Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN

GAGAL GINJAL KRONIK

Nor Syamsyia (0118028)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

DIAN HUSADA MOJOKERTO

2020

i
Kata pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah judul “asuhan keperawatan gagal ginjal kronik”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pembimbing keperawatan medikal bedah Bapak Sutomo S,Kep., Ns., M.Kep yang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Mojokerto, 22 Februari 2020

Penulis

ii
Daftar Isi

Cover......................................................................................................................... i
Kata pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar isi ................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujan Penulisan ............................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
A. Gagal Ginjal Kronik ...................................................................................... 3
1. Definisi .................................................................................................... 3
2. Klasifkasi ................................................................................................. 3
3. Etiologi .................................................................................................... 3
4. Patofisiologi ............................................................................................ 4
5. Patway ..................................................................................................... 6
6. Manifestasi klinik .................................................................................... 7
7. Komplikasi .............................................................................................. 7
8. Penatalaksanaan ...................................................................................... 8
9. Pemeriksaan penunjang ........................................................................... 9
B. Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik ............................................. 11
A. Pengkajian ............................................................................................... 11
B. Diagnosa .................................................................................................. 16
C. Intervensi ................................................................................................. 16
D. Evaluasi ................................................................................................... 21
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................... 24
A. Kesimpulan ................................................................................................... 24
B. Saran .............................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicablediseases)
terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik,
sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai masalah kesehatan
masyarakat utama.
Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga
dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami
komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner,gagal ginjal, dan
penyakit pembuluh darah perifer.
Angka kematian di AS akibat gagal ginjal akut berkisar antara 20-90%.Kematian di
dalam RS 40-50% dan di ICU sebesar 70-89%. Kenaikan 0,3 mg/dL kreatinin serum
merupakan prognostik penting yang signifikan. Peningkatan kadar kreatinin juga bisa
disebabkan oleh obat-obatan (misalnya cimetidin dantrimehoprim) yang menghambat
sekresi tubular ginjal. Peningkatan nilai BUN juga dapat terjadi tanpa disertai kerusakan
ginjal, seperti pada perdarahan mukosa atau saluran pencernaan, penggunaan steroid,
pemasukan protein. Oleh karena itu diperlukan pengkajian yang hati-hati dalam menentukan
apakah seseorang terkena kerusakan ginjal atau tidak.
B. Rumusan masalah
A. Bagaimana konsep gagal ginjal kronik?
1. Apa itu gagal ginjal kronik?
2. Bagaimana klasifikasi gagal ginjal kronik?
3. Bagaimana etiologi gagal ginjal kronik?
4. Bagaimana patofisologi gagal ginjal kronik?
5. Bagaimana patway gagal ginjal kronik?
6. Bagaimana manifestasi klinik gagal ginjal kronik?
7. Apa saja komplikasi gagal ginjal kronik?
8. Bagaimana penatalaksanaan gagal ginjal kronik?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang gagal ginjal krnik?
B. Bagaimana konsep asuhan keperawatan gagal ginjal kronik?
A. Bagaimana pengkajian gagal ginjal kronik?
B. Bagaimana diagnosa gagal ginjal kronik?
C. Bagaimana intervensi gagal ginjal kronik?
D. Bagaimana evaluasi gagal ginjal kronik?
1
C. Tujuan penulisan
A. Tujuan Umum
Mengetahui tentang konsep gagal ginjal kronik dan asuhan keperawatan gagal ginjal
kronik
B. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep gagal ginjal kronik
2. Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan gagal ginjal kronik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gagal ginjal kronik


1. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi
uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)
2. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus Kockroft
– Gault sebagai berikut :
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di klasifikasikan menjadi 4,
dengan pembagian sebagai berikut:
a. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
b. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
c. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
3. Etiologi
a. penyakit Hipertensi
b. Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM.
c. gangguan metabolisme
d. Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal glomerular.
e. Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal glomerular.
f. Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (yang diduga mengarah ke penyakit ginjal
genetik) / herediter

3
g. penyakit peradangan, lesi obstruksi pada traktus urinarius
h. nefropatik toksik dan neoropati obstruksi

Gambar 2.4: gagal ginjal kronik

4. Patofisologi
Penyebab dari gagal ginjal kronik biasanya dipengaruhi oleh penyakit sistemik
seperti diabetes melitus, glumerulonefritis, pielonefritis, hipertensi yang tidak dikontrol,
obtruksi traktus urinarius, penyakit ginjal polikistik, infeksi dan agen toksik. fungsi renal
menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya dieksresikan kedalam
urine) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh,
semakin banyak yang timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berarti dan
akan membaik setelah dialisis.Penurunan laju filtrasi ginjal (GFR) dapat di deteksi
dengan mendapatkan urine 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurunnya
filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomerulus) klirens kreatinin akan
menurun dan kadar kreatinin akan meningkat selain itu kadar nitrogen urea dalam darah
(BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indikator yang paling sensitif
kerana renal substansi ini di produksi secara konstan oleh tubuh.
Retensi cairan dan natrium. Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasi atau
mengencerkan urine secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang
sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elekrolit sehari-hari.
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,
memendekan usia sel darah merah, defisiensi nutrisi.Eritropoetin, suatu substansi normal
yang di produksi oleh ginjal, menstimulasi sum-sum tulang untuk menghasilkan sel
darah merah. Pada ginjal, produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi,
disertai keletihan. (Smeltzer & Bare, 2002)

4
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat, abnormalitas utama yang lain pada gagal
ginjal kronis adalah gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium
dan fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat
yang lain akan turun. Dengan menurunnya filtrasi glomerulus ginjal terdapat
peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium.
Gejalah dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah (pruritis) akibat
butiran uremik, suatu penumpukan Kristal urea di kulit.(Sibuea, Herdin 1992)

5
5. Patway
Pathway Gagal Ginjal Kronik

berbagai kondisi yang menyebabkan


terjadinya penuruna fungsi ginjal

mekanisme kompensasi dan adaptasi dair nefron menyebabkan kematian


nefron meningkat membentuk jaringan parut dan aliran darah menurun

detruksi struktur ginjal secara progresif DX: nutrisi kurang


dari kebutuhan
GFR menurun menyebabkan kegagalan
memprtahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit kulit kering dan ppecah

penumpukan toksik uremik di dlm darah, DX: gg


ketidak seimbangan cairan dan elektroli integritas
kulit
vol cairan↑ aktivitas SARA asidosis sindrom uremik
metabolik

gangguan kondisi DX:


kelebihan hipertensi sistemik pernafasan kussmaul, letargi,
elektrikal otot
vol cairan kesadaran↓, edema sel otak,
ventrikal
beban kerja jantung↑
aritmia resiko tinggi kejang

DX: curah jantung↓ perubahan proses fikir


penurunan perfusi
serebral
penurunan curah jantung,
deposit kalsium penurunan perfusi jaringan
tulang↓

osteodistrofi ginjal
kelemahan fisik
DX: intoleransi
aktivitas

6
6. Manifestasi klinik
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
7. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa
komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra (2006)
antara lain adalah :
a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan
diet berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.

7
d. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
f. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
g. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
h. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
8. Penatalaksanaan
Pada penurunan cadangan ginjal dan insufisiensi ginjal, tujuan penatalaksanaan
adalah memperlambat kerusakan nefron lebih lanjut, terutama dengan retriksi protein
dan obat-obat anti hipertensi. Pada gagal ginjal, terapi ditujukan untuk mengoreksi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
 Penatalaksanaan medis
a. Cairan yang diperbolehkan adalah 500 samapai 600 ml untuk 24 jam atau dengan
menjumlahkan urine yang keluar dalam 24 jam ditamnbah dengan IWL 500ml,
maka air yang masuk harus sesuai dengan penjumlahan tersebut.
b.  Pemberian vitamin untuk klien penting karena diet rendah protein tidak  cukup
memberikan komplemen vitamin yang diperlukan.
c.  Hiperfosfatemia dan hipokalemia ditangani dengan antasida mengandung
alumunium atau kalsium karbonat, keduanya harus diberikan dengan makanan.
d. Hipertensi ditangani dengan berbagai medikasi antihipertensif dan control volume
intravaskuler.
e. Asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik biasanya tampa gejala dan tidak
memerlukan penanganan, namun demikian suplemen makanan karbonat atau
dialisis mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis metabolic jika kondisi ini
memerlukan gejala.
f. Hiperkalemia biasanya dicegah dengan penanganan dialisis yang adekuat disertai
pengambilan kalium dan pemantauan yang cermat terhadap kandungan kalium
pada seluruh medikasi oral maupun intravena. Pasien harus diet rendah kalium
kadang – kadang kayexelate sesuai kebutuhan.
g. Anemia pada gagal ginjal kronis ditangani dengan epogen (eritropoetin manusia
rekombinan). Epogen diberikan secara intravena atau subkutan tiga kali seminggu.
h. Dialisis.
i. Transplantasi ginjal.

8
 Penatalaksanaan Keperawatan
a. Hitung intake dan output yaitu cairan : 500 cc ditambah urine dan hilangnya cairan
dengan cara lain (kasat mata) dalam waktu 24 jam sebelumnya.
b. Elektrolit yang perlu diperhatikan yaitu natrium dan kalium. Natrium dapat
diberikan sampai 500 mg dalam waktu 24 jam.
 Penatalaksanaan Diet
a. Kalori harus cukup : 2000 – 3000 kalori dalam waktu 24 jam.
b. Karbohidrat minimal 200 gr/hari untuk mencegah terjadinya katabolisme protein
c. Diet uremia dengan memberikan vitamin : tiamin, riboflavin, niasin dan asam
folat.
d. Diet rendah protein karena urea, asam urat dan asam organik, hasil pemecahan
makanan dan protein jaringan akan menumpuk secara cepat dalam darah jika
terdapat gagguan pada klirens ginjal. Protein yang diberikan harus yang bernilai
biologis tinggi seperti telur, daging sebanyak 0,3 – 0,5 mg/kg/hari.
9. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada
usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises,
dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan
ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.

9
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta
sisa fungsi ginjal
b. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) darah
BUN/kreatinin meningkat lebih dari 10 mg/dl, Ht menurun, Hb kurang dari 
7 – 8 gr/dl, SDM waktu hidup menurun, AGD (pH menurun dan terjadi asidosis
metabolic (kurang dari 7.2), natrium serum rendah, kalium meningkat 6,5 mEq
atau lebih besar, magnesium/fosfat meningkat, kalsium menurun, protein
khususnya albumin menurun.
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada
(anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,
amrasio
urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga
tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
B. Asuhan keperawatan gagal ginjal
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas pasien : terdiri dari nama (inisial),
1) Usia / tanggal lahir: memang semua usia dapt terkena gagal ginjal, namun usia
pun penting kita ketahui. karena semakin lansia umumur seseorang, semakin
beresiko.
2) Jenis kelamin: pengkajian pada jenis kelamin, pria mungkin disebabkan oleh
hipertrofi prostat.pada wanita disebabkan, infeksi saluran kemih yanng berulang

10
yang dapat menyebabkan GGA, serta padaa wanita yang mengalami perdarahan
pasca melahirkan.
3) alamat suku / bangsa: penting kita ketahui, karena alamat juga mendukung untuk
dijadikan data, karena masih banyak daerah yang kekurang air.
4) status pernikahan: disini perlu juga kita ketahui, tentang status perkawinan,
apakah pasangan memiliki riwayatn penyakit ISK, yang mampu menjadi akibat
gagal ginjal.
5) agama / keyakinan: Disini perlu juga kita ketahui, karena masih banyak
masyarakat yang menganut kepercayaan-kepercayaan.
6) pekerjaan / sumber penghasilan: penting juga kita ketahui, untuk mengetahui
sumber penghasilannya dari mana dan seberapa banyak, karena berpengaruh juga
terhadap pola hidup.
7) diagnosa medik: setelah mendapatkan pemeriksaan maka diagnosa mediknya:
Gaagal Ginjal Kronik
8) no. Rm, tanggal masuk: penting juga kita kethui, supaya perawat tidak salah
pasien, dan tanggal masuk masuk juga berperan untuk menadapatakan data
apakah sudah ada perubahan atau semakin parah.
b. Identitas Penanggung Jawab :
1) Terdiri dari Nama: penting kita ketahui untuk memudahkan perawat
membeikan infomasi terhadap klien.
2) Usia: penting juga kita ketahui, untuk kita mampu beradaptasi dengan keluarga
klien.
3) Jenis kelamin: juga perlu kita ketahui, untuk memudahkan perawat
berkomunikasi dalam memberikan informasi kepada keluarga klien.
4) Pekerjaan / sumber penghasilan: perlu juga kita ketahui dari mana sumber
penghasilan yang didapatkan oleh keluarga klien untuk membiayai klien itu
sendiri.
5) Hubungan dengan klien: penting juga kita ketahui untuk mengetahui hubungan
klien dengan penanggung jawab, apakah saudara, orang tua, suami/istri,
anak/cucu.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
keluhan utama yang didapat biasanya berfariasi, mulai dari urine output
sedikit sampe tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidk selera
makan (anoreksia), dan gatal pada kulit.

11
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan,
kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, dan perubahan pemenuhan nutrisi.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji riwayat adanya gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung,
penggunaan obat-obatan nefrotoksik, BPH, dan prostatektomi, kaji adanya riwayat
penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan, infeksi sistem perkemihan
yang berulang, penyakit DM, penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang
menjadi prediposisi penyebab, penting untuk dikaji mengenai pemakaian obat-
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian
dokumentasikan.
d. Psikososial
adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialisis
akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. lamanya
perawatan, dan banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan, gangguan konsep diri, dan gangguan peran pada keluarga.
3. Teknik pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Kulit dan membran mukosa
Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran keringat.
Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang
menyebabkan anemia. Tekstur kulit tampak kasar atau kering. Penurunan turgor
merupakan indikasi dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan penumpukan cairan.
b) Mulut
Stomatitis, nafas bau amonia.
c) Abdomen
Klien posisi telentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya masa atau
pembengkakan, kulit mengkilap atau tegang.
d) Meatus urimary
Laki-laki: posisi duduk atau berdiri, tekan gland penis dengan memakai sarung
tangan untuk membuka meatus urinary.
Wanita: posisi dorsal rekumben, litotomi, buka labia dengan memakai sarung
tangan.
2) Palpasi
a) Ginjal

12
b) Ginjal kiri jarang teraba, meskipun demikian usahakan untuk mempalpasi ginjal
untuk mengetahui ukuran dan sensasi. Jangan lakukan palpasi bila ragu karena
akan merusak jaringan.
- Posisi klien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan
- Letakkan tangan kiri di bawah abdomen antara tulang iga dan spina iliaka.
Tangan kanan dibagian atas. Bila mengkilap dan tegang, indikasi retensi cairan
atau ascites, distensi kandung kemih, pembesaran ginjal. Bila kemerahan,
ulserasi, bengkak, atau adanya cairan indikasi infeksi. Jika terjadi pembesaran
ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau patologis renal yang serius.
Pembesaran kedua ginjal indikasi polisistik ginjal. Tenderness/ lembut pada
palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal ginjal kronik. Ketidaksimetrisan
ginjal indikasi hidronefrosis.
- Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan kiri
mendorong ke atas.
- Lakukan hal yang sama untuk ginjal di sisi yang lainnya.
c) Kandung kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi ditensi urin.
Palpasi dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilikus. Jika kandung kemih
penuh maka akan teraba lembut, bulat, tegas, dan sensitif.

3) Perkusi
a) Ginjal
- Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa
- Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostavertebral (CVA),
lakukan perkusi di atas telapak tangan dengan menggunakan kepalan tangan
dominan.
- Ulangi prosedur pada ginjal di sisi lainnya. Tenderness dan nyeri pada perkusi
merupakan indikasi glomerulonefritis atau glomerulonefrosis.
b) Kandung kemih
- Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di
atas 150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai
setinggi umbilikus.
- Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk
mengetahui fundus kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas region
suprapubic.

13
4) Auskultasi
Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral
dan kuadran atas abdomen. Jika terdengan bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen
dan arteri renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis
arteri ginjal).
4. Analisa Data
No Symtom Etiologi Problame
1. DS : klien mengeluh tidak bisa BAK penumpukan toksik kelebihan volume
DO : uremik di dlm darah cairan
 produksi urine tidak ada ↓
 klien edema ketidak seimbangan
cairan dan elektroli

vol cairan meningkat

kelebihan vol cairan
2. DS : klien mengatakan sering mengalami mual metabolik pada Nutrisi kurang dari
muntah gastrointestinal kebutuhan tubuh
DO : kelien tampak pucat, mukosa kering ↓
mual muntah

intake nutrisi td
kadekuat

DX: pemenuhan nutrisi
3. DS : klien mengatakan. Susah nafas dan mengalami hipertensi sistemik Penurunan curah
nafas pendek ↓ jantung
DO : beban kerja jantung
 klien tanpak lemas meningkat
 denyut jantung teraba lemah ↓
curah jantung menurun

14
4. DS: Klien mengatakan kurang mampu melakukan vol cairan meningkat Intoleransi aktivitas
aktivitas karena merasa lemah, dan keram ↓
DO: klien tampak sulit melakukan aktivitas dan gangguan kondisi
klien mengerjakan aktivitas dengan bantuan dari elektrikal otot ventrikal
keluarga. ↓
aritmia resiko tinggi
kejang

penurunan perfusi
serebral

deposit kalsium tulang


kelemahan fisik

5. DS: klien mengeluh, kulitnya terasa kering dan ↓


GFR menurun Gangguan integritas
kasar menyebabkan kulit
DO: klien tampak lemas dengan turgor kulit kegagalan
menurun memprtahankan
metabolisme dan
keseimbangan cairan
dan elektrolit

nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

turgor kulit menurun

gg integritas kulit

B. Diagnosa
1) Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urin, retensi cairan dan natrium
sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal
2) Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d katabolisme protein,
pembatasan diet, peningkatan metabolisme, anoreksi, mual, muntah
3) Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan volume sirkulasi,
ketidakseimbangan elektrolit
15
4) Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialisa
5) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic, edema, kulit
kering, pruritus
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Kelebihan volume cairan Selama di lakukan tindakan 1. Manajemen cairan
b.d. penurunan haluaran keperawatan selama 1 jam - Observasi
urin, retensi cairan dan keseimbangan volume cairan  Monitor Status hidrasi
natrium sekunder meningkat dengan kriteria:  Monitor berat badan harian
terhadap penurunan - Asupan cairan meningkat  Monitor berat badan sebelum dan
fungsi ginjal - Haluran urin meningkat sesudah dialisis
- Edema menurun  Monitor hasil pemeriksaan
- Serum natrium meningkat laboraturium
 Monitor status hemodinamik
- Terapeutik
 Catat intake-output dan hitung blans
24 jam
 Berikan asupan cairan sesuai dengan
kebutuhan
2. Pemantauan cairan
- Observasi
 Monitor jumlah, warna, dan berat
jenis urine
 monitor hasil pemeriksaan serum
 monitor intake dan output cairan
 identifikasi faktor resiko
ketidakseimbangan cairan
- terapeutik
 atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
 dokumentasi hasil pemantauan
- edukasi
 jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
16
2. Resiko tinggi perubahan Setelah di lakukan tindakan 1. manajemen nutrisi
nutrisi : kurang dari keperawatan selama 3 jam - observasi
kebutuhan tubuh b.d kebutuhan nutrisi membaik  identifikasi status nutrisi
katabolisme protein, dengan kriteria hasil:  identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
pembatasan diet, - porsi makanan yang di nutrient
peningkatan habiskan cukup meningkat  monitor asupan makanan
metabolisme, anoreksi, - serum albumin meningkat - terapeutik
mual, muntah - verbalisasi keinginan  fasiliasi menentukan pedoman diet
untuk meningkatkan  berikan makanan tinggi serat untuk
nutrisi mencegah konstipasi
- perasaan cepat kenyang
 sajikan makanan yang menarikdan
menurun
suhu yang sesuai
- berat badan indeks massa
 berikan makanan tinggi kalori dan
tubuh membaik
tinggi protein
- nafsu makan membaik
- kolaborasi
- pengetahuan tentang
 kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pilihan makanan yang
menentukan jumlah kaloari dan jenis
sehat meningkat
nutrient yang di butuhkan
- pengetahuan tentang
2. edukasi diet
pemilihan minuman yang
- observasi
sehat meningkat
 identifikasi tingkat pengetahuan saat
- pengetahuan tentang
ini
standar asupan nutrisi
 identifikasi pola makan saat ini dan
yang tepat meningkat
dulu
 identifikasi keterbatasan finansial
untuk menyediakan makanan
- terapeutik
 persiapkan materi, media, dan alat
peraga
 jadwalkan waktu yang tepat untuk
memberikan pendidikan kesehatan
 berikan kesempatan pasien dan
keluarga bertanya
- edukasi
 jelaskan tujuan kebutuhan diet
17
terhadap kesehatan
 anjurkan mengganti bahan makanan
sesuai dengan diet yang di
programkan
 anjurkan mempertahankan posisi semi
fowler (30-45 derajat) 20-30 menit
setelah makan
 ajurkan melakukan olahraga sesuai
toleransi
3. Resiko tinggi penurunan Setelah di lakukan tindakan 1. perawatan jantung
curah jantung b.d. keperawatan selama 5 jam - observasi
ketidakseimbangan penurunan curah jantung  identifikasi tanda/gejala primer
volume sirkulasi, meningkat dengan kriteria penurunan curah jantung
ketidakseimbangan hasil:  identifikasi penurunan skunder
elektrolit - kekuatan nadi perifer curah jantung
meningkat  monitor tekanan darah
- disnea menurun  monitor saturasi oksigen
- pucat menurun  periksa tekanan darah dan frekuensi
- ortopnea menurun nadi sebelum pengobatan
- tekanan darah membaik - terapeutik
 posisikan pasien semi fowler atau
dengan posisi nyaman
 berikan diet jantung yang sesuai
 berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
 anjurkan pasien berhenti merokok
 anjurkan pasien beraktivitas seuai
toleransi
 ajarkan pasien dan keluarga
menghitung output dan intake
cairan sehari-hari
2. perawatan sirkulasi
- observasi
 periksa sirkulasi perifer
18
 identifikasi faktor resiko gangguan
sirkulasi
- terapeutik
 hindari pemasangan infus atau
keterbatasan pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi
4. Intoleransi aktivitas b.d. Setalah di lakukan tindakan 1. Managemen Energi
penurunan produksi keperawatan 1x24 jam - Observasi
energi metabolic, intoleransi aktivitas meningkat  Identifikasi gangguan fungsi tubuh
anemia, retensi produk dengan kriteria hasil : yang mengakibakan kelelahan.
sampah dan prosedur - frekensi nadi meningkat  Monitor kelelahan fisik dan
dialisa - saturasi oksigen emosional.
meningkat  Monitor lokasi dan
- kemudahan dalam ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas melakukan aktifitas.
sehat - Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus.
 Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/atau akif.
- Edukasi
 Anjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap.
 Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan.
2. Terapi Aktifitas
- Observasi
 Identifikasi defisit tingkat aktiftas
 Idntifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam aktifitas
tertentu.
 Identifikasi strategi meningkatkan
partisipasi dalam aktifitas.
- Terapiutik
 Koordinasikan pemilihan aktifitas

19
sesuai usia.
 Fasilitasi aktifitas fisik rutin.
3. Dukungan perawatn diri
- Observasi
 Monitor tingkat kemandirian
- Terapeutik
 fasilitasi kemandirian, bantu jika
tidak mampu melakukan perawatan
diri
5. Resiko tinggi kerusakan Selam melakukan tndakan 1. perawatan integritas kulit
integritas kulit b.d keperawatan 1x24 jam - observasi
gangguan status integritas kulit meningkat  identifikasi penyebab gangguan
metabolic, edema, kulit dengan kriteria hasil: integritas kulit.
kering, pruritus - perfusi jaringan - Terapiutik
meningkat  Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
- kerusakan lapisan kulit baring.
menurun  Hindari produk berbahan dasar
- suhu kulit membaik alkohol pada kulit kering.
- turgor kulit cukup 2. edukasi perawatan kulit
membaik - Observasi
 Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi.
- Terapiutik
 Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan.
 Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan.
 Berikan kesempatan untuk
bertanya.
- Edukasi
 Anjurkan minum cukup cairan.
 Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun sekucupnya.
 Anjurkan menggunakan pelembab.
 Anjurkan melapor jika ada lesi
20
kulit yang tidak biasa.

D. Evaluasi
No diagnosa evaluasi
.
1. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan S : klien mengeluh tidak bisa BAK
haluaran urin, retensi cairan dan natrium O : produksi urine tidak ada, klien edema
sekunder terhadap penurunan fungsi A : masalah akan teratasi jika memenuhi kriteria hasil:
ginjal  Asupan cairan meningkat
 Haluran urin meningkat
 Edema menurun
 Serum natrium meningkat
P : lanjutkan intervensi 2, 4,5

2. Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang S : klien mengatakan sering mengalami mual muntah
dari kebutuhan tubuh b.d katabolisme O : kelien tampak pucat, mukosa kering
protein, pembatasan diet, peningkatan A : masalah akan teratasi jika memenuhi kriteria
metabolisme, anoreksi, mual, muntah hasil sebaga berikut :
 porsi makanan yang di habiskan cukup
meningkat
 serum albumin meningkat
 verbalisasi keinginan untuk meningkatkan
nutrisi
 perasaan cepat kenyang menurun
 berat badan indeks massa tubuh membaik
 nafsu makan membaik
 pengetahuan tentang pilihan makanan yang
sehat meningkat
 pengetahuan tentang pemilihan minuman
yang sehat meningkat
 pengetahuan tentang standar asupan nutrisi
yang tepat meningkat
P : lanjutan intervensi 3, 4, 5
21
3. Resiko tinggi penurunan curah jantung S : klien mengatakan. Susah nafas dan mengalami nafas
b.d. ketidakseimbangan volume sirkulasi, pendek
ketidakseimbangan elektrolit O : klien tanpak lemas, denyut jantung teraba lemah
A : masalah akan teraasi jika kriteria hasil terpenuhi :
- kekuatan nadi perifer meningkat
- disnea menurun
- pucat menurun
- ortopnea menurun
- tekanan darah membaik
P : lanjutkan intervensi 4,5,

4. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan S: Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas
produksi energi metabolic, anemia, karena merasa lemah, dan keram
retensi produk sampah dan prosedur O: klien tampak sulit melakukan aktivitas dan klien
mengerjakan aktivitas dengan bantuan dari keluarga.
dialisa
A : masalah akan teratasi dengan kreteria :
- frekensi nadi meningkat
- saturasi oksigen meningkat
- kemudahan dalam melakukan aktivitas sehat
P : lanjutan intervensi 5
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit S: klien mengeluh, kulitnya terasa kering dan kasar
b.d gangguan status metabolic, edema, O: klien tampak lemas dengan turgor kulit menurun
kulit kering, pruritus A : masalah akan teratasi jika memenuhi kriteria
hasil:
- perfusi jaringan meningkat
- kerusakan lapisan kulit menurun
- suhu kulit membaik
- turgor kulit cukup membaik
P : kaji klien apa masalah teratasi seluruhnya

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi
uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).
Klasifikasi Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di klasifikasikan
menjadi 4, dengan pembagian sebagai berikut:
1. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
2. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
3. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
Perjalanan penyakitnya dapat dibagi menjadi tiga stadium, yaitu : Stadium I
(Penurunan cadangan ginjal). Stadium II (Insufisiensi ginjal) dan Stadium III (Uremi gagal
ginjal).
B. Saran
Dengan adanya makalah ini saya mengharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dan
asuhan gagal ginjal kronik dan bisa mengaplikasikanya.

24
Daftar Pustaka

Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Edisi 1.jakarta: dewan pengurus pusat persatuan perawat indonesia
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.Edisi 1. Cetakan II.jakarta: dewan pengurus pusat persatuan perawat
indonesia
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Cetak II. jakarta: dewan pengurus pusat persatuan perawat indonesia
Suyuno, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam.Edisi 3. Jilid I II. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Jakarta:
EGC
Baradeo, Merry Dkk.2009. Seri Asuhan Keperawatan klien Gangguan Ginjal. Jakarta:
EGC

25

Anda mungkin juga menyukai