Anda di halaman 1dari 11

P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 233-243

e-ISSN: 2503-023X DOI: 10.24042/jpifalbiruni.v5i2.123


Oktober 2016

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CUPS: DAMPAK


TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
PESERTA DIDIK MADRASAH ALIYAH MATHLA’UL ANWAR
GISTING LAMPUNG

Antomi Saregar 1, Sri Latifah2, Meisita Sari 3


1, 2,3
Pendidikan Fisika, IAIN Raden Intan Lampung, Indonesia; e-mail: antomisaregar@radenintan.ac.id

Diterima: 16 September 2016. Disetujui: 10 Oktober 2016. Dipublikasikan: Oktober 2016

Abstract: This study aims to determine the effectiveness of the learning model CUPs (Conceptual
Understanding Procedures) against higher order thinking skills (HOTS) of students on class X IPA
Madrasah Aliyah Mathla'ul Anwar Gisting. The method used is a quasi-experimental design with non-
equivalent control group. Test independent with sample t-test was used to determine differences in high-
level thinking skills students use models of cups with direct instructional model. The results of the analysis
states that there are differences in the average high-level thinking skills among learners using CUPs
models with conventional instructional model. The effectiveness of the use models of CUPs better in
improving higher order thinking skills of students, it can be seen from the value obtained effect size of 0.3
is included in the medium.

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini, adalah untuk meninjau efektivitas penggunaan model pembelajaran
CUPs (Conceptual Understanding Procedures) terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi (KBTT) peserta
didik kelas X IPA MA Mathla’ul Anwar Gisting. Metode penelitian yang dipilih yakni kuasi eksperimen
dengan desain non equivalent control group. Uji independent sample t-test digunakan untuk mengetahui
perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik menggunakan model CUPs dengan model
pembelajaran langsung. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata kemampuan
berpikir tingkat tinggi peserta didik antara menggunakan model CUPs dengan model pembelajaran
konvensional. Efektivitas penggunaan model CUPs lebih efektif dalam meningkatkan KBTT peserta didik,
ditunjukkan dari nilai effect size yang diperoleh sebesar 0,3 termasuk dalam kategori sedang.

© 2016 Pendidikan Fisika, FTK IAIN Raden Intan Lampung

Kata kunci: conceptual understanding procedures learning model, efect size, KBTT, kemampuan berpikir
tingkat tinggi, model CUPs

PENDAHULUAN sehingga mampu mendorong peserta didik


Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk mengembangkan kemampuan
pada peraturan Menteri Pendidikan berpikirnya. (Shidiq et al., 2014;
Nasional nomor 23 Tahun 2006 untuk Lindawati et al., 2016).
SMA/MA yang antara lain menyebutkan Kemampuan berpikir tingkat tinggi
bahwa lulusan SMA/MA harus dapat (KBTT), dapat membuat seorang individu
membangun dan menerapkan informasi mampu menafsirkan, menganalisis atau
dan pengetahuan secara logis, kritis, memanipulasi informasi yang diperoleh
kreatif, dan inovatif juga harus dapat (Yee et al., 2015). Kemampuan berpikir
menunjukkan kemampuan berpikir logis, tingkat tinggi dapat diketahui dari
kritis, kreatif, dan inovatif dalam kemampuan peserta didik pada tingkat
pengambilan keputusan. Demi analisis, sintesis dan evaluasi.
terciptaptanya SKL yang telah ditetapkan, (Kawawung, 2011; Lewy et al., 2009).
instrumen penilaian haruslah berorientasi Kemampuan berpikir tingkat tinggi
pada keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan kritis, kreatif,
234 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 233-243

logis, reflektif, metakognitif dan berpikir kehidupan sehari-hari peserta didik, dan
kreatif. (King et al., 1998). pokok bahasan ini dapat dilakukan di
Selain itu, kemampuan berpikir sekolah yang minim dengan peralatan
tingkat tinggi tidak hanya memerlukan laboratorium. (Ardani et al., 2014).
kemampuan mengingat saja, akan tetapi Pembelajaran materi fluida statis
dalam praktiknya, juga memerlukan hendaknya diselenggarakan dengan fokus
kemampuan berpikir kritis dan kreatif membangun kompetensi berpikir kritis
(Rosnawati, 2009). Apabila peserta didik peserta didik. Terdapat langkah-langkah
memiliki kemampuan berpikir kreatif dan dalam mengembangkan kemampuan
kritis maka dapat peserta didik mampu berpikir kritis (Herdianto et al., 2014),
mengembangkan diri dalam membuat dalam penelitian ini dapat
keputusan, penilaian dan menyelesaikan mengembangkan KBTT peserta didik.
masalah dengan tepat (Hidayat, 2012). Materi dikaitkan dengan kehidupan
Salah satu cara untuk meningkatkan sehari-hari agar peserta didik dapat
KBTT peserta didik adalah dengan menelaah konsep. (Rahmawati et al.,
menghadapkan peserta didik dalam suatu 2012).
masalah yang belum mereka temui Adapun beda penelitian ini dengan
sebelumnya, disinilah proses berpikir penelitian yang sudah ada yakni terdapat
mereka akan muncul. Dengan demikian, pada model pembelajaran CUPs yang
KBTT peserta didik akan dapat terus digunakan sebagai variabel bebas. Model
terlatih. (Rofiah et al., 2013). Maka dari pembelajaran CUPs ini diyakini mampu
itu perlu diadakan pembelajaran yang memberikan warna tersendiri dalam
dapat melatih kemampuan berpikir proses pembelajaran di kelas, terutama
peserta didik. Kondisi pembelajaran kaitannya terhadap KBTT peserta didik.
sebelumnya hendaknya diperbaiki, salah
satunya dengan menggunakan pendekatan LANDASAN TEORI
pembelajaran saintifik (Saregar, 2016), Efektivitas pembelajaran secara
pendekatan pembelajaran kontekstual konseptual dapat diartikan sebagai
(Saregar, Sunarno, & Cari, 2013), serta perlakuan dalam proses pembelajaran
menggunakan variasi model yang berdampak pada keberhasilan usaha
pembelajaran. (Yuliani et al., 2012; atau tindakan terhadap hasil belajar
Jayanti, Romlah, & Saregar, 2016). peserta didik (Rifa’i, 2013). Efektivitas
Model pembelajaran Conceptual dalam penelitian ini berhubungan dengan
Understanding Procedures (CUPs) model CUPs (Conceptual Understanding
bertujuan untuk membantu meningkatkan Procedures) terhadap kemampuan tingkat
pemahaman konsep (Mahmudah et al., tinggi peserta didik dalam pelajaran
2015; Gummah et al., 2014). Pemahaman Fisika.
konsep juga penting, agar konsep-konsep Model CUPs berbasis pada
yang sudah diterima oleh peserta didik pendekatan kontruktivisme dengan dasar
dapat bertahan lama. (Anisa et al., 2013). bahwa peserta didik mengkontruksi
Proses mengingat kembali tentang apa pemahaman suatu konsep dengan
yang telah terlupa dan mengingat untuk memperluas atau memodifikasi
memahami ilmu pengetahuan baru dalam pengetahuan yang sudah ada didalam
proses berpikir seseorang. dirinya (Hikmah et al., 2014). Model
Salah satu materi Fisika yang CUPs dibangun atas tiga fase, yaitu: 1.
memerlukan pemahaman konsep dan fase individu, peserta didik dilatih untuk
kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah mengemukakan pendapat setelah
materi fluida statis. Fluida statis secara memperhatikan atau mengamati
kontekstual erat kaitannya dengan demonstrasi; 2. Fase kerja kelompok,
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 233-243 235

dimana peserta didik berdiskusi Indikator untuk mengukur kemampuan


kelompok, peserta didik bertukar pikiran berpikir tingkat tinggi meliputi:
satu sama lain dan dapat menemukan 1. menganalisis, memisahkan materi
jawaban yang tepat; 3. Fase presentasi, menjadi bagian-bagian penyusunannya
Pendidik dapat menilai perkembangan dan mendeteksi bagaimana suatu
pemahaman konsep peserta didik bagian berhubungan dengan satu
berdasarkan jawaban kelompok yang bagiannya yang lain.
dipresentasikan (Ismawati et al., 2014). 2. membedakan, peserta didik mampu
Model CUPs merupakan membedakan bagian tidak relevan dan
pembelajaran kooperatif yang artinya yang relevan atau dari bagian penting
mengerjakan sesuatu secara berkelompok ke bagian tidak penting dari suatu
dengan saling membantu satu sama materi yang diberikan.
lainnya sebagai satu tim (Yulianti et al., 3. mengorganisasikan, peserta didik
2013). Pembelajaran kooperatif adalah mampu menentukan bagaimana suatu
sistem pembelajaran yang berusaha elemen cocok dan dapat berfungsi
memanfaatkan teman sejawat (peserta bersama-sama didalam suatu struktur.
didik lain) sebagai sumber belajar, di 4. menghubungkan, peserta didik
samping pendidik dan sumber belajar mampu menentukan inti konsep materi
lainnya (Munawaroh et al., 2012). yang dipelajari.
Belajar bergotong-royong, dan setiap 5. mengevaluasi, mampu membuat
anggota kelompok/tim saling membantu keputusan berdasarkan kriteria yang
merupakan inti dari model pembelajaran standar, seperti mengecek dan
ini (Anggraini, 2011). Pembelajaran mengkritik.
kooperatif dapat membina pengetahuan, a. mengecek, peserta didik mampu
konsep dan ide secara aktif, akhirnya melacak ketidak konsistenan suatu
berdampak pada peningkatan pemahaman proses atau hasil, menentukan
peserta didik, dan lebih bersemangat proses atau hasil yang memiliki
untuk belajar. (Isjoni, 2013). kekonsistenan internal atau
Kemampuan berpikir tingkat tinggi mendeteksi keefektifan suatu
dapat membuat seorang individu prosedur yang sedang diterapkan.
menafsirkan, menganalisis atau b. mengkritisi, terjadi ketika peserta
memanipulasi informasi. (Yee et al., didik mendeteksi ketidak
2014). Dengan kemampuan berpikir konsistenan antara hasil dan
tingkat tinggi, peserta didik dapat beberapa kriteria luar atau
membedakan ide atau gagasan secara keputusan sesuai dengan prosedur
jelas, mampu memecahkan masalah, masalah yang diberikan.
berargumentasi dengan baik, mampu 6. menciptakan, menempatkan element
berhipotesis dan memahami hal-hal bersama-sama untuk membentuk
kompleks menjadi lebih jelas (Widodo et suatu keseluruhan yang koheren atau
al., 2013). Berpikir tingkat tinggi juga membuat hasil yang asli, seperti
dapat diartikan sebagai berpikir pada menyusun, merencanakan dan
tingkat lebih tinggi daripada sekedar menghasilkan.
menghafalkan fakta atau menyatakan a. menyusun, melibatkan penemuan
sesuatu kepada seseorang persis seperti hipotesis berdasar kreteria yang
sesuatu itu dikomunikasikan kepada kita ada.
(Walid et al., 2015). b. merencanakan, suatu cara dalam
Terdapat beberapa indikator apabila membuat rancangan untuk
seseorang dikatakan memiliki menyelesaikan tugas yang
kemampuan berpikir tingkat tinggi. diberikan.
236 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 233-243

c. menghasilkan, membuat sebuah tes essay sebanyak 8 soal, untuk


produk. Peserta didik diberikan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan
deskripsi dari suatu hasil dan lembar observasi sebagai pedoman siapa
harus menciptakan produk yang saja yang melakukan aktivitas
sesuai dengan diskripsi yang kemampuan berpikir tingkat tinggi.
diberikan. (Rachel dan Mildred, Sebelum soal digunakan untuk
2008). penelitian terhadap kemampuan berpikir
Tujuh karakteristik proses berpikir tingkat tinggi, terlebih dahulu diuji
tingkat tinggi, yaitu: melibatkan penilaian validitas, reliabilitas, daya beda dan
dan interpretasi, mengkonstruksi tingkat kesukaran. Analisis data
formulasi baru, mencari makna, menggunakan PASW 17.00 untuk
kompleks, bersifat non-algoritmik, menguji normalitas, homogenitas dan
berakhir pada pemecahan dengan hipotesis.
berbagai strategi dan perlunya Keefektifan model CUPs, diuji
kemandirian dan penuh semangat. dengan effect size (Arista et al., 2014;
Menurut pendapat ini, berpikir tingkat Erpina et al., 2014; Nigsih, 2012) yang
tinggi terkait dengan kemampuan merupakan ukuran mengenai besarnya
mengambil keputusan dan efek suatu variabel pada variabel lain.
mengkonstruksi formulasi masalah, Variabel yang sering terkait biasanya
bersifat non-algoritmik dan berakhir variabel independen dan variabel
dengan berbagai solusi dan kriteria. dependen.
(Pardjono dan Wardaya, 2009). Effect size dapat dihitung dengan
formulasi (Cohen, 1998) dan kemudian di
METODE PENELITIAN jabarkan lebih rinci oleh (Hake, 2002)..
Kuasi eksperimen dengan desain
non equivalent control group merupakan
metode penelitian yang digunakan. Keterangan:
Penelitian ini menggunakan dua variabel, d = effect size
yakni model CUPs sebagai pvariabel mA = nilai rata-rata gain kelas
bebas dan kemampuan berpikir tingkat eksperimen
tinggi sebagai variabel terikatnya. mB = nilai rata-rata gain kelas
Penelitian dilaksanakan di control
Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar sdA = standar deviasi kelas
Gisting pada bulan Mei 2016. Populasi eksperimen
berjumlah 52, dengan sampel kelas X IPA sdB = standar deviasi kelas
1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X kontrol
IPA 2 sebagai kelas kontrol.
Tekhnik pengambilan sampel Kriteria besar kecilnya effect size
dilakukan dengan sampling jenuh, yaitu dapat dilihat sebagai berikut:
semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. (Sugiyono, 2015).
Instrumen penelitian ini menggunakan

Tabel 1 Kriteria effect size


Effect Size Kategori
d < 0,2 Kecil
0,2 < d < 0,8 Sedang
d > 0,8 Tinggi
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 233-243 237

Kemampuan berpikir tingkat tinggi tinggi, maka data skor yang diperoleh
dikelompokkan menjadi lima kategori dikonversikan kedalam lima kategori
yaitu: sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, sesuai rumus konversi yang diadaptasi
sangat rendah. Untuk menginterpretasikan oleh Anas Sudjono dalam Irvan (Irvan
hasil tes kemampuan berpikir tingkat dan Lubis, 2011).

Tabel 2 Pedoman konversi data kuantitatif ke data kualitatif dengan skala 5


Skor Interval Skor Rentang Skor Kategori
5 X ≥ Mi + 1,5 (SDi) X ≥ 31,95 Sangat Tinggi
Mi + 0,5 (SDi) ≤ X < 26,65 ≤ X
4 Tinggi
Mi + 1,5 (SDi) 31,95
Mi - 0,5 (SDi) ≤ X < 21,35 ≤ X <
3 Cukup
Mi + 0,5 (SDi) 26,65
Mi - 1,5 (SD 16,05 ≤ X <
2 Rendah
i) ≤ X < Mi - 0,5 (SDi) 21,35
1 X < Mi - 1,5 (SDi) X < 16,05 Rendah Sekali

HASIL DAN PEMBAHASAN adakah perubahan kemampuan berpikir


Pretest dilakukan untuk tingkat tinggi peserta didik. Berikut data
mengetahui level KBTT awal peserta perolehan nilai KBTT kelas eksperimen
didik, dan postest digunakan untuk dan kelas kontrol yang dapat dilihat pada
mengetahui Tabel 3.

Tabel 3 Deskripsi KBTT awal dan akhir peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol
KBTT
KBTT
No Data Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Nilai 32,5 77,5
1 35 85
Tertinggi
Nilai 17,5 50
2 22,5 50
Terendah
3 Mean 26,4 68,3 25,0 65,0

Standar 4,2 8,5


4 3,01 11,9
Deviasi

Tabel 3 menunjukkan data KBTT KBTT akhir dari kedua kelas


awal pada kelas eksperimen dan kelas menunjukkan perbedaan yang signifikan.
kontrol relatif sama. KBTT awal peserta Selisih KBTT akhir dari kedua kelas
didik antara kelas eksprimen dan kelas sebesar 3,3.
kontrol memiliki selisih sebesar 1,4. Berikut hasil perolehan perbedaan
kemampuan berpikir tingkat tinggi awal
dan akhir dapat dilihat pada Tabel 4.
238 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 233-243

Tabel 4 Data frekuensi pengkategorian KBTT

Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


No KBTT KBTT KBTT
KBTT Sesudah
Sebelum Sebelum Sesudah
1 Sangat Tinggi 0 3 0 0
2 Tinggi 0 15 0 15
3 Cukup 0 6 0 8
4 Rendah 0 2 0 3
5 Sangat Rendah 26 0 26 0
Jumlah 26 26 26 26

Terlihat pada tabel 4, bahwa 1. Uji Normalitas


terdapat perbedaan antar ke dua kelas. Uji ini dilakukan untuk mengetahui
Perolehan kemampuan berpikir tingkat apakah data sampel terdistribusi normal
tinggi kelas eksperimen sampai pada
atau tidak. (Lucya et al., 2013). Untuk
tahap sangat tinggi, sedangkan kelas
kontrol hanya pada tahap tinggi saja. menguji normalitas pada penelitian ini
Perbedaan tersebut perlu diuji lebih menggunakan uji one kolmogorof smirnov
lanjut. Sebelum melakukan uji perbedaan pada program PASW 17.00 dengan taraf
rerata, perlu melakukan uji normalitas dan signifikan 5%. Adapun ketentuan uji
uji homogenitas. ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Ketentuan uji normalitas


Sig Kriteria
Sig > 0,05 Normal
Sig < 0,05 Tidak Normal

Tabel 6 Hasil uji normalitas


Kelompok Sampel Sig Kesimpulan
KBTT Sebelum (KE) 0,195 Normal
KBTT Sesudah (KE) 0,199 Normal
KBTT Sebelum (KK) 0,225 Normal
KBTT Sesudah (KK) 0,193 Normal

Tabel 6 menunjukkan data uji homogenitas varians. (Erpina et al.,


kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta 2014). Uji homogenitas bertujuan untuk
didik kelas eksperimen dan kelas kontrol mencari tahu apakah dari kelas
memiliki nilai sig > 0,05, sehingga data
eksperimen dengan kelas kontrol
variabel kemampuan berpikir tingkat
tinggi berdistribusi normal. memiliki varians yang sama atau tidak.
Untuk menguji homogenitas pada
penelitian ini menggunakan uji
2. Uji Homogenitas homogeneity of variances pada program
Apabila data terdistribusi dengan PASW 17.00 dengan taraf signifikan 5%.
normal, maka selanjutnya menggunakan Ketentuan uji ditunjukkan pada Tabel 7.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 233-243 239

Tabel 7 Ketentuan uji homogenitas


Sig. Kriteria
Sig > 0,05 Homogen
Sig < 0,05 Tidak
Homogen

Hasil analisis uji homogenitas dapat


dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil uji homogenitas kemampuan berikir tingkat tinggi


Data F Sig Kesimpulan
KBTT Sebelum 5,136 0,068 Homogen
KBTT Sesudah 0,309 0,581 Homogen

Tabel 8 menunjukkan kemampuan 3. Uji Hipotesis


berpikir tingkat tinggi awal dan akhir Jika data sudah dikatakan
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen,
memiliki sig > 0,05 sehingga dapat maka dilanjutkan dengan melakukan
disimpulkan bahwa varians antar uji independent sample t-test, dengan
kelompok bersifat homogen, yang artinya taraf signifikan 5%. Dengan ketentuan
bahwa sampel yang digunakan pada uji pada Tabel 9.
penelitian ini pada tingkatan level yang
sama.
Tabel 9 Ketentuan uji hipotesis
Sig Keterangan Artinya
Tidak terdapat perbedaan kemampuan
Ho diterima,
Sig > 0,05 berpikir tingkat tinggi antara kelas
Ha ditolak
eksperimen dengan kelas kontrol
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir
Ho ditolak, Ha
Sig < 0,05 tingkat tinggi antara kelas eksperimen
diterima
dengan kelas kontrol

Berikut hasil analisa yang didapat sebagai


berikut:
Tabel 10 Hasil uji hipotesis kemampuan berpikir tingkat tinggi
Data T Sig Kesimpulan
KBTT Sebelum 1,224 0,227 Tidak ada perbedaan
KBTT Sesudah 1,145 0,036 Ada perbedaan
maka dapat disimpulkan bahwa,
Tabel 10 menunjukkan bahwa hasil kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta
uji t ditemukan nilai t sebesar 5,174 didik kelas eksperimen dengan model
dengan sig 2-tailed 0,039. Oleh karena CUPs (Conceptual Understanding
nilai sig < 0,05 maka dapat disimpulkan Procedures) lebih efektif daripada
bahwa ada perbedaan rata-rata kemampuan berpikir tingkat tinggi kelas
kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta konvensioan dengan model pembelajaran
didik. Oleh karena skor rata-rata langsung.
kemampuan berpikir tingkat tinggi kelas 4. Effect Size
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol,
240 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 233-243

Effect size digunakan sebagai ukuran terhadap kemampuan berpikir tingkat


mengenai tingkat keberhasilan dalam tinggi menggunakan rumus effect size.
penelitian. (Huck, 2012). Kefektifan Berikut hasil perolehan analisis effect
model pembelajaran Conceptual size:
Understanding Procedures (CUPs)

Tabel 11 Hasil effect size

Rata-Rata Standar Effect


Kelas Ket
Gain (M) Deviasi(sd) Size(d)
Eksperimen 43,55 69,53 0,3 Sedang
Kontrol 40,00 249,75
pendapat untuk membangun konsep
Tabel 11 menunjukkan bahwa materi yang dipelajari bersama. Kerja
perolehan effect size sebesar 0,3 maka kelompok membuat peserta didik timbul
termasuk dalam kategori sedang. Hal ini rasa keinginan untuk membantu peserta
menunjukkan bahwa model CUPs didik lainnya dalam kelompok, yang
(Conceptual Understanding Procedures) mengalami kesulitan, sehingga membuat
memberi pengaruh yang cukup tinggi peserta didik menjadi semangat untuk
terhadap kemampuan berpikir tingkat mengembangkan kemampuan berpikirnya
tinggi peserta didik pada mata pelajaran (Ratna et al., 2015). Selain itu, tujuan
Fisika. dari kerja kelompok adalah untuk
Model CUPs (Conceptual menjelaskan apa yang mereka pikirkan,
Understanding Procedures) terbukti lebih menemukan kesalahan dalam penalaran
efektif terhadap kemampuan berpikir dan akhirnya mencapai kesimpulan pada
tingkat tinggi pada materi fluida statis. jawaban, yang kemudian ditransfer ke
Pada saat pembelajaran, peserta didik di dalam LKPD, yang diisi oleh masing-
kelas eksperimen melakukan tiga fase masing kelompok (Gummah, et al 2014);
yang ada pada model Conceptual 3) presentasi hasil kerja kelompok, pada
Understanding Procedures, yaitu: 1) fase tahap ini pendidik dapat mengetahui
kerja individu, dimana kegiatan sejauh mana kemampuan memahami
demonstrasi ditampilkan diawal jam konsep berdasarkan jawaban yang
pelajaran, dengan maksud untuk diperoleh saat kerja kelompok. Adanya
menstimulus motivasi peserta didik, pemahaman konsep merupakan
kemudian pendidik memberi pertanyaan kesanggupan memahami setingkat lebih
dan peserta didik diminta untuk merespon tinggi dari pada mengingat. (Alatas,
dengan memberikan jawaban atas 2012). Berarti materi yang sudah didapat
pertanyaan pendidik; 2) fase kerja atau diterima tidak mudah dilupakan
kelompok, pada fase ini peserta didik begitu saja (Anisa et al., 2013). Proses
melakukan kerja kelompok. Peserta didik mengingat kembali tentang apa yang telah
diberikan lembar kerja peserta didik terlupa dan mengingat untuk memahami
(LKPD), untuk menjawab pertanyaan- hal yang baru, maka peserta didik melatih
pertanyaan yang ada di dalamnya. Saat kemampuan berpikirnya.
menjawab pertanyaan terdapat beberapa Berdasarkan data dan pembahasan
peserta didik yang tidak percaya diri atau yang telah bahas sebelumnya,
ragu-ragu atas jawabannya, sikap tidak kemampuan berpikir tingkat tinggi kelas
percaya diri ini, dapat membuat peserta eksperimen lebih baik dibandingkan
didik lebih aktif pada fase kerja dengan kelas kontrol. Jadi terlihat bahwa
kelompok, karna mereka bisa bertukar model CUPs memberikan dampak positif
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 233-243 241

pada kemampuan berpikir tingkat tinggi model CUPs (Conceptual Understanding


peserta didik. Hal ini didukung oleh hasil Procedures) memberikan pengaruh yang
penelitian Ismawati, et al menunjukkan cukup tinggi terhadap kemampuan
model CUPs, terbukti mampu berpikir tingkat tinggi peserta didik.
meningkatkan pemahaman konsep dan
keingintahuan peserta didik SMP pada Saran
pelajaran Fisika, dan lebih efektif Berdasarkan hasil penelitian, maka
dibandingkan model pembelajaran dapat disarankan kepada pendidik untuk
verivikasi. (Ismawati et al., 2014). menggunakan alternatif model
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh pembelajaran yang dapat berdampak
Nurul Hikmah, et al menunjukkan bahwa terhadap kemampuan berpikir tingkat
penerapaan model pembelajaran CUPs tinggi peserta didik, salah satunya dengan
mampu meningkatkan aktivitas dan hasil menggunakan model Conceptual
belajar matematika peserta didik kelas X. Understanding Procedures. Dari hasil
(Hikmah, et al 2015). Kemudian penelitian ini juga dapat diadakan
penelitian yang didapat oleh Purwanti, et penelitian lanjutan tentang pembelajaran
al (2016) menunjukkan bahwa penerapan dengan model Conceptual Understanding
model CUPs, mampu meningkatkan sikap Procedures, untuk konsep atau topik yang
keingintahuan peserta didik dalam proses berbeda, serta dampaknya terhadap
belajar. Selain itu, penelitian yang penguasaan konsep dan hasil belajar.
diperoleh oleh Siswanto, et al (2014)
mengungkapkan bahwa implementasi
model pembelajaran Conceptual DAFTAR PUSTAKA
Understanding Procedures dapat Anggraeni, D. (2011). Peningkatan
meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui
meningkatnya rata-rata nilai siswa, dari Model Pembelajaran Kooperatif
42,12 menjadi 65,76 pada siklus 1, dan Tipe Course Review Horay Pada
meningkat kembali menjadi 70,3. Dan Siswa Kelas IV SD Negeri Sekaran
penelitian yang dilakukan oleh 01 Semarang. Jurnal Kependidikan
Sururuddin menunjukkan bahwa Dasar, Vol. 1 No. 2.
pengembangan buku dengan model CUPs Anisa, D. N., Masykuri, M., & Yamtinah,
(Conceptual Understanding Procedures) S. (2013). Pengaruh model
pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar pembelajaran POE (Predict,
memperoleh peningkatan nilai yang Observe, and Explanation) dan
didapat, dibuktian prosentase kelulusan sikap ilmiah terhadap prestasi
yang didapat sebesar 92,31% untuk hasil belajar siswa pada materi asam,
posttest. basa dan garam kelas VII semester
1 SMP N 1 Jaten tahun pelajaran
2012/2013. Jurnal Pendidikan
SIMPULAN DAN SARAN Kimia, 2(2), 16-23.
Simpulan Alatas, F. (2014). Hubungan pemahaman
Berdasarkan analisis data diperoleh konsep dengan keterampilan
bahwa model CUPs (Conceptual berpikir kritis melalui model
Understanding Procedures) lebih efektif pembelajaran treffinger pada mata
terhadap kemampuan berpikir tingkat kuliah fisika dasar.
tinggi (KBTT) peserta didik. Efektivitas EDUSAINS, 6(1), 87-96.
model CUPs (Conceptual Understanding Cohen, J. (1998). Statistical power analysis
Procedures) sebesar 0,3 yang termasuk for the behavioral sciences (2nd ed).
dalam kategori sedang, yang artinya Hillsdale, NJ: Erlbaum.
242 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 233-243

Gummah, S., Soraya, L. H., Ahzan, S., & Pendidikan Fisika Indonesia
Hardariyanti, H. (2014). Penerapan (Indonesian Journal of Physics
Model Pembelajaran Kooperatif Education), 10(1).
Teknik Conceptual Understanding Jayanti, D. R., Romlah, & Saregar, A.
Procedures Untuk Meningkatkan (2016). Efektivitas Pembelajaran
Hasil Belajar Dan Aktivitas Fisika Model Problem Based
Siswa. Prisma Sains: Jurnal Learning (PBL) Melalui Metode
Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Poe Terhadapkemampuan
Matematika dan IPA IKIP Berpikir Tingkat Tinggi Peserta
Mataram, 2(2). Didik. Prosiding Seminar Nasional
Hake, R. R. (2002, August). Relationship Pendidikan (pp. 208-214). Bandar
of individual student normalized Lampung, Indonesia: Program
learning gains in mechanics with Studi Pendidikan Fisika.
gender, high-school physics, and doi:10.13140/RG.2.2.20606.18247
pretest scores on mathematics and Kawuwung, F. (2012). Profil Guru,
spatial visualization. In submitted to Pemahaman Kooperatif NHT, dan
the Physics Education Research Kemampuan Berpikir Tingkat
Conference (Boise, ID. Tinggi Di SMP Kabupaten
Hengky Herdianto, Worosetyarsih. Minahasa Utara. el–Hayah, 1(4).
Identifikasi Profil Berpikir Kritis King, F. J., Goodson, L., & Rohani, F.
Siswa dalam Pembelajaran Fluida (1998). Higher Order Thinking
Statis dengan Modifikasi High-α Skills.http://www.cala.fsu.edu/files/
Binaural Beats dan Guided Problem higher_order_thinking_skills.pdf.
Solving. Jurnal Inovasi Pendidikan Lindawati, Saregar, A., Yuberti.
Fisika Vol. 3 No. 2, 2014. Pengembangan Instrumen Authentic
Hidayat, W. (2012). Meningkatkan Assessment untuk Mengukur Higher
Kemampuan Berpikir Kritis dan Order Thinking Skills Peserta
Kreatif Matematik Siswa SMA Didik. Prosiding Seminar Nasional
Melalui Pembelajaran Kooperatif Pendidikan (pp. 140-149). Bandar
Think Talk Write (TTW) Prosiding Lampung, Indonesia: Program Studi
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan Fisika.
Pendidikan dan Penerapan MIP. http://dx.doi.org/10.13140/RG.2.2.1
Huck, Scuyler. (2012). Reading Statistics 7250.73920)
and Research. Noxville: University Mahmudah, A., Sutarni, S., & Rejeki, S.
of Tennessee. (2015). Ekperimentasi Metode
Irvan, I., & Lubis, H. (2011). Program Conceptual Understanding
Bantu Pembelajaran Mata Kuliah Procedures dan Mind Mapping
Kalkulus Menggunakan Ditinjau dari Gaya Belajar. Jurnal
Multimedia. Proceedings Simantap Varidika: Varia Pendidikan, 27(1),
2011, 1(1). 33-42.
Isjoni, D. (2013). Cooperative Learning Munawaroh, R., Subali, B., & Sopyan, A.
Efektivitas Pembelajaran (2012). Penerapan Model Project
Kelompok. Bandung: Alfabeta Based Learning Dan Kooperatif
Ismawati, F., Nugroho, S. E., & Untuk Membangun Empat Pilar
Dwijananti, P. (2014). Penerapan Pembelajaran Siswa SMP. Unnes
Model Pembelajaran Conceptual Physics Education Journal, 1(1).
Understanding Procedures untuk Ningzaswati, D. R., Marhaeni, A. N., &
Meningkatkan Curiosty dan Suastra, I. W. (2015). Pengaruh
Pemahaman Konsep Siswa. Jurnal Model Pembelajaran Kooperatif
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (2) (2016) 233-243 243

Teknik Time Token Terhadap SMA/MA Kelas XI. Jurnal


Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Pendidikan Kimia,3(4), 83-92.
IPA Siswa Kelas VI SD.Jurnal Siswanto, B. (2014). Implementasi Model
Pendidikan Dasar, 5(1). Conceptual Understanding
Rahmawati, F. (2014). Penerapan Model Procedures (Cups) dalam
Teaching with Analogies (TWA) Pembelajaran Fisika untuk
Dalam Pembelajaran Fisika di MA. Meningkatkan Kemampuan
Ramirez, R. P. B., & Ganaden, M. S. Kognitif C2 Siswa Kelas X SMK
(2010). Creative activities and YPT Purworejo Tahun Pelajaran
students’ higher order thinking 2013/2014. RADIASI-Pendidikan
skills. Education quarterly, 66(1). Fisika, 4(1), 38-40.
Rofiah, E., Aminah, N. S., & Ekawati, E. Sururuddin, M. (2015). Pengembangan
Y. (2013). Penyusunan Instrumen Model Pembelajaran Conseptual
tes kemampuan berpikir tingkat Understanding Prosedures (CUPs)
tinggi fisika pada siswa Pada Mata Pelajaran IPA Siswa
SMP. Jurnal Pendidikan Kelas IV SDN 01 Kelayu Utara
Fisika, 1(2). Tahun Pelajaran
Rosnawati, R. (2009, May). Enam 2014/2015. Educatio, 10(1), 118-
Tahapan Aktivitas Dalam 130.
Pembelajaran Matematika untuk Widodo, T., & Kadarwati, S. (2013).
Mendayagunakan Berpikir Tingkat Higher order thinking berbasis
Tinggi Siswa. In Seminar Nasional pemecahan masalah untuk
Penelitian, Pendidikan, dan meningkatkan hasil belajar
Penerapan MIPA 2009. berorientasi pembentukan karakter
Saregar, A., Sunarno, W., & Cari, C. siswa. Cakrawala Pendidikan, 5(1).
(2013). Pembelajaran Fisika Yantiani, N. M., Wiarta, I. W., & Putra,
Kontekstual Melalui Metode M. (2013). Pembelajaran Kooperatif
Eksperimen Dan Demonstrasi Pair Check berpengaruh terhadap
Diskusi Menggunakan Multimedia Hasil Belajar Materi Bangun Ruang
Interaktif Ditinjau Dari Sikap dan Bangun Datar Siswa Kelas IV
Ilmiah Dan Kemampuan Verbal Gugus IV Semarapura. Mimbar
Siswa. Jurnal Inkuiri, 2(02). PGSD, 1.
Saregar, A. (2016). Pembelajaran Yee, M. H., Yunos, J. M., Othman, W.,
Pengantar Fisika Kuantum dengan Hassan, R., Tee, T. K., &
Media PhET Simulation dan LKM Mohamad, M. M. (2015). Disparity
Melalui Pendekatan Saintifik: of learning styles and higher order
Dampak pada Minat dan thinking skills among technical
Penguasaan Konsep Mahasiswa. students. Procedia-Social and
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al- Behavioral Sciences, 204, 143-152.
Biruni Vol 5 no 1, 53-60. Yuliani, H. (2012). Pembelajaran Fisika
Shidiq, A. S., Masykuri, M., & Van dengan Pendekatan Keterampilan
Hayus, E. S. (2014). Pengembangan Proses dengan Metode Eksperimen
Instrumen Penilaian Two-tier dan Demonstrasi Ditinjau dari Sikap
Multiple Choice untuk Mengukur Ilmiah dan Kemampuan
Keterampilan Berpikir Tingkat Analisis. INKUIRI, 1(3).
Tinggi (Higher Order Thinking
Skills) pada Materi Kelarutan dan
Hasil Kali Kelarutan untuk Siswa

Anda mungkin juga menyukai