6353 13281 1 SM PDF
6353 13281 1 SM PDF
ISSN : 2087-2879
ABSTRAK
Kewaspadaan standar dirancang di rumah sakit sebagai langkah awal untuk tindakan pencegahan infeksi
nosokomial. Tujuan penelitian untuk mengetahui penerapan prinsip kewaspadaan standar oleh perawat
pelaksana di ruang rawat inap penyakit bedah RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, meliputi; penerapan
prinsip cuci tangan, penggunaan sarung tangan, masker, baju pelindung, penanganan linen, penanganan
peralatan perawatan pasien, kebersihan lingkungan, dan penanganan instrumen tajam. Desain penelitian
Cross Sectional Study, tempat penelitian di ruang rawat inap penyakit bedah RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh meliputi ruang Jeumpa I, II, dan III, waktu penelitian tanggal 9 sampai dengan 20 Juni 2010,
pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling berjumlah 38 responden, alat pengumpulan data
menggunakan instrumen observasi terdiri dari 41 item. Uji validitas menggunakan Content Validity Test
meliputi Face Validity dan Logical Validity. Hasil penelitian; prinsip cuci tangan 94,7 % katagori kurang,
penggunaan sarung tangan 94,7% katagori kurang, penggunaan masker 92,1 % katagori baik, penggunaan
baju pelindung 76,3% katagori baik, penanganan linen 89,5 % katagori baik, penanganan peralatan
perawatan pasien 60,5 % katagori baik, kebersihan lingkungan pasien 89,5% katagori baik, dan penanganan
instrumen tajam 86,8 % katagori baik. Hasil penelitian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
penerapan prinsip kewaspadaan standar oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap penyakit bedah RSUD
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 94,7 % berada pada kategori kurang
Kata Kunci: Prinsip Kewaspadaan Standar, cuci tangan, sarung tangan, masker, baju pelindung, linen,
peralatan perawatan pasien, kebersihan lingkungan, dan instrumen tajam.
ABSTRACT
Standard precautions was formed in hospital as a basic step in nosokomial infection prevention. The
objective this study was to identify the application of standard precaution by ascociate nurses in surgical
ward at dr. Zainoel Abidin Hospital, Banda Aceh. Its include hand washing application, using the gloves,
face mask application, gown application, linen management, equipment management, environtment hygiene
and sharp instrument management. The design was cross sectional study, the location in surgical ward dr.
Zainoel Abidin Hospital, include Jeumpa I, II and III. The study was conducted during 9th until 20th of Juni
2010, the sampling method was total samping about 38 nurses as respondents. The instrument was used
observation list consist of 41 items. Validity test was used content validity test include face validity and
logical validity. The results are; the application of hand washing principle about 94,7% in poor category,
the gloves application about 94,7% in poor category, the face mask application about 92,1% in good
category, the gown application about 76,3% in good category, the linen management about 89,5% in good
category, the equipment application about 60,5% in good category, environment hygiene about 89,5% in
good category and the sharp instruments management about 86,8% in good category. The conclusion is the
application of standar precaution by ascociate nurses in surgical ward about 94,7% in poor category.
Keywords: standard precaution principle, hand washing, the gloves, the face mask, the gown, linen,
equipment care, environtment hygiene and sharp instruments.
1
Idea Nursing Journal Vol. II No. 1
2
Idea Nursing Journal Hajjul Kamil
3
Idea Nursing Journal Vol. II No. 1
PEMBAHASAN
4
Idea Nursing Journal Hajjul Kamil
5
Idea Nursing Journal Vol. II No. 1
tangan maupun pada tangan perawat yang menghirup mikroorganisme dan mencegah
tidak mengganti sarung tangan tersebut. penularan pathogen dari saluran pernafasan
Selama pengumpulan data, peneliti pasien maupun sebaliknya.
juga masih menemukan beberapa perawat Hasil penelitian juga menunjukkan
belum menggunakan sarung tangan dengan adanya perawat yang tidak menggunakan
baik dan benar. Hal ini dapat dilihat pada masker bukan karena perawat tidak mau
saat perawat mengenakan sarung tangan dan tidak ingin menggunakan masker, tetapi
steril, dimana masih ada perawat yang karena persediaan masker di ruangan
memegang bagian luar sarung tangan yang terbatas atau habis.
merupakan daerah steril. Beberapa perawat
Cara memakai dan melepaskan
yang lain terkadang lupa sedang
masker juga sudah tepat dilakukan oleh
menggunakan sarung tangan steril, tapi
perawat. Masker yang digunakan tepat
memegang atau menyentuh peralatan tidak
menutupi hidung dan mulut, metal strip
steril. Demikian juga dengan ukuran sarung
yang ada pada masker juga diatur tepat
tangan yang digunakan masih ada yang
diatas batang hidung. Penggunaan masker
tidak sesuai dengan ukuran tangan perawat,
juga hanya untuk sekali pakai dan perawat
sehingga ada yang robek karena ditarik
tidak membiarkan masker yang telah
dengan paksa pada saat pemakaian, hal ini
dipakai tergantung di leher tapi langsung
tentu saja mempengaruhi kesterilan
membuangnya ke dalam tong sampah.
pelaksanaan tindakan dan meningkatkan
Potter dan Perry (2005), menyebutkan
risiko infeksi silang. Penggunaan sarung
bahwa masker yang dipakai dengan tepat
tangan sekali pakai akan mudah dikenakan
dan terpasang pas akan nyaman menutupi
dan dirancang pas bagi setiap tangan sesuai
mulut dan hidung sehingga pathogen, darah
ukuran, namun karet tipis sarung tangan
dan cairan tubuh tidak dapat memasuki atau
akan robek dengan mudah bila dipakai
keluar diantara sela-selanya, jika perawat
dengan cara yang salah (Potter & Perry,
memakai kaca mata, batas atas masker
2005). Menurut Darmadi (2008), agar
berada tepat di bawah kaca mata sehingga
sarung tangan bedah maupun sarung tangan
tidak akan mengembun pada kaca mata
pemeriksaan dapat dimanfaatkan dengan
pada saat perawat menghembuskan nafas.
baik dan dapat terjaga kesterilannya, maka
sarung tangan harus steril, utuh dan tidak
robek/berlubang, tidak basah, serta Prinsip Penggunaan Baju Pelindung
ukurannya harus sesuai dengan ukuran Di ruang rawat inap penyakit bedah
tangan perawat agar gerakan tangan atau 76,3 % perawat pelaksana sudah
jari selama mengerjakan prosedur dan melaksanakan prinsip penggunaan baju
tindakam perawatan dapat bergerak dengan pelindung dengan baik, namun masih ada
bebas. 23,7 % tidak menggunakan dikarenakan
mereka sudah mengenakan baju khusus
Prinsip Penggunaan Masker untuk tindakan, tapi hal tersebut tetap saja
Penerapan prinsip penggunaan tidak melindungi perawat dari risiko
masker oleh perawat pelaksana di ruang terpercik cairan. Selain hal tersebut,
rawat inap penyakit bedah 92,1% pada beberapa perawat pelaksana tidak
katagori baik. Masker dipakai untuk menggunakan baju pelindung karena
menahan cipratan yang keluar sewaktu persediaan diruangan yang terbatas.
perawat berbicara, batuk, bersin dan juga Menurut Tietjen (2004), baju
untuk mencegah cipratan darah atau cairan pelindung dipergunakan untuk mencegah
tubuh pasien yang terkontaminasi masuk ke cipratan pada baju yang dikenakan oleh
dalam hidung atau mulut petugas (Tietjen, petugas pelayanan kesehatan, baju
2004). pelindung melindungi petugas pelayanan
Menurut Potter dan Perry (2005), kesehatan dari kontak dengan darah atau
masker harus digunakan bila diperkirakan cairan tubuh pasien yang terinfeksi. Sama
ada percikan darah atau cairan tubuh pasien. halnya dengan penggunaan masker, alasan
Selain itu, masker menghindarkan perawat utama menggunakan baju pelindung adalah
6
Idea Nursing Journal Hajjul Kamil
7
Idea Nursing Journal Vol. II No. 1
Hal ini sudah dijalankan oleh sebagian benda ke daerah steril, hanya benda-benda
besar perawat pelaksana, yaitu dalam steril dan petugas dengan perlengkapan
pembuangan instrumen sekali pakai. yang sesuai diperkenankan untuk
Sedangkan alat yang dipergunakan dalam menyentuh daerah steril.
tindakan keperawatan jumlahnya kurang
mencukupi, namun semuanya dalam Prinsip Kebersihan Lingkungan
keadaan steril. Apabila peralatan yang Penerapan prinsip kebersihan
dipergunakan tidak dalam keadaan lingkungan oleh perawat pelaksana di ruang
mencukupi dan steril, maka sangat berisiko rawat inap penyakit bedah 89,5 % pada
membawa kontaminasi kuman pada saat katagori baik. (Diagram 1).
perawatan (Potter & Perry, 2005). Penanganan sampah yang tepat
Tindakan perawatan yang dilakukan dilingkungan pasien dapat meminimalkan
di ruang rawat inap penyakit bedah penyebaran infeksi pada petugas kesehatan
biasanya satu orang perawat bertugas dan mencegah penularan pada pasien. Jika
melakukan tindakan untuk tiga sampai memungkinkan sampah terkontaminasi
dengan empat pasien. Sementara instrumen harus dikumpulkan dan dipindahkan ke
steril yang tersedia dalam jumlah terbatas, tempat pembuangan dalam wadah tertutup
beberapa perawat menggunakan teknik dan anti bocor. Pengelolaan sampah juga
penghematan instrumen sehingga satu set dilakukan untuk melindungi petugas
instrumen bisa dipergunakan untuk pembuangan sampah dari perlukaan
beberapa pasien dengan tetap menjaga (Tietjen, 2004).
kesterilannya. Tapi ada juga perawat yang Dalam pengelolaan limbah, rumah
melakukan penghematan instrumen, tapi sakit diwajibkan melakukan pemilahan
tidak berhasil menjaga kesterilan sehingga limbah dan menyimpannya dalam kantong
masih memungkinkan terjadinya plastik yang berbeda-beda berdasarkan
kontaminasi saat perawatan luka. Selain karakteristik limbahnya. Limbah domestik
teknik penghematan instrumen, perawat dimasukkan ke dalam kantong plastik
juga melakukan tindakan berdasarkan berwarna hitam, limbah infeksius ke dalam
pengklasifikasian berat ringan perawatan kantong plastik berwarna kuning.
luka pasien. Beberapa pasien (2-3 orang) Pengelolaan limbah medis secara khusus ini
dengan luka kering dan tertutup akan dilakukan untuk mencegah dampak negatif
dilakukan perawatan dengan satu set terhadap masyarakat dan lingkungan.
instrumen steril. Tapi pada beberapa Pemisahan limbah juga mengurangi jumlah
perawat, teknik penghematan instrumen ini limbah yang harus diolah atau dibakar
tidak disertai dengan perhatian yang serius kemudian dan menurunkan biaya
tentang jaminan kesterilan alat dan tidak pengelolaan limbah tersebut (Kusminarno,
melakukan pergantian sarung tangan 2004).
sehingga mikroorganisme dari pasien Pada prinsipnya kebersihan
pertama bisa saja berpindah ke pasien lingkungan di ruang rawat inap penyakit
berikutnya. bedah sudah berjalan baik, di ruang gudang
Menurut Tietjen (2004) untuk perawatan tersedia wadah sampah yang
mencegah infeksi silang, setiap prosedur berisikan kantong plastik dengan warna
perawatan luka, daerah steril harus dibuat berbeda, wadah sampahnya tersebut juga
dan dipelihara untuk menurunkan risiko mempunyai tutup dan setiap hari ada
kontaminasi di area prosedur tersebut petugas cleaning service yang
dilakukan. Pelihara sterilitas dengan jalan memindahkan sampah tersebut dan
memisahkan benda-benda steril dengan mengganti kantong plastiknya dengan
benda-benda terkontaminasi. Cara kantong baru.
menyediakan dan memelihara daerah steril
adalah gunakan baju dan sarung tangan Prinsip Penanganan Instrumen Tajam
steril, berhati-hati jika membuka set Penerapan prinsip penanganan
instrumen steril atau memindahkan benda- instrumen tajam oleh perawat pelaksana
8
Idea Nursing Journal Hajjul Kamil
9
Idea Nursing Journal Vol. II No. 1
konsep kritis lain dalam teori lingkungan tersebut. Biaya langsung merujuk kepada
Nightingale mengkhususkan terhadap tempat pelayanan kesehatan lanjutan yang
tinggal pasien, perawat dan lingkungan membutuhkan pengeluaran biaya yang lebih
fisik. Nightingale melihat bahwa tinggi, sedangkan biaya tidak langsung
lingkungan yang kotor merupakan sumber meliputi faktor-faktor seperti hilangnya
infeksi yang mengandung bahan organik. produktivitas, pemborosan biaya karena
Meskipun lingkungan dengan ventilasi yang kecacatan, dan penambahan biaya
baik, adanya material organik membuat perawatan.
area menjadi kotor. Oleh karena itu,
penanganan yang tepat dan pembuangan KESIMPULAN
kotoran dan limbah yang tepat dapat Penerapan prinsip kewaspadaan
mencegah kontaminasi lingkungan. standar oleh perawat pelaksana di ruang
Pendapat dan teori-teori tersebut rawat inap penyakit bedah RSUD dr.
tidak sesuai dengan hasil penelitian, Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2010
dimana 94,7 % perawat pelaksana di ruang berada pada kategori kurang 94,7%,
rawat inap bedah belum melaksanakan meliputi subvariabel prinsip cuci tangan
kewaspadaan standar dengan baik. Untuk pada kategori kurang 94,7%, prinsip
memudahkan tenaga kesehatan dalam penggunaan sarung tangan pada kategori
mematuhi dan menerapkan kewaspadaan kurang 94,7%, prinsip penggunaan masker
standar dalam praktik pencegahan dan pada kategori baik 92.1%, prinsip
pengontrolan infeksi, tenaga kesehatan penggunaan baju pelindung pada kategori
harus dididik mengenai risiko pekerjaan dan baik 76,3%, prinsip penanganan linen pada
memahami kebutuhan menggunakan kategori baik 89,5%, prinsip penanganan
kewaspadaan standar bagi setiap pasien peralatan perawatan pasien pada kategori
tanpa memandang diagnosisnya. baik 60,5%, prinsip kebersihan lingkungan
Pendidikan tersebut dapat berupa pelatihan pada kategori baik 89,5%, dan prinsip
reguler yang diadakan bagi tenaga penanganan instrumen tajam pada kategori
kesehatan. Pendapat ini juga tidak sesuai baik 86,8%.
dengan karakteristik responden yang
menunjukkan bahwa 92,1% perawat REKOMENDASI
pelaksana di ruang rawat inap penyakit Manajemen RSUD dr. Zainoel
bedah sudah pernah mengikuti pelatihan Abidin Banda Aceh agar dapat
control infection, namun pelaksanaan menyediakan berbagai fasilitas, bahan
kewaspadaan standar 94,7% pada katagori pendukung dan meningkatkan supervisi
kurang. terhadap kepatuhan penerapan kewaspadaan
Hasil ini tidak sepenuhnya menjadi standar sebagai tindakan pengontrolan
tanggung jawab perawat, karena dari infeksi. Perawat harus meningkatkan
beberapa pengamatan juga di jumpai bahwa keasadaran, tanggung jawab, pengetahuan
adanya keterbatasan persediaan fasilitas dan keterampilan dalam menerapkan
pendukung di ruang rawat inap penyakit kewaspadaan standar untuk mencegah
bedah dalam penerapan kewaspadaan penularan infeksi silang dalam upaya
standar. Hasil ini juga dapat di duga tidak meningkatkan kualitas pelayanan
hanya akan berdampak tidak baik terhadap keperawatan.
fisik dan psikologis pasien dan perawat,
tetapi juga terhadap pembiayaan kesehatan.
KEPUSTAKAAN
Menurut Institute of Medicine (2000), selain
konsekuensi kesehatan yang tidak Basford, L., 2006. Teori dan Praktik
menguntungkan yang diderita oleh banyak Keperawatan: Pendekatan Integral
orang sebagai akibat kesalahan medis, ada Pada Asuhan Pasien. Jakarta: EGC
biaya langsung dan tidak langsung yang
ditanggung oleh masyarakat secara Berman, A., 2009. Buku Ajar Praktik
keseluruhan sebagai akibat kesalahan Keperawatan Klinik. Jakarta: EGC
10
Idea Nursing Journal Hajjul Kamil
11