Anda di halaman 1dari 3

Radian Rachmadi Purnomo

1706617056
S1 Akuntansi D 2017

Resume Materi Ilmu Terikat Nilai dan Ilmu Bebas Nilai

Ilmu adalah sesuatu yang sangat penting bagi manusia, dimana ilmu merupakan
sarana yang membantu manusia untuk mencapai tujuan dalam hidupnya. Tetapi, dalam
perkembangan dan penerapannya, ilmu tidak hanya menjadi berkah dan penyelamat bagi
manusia, namun dapat juga menjadi bencana bagi manusia. Kemudian nilai merupakan tema
baru dalam filsafat aksiologi, cabang filsafat yang mempelajarinya, nilai merupakan suatu
tolak ukur kebaikan, keindahan dan kekudusan suatu objek tertentu.

Kemudian esensi dari ilmu pun mulai dipertanyakan, untuk apa sebenarnya ilmu itu
harus dipergunakan, dan haruskah dikaitkan dengan nilai-nilai moral? Dengan masalah-
masalah yang muncul dalam ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak inilah para
ilmuwan terlibat dalam perdebatan panjang, apakah ilmu-ilmu yang berkembang dengan
pesat tersebut bebas nilai atau justru tidak bebas nilai.

Hal ini mengingat bahwa terdapat dua pihak dimana, pihak pertama mengatakan
bahwa objektivitas merupakan ciri yang mutlak untuk suatu ilmu pengetahuan, sedangkan
pihak yang lainnya mengatakan bahwa subjek yang mengembangkan ilmu dihadapkan pada
nilai-nilai subjektif, seperti nila-nilai yang terkandung dalam masyarakat, seperti nilai agama,
nilai adat dan lain sebagainya yang ikut menentukan pilihan atas masalah dan kesimpulan
yang dibuatnya.

1. ILMU TERIKAT NILAI

Ilmu yang tidak bebas nilai (value bound) memandang bahwa ilmu itu akan
selalu terkait dengan nilai yang harus dikembangkan dengan mempertimbangkan
aspek nilai. Pengembangan ilmu tidak dapat terlepas dari nilai-nilai, kepentingan-
kepentingan baik dari segi politis, ekonomis, sosial, religius, ekologis, dan
sebagainya.

Dalam pandangan Habermas (penganut teori ilmu terikat nilai) bahwa ilmu
sendiri dikonstruksi untuk suatu kepentingan-kepentingan tertentu yaitu nilai
relasional antara manusia dan alam yakni ilmu pengetahuan alam, manusia dan
manusia yakni ilmu sosial, dan nilai penghormatan terhadap manusia. Jika lahirnya
ilmu itu terkait dengan nilai, maka ilmu itu sendiri tidak mungkin bekerja terpisah dari
nilai itu sendiri. Penganut value bound ini bahkan ada yang mengatakan bahwa nilai
adalah ruhnya ilmu. Jadi, ilmu tanpa nilai diibaratkan seperti tubuh tanpa ruh yang
berarti tidak berguna.

2. ILMU BEBAS NILAI

Ilmu bebas nilai (value free) mengatakan bahwa ilmu itu tidak memiliki
keterkaitan sama sekali dengan nilai. Bebas nilai maksudnya adalah setiap kegiatan
ilmiah harus didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan
menolak adanya faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu
pengetahuan itu sendiri.

Penganut dari teori ini menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral
terhadap nilai-nilai, baik secara ontologis maupun aksiologis. Dimana, ilmuwan
hanyalah menemukan pengetahuan dan selanjutnya terserah kepada orang lain untuk
mempergunakan pengetahuan tersebut, apakah akan dipergunakan untuk tujuan yang
baik atau sebaliknya. Bebas nilai maksudnya adalah tuntutan untuk suatu ilmu agar
keberadaannya dikembangkan dengan tidak memperhatikan nilai-nilai lain di luar
ilmu itu sendiri, tanpa pertimbangan moral, politik, maupun agama. Jadi, ilmu harus
dikembangkan semata-mata berdasarkan pertimbangan ilmiah murni.

Bagi penganut teori ilmu bebas nilai ini memiliki pendirian bahwa ilmu tidak
terikat oleh nilai, baik dalam proses penemuannya maupun penerapannya, sebab
petimbangan-pertimbangan moral atau nilai hanya akan menghambat pertumbuhan
dan perkembangan ilmu tersebut.

KESIMPULAN

Ilmu terikat nilai memandang bahwa ilmu itu akan selalu terkait dengan nilai yang
harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai. Pengembangan ilmu tidak dapat
terlepas dari nilai-nilai, dan kepentingan-kepentingan baik dari segi politis, ekonomis, sosial,
religius, ekologis, dan sebagainya. Kemudian ilmu bebas nilai mengatakan bahwa ilmu itu
tidak memiliki keterkaitan sama sekali dengan nilai. Dimana setiap kegiatan ilmiah harus
didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan menolak adanya
faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Mustansyir, Munir, 2003. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Tiara Wacana

Surajiyo. 2007. Suatu pengantar Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta:
Bumi aksara.

Anda mungkin juga menyukai