Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN

TIMBANG TERIMA

Kelompok 3

Anggota :

Zahrine Hanani 1611020063


Deshinta Widyaningtyas 1611020064
Rizky Amalia Kinanti 1611020072
Hidayatul Munawaroh 1611020073
Dewi Asmiati 1611020077
Gigih Fajar Anzani 1611020090
Dias Afrida Leolita 1611020095
Anshar Rafi Hatmojo 1611020098
Yuhaning Audiya 1611020108
Anggah Prasetyo 1611020110

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengoptimalan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi
mandiri merupakan satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme
pelayanan keperawatan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan
global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan
secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan dirasakan sebagai suatu
fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat
kondusif dengan belajar tentang konsep pelayanan keperawatan dan langkah-
langkah konkret dalam pelaksanaannya. Langkah- langkah tersebut dapat
berupa penataan ketenagaan dan pasien, penerapan MAKP dan perbaikan
dokumentasi keperawatan.
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat.  Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang
efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu
bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat
pergantian shift, yaitu saat timbang terima klien.Timbang terima merupakan
teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (informasi) yang
berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima klien harus dilakukan
seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/belum dan perkembangan klien saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer
antar shift secara tulisan dan lisan.
Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima informasi yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima
harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas
dan komplit tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift secara tulisan dan
lisan.
Selama ini timbang terima sudah dilakukan. Isi dan substansi timbang
terima yang dilakukan selama ini adalah identitas pasien, diagnosa medis,
diagnosa keperawatam, program terapi yang sudah dilakukan dan rencana
tindakan yang akan dilakukan. Timbang terima dilakukan secara lisan dan
tertulis kemudian keliling ke semua pasien. Timbang terima perlu terus
ditingkatkan baik teknik maupun alurnya karena timbang terima merupakan
bagian penting dalam menginformasikan permasalahan klien sehari- hari.
Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting,
karena dengan timbang terima ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang
diberikan akan bisa dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan
tanggungjawab dan tanggunggugat dari seorang perawat. Bila timbang terima
tidak dilakukan dengan baik, maka akan muncul kerancuan dari tindakan
keperawatan yang diberikan karena tidak adanya informasi yang bisa
digunakan sebagai dasar pemberian tindakan keperawatan. Hal ini akan
menurunkan kualitas pelayanan keperawatan dan menurunkan tigkat kepuasan
pasien. Kegiatan timbang terima yang telah dilakukan perlu dipertahankan dan
ditingkatkan kualitasnya.

B. Tujuan Umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang
penting.
C. Tujuan Khusus:
1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
2. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam pemberian asuhan
keperawatan  kepada pasien
3. Menyampaikan hal penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat dinas
berikutnya
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Timbang Terima


Timbang terima atau disebut overan atau komunikasi saat serah
terima tugas antar perawat memerlukan suatu komunikasi mengenai
kebutuhan pasien, intervensi yang telah dan belum dilaksanakan serta
mengenai respon pasien. Cara yang dilakukan adalah dengan berkeliling
dari pasien ke pasien lain dan melaporkan kondisi mereka secara akurat di
dekat pasien. Cara ini lebih efektif ketimbang hanya sekedar membaca
dokumentasi yang talah dibuat karena perawat dapat menerima overan
secara nyata dan tidak terlalu menyita waktu (Nursalam, 2014).
Timbang terima adalah komunikasi oral dari informasi tentang
pasien yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen
(2008) menyebutkan tentang definisi dari timbang terima adalah transfer
tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) selama
perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang
tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Timbang
terima juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan,
tanggungjawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya
ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.
B. Tujuan Timbang Terima
Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang
akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan
perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya. Menurut Nursalam (2014)
Tujuan umum timbang terima adalah mengkomunikasikan kondisi pasien
dan menyampaikan informasi yang penting dan tujuan khususnya adalah:
1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam
asuhan keperawatan kepada klien.
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima memiliki 2 fungsi utama; Sebagai forum diskusi
untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan perawat dan
sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.
C. Manfaat Timbang Terima
Manfaat timbang terima menurut AHHA (2009) adalah:
1. Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan.
Misalnya, penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya
kesalahan yang dapat membahayakan kondisi pasien.
2. Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima juga
merupakan sebuah kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh
perawat. Timbang terima mengandung unsur-unsur kebudayaan,
tradisi, dan kebiasaan. Selain itu, timbang terima juga sebagai
dukungan terhadap teman sejawat dalam melakukan tindakan asuhan
keperawatan selanjutnya.
3. Timbang terima juga memberikan “manfaat katarsis” (upaya
untuk melepaskan beban emosional yang terpendam), karena perawat
yang mengalami kelelahan emosional akibat asuhan
keperawatan yang dilakukan bisa diberikan kepada perawat
berikutnya pada pergantian dinas dan tidak dibawa pulang. Dengan
kata lain, proses timbang terima dapat mengurangi kecemasan yang
terjadi pada perawat.
4. Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat,
yaitu memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi
untuk membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan
selanjutnya (pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi antar
perawat, menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung jawab
antar perawat, serta perawat dapat mengikuti perkembangan pasien
secara komprehensif.
5. Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien
diantaranya, pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal,
dan dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap. Bagi rumah sakit, timbang terima dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara
komprehensif.
Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat
bagi perawat dan bagi pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima
adalah meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin
hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat,
pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan, perawat dapat mengikuti perkembangan pasien
secara paripurna. Sedangkan bagi pasien, saat timbang terima pasien
dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap.
D. Prinsip Timbang Terima
Friesen, White dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar
prinsip timbang terima pasien, yaitu :
1. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien
Semakin luas proses timbang terima (lebih banyak peserta dalam
kegiatan timbang terima), peran pemimpin menjadi sangat penting
untuk mengelola timbang terima pasien di klinis. Pemimpin harus
memiliki pemahaman yang komprehensif dari proses timbang terima
pasien dan perannya sebagai pemimpin. Tindakan segera harus
dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang memburuk.
2. Pemahaman tentang timbang terima pasien
Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa
timbang terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian
penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien.
Memastikan bahwa staf bersedia untuk menghadiri timbang terima
pasien yang relevan untuk mereka. Meninjau jadwal dinas staf klinis
untuk memastikan mereka hadir dan mendukung kegiatan timbang
terima pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang diperlukan
untuk memperkuat pentingnya kehadiran staf pada saat timbang terima
pasien.
3. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien
Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan
mereka dalam tinjauan berkala tentang proses timbang terima pasien.
Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika memungkinkan pasien dan
keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai peserta dalam
kegiatan timbang terima pasien. Dalam tim multidisiplin, timbang
terima pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota
multiprofesi hadir untuk pasiennya yang relevan.
4. Waktu timbang terima pasien
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk
timbang terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, dimana
strategi ini memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan waktu.
Timbang terima pasien tidak hanya pada pergantian jadwal kerja, tapi
setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab misalnya ketika pasien
diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan.
Ketepatan waktu timbang terima sangat penting untuk memastikan
proses perawatan yang berkelanjutan, aman dan efektif.
5. Tempat timbang terima pasien
Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka dan di
sisi tempat tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka pilihan lain
harus dipertimbangkan untuk memastikan timbang terima pasien
berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi yang efektif,
pastikan bahwa tempat timbang terima pasien bebas dari gangguan
misalnya kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat
telekomunikasi.
6. Proses timbang terima pasien
a. Standar protocol
Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran
peserta, kondisi klinis dari pasien, daftar pengamatan/pencatatan
terakhir yang paling penting, latar belakang yang relevan tentang
situasi klinis pasien, penilaian dan tindakan yang perlu dilakukan.
b. Kondisi pasien memburuk
Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan pasien
secara cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang terdeteksi.
c. Informasi kritis lainnya
Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan yang
luar biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko
keselamatan kerja atau tekanan yang dialami oleh staf.
E. Langkah-langkah dalam Timbang Terima
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang
akan disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab
shift selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan
tidak terburu-buri.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara
langsung melihat keadaan pasien (Nursalam, 2002).
F. Mekanisme Timbang Terima
TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA

Pra a. Kedua kelompok 10 menit Nurse Karu


Timbang dinas sudah Station PP
Terima siap dan berkumpul PA
di Nurse
Station
b. Karu mengecek
kesiapan
timbang
terima tiap PP
c. Kelompok yang akan
bertugas
menyiapkan catatan
(Work Sheet), PP
yang akan
mengoperkan,
menyiapkan buku
timbang terima &
nursing kit
d. Kepala ruangan
membuka acara
timbang terima
dilanjutkan
dengan doa.
Pelaksanaan PP dinas pagi 20 menit Nurse Karu
Timbang melakukan Station PP
Terima timbang terima kepada PA
PP dinas sore. Hal-hal
yang perlu
disampaikan PP pada
saat timbang terima :

1. Identitas klien
dan diagnosa
medis termasuk
hari rawat
keberapa atau
post op hari
keberapa.
2. Masalah
keperawatan.
3. Data yang
mendukung.
4. Tindakan
keperawatan
yang
sudah/belum
dilaksanakan.
5. Rencana umum
yang perlu
dilakukan:
Pemeriksaan Disamping
penunjang, tempat
konsul, prosedur tidur klien
tindakan tertentu.
6. Karu membuka
dan memberi
salam kepada
klien, PP pagi
menjelaskan
tentang klien, PP
sore
mengenalkan
anggota timnya
dan melakukan
validasi data.
7. Lama timbang
terima setiap
klien kurang
lebih 5 menit,
kecuali kondisi
khusus yang
memerlukan
keterangan
Post Klarifikasi hasil validasi 5 menit Nurse Karu
timbang data station PP
terima oleh PP sore. PA

1. Penyampai
an alat- alat
kesehatan

2. Laporan timbang
terima
ditandatangani oleh
kedua PP dan
mengetahui Karu
(kalau pagi saja).

3. Reward Karu
terhadap perawat
yang akan dan
G. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab atau
penanggung
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan
pasien.
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume yang
cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang
rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak
dibicarakan secara langsung di dekat klien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station (Nursalam, 2008).
H. Evaluasi Timbang Terima
a. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah
tersedia antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan
kelompok shift timbang terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan
timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke
sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam
dipimpin oleh perawat primer.
b. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan
dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan
mengganti shift. Perawat primer malam menyerahkan ke perawat
primer berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama
dilakukan di nurse station kemudian ke bed klien dan kembali lagi
ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien,
masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang
belum dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap klien dilakukan
timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien.
c. Evaluasi Hasil

Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap


perawat dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik
I. Hambatan dalam pelaksanaan timbang terima
Engesmo dan Tjora (2006); Scovell (2010) dan Sexton, et
al., (2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat
menghambat dalam pelaksanaan timbang terima, diantaranya adalah:
1. Perawat tidak hadir pada saat timbang terima
2. Perawat tidak peduli dengan timbang terima, misalnya perawat
yang keluar masuk pada saat pelaksanaan timbang terima
3. Perawat yang tidak mengikuti timbang terima maka mereka tidak
dapat memenuhi kebutuhan pasien mereka saat ini
J. Efek timbang terima
Timbang terima memiliki efek-efek yang sangat
mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada
pasien. Efek-efek dari timbang terima menurut Yasir (2009) adalah
sebagai berikut:
1. Efek Fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam,
banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk
menebus kurang tidur selama kerja malam. Menurutnya kapasitas fisik
kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah menurunnya
nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek
fisiologis hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi
dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam
masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja dinas malam yang diakibatkan oleh
efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat
mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh
terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas rendah dan
pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Dinas kerja menyebabkan gangguan gastro intestinal,
masalah ini cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun, dinas kerja juga
dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah
bagi penderita diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh dinas kerja terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja yang dilakukan Smith et al dalam Wardana (1989),
melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada
akhir rotasi dinas kerja (malam) dengan rata- rata jumlah kecelakaan
0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan
bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada dinas malam.
Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi
selama dinas pagi dan lebih banyak terjadi pada dinas malam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang
terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift.
Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga informasi-informasi
yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum
dilaksanakan.
Timbang terima bertujuan untuk kesinambungan informasi
mengenai keadaan klien secara menyeluruh sehingga tercapai asuhan
keperawatan yang optimal.
B. Saran
1. Pembagian peran PP dan PA hendaknya lebih jelas baik saat di nurse
stasion atau saat di pasien
2. Pada laporan timbang terima hendaknya dilengkapi dengan tanda
tangan PP pagi dan PP sore sebagai dokumentasi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Friesen, A. M., et al. (2008). Handsoff: Implications for nurses. Ed: Hughes
R.G. diakses pada 27 Maret 2020.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2649/?report=printable

Kassean HK, Jaggo ZB. Managing change in the nursing handover from
traditional to bedside handover—A case study from Mauritius. BMC
Nursing. 2005 4(1) diakses 27 Maret 2020.
www.biomedcentral.com/1472-6955/4/1

Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Saksono, A. (1991). Perlindungan Tenaga Kerja Wanita, Modul Kursus


Tertulis Bagi Dokter Hiperkes, Pusat Pelayanan Ergonomi,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Depnaker RI. Jakarta

Suarli S dan Bahtiar Yayan. (2009). Manajemen Keperawatan. Jakarta:


Erlangga

Anda mungkin juga menyukai