriksaan GCS, reflek pupil dan tonus otot untuk
menilai keadaan pasien
5) E (Eksposure)
Lakukan pemeriksaan dengan cara eksposure apabila diperlukan,
cegah hipotermi
6) F (Foley Cateter)
7) G (Gastric Tube)
Pemasangan gastric tube pada pasien dengan kegawatdaruratan
DM tidak selalu dilakukan.
8) H (Heart Monitor)
Pantau selalu irama jantung pasien yang terekam dalam EKG
9) I (imaging)
Pelaksanaan pemeriksaan imaging dapat dilakukan sesuai indikasi.
b. Secondary Survey
1) Lakukan pengkajian riwayat penyakit terdahulu pasien
2) Lakukan pemeriksaan fisik Head to Toe
3) TTV

2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan


Diagnosa yang mungkin sesuai dengan ABCD
a. Airway (jalan napas)
Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b/d adanya benda asing
Intervensi  :
1) Kaji adanya sumbatan jalan napas (lidah jatuh ke belakang,
sputum) sehubungan dengan penurunan kesadaran
R/ adanya sumbatan mempengaruhi proses respirasi
2) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan
R/  Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan
3) Kaji atau awasi secara rutin kulit dan warna membrane
mukosa.
R/ sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral
(terlihat sekitar bibir atau daun telinga). Keabu-abuan dan
sianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
4) Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan
atau bunyi tambahan.
R/ bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran
udara. Adanya mengik mengindikasikan spasme bronkus atau
tertahannya secret.
5) Awasi tingkat kesadaran atau status mental dan  Selidiki
adanya perubahan.
R/  Dapat menunjukkan peningkatan hipoksia atau
komplikasi.
6) Pasang spatel
R/
b. Breathing (pernapasan)
Diagnosa keperawatan ; Pola napas tidak efektif b/d adanya
depresan pusat pernapasan.
Intervensi :
1) Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernapasan.
R/ frekuensi dan kedalaman pernapasan menunjukan usaha
pasien mendapatkan oksigen.
2) Auskultasi bunyi napas.
R/  Bunyi napas mungkinterjadi  redup karena penurunan
aliran udara.
3) Pantau penurunan bunyi napas
R/ penurunan bunyi napas mengindikasikan
4) Pertahankan posisi semi fowler.
R/  untuk mengurangi sesak yang dialami klien.
5) Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernapasan
R/ mengindikasikan adanya  kemajuan dalam pengobatan.
6) Berikan oksigen sesuai advis Dokter
R/ Memaksimalkan sediaan O2.
c. Circulation (sirkulasi)
Diagnosa ;  Gangguan perfusi jaringan b/d hipoksia jaringan.
Ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan,
pembengkakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema.
Intervensi :
1) Catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan
nilai standart.
R/  Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat
kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan bermanfaat
dalam menentukan lokasi, dan perkembangan kerusakan
SSP.
2) Catat ada atau tidaknya refleks-refleks tertentu seperti
refleks menelan, batuk dan Babinski.
R/  Penurunan refleks menandakan adanya kerusakan pada
tingkat otak tengah atau batang otak dan sangat
berpengaruh langsung terhadap keamanan pasien.
Kehilangan refleks berkedip mengisyaratkan adanya
kerusakan pada daerah pons dan medulla. Tidak adanya
refleks batuk meninjukkan adanya kerusakan pada
medulla. Refleks Babinski positif mengindikasikan adanya
trauma sepanjang jalur pyramidal pada otak.
3) Pantau tekanan darah
R/ tekanan darah yang menurun mengindikasikan
terjadinya penurunan aliran darah ke seluruh tubuh.
4) Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang
tidak sesuai.
R/ adanya gelisah menandakan bahwa terjadi penurunan
aliran darah ke hipoksemia.
5) Tinggikan kepala tempat tidur sekitar 15-45 derajat sesuai
toleransi atau indikasi. Jaga kepala pasien tetap berada
pada posis netral.
R/ Peningkatan aliran vena dari kepala akan menurunkan
TIK.
6) Berikan oksigen sesuai indikasi
R/ Menurunkan hipoksemia, yang mana dapat
meningkatkan vasodilatasi dan volume darah serebral
yang meningkatkan TIK.
d. Disability (kesadaran)
Diagnose ; Resiko tinggi injuri b/d penurunan kesadaran.
Intervensi :
1) Berikan posisi dengan kepala lebih tinggi.
R/ Memonilisasi rangsangan yang dapat menurunkan TIK
2) Kaji tanda-tanda penurunan kesadaran.
R/ Menentukan tindakan keperawatan selanjutnya
3) Observasi TTV
R/ Mengetahui keadaan pasien
4) Atur posisi pasien untuk menghindari kerusakan karena
tekanan.
R/ Perubahan posisi secara teratur menyebabkan
penyebaran terhadap BB dan meningkatkan sirkulasi pada
seluruh bagian tubuh
5) Beri bantuan untuk melakukan latihan gerak.
R/ melakukan mobilisasi fisik dan mempertahankan
kekuatan sendi

Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien Diabetes Mellitus


( Doengoes, 1999; Carpenito, 1999).

a) Perubahan nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perubahan masukan oral, ketidakcukupan insulin.
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan meningkatnya kebutuhan
metabolisme.
c) Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah
ke perifer.
d) Peribahan sensori – perseptual ( visual ) berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa / insulin.
e) Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan penurunan sensasi raba,
hipoglikemia, penurunan tajam penglihatan.
f) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tingginya kadar glukosa dalam
darah.
g) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan destruksi jaringan kulit,
penurunan suplai darah sekunder terhadap DM, peningkatan kadar glukosa
dalam darah.
h) Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder
terhadap amputasi.
i) Penatalaksanaan aturan terapeutik tak efektif berhubungan dengan kurang
pengetahuan.
j) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik sekunder
terhadap hiperglikemia.
k) Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan ketidaksadaran.
l) Problem kolaboratif hiperglikemia atau hipoglikemia
m) Kerusakan Pertukaran Gas berhubungan dengan peningkatan produksi keton
dalam darah
b.Perencanaan

Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu pasien dalam
mencapai kriteria hasil. Rencana mendefinisikan suatu aktivitas yang diperlukan
untuk membatasi faktor-faktor pendukung terhadap suatu permasalahan ( Nursalam )

Dalam perencanaan diawali dengan menentukan prioritas berdasarkan A. Maslow,


sifat masalah, berat ringannya masalah, dan cepat tidaknya masalah dapat diatasi
serta membuat intervensi keperawatan berdasarkan komponen penyebab dari
diagnosa keperawatan ( Doengoes, 1999 ; 726 ; Carpenito, 2000; 211 )

1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi badan keton


dalam darah
Tujuan : Kerusakan pertukaran gas tidak terjadi

Intervensi :

a) Auskultasi bunyi napas, catat adanya mengi, krekel


Rasional : Menyatakan adanya kongesti paru / pengumpulan sekret
menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lebih lanjut

b) Anjurkan pasien batuk efektif , napas dalam


Rasional : Memberikan jalan napas dan memudahkan aliran oksigen

c) Dorong perubahan posisi sering


Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumoni

d) Pertahankan duduk di kursi / tirah baring dengan posisi semifowler


Rasional : Meningkatkan inflamasi paru maksimal dan menurunkan
konsumsi oksigen / kebutuhan

e) Beri O2 sesuai indikasi


Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar yang dapat
memperbaiki / menurunkan hipoksemia jaringan

f) Kolaborasi pemeriksaan GDA


Rasional : Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru
2) Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik
sekunder terhadap hiperglikemia
Tujuan : Kebutuhan cairan dan elektrolit pasien terpenuhi

Intervensi :

a) Pantau tanda - tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah


Rasional : Perubahan tekanan darah dapat mengidentifikasikan terjadinya
hiperglikemia dan hipoglikemia.

b) Pantau suhu, warna kulit, atau kelembabannya


Rasional : Demam dengan kulit kemerahan, kering dapat dijadikan
cerminan terjadinya dehidrasi.

c) Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine


Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan cairan yang diberikan sebagai
keefektifan dari terapi yang diberikan

3) Perubahan nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perubahan masukan oral, ketidakcukupan insulin
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Intervensi :

a) Timbang berat badan setiap hari


Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat

b) Tentukan program diet dan pola makan pasien


Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan terapeutik

c) Berikan makanan cair yang mengandung nutrien dan elektrolit


Rasional : Pemberikan makanan melalui oral lebih baik, jika pasien sadar
dan fungsi gastrointestinal baik

d) Observasi tanda – tanda hipoglikemia


Rasional : Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi gula darah akan
berkurang sementara tetap diberikan insulin maka akan terjadi
hipoglikemia

e) Berikan pengobatan insulin secara teratur


Rasional : Insulin regular memiliki awitan cepat sehingga dapat dengan
mudah memindahkan glukosa kedalam sel

4) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tingginya kadar glukosa dalam
darah
Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Intervensi :

a) Observasi tanda – tanda terjadi infeksi


Rasional : Dapat mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami
infeksi silang

b) Pertahankan teknik aseptik


Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media
yang baik untuk pertumbuhan kuman

c) Berikan perawatan kulit yang teratur


Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada
peningkatan resiko terjadinya kerusakan kulit

5) Resiko tinggi terhadap perubahan cedera berhubungan dengan penurunan sensasi


raba, hipoglikemia, penurunan tajam penglihatan
Tujuan : Cedera tidak terjadi

Intervensi :

a) Pantau kadar glukosa darah


Rasional : Untuk mengantisipasi terjadinya hiperglikemia atau
hipoglikemia

b) Orientasikan pasien terhadap lingkungan


Rasional : Menurunkan kebingungan dan mempertahankan kontak dengan
realitis
c) Ajarkan tanda – tanda terjadinya hiperglikemia atau hipoglikemia
Rasional : Dengan mengetahui secara dini tanda dan gejala dari
hipoglikemia dan hiperglikemia sehingga dapat memudahkan
perawatan

6) Perubahan sensori- perseptual ( visual ) berhubungan dengan ketidakseimbangan


glukosa / insulin
Tujuan : Perubahan persepsi sensori tidak terjadi

Intervensi :

a) Pantau tanda – tanda vital


Rasional : Dapat mengidentifikasi terjadinya hiperglikemia atau
hipoglikemia

b) Orientasikan kembali pasien sesuai dengan kebutuhan


Rasional : Menurunkan kebingungan dan mempertahankan kontak dengan
realistis

c) Lindungi pasien dari cedera ketika tingkat kesadaran pasien terganggu


Rasional : Pasien mengalami disorientasi merupakan awal timbul cedera

d) Evaluasi lapang pandang


Rasional : Cedera atau kaburnya lapang pandang dapat mengganggu
penglihatan yang memerlukan terapi korektif

7) Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah ke


perifer
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat ke perifer

Intervensi :

a) Observasi vital sign


Rasional : Indikator umum siklus sirkulasi dan keadekuatan agar tetap
stabil

b) Auskultasi frekuensi dan irama jantung


Rasional : Takikardi sebagai akibat hiperglikemia dan hipoglikemia dan
kompensasi upaya peningkatan aliran darah
c) Observasi warna dan suhu kulit
Rasional : Kulit pucat, cianosis pada kuku menunjukkan vasokonstriksi
perifer

8) Problem kolaboratif hiperglikemia dan hipoglikemia


Tujuan : Komplikasi hiperglikemia dan hipoglikemia tidak terjadi

Intervensi :

a) Pantau tanda – tanda vital


Rasional : Dapat mengetahui tanda – tanda yang mengarah ke komplikasi
hiperglikemia dan hipoglikemia

b) Pantau benda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia


Rasional : Mengetahui secara dini tanda dan gejala dari hiperglikemia dan
hipoglikemia sehingga dapat memudahkan perawatan

c) Monitor kadar glukosa darah setiap hari


Rasional : Menentukan langkah selanjutnya apabila terjadi komplikasi
hiperglikemia

d) Anjurkan pasien makan sesuai diet


Rasional : Dapat menjaga kondisi pasien agar tetap stabil

9) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan meningkatnya kebutuhan metabolisme


Tujuan : Intoleransi aktivitas tidak terjadi

Intervensi :

a) Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat perubahan dan laporkan bila
terjadi perubahan tanda – tanda vital, kelelahan
Rasional : Menentukanrespon pasien terhadap aktivitas dan dapat
mengindikasikan penurunan oksigen

b) Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung


Rasional : Dengan lingkungan yang tenang membantu proses
penyembuhan pasien
c) Bantu perawatan dari pasien yang diperlukan
Rasional : Meminimalkan terjadi kelelahan pada pasien

10) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan destruksi jaringan kulit , penurunan
suplai darah
Tujuan : Kerusakan integritas kulit tidak terjadi

Intervensi :

a) Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit


Rasional : Mendeteksi adanya dehidrasi yang mempengaruhi sirkulasi dan
integritas jaringan

b) Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vascular


Rasional : Menandakan area sirkulasi bawah

c) Ubah posisi dengan sering


Rasional : Menurunkan tekanan pada edema

d) Rawat luka dengan teknik aseptik


Rasional : Untuk mempercepat penyembuhan luka dan mencegah infeksi

11) Penatalaksanaan aturan terapeutik tak efektif berhubungan dengan kurang


pengetahuan
Tujuan : Efektifnya penatalaksanaan aturan therapeutik

Intervensi :

a) Ajarkan pasien dan keluarga tentang penyebab dan pengobatan diabetes


Rasional : Dapat mengoptimalkan dalam proses pengobatan

b) Ajarkan tanda dan gejala hiperglikemia


Rasional : Dengan mengetahui secara dini tanda dan gejala maka akan
mengantisipasi terjadinya hiperglikemia

c) Ajarkan penyimpanan insulin yang tepat


Rasional : Untuk mengefektifkan cara kerja obat
d) Akarkan pasien untuk merawat kakinya
Rasional : Untuk menjaga agar kaki tidak kering sehingga tidak terjadi
luka

12) Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder


terhadap amputasi
Tujuan : Dapat menyatakan dan menunjukkan peningkatan konsep diri

Intervensi :

a) Dorong pasien untuk menyatakan perasaannya, terutama cara memandang


dirinya sendiri
Rasional : Pasien perlu untuk mengenali perasaan sebelum mereka dapat
menerima dengan efektif

b) Berikan kesempatan pada pasien untuk menerima keadaannya melalui


partisipasi pada perawatan diri
Rasional : Perawatan diri dapat membantu memperbaiki kepercayaan diri

c) Pertahankan pendekatan positif selama aktivitas perawatan


Rasional : Untuk dapat mengembalikan kepercayaan diri pasien

13) Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan ketidaksadaran


Tujuan : Dapat melakukan perawatan secara mandiri

Intervensi :

a) Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sehari –


hari
Rasional : Mengantisipasi pemenuhan kebutuhan secara individual

b) Hindari melakukan sesuatu yang dapat dilakukan pasien sendiri


Rasional : Mempertahankan harga diri dan membantu meningkatan
pemulihan

c) Beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya, pertahankan


dukungan dan sikap yang tegas
Rasional : Pasien memerlukan simpati dan membantu pasien secara
konsisten
d) Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan
Rasional : Meningkatkan perasaan makna diri, meningkatkan kemandirian

4. Implementasi
Sesuaikan dengan intervensi

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap keempat (terakhir) dalam proses keperawatan, dimana


dilakukan evaluasi berdasarkan respon pasien terhadap tindakan yang diberikan.
Adapun evaluasi yang diharapkan dari diagnosa diatas adalah :

1) Kerusakan pertukaran gas tidak terjadi


2) Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi
3) Kebutuhan nutrisi terpenuhi
4) Infeksi tidak terjadi
5) Cedera tidak terjadi
6) Perubahan persepsi sensori tidak terjadi
7) Perfusi jaringan adekuat ke perifer
8) Komplikasi hiperglikemia dan hipoglikemia tidak terjadi
9) Intoleransi aktivitas tidak terjadi
10) Kerusakan integritas kulit tidak terjadi
11) Efektifnya penatalaksanaan aturan terapeutik
12) Dapat menyatakan dan menunjukkan peningkatan konsep diri
13) Dapat melakukan perawatan secara mandiri
Daftar Pustaka

American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. [Online]. 2004 [cited 2015 Feb 07];Available from: URL:
http://care.diabetesjournals.org/content/27/suppl_1/s5.full
Brunner & Suddarth. (2002), Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa, EGC :
Jakarta

Carpenito, L.J., 2012, Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
10, Penerbit EGC, Jakarta.

Mansjoer, arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama.
Jakarta. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Price, Sylvia A. 2006. Edisi 4. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses


penyakit. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai