Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

ISOLASI SOSIAL

I. Masalah keperawatan
Isolasi sosial : menarik diri
II. Proses terjadinya masalah
a. Pengertian
Isolasi sosial adalah ketika seorang individu mengalami
penurunan atau balikan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya (Sutejo, 2016).
Isolasi sosial merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan
dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai
pernyataan negatif (Damaiyanti & Iskandar, 2012)
Isolasi sosial adalah ketidakmampuan untuk membina hubungan
erat, hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain (SDKI,
2016).
Isolasi sosial adalah suatu tindakan melepaskan diri baik
perhatian ataupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung
dapat bersifat sementara atau menetap (Muhith, 2015)

b. Faktor Predisposisi
 Biologis
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Insiden tertinggi skizofrenia misalnya ditemukan pada keluarga
dengan riwayat anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Selain
itu, kelainan pada struktur otak, seperti atrofi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik,
diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
 Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial
berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia
bayi sampai usia lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan
sosial yang positif, diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat
dilalui dengan sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat
menunjang perkembangan respon maladaptif.
 Sosial budaya
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan.
Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif seperti diasingkan dari lingkungan sosial.

c. Faktor Presipitasi
 Stressor fisik
Stressor fisik yang memicu isolasi sosial antara lain : menarik diri
dapat meliputi penyakit kronik dan keguguran.
 Stressor psikologis
Intensitas ansietas yang ekstrim akibat berpisah dengan orang lain
misalnya, memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu
untuk mengatasi masalah yang dapat menimbulkan berbagai masalah
gangguan berhubungan dengan tipe psikotik.
 Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya, misalnya menurunnya stabilitas unit keluarga,
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya.

d. Tanda dan Gejala


a. Data Subjektif
 Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang lain
 Klien merasa tidak aman saat berada dengan orang lain
 Klien mengatakan hubungan tidak berarti dengan orang lain
 Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
 Klien tidak mampu berkonsntrasi dan membuat keputusan
 Klien merasa tidak berguna
 Klien tidak yakin untuk melangsungkan hidup
b. Data Objektif
 Tidak memiliki teman dekat
 Menarik diri
 Tidak komunikatif
 Tindakan berulang dan tidak bermakna
 Asyik dengan pikirannya sendiri
 Tidak ada kontak mata
 Tampak sedih, apatis, dan afek tumpul

e. Batasan Karakteristik
1) Aspek fisik berupa :
 Tekanan darah meningkat
 Kulit wajah tampak merah
 Pandangan mata tajam
 Otot tegang
 Denyut nadi meningkat
 Pupil dilatasi
 Frekuensi BAK meningkat
2) Aspek emosi berupa :
 Emosi labil
 Tidak sabar
 Ekspresi wajah tegang
 Bicara dengan nada tinggi
 Suka berdebat
 Tampak memaksakan kehendak
3) Aspek perubahan perilaku berupa :
 Agresif
 Menarik diri
 Tampak bermusuhan
 Wajah sinis dan curiga
 Psikomotor meningkat
 Bicara keras dan kasar

f. Akibat
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik
diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga
yang dialami pasien dengan latar belakang yang penuh dengan
permasalahan, kekecewaan, ketegangan, dan kecemasan. Perasaan tidak
berharga dapat menyebabkan pasien makin sulit mengembangkan
berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi atau
mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian
terhadap penampilan dan kebersihan diri.

g. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi


Otonom Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narsisme
Saling ketergantungan

Keterangan :
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon individu menyelesaikan suatu hal
dengan cara yang dapat diterima oleh norma – norma masyarakat.
Respon ini meliputi :
1. Menyendiri
Respon yang dilakukan individu dalam merenungkan hal
yang terjadi atau dilakukan dengan tujuan untuk
mengevaluasi diri untuk kemudian menentukan rencana –
rencana.
2. Otonomi
Kemampuan individu dalam menyampaikan pikiran,
perasaan, dalam hubungan sosial. Individu mampu
menetapkan diri untuk interdependen dan pengaturan diri.
3. Kebersamaan
Kemampuan atau kondisi individu dalam hubungan
interpersonal dimana individu mampu untuk saling memberi
dan menerima dalam hubungan sosial.
4. Saling ketergantungan
Suatu hubungan saling bergantung antara satu individu
dengan individu dalam hubungan sosial.
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah dengan cara yang bertentangan dengan norma agama dan
masyarakat. Respon maladaptif antara lain :
1. Manipulasi
Gangguan sosial yang menyebabkan individu memperlakukan
sebagai objek dimana hubungan terpusat pada pengendalian
masalah orang lain dan individu cenderung berorientasi pada
diri sendiri. Sikap mengontrol digunakan sebagai pertahanan
terhadap kegagalan atau frustasi yang dapat digunakan
sebagai alat berkuasa atas orang lain.
2. Impulsif
Respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek
yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu
merencanakan, tidak mampu untuk belajar dari pengalaman,
dan tidak dapat melakukan penilaian secara objektif.
3. Narsisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
egosentris, harga diri rapuh, berusaha mendapatkan
penghargaan dan mudah marah jika tidak dukungan dari
orang lain.

h. Sumber Koping
Sumber koping yang berhubungan dengan respon maladaptif adalah :
1) Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan dalam.
2) Hubungan dengan hewan peliharaan yaitu dengan mencerahkan
perhatian pada hewan peliharaan.
3) Penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan stress interpersonal
(misalnya : kesenian, musik, dan tulisan).
i. Mekanisme Koping
Mekanisme yang berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang
spesifik yaitu sebagai berikut :
1) Proyeksi merupakan keinginan yang tidak dapat ditoleransi,
mencurahkan emosi pada orang lain karena kesalahan sendiri.
2) Isolasi merupakan perilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari
lingkungan dan orang lain.
3) Splitting atau memisah merupakan kegagalan individu dalam
mengintepretasikan dirinya dalam menilai baik dan buruk.

III. Pohon Masalah

Resiko perubahan persepsi sensori


: Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik diri

Gangguan Konsep Diri : Harga


Diri Rendah
IV. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji

No. Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji


1. Isolasi Sosial : Menarik diri Data Subjektif :
 Klien mengatakan saya tidak
mampu
 Klien mengatakan saya tidak bisa
 Klien mengatakan tidak tahu apa –
apa
 Klien mengatakan dirinya bodoh
 Klien mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri
Data Objektif
 Klien tampak lebih suka
menyendiri
 Klien tampak bingung
 Klien berkeinginan mencederai
diri sendiri/mengakhiri hidup
 Klien terlihat apatis
 Ekspresi wajah klien sedih
 Klien sering melamun
 Afek tumpul
 Klien tampak banyak diam
 Komunikasi klien tidak ada
 Kontak mata klien kurang
2. Resiko perubahan persepsi Data Subjektif
sensori : halusinasi  Mengungkapkan mendengar bunyi
yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
 Mengungkapkan melihat
gambaran tanpa stimulus nyata
 Merasakan makan sesuatu
 Merasakan ada sesuatu di
mulutnya
 Merasa takut pada
suara/bunyi/gambar.
 Merasa ingin memukul atau
melempar
Data Objektif
 Berbicara dan tertawa sendiri
 Bersikap seperti mendengar atau
melihat sesuatu
 Berhenti berbicara di tengah
kalimat untuk mendengar sesuatu
 Disorientasi
3. Gangguan konsep diri : Data Subjektif :
Harga Diri Rendah  Mengungkapkan tidak mampu dan
tidak bisa melakukan apa – apa
 Mengkritik diri sendiri
 Mengungkapkan rasa malu
terhadap diri sendiri
Data Objektif
 Klien tampak lebih suka
menyendiri
 Bingung bila diminta sesuatu
dalam memilih alternatif tindakan
 Ingin mencederai diri sendiri
 Tampak putus asa
Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa PERENCANAAN
. Keperawatan Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
Evaluasi
1. Isolasi TUM : Setelah 1 x  Bina hubungan Membuat
Sosial : Klien dapat interaksi, klien saling percaya hubungan
Menarik diri berinteraksi menunjukkan dengan saling percaya
dengan orang tanda – tanda mengemukakan dengan klien.
lain percaya kepada prinsip Kontak yang
perawat : komunikasi jujur, singkat,
TUK 1 : a. Ekspresi wajah terapeutik : dan konsisten
Klien dapat cerah, a. Mengucapka dengan
membina tersenyum n salam perawat dapat
hubungan b.Mau berkenalan terapeutik. membantu
saling c. Ada kontak Sapa klien klien membina
percaya mata dengan kembali
d.Bersedia ramah, baik interaksi penuh
menceritakan verbal percaya dengan
perasaan maupun non orang lain.
e. Bersedia verbal.
mengungkapka b. Berjabat
n masalah. tangan
dengan klien.
c. Perkenalkan
diri dengan
sopan
d. Tanyakan
nama
lengkap dan
nama
panggilan
yang disukai
klien.
e. Jelaskan
tujuan dari
pertemuan.
f. Membuat
kontrak,
topik, waktu,
dan tempat
setiap kali
bertemu klien
g. Tunjukkan
sikap empati
dan
menerima
klien apa
adanya.
h. Beri
perhatian
kepada klien
dan perhatian
kebutuhan
dasar klien.
TUK 2 : Kriteria  Tanyakan pada Dengan
Klien mampu Evaluasi : klien tentang : mengetahui
menyebutkan 1. Klien dapat a. Orang yang tanda dan
penyebab menyebutkan tinggal gejala isolasi
isolasi sosial minimal satu serumah atau sosial yang
penyebab sekamar muncul,
isolasi sosial. dengan klien. perawat dapat
Penyebab b. Orang yang menentukan
munculnya paling dekat langkah
isolasi sosial : dengan klien intervensi
diri sendiri, di rumah atau selanjutnya.
orang lain, dan ruang
lingkungan. perawatan.
c. Hal apa yang
membuat
klien dekat
dengan orang
tersebut.
d. Orang yang
tidak dekat
dengan klien
baik di rumah
atau di ruang
perawatan.
e. Apa yang
membuat
klien tidak
dekat dengan
orang
tersebut.
f. Upaya yang
sudah
dilakukan
agar dekat
dengan orang
lain.
 Diskusikan
dengan klien
penyebab isolasi
sosial atau tidak
mau bergaul
dengan orang
lain.
 Beri pujian
terhadap
kemampuan
klien dalam
mengungkapkan
perasaan.
TUK 3 : Kriteria  Tanyakan klien Perbedaan
Klien mampu Evaluasi : tentang : seputar
menyebutkan 1. Klien dapat a. Manfaat manfaat
keuntungan menyebutkan hubungan hubungan
berhubungan keuntungan sosial. sosial dan
sosial dan dan kerugian b. Kerugian kerugian
kerugian dari dalam hubungan isolasi sosial
isolasi sosial. berhubungan sosial. membantu
sosial, seperti :  Diskusikan klien
a. Banyak bersama klien mengidentifika
teman. tentang manfaat si apa yang
b. Tidak berhubungan terjadi pada
kesepian. sosial dan dirinya,
c. Bisa kerugian dari sehingga dapat
diskusi. isolasi sosial. diambil
d. Saling  Beri pujian langkah untuk
menolong. terhadap mengatasi
2. Klien dapat kemampuan masalah ini.
menyebutkan klien dalam
kerugian mengungkapkan Penguatan
menarik diri, perasaannya. (reinforcement)
seperti : dapat
a. Sendiri. membantu
b. Kesepian. meningkatkan
c. Tidak bisa harga diri
diskusi. klien.
TUK 4 : Kriteria  Observasi Kehadiran
Klien dapat Evaluasi : perilaku klien orang yang
melaksanakan 1. Klien dapat ketika dapat
hubungan melaksanakan berhubungan dipercaya
sosial secara hubungan sosial. memberi klien
bertahap. sosial secara  Jelaskan kepada rasa aman dan
bertahap klien cara terlindungi.
dengan : berinteraksi
a. Perawat dengan orang
b. Perawat lain.
lain.  Berikan contoh
c. Klien lain. cara berbicara
d. Keluarga. dengan orang
e. Kelompok. lain.
 Beri kesempatan
klien
mempraktikkan
cara berinteraksi
dengan orang
lain yang
dilakukan di
hadapan perawat.
 Bantu klien
berinteraksi
dengan satu
orang teman atau
anggota keluarga.
 Bila keluarga
sudah
menunjukkan
kemajuan,
tingkatkan
jumlah interaksi
dengan dua, tiga,
empat orang atau
seterusnya.
 Beri pujian untuk
setiap kemajuan
interaksi yang
telah dilakukan
oleh klien.
 Latih klien
bercakap – cakap
dengan anggota
keluarga saat
melakukan
kegiatan harian
dan kegiatan
rumah tangga.
 Latih klien
bercakap – cakap
saat melakukan
kegiatan sosial
misalnya :
belanja ke
warung, ke pasar,
ke pasar, ke
bank, dan lain –
lain.
 Siap
mendengarkan
ekspresi perasaan
klien setelah
berinteraksi
dengan orang
lain. Mungkin
klien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya.
Beri dorongan
terus – menerus
agar klien tetap
semangat
meningkatkan
interaksinya.
TUK 5 : Kriteria  Diskusikan Ketika klien
Klien mampu Evaluasi : dengan klien merasa dirinya
menjelaskan 1. Klien dapat tentang lebih baik dan
perasaannya menjelaskan perasaannya mempunyai
setelah perasaannya setelah makna,
berhubungan setelah berhubungan interaksi sosial
sosial. berhubungan sosial dengan : dengan orang
sosial dengan : a. Orang lain lain dapat
a. Orang lain b. Kelompok ditingkatkan.
b. kelompok  Beri pujian
terhadap
kemampuan
klien dalam
mengungkapkan
perasaannya.
TUK 6 : Kriteria  Diskusikan Dukungan dari
Klien Evaluasi : pentingnya peran keluar
mendapat 1. Isolasi sosial serta keluarga merupakan
dukungan beserta tanda sebagai bagian penting
keluarga dan gejalanya. pendukung untuk dari rehabilitasi
dalam 2. Penyebab dan mengatasi klien.
memperluas akibat dari perilaku isolasi
hubungan isolasi sosial. sosial.
sosial. 3. Cara merawat  Diskusikan
klien menarik potensi keluarga
diri. untuk membantu
klien mengatasi
perilaku isolasi
sosial.
 Jelaskan pada
keluarga
tentang :
a. Isolasi sosial
beserta tanda
dan
gejalanya
b. Penyebab
dan akibat
isolasi
sosial.
c. Cara
merawat
klien isolasi
sosial.
 Latih keluarga
cara merawat
klien isolasi
sosial.
 Tanyakan
perasaan
keluarga setelah
mencoba cara
yang dilatihkan.
 Beri motivasi
keluarga agar
membantu klien
untuk
bersosialisasi.
 Beri pujian
kepada keluarga
atas
keterlibatannya
merawat klien di
rumah sakit.
TUK 7 : Kriteria  Diskusikan Membantu
Klien dapat Evaluasi : dengan klien dalam
memanfaatka a. Manfaat tentang manfaat meningkatkan
n obat dengan minum obat dan kerugian perasaan
baik b. Kerugian yang tidak minum kendali dan
ditimbulkan obat, nama, keterlibatan
akibat tidak warna, dosis, dalam
minum obat. cara efek terapi, perawatan
c. Nama, warna, dan efek samping kesehatan
efek terapi dan penggunaan obat. klien.
efek samping  Pantau klin pada
obat. saat penggunaan
d. Akibat obat.
berhenti  Berikan pujian
minum obat kepada klien jika
tanpa klien
konsultasi menggunakan
dokter. obat dengan
benar.
 Diskusikan
akibat berhenti
minum obat
tanpa konsultasi
dokter.
 Anjurkan klien
untuk konsultasi
dengan dokter
atau perawat jika
terjadi hal – hal
yang tidak
diinginkan.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
ISOLASI SOSIAL

PASIEN KELUARGA
Strategi Pelaksanaan 1 Strategi Pelaksanaan 1
(SP 1) (SP 1)
 Membina hubungan saling percaya.  Mendiskusikan masalah yang dirasakan
 Mengidentifikasi penyebab dari isolasi keluarga dalam merawat pasien.
sosial.  Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
 Berdiskusi dengan pasien tentang isolasi sosial yang dialami oleh klien
keuntungan berinteraksi dengan orang beserta proses terjadinya.
lain.  Menjelaskan cara cara merawat klien
 Berdiskusi dengan pasien tentang dengan isolasi sosial.
kerugian berinteraksi dengan orang
lain.
 Mengajarkan pasien cara berkenalan
dengan satu orang.
 Menganjurkan pasien memasukkan
kegiatan latihan berbincang – bincang
dengan orang lain dalam kegiatan
harian.
Strategi Pelaksanaan 2 Strategi Pelaksanaan 2
(SP 2) (SP 2)
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian  Melatih keluarga mempraktikkan cara
pasien. merawat klien dengan isolasi sosial.
 Memberikan kesempatan kepada pasien  Melatih keluarga mempraktikkan cara
mempraktekkan cara bertemu dengan merawat langsung kepada klien isolasi
satu orang. sosial.
 Membantu pasien memasukkan kegiatan
berbincang – bincang dengan orang lain.

Strategi Pelaksanaan 3 Strategi Pelaksanaan 3


(SP 3) (SP 3)
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian  Membantu keluarga membuat jadwal
pasien. aktivitas di rumah termasuk minum obat
 Memberikan kesempatan untuk (discharge planning)
berkenalan.  Menjelaskan follow up klien setelah
 Menganjurkan pasien memasukkan ke pulang.
dalam jadwal kegiatan.
Strategi Pelaksanaan 4
(SP 4)
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien.
 Memberikan kesempatan pada pasien
untuk berkenalan.
 Menganjurkan memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian.
Strategi Pelaksanaan 5
(SP 5)
 Evaluasi jadwal kegiatan harian untuk
berkenalan dengan orang lain secara
bertahap dan sudah dilatih.
 Latih pasien minum obat secara teratur
disertai dengan penjelasan.
 Susun jadwal minum obat secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT.


Refika Aditama

Muhith , Abdul. 2015 Pendidikan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta : Penerbit Andi

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Indikator Diagnostik, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI

Sutedjo. 2016. Keperawatan Jiwa. Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan


Kesehatan Jiwa : Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta : Pustaka
Baru Press.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperwatan Jiwa.


Yogyakarta. Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai